Strategi Pemasaran Produk Olahan Jamur Tiram Putih di Kota Medan Chapter III VI

20

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Medan. Daerah penelitian ditentukan secara
purposive (sengaja) yaitu berdasarkan kriteria atau tujuan tertentu dengan
mempertimbangkan bahwa usaha olahan jamur tiram tersebut dapat memberikan
informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.
3.2 Metode Penentuan Sampel
Responden penelitian ini terdiri dari 5 komponen yaitu: Pengusaha produk
olahan jamur tiram putih, petani budidaya jamur tiram putih, asosiasi pengusaha
produk olahan jamur tiram putih, konsumen produk olahan jamur tiram putih, dan
pejabat Dinas Koperasi dan UMKM Kota Medan. Prosedur yang digunakan
dalam penentuan sampel adalah prosedur Nonprobability Sampling.
Pengambilan sampel untuk pengusaha produk olahan jamur tiram putih
menggunakan metode sensus, yaitu semua populasi dijadikan sampel. Adapun
besar sampel adalah sebanyak 21 pengusaha produk olahan jamur tiram putih.
Tabel 3.1 Jumlah Sampel Pengusaha Olahan Jamur Tiram Putih di Kota
Medan

No
Kecamatan
Jumlah (Unit)
1.
Medan Sunggal
5
2.
Medan Johor
3
3.
Medan Selayang
5
4.
Medan Kota
1
5.
Medan Amplas
1
6.
Medan Baru

1
7.
Medan Marelan
3
8.
Medan Helvetia
1
Total
21
Sumber : Analisis Data Primer

20

21

Sedangkan untuk pengambilan sampel pada petani budidaya jamur tiram
putih, asosiasi pengusaha produk olahan jamur tiram putih, konsumen produk
olahan jamur tiram putih, dan pejabat Dinas Koperasi dan UMKM Kota Medan
menggunakan teknik purposive sampling yaitu dengan pertimbangan bahwa
petani budidaya jamur tiram putih, asosiasi pengusaha produk olahan jamur tiram

putih, konsumen produk olahan jamur tiram putih, dan pejabat Dinas Koperasi
dan UMKM Kota Medan yang mengetahui tentang pemasaran produk olahan
jamur tiram putih. Responden petani budidaya jamur tiram putih sebanyak 1
orang, asosiasi pengusaha produk olahan jamur tiram putih sebanyak 1 orang,
konsumen produk olahan jamur tiram putih sebanyak 1 orang, pejabat Dinas
Koperasi dan UMKM Kota Medan sebanyak 1 orang, 1 orang pejabat Dinas
Pertanian, dan 1 orang pejabat Badan Pusat Penelitian dan Pengembangan.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dari pengusaha produk olahan jamur tiram
putih melalui wawancara dengan berpedoman pada kuesioner, dimana sampel
memberikan jawaban berdasarkan pertanyaan yang tersedia pada kuesioner.
Selain itu, peneliti juga melakukan pengamatan langsung terhadap objek studi.
Data sekunder yang dikumpulkan antara lain gambaran umum daerah
penelitian, data demografi, data luas areal, produksi, produktivitas pengusaha
produk olahan jamur tiram putih. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait,
seperti Badan Pusat Statistik, Dinas Koperasi dan UMKM Kota Medan, dan buku
literatur serta media internet yang sesuai dengan penelitian.

22


3.4 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam menjelaskan identifikasi
masalah adalah analisis deskriptif, yaitu dengan metode SWOT yang merupakan
metode penyusunan strategi dengan mengevaluasi kekuatan (strenghs), kelemahan
(weakness), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek
atau suatu spekulasi bisnis. Analisis SWOT menyediakan pemahaman realistis
tentang hubungan suatu organisasi dengan lingkungannya untuk mendapatkan
terciptanya strategi yang dapat memaksimumkan kekuatan dan peluang serta
meminimumkan kelemahan dan ancaman yang ada. Selanjutnya untuk
mengetahui hasil analisis berada diposisi mana, dapat dilihat pada gambar berikut
ini :
PELUANG
3. Mendukung
Strategi Growth

1. Mendukung
Strategi Growth

4. Mendukung

Strategi Growth

2. Mendukung
Strategi Growth

KEKUATAN

KELEMAHAN

ANCAMAN
Sumber: Fredy Rangkuty (2009)
Gambar 3.1 Diagram Analisis SWOT
Kuadran 1

: Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Usaha

tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang
yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung
kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth Oriented Srategy).


