ANALISIS KEBIJAKAN UTANG PERUSAHAAN(Banter L.).pdf

  Ekspansi Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan Akuntansi Vol. 1, No. 1, Mei 2009, 33 - 48

  

ANALISIS KEBIJAKAN UTANG PERUSAHAAN

(Studi kasus pada perusahaan manufaktur

di BEJ tahun 2002-2006).

  Banter Laksana

  

Prodi Keuangan & Perbankan Jurusan Akutansi

Politeknik Negeri Bandung

Abstrak

  Salah satu pengambilan keputusan keuangan yang sangat penting dalam perusahaan adalah pengambil keputusan pendanaan (kebijakan utang) perusahaan. Studi empiris ini menguji faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan utang (leverage) yaitu

  

profitability, aset perusahaan, dan dividen, serta bagaimana pengaruh kebijakan utang

  (leverage) terhadap nilai perusahaan. Hasil studi menunjukkan bahwa variabel seperti aset perusahaan, profitabilitas dan dividen berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan utang perusahaan, dan kebijakan utang berpengaruh positif dan signifikan (walaupun lemah) terhadap nilai perusahaan.

  Kata kunci: profitability, aset perusahaan, dividen, leverage, dan nilai perusahaan.

PENDAHULUAN Tugas sehari-hari seorang manajer perusahaan, harus membuat banyak keputusan

  Setiap keputusan yang diambil mempunyai dampak terhadap posisi keuangan peru- sahaan, dan harus berdasarkan pada tujuan utama perusahaan yaitu mensejah- terakan pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan. Tujuan utama perusahaan inilah yang sering membuat manajer termotivasi untuk memperoleh kebutuhan tersedianya dana. Untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut perusaha-an bisa memperolehnya dari sumber intern perusahaan yaitu modal sendiri dari pemilik perusahaan dan dari laba ditahan, sedangkan dari sumber ekstern yaitu utang. Kebijakan utang (keputusan pandanaan) merupakan bagian dari struktur modal perusahaan. Struktur modal adalah penting bagi kelangsungan hidup suatu organisasi bisnis. Secara umum, sebuah perusahaan dapat memilih diantara banyak alternatif struktur modal. Beberapa teori telah berusaha untuk menjelaskan variasi dalam rasio utang perusahaan. Teori yang menyatakan bahwa struktur modal perusahaan yang menentukan berbagai biaya dan manfaat, terkait dengan utang dan ekuitas. Namun, teori ini telah dikembangkan untuk menjelaskan pembiayaan pada perusahaan besar. Pendanaan eksternal (utang) dikenal dengan leverage, Leverage ratio menunjukkan besarnya rasio utang yang merupakan rasio dari total debt to total assets.

  Berdasarkan Pecking order theory, perusahaan dalam membiayai investasinya akan memilih sumber penggunaan dana berdasarkan hirarki. Beberapa penelitian tentang

  33 Ekspansi

  struktur modal berdasarkan Pecking order theory dilakukan Voulgaris et al (2002); Pao & Chih (2005); Tong & Green (2005); Chen & Strange (2006), mem-buktikan bahwa rasio utang berhubungan terbalik dengan laba. Faktor-faktor seperti variabel usia, size (ukuran), struktur aset, profitabilitas dan peluang pertumbuhan mempengaruhi keputusan kebijakan utang perusahaan.

  Kebijakan utang perusahaan juga terkait dengan kebijakan dividen perusahaan, dan kebijakan dividen berkaitan dengan pembagian laba yang dihasilkan oleh perusahaan selama satu tahun. Pembagian laba perusahaan untuk pembayaran bunga, pembayaran pajak, pembayaran bonus dan pembayaran dividen. Pembayaran bunga untuk para pemegang obligasi perusahaan, pembayaran pajak untuk pemerintah, pembayaran bonus untuk manajer dan karyawan, dan dividen dibayar-kan kepada pemegang saham perusahaan. Jika perusahaan membagikan bonus kepada manajer dan karyawan, maka akan berakibat mengurangi jumlah dividen yang dibagikan kepada pemegang saham. Bonus yang diberikan kepada manajer dapat berupa saham yang disebut saham bonus.

  Tinjauan teori

  Tiga teori yang paling penting dikembangkan untuk menjelaskan struktur modal perusahaan didasarkan pada biaya deriving dari informasi asimetris, biaya kepailitan dan biaya agen. Konsep struktur modal yang dinyatakan Myers (1984); Majluf dan Myers (1984) berdasarkan gagasan asimetrik informasi. Kesimpulan yang diambil dari informasi asimetrik teori adalah bahwa, ada hirarki pendanaan perusahaan 'preferensi sehubungan dengan pembiayaan dari masing

  • – masing investasi (Myers dan Majluf, 1984). Teori ini menunjukkan bahwa pertama-tama perusahaan dalam membiayai kesempatan investasi menggunakan dana internal yaitu laba ditahan (retained

