Evaluasi Program BPJS Ketenagakerjaan Bukan Penerima Upah Bagi Pedagang Tradisional Pasar Melati Kecamatan Medan Selayang Kota Medan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Evaluasi
2.1.1 .Pengertian Evaluasi
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, evaluasi adalah suatu penilaian
yang ditujukan kepada seseorang, sekelompok, atau suatu kegiatan. Sebagai
penilaian, bisa saja ini menjadi netral, positif, negatif atau bahkan gabungan dari
keduanya. Ketika sesuatu dievaluasi biasanya orang yang mengevaluasi
mengambil kepututsan tentang nilai atau manfaatnya.
Evaluasi adalah suatu upaya mengukur secara objktif terhadap pencapaian
hasil yang telah dirancang dari suatu aktivitas atau program yang telah
dilaksanakan sebelumnya, yang mana hasil penilaian yang dilakukan menjadi
umpan balik bagi aktivitas perencanaan baru yang akan dilakukan berkenaan
dengan aktivitas yang sama di masa depan (Siagian, 2012:171).
Evaluasi dapat dikatakan bahwa ditujukan pada pelaku suatu aktivitas
maupun hasil dari aktivitas yang dilakukan. Dengan demikian, akan dihasilkan
data tentang kinerja aktivitas yang memuat proses pelaksanaan hingga perubahan
yang terjadi setelah suatu aktivitas dilaksanakan. Ruang lingkup evaluasi dapat
dibedakan atas empat kelompok (Azwar, 1996:12) yaitu :
1. Penilaian terhadap masukan (input) yaitu penilaian yang menyangkut
pemanfaatan berbagai sumber daya, baik sumber dana, tenaga dan sumber

sarana.

9

Universitas Sumatera Utara

2. Penilaian

terhadap

proses

(process)

yaitu

penilaian

yang


lebih

dititikberatkan pada pelaksanaan program, apakah sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan atau tidak. Proses yang dimaksud disini mencakup
semua tahap administrasi, mulai dari perencanaan, pengorganisasian dan
aspek pelaksanaan program.
3. Penilaian terhadap keluaran (output ) yaitu penilaian terhadapa hasil
dicapai dari pelaksanaan suatu program.
4. Penilaian terhadap dampak (impact) mencakup pengaruh yang timbul dari
program yang telah dilaksanakan.
2.1.2 Jenis – Jenis Evaluasi
Secara umum, evaluasi dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
a) Evaluasi pada Tahap Perencanaan
Kata evaluasi sering digunakan dalam tahap perencanaan dalam
rangka mencoba memilih dan menentukan skala prioritas terhadap
berbagai laternatif dan kemungkinan terhadap cara mencapai tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya. Untuk itu diperlukan berbgai teknik yang
dapat dipakai oleh perencana. Satu hal yang patut dipertimbangkan dalam
kaitan ini adalah bahwa metode- metode yang ditempuh dalam pemilihan
pioritas tidak selalu sama untuk setiap keadaan, melainkan berbeda

menurut hakekat dari permasalahan itu sendiri.

10

Universitas Sumatera Utara

b) Evaluasi pada Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini, evaluasi adalah suatu kegiatan dengan melakukan
analisa untuk menentukan tingkat pelaksanaan dibanging dnegan rencana.
Terdapat perbedaan anatara evaluasi menurut pengertian ini dengan
mentoring. Mentoring menganggap bahwa tujuan yang ingin dicapai sudah
tepat dan bahwa program tersebut direncankana untuk dapat mencapai
tujuan tersebut.

Mentoring melihat apakah pelaksanaan proyek sudah

sesuai dengan rencana dan bahwa rencana tersebut sudah tepat untuk
mencapai tujuan. Sedangkan evaluasi melihat sejauh mana proyek masih
tetap dapat mencapai tujuanya, apakah tujuan tersebut akan memcahkan
masalah yang ingin dipecahkan. Evaluasi juga mempertimbangkan faktor

– faktor luar

yang mempengaruhi keberhasilan proyek terebut, baik

membantu atau menghambat
c) Evaluasi pada Tahap Paska Pelaksanaan
Dari sisni pengertian evaluasi hampir sama dengan pengertian pada
tahap pelaksanaan, hanya perbedaan yang dinilai dan dianalisa bukan lagi
tingkat

kemajuan

pelaksanaan

dibandingkan

rencan,

tetap


hasil

pelaksanaan dibanding dengan rencana yakni apakah dampak yang
dihasilakn oleh pelaksana kegiatan tersebut sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai (Nugroho, 2009:537).