23

Kuadran 2

: Meskipun menghadapi berbagai ancaman, usaha ini masih

memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah
menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara
strategi diversifikasi (produk/jasa).
Kuadran 3

: Usaha menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain

pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Kondisi bisnis pada
kuadran 3 ini mirip dengan Question Mark pada BCG matrik. Fokus strategi
perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal usaha sehingga
dapat merebut peluang pasar yang lebih.
Kuadran 4

: Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, usaha


tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.
Langkah-langkah pembuatan SWOT, sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan penelitian / objek penelitian.
Langkah yang paling awal dalam membuat SWOT adalah dengan menentukan
tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui faktor-faktor internal dan eksternal
yang mempengaruhi peran Dinas Koperasi dan UMKM Kota Medan dalam
pemasaran produk olahan jamur tiram putih.
2. Menentukan faktor-faktor lingkungan / pengaruh.
Dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemasaran produk
olahan jamur tiram putih, maka dapat diidentifikasikan beberapa variabel yang
akan menentukan peningkatan pemasaran produk olahan jamur tiram putih.
Faktor-faktor tersebut dapat diperoleh dari studi literature dan pra-survey.

24

Adapun faktor-faktor internal yang berpengaruh yaitu:
1. Dukungan Pemerintah
2. Promosi
3. Adanya pelatihan

Adapun faktor-faktor eksternal yang berpengaruh yaitu:
1. Modal usaha
2. Harga jual
3. Ketersediaan bahan baku
4. Jejaring (Networking)
5. Pangsa pasar
6. Selera masyarakat
7. Pengaruh pergantian musim (cuaca)
8. Lokasi
9. Kualitas bahan baku
10. Pengalaman produsen
3. Menentukan faktor strategis.
Setelah diperoleh faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemasaran dan
produksi olahan jamur tiram putih, kemudian dipilih faktor-faktor yang secara
signifikan dapat mempengaruhi peningkatan pemasaran dan produksi olahan
jamur tiram putih. Faktor ini disebut sebagai faktor strategis. Pemilihannya
ditentukan berdasarkan pengamatan langsung ke lokasi penelitian dan
diperoleh dari hasil wawancara dengan 21 pengusaha produk olahan jamur
tiram putih, 1 petani budidaya jamur tiram putih, 1 asosiasi pengusaha produk
olahan jamur tiram putih, 1 konsumen produk olahan jamur tiram putih, 1


25

pejabat Dinas Koperasi dan UMKM Kota Medan, 1 orang pejabat Dinas
Pertanian, dan 1 orang pejabat Badan Pusat Penelitian dan Pengembangan.
4. Klasifikasi faktor strategis menjadi faktor internal dan faktor eksternal.
Setelah diketahui faktor-faktor strategis, selanjutnya diklasifikasikan menjadi 2
bagian, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah faktor
yang tidak dapat dikendalikan oleh Dinas Koperasi dan UMKM Kota Medan
atau faktor yang dimiliki oleh pengusaha, konsumen, dan pihak-pihak lain yang
terkait dalam pemasaran dan produksi olahan jamur tiram, sedangkan faktor
internal adalah faktor yang dapat dikendalikan oleh Dinas Koperasi dan
UMKM Kota Medan.
5. Penentuan faktor S,W,O dan T berdasarkan skor.
Setelah diklasifikasikan faktor-faktor internal dan eksternal, kemudian disusun
kuisioner yang akan ditanyakan kepada responden untuk memperoleh penilaian
setiap faktor. Skor masing-masing faktor dengan skala mulai dari 4 sampai
dengan 1. Setelah diperoleh skor setiap faktor dari setiap responden, kemudian
dicari nilai rata-rata aritmatika dari seluruh responden sehingga dapat
ditentukan apakah faktor tersebut termasuk kedalam faktor eksternal (peluang

dan ancaman) atau faktor internal (kekuatan dan kelemahan). Pada internal 1
dan 2 termasuk kelemahan, 3 dan 4 adalah kekuatan. Pada eksternal 1 dan 2
termasuk ancaman, 3 dan 4 termasuk peluang.
6. Penentuan bobot.
Setelah diperoleh skor tiap faktor kemudian dilakukan pembobotan setiap
faktor. Pembobotan ini dilakukan dengan cara teknik komparasi berpasangan

