UPAYA KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN KEJAHATAN PENCURIAN DENGAN CARA PEMBOBOLAN ANJUNGAN TUNAI MANDIRI (ATM) DI BANK BRI LAMPUNG UTARA (Studi Kasus di Polres Lampung Utara)
UPAYA KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN KEJAHATAN
PENCURIAN DENGAN CARA PEMBOBOLAN ANJUNGAN TUNAI MANDIRI
(ATM) DI BANK BRI LAMPUNG UTARA
(Studi Kasus di Polres Lampung Utara)
Jurnal
Oleh
Reni Pebrianti
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
ABSTRAK
UPAYA KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN KEJAHATAN
PENCURIAN DENGAN CARA PEMBOBOLAN ANJUNGAN TUNAI MANDIRI
(ATM) DI BANK BRI LAMPUNG UTARA
(Studi Kasus di Polres Lampung Utara)
Oleh
Reni Pebrianti, Eddy Rifai, Tri Andrisman
Email : [email protected]
Pencurian merupakan bentuk kejahatan sosial yang susah dihilangkan, oleh karena itu
manusia dalam menjalani kebutuhan hidup yang semakin meningkat dan jarangnya
pemukiman penduduk serta tidak terpantau oleh pihak kepolisian hal inilah yang memicu
terjadinya suatu kasus pencurian dengan cara pembobolan Anjungan Tunai Mandiri
(ATM). Rumusan masalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah upaya kepolisian
terhadap penanggulangan tindak pidana pencurian dengan cara pembobolan Anjungan
Tunai Mandiri (ATM) dan faktor-faktor apa sajakah yang menjadi penghambat dalam
upaya kepolisian terhadap penanggulangan pencurian dengan cara pembobolan Anjungan
Tunai Mandiri (ATM). Metode yang digunakan di dalam memecahkan permasalahan
penelitian ini yaitu menggunakan pendekatan secara yurisids normatif dan yuridis
empiris. Responden dalam penelitian ini ialah orang-orang yang dapat memberikan
keterangan serta pendapat sesuai dengan fakta yang ada yaitu, Kasat Reskrim pada Polres
Lampung Utara, Satpam bank BRI Lampung Utara dan Dosen bagian Pidana pada
Fakultas Hukum Universitas Lampung. Analisis terhadap data yang diperoleh dilakukan
dengan cara analisis deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
yang telah dilakukan maka diperoleh kesimpulan mengenai upaya kepolisian terhadap
penanggulangan kejahatan pencurian dengan cara pembobolan Anjungan Tunai Mandiri
(ATM) yang dilakukan secara upaya penal yaitu dengan tindakan represif yaitu menindak
dan memberantas pencurian dengan cara pembobolan Anjungan Tunai Mandiri (ATM)
melalui jalur hukum. Selanjutnya dengan upaya non penal yaitu preventif, untuk
mencegah timbulnya kejahatan yang pertama kali. Upaya ini meliputi: Tindakan Patroli
yaitu tindakan melalui pendeteksian, penindakan atau represif, dialogis. Tindakan
Penjagaan dan Tindakan Razia. Faktor-faktor penghambat adalah faktor penegak hukum
yang kekurangan personil, faktor sarana dan fasilitas yaitu penambahan CCTV, faktor
masyarakat yang kurang waspada dengan lingkungannya sendiri, dan faktor budaya yaitu
kebiasaan masyarakat yang tidak menghiraukan perbedaan budaya yang lama dengan
budaya saat ini. Saran dalam penelitian ini adalah Hendaknya aparat kepolisian berani
menindak tegas segala macam bentuk tindak pidana terutama pencurian dengan cara
pembobolan Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Masyarakat dan pihak bank hendaknya
bisa bekerja sama dengan pihak kepolisian agar terjadi hubungan yang akrab, tidak
menyembunyikan hal-hal yang akan menghambat proses penyelidikan dan penyidikan.
Kata Kunci : Upaya Kepolisian, Kejahatan, Pencurian Anjungan Tunai Mandiri
ABSTRACK
THE EFFORTS OF THE POLICE IN CRIME PREVENTION THEFT BY
PIERCING AUTOMATED TELLER MACHINES (ATM) AT
BANK BRI NORTH LAMPUNG
(Study case in Police north Lampung)
By
Reni Pebrianti, Eddy Rifai, Tri Andrisman
Email : [email protected]
Theft is a form of social evil that is difficult to remove, therefore the people to life a life
growing needs and infrequent setstlements and are not monitored by the police it is thing
that riggers a case of theft by burglary automated teller machines (ATM), formulation of
the problem in this research is how the police effort to tackling the crime of theft by
burglary automated teller machines(ATM), and what are the factors that become an
automated teller machines (ATM). Methods used in this research to solve the problem is
using normatif juridical approach and empirical juridical. Respondent in this study the
person who can provide information and opinions in accordance with the fact that there
are police reskrim in north lampung, and security in bank BRI north Lampung. Analysis
of the data obtained is done by means of descriptive and qualitative analysis. Based on
the result of research and discussion that has been done the obtained a conclusion about
the police effort against crime prevention by way of bulgary automated teller machines
(ATM) is penal efforts carried out by repressive action that is cracking and combat theft
by burglaryautomated teller machines (ATM) through legal channels. Further more with
non penal namely preventive efforts to prevent crime first. These efforts include measures
that act through detection, patrol, dialogic action or repressive action. Guard action or
action raids inhibiting factors are factors of law enforcement personnel shortages,
facilities and infrastructure factors that increase the CCTV , community factors are less
alert to their own circumstances, and cultural factors that people’s habits is ignoring the
old differences with the current culture. Suggestions in this research is their brave police
crack down on all farms of criminal offenses, especially theft by burglary automated
teller machines (ATM). The police and the banks should be able to cooperate with the
police to occur intimate relationship, do not hide things that would impede the process
investigation and inquiry.
Key Words : Police Efforts, Crime, Theft automated teller machines (ATM)
I. PENDAHULUAN
Kehidupan
bermasyarakat
yang
teratur dan maju tidak dapat
berlangsung tanpa adanya jaminan
akan
kepastian
hukum
serta
penegakan hukum yang baik demi
terwujudnya
ketenangan
dan
kenyamanan dalam melaksanakan
aktivitas jaminan ini adalah tanggung
jawab pemerintah dan aparat penegak
hukum, khususnya pihak kepolisian
yang menjadi pelindung, pengayom,
dan pelayan dari masyarakat. Karena
hukum adalah alat penyelesaian
sengketa atau konflik, disamping
fungsi yang lain sebagai alat
pengendalian sosial dan alat rekayasa
sosial dalam menangani masalah
kejahatan.
Kejahatan merupakan suatu kejadian
yang dapat dipahami dari berbagai
sisi yang berbeda, itu sebabnya dalam
keseharian kita mendengar berbagai
komentar tentang suatu peristiwa
kejahatan yang berbeda satu dengan
yang lain. Kejahatan muncul bukan
dari campur tangan penguasa saja,
tetapi juga muncul dari persoalan
pribadi ataupun keluarga. Individu
yang merasa dirinya menjadi korban
perbuatan orang lain, akan mencari
balas terhadap pelakunya.
Kasus kejahatan yang terjadi pada
masyarakat saat ini sangat beragam
jenisnya.
Kasus
kejahatan
konvensional yang menjadi gangguan
keamanan dan ketertiban dalam
masyarakat antara lain pembunuhan,
pencurian
dengan
kekerasan,
pencurian
dengan
pemberatan,
pencurian dengan cara pembobolan
Anjungan Tunai Mandiri (ATM),
kebakaran, pemerkosaan, pemerasan,
penyalah gunaan narkotika, kenakalan
remaja, dan judi. Namun kejahatan
yang sangat meresahkan pihak bank
adalah kejahatan pencurian dengan
cara pembobolan Anjungan Tunai
Mandiri (ATM).
Untuk
mengurangi
kejahatan
pencurian dengan cara pembobolan
Anjungan Tunai Mandiri (ATM).
Perlu ada kerjasama antara aparat
penegak hukum dengan masyarakat.
Hal ini dikarenakan keterbatasan
aparat penegak hukum khususnya
aparat kepolisian Indonesia, oleh
karena itu partisipasi masyarakat juga
sangat
diperlukan
untuk
menanggulangi tindak kejahatan
seperti pencurian dengan cara
pembobolan Anjungan Tunai Mandiri
(ATM) yang banyak terjadi. Masalah
pencurian dengan cara pembobolan
Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di
masyarakat kita bukan lagi hal baru.
Meskipun tempat dan tujuannya
berbeda umumnya modus operandi
pencurian dengan cara pembobolan
Anjungan Tunai Mandiri (ATM)
dinilai sama.
Saat ini yang terjadi adalah
objektivitas upaya kepolisian terasa
masih jauh dari harapan masyarakat.
Hal ini dapat dilihat dari peradilan
yang tidak jujur, serta penegak
hukum
lainnya
yang
tidak
menjelaskan
perannya
sebagai
pelindung dan pengayom rakyat. Hal
ini
berdampak
pada
tatanan
kehidupan masyarakat yang tidak lagi
menganggap hukum sebagai jaminan
keselamatan didalam interaksi sesama
warga masyarakat.
Indonesia merupakan Negara hukum
yang mempunyai norma-norma serta
peraturan-peraturan hukum yang telah
dibuat oleh pembentuk undangundang yang harus ditaati dan
dilaksanakan hanya melalui penegak
atau aparat hukum dapat diwujudkan
dalam kenyataan, dengan demikian
dapat dikatakan upaya kepolisian
dalam penanggulangan sebagai suatu
usaha yang dilakukan secara sadar
oleh manusia. Upaya penanggulangan
tindak pidana adalah kegiatan
menyerasikan hubungan nilai-nilai
yang terjabarkan dalam kaidahkaidah atau pandangan-pandangan
menilai yang mantap dan sikap tindak
sebagai rangkaian penjabaran nilai
tahap akhir untuk menciptakan,
memelihara, dan mempertahankan
kedamaian hidup. 1
Pencurian sebagai salah satu bentuk
kejahatan merupakan masalah sosial
yang susah dihilangkan, oleh karena
itu
manusia
dalam
menjalani
kehidupannya dalam bermasyarakat
dan kebutuhan
yang semakin
meningkat hal inilah yang memicu
terjadinya suatu kasus pencurian.
Tindak pidana pencurian dengan cara
pembobolan Anjungan Tunai Mandiri
(ATM) Bank Rakyat Indonesia (BRI)
ini
sudah
sangat
meresahkan
masyarakat. Seperti contoh kasus
yang terjadi di Unit Kaliumban,
Lampung Utara.
Kanit Resmob, Satreskim Polres
Lampung Utara, Inspektor dua Aris
Satrio mengamankan dua dari lima
orang orang pelaku tindak pidana
pencurian dengan cara pembobolan
Anjungan Tunai Mandiri (ATM).
Para pelaku mendatangi Anjungan
Tunai Mandiri (ATM) dengan sebuah
mobil hardtop BE 1360 J yang
diparkir di seberang jalan depan
Anjungan Tunai Mandiri (ATM).
Dalam menjalankan aksinya para
pelaku melakukan pencurian dengan
1
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian
Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia, 1986,
hlm,5.
cara mencongkel pintu dengan
menggunakan tang dan obeng.
keduanya berinisial BG dan IN
sedangkan ketiga rekannya melarikan
diri, dan saat ini sedang akan kita
lakukan penyelidikan lebih lanjut. 2
Konter Anjungan Tunai Mandiri
(ATM) yang terletak di Unit
Kaliumban, Lampung Utara.