11

Universitas Sumatera Utara

2.1.3 Proses Evaluasi
Jika ditinjau dari aspek tingkat pelaksanaanya, secara umum evaluasi
terhadap suatu program dapat dikelompokan kedalam tiga jenis (Siagian, 2012:
173) yaitu :
1. Penilaian atas perencanaan, yaitu mencoba meilih dan menerapkan
prioritas tehadap berbagai alternatif dan kemungkinan atas cara
mencapai tujuan yang telah dicapai sebelumnya.
2. Penilaian atas pelaksanaan, yaitu melaukan analisis tingka
kemajuan pelaksanaan dibandingkan dengan perencanaan, di
dalamnya meliputi apakah pelaksanaan program sesuai dengan apa

yang direncanakan, apakah ad perubahan- perubahan sasaran
maupun tujuan dari program yang sebelumnya direncanakan.
3. Penilaian atas aktivitas yang telah selesai dilaksanakan, yaitu
menganalisis hasil yang diperoleh

sesuia dengan tujuan yang

sebelumnya ditetapkan .

2.2

Program

2.2.1 Pengertian Program
Program memliki dua pengertian , secara umum dan khusus. Pengertian
program secara umum adalah rencana atau rancangan kegiatan yang akan
dilakukan. Pengertian secara khusus adalah rangkaian kegiatan yang dilaksanakan
secara berkesinambungan dengan waktu pelaksanaan biasanya membutuhkan
waktu yang panjang. Program juga merupakn kegiatan yang membentuk satu
12


Universitas Sumatera Utara

sistem yang saling terkait satu dengan yang lainya dengan melibatkan lebih dari
satu orang untuk melaksanakannya ( Arikunto, 2009:4).
Program adalah cara tersendiri dan khusus yang dirancang demi
pencapaian suatu tujuan tertentu. Dengan adanya suatu program, maka segala
rancangan akan lebih teratur dan lebih mudah untuk dilaksanakan. Oleh karena
itu, maka program sebagai unsur utama yang harus ada bagi berlangsungnya
aktivitas yang teratur, karena dalam program telah dirangkum berbagai aspek
seperti :
1. Adanya tujuan yang akan dicapai
2. Adanya berbagai kebjakan yang diambil dalam upaya pencapain tujuan
tersebut.
3. Adanya pinsip – prinsip dan metode – metode yang harus dijadikan acuan
dengan posedur yang harus dilewati.
4. Adanya pemikiran atau rancangan tentang anggaran yang diperlukan.
5. Adanya startegi yang harus diterapkan dalam pelaksanaan aktivitas
(Siagian, 2012:172)


2.3. Evaluasi Program
2.3.1 Pengertian Evaluasi Program
Evaluasi program merupakan penilaian yang sistematis dan subyektif
mungkin terhadap suatu obyek, kebijakan yang sedang berjalan atau sudah selesai
baik dalam desain, pelaksanaan dan hasilnya, dimana tujuan dari evaluasi program
adalah untuk menentukan relevansi dan ketercapaian tujuan, efesiensi, efektivitas,
13

Universitas Sumatera Utara

dampak dan keberlanjutan, dimana suatu evaluasi harus memberikan informasi
yang dapat dipercaya dan berguna agar donor serta pihak penerima manfaat dapat
mengambil pelajaran untuk proses pengambilan keputusan (World Bank, 2004).

2.4 Sektor Informal
Konsep sektor informal pertama kali dikemukakan oleh “Hart” dalam
sebuah tulisan yang terbit

pada tahun 1973 tentang dua tipe mata pencaharian


masyarakat di kota yaitu dengan mencari kerja dan mendapatkan upah atau
bekerja mandiri. Konsep

yang

dilontarkan

Hart inilah

yang

kemudian

dikembangkan dan ditetapkan oleh International Labor Organization (ILO)
dalam penelitian pada delapan kota di dunia ketiga. Hasil penelitian tersebut
mengemukakan
umumnya

bahwa


miskin,

mereka

yang

kebanyakan

terlibat

dalam

dalam
usia

sektor

informal

produktif


utama,

berpendidikan rendah, upah yang diterima di bawah upah minimum dan modal
usaha rendah, serta sektor ini memberikan kemungkinan untuk mobilitas
vertikal. Selain itu, perbedaan antara sektor formal dan informal dilihat dari
keteraturan cara kerja, hubungan dengan perusahaan, curahan waktu, serta
status hukum kegiatan yang dilakukan.
Pengertian sektor informal menurut Hart ( dalam Subri, 2003: 92)
memiliki ciri -ciri mudah keluar masuk pekerjaan, mengusahakan bahan baku
lokal

tanpa

berdasarkan hukum formal, unit usaha merupakan keluarga,

jangkauan operasionalnya sempit, kegiatannya berdasarkan padat karya dengan
menggunakan teknologi yang masih sederhana (tradisional), pekerja yang