  

earning). Apabila belum mencukupi, maka utang sebagai pilihan kedua. Terakhir

  adalah dana ekuitas disebut Pecking order theory. Impliksi dari teori pecking order adalah bahwa struktur modal perusahaan merupakan hasil akumulasi dari keputusan penggunaan sumber-sumber dana internal dan eksternal. Biaya kebangkrutan akan dapat meningkatkan utang, karena akan meningkatkan rasa takut bahwa perusahaan mungkin tidak dapat menghasilkan keuntungan untuk membayar kembali pinjaman dan bunga (Titman, 1984). Biaya agen yang timbul sebagai hasil hubungan antara pemegang saham dan manajer dan orang-orang di antara pemberi utang dan pemegang saham (Jensen & Meckling, 1976). Studi sebelumnya telah mengidentifikasi sejumlah perusahaan akan melakukan pemerik-saan terhadap struktur modalnya. Jika investasi yang menguntungkan, akan mem-berikan pemegang saham bagian yang signifikan dari penghasilan, tetapi jika proyek gagal, maka kreditur harus menanggung

  Banter Laksana

  konsekuensi (Myers, 1977). Teori trade-off menjelaskan struktur modal ditentukan berdasarkan keseimbangan antara manfaat (keunggulan) dan biaya (kelemahan) yang ditimbulkan dari kebijakan utang. Teori aliran kas bebas (free cash flow theory), berpendapat bahwa kontrol ma-najemen dalam memanfaatkan modal internal sulit diawasi oleh pemilik atau investor luar. Oleh sebab itu pembiayaan investasi dengan dana eksternal (utang) menjadi alternatif yang tepat, karena utang dapat digunakan untuk mengendalikan penggu-naan free cash flow secara berlebihan oleh manajemen. Fenomena struktur modal pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEJ menunjukkan bahwa struktur modalnya masih didominasi oleh utang. Hal ini berarti sumber pendanaan tersebut dalam jangka panjang akan sangat tergantung pada utang yang terjadi kontradiksi, karena menurut hasil pengamatan Sartono (2001) pada umumnya para manajer perusahaan di Indonesia cenderung mengikuti hirarki pendanaan, tetapi dalam realitanya pendanaan perusahaan-perusahaan tersebut didominasi oleh sumber dana eksternal (utang). Dominasi utang ini sesuai pendapat Myers (1984) yang mengatakan bahwa perusahaan akan melepas equitas untuk meningkatkan kapasitas utang.

  Dividen

  Kebijakan dividen perusahaan berkaitan dengan pembagian laba operasional yang dihasilkan perusahaan selama satu tahun. Pembagian laba operasional perusahaan untuk pembayaran bunga, pembayaran pajak, pembayaran bonus dan pembayaran dividen. Jika perusahaan membagikan bonus kepada manajer dan karyawan, maka akan berakibat mengurangi jumlah dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham. Menurut Easterbrook (1984), pembayaran dividen akan mengurangi sumber- sumber dana yang dikendalikan oleh manajer, sehingga dapat mengurangi kekuasaan manajer dan menyerupai monitoring capital market yang terjadi apabila perusahaan memperoleh modal baru. Hubungan dividen dengan struktur modal perusahaan, Brigham dan Gapenski (1996), menjelaskan bahwa perubahan besarnya dividen yang dibagikan terdapat dua akibat yang saling berlawanan. Apabila seluruh laba dibayarkan sebagai dividen, maka kepentingan cadangan terabaikan. Untuk menjaga kedua kepentingan tersebut, manajer dapat menempuh kebijakan struktur modal optimal. Menurut Bhaduri (2002), Tong dan Green (2005), dan Deshmuk (2005), menemukan hasil bahwa pembayaran dividen berpengaruh positif terhadap rasio utang. Peneliti lainnya membuktikan terjadi hubungan substitusi atau kausal negatif antara kebijakan dividen dengan kebijakan

  Ekspansi

  utang. Perusahaan akan menurunkan pembayaran dividen, karena sebagian keuntungan untuk membayar utang.

  Aset Perusahaan

  Aset perusahaan memainkan peran penting dalam menentukan pembiayaan perusahaan. Bradley et al (1984) menegaskan bahwa perusahaan-perusahaan dengan investasi yang sangat nyata, cenderung memiliki aset keuangan lebih tinggi untuk menjamin utang dengan aset. Hal ini diyakini bahwa utang mungkin lebih mudah didapat jika ada aset lama sebagai agunan (Wedig et al, 1988). Menurut perusahaan aset dapat digunakan sebagai jaminan. Terbatasnya penelitian pada perusahaan kecil, meskipun tidak konklusif, menunjukkan bukti hubungan yang positif antara struktur aset dan utang jangka panjang, dan hubungan negatif dengan utang jangka pendek (Van der ; Wijst dan Thurik, 1993; Chittenden et al, 1996; Michaelas et al, 1999; Cassar dan Holmes, 2003; Hall et al, 2004). Esperanca et al (2003), menemukan adanya hubungan positif antara struktur aset jangka panjang dan utang jangka pendek. Aset perusahaan ini mengukur efisiensi dari penggunaan aset (perputaran aset) untuk menghasilkan pendapatan.