Penulis tertarik dengan kasus ini
karena penulis melihat sering
terjadinya kasus tindak pidana
pencurian dengan cara pembobolan
Anjungan Tunai Mandiri (ATM),
Belum lama ini juga terjadi
pembobolan Anjungan Tunai Mandiri
pada bulan mei di bank danamon di
jalan jendral sudirman nomor 7 dan
terjadi pembobolan Anjungan Tunai
Mandiri di Bank Rakyat Indonesia
(BRI) pada bulan Juli dijalan raya
pakuon ratu desa serupa indah,
Kotabumi Lampung Utara. Dapat
dilihat dari bulan mei hingga bulan
September 2016 di Lampung Utara
sudah terjadi tiga kali pembobolan
Anjungan Tunai Mandiri (ATM).
Akibat
kurangnya
fasilitas
pengamanan di konter anjungan tunai
mandiri kurang memadai seperti
kurangnya CCTV di konter anjungan
tunai mandiri, kuranganya patroli dari
pihak kepolisian serta kurangnya
pengamanan dari aparat penegak
hukum setempat dalam mengamankan
konter Anjungan Tunai Mandiri
(ATM) terutama didaerah – daerah
yang jauh dari pantauan aparat
kepolisian.
Salah satu contoh kasus diatas pihak
kepolisian dibebani tugas untuk
menangani suatu kasus tindak pidana,
seperti yang diketahui hal tersebut
2
Anung Bayuardi,
http://lampung.tribunnews.com/2016. diakses
pada 27 November 2016
tidak dapat dilakukan oleh orang
awam dan harus dilakukan oleh pihak
kepolisian dan harus memberikan
efek jera kepada para pelaku.
Mengingat banyaknya kasus tindak
pidana pencurian dengan cara
pembobolan anjungan tunai mandiri
(ATM), yang berarti bahwa usaha itu
untuk mengurangi terjadinya tindak
pidana pencurian dengan cara
pembobolan anjungan tunai mandiri
(ATM).
Berdasarkan atas uraian tersebut,
maka
penulis
tertarik
untuk
mengangkatnya
dalam
sebuah
penelitian guna penyusunan skripsi
yang diberi judul “Upaya Kepolisian
Dalam Penanggulangan Kejahatan
Pencurian Dengan Cara Pembobolan
Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di
Bank BRI Lampung Utara”.
Berdasarkan uraian latar belakang di
atas, maka permasalahan dalam
penulisan ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimanakah upaya kepolisan
dalam penanggulangan kejahatan
pencurian
dengan
cara
pembobolan Anjungan Tunai
Mandiri (ATM) di bank BRI
Lampung Utara?
b. Apakah
faktor
penghambat
upaya
kepolisan
dalam
penanggulangan
kejahatan
pencurian
dengan
cara
pembobolan Anjungan Tunai
Mandiri (ATM) di bank BRI
Lampung Utara?
Metode yang digunakan di dalam
memecahkan permasalahan penelitian
ini yaitu menggunakan pendekatan
secara yurisids normatif dan yuridis
empiris3. Jenis data dilihat dari sudut
3
Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum
Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2009, hlm, 13-14.
sumbernya, dibedakan antara data
yang diperoleh langsung dari
masyarakat
dan
dari
bahan
kepustakaan.
Jenis
data
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
data primer dan data sekunder.
Responden dalam penelitian ini ialah
orang-orang yang dapat memberikan
keterangan serta pendapat sesuai
dengan fakta yang ada yaitu, Kasat
Reskrim pada Polres Lampung Utara,
Satpam bank BRI Lampung Utara dan
Dosen bagian Pidana pada Fakultas
Hukum
Universitas
Lampung.
Analisis terhadap data yang diperoleh
dilakukan dengan cara analisis
deskriptif kualitatif.
II. PEMBAHASAN
A. Upaya
Kepolisian
dalam
Penanggulangan
Kejahatan
Pencurian
Dengan
Cara
Pembobolan Anjungan Tunai
Mandiri
di
Bank
BRI
Lampung Utara
Pencurian adalah kejahatan yang telah
terjadi dari zaman dahulu hingga
sekarang. Perkembangan para pelaku
kejahatan
pencurian
semakin
membahayakan,
tindak
pidana
pencurian dengan cara pembobolan
Anjungan Tunai Mandiri (ATM)
adalah suatu tindakan perampasan
milik orang lain dengan pengrusakan.
Upaya penanggulangan kejahatan
telah dilakukan oleh semua pihak,
baik pemerintah maupun masyarakat
pada umumnya. Berbagai program
serta kegiatan yang telah dilakukan
sambil terus mencari cara yang paling
tepat dan efektif dalam mengatasi
masalah tersebut.
Upaya kepolisian merupakan bagian
integral dari kebijakan social (social
policy). Kebijakan sosial dapat
diartika sebagai usaha yang rasional
untuk
mencapai
kesejahteraan
masyarakat (social welfare policy)
dan sekaligus mencakup perlindungan
masyarakat ( social defence policy).
Jadi secara singkat dapat dikatakan
bahwa tujuan akhir atau tujuan utama
dari
kebijakan
kriminal
ialah
“perlindungan masyarakat untuk
mencapai kesejahteraan”.
Kabupaten Lampung Utara adalah
salah satu daerah yang rawan
kejahatan pencurian dengan cara
pembobolan Anjungan Tunai Mandiri
(ATM). Lampung Utara adalah salah
satu kabupaten di Provinsi Lampung,
Indonesia. Berdasarkan hasil studi
lapangan pada Polres Lampung Utara
menunjukan
peningkatan
dan
kurangnya
penanganan
dalam
menyelesaikan kasus, atas kejahatan
pencurian dengan cara pembobolan
Anjungan Tunai Mandiri (ATM).
jalan jendral sudirman nomor 7 dan
terjadi pembobolan Anjungan Tunai
Mandiri di Bank Rakyat Indonesia
(BRI) pada bulan Juli dijalan raya
pakuon ratu desa serupa indah,
Kotabumi Lampung Utara. Melihat
dari data tersebut kasus pecurian
dengan cara pembobolan Anjungan
Tunai Mandiri pada tahun 2016 di
Kabupaten Lampung Utara sangat
marak. Maraknya kasus kejahatan
pencurian dengan cara pemboobolan
Anjungan Tunai Mandiri (ATM)
menunjukan
bahwa
belum
sepenuhnya berhasil Tim Polres
Lampung
Utara
bekerja
dan
menemukan strategi untuk menekan
pertumbuhan kejahatan pembobolan
tersebut.5
Belum lama ini juga terjadi
pembobolan Anjungan Tunai Mandiri
pada bulan mei di bank danamon di
Maraknya
kejahatan
pencurian
dengan cara pembobolan Anjungan
Tunai Mandiri (ATM) di Lampung
Utara, Polres Lampung Utara dalam
menangani kasus pembobolan selalu
sesuai dengan SOP yang telah
ditentukan. Upaya penanggulangan
kejahatan yaitu salah satunya
penanggulangan kejahatan yaitu salah
satunya penanggulangan kejahatan
pencurian dengan cara pembobolan
Anjungan Tunai Mandiri (ATM)
dapat dilakukan dengan upaya
bersifat
penindakan
atau
pemberantasan (represif) dan upaya
bersifat pencegahan (preventif).
1. Upaya Penal
Upaya
penal
adalah
upaya
penanggulangan
kejahatan
yang
bersifat represif
bagi pelanggar
hukum atau pelaku kejahatan. Jadi
upaya ini dilakukan setelah kejahatan
terjadi. Seperti kasus pencurian
dengan cara pembobolan Anjungan
Tunai Mandiri yang terjadi di kali
4
5
Seperti kasus yang terjadi pada hari
minggu tanggal 19 Juni 2016 sekitar
pukul 22.00 wib terjadi pembobolan
Anjungan Tunai Mandiri (ATM), di
Unit Kaliumban dua orang dari lima
orang tindak pidana pencurian dengan
cara pembobolan Anjungan Tunai
Mandiri
(ATM).
Para
pelaku
mendatangi Anjungan Tunai Mandiri
(ATM) dengan sebuah mobil hardtop
BE 1360 J yang diparkir di seberang
jalan depan Anjungan Tunai Mandiri
(ATM). Dalam menjalankan aksinya
para pelaku melakukan pencurian
dengan mencongkel pintu dengan
menggunakan tang dan obeng.4
Anung
Bayuardi,
http://lampung.tribunnews.com/2016. diakses
pada 27 November 2016
Hasil wawancara dengan Brigpol Rizki,
Banit RESKRIM Polres Lampung Utara 20
Januari 2017.
umban dengan memberikan sanksi
hukum yang sesuai ketentuan hukum
yang berlaku kepada para pelaku.
Represif
(penindakan),
yaitu
menindak
dan
memberantas
pencurian dengan cara pembobolan
Anjungan Tunai Mandiri (ATM)
melalui jalur hukum, yang dilakukan
oleh penegak hukum atau aparat
keamanan
yang
dibantu
oleh
masyarakat. Ketika ada kasus yang
terjadi masyarakat diharapkan tidak
main hakim sendiri tapi melaporkan
kepada pihak yang berwajib terlebih
dahulu.
Bentuk upaya pengungkapan atau
penindakan dilaksanakan melalui
cara-cara sebagai berikut :
a. Operasi sikat, operasi yang
dilakukan secara berkala setiap
tahun bisa 3-4 kali yang sudah
terprogram dari Polda, operasi ini
bersifat
untuk
mengungkap
dengan adanya target kasus yang
harus di ungkap pihak kepolisian
selama masa operasi.
b. Upaya penindakan oleh Tekab
(Tim Khusus Anti Bandit) yang
dibentuk oleh Polda, kalau
dahulu ada tim seperti buser,
opsnal, sekarang sebutannya
disamakan Tekab. Tim inti tekab
berada di Polda, pada Polres
Lampung Utara mempunyai Tim
Tekab. Tekab adalah opsnalnya
reskrim,
semua
polres
mempunyai Tim Tekab yang
dibentuk dan bertugas banyak
dilapangan
untuk
mengungkapkan
kasus-kasus
pada saat pelaksaan operasi
seperti operasi sikat. Tim tekab
tidak bekerja sendiri tetapi
diback-up oleh jajaran polsek
polsek di tiap wilayah.
Berdasarkan wawancara dengan
responden Penulis sependapat dengan
para responden, jadi dapat dipahami
bahwa perlakuan ini mengandung dua
tujuan pokok, yaitu sebagai upaya
pencegahan dan penyadaran terhadap
pelaku
kejahatan
agar
tidak
melakukan hal-hal yang lebih buuk
lagi dimaksudkan agar si pelaku
kejahatan ini kemudian hari tidak lagi
melakukan pelanggaran hukum, baik
dari pelanggaran–pelanggaran yang
mungkin lebih besar merugikan
masyarakat dan pemerintah.
2. Upaya Non Penal
Upaya non penal adalah upaya
penanggulangan
kejahatan
yang
bersifat preventif dan pre-emtif, yaitu
upaya-upaya pencegahan terhadap
kemungkinan
kejahatan
yang
dilakukan
sebelum
terjadinya
kejahatan.