14

Universitas Sumatera Utara

terlibat di dalamnya memiliki tingkat pendidikan formal

yang

rendah serta

keahlian yang kurang memadai, kondisi pasar sangat bersaing karena
menyangkut hubungan antara penjual dan pembeli yang bersifat personal
dan keadaannya tidak teratur. Pada umumnya, kebijaksanaan pemerintah untuk
membantu golongan ekonomi lemah tidak sampai ke sektor ini; unit usaha
mudah keluar masuk dari satu sub sektor ke sub sektor lainya. Teknologi yang
dipergunakan bersifat tradisional; modal dan perputaran usaha relatif kecil,
sehingga skala operasi juga relatif kecil. Tidak diperlukan pendidikan
formal, karena pendidikan yang diperlukan diperoleh dari pengalaman sambil
bekerja.
Pada umumnya, usaha termasuk golongan yang mengerjakan sendiri
usahanya dan kalau mempekerjakan buruh berasal dari keluarga. Sumber
dana modal usaha
dari

pada

umumnya

berasal

dari

tabungan

sendiri

atau

lembaga keuangan yang tidak resmi. Hasil produksi atau jasa terutama

dikonsumsi oleh masyarakat kota atau desa yang berpenghasilan rendah, tetapi
kadang-kadang juga berpenghasilan menengah. Peran

sektor informal

sangat strategis sebagai katup pengaman pengangguran. Di
besar, ketika situasi

hidup

kota

krisis melanda Indonesia dan pengangguran terjadi

dimana-mana, maka peluang satu-satunya yang dapat
kelangsungan

berbagai

kota

jutaan

menyelamatkan

korban pemutusan hubungan kerja (PHK) dan

pengangguran adalah sektor informal.

15

Universitas Sumatera Utara

2.5 Konsep Pasar dan Pedagang
2.5.1 Pengertian Pasar
Peraturan

Presiden

Republik

Indonesia

nomor

112

tahun 2007

mendefinisikan pasar adalah tempat bertemu nya pembeli dan penjual untuk
melakukan transaksi jual beli barang atau jasa. Pasar merupakan area tempat
jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut
sebagai

pusat perbelanjaan,

pasar

tradisional,

pertokoan,

mall,

plaza,

pusat perdagangan maupun sebutan lainnya. Dalam pengertian sederhana, pasar
adalah tempat bertemu nya pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi
jual beli barang atau jasa. Pasar merupakan tempat berkumpul para penjual yang
menawarkan barang ataupun jasa kepada pembeli yang mempunyai keinginan
dan kemampuan untuk memiliki barang dan jasa tersebut hingga terjadinya
kesepakatan transaksiatau transfer atas kepemilikan barang atau kenikmatanjasa.
Pasar dalam pengertian ekonomi adalah situasi seseorang atau lebih
pembeli (konsumen) dan penjual (produsen dan pedagang) melakukan transaksi
setelah kedua pihak telah mengambil kata sepakat tentang harga terhadap
sejumlah (kuantitas) barang dengan kualitas tertentu yang menjadi objek
transaksi.Kedua pihak, pembeli dan penjual mendapat manfaat dari adanya
transaksi atau pasar. Pihak pembeli mendapat barang yang diinginkan untuk
memenuhi dan memuaskan kebutuhannya sedangkan penjual mendapat imbalan
pendapatan untuk selanjutnya

digunakan untuk membiayai aktivitasnya sebagai

pelaku ekonomi produksi atau pedagang.

16

Universitas Sumatera Utara

2.5.2 Pengertian Pedagang
Pedagang adalah orang

yang

melakukan

perdagangan, memperjualbelikan

barang yang tidak diproduksi sendiri, untuk memperoleh keuntungan.Pedagang
adalah mereka yang melakukan perbuatan perniagaan

sebagai

pekerjaannya

sehari. Perbuatan perniagaan pada umumnya adalah perbuatan pembelian barang
untuk dijual lagi.Pedagang dibagi menjadi tiga, yaitu ( Kansil, 2008: 15)
1. Pedagang besar/ distributor/ agen tunggal
Distributor adalah pedagang yang membeli atau mendapatkan produk
barang dagangan dari tangan pertama atau produsen secara langsung. Pedagang
besar biasanya diberi hak wewenang wilayah/daerah tertentu dari produsen.
2. Pedagang menengah/ agen/ grosir
Agen adalah pedagang yang membeli atau mendapatkan barang dagangannya
dari distributor atau agen tunggal yang biasanya akan diberi daerah kekuasaan
penjualan/ perdagangan

tertentu

yang

lebih kecil dari daerah

kekuasaan

distributor.
3. Pedagang eceran/ pengecer
Pengecer adalah pedagang yang menjual barang yang dijualnya langsung
ke tangan pemakai akhir atau konsumen dengan jumlah satuan atau eceran