26

dengan memakai pembobotan yang dilakukan oleh Saaty (1998). Metode ini
menggunakan

model

Pairwise

Comparision

Scale


yaitu

dengan

membandingkan faktor yang satu dengan faktor lainnya dalam satu hirarki
berpasangan, sehingga diperoleh nilai kepentingan dari masing-masing faktor.
Rincian nilai kepentingan tersebut ditentukan berdasarkan kemampuan
responden untuk membedakan nilai antar faktor yang dipasangkan. Semakin
besar kemampuan responden untuk membedakan, maka akan semakin rinci
juga pembagian nilanya. Nilai dari masing-masing faktor tidak lepas dari skala
banding berpasangan yang ditemukan oleh Saaty (1998) dengan skala nilai
yang dimodifikasi hanya menggunakan skala nilai 1 sampai 3 sebagai berikut:
1 = kedua faktor sama pentingnya
2 = satu faktor lebih penting dari pada faktor lainnya
3 = satu faktor mutlak lebih penting dari pada faktor lainnya
7. Matriks perbandingan seluruh faktor untuk tiap responden.
Setelah diperoleh nilai kepentingan masing-masing faktor dari tiap responden
selanjutnya dibuat matriks penilaian tiap responden yang akan menjadi bobot
dari tiap faktor.
8. Matriks perbandingan seluruh faktor untuk seluruh responden.
Setelah diperoleh matriks perbandingan penilaian tiap faktor dari setiap
responden, kemudian dicari nilai rata-rata geometris perbandingan dari seluruh
responden dengan rumus:
G = n√X1.X2.X3. … Xn

27

Dimana :

n

= Jumlah responden

X1

= Nilai faktor ke-i untuk responden 1

X2

= Nilai faktor ke-i untuk responden 2

X3

= Nilai faktor ke-i untuk responden 3

Xn

= Nilai faktor ke-i untuk responden n

9. Normalisasi dan rata-rata bobot.
Setelah diketahui nilai rata-rata geometris, kemudian nilai rata-rata tersebut
dinormalisasikan untuk mendapatkan nilai dari masing-masing faktor strategis.
Nilai inilah yang akan menjadi bobot faktor-faktor strategis Dinas Koperasi
dan UMKM Kota Medan.
10. Menentukan skor terbobot dan prioritas.
Setelah diperoleh bobot tiap faktor strategis, dicari skor terbobot dengan cara
mengalikan skor dari tiap faktor dengan bobot yang akan diperoleh dalam tiap
faktor. Nilai dari skor terbobot ini digunakan untuk mengetahui bagaimana
reaksi Dinas Koperasi dan UMKM Kota Medan terhadap faktor strategis
eksternal dan faktor strategis internalnya.
11. Formulasi strategi dengan menggunakan matriks SWOT.
Selanjutnya menyusun faktor-faktor strategis dengan menggunakan matriks
SWOT.

28

Gambar 3.2 Matriks SWOT
Keterangan :
Kuadran I :
Ini merupakan situasi yang menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki
peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi
yang diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan
yang agresif.
Kuadran II :
Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki
kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan
kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi
diversifikasi (produk/pasar).
Kuadran III :
Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak
menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi ini yaitu

29

meminimalkan masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut pasar yang
lebih baik (turn around).
Kuadran IV :
Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut
menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Fokus strategi yaitu
melakukan tindakan penyelamatan agar terlepas dari kerugian yang lebih besar
(defensive).
3.5. Definisi dan Batasan Operasional
Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka
dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut :
3.5.1 Definisi :
1.

Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan kepasar untuk mendapatkan
perhatian, dibeli,

dipergunakan dan yang dapat memuaskan keinginan

konsumen.
2.

Olahan jamur tiram adalah makanan yang diolah dari bahan dasar jamur
tiram.

3.

Strategi pemasaran adalah rencana tindakan yang hendak diikuti oleh manajer
pemasaran yang berdasarkan atas analisa situasi dan tujuan perusahaan.

4.

Lingkungan internal adalah lingkungan organisasi yang berada didalam
organisasi tersebut dan secara normal memiliki implikasi langsung dan
khusus pada perusahaan.

30

5.

Lingkungan eksternal adalah suatu proses yang dilakukan oleh perencana
strategi untuk memantau sektor lingkungan dalam menentukan peluang dan
ancaman.

6.

SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal, lingkungan eksternal,
peluang dan ancaman yang dihadapi di dunia bisnis.

7.

Strengths (kekuatan) adalah kekuatan-kekuatan yang dimiliki pengusaha
produk olahan jamur tiram putih.

8.

Weaknesses (kelemahan) adalah kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh
pengusaha produk olahan jamur tiram putih.

9.

Opportunities (peluang) adalah berbagai peluang yang muncul terhadap
pengusaha produk olahan jamur tiram putih.

10. Threats (ancaman) adalah berbagai ancaman yang muncul terhadap
pengusaha produk olahan jamur tiram putih.
3.5.2 Batasan Operasional :
Adapun batasan operasional dalam penelitian ini adalah:
1.