Meskipun
demikian
apabila pencegahan diartikan secara
luas maka tindakan represif yang
berupa pidana terhadap pelaku
kejahatan yang dapatlah dimaksudkan
agar orang yang bersangkutan dan
masyarakat pada umumnya tidak
melakukan tindak pidana.
a. Upaya Pre-emtif
Upaya pre-emtif adalah upaya
awal yang dilakukan pihak
kepolisian
untuk
mencegah
terjadinya tindak pidana, dalam
penanganan kasus dengan cara
pencegahan
yang dilakukan
secara dini dengan melakukan
kegiatan edukasi dengan sasaran
mempengaruhi
faktor-faktor
penyebab dan pendorong agar
seseorang tidak melakukan tindak
kriminal.
b.
Upaya preventif
Penanggulangan kejahatan secara
preventif
dilakukan
untuk
mencegah
terjadinya
atau
timbulnya
kejahatan
yang
pertama
kali.
Mencegah
kejahatan lebih baik daripada
mencoba
untuk
mendidik
penjahat menjadi lebih baik
kembali, sebgaimana semboyan
dan kriminologi yaitu usahausaha memperbaiki penjahat
perlu diperhatikan dan diarahkan
agar tidak terjadi lagi kejahatan
ulangan. Sangat beralasan bila
upaya preventif diutamakan
karena upaya preventif dapat
dilakukan oleh siapa saja tanpa
suatu keahlian khusus dan
ekonomis.
meningkatkan
kesadaran
dan
partisipasi
masyarakat
bahwa
keamanan dan ketertiban merupakan
tanggung jawab bersama.
Upaya preventif (pencegahan),
yaitu untuk masyarakat yang
mempunyai
ketahanan
dan
kekebalan terhadap pencurian.
Pencegahan lebih baik daripada
pemberantasan,
pencegahan
dalam pencurian dengan cara
pembobolan Anjungan Tunai
Mandiri (ATM) dapat dengan
cara seperti pembinaan dan
pengawasan dalam keluarga,
penyuluhan oleh pihak yang
berkompetensi. Hal ini bertujuan
untuk
mengurangi
atau
meniadakan kasus pencurian
dengan
cara
pembobolan
Anjungan Tunai Mandiri (ATM).
Meningkatkan invensitas razia, patroli
dan penjagaan hanya pada saat terjadi
kejahatan pencurian dengan cara
pembobolan Anjungan Tunai Mandiri
(ATM) namun, tidak dilanjutkan akan
kurang efektif untuk menanggulangi
kejahatan pencurian dengan cara
pembobolan
tersebut.
Berupaya
sendiri menanggulangi kejahatan
pembobolan
tanpa
melibatkan
masyarakat sekitar juga akan sangat
membuat pihak kepolisian kurang
maksimal bekerja sebab adanya
keterbatasan
jumlah
personil
kepolisian dalam suatu satuan.
Penulis beranggapan dalam upaya
preventif dan pre-emtif itu adalah
bagaimana kita melakukan suatu
usaha yang positif, serta bagaimana
kita menciptakan suatu kondisi seperti
keadaan ekonomi, lingkungan, juga
kultur masyarakat yang menjadi suatu
daya dinamika dalam pembangunan
dan
bukan
sebaliknya
seperti
menimbullkan
keteganganketegangan sosial yang mendorong
timbulnya perbuatan menyimpang
juga disamping itu bagaimana
Berdasarkan hasil penelitian diatas
maka penulis menganalisis bahwa
berdasarkan maraknya pencurian
dengan cara pembobolan Anjungan
Tunai Mandiri (ATM) di Lampung
Utara, hal ini mungkin terjadi karena
disebabkan
upaya-upaya
penanggulangan yang dilakukan oleh
pihak Polres Lampung Utara terutama
pada
upaya
preventif
belum
maksimal.
Koordinasi antara Polres Lampung
Utara dan Polda Lampung adalah
penting dilakukan guna sebesarbesarnya mengungkap kejahatan
pencurian dengan cara pembobolan
Anjungan Tunai Mandiri (ATM) yang
terus meresahkan pihak bank dan
merugikan. Tertangkapnya pelaku
dan diberikan hukuman yang tepat
akan menekan kejahatan ini.
Upaya penal dan upaya non penal
yang digagas oleh pihak Polres
Lampung Utara telah baik namun,
apabila tidak disertakan dengan
konsistensi dan strategi oleh anggota
kepolisian tersebut maka pelaku akan
mudah membaca dan menyiapkan
modus baru untuk memperlancar
aksinya
sehingga,
kejahatan
pembegalan akan terus ada dan
meningkat.
Upaya yang lebih penting untuk
diperhatikan dalam menanggulangi
kejahatan pencurian dengan cara
pembobolan Anjungan Tunai Mandiri
(ATM) ialah dengan menjalankan
secara konsisten upaya preventif yang
bertujuan untuk melindungi dan
mencegah
timbulnya
ancaman
kejahatan dari masyarakat seperti bagi
aparat penegak hukum secara rutin
melaksanakan
operasi/patroli
menyulusuri wilayah bukan hanya
yang mudah dijangkau tetapi juga
sampat wilayah pelosok, sehingga
masyarakat merasa terindungi dari
ancaman kejahatan.
Upaya hukum preventif ini harus
diutamakan karena apabila pihak
kepolisian, masyarakat dan pihak
bank telah saling bersinergi dan
bekerja
sama
dengan
baik
kemungkinan
besar
kejahatan
pencurian dengan cara pembobolan
Anjungan Tunai Mandiri (ATM)
dapat
ditanggulangi
karena
pengawasan terhadap kejahatan ini
tidak hanya datang dari pihak
kepolisian saja namun juga datang
dari pihak bank dan masyarakat itu
sendri untuk menjaga lingkungannya.
Penulis beranggapan dalam upaya
preventif dan pre-emtif itu adalah
bagaimana kita melakukan suatu
usaha yang positif, serta bagaimana
kita menciptakan suatu kondisi yang
seperti keadaan ekonomi, lingkungan,
juga kultur masyarakat yang menjadi
suatu
daya
dinmika
dalam
pembangunan dan bukan sebaliknya
seperti menimbulkan keteganganketgangan sosial yang mendorong
timbulnya perbuatan menyimpang
juga disamping itu bagaimana
meningkatkan
kesadaran
dan
partisipasi
masyarakat
bahwa
keamanan dan ketertiban merupakan
tanggung jawab bersama.
B. Faktor-faktor
Penghambat
Pihak
Kepolisian
Dalam
Penanggulangan
Kejahatan
Pencurian
Dengan
Cara
Pembobolan Anjungan Tunai
Mandiri (ATM)
Peran kepolisian sangat penting untuk
menanggulangi
dan
melakukan
penyelidikan serta penyidikan kasus
kejahatan pencurian dengan cara
pembobolan Anjungan Tunai Mandiri
(ATM). Berbagai tugas yang sudah
dilakukan oleh Polres Lampung Utara
dalam menangani kejahatan pencurian
dengan cara pembobolan Anjungan
Tunai Mandiri (ATM) sudah sesuai
dengan peraturan yang berlaku yang
tertuang dalam Undang-Undang
Nomor 2 tahun 2002 tentang
Kepolisian
Negara
Republik
Indonesia.
Sebelumya telah dijabarkan bahwa
upaya pihak kepolisian dalam
penangulangan kejahatan pencurian
dengan cara pembobolan Anjungan
Tunai Mandiri (ATM) di wilayah
hukum Polres Lampung Utara,
dilakukan melalui pengoptimalan
fungsi upaya preventif atau tindakan
yang dilakukan untuk menjaga atau
mencegah
kemungkinan
akan
terjadinya kejahatan dan fungsi upaya
represif melakukan upaya paksa
untuk melakukan pengungkapan dan
penindakan atau pemberian sanksi
hukum sesuai dengan ketentuan yang
berlaku kepada para pelaku kejahatan.
d.
Namun upaya dan peranan yang telah
dilakukan Polres Lampung Utara
masih belum berhasil dengan baik.
Dengan maraknya kasus pencurian
dengan cara Pembobolan Anjungan
Tunai Mandiri (ATM) di Lampung
Utara. Belum berhasilnya upaya yang
dilakukan untuk menanggulangi
kejahatan pencurian dengan cara
Pembobolan Anjungan Tunai Mandiri
(ATM)
dikarenakan
banyaknya
kendala-kendala yang ditemukan.
Faktor-faktor penghambat upaya
penanggulangan kejahatan menurut
Soerjono Soekanto adalah sebagai
berkut:
a. Faktor hukumnya sendiri atau
peraturan itu sendiri, contohnya
tidak
diikutinya
asas-asas
berlakunya
undang-undang,
belum
adanya
peraturan
pelaksana
yang
sangat
dibutuhkan untuk menerapkan
undang-undang, serta kesimpang
siuran di dalam penafsiran serta
penerapannya.
b. Faktor penegak hukum, yaitu
pihak-pihak yang membentuk
maupun menerapkan hukum.
Contohnya,
keterbatasan
kemampuan untuk menempatkan
diri dalam peranan pihak lain
dengan siapa dia berinteraksi,
tingkat aspirasi yang relatif
belum tinggi, kegairahan yang
sangat terbatas untuk memikirkan
masa depan, sehingga sulit sekali
untuk membuat suatu proyeksi.
c. Faktor sarana atau fasilitas yang
mendukung penegakan hukum.
Contohnya dapat dianut pikiran
sebagai berikut: yang tidak ada,
diadakan yang baru betul; yang
rusak atau salah, diperbaiki atau
dibetulkan;
yang
kurang,
e.
ditambah; serta yang macet,
dilancarkan.
Faktor masyarakat, yakni faktor
lingkungan
dimana
hukum
tersebut diterapkan. Contohnya,
masyarakat tidak mengetahui
akan adanya upaya-upaya hukum
untuk melindungi kepentingankepentingannya; tidak berdaya
untuk memanfaatkan upayaupaya hukum karena faktorfaktor keuangan, psikis, sosial
atau politik, dan lain sebagainya.
Faktor
kebudayaan,
yakni
sebagai hasil karya cipta, rasa
yang didasarkan pada karya
manusia
didalam
pergaulan
hidup. Contohnya nilai ketertiban
dan nilai ketentraman, nilai
jasmaniah atau kebendaan dan
nilai rohaniah/ keakhlakan, nilai
kelanggenan /konservatisme dan
nilai kebaruan/ inovatisme.
Berdasarkan wawancara dan analisis
penulis maka yang menjadi faktor
penghambat
yang menyebabkan
banyak ditemukannya kendala dalam
penanggulangan kejahatan pencurian
dengan cara pembobolan Anjungan
Tunai Mandiri (ATM) di Polres
Lampung Utara sesuai dengan teori
Soerjono Soekanto ialah sebagai
berikut:
1. Faktor Penegak Hukum
Keadaan suatu negara akan tidak
setabil ketika tidak ada aturan yang
mendasari dalam segala tindakan
untuk pengaturan negara tersebut.
Aturan hukum hanyalah sebuah teks
saja ketika dalam pelaksanaanya tidak
dimiliki penegak hukum untuk
menerapkan suatu aturan, dalam
pelaksanaanya
hukum
dapat
dipaksakan daya berlakunya oleh
aparatur negara untuk menciptakan
masyarakat yang aman dan adil.
Tindakan tegas harus diberlakukan
kepada para penegak hukum yang
kotor agar timbul keamanan dan
ketertiban bagi masyarakat.