  Profitability

  Profitabilitas didasarkan pada investasi yaitu diukur dari perbandingan antara laba operasi dengan total aktiva: Return On Assets (ROA) dan dengan modal sendiri perusahaan: Return On Equity (ROE). Searby (1975) dalam Kaaro (2002), mengatakan bahwa tingkat ROA berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan dimasa yang akan datang. Tingkat ROA yang rendah atau negatif akan menurunkan kemampuan perusahaan untuk tumbuh dan berkembang. Kondisi seperti ini menunjukkan kinerja perusahaan yang buruk akan menurunkan kridibilitas perusahaan untuk mendapatkan dana akibatnya dibutuhkan biaya modal yang lebih besar. Hal ini bisa menurunkan harapan dan keuntungan pemilik dan cenderung menurunkan nilai saham perusahaan. Pendapat Searby (1975) dalam Kaaro (2002), lebih kepada mekanisme internal, kondisi lingkungan eksternal atau industri seperti struktur pasar, tingkat persaingan dan konsentrasi dalam industri, maupun tingkat hambatan masuk dalam suatu industri seringkali mempengaruhi kinerja perusahaan. Hubungan antara profitabilitas dan struktur modal dapat dijelaskan dengan bukti menurut Titman dan Wessels (1988) dan Barton et al (1989), setuju bahwa keuntungan perusahaan yang tinggi, akan menjaga rasio utang relatif rendah. Bukti empiris dari studi sebelumnya konsisten dengan sebagian besar studi, menemukan hubungan negatif antara profitabilitas dan struktur modal (Friend dan Lang, 1988; Barton et al

  Banter Laksana

  1989; Shydam-Myers, 1999; Van der Wijst dan Thurik, 1993; Chittenden et al, 1996; Mishra dan Mc Conanghy, 1999 Michaelas et al., 1999). Cassar dan Holmes (2003), Esperanca et al (2003) dan Hall et al (2004) menyatakan terdapat hubungan negatif antara profitabilitas dan utang jangka pendek. Petersen dan Rajan, (1994) menemukan asosiasi positif yang signifikan antara profitabilitas dan utang.

  Nilai Perusahaan

  Nilai perusahaan merupakan total nilai pasar utang dan nilai pasar saham. Nilai pasar hutang relatif konstan, sedangkan nilai pasar saham berfluktuasi karena nilai pasar saham sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan, baik perubahan yang disebabkan dari luar perusahaan (makro) maupun dari dalam perusahaan (kebijakan dan kinerja perusahaan). Nilai perusahaan didifinisikan sebagai persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan dalam mengelola sumberdaya pada akhir tahun berjalan, yang tercermin pada harga saham perusahaan. Nilai perusahaan diukur dengan Price Book Value (PBV).

  Pengembangan Hipotesis

  Berdasarkan teori dan bukti penelitian empiris di atas, berikut hipotesis yang diformulasikan untuk menguji hubungan antara :

  Profitabilitas dan Leverage

  Keputusan pendanaan perusahaan yang tercermin pada kebijakan utang perusahaan juga memiliki implikasi penting untuk menjelaskan ROA perusahaan. Tingginya profitabilitas perusahaan selain disebabkan aktivitas operasional perusahaan juga disebabkan oleh keputusan leverage (utang) perusahaan. Menurut Myers (1984), jika tersedia cukup banyak laba maka penggunaan laba internal lebih disukai untuk mendanai investasi, oleh karena itu keputusan pendanaan berpengaruh positif atau negatif terhadap ROA perusahaan. Menurut Voulgaris et al (2002); Pao dan Chih (2005); Tong dan Green (2005); Chen dan Strange (2006), membuktikan bahwa rasio utang berhubungan terbalik dengan laba. Sesuai hasil diatas Cassar dan Holmes (2003), Esperanca et al (2003) dan Hall et al (2004) menyatakan terdapat hubungan negatif antara profitabilitas dan utang jangka pendek. Sedangkan Petersen dan Rajan (1994), menemukan terdapat asosiasi positif yang signifikan antara profitabilitas dan utang. Berdasarkan uraian diatas dapat ditentukan hipotesis 1 sebagai berikut;

  H1: Profitabilitas berpengaruh positif terhadap Leverage/utang perusahaan.

  Ekspansi Aset Perusahaan dan Leverage.

  Aset perusahaan melalui aset yang tinggi dapat digunakan untuk menjamin utang dengan aset. Hal ini diyakini bahwa utang mungkin lebih mudah didapat jika ada aset lama sebagai agunan (Wedig et al, 1988). Menurut Van der ; Wijst dan Thurik (1993); Chittenden et al (1996); Michaelas et al (1999); Cassar dan Holmes (2003); Hall et al (2004), menunjukkan bukti hubungan yang positif antara struktur aset dan utang jangka panjang, dan hubungan negatif dengan utang jangka pendek. Menurut Esperanca et al (2003), menemukan adanya hubungan positif antara struktur aset jangka panjang dan utang jangka pendek. Berdasarkan uraian diatas dapat ditentukan hipotesis 2 sebagai berikut:

  H2: Aset perusahaan berpengaruh positif terhadap Leverage/utang perusahaan . Dividen dan Leverage.