17

Universitas Sumatera Utara

2.6. Jaminan Sosial
Pada hakikatnya program jaminan sosial tenaga kerja dimaksudkan untuk
memberikan kepastian penghasilan dalam poses bekerja. Dalam hal ini
penyelenggara program jaminan sosial merupakan salah satu tanggungjawab dan
kewajiban negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada
masyarakat Indonesia, mengembangkan program jaminan sosial berdasarkan
funded social security, yaitu jaminan sosial yang didanai oleh peserta dan masih
terbatas pada masyarakat.
Terbentuknya PT Jamsostek (Persero) mengalami proses yang panjang,
mulai dari Undang-Undang No. 33 Tahun 1947. Undang-Undang No.2 Tahun
1951 tentang Kecelakan Kerja, Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No. 48
Tahun 1952. PMP No.8 Tahun 1956 tentang Pengaturan Bantuan Usaha
Pnyelenggaraan Kesehatan Buruh, PMP No.15 Tahun 1957 tentang Pembentukan
Yayasan Sosial Buruh, PMP No.5 Tahun 1964 tentang Pembentukan Yayasan
Sosial Buruh Dana Jaminan Sosial (YDJS), diberlakukannya Undang-Undang
No.14 Tahun 1969 tentang Pokok-Pokok Tenaga Kerja, secara kronlogis proses
lahirnya asuransi sosial bagi para tenaga kerja (Wijayanti, 2010: 122). Setelah
mengalami kemajuan dan perkembangan, baik menyangkut landasan hukum,
bentuk

perlindungan

maupun

cara

penyelenggaraan,

pada

tahun

1977

dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) No.3 Tahun 1977 tentang Pelaksanaan
Program Asuransi Sosial Tenaga Kerja (ASTEK ).
Lahirnya Undang-Undang No.3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja (Jamsostek). Melalui PP No. 36 Tahun 1995 ditetapkanya PT

18

Universitas Sumatera Utara

Jamsostek sebagai badan peneyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Program
Jamsostek memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan minimal
bagi tenaga kerja dan keluarganya, dengan memberikan kepastian berlangsungnya
arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruhnya
penghasilan yang hilang, akibat resiko sosial. Jaminan sosial ketenagakerjaan
mempunyai tujuan ganda yaitu, tujuan sosial dan tujuan ekonomi. Tujuan sosial
untuk menanggulangi berbagai peristiwa yang merugikan tenaga kerja baik
berupa

pencegahan

maupun

penyantunan. Sedangkan

tujuan

ekonomi

dimaksudkan untuk menanggulangi ketidakpastian masa depan karyawan
sehingga

dapat

menciptakan

ketenangan

kerja

yang diperlukan untuk

menumbuhkan semangat bekerja dan produktivitas tenaga kerja.
Undang – Undang Nomor 3 Tahun 1992 memiliki program jaminan sosial
yang lebih memadai dan sesuai dengan perkembangan teknologi yang meliputi:
jaminan kecelakan kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua dan jaminan
pemeliharaan kesehatan. Dalam Undang- Undang Nomor 3 Tahun 1992
dinyatakan bahwa jaminan sosial tenaga kerja tidak hanya memberikan santunan
atau pelayanan setelah risiko-risiko itu terjadi, melainkan juga ikut membantu
secara efektif dalam usaha-usaha pencegahan dan rehabilitasi akibat risiko
tersebut.

19

Universitas Sumatera Utara

2.7 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS mepakan lembaga yang
dibentuk menyelenggarakan program jaminan sosial di Indonesia menurut
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 24 Tahun
2011. Sesuai Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional, BPJS merupakan badan hukum nirlaba. Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial adalah badan yang dibentuk oleh pemerintah dibawah pengawsan
pihak pemerintah selaku penyelenggara Negara baik pemerintah daerah maupun
pusat. Badan pengelola tersebut bukan mencari keuntungan seperti asuransi
komersial. Dalam asuransi komersial full funding dipertahankan yaitu adanya
cadangan cukup untuk membayar kewajiban-kewajiban dikemudian hari dengan
evaluasi per peserta, sedangkan pada asuransi sosial adanya full funding tidak
menjadi keharusan dengan alasan antara lain bahwa program asuransi sosial
diberlakukan dalam jangka waktu panjang yang tidka terbatas dan tidak bisa
diperkirakan kapan berakhirnya. Karena dapat terjadi pada asuransi sosial, bahwa
para pekerja baru yang termasuk kelompok usia muda secara otomatis akan
menjadi peserta, dengan demikian sekaligus sebagai sumber dana bagi program
asuransi sosial ( Tunggal, 2014: 268).
2.7.1 Program BPJS Ketenagakerjaan
Terdapat dua program BPJS Ketenagakerjaan yaitu Sektor formal dan
Sektor Informal (Bukan Penerima Upah).