2. Faktor Sarana dan Prasarana
Kejahatan pencurian dengan cara
pembobolan Anjungan Tunai Mandiri
(ATM) saat ini tidak dilakukan
seorang diri, melainkan melibatkan
orang lain atau bersama-sama, dalam
menjalankan aksinya para pelaku ini
bisa melibatkan banyak orang dengan
kasus sekala nasional maupun
internasional. Faktor yang menjadi
penghambat pada saat melakukan
penanggulangan pencurian dengan
cara pembobolan Anjungan Tunai
Mandiri (ATM) salah satunya adalah
keterbatasan
oprasional
dalam
melaksanakan penyidikan. Penulis
sependapat dengan para responden
yaitu sarana dan fasilitas akan
menjadi sangat penting dalam
melakukan tugas dari kepolisian
apalagi ditambah dengan kondisi
wilayah yang ada di Lampug Utara
memang sepi dari keramaian.
3. Faktor Masyarakat
Kesadaran hukum yang dimaksud
berpangkal pada perasaan setiap
individu yaitu bagaimana seharusnya
perasaan hukum itu. Hal ini sesuai
dengan pendapat stammler yang
menyatakan bahwa law cleary is
volition sehingga penerapan hukum
terindikasi dari kemauan masyarakat
untuk
melakukannya.
Dapat
dikatakan bahwa budaya hukum akan
mempengaruhi
penolakan
dan
penerimaan masyarakat yang terhadap
suatu peraturan hukum, hal ini
penting dipehatikan karena tanpa
masyarakat hukum akan kehilangan
kewibawaan mengenai peraturannya.
Masyarakat sangat penting memiliki
kesadaran dan kewaspadaan tentang
bahaya pencurian dengan cara
pembobolan Anjungan Tunai Mandiri
(ATM). Dengan kondisi wilayah yang
memiliki banyak titik rawan terutama
didaerah yang susah untuk dijangkau
pihak kepolisian itu akan membuat
para pelaku kejahatan tidak segan
untuk melakukan pencurian dengan
cara pembobolan Anjungan Tunai
Mandiri (ATM) dengan kasus yang
sering terjadi adalah pembobolan.
Seperti kasus yang yang dialami
pihak Bank Rakyat Indonesia (BRI)
para korban melakukan pembobolan
dengan mencongkel mesin Anjungan
Tunai Mandiri (ATM) dengan
menggunakan obeng dan tang,
kurangnya pengamanan di mesin
Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Hal
tersebut akan mempermudah para
pelaku pencuri untuk melakukan
aksinya,
jadi
memang
butuh
pengawasan dan kesadaran dari
masyarakat
kesadaran
untuk
melindungi lingkungan sekitarnya.
Sangatlah dibutuhkan kerjasama dari
masyarakat bahkan pihak bank untuk
dapat
menanggulangi
ataupun
menghilangkan perbuatan pencurian
sedini mungkin.
Sedangkan
berdasarkan
hasil
wawancara sanusi menjelaskan salah
satu yang menjadi kendala dalam
menanggulangi kejahatan pencurian
dengan cara pembobolan Anjungan
Tunai Mandiri (ATM) di Lampung
Utara
dikarenakan
program
penyuluhan Polres Lampung Utara
belum menjangkau seluruh wilayah
sehingga terdapat daerah yang tidak
diperhatikan. Perlu adanya perbaikan
sistem agar informasi dapat samapai
ke masyarakat sehingga kerja sama
antara masyarakat dan kepolisian
dalam penanganan kasus pembobolan
ini dapat berjalan dengan baik dan
bersinergi.6
4. Faktor Kebudayaan
Kebudayaan atau sistem hukum pada
dasarnya mencakup nilai-nilai yang
mendasari hukum yang berlaku, nilainilai yang merupakan konsepsi
abstrak mengenai apa yang diannggap
baik sehingga dianut dan apa yang
dianggap buruk sehingga dihindari.
Berdasarkan analsisi penulis suatu
kebudayaan memang sangat baik
untuk dilestarikan. Akan tetapi
dengan berkembangnya zaman di era
pada saat ini, kebudayaan justru akan
banyak
menyalahgunakannya.
Masyarakat dengan sikap yang
tanggap
terhadap
lingkungan
sangatlah diharapkan untuk situasi ini
karena hal tersebut akan menjaga
spot-spot Anjungan Tunai Mandiri
(ATM) dari hal yang tidak
diinginkan.
Penting bagi pihak kepolisian untuk
mampu meningkatkan kinerja dalam
menangani kasus pembobolan dan
juga agar masyarakat memiliki
kesadaran hukum perlu dilakukan
pendekatan dan pemahaman bahwa
menjaga
keamanan,
ketertiban
melawan hukum kejahatan tidak
hanya menjadi tanggung jawab
sepenuhnya pihak kepolisian. Sebab,
pihak
kepolisian
memiliki
keterbatasan personil dan jumlahnya
pun
berbanding
jauh
dengan
masyarakat.
6
Hasil wawancara dengan Sanusi. Akademisi
Hukum di Fakultas Hukum Universitas
Lampung, 01 Februari 2017.
III. PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan yang telah dilakukan dan
diuraikan oleh penulis, pada bab-bab
sebelumya maka dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut:
1. Upaya
kepolisian
dalam
menanggulangi
kejahatan
pencurian
dengan
cara
pembobolan Anjungan Tunai
Mandiri di Bank Rakyat Indonesia
Lampung Utara (Studi kasus di
Polres Lampung Utara) yaitu:
a. Upaya
penal,
upaya
ini
dilakukan setelah kejahatan
terjadi yaitu menindak dan
memberantas
pencurian
pembobolan Anjungan Tunai
Mandiri (ATM) melalui jalur
hukum atau aparat keamanan
yang dibantu oleh penegak
hukum atau aparat keamanan
yang dibantu oleh masyarakat.
Tindakan
yang
dilakukan
menggunakan upaya represif,
yaitu dengan mengoptimalkan
upaya
penindakan
serta
menghimpun bukti-bukti guna
menindak secara hukum pelaku
kejahatan
tersebut
dengan
pemberian sanksi tegas dan
berefek jera seperti yang telah
diuraikan dalam Kitab Undang
Undang
Hukum
Pidana
(KUHP) pada Bab XXII pasal
32, 363, dan 365 khususnya
pada Pasal 363 yaitu pencurian
dengan pemberatan.
b. Upaya Non Penal yaitu
penanggulangan
kejahatan
secara preventif yang dilakukan
untuk mencegah terjadinya atau
timbulnya
kejahatan
yang
pertama kali. Upaya ini meliputi
tindakan Patroli yaitu tindakan
pendeteksian, penindakan atau
represif, dialogis. Upaya preemtif adalah penanganan kasus
dengan cara pencegahan yang
dilakukan secara dini, seperti
penyuluhan dan pemberian
spanduk mengenai bahaya
pencurian
pembobolan
da
penambahan CCTV. Upaya
preventif melalui beberapa
faktor seperti faktor penegak
hukum dengan berkoodinasi
bersama satuan kepolisian
Polres Lampung Utara untuk
melaksanakan patroli dan razia.
Selanjutnya faktor masyarakat
yaitu
dengan
melakukan
pendekatan antar warga sekitar,
polisi, dan pihak bank seperti
rembuk
pekon
untuk
menciptakan keamanan dan
ketertiban pada setiap dusundusun di Lampung Utara.
2. Faktor-Faktor
Penghambat
Kepolisian di Polres Lampung
Utara
dalam
menanggulangi
kejahatan pencurian dengan cara
pembobolan Anjungan Tunai
Mandiri (ATM);
a. Faktor Penegak Hukum
Kekurangan personel membuat
tidak
efektif
pekerjaan
dibidangnya
masing-masing,
masih kurang maksimal dalam
menjalankan
programnya
contohnya program penyuluhan
Polres Lampung Utara yang
belum menjangkau seluruh
masyarakat,
sehingga
mengakibatkan
maraknya
kejahatan
pembobolan
Anjungan
Tunai
Mandiri
(ATM).
b. Faktor Sarana dan prasarana
Sarana di Lampung Utara masih
terbatas seperti contohnya tidak
jelasnya rekaman CCTV yang
diberikan pihak bank, mesin
Anjungan
Tunai
Mandiri
(ATM) yang sudah tidak layak
digunakan, letak posisi spotspot mesin Anjungan Tunai
Mandiri (ATM) yang jauh dari
keramaian dan juga sering kali
pihak kepolisian susah untuk
menjangkau daerah pedesaan
yang terutama daerah yang
dipedalaman untuk patroli.
c. Faktor Masyarakat
Masyarakat
adalah
besar
pengaruhnya
dalam
suatu
penegakan hukum, di Lampung
Utara
masyarakat
kurang
memperhtikan
keadaan
sekitarnya dan kurang aktif
bekerja sama dengan pihak
kepolisian.
d. Faktor Kebudayaan
Kebiasaan yang meremehkan
atas bahaya terhadap orang
asing seringkali menjadi modus
dari
para
pelaku
untuk
memanfaatkan situasi ini. Sikap
waspada dan tidak meremehkan
kebiasaan yang ada akan
menjaga diri dan harta benda
kita dari perbuatan yang tidak
kita
inginkan
dari
para
pendatang
yang
ada
di
Lampung Utara.
B. Saran
Berdasarkan hasil uraian pembahasan
dan kesimpulan, saran dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Upaya
utama
dalam
penanggulangan
kejahatan
pencurian
dengan
cara
pembobolan Anjungan Tunai
Mandiri (ATM) pihak kepolisian
khusunya Polres Lampung Utara
sebaiknya harus mengutamakan
upaya preventif guna menekan
angka pertumbuhan kejahatan ini
yaitu
dengan
meningkatkan
kinerja kepolisian seperti razia,
patroli dan pengawasan daerah
rawan atau daerah pelosok yang
sepi, perbaikan sarana dan
prasarana
serta
melakukan
pendekatan kepada masyarakat.
Masyarakat
pastinya
akan
membantu terlaksananya upaya
tersebut apabila pihak kepolisian
mampu menjalin hubungan yang
bersifat seperti kekeluargaan
dalam
mengayomi
dan
melindungi masyarakat.
2.
Faktor
Penghambat
pihak
kepolisian dalam menanggulangi
kejahatan pencurian dengan cara
pembobolan Anjungan Tunai
Mandiri (ATM) di bank Rakyat
Indonesia Lampung Utara Studi
kasus di Polres Lampung Utara)
hendaknya pihak bank bisa
bekerja sama dengan pihak
kepolisian agar tidak terjadinya
penghambatan dan dapat teratasi
apabila sosialisasi yang diberikan
pihak
kepolisian
memiliki
pendekatan dan pengarahan yang
baik kepada seluruh lapisan
masyarakat,
untuk
bersama
bertanggung
jawab
atas
keamanan lingkungan mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Lamintang, P, A, F. 1996. DasarDasar
Hukum
Pidana
Indonesia, PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung,
Moeljanto. 1993. Perbuatan Pidana
dan Pertanggung jawaban
Dalam Hukum Pidana, Jakarta:
Bina Aksara,
Soekanto, Soerjono. 1986. Pengantar
Penelitian Hukum, Jakarta:
Universitas Indonesia.
- - - - - - - - -. 2009. Penelitian Hukum
Normatif
Suatu
Tinjauan
Singkat, Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
- - - - - - - - -. 2012. Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Penegakkan Hukum, cetakan
ke-11,
Jakarta:
PT.
Rajagrafindo Persada.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1946 juncto Undang-Undang
No. 73 Tahun 1958 tentang
Pemberlakuan Kitab UndangUndang
Hukum
Pidana
(KUHP).
Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1981 tentang Kitab UndangUndang Hukum Acara Pidana.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
http://lampung.tribunnews.com/2016
No HP : 082280589445
PENCURIAN DENGAN CARA PEMBOBOLAN ANJUNGAN TUNAI MANDIRI
(ATM) DI BANK BRI LAMPUNG UTARA
(Studi Kasus di Polres Lampung Utara)
Jurnal
Oleh
Reni Pebrianti
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
ABSTRAK
UPAYA KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN KEJAHATAN
PENCURIAN DENGAN CARA PEMBOBOLAN ANJUNGAN TUNAI MANDIRI
(ATM) DI BANK BRI LAMPUNG UTARA
(Studi Kasus di Polres Lampung Utara)
Oleh
Reni Pebrianti, Eddy Rifai, Tri Andrisman
Email : [email protected]
Pencurian merupakan bentuk kejahatan sosial yang susah dihilangkan, oleh karena itu
manusia dalam menjalani kebutuhan hidup yang semakin meningkat dan jarangnya
pemukiman penduduk serta tidak terpantau oleh pihak kepolisian hal inilah yang memicu
terjadinya suatu kasus pencurian dengan cara pembobolan Anjungan Tunai Mandiri
(ATM). Rumusan masalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah upaya kepolisian
terhadap penanggulangan tindak pidana pencurian dengan cara pembobolan Anjungan
Tunai Mandiri (ATM) dan faktor-faktor apa sajakah yang menjadi penghambat dalam
upaya kepolisian terhadap penanggulangan pencurian dengan cara pembobolan Anjungan
Tunai Mandiri (ATM). Metode yang digunakan di dalam memecahkan permasalahan
penelitian ini yaitu menggunakan pendekatan secara yurisids normatif dan yuridis
empiris. Responden dalam penelitian ini ialah orang-orang yang dapat memberikan
keterangan serta pendapat sesuai dengan fakta yang ada yaitu, Kasat Reskrim pada Polres
Lampung Utara, Satpam bank BRI Lampung Utara dan Dosen bagian Pidana pada
Fakultas Hukum Universitas Lampung. Analisis terhadap data yang diperoleh dilakukan
dengan cara analisis deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
yang telah dilakukan maka diperoleh kesimpulan mengenai upaya kepolisian terhadap
penanggulangan kejahatan pencurian dengan cara pembobolan Anjungan Tunai Mandiri
(ATM) yang dilakukan secara upaya penal yaitu dengan tindakan represif yaitu menindak
dan memberantas pencurian dengan cara pembobolan Anjungan Tunai Mandiri (ATM)
melalui jalur hukum. Selanjutnya dengan upaya non penal yaitu preventif, untuk
mencegah timbulnya kejahatan yang pertama kali. Upaya ini meliputi: Tindakan Patroli
yaitu tindakan melalui pendeteksian, penindakan atau represif, dialogis. Tindakan
Penjagaan dan Tindakan Razia. Faktor-faktor penghambat adalah faktor penegak hukum
yang kekurangan personil, faktor sarana dan fasilitas yaitu penambahan CCTV, faktor
masyarakat yang kurang waspada dengan lingkungannya sendiri, dan faktor budaya yaitu
kebiasaan masyarakat yang tidak menghiraukan perbedaan budaya yang lama dengan
budaya saat ini. Saran dalam penelitian ini adalah Hendaknya aparat kepolisian berani
menindak tegas segala macam bentuk tindak pidana terutama pencurian dengan cara
pembobolan Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Masyarakat dan pihak bank hendaknya
bisa bekerja sama dengan pihak kepolisian agar terjadi hubungan yang akrab, tidak
menyembunyikan hal-hal yang akan menghambat proses penyelidikan dan penyidikan.
Kata Kunci : Upaya Kepolisian, Kejahatan, Pencurian Anjungan Tunai Mandiri
ABSTRACK
THE EFFORTS OF THE POLICE IN CRIME PREVENTION THEFT BY
PIERCING AUTOMATED TELLER MACHINES (ATM) AT
BANK BRI NORTH LAMPUNG
(Study case in Police north Lampung)
By
Reni Pebrianti, Eddy Rifai, Tri Andrisman
Email : [email protected]
Theft is a form of social evil that is difficult to remove, therefore the people to life a life
growing needs and infrequent setstlements and are not monitored by the police it is thing
that riggers a case of theft by burglary automated teller machines (ATM), formulation of
the problem in this research is how the police effort to tackling the crime of theft by
burglary automated teller machines(ATM), and what are the factors that become an
automated teller machines (ATM). Methods used in this research to solve the problem is
using normatif juridical approach and empirical juridical. Respondent in this study the
person who can provide information and opinions in accordance with the fact that there
are police reskrim in north lampung, and security in bank BRI north Lampung. Analysis
of the data obtained is done by means of descriptive and qualitative analysis. Based on
the result of research and discussion that has been done the obtained a conclusion about
the police effort against crime prevention by way of bulgary automated teller machines
(ATM) is penal efforts carried out by repressive action that is cracking and combat theft
by burglaryautomated teller machines (ATM) through legal channels. Further more with
non penal namely preventive efforts to prevent crime first. These efforts include measures
that act through detection, patrol, dialogic action or repressive action. Guard action or
action raids inhibiting factors are factors of law enforcement personnel shortages,
facilities and infrastructure factors that increase the CCTV , community factors are less
alert to their own circumstances, and cultural factors that people’s habits is ignoring the
old differences with the current culture. Suggestions in this research is their brave police
crack down on all farms of criminal offenses, especially theft by burglary automated
teller machines (ATM). The police and the banks should be able to cooperate with the
police to occur intimate relationship, do not hide things that would impede the process
investigation and inquiry.
Key Words : Police Efforts, Crime, Theft automated teller machines (ATM)
I. PENDAHULUAN
Kehidupan
bermasyarakat
yang
teratur dan maju tidak dapat
berlangsung tanpa adanya jaminan
akan
kepastian
hukum
serta
penegakan hukum yang baik demi
terwujudnya
ketenangan
dan
kenyamanan dalam melaksanakan
aktivitas jaminan ini adalah tanggung
jawab pemerintah dan aparat penegak
hukum, khususnya pihak kepolisian
yang menjadi pelindung, pengayom,
dan pelayan dari masyarakat. Karena
hukum adalah alat penyelesaian
sengketa atau konflik, disamping
fungsi yang lain sebagai alat
pengendalian sosial dan alat rekayasa
sosial dalam menangani masalah
kejahatan.
Kejahatan merupakan suatu kejadian
yang dapat dipahami dari berbagai
sisi yang berbeda, itu sebabnya dalam
keseharian kita mendengar berbagai
komentar tentang suatu peristiwa
kejahatan yang berbeda satu dengan
yang lain. Kejahatan muncul bukan
dari campur tangan penguasa saja,
tetapi juga muncul dari persoalan
pribadi ataupun keluarga. Individu
yang merasa dirinya menjadi korban
perbuatan orang lain, akan mencari
balas terhadap pelakunya.
Kasus kejahatan yang terjadi pada
masyarakat saat ini sangat beragam
jenisnya.
Kasus
kejahatan
konvensional yang menjadi gangguan
keamanan dan ketertiban dalam
masyarakat antara lain pembunuhan,
pencurian
dengan
kekerasan,
pencurian
dengan
pemberatan,
pencurian dengan cara pembobolan
Anjungan Tunai Mandiri (ATM),
kebakaran, pemerkosaan, pemerasan,
penyalah gunaan narkotika, kenakalan
remaja, dan judi. Namun kejahatan
yang sangat meresahkan pihak bank
adalah kejahatan pencurian dengan
cara pembobolan Anjungan Tunai
Mandiri (ATM).
Untuk
mengurangi
kejahatan
pencurian dengan cara pembobolan
Anjungan Tunai Mandiri (ATM).
Perlu ada kerjasama antara aparat
penegak hukum dengan masyarakat.
Hal ini dikarenakan keterbatasan
aparat penegak hukum khususnya
aparat kepolisian Indonesia, oleh
karena itu partisipasi masyarakat juga
sangat
diperlukan
untuk
menanggulangi tindak kejahatan
seperti pencurian dengan cara
pembobolan Anjungan Tunai Mandiri
(ATM) yang banyak terjadi. Masalah
pencurian dengan cara pembobolan
Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di
masyarakat kita bukan lagi hal baru.
Meskipun tempat dan tujuannya
berbeda umumnya modus operandi
pencurian dengan cara pembobolan
Anjungan Tunai Mandiri (ATM)
dinilai sama.
Saat ini yang terjadi adalah
objektivitas upaya kepolisian terasa
masih jauh dari harapan masyarakat.
Hal ini dapat dilihat dari peradilan
yang tidak jujur, serta penegak
hukum
lainnya
yang
tidak
menjelaskan
perannya
sebagai
pelindung dan pengayom rakyat. Hal
ini
berdampak
pada
tatanan
kehidupan masyarakat yang tidak lagi
menganggap hukum sebagai jaminan
keselamatan didalam interaksi sesama
warga masyarakat.
Indonesia merupakan Negara hukum
yang mempunyai norma-norma serta
peraturan-peraturan hukum yang telah
dibuat oleh pembentuk undangundang yang harus ditaati dan
dilaksanakan hanya melalui penegak
atau aparat hukum dapat diwujudkan
dalam kenyataan, dengan demikian
dapat dikatakan upaya kepolisian
dalam penanggulangan sebagai suatu
usaha yang dilakukan secara sadar
oleh manusia. Upaya penanggulangan
tindak pidana adalah kegiatan
menyerasikan hubungan nilai-nilai
yang terjabarkan dalam kaidahkaidah atau pandangan-pandangan
menilai yang mantap dan sikap tindak
sebagai rangkaian penjabaran nilai
tahap akhir untuk menciptakan,
memelihara, dan mempertahankan
kedamaian hidup. 1
Pencurian sebagai salah satu bentuk
kejahatan merupakan masalah sosial
yang susah dihilangkan, oleh karena
itu
manusia
dalam
menjalani
kehidupannya dalam bermasyarakat
dan kebutuhan
yang semakin
meningkat hal inilah yang memicu
terjadinya suatu kasus pencurian.
Tindak pidana pencurian dengan cara
pembobolan Anjungan Tunai Mandiri
(ATM) Bank Rakyat Indonesia (BRI)
ini
sudah
sangat
meresahkan
masyarakat. Seperti contoh kasus
yang terjadi di Unit Kaliumban,
Lampung Utara.
Kanit Resmob, Satreskim Polres
Lampung Utara, Inspektor dua Aris
Satrio mengamankan dua dari lima
orang orang pelaku tindak pidana
pencurian dengan cara pembobolan
Anjungan Tunai Mandiri (ATM).
Para pelaku mendatangi Anjungan
Tunai Mandiri (ATM) dengan sebuah
mobil hardtop BE 1360 J yang
diparkir di seberang jalan depan
Anjungan Tunai Mandiri (ATM).
Dalam menjalankan aksinya para
pelaku melakukan pencurian dengan
1
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian
Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia, 1986,
hlm,5.
cara mencongkel pintu dengan
menggunakan tang dan obeng.
keduanya berinisial BG dan IN
sedangkan ketiga rekannya melarikan
diri, dan saat ini sedang akan kita
lakukan penyelidikan lebih lanjut. 2
Konter Anjungan Tunai Mandiri
(ATM) yang terletak di Unit
Kaliumban, Lampung Utara.