  Pembayaran dividen yang besar periode lalu, akan meningkatkan kebutuhan kas dimasa datang dan mendorong dilakukannya peminjaman yang lebih besar, mengarah pada rasio utang yang tinggi. Hasil penelitian Tong dan Green (2005), Deshmuk (2005), dan Bhaduri (2002), menemukan bahwa pembayaran dividen berpengaruh positif terhadap rasio utang. Peneliti lainnya menemukan bukti terjadi hubungan substitusi atau kausal negatif antara kebijakan dividen dengan kebijakan utang. Berdasarkan uraian diatas dapat ditentukan hipotesis 2 sebagai berikut:

H3: Dividen berpengaruh negatif terhadap Leverage/utang perusahaan.

  Profitabilitas, Aset perusahaan, Dividen dan Leverage.

  Keputusan sumber pendanaan perusahaan harus mengacu pada tujuan perusahaan yaitu memaksimumkan kesejahteraan shareholder (pemegang saham), yang dapat direalisasikan melalui pembelian asset perusahaan dan penggunaannya untuk pening- katan profitabilitas perusahaan. Menurut beberapa peneliti menyatakan bahwa pening- katan monitoring oleh kreditur akibat meningkatnya jumlah utang, menyebabkan kinerja perusahaan meningkat. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan fenomena bahwa utang, prifitabilitas dan dividen memiliki keterkaitan. Friend & Lang (1988), menemukan perusahaan yang memiliki volatilitas pendapatan yang lebih besar, dan perusahaan yang mengalokasikan dana penelitian dan pengembangan yang besar, menggunakan utang yang lebih kecil. Crutchley dan Hansen (1998), menemukan volatilitas pendapatan yang lebih besar akan mengarahkan pada utang

  .

  yang lebih rendah dan juga berkaitan dengan pembayaran dividen yang lebih besar

  Banter Laksana

  Esperanca et al (2003), menemukan adanya hubungan positif antara struktur aset jangka panjang dan utang jangka pendek. Berdasarkan uraian diatas dapat ditentukan hipotesis 4 se-bagai berikut:

  H4: Dividen, aset perusahaan dan profitabilitas secara simultan berpengaruh positif terhadap leverage perusahaan.

  Leverage dan Nilai perusahaan

Leverage perusahaan diukur melalui leverage ratio (rasio utang), Leverage ratio

menunjukkan besarnya rasio utang merupakan rasio dari total debt to total assets.

  Rasio utang mempunyai dampak yang buruk terhadap kinerja perusahaan, karena tingkat utang yang semakin tinggi berarti beban bunga akan semakin besar, akan mengurangi keuntungan. Sebaliknya tingkat utang yang rendah (kecil) menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik, karena menyebabkan tingkat pengembalian yang semakin baik. Peningkatan nilai perusahaan dikaitkan dengan harga saham dan penurunan utang akan menurunkan harga saham. Fama dan French (1998); dan Sarkar dan Zapatero (2003) dalam hasil penelitian mereka mengatakan keputusan pendanaan berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Soliha & Taswan (2002), mengatakan kebijakan utang ber-pengaruh positif, namun tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan uraian diatas dapat ditentukan hipotesis 5 sebagai berikut: H5: Leverage perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

  Studi ini menggunakan data yang berasal dari IMCD 2007 adalah perusahaan manu- faktur yang terdaftar di BEJ. Data yang digunakan dalam analisis empiris yang berasal dari laporan keuangan selama 5 tahun, yaitu tahun 2002-2006 dari 20 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ. Pemilihan sampel berdasarkan kriteria yang dite- tapkan yaitu dalam laporan keuangannya, perusahaan memiliki laporan utang (Levera-

  

ge), aset perusahaan (TATO), profitabilitas (ROI dan ROE), dividen (DPR) dan nilai

perushaan (PBV).

  Definisi operasional variabel

  Penelitian ini megunakan lima variabel laten, tiga variabel independen (eksogen) yaitu Dividen, Aset perusahaan dan Profitabilitas, dua variabel dependen (endogen) yaitu Leverage dan Nilai perusahaan.

  Ekspansi Leverage sebagai variabel dependen (endogen).

  Variabel dependen pendanaan (Leverage ) didefinisikan sebagai keputusan ke-uangan yang menyangkut komposisi pendanaan yang dipilih perusahaan. Leverage menunjukkan besarnya rasio utang yang merupakan rasio dari total debt to total assets.

  Leverage = total debt/total assets Nilai Perusahaan sebagai variabel dependen (endogen).

  Nilai perusahaan dapat diukur dengan melihat perkembangan harga pasar saham di

  

b ursa efek atau pasar sekunder, apabila harga saham naik ini berarti menunjukkan

  nilai perusahaan juga naik, sebaliknya apabila harga saham turun ini berarti menunjukan nilai perusahaan juga turun. Nilai perusahaan adalah total nilai pasar utang ditambah nilai pasar saham. Dalam studi ini nilai perusahaan diukur dengan

  

Price Book Value (PBV), di mana rasio ini mengukur nilai perusahaan dengan

membandingkan harga pasar perlembar saham dan nilai buku perlembar saham.

  Secara matematis dapat ditulis: PBV = Harga Pasar per Lembar Saham/Nilai Buku per Lembar Saham

  Dividen sebagai variabel independen (eksogen)

  Rasio pembayaran dividen adalah persentase laba yang dibayarkan kepada para pemegang saham dalam bentuk kas. Dalam studi digunakan Dividend Payout Ratio (DPR).