20

Universitas Sumatera Utara

1. Pengertian Bukan Penerima Upah (BPU)
Pekerja Bukan Penerima Upah (BPU) adalah pekerja yang melakukan
kegiatan atau usaha ekonomi secara mandiri untuk memperoleh penghasilan dari
kegiatan atau usahanya tersebut yang meliputi : Pemberi Kerja; Pekerja di luar
hubungan kerja atau Pekerja mandiri dan Pekerja yang tidak termasuk pekerja di
luar hubungan kerja yang bukan menerima Upah, contoh Tukang Ojek, Supir
Angkot, Pedagang Keliling, Dokter, Pengacara/Advokat, Artis, dan lain- lain.
Terdapat tiga program bagi bukan penerima upah yaitu:

a) Jaminan Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga atau tidak diharapkan
terjadi. Dalam hal ini kecelakaan kerja yang

terjadi berhubungan dengan

hubungan pekerja ke tempat bekerja. Akibatnya ketidakmpuan bekerja secara
tetap atau total, dan mengakibatkan timbulnya resiko ekonomis bagi penderitanya.
Dalam meganggulangi hilangnya sebagian atau seluruh penghasilan yang
diakibatkan oleh kecelakaan kerja yang terjadi berupa kematian, atau cacat tetap
atau sementara baik fisik maupun mental perlu adanya jaminan kecelakaan kerja.
Program jaminan kecelakaan kerja sangatlah diperlukan guna mengatasi atau
setidak- tidaknya mengurangi akibat dari resiko ekonomis yang ditimbulan oleh
kecelakaan kerja yang menimpa pekerja

21

Universitas Sumatera Utara

1. Biaya Pengangkutan

Darat/ sungai / danau

Rp 1.000.000,-

Laut

Rp 1.500.000,-

Udara

Rp 2.500.000,-

2. Biaya Pengobatan dan Perawatan
Biaya perawatan dan pengobatan sesuai dengan kebutuhan medisnya.
3. Sementara Tidak Mampu Bekerja (STMB)
Enam (6 ) bulan pertama

100% × upah sebulan

Enam (6) bulan kedua

75% × upah sebulan

Enam (6) bulan ketiga

50% × upah sebulan

4. Penggantian Gigi Tiruan
Rp 3.000.000,- (Maksimum)
5. Santunan Cacat
Cacat Sebagian Anatomis

% tabel × 80 × upah sebulan

Cacat Total Tetap

70% × 80 × upah sebulan

Cacat Sebagian Fungsi

% kurang fungsi × % tabel × 80 × upah
sebulan

22

Universitas Sumatera Utara

6. Santunan Kematian
Santunan Kematian

60% × 80 upah sebulan

Berkala dibayar sekaligus

24 bulan × Rp 2.000.000,= Rp 4.800.000,-

Biaya pemakaman

Rp 3.000.000,-

7. Biaya Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan alat bantu (orthese ) dan ataua alat ganti (prothese)
bagi peserta ayang anggota badannya hilang atau tidak berfungsi akibat
kecelakaan kerja untuk setiap kasus dengan patokan harga yang ditetapkan oleh
Pusat Rehabilitasi Rumah Sakit Umum Pemerintah ditambah 40% (empat puluh
persen) dari harga tersebut serta biaya rehabilitasi medik.
8. Bantuan Beasiswa
Bantuan beasiswa kepada 1 (satu ) anak peserta yang masih sekolah
sebesar Rp 12.000.000,00 (dua belas juta rupiah ) untuk setiap peserta, apabila
peserta meninggal dunia atau cacat total tetap akibat kecelakaan kerja .

b) Jaminan Kematian (JKM)
Jaminan Kematian (JKM) diperuntukan bagi ahli waris tenaga kerja
peserta BPJS Ketenagakerjaan yang meninggal dunia bukan karena kecelakaan

23

Universitas Sumatera Utara

kerja. JKM diperlukan untuk membantu meringankan beban keluarga dalam
bentuk biaya pemakaman dan uang sntunan.
1. Manfaat Jaminan Kematian (JKM) :
Program ini memberikan manfaat kepada keluarga pekerja seperti :
a) Santunan Kematian Rp 16.200,000,b) Santunan berkala Rp 2.00.000,00 × 24 bulan = Rp 4.800.000,- dibayar
sekaligus.
c) Biaya Pemakaman Rp 3.000.000,d) Beasiswa pendidikan 1 (satu ) anak diberikan kepada setiap peserta yang
meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja dan telah memeliki masa
iur paling singkat 5 ( lima tahun sebesar Rp 12.000.000,-

c) Program Jaminan Pensiun
Jaminan

pensiun

adalah

jaminan

sosial

yang

bertujuan

untuk

mempertahankan derajat kehidupan yang layak bagi peserta dan/atau ahli
warisnya dengan memberikan penghasilan setelah peserta memasuki usia pensiun,
mengalami cacat total tetap, atau meninggal dunia. Manfaat pensiun adalah
sejumlah uang yang dibayarkan setiap bulan kepada peserta yang memasuki usia
pensiun, mengalami cacat total tetap, atau kepada ahli waris bagi peserta yang
meninggal dunia.