Penulis tertarik dengan kasus ini
karena penulis melihat sering
terjadinya kasus tindak pidana
pencurian dengan cara pembobolan
Anjungan Tunai Mandiri (ATM),
Belum lama ini juga terjadi
pembobolan Anjungan Tunai Mandiri
pada bulan mei di bank danamon di
jalan jendral sudirman nomor 7 dan
terjadi pembobolan Anjungan Tunai
Mandiri di Bank Rakyat Indonesia
(BRI) pada bulan Juli dijalan raya
pakuon ratu desa serupa indah,
Kotabumi Lampung Utara. Dapat
dilihat dari bulan mei hingga bulan
September 2016 di Lampung Utara
sudah terjadi tiga kali pembobolan
Anjungan Tunai Mandiri (ATM).
Akibat
kurangnya
fasilitas
pengamanan di konter anjungan tunai
mandiri kurang memadai seperti
kurangnya CCTV di konter anjungan
tunai mandiri, kuranganya patroli dari
pihak kepolisian serta kurangnya
pengamanan dari aparat penegak
hukum setempat dalam mengamankan
konter Anjungan Tunai Mandiri
(ATM) terutama didaerah – daerah
yang jauh dari pantauan aparat
kepolisian.
Salah satu contoh kasus diatas pihak
kepolisian dibebani tugas untuk
menangani suatu kasus tindak pidana,
seperti yang diketahui hal tersebut
2
Anung Bayuardi,
http://lampung.tribunnews.com/2016. diakses
pada 27 November 2016
tidak dapat dilakukan oleh orang
awam dan harus dilakukan oleh pihak
kepolisian dan harus memberikan
efek jera kepada para pelaku.
Mengingat banyaknya kasus tindak
pidana pencurian dengan cara
pembobolan anjungan tunai mandiri
(ATM), yang berarti bahwa usaha itu
untuk mengurangi terjadinya tindak
pidana pencurian dengan cara
pembobolan anjungan tunai mandiri
(ATM).
Berdasarkan atas uraian tersebut,
maka
penulis
tertarik
untuk
mengangkatnya
dalam
sebuah
penelitian guna penyusunan skripsi
yang diberi judul “Upaya Kepolisian
Dalam Penanggulangan Kejahatan
Pencurian Dengan Cara Pembobolan
Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di
Bank BRI Lampung Utara”.
Berdasarkan uraian latar belakang di
atas, maka permasalahan dalam
penulisan ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimanakah upaya kepolisan
dalam penanggulangan kejahatan
pencurian
dengan
cara
pembobolan Anjungan Tunai
Mandiri (ATM) di bank BRI
Lampung Utara?
b. Apakah
faktor
penghambat
upaya
kepolisan
dalam
penanggulangan
kejahatan
pencurian
dengan
cara
pembobolan Anjungan Tunai
Mandiri (ATM) di bank BRI
Lampung Utara?
Metode yang digunakan di dalam
memecahkan permasalahan penelitian
ini yaitu menggunakan pendekatan
secara yurisids normatif dan yuridis
empiris3. Jenis data dilihat dari sudut
3
Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum
Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2009, hlm, 13-14.
sumbernya, dibedakan antara data
yang diperoleh langsung dari
masyarakat
dan
dari
bahan
kepustakaan.
Jenis
data
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
data primer dan data sekunder.
Responden dalam penelitian ini ialah
orang-orang yang dapat memberikan
keterangan serta pendapat sesuai
dengan fakta yang ada yaitu, Kasat
Reskrim pada Polres Lampung Utara,
Satpam bank BRI Lampung Utara dan
Dosen bagian Pidana pada Fakultas
Hukum
Universitas
Lampung.
Analisis terhadap data yang diperoleh
dilakukan dengan cara analisis
deskriptif kualitatif.
II. PEMBAHASAN
A. Upaya
Kepolisian
dalam
Penanggulangan
Kejahatan
Pencurian
Dengan
Cara
Pembobolan Anjungan Tunai
Mandiri
di
Bank
BRI
Lampung Utara
Pencurian adalah kejahatan yang telah
terjadi dari zaman dahulu hingga
sekarang. Perkembangan para pelaku
kejahatan
pencurian
semakin
membahayakan,
tindak
pidana
pencurian dengan cara pembobolan
Anjungan Tunai Mandiri (ATM)
adalah suatu tindakan perampasan
milik orang lain dengan pengrusakan.
Upaya penanggulangan kejahatan
telah dilakukan oleh semua pihak,
baik pemerintah maupun masyarakat
pada umumnya. Berbagai program
serta kegiatan yang telah dilakukan
sambil terus mencari cara yang paling
tepat dan efektif dalam mengatasi
masalah tersebut.
Upaya kepolisian merupakan bagian
integral dari kebijakan social (social
policy). Kebijakan sosial dapat
diartika sebagai usaha yang rasional
untuk
mencapai
kesejahteraan
masyarakat (social welfare policy)
dan sekaligus mencakup perlindungan
masyarakat ( social defence policy).
Jadi secara singkat dapat dikatakan
bahwa tujuan akhir atau tujuan utama
dari
kebijakan
kriminal
ialah
“perlindungan masyarakat untuk
mencapai kesejahteraan”.
Kabupaten Lampung Utara adalah
salah satu daerah yang rawan
kejahatan pencurian dengan cara
pembobolan Anjungan Tunai Mandiri
(ATM). Lampung Utara adalah salah
satu kabupaten di Provinsi Lampung,
Indonesia. Berdasarkan hasil studi
lapangan pada Polres Lampung Utara
menunjukan
peningkatan
dan
kurangnya
penanganan
dalam
menyelesaikan kasus, atas kejahatan
pencurian dengan cara pembobolan
Anjungan Tunai Mandiri (ATM).
jalan jendral sudirman nomor 7 dan
terjadi pembobolan Anjungan Tunai
Mandiri di Bank Rakyat Indonesia
(BRI) pada bulan Juli dijalan raya
pakuon ratu desa serupa indah,
Kotabumi Lampung Utara. Melihat
dari data tersebut kasus pecurian
dengan cara pembobolan Anjungan
Tunai Mandiri pada tahun 2016 di
Kabupaten Lampung Utara sangat
marak. Maraknya kasus kejahatan
pencurian dengan cara pemboobolan
Anjungan Tunai Mandiri (ATM)
menunjukan
bahwa
belum
sepenuhnya berhasil Tim Polres
Lampung
Utara
bekerja
dan
menemukan strategi untuk menekan
pertumbuhan kejahatan pembobolan
tersebut.5
Belum lama ini juga terjadi
pembobolan Anjungan Tunai Mandiri
pada bulan mei di bank danamon di
Maraknya
kejahatan
pencurian
dengan cara pembobolan Anjungan
Tunai Mandiri (ATM) di Lampung
Utara, Polres Lampung Utara dalam
menangani kasus pembobolan selalu
sesuai dengan SOP yang telah
ditentukan. Upaya penanggulangan
kejahatan yaitu salah satunya
penanggulangan kejahatan yaitu salah
satunya penanggulangan kejahatan
pencurian dengan cara pembobolan
Anjungan Tunai Mandiri (ATM)
dapat dilakukan dengan upaya
bersifat
penindakan
atau
pemberantasan (represif) dan upaya
bersifat pencegahan (preventif).
1. Upaya Penal
Upaya
penal
adalah
upaya
penanggulangan
kejahatan
yang
bersifat represif
bagi pelanggar
hukum atau pelaku kejahatan. Jadi
upaya ini dilakukan setelah kejahatan
terjadi. Seperti kasus pencurian
dengan cara pembobolan Anjungan
Tunai Mandiri yang terjadi di kali
4
5
Seperti kasus yang terjadi pada hari
minggu tanggal 19 Juni 2016 sekitar
pukul 22.00 wib terjadi pembobolan
Anjungan Tunai Mandiri (ATM), di
Unit Kaliumban dua orang dari lima
orang tindak pidana pencurian dengan
cara pembobolan Anjungan Tunai
Mandiri
(ATM).
Para
pelaku
mendatangi Anjungan Tunai Mandiri
(ATM) dengan sebuah mobil hardtop
BE 1360 J yang diparkir di seberang
jalan depan Anjungan Tunai Mandiri
(ATM). Dalam menjalankan aksinya
para pelaku melakukan pencurian
dengan mencongkel pintu dengan
menggunakan tang dan obeng.4
Anung
Bayuardi,
http://lampung.tribunnews.com/2016. diakses
pada 27 November 2016
Hasil wawancara dengan Brigpol Rizki,
Banit RESKRIM Polres Lampung Utara 20
Januari 2017.
umban dengan memberikan sanksi
hukum yang sesuai ketentuan hukum
yang berlaku kepada para pelaku.
Represif
(penindakan),
yaitu
menindak
dan
memberantas
pencurian dengan cara pembobolan
Anjungan Tunai Mandiri (ATM)
melalui jalur hukum, yang dilakukan
oleh penegak hukum atau aparat
keamanan
yang
dibantu
oleh
masyarakat. Ketika ada kasus yang
terjadi masyarakat diharapkan tidak
main hakim sendiri tapi melaporkan
kepada pihak yang berwajib terlebih
dahulu.
Bentuk upaya pengungkapan atau
penindakan dilaksanakan melalui
cara-cara sebagai berikut :
a. Operasi sikat, operasi yang
dilakukan secara berkala setiap
tahun bisa 3-4 kali yang sudah
terprogram dari Polda, operasi ini
bersifat
untuk
mengungkap
dengan adanya target kasus yang
harus di ungkap pihak kepolisian
selama masa operasi.
b. Upaya penindakan oleh Tekab
(Tim Khusus Anti Bandit) yang
dibentuk oleh Polda, kalau
dahulu ada tim seperti buser,
opsnal, sekarang sebutannya
disamakan Tekab. Tim inti tekab
berada di Polda, pada Polres
Lampung Utara mempunyai Tim
Tekab. Tekab adalah opsnalnya
reskrim,
semua
polres
mempunyai Tim Tekab yang
dibentuk dan bertugas banyak
dilapangan
untuk
mengungkapkan
kasus-kasus
pada saat pelaksaan operasi
seperti operasi sikat. Tim tekab
tidak bekerja sendiri tetapi
diback-up oleh jajaran polsek
polsek di tiap wilayah.
Berdasarkan wawancara dengan
responden Penulis sependapat dengan
para responden, jadi dapat dipahami
bahwa perlakuan ini mengandung dua
tujuan pokok, yaitu sebagai upaya
pencegahan dan penyadaran terhadap
pelaku
kejahatan
agar
tidak
melakukan hal-hal yang lebih buuk
lagi dimaksudkan agar si pelaku
kejahatan ini kemudian hari tidak lagi
melakukan pelanggaran hukum, baik
dari pelanggaran–pelanggaran yang
mungkin lebih besar merugikan
masyarakat dan pemerintah.
2. Upaya Non Penal
Upaya non penal adalah upaya
penanggulangan
kejahatan
yang
bersifat preventif dan pre-emtif, yaitu
upaya-upaya pencegahan terhadap
kemungkinan
kejahatan
yang
dilakukan
sebelum
terjadinya
kejahatan.