  DPR = Dividen per Lembar Saham/Laba per Lembar Saham

  Profitabilitas sebagai variabel independen (eksogen)

  Variabel ini merupakan ukuran hasil dari suatu proses yang dilakukan oleh internal perusahaan selama satu periode. Profitabilitas perusahaan dihitung de-ngan menggunakan rasio Return On Investment (ROI) dan Return On Equity (ROE). Secara matematis dapat ditulis formulasinya sebagai berikut:

  ROI = EAT (Earning After Tax)/Total Assets ROE = EAT (Earning After Tax)/Total Equity

  Aset Perusahaan sebagai variabel independen (eksogen)

  Aset Perusahaan diukur dengan menggunakan Total Assets Turn Over (TATO), rasio ini mengukur efisiensi dari penggunaan aset untuk menghasilkan pendapatan, secara matematis dapat ditulis formulasinya sebagai berikut:

  Banter Laksana

  TATO = Net sales/total asset Alat Analisis Data dan Olah data.

  Studi ini alat analisis datanya menggunakan alat bantu software SPSS versi 12.0 for

  Windows. Melalui regresi dan korelasi hasil olah data adalah sebagai berikut: Pengujian Asumsi Klasik

  Dalam penggunaan analisis regresi, untuk menunjukan hubungan yang valid atau tidak bias maka perlu pengujian asumsi klasik pada model regresi yang digunakan yaitu multikolinieritas, autokorelasi dan heteroskedastisitas. Pengujian ini dapat dilakukan dengan alat bantu software SPSS versi 12.0 for windows.

  Multikolinearitas.

  Multikolinieritas menunjukkan adanya hubungan linier yang sempurna diantara variabel independen. Pengujian multikolinieritas menggunakan VIF (variance inflate-on factor) dengan batas nilai toleransi adalah terendah 0,10 dan tertinggi 10. Gujarati (2003) mengatakan bila nilai VIF lebih besar dari 10 berarti terdapat kolinearitas sangat tinggi.

  Berdasarkan hasil pengujian dengan software SPSS versi 12.0 for windows, menunjukkan bahwa nilai VIF untuk TATO adalah 1.222, DPR adalah 1.077, ROE adalah 4.379 dan ROI adalah 4.261 ini berarti model regresi tidak terjadi multikolinieritas karena nilai VIF terletak diantara nilai batas toleransi.

  

Tabel 1 Koefisien

Standardi Unstandardiz zed ed Coefficie 95% Confidence Collinearity Model Coefficients nts t Sig. Interval for B Statistics

  Std. Lower Upper Toleran B Error Beta Bound Bound ce

  VIF 1 (Constant) .446 .045 9.874 .000 .356 .535 TATO .035 .029 .114 1.240 .218 -.021 .092 .818 1.222 DPR -.016 .045 -.030 -.346 .730 -.105 .074 .929 1.077 ROE .013 .002 1.054 6.057 .000 .009 .018 .228 4.379 ROI -.031 .004 -1.187 -6.915 .000 -.039 -.022 .235 4.261 a Dependent Variable: LEV Autokorelasi

  Autokorelasi menunjukkan adanya kondisi yang berurutan diantara gangguan atau

  

disturbance ui atau ei yang masuk ke dalam fungsi regresi. Pengujian terjadi

  autokorelasi apabila nilainya mendekati 0 atau 4. Durbin-Watson test digunakan untuk

  Ekspansi

  menguji autokorelasi, Gunawan (1999) menjelaskan bahwa autokorelasi tidak terjadi bila DW terletak diantara du (4-du) dan (du<DW<4-du). Berdasarkan hasil pengujian regresi pada Model summary dengan software SPSS versi 12.0 for windows, menunjukkan bahwa nilai Durbin-Watson (DW) adalah 1.818, ini berarti model regresi tidak mengalami autokorelasi karena rata-rata nilai Durbin Watson mendekati 4. Hasil uji autokorelasi menunjukkan bahwa Dw = 1.818; atau dapat dituliskan sebagai berikut: 0< 1.818< 4; ini berarti tidak ada autokorelasi.

  Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas menunjukkan variansi antar variabel tersebar dan tidak sama.

  Untuk mendeteksinya dapat menggunakan uji Glejser. Uji Glejser meregresikan nilai absolut residual dengan variabel independennya. Jika nilai t signifikan berarti terjadi heteroskedastisitas. Berdasarkan hasil pengujian dengan software SPSS versi 12.0 for windows, menunjukkan bahwa signifikansi nilai t dari keempat variabel independen sebesar kurang dari 1 (lihat Tabel 1) artinya model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas. Dari uji asumsi klasik pada penelitian ini telah memberikan hasil bahwa independent

  variable memiliki hubungan dan pengaruh terhadap dependent variable.