24

Universitas Sumatera Utara

a) Kepesertaan Program Jaminan Pensiun
Peserta Program Jaminan Pensiun adalah pekerja yang terdaftar dan telah
membayar iuran. Peserta merupakan pekerja yang bekerja pada pemberi kerja
selain penyelenggara negara, yaitu peserta penerima upah yang terdiri dari:
Pekerja pada perusahaan dan pekerja pada orang perseorangan. Pekerja yang
didaftarkan oleh pemberi kerja mempunyai usia paling banyak 1 (satu) bulan
sebelum memasuki usia pensiun. Usia pensiun untuk pertama kali ditetapkan 56
tahun dan mulai 1 Januari 2019, usia pensiun menjadi 57 tahun dan selanjutnya
bertambah 1 (satu) tahun untuk setiap 3 (tiga) tahun berikutnya sampai mencapai
Usia Pensiun 65 tahun.
b) Iuran Program Jaminan Pensiun
Iuran program jaminan pensiun dihitung sebesar 3%, yang terdiri atas
2% iuran pemberi kerja dan 1% iuran pekerja. Upah setiap bulan yang dijadikan
dasar perhitungan iuran terdiri atas upah pokok dan tunjangan tetap. Untuk tahun
2015 batas paling tinggi upah yang digunakan sebagai dasar perhitungan
ditetapkan sebesar Rp 7 Juta (tujuh juta rupiah). BPJS Ketenagakerjaan
menyesuaikan besaran upah dengan menggunakan faktor pengali sebesar 1 (satu)
ditambah tingkat pertumbuhan tahunan produk domestik bruto tahun sebelumnya.
Selanjutnya BPJS Ketenagakerjaan menetapkan serta mengumumkan penyesuaian
batas upah tertinggi paling lama 1 (satu) bulan setelah lembaga yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang statistik (BPS) mengumumkan
data produk domestik bruto.

25

Universitas Sumatera Utara

c) Manfaat Program Jaminan Pensiun
1. Manfaat Pensiun Hari Tua (MPHT)
Berupa Uang tunai bulanan yang diberikan kepada peserta (yang
memenuhi masa iuran minimum 15 tahun yang setara dengan 180
bulan) saat memasuki usia pensiun sampai dengan meninggal
dunia;
2. Manfaat Pensiun Cacat (MPC)
Berupa Uang tunai bulanan yang diberikan kepada peserta
(kejadian yang menyebabkan cacat total tetap terjadi paling sedikit
1 bulan menjadi peserta dan density rate minimal 80%) yang
mengalami cacat total tetap akibat kecelakaan tidak dapat bekerja
kembali atau akibat penyakit sampai meninggal dunia. Manfaat
pensiun cacat ini diberikan sampai dengan meninggal dunia atau
peserta bekerja kembali;
3. Manfaat Pensiun Janda/Duda (MPJD)
Berupa Uang tunai bulanan yang diberikan kepada janda/duda
yang menjadi ahli waris (terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan)
sampai dengan meninggal dunia atau menikah lagi, dengan kondisi
peserta: meninggal dunia bila masa iur kurang dari 15 tahun,
dimana masa iur yang digunakan dalam menghitung manfaat
adalah 15 tahun dengan ketentuan memenuhi minimal 1 tahun
kepesertaan dan density rate 80% atau meninggal dunia pada saat
memperoleh manfaat pensiun MPHT.
26

Universitas Sumatera Utara

4. Manfaat Pensiun Anak (MPA)
Berupa Uang tunai bulanan yang diberikan kepada anak yang
menjadi ahli waris peserta (maksimal 2 orang anak yang
didaftarkan pada program pensiun) sampai dengan usia anak
mencapai usia 23 (dua puluh tiga) tahun, atau bekerja, atau
menikah dengan kondisi peserta; meninggal dunia sebelum masa
usia pensiun bila masa iur kurang dari 15 tahun, masa iur yang
digunakan dalam menghitung manfaat adalah 15 tahun dengan
ketentuan minimal kepesertaan 1 tahun dan memenuhi density rate
80% dan tidak memiliki ahli waris janda/duda atau meninggal
dunia pada saat memperoleh manfaat pensiun MPHT dan tidak
memiliki ahli waris janda/duda atau janda/duda yang memperoleh
manfaat pensiun MPHT meninggal dunia.
5. Manfaat Pensiun Orang Tua (MPOT)
Manfaat yang diberikan kepada orang tua (bapak / ibu) yang
menjadi ahli waris peserta lajang, bila masa iur peserta lajang
kurang dari 15 tahun, masa iur yang digunakan dalam menghitung
manfaat adalah 15 tahun dengan ketentuan memenuhi minimal
kepesertaan 1 tahun dan memenuhi density rate 80% (BPJS
Ketenagakerjaan).
2.8 Kesejahteraan Sosial
Istilah kesejahteraan sosial (social walfare) tidak meujuk pada suatu
kondisi yang baku dan tetap. Istilah ini dapat beubah-rubah karena ukuran sajhtera
27