Meskipun
demikian
apabila pencegahan diartikan secara
luas maka tindakan represif yang
berupa pidana terhadap pelaku
kejahatan yang dapatlah dimaksudkan
agar orang yang bersangkutan dan
masyarakat pada umumnya tidak
melakukan tindak pidana.
a. Upaya Pre-emtif
Upaya pre-emtif adalah upaya
awal yang dilakukan pihak
kepolisian
untuk
mencegah
terjadinya tindak pidana, dalam
penanganan kasus dengan cara
pencegahan
yang dilakukan
secara dini dengan melakukan
kegiatan edukasi dengan sasaran
mempengaruhi
faktor-faktor
penyebab dan pendorong agar
seseorang tidak melakukan tindak
kriminal.
b.
Upaya preventif
Penanggulangan kejahatan secara
preventif
dilakukan
untuk
mencegah
terjadinya
atau
timbulnya
kejahatan
yang
pertama
kali.
Mencegah
kejahatan lebih baik daripada
mencoba
untuk
mendidik
penjahat menjadi lebih baik
kembali, sebgaimana semboyan
dan kriminologi yaitu usahausaha memperbaiki penjahat
perlu diperhatikan dan diarahkan
agar tidak terjadi lagi kejahatan
ulangan. Sangat beralasan bila
upaya preventif diutamakan
karena upaya preventif dapat
dilakukan oleh siapa saja tanpa
suatu keahlian khusus dan
ekonomis.
meningkatkan
kesadaran
dan
partisipasi
masyarakat
bahwa
keamanan dan ketertiban merupakan
tanggung jawab bersama.
Upaya preventif (pencegahan),
yaitu untuk masyarakat yang
mempunyai
ketahanan
dan
kekebalan terhadap pencurian.
Pencegahan lebih baik daripada
pemberantasan,
pencegahan
dalam pencurian dengan cara
pembobolan Anjungan Tunai
Mandiri (ATM) dapat dengan
cara seperti pembinaan dan
pengawasan dalam keluarga,
penyuluhan oleh pihak yang
berkompetensi. Hal ini bertujuan
untuk
mengurangi
atau
meniadakan kasus pencurian
dengan
cara
pembobolan
Anjungan Tunai Mandiri (ATM).
Meningkatkan invensitas razia, patroli
dan penjagaan hanya pada saat terjadi
kejahatan pencurian dengan cara
pembobolan Anjungan Tunai Mandiri
(ATM) namun, tidak dilanjutkan akan
kurang efektif untuk menanggulangi
kejahatan pencurian dengan cara
pembobolan
tersebut.
Berupaya
sendiri menanggulangi kejahatan
pembobolan
tanpa
melibatkan
masyarakat sekitar juga akan sangat
membuat pihak kepolisian kurang
maksimal bekerja sebab adanya
keterbatasan
jumlah
personil
kepolisian dalam suatu satuan.
Penulis beranggapan dalam upaya
preventif dan pre-emtif itu adalah
bagaimana kita melakukan suatu
usaha yang positif, serta bagaimana
kita menciptakan suatu kondisi seperti
keadaan ekonomi, lingkungan, juga
kultur masyarakat yang menjadi suatu
daya dinamika dalam pembangunan
dan
bukan
sebaliknya
seperti
menimbullkan
keteganganketegangan sosial yang mendorong
timbulnya perbuatan menyimpang
juga disamping itu bagaimana
Berdasarkan hasil penelitian diatas
maka penulis menganalisis bahwa
berdasarkan maraknya pencurian
dengan cara pembobolan Anjungan
Tunai Mandiri (ATM) di Lampung
Utara, hal ini mungkin terjadi karena
disebabkan
upaya-upaya
penanggulangan yang dilakukan oleh
pihak Polres Lampung Utara terutama
pada
upaya
preventif
belum
maksimal.
Koordinasi antara Polres Lampung
Utara dan Polda Lampung adalah
penting dilakukan guna sebesarbesarnya mengungkap kejahatan
pencurian dengan cara pembobolan
Anjungan Tunai Mandiri (ATM) yang
terus meresahkan pihak bank dan
merugikan. Tertangkapnya pelaku
dan diberikan hukuman yang tepat
akan menekan kejahatan ini.
Upaya penal dan upaya non penal
yang digagas oleh pihak Polres
Lampung Utara telah baik namun,
apabila tidak disertakan dengan
konsistensi dan strategi oleh anggota
kepolisian tersebut maka pelaku akan
mudah membaca dan menyiapkan
modus baru untuk memperlancar
aksinya
sehingga,
kejahatan
pembegalan akan terus ada dan
meningkat.
Upaya yang lebih penting untuk
diperhatikan dalam menanggulangi
kejahatan pencurian dengan cara
pembobolan Anjungan Tunai Mandiri
(ATM) ialah dengan menjalankan
secara konsisten upaya preventif yang
bertujuan untuk melindungi dan
mencegah
timbulnya
ancaman
kejahatan dari masyarakat seperti bagi
aparat penegak hukum secara rutin
melaksanakan
operasi/patroli
menyulusuri wilayah bukan hanya
yang mudah dijangkau tetapi juga
sampat wilayah pelosok, sehingga
masyarakat merasa terindungi dari
ancaman kejahatan.
Upaya hukum preventif ini harus
diutamakan karena apabila pihak
kepolisian, masyarakat dan pihak
bank telah saling bersinergi dan
bekerja
sama
dengan
baik
kemungkinan
besar
kejahatan
pencurian dengan cara pembobolan
Anjungan Tunai Mandiri (ATM)
dapat
ditanggulangi
karena
pengawasan terhadap kejahatan ini
tidak hanya datang dari pihak
kepolisian saja namun juga datang
dari pihak bank dan masyarakat itu
sendri untuk menjaga lingkungannya.
Penulis beranggapan dalam upaya
preventif dan pre-emtif itu adalah
bagaimana kita melakukan suatu
usaha yang positif, serta bagaimana
kita menciptakan suatu kondisi yang
seperti keadaan ekonomi, lingkungan,
juga kultur masyarakat yang menjadi
suatu
daya
dinmika
dalam
pembangunan dan bukan sebaliknya
seperti menimbulkan keteganganketgangan sosial yang mendorong
timbulnya perbuatan menyimpang
juga disamping itu bagaimana
meningkatkan
kesadaran
dan
partisipasi
masyarakat
bahwa
keamanan dan ketertiban merupakan
tanggung jawab bersama.
B. Faktor-faktor
Penghambat
Pihak
Kepolisian
Dalam
Penanggulangan
Kejahatan
Pencurian
Dengan
Cara
Pembobolan Anjungan Tunai
Mandiri (ATM)
Peran kepolisian sangat penting untuk
menanggulangi
dan
melakukan
penyelidikan serta penyidikan kasus
kejahatan pencurian dengan cara
pembobolan Anjungan Tunai Mandiri
(ATM). Berbagai tugas yang sudah
dilakukan oleh Polres Lampung Utara
dalam menangani kejahatan pencurian
dengan cara pembobolan Anjungan
Tunai Mandiri (ATM) sudah sesuai
dengan peraturan yang berlaku yang
tertuang dalam Undang-Undang
Nomor 2 tahun 2002 tentang
Kepolisian
Negara
Republik
Indonesia.
Sebelumya telah dijabarkan bahwa
upaya pihak kepolisian dalam
penangulangan kejahatan pencurian
dengan cara pembobolan Anjungan
Tunai Mandiri (ATM) di wilayah
hukum Polres Lampung Utara,
dilakukan melalui pengoptimalan
fungsi upaya preventif atau tindakan
yang dilakukan untuk menjaga atau
mencegah
kemungkinan
akan
terjadinya kejahatan dan fungsi upaya
represif melakukan upaya paksa
untuk melakukan pengungkapan dan
penindakan atau pemberian sanksi
hukum sesuai dengan ketentuan yang
berlaku kepada para pelaku kejahatan.
d.
Namun upaya dan peranan yang telah
dilakukan Polres Lampung Utara
masih belum berhasil dengan baik.
Dengan maraknya kasus pencurian
dengan cara Pembobolan Anjungan
Tunai Mandiri (ATM) di Lampung
Utara. Belum berhasilnya upaya yang
dilakukan untuk menanggulangi
kejahatan pencurian dengan cara
Pembobolan Anjungan Tunai Mandiri
(ATM)
dikarenakan
banyaknya
kendala-kendala yang ditemukan.
Faktor-faktor penghambat upaya
penanggulangan kejahatan menurut
Soerjono Soekanto adalah sebagai
berkut:
a. Faktor hukumnya sendiri atau
peraturan itu sendiri, contohnya
tidak
diikutinya
asas-asas
berlakunya
undang-undang,
belum
adanya
peraturan
pelaksana
yang
sangat
dibutuhkan untuk menerapkan
undang-undang, serta kesimpang
siuran di dalam penafsiran serta
penerapannya.
b. Faktor penegak hukum, yaitu
pihak-pihak yang membentuk
maupun menerapkan hukum.
Contohnya,
keterbatasan
kemampuan untuk menempatkan
diri dalam peranan pihak lain
dengan siapa dia berinteraksi,
tingkat aspirasi yang relatif
belum tinggi, kegairahan yang
sangat terbatas untuk memikirkan
masa depan, sehingga sulit sekali
untuk membuat suatu proyeksi.
c. Faktor sarana atau fasilitas yang
mendukung penegakan hukum.
Contohnya dapat dianut pikiran
sebagai berikut: yang tidak ada,
diadakan yang baru betul; yang
rusak atau salah, diperbaiki atau
dibetulkan;
yang
kurang,
e.
ditambah; serta yang macet,
dilancarkan.
Faktor masyarakat, yakni faktor
lingkungan
dimana
hukum
tersebut diterapkan. Contohnya,
masyarakat tidak mengetahui
akan adanya upaya-upaya hukum
untuk melindungi kepentingankepentingannya; tidak berdaya
untuk memanfaatkan upayaupaya hukum karena faktorfaktor keuangan, psikis, sosial
atau politik, dan lain sebagainya.
Faktor
kebudayaan,
yakni
sebagai hasil karya cipta, rasa
yang didasarkan pada karya
manusia
didalam
pergaulan
hidup. Contohnya nilai ketertiban
dan nilai ketentraman, nilai
jasmaniah atau kebendaan dan
nilai rohaniah/ keakhlakan, nilai
kelanggenan /konservatisme dan
nilai kebaruan/ inovatisme.
Berdasarkan wawancara dan analisis
penulis maka yang menjadi faktor
penghambat
yang menyebabkan
banyak ditemukannya kendala dalam
penanggulangan kejahatan pencurian
dengan cara pembobolan Anjungan
Tunai Mandiri (ATM) di Polres
Lampung Utara sesuai dengan teori
Soerjono Soekanto ialah sebagai
berikut:
1. Faktor Penegak Hukum
Keadaan suatu negara akan tidak
setabil ketika tidak ada aturan yang
mendasari dalam segala tindakan
untuk pengaturan negara tersebut.
Aturan hukum hanyalah sebuah teks
saja ketika dalam pelaksanaanya tidak
dimiliki penegak hukum untuk
menerapkan suatu aturan, dalam
pelaksanaanya
hukum
dapat
dipaksakan daya berlakunya oleh
aparatur negara untuk menciptakan
masyarakat yang aman dan adil.
Tindakan tegas harus diberlakukan
kepada para penegak hukum yang
kotor agar timbul keamanan dan
ketertiban bagi masyarakat.