  Pengujian Linier Regresi Berganda

  Dari hasil analisis statistik dengan software SPSS versi 12.0 for windows didapat keterangan seperti terlihat pada tabel 1: Persamaan regresi berganda linier untuk kasus yang diteliti berdasarkan nilai B (constant) dan konstanta variabel bebas (Dividen, TATO, ROI dan ROE) adalah sebagai berikut:

  LEV = 0.446 + 0.035 TATO

  • – 0.016 DPR + 0.013 ROE – 0.031 ROI Persamaan tersebut menunjukkan :
    • Arah hubungan variabel bebas (TATO, DPR, ROE dan ROI) bersifat positif (searah) terhadap variabel terikat (LEV).
    • Pengaruh perubahan variabel bebas TATO terhadap variabel terikat (LEV) lebih besar dibandingkan pengaruh perubahan variabel bebas lainnya.
    • Masing-masing variabel bebas mempunyai besaran perubahan:

  X (TATO)= 0.035, X (DPR) = -0.016, X3 (ROE)= 0.013, X4 (ROI)= -0.031

  1

  2 Banter Laksana

  Selanjutnya koefisien regresi berganda linier diatas diuji tingkat signifikansinya dengan uji t (t ) untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara partial terhadap variabel

  test

  terikat, sebagai berikut:

  Untuk Variabel TATO Ho : TATO = 0 (signifikan) H1: TATO ≠ 0 (tidak signifikan)

  t untuk df = n = 1.661.

  tabel – 5 = 100- 5 = 95, uji 1 pihak dengan α = 5% diperoleh t tabel

  Dari table 1, t diperoleh. = 1.240

  hitung

  t hitung berdasarkan uji dua pihak : -1.661< t hitung <1.661, diterima

  Untuk Variabel DPR Ho : DPR= 0 (signifikan) H1: DPR≠ 0 (tidak signifikan)

  t tabel untuk df = n

  tabel = 1.661. Dari

  • –5= 100-5 = 95, uji 1 pihak dengan α = 5% diperoleh t Tabel 1 t hitung diperoleh = -0.346 t hitung berdasarkan uji dua pihak : -1.661< t hitung <1.661, diterima.

  Untuk Variabel ROE Ho : ROE= 0 (signifikan) H1: ROE≠ 0 (tidak signifikan)

  t tabel untuk df = n tabel = 1.661.

  • –5 = 100-5 = 95, uji 1 pihak dengan α = 5% diperoleh t Dari Tabel 1 t hitung diperoleh = 6.057 t hitung berdasarkan uji dua pihak : t hitung >1.661, ditolak

  Untuk Variabel ROI Ho : ROI= 0 (signifikan) H1: ROI≠ 0 (tidak signifikan)

  t tabel untuk df = n

  tabel = 1.661. Dari

  • –5 = 100-5 = 95, uji 1 pihak dengan α = 5% diperoleh t Tabel 2 t diperoleh =-6.915, t <1.661, ditolak .

  hitung hitung

  Uji F (F ) untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara simultan berpenga-ruh

  test

  tehadap variabel terikat, sebagai berikut:

   Ho: b1 = b2 = 0 (signifikan) Ha: bj ≠ 0 (tidak signifikan) V =K = K : F = 13.552.

  1 2 tabel 0.05(4,95)

  • –1= 5–1 =4 dan V –5 = 95 maka F Hasil F melalui analisis regresi software SPSS versi 12.0 for windows didapat

  hitung

  12.413 (lihat tabel 2), berdasarkan uji dua pihak : -13.552< F <13.552, diterima

  hitung (signifikan).

  Ekspansi

Tabel 2 ANOVA

  Sum of Mean Model Squares df Square F Sig.

  1 Regression .000(a 1.139 4 .285 12.413 )

  Residual 2.179 95 .023 Total 3.318

  99 a Predictors: (Constant), ROI, DPR, TATO, ROE b Dependent Variable: LEV

  PEMBAHASAN

  Berdasarkan uji statistik parsial (uji t), menggunakan analisis statistik koefisien regresi linier berganda, didapat TATO, DPR, ROE dan ROI signifikan dengan Leverage. Untuk TATO berpengaruh positif dan signifikan terhadap Leverage (sesuai hipotesa 2: H2), untuk DPR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Leverage (sesuai hipotesa 3: H3), sedangkan ROE berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Leverage, dan ROI berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Leverage (keduanya tidak sesuai dengan hipotesa1: H1).

  Hasil analisis statistik koefisien regresi berganda linier secara simultan nilai multiple R=0.586 atau 58.6% (lihat tabel 3), dan Ftest :-13.552< F <13.552. Dengan nilai

  hitung

  R=58.6%, menurut Sudjana (2005) dikatakan memiliki tanda positif berarti ada korelasi langsung antara TATO, DPR, ROE dan ROI terhadap Leverage. Dan nilai Ftes: - 13.552< F <13.552, berarti terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara

  hitung

  semua variabel independent: TATO, DPR, ROE dan ROI terhadap variabel dependen: Leverage, dengan tingkat keyakinan 95% (sesuai hipotesa 4: H4).