Universitas Sumatera Utara

atau tidak sejahtera kadang-kadang berbeda antara satu ahli dengan ahli yang lain.
Menurut Wilensky dan Lebeaux

kesejahteraan sosial sebagai sistem yang

terorganisir dari pelayanan-pelayanan dan lembaga-lembaga sosial, yang
dirancang untuk membantu individu-individu dan kelompok-kelompok agar
mencapai tingkat hidup dan kesehatan yang memuaskan. Maksudnya agar tercipta
hubungan-hubungan personal dan sosial yang memberi kesempatan kepada
individu-individu pengembangan kemampuan-kemampuan mereka seluas-luasnya
dan meningkatkan kesejahteraan meeka sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan
masyarakat.(Suud, 2006:7).
Pengertian kesejahteraan sosial dapat dikmbangkan dari hasil Pre
Confrence Working For the 15th International Confrence of Social Walfare, yakni
Kesejahteraan sosial adalah keseluruhan usaha yang terorganisir dan mempunyai
tujuan utama untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat berdasarkan konteks
sosialnya dimana didalamnya tercakup pula unsur kebijakan dan pelayann dalam
arti luas yang terkait dengan berbagai kehidupan dalam masyarakat seperti :
pendapatan, jaminan sosial, kesehatan, pendidikan dan lain sebagainya (Huda,
2009:73).

2.9 Kerangka Pemikiran
Lembaga negara yang bergerak dalam memberikan jaminan sosial dan
asuransi sosial BPJS Ketenagakerjaan yang dahulu bernama PT Jamsostek
(Persero) memiliki dua program bagi kesejahteraan masyarakat yaitu untuk
penerima upah dan bukan penerima upah. Program BPJS Ketenagakejaan untuk

28

Universitas Sumatera Utara

bukan penerima upah diperuntukan untuk masyarakat yang bekerja dengan usaha
sendiri. Bekerja dengan usaha sendiri sering menimbulkan resiko-resiko yang
dapat membahayakan pekerja dan keluarganya. Sehingga dalam hal ini diperlukan
jaminan yang bisa menutupi keadaan ekonomi akibat resiko bekerja. Tiga program
yang mencakup bukan penerima upah yaitu: Jaminan Kecelakaan, Jaminan
Kematian, Jaminan Hari Tua. Jaminan kecelakaan kerja diharapkan mampu
menutupi ketika sedang bekerja atau sedang berangkat ketempat kerja mengalami
musibah seperti kecelakaan saat berkendaraan dan lain- lain. Jaminan kematian
apabila mengalami kecelakaan yang menyebabkan pekerja meninggal dunia
sehingga menimbulkan kerugian bagi keluarga pekerja. Jaminan hari tua
diharapkan dapat memberikan perlindungan kepada masyarakat yang sudah
memasuki masa pensiun atau sudah tidak mampu bekerja sehingga memiliki
tabungan untuk kedepanya.
Penelitian ini berusaha melihat apakah dengan adanya program ini
memberikan manfaat dan berguna bagi masyarakat dengan melihat mulai dari
tahap awal pelaksanaan program seperti, tahap- tahap pelaksanaan pemberian
informasi atau sosialisasi kepada para pedagang tradisional. Selanjutnya tahap
proses dimana dalam kepersertaan para pedagang mengalami masalah atau
kesulitan dalam menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan. Tahap terakhir dimana
ketika masyarakat ingin mengklaim atau menggunakan BPJS

tersebut sudah

mendapatkan pelayanan yang terbaik atau belum. Untuk itu perlu melihat sejauh
mana program ini efektif bagi masyarakat khususnya pedagang tradisional.

29

Universitas Sumatera Utara

Bagan Alur Pikir

Program BPJS
Ketenagakerjaan

Bukan Penerima
Upah

1. Jaminan Kecelakaan Kerja
2. Jaminan Kematian
3. Jaminan Hari Tua

Input

Proses

Output

Impact

30

Universitas Sumatera Utara

2.10 Definisi Konsep dan Definisi Operasional
2.10.1 Definisi Konsep
Definisi konsep digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian,
keadaan kelompok atau individu yang dikaji. Konsep merupakan simbol atau
elemen yang mempresentasikan objek, benda-benda atau karakter objek , proses
atau fenomena (Martono, 2015:141).
Definis konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang
dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011:136). Definisi konsep ditujukan
untuk mencapai kesergaman pemahaman tentang konsep-konsep, baik berupa
objek, peristiwa, maupun fenomena yang diteliti. Dalam hal ini konsep penelitian
bertujuan untuk merumuskan dan mengidentifikasi istilah-istilah yang digunakan
secara medasar agar tidak terjadi selahpahaman penertian dan perbedaan persepsi
yang dapat mengaburkan penelitian ini.
Definisi konsep dalam penelitian ini adalah :
1. Evaluasi

mengukur sebuah program dalam pelaksanaanya dalam

penelitian ini ingin melihat seberapa jauh program BPJS Ketenagakerjaan
untuk bukan penerima upah dapat memberikan jaminan sosial kepada
masyarakat yang bekerja disektor informal.
2. Program yang dimaksud didalam penelitian ini adalah Program BPJS
Ketenagakerjaan terdapat 3 program yaitu : Jaminan Kecelakaan Kerja,
Jaminan Kematian dan Jaminan Hari Tua.