2. Faktor Sarana dan Prasarana
Kejahatan pencurian dengan cara
pembobolan Anjungan Tunai Mandiri
(ATM) saat ini tidak dilakukan
seorang diri, melainkan melibatkan
orang lain atau bersama-sama, dalam
menjalankan aksinya para pelaku ini
bisa melibatkan banyak orang dengan
kasus sekala nasional maupun
internasional. Faktor yang menjadi
penghambat pada saat melakukan
penanggulangan pencurian dengan
cara pembobolan Anjungan Tunai
Mandiri (ATM) salah satunya adalah
keterbatasan
oprasional
dalam
melaksanakan penyidikan. Penulis
sependapat dengan para responden
yaitu sarana dan fasilitas akan
menjadi sangat penting dalam
melakukan tugas dari kepolisian
apalagi ditambah dengan kondisi
wilayah yang ada di Lampug Utara
memang sepi dari keramaian.
3. Faktor Masyarakat
Kesadaran hukum yang dimaksud
berpangkal pada perasaan setiap
individu yaitu bagaimana seharusnya
perasaan hukum itu. Hal ini sesuai
dengan pendapat stammler yang
menyatakan bahwa law cleary is
volition sehingga penerapan hukum
terindikasi dari kemauan masyarakat
untuk
melakukannya.
Dapat
dikatakan bahwa budaya hukum akan
mempengaruhi
penolakan
dan
penerimaan masyarakat yang terhadap
suatu peraturan hukum, hal ini
penting dipehatikan karena tanpa
masyarakat hukum akan kehilangan
kewibawaan mengenai peraturannya.
Masyarakat sangat penting memiliki
kesadaran dan kewaspadaan tentang
bahaya pencurian dengan cara
pembobolan Anjungan Tunai Mandiri
(ATM). Dengan kondisi wilayah yang
memiliki banyak titik rawan terutama
didaerah yang susah untuk dijangkau
pihak kepolisian itu akan membuat
para pelaku kejahatan tidak segan
untuk melakukan pencurian dengan
cara pembobolan Anjungan Tunai
Mandiri (ATM) dengan kasus yang
sering terjadi adalah pembobolan.
Seperti kasus yang yang dialami
pihak Bank Rakyat Indonesia (BRI)
para korban melakukan pembobolan
dengan mencongkel mesin Anjungan
Tunai Mandiri (ATM) dengan
menggunakan obeng dan tang,
kurangnya pengamanan di mesin
Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Hal
tersebut akan mempermudah para
pelaku pencuri untuk melakukan
aksinya,
jadi
memang
butuh
pengawasan dan kesadaran dari
masyarakat
kesadaran
untuk
melindungi lingkungan sekitarnya.
Sangatlah dibutuhkan kerjasama dari
masyarakat bahkan pihak bank untuk
dapat
menanggulangi
ataupun
menghilangkan perbuatan pencurian
sedini mungkin.
Sedangkan
berdasarkan
hasil
wawancara sanusi menjelaskan salah
satu yang menjadi kendala dalam
menanggulangi kejahatan pencurian
dengan cara pembobolan Anjungan
Tunai Mandiri (ATM) di Lampung
Utara
dikarenakan
program
penyuluhan Polres Lampung Utara
belum menjangkau seluruh wilayah
sehingga terdapat daerah yang tidak
diperhatikan. Perlu adanya perbaikan
sistem agar informasi dapat samapai
ke masyarakat sehingga kerja sama
antara masyarakat dan kepolisian
dalam penanganan kasus pembobolan
ini dapat berjalan dengan baik dan
bersinergi.6
4. Faktor Kebudayaan
Kebudayaan atau sistem hukum pada
dasarnya mencakup nilai-nilai yang
mendasari hukum yang berlaku, nilainilai yang merupakan konsepsi
abstrak mengenai apa yang diannggap
baik sehingga dianut dan apa yang
dianggap buruk sehingga dihindari.
Berdasarkan analsisi penulis suatu
kebudayaan memang sangat baik
untuk dilestarikan. Akan tetapi
dengan berkembangnya zaman di era
pada saat ini, kebudayaan justru akan
banyak
menyalahgunakannya.
Masyarakat dengan sikap yang
tanggap
terhadap
lingkungan
sangatlah diharapkan untuk situasi ini
karena hal tersebut akan menjaga
spot-spot Anjungan Tunai Mandiri
(ATM) dari hal yang tidak
diinginkan.
Penting bagi pihak kepolisian untuk
mampu meningkatkan kinerja dalam
menangani kasus pembobolan dan
juga agar masyarakat memiliki
kesadaran hukum perlu dilakukan
pendekatan dan pemahaman bahwa
menjaga
keamanan,
ketertiban
melawan hukum kejahatan tidak
hanya menjadi tanggung jawab
sepenuhnya pihak kepolisian. Sebab,
pihak
kepolisian
memiliki
keterbatasan personil dan jumlahnya
pun
berbanding
jauh
dengan
masyarakat.
6
Hasil wawancara dengan Sanusi. Akademisi
Hukum di Fakultas Hukum Universitas
Lampung, 01 Februari 2017.
III. PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan yang telah dilakukan dan
diuraikan oleh penulis, pada bab-bab
sebelumya maka dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut:
1. Upaya
kepolisian
dalam
menanggulangi
kejahatan
pencurian
dengan
cara
pembobolan Anjungan Tunai
Mandiri di Bank Rakyat Indonesia
Lampung Utara (Studi kasus di
Polres Lampung Utara) yaitu:
a. Upaya
penal,
upaya
ini
dilakukan setelah kejahatan
terjadi yaitu menindak dan
memberantas
pencurian
pembobolan Anjungan Tunai
Mandiri (ATM) melalui jalur
hukum atau aparat keamanan
yang dibantu oleh penegak
hukum atau aparat keamanan
yang dibantu oleh masyarakat.
Tindakan
yang
dilakukan
menggunakan upaya represif,
yaitu dengan mengoptimalkan
upaya
penindakan
serta
menghimpun bukti-bukti guna
menindak secara hukum pelaku
kejahatan
tersebut
dengan
pemberian sanksi tegas dan
berefek jera seperti yang telah
diuraikan dalam Kitab Undang
Undang
Hukum
Pidana
(KUHP) pada Bab XXII pasal
32, 363, dan 365 khususnya
pada Pasal 363 yaitu pencurian
dengan pemberatan.
b. Upaya Non Penal yaitu
penanggulangan
kejahatan
secara preventif yang dilakukan
untuk mencegah terjadinya atau
timbulnya
kejahatan
yang
pertama kali. Upaya ini meliputi
tindakan Patroli yaitu tindakan
pendeteksian, penindakan atau
represif, dialogis. Upaya preemtif adalah penanganan kasus
dengan cara pencegahan yang
dilakukan secara dini, seperti
penyuluhan dan pemberian
spanduk mengenai bahaya
pencurian
pembobolan
da
penambahan CCTV. Upaya
preventif melalui beberapa
faktor seperti faktor penegak
hukum dengan berkoodinasi
bersama satuan kepolisian
Polres Lampung Utara untuk
melaksanakan patroli dan razia.
Selanjutnya faktor masyarakat
yaitu
dengan
melakukan
pendekatan antar warga sekitar,
polisi, dan pihak bank seperti
rembuk
pekon
untuk
menciptakan keamanan dan
ketertiban pada setiap dusundusun di Lampung Utara.
2. Faktor-Faktor
Penghambat
Kepolisian di Polres Lampung
Utara
dalam
menanggulangi
kejahatan pencurian dengan cara
pembobolan Anjungan Tunai
Mandiri (ATM);
a. Faktor Penegak Hukum
Kekurangan personel membuat
tidak
efektif
pekerjaan
dibidangnya
masing-masing,
masih kurang maksimal dalam
menjalankan
programnya
contohnya program penyuluhan
Polres Lampung Utara yang
belum menjangkau seluruh
masyarakat,
sehingga
mengakibatkan
maraknya
kejahatan
pembobolan
Anjungan
Tunai
Mandiri
(ATM).
b. Faktor Sarana dan prasarana
Sarana di Lampung Utara masih
terbatas seperti contohnya tidak
jelasnya rekaman CCTV yang
diberikan pihak bank, mesin
Anjungan
Tunai
Mandiri
(ATM) yang sudah tidak layak
digunakan, letak posisi spotspot mesin Anjungan Tunai
Mandiri (ATM) yang jauh dari
keramaian dan juga sering kali
pihak kepolisian susah untuk
menjangkau daerah pedesaan
yang terutama daerah yang
dipedalaman untuk patroli.
c. Faktor Masyarakat
Masyarakat
adalah
besar
pengaruhnya
dalam
suatu
penegakan hukum, di Lampung
Utara
masyarakat
kurang
memperhtikan
keadaan
sekitarnya dan kurang aktif
bekerja sama dengan pihak
kepolisian.
d. Faktor Kebudayaan
Kebiasaan yang meremehkan
atas bahaya terhadap orang
asing seringkali menjadi modus
dari
para
pelaku
untuk
memanfaatkan situasi ini. Sikap
waspada dan tidak meremehkan
kebiasaan yang ada akan
menjaga diri dan harta benda
kita dari perbuatan yang tidak
kita
inginkan
dari
para
pendatang
yang
ada
di
Lampung Utara.
B. Saran
Berdasarkan hasil uraian pembahasan
dan kesimpulan, saran dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Upaya
utama
dalam
penanggulangan
kejahatan
pencurian
dengan
cara
pembobolan Anjungan Tunai
Mandiri (ATM) pihak kepolisian
khusunya Polres Lampung Utara
sebaiknya harus mengutamakan
upaya preventif guna menekan
angka pertumbuhan kejahatan ini
yaitu
dengan
meningkatkan
kinerja kepolisian seperti razia,
patroli dan pengawasan daerah
rawan atau daerah pelosok yang
sepi, perbaikan sarana dan
prasarana
serta
melakukan
pendekatan kepada masyarakat.
Masyarakat
pastinya
akan
membantu terlaksananya upaya
tersebut apabila pihak kepolisian
mampu menjalin hubungan yang
bersifat seperti kekeluargaan
dalam
mengayomi
dan
melindungi masyarakat.
2.
Faktor
Penghambat
pihak
kepolisian dalam menanggulangi
kejahatan pencurian dengan cara
pembobolan Anjungan Tunai
Mandiri (ATM) di bank Rakyat
Indonesia Lampung Utara Studi
kasus di Polres Lampung Utara)
hendaknya pihak bank bisa
bekerja sama dengan pihak
kepolisian agar tidak terjadinya
penghambatan dan dapat teratasi
apabila sosialisasi yang diberikan
pihak
kepolisian
memiliki
pendekatan dan pengarahan yang
baik kepada seluruh lapisan
masyarakat,
untuk
bersama
bertanggung
jawab
atas
keamanan lingkungan mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Lamintang, P, A, F. 1996. DasarDasar
Hukum
Pidana
Indonesia, PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung,
Moeljanto. 1993. Perbuatan Pidana
dan Pertanggung jawaban
Dalam Hukum Pidana, Jakarta:
Bina Aksara,
Soekanto, Soerjono. 1986. Pengantar
Penelitian Hukum, Jakarta:
Universitas Indonesia.
- - - - - - - - -. 2009. Penelitian Hukum
Normatif
Suatu
Tinjauan
Singkat, Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
- - - - - - - - -. 2012. Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Penegakkan Hukum, cetakan
ke-11,
Jakarta:
PT.
Rajagrafindo Persada.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1946 juncto Undang-Undang
No. 73 Tahun 1958 tentang
Pemberlakuan Kitab UndangUndang
Hukum
Pidana
(KUHP).
Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1981 tentang Kitab UndangUndang Hukum Acara Pidana.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
http://lampung.tribunnews.com/2016
No HP : 082280589445