  

Tabel 3 Model Summary

R Adjusted R Std. Error of Model R Square Square the Estimate Change Statistics

  R Square Change 1 .586(a) .343 .316 .1514518 .343 a Predictors: (Constant), ROI, DPR, TATO, ROE b Dependent Variable: LEV

  Sedangkan anailisis statistik koefisien regresi linier untuk mengetahui pengaruh

  

Leverage terhadap PBV berdasarkan nilai B (constant) dan konstanta variabel bebas

  (Leverage) adalah sebagai berikut:

  Banter Laksana

Tabel 4 Koefisien

  Unstandardized Standardized 95% Confidence Model Coefficients Coefficients t Sig. Interval for B Std. Lower Upper B Error Beta Bound Bound

  1 (Constant) 1.495 .404 3.703 .000 .694 2.297

LEV .713 .871 .082 .818 .415 -1.017 2.442

a Dependent Variable: PBV

  PBV = 1.495 + 0.713 LEV Melalui Uji t didapat t tabel untuk df = n

  • – 2 = 100- 2= 98, uji 1 pihak dengan α = 5% diperoleh t 124.28. Dari hasil analisis regresi dengan software SPSS versi 12.0 for

  tabel =

  windows didapat t hitung =0.818 (lihat tabel 4), berdasarkan uji dua pihak didapat : - 124.28< t <124.28, diterima.

  hitung

  Hasil Uji F didapat F tabel : F 0.05(3,96) = 19.4896, dan F hitung melalui analisis regresi dengan software SPSS versi 12.0 for windows didapat 0.669, berdasarkan uji dua pihak : - 19.4896< F hitung <19.4896, diterima (signifikan). Dari uji t dan dan uji F dan R=0.082 atau 8.2% Leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap PBV, dengan tingkat keyakinan 95% (sesuai hipotesa 5: H5).

  KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

  Kebijakan utang merupakan keputusan keuangan yang sangat penting dalam perusahaan dan banyak faktor mempengaruhi kebijakan tersebut. Dalam peneilitian ini faktor-faktor yang digunakan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kebijakan utang adalah profitalitas (ROE dan ROI), asset perusahaan (TATO) dan dividen (DPR). Dalam penelitian ini juga menguji pengaruh kebijakan utang (leverage) terhadap nilai perusahaan melalui Price Book Value (PBV)..

  Pengaruh profitalitas (ROE dan ROI) hasilnya tidak sesuai dengan hipotesa1: H1, tetapi sesuai dengan bukti empiris dari studi sebelumnya, terdapat hubungan negatif dan positif antara profitabilitas dan struktur modal. Petersen dan Rajan, (1994) menemukan asosiasi positif yang signifikan antara profitabilitas dan utang. Menurut Friend dan Lang (1988); Barton et al (1989); Shydam dan Myers (1999); Van der Wijst dan Thurik (1993); Chittenden et al (1996); Mishra dan Mc Conanghy, (1999); dan Michaelas et al.(1999), menemukan hubungan negatif antara pro-fitabilitas dan struktur modal.

  Pengaruh TATO dan DPR hasilnya sesuai dengan hipotesa (H2 dan H3) dengan tingkat keyakinan sebesar 95%.

  Ekspansi

  Pengaruh TATO, DPR, ROE dan ROI secara simultan terhadap Leverage, hasilnya sesuai dengan hipotesa (H4) dengan tingkat keyakinan 95%. Pengaruh Leverage terhadap nilai perusahaan (Price Book Value/PBV) hasilnya sesuai dengan hipotesa (H5) dengan tingkat keyakinan sebesar 95%.

  Saran

  Penelitian ini belum menggunakan semua faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kebijakan utang perusahaan, dan belum menggunakan semua perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ. Untuk peneliti yang ingin melanjutkan penelitian ini dapat menggunakan semua faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan utang, dan dapat menggunakan seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ. Tidak tertutup kemungkinan menggunakan data perusahaan nonmanufaktur untuk penelitian selanjutnya.

  Barton, SL, Ned, CH and Sundaram, S., 1989, An Empirical Test of Stakeholder Theory Predictions of Capital Financial Management, 18 (1), pp.36-44. Bradley, Michael, Gregg A. Jarrel, and E. Han Kim, 1984, On the existence of an

optimal capital structure: Theory and evidence, The Journal of Finance 39, pp.857-880.

Cassar, G. and Holmes S., 2003, Capital structure and financing of SMEs: Australian

  evidence, Journal of Accounting and Finance 43, pp.123 –147.

  Chittenden, F., Hall, G., & Hutchinson, P., 1996, Small Firm Growth, Access to

  

CapitalMarkets and Financial Structure: Review of Issues and an Empirical

Investigation, Small Business Economics, 8, pp.59

  • –67. Copeland, Thomas E., & Weston, J.Fred, 1992, “Finacial Theory and Corporate Policy”, 2th Ed ,By Addison-Wesley Publishing Company, Inc. Esperanca JP, Ana PMG & Mohamed AG., 2003, Corporate debt policy of small firms:

  

an empirical (re)examination, Journal of Small Business and Enterprise Develop-ment,

10(1), pp.62-80.