31

Universitas Sumatera Utara

3. Bukan penerima upah dalam penelitian ini adalah pekerja sektor
informal, adalam penelitian ini adalah para pedagang yang berjualan di
pasar Melati.
2.10.2 Definisi Oprasional
Menurut Kerlinger dalam (Silalahi, 2009: 119) definisi Operasional yaitu
suatu konstruk dengan cara menetapkan kegiatan- kegiatan atau tindakantindakan yang perlu untuk mengukur konstruk atau variabel itu. Sebagai
spesifikasi

kegiatan

peneliti

dalam

mengukur

suatu

variabel

atau

memanipulasinyaa, atau sebagai pegangan yang berisi petunjuk bagi peneliti.
Menurut Purwanto (2011:18) Definisi operasional dimaksudkan untuk
memberikan rujukan-rujukan empiris apa saja yang dapat diperoleh dilapangan
untuk menggambarkan secara tepat konsep yang dimaksud sehingga dapat diamati
dan diukur.
Untuk mengukur variabel dalam penelitian ini, dengan melihat indikatorindikator sebagai berikut:
1. Masukan (Input)
a) Bagaimana tahap proses sosialisasi program BPJS Ketenagakerjaan bagi
para pedagang.
b) Bagaimana pedagang tradisional pasar melati

diperkenalkan dengan

program BPJS.

32

Universitas Sumatera Utara

2. Proses(Process)
a) Bagaimana

tahap

pelaksanaan

kepersertaan

pelayanan

BPJS

Ketenagakerjaan.
3. Keluaran (Output)
a) Bagaimana tahap penggunaan kartu BPJS Ketenagakerjaan
b) Bagaimana pengklaiman yang dilakukan bukan penerima upah.
4. Dampak (Impact)
a) Apa yang dirasakan pedagang setelah mengikuti program BPJS
Ketenagakerjaan.
Dalam penelitian ini akan melihat seberapa jauh program

BPJS

Ketenagakerjaan bagi bukan penerima upah dapat berjalan secara efektif atau
tidak.

33

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Kualitas Pelayanan Publik Pembuatan Kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan (Studi Tentang Pemberian Pelayanan Bagi Peserta Bukan Penerima Upah di BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan Kota)

13 271 141

Evaluasi Program BPJS Ketenagakerjaan Bukan Penerima Upah Bagi Pedagang Tradisional Pasar Melati Kecamatan Medan Selayang Kota Medan

0 0 14

Evaluasi Program BPJS Ketenagakerjaan Bukan Penerima Upah Bagi Pedagang Tradisional Pasar Melati Kecamatan Medan Selayang Kota Medan

0 0 2

Evaluasi Program BPJS Ketenagakerjaan Bukan Penerima Upah Bagi Pedagang Tradisional Pasar Melati Kecamatan Medan Selayang Kota Medan

0 1 8

Evaluasi Program BPJS Ketenagakerjaan Bukan Penerima Upah Bagi Pedagang Tradisional Pasar Melati Kecamatan Medan Selayang Kota Medan Chapter III VI

0 0 60

Evaluasi Program BPJS Ketenagakerjaan Bukan Penerima Upah Bagi Pedagang Tradisional Pasar Melati Kecamatan Medan Selayang Kota Medan

0 0 3

Respon Masyarakat Nelayan Terhadap Pelaksanaan Program BPJS Ketenagakerjaan Bukan Penerima Upah di Kampung Nelayan Seberang Lingkungan XII Kelurahan I Kecamatan Medan Belawan

0 0 22

Respon Masyarakat Nelayan Terhadap Pelaksanaan Program BPJS Ketenagakerjaan Bukan Penerima Upah di Kampung Nelayan Seberang Lingkungan XII Kelurahan I Kecamatan Medan Belawan

0 0 2

Respon Masyarakat Nelayan Terhadap Pelaksanaan Program BPJS Ketenagakerjaan Bukan Penerima Upah di Kampung Nelayan Seberang Lingkungan XII Kelurahan I Kecamatan Medan Belawan

0 0 27

Respon Masyarakat Nelayan Terhadap Pelaksanaan Program BPJS Ketenagakerjaan Bukan Penerima Upah di Kampung Nelayan Seberang Lingkungan XII Kelurahan I Kecamatan Medan Belawan

0 1 10