  Euis Soliha dan Taswan, 2002, “Pengaruh kebijakan hutang terhadap nilai perushaan serta beberapa faktor yang mempengaruhi”, Jurnal Bisnis dan Ekonomi, pp.1-18

Fama, E.F, and French, K.R., 1998, “Taxes, Financing Decision, and Firm Value”, The Journal of Finance vol.LIII no.3, June, p 819-843

  Frank H. Easterbrook, 1984, Two Agency-Cost Explanations of Dividends,The American Economic Review, Vol.74, no. 4, pp.650-659. Friend I. and Lang HP., 1988, An empirical test of the impact of managerial self interest on corporate capital structure, Journal of Finance, 43, pp.271-281.

  Banter Laksana

  F. Voulgaris D. Asteriou and G. Agiomirgianakis, 2002, Capital Structure, Asset Utili-

  

zation, Profitability and Growth in the Greek Manufacturing sector, Applied Economic

34, pp.1379-1388.

  Guanqun Tong and Christopher J. Green, 2005, Pecking order or Trade off

  

hypothesis? Evidence on the capital structure of Chinese companies, Applied

Economic 37, pp.2179-2189.

  Holmes, S. and Kent, P., (1991), „An Empirical Analysis of the Financial Structure of Small and Large Australian Manufacturing Enterprises‟, Journal of Small Business Finance, 1 (2), pp.141-154.

  Hsiao Tien Pao and Yao Yu Chih, 2005, Comparison of linear and non-linear models

  

for panels data forecasting: Debt Policy in Taiwan, Review of Pacific Basin Financial

Markets and Policies, Vol. 8, No.3, pp.525-541

  Jensen M. & W. Meckling, 1976 , “Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency

  Costs and Ownership Structure”, Journal of Financial Economics, 3: pp.305-360

  Jian Chen, and Roger Strange, 2006, The Determinants of Capital Structure: Evidence from Chinese Listed Companies, Economic Change and Restructring 38: pp.11-35. Jones, Stewart, & Sharma, Rohit, 2001,

  “The Association Between the Investment

Opportunity Set and Corporate Financing and Dividend Decisions: Some

Australian Evidence, Journal of Managerial Finance, vol.27, no.3, pp.48-61.

  Karro, Hermeindito, 2002, “Prediksi Kinerja Perusahaan Berbasis Investment

  Opportunity Set

  dan Rasio Keuangan Tertimbang”, Jurnal Bisnis Akuntansi Vol.4 No.1, pp.36-53. Marsh, P., 1982, The Choice between Equity and Debt: An Empirical Study. Journal of

  Finance, 37(1), pp.121 –144.

  Michaelas, N., F. Chittenden, and P. Poutziouris, 1999, Financial policy and capital

  

structure Choice in UK SMEs: Empirical Evidence from Company Panel Data, Small

Bu-siness Economics, 12, pp.113-130

  Mishra, CS and DL McConaughy, 1999, Founding family control and capital structure:

  

The Risk of Loss of Control and the Aversion to Debt, Entrepreneurial Theory and

Practice, 23, pp.53-64

  Myers, S., 1977, “Determinants of corporate borrowing’’, Journal of Financial

  Economics

  ”, Vol. 5 No. 5, pp.147-175 Myers SC, 1984, “The Capital Structure Puzzle”, Journal of Finance, 39, pp.575–592 Myers SC & NS Majluf,

  1984, “Corporate Financing and Investment Decisions when

  

Firms have Information that Investors do not have”, Journal of Financial Economics,

13, pp.187-221.

  Petersen, Mitchell A., and Raghuram G. Rajan, 1994, The Benefits of lending

  

relationships: Evidence from Small Business Data, The Journal of Finance, 49, pp.3-37

  Shyam-Sunder, Lakshmi, and Stewart C. Myers, 1999, Testing static tradeoff against

  

pecking order models of Capital Structure, Journal of Financial Economics, 51,pp.219-

  244 Sanjay Deshmukh, 2002, The Effect of Asymmetric Information on Dividend Policy, .

  Quarterly Journal of Business & Economics, Vol. 4, pp.107-125

  Saumitra N. Bhaduri, 2002, Determinants Capital Structure Choice: a study of Indian corporate sector, Applied Financial Economics, 12, pp.655-665.

  Ekspansi

  Sudipto Sarkar and Fernando Zapatero, 2003, The Trade off Model with Mean

  

Reverting Earnings: Theory and Empirical Test, The Economic Journal, 113, pp.834-

860.

  Sudjana, 2005, “Metoda Statistika”, Penerbit Tarsito Bandung. Titman, S., 1984,

  The Effect of Capital Structure on a Firm’s Liquidation Decisions, Journal of Financial Economics, 13, pp.137

  • –151 Titman, S. and Wessels, R., 1988,

  “The Determinants of Capital Structure Choice”

  Journal of Finance , 43(1), pp.1–19.

  Van der Wijst, N., & Thurik, R., 1993, Determinants of Small Firm Debt Ratios: An

  Analysis of Retail Panel Data. Small Business Economics, 5(1), pp.55-65

  Wald, JK., 1999, “How Firm Characteristics Affect Capital Structure: An International Comparison”, Journal of Financial Research, 22, pp.161-187.

  Wedig, G., Sloan, FA, Hassan, M. and Morrisey, MA., 1988, “Capital Structure,

  Ownership, and Capital Payment Policy: The Case of Hospitals” The Journal of Finance, 43, pp.21-40.

  Banter Laksana

  

49