Tempat penelitian adalah usaha kecil menengah jamur tiram di Kota Medan.

2.

Sampel penelitian adalah pengusaha produk olahan jamur tiram putih, petani
budidaya jamur tiram putih, asosiasi pengusaha produk olahan jamur tiram
putih, konsumen produk olahan jamur tiram putih, pejabat Dinas Koperasi
dan UMKM Kota Medan, pejabat Dinas Pertanian, dan pejabat Badan Pusat
Penelitian dan Pengembangan.

3.

Waktu penelitian dilakukan pada tahun 2017.

31

BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN
KARAKTERISTIK RESPONDEN

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian
4.1.1. Letak Geografis, Batas, dan Luas Wilayah
Penelitian dilakukan di Kota Medan yang merupakan ibukota dari provinsi
Sumatera Utara. Sebagai salah satu daerah otonom dengan status kota, maka
kedudukan, fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan strategis baik
secara regional maupun nasional. Kota Medan sebagai Ibu Kota Provinsi
Sumatera Utara, sering dipakai sebagai tolak ukur dalam pembangunan dan
penyelenggaraan pemerintahan daerah di Provinsi Sumatera Utara. Secara
geografis Kota Medan terletak antara 3º.27 - 3º.47 Lintang Utara dan 98º.35 98º.44 Bujur Timur, dengan ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut
dengan batas:
1. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang
4. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka
Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab berbatasan langsung dengan
Selat Malaka dibagian utara sehingga relatif dekat dengan kota-kota lain yang
berada di jalur perdagangan di kawasan Asia Tenggara. Medan dimekarkan
menjadi 21 kecamatan dengan 151 kelurahan dan 2001 lingkungan. Kota Medan
mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum berkisar antara 22,49º C – 23,97º
C dan suhu maksimum berkisar antara 32, 15º C – 34,21º C.

31

32

Kelembapan udara di wilayah Medan rata-rata 76 – 81 %.Kota Medan berbatasan
dengan Kabupaten Deli Serdang pada sebelah utara, selatan, barat dan timur. Kota
Medan merupakan salah satu dari 30 Daerah Tingkat I di Sumatera Utara dengan
luas daerah sekitar 265,10 km². Kota ini merupakan pusat pemerintahan Daerah
Tingkat I Sumatera Utara (BPS, 2016).
Tabel 4.1. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota
Medan
Golongan
Laki-laki
Umur (Tahun)
Jiwa
0-4
99.365
5-9
99.389
10-14
99.369
15-19
107.151
20-24
114.263
25-29
95.927
30-34
86.896
35-39
78.118
40-44
70.535
45-49
59.847
50-54
49.928
55-59
38.483
60-64
24.422
65-69
14.792
70-74
9.978
75+
7.321
Total
1.047.875
Sumber: BPS, Medan Dalam Angka 2016

Perempuan
Jiwa
94.516
89.238
90.745
111.075
123.788
99.767
89.404
81.688
73.299
62.115
51.970
39.156
22.508
17.588
12.746
12.326
1.047.929

Jumlah
193.885
193.227
187.114
218.226
238.551
195.694
176.300
159.806
143.834
121.962
101898
77.639
49.930
32.380
22.724
19.638
2.122.804

Dari Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa penduduk Kota Medan pada tahun 2016
yang berjumlah 2.122.804 jiwa yang terdiri dari 1.047.875 jiwa laki-laki dan
1.074.929 jiwa perempuan. Dari data tersebut bisa dilihat bahwa jumlah penduduk
perempuan lebih banyak daripada penduduk laki-laki. Tabel 3 juga menunjukkan
jumlah usia non produktif (0 - 14 tahun) yang terdiri dari bayi, balita, anak-anak,
dan remaja tahun adalah sebanyak 569.622 jiwa (26,90%). Jumlah usia produktif
yaitu 15 – 54 tahun adalah sebanyak 1.355.771 orang (63,84%). Sedangkan usia

33

manula > 55 adalah 199.311 orang (9,26%). Usia produktif adalah usia dimana
orang memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga dapat menghasilkan barang
dan jasa dengan efektif.
4.1.2 Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Penduduk Kota Medan menurut tingkat pendidikan terdiri dari tamat SD, SLTP,
SLTA, dan Perguruan Tinggi. Untuk melihat lebih jelas mengenai tingkat
pendidikan Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan
Jumlah
SD
266.756
SLTP
116.076
SLTA
125.639
Perguruan Tinggi
331.567
Jumlah
840.038
Sumber: BPS, Medan Dalam Angka 2016

Presentase (%)
31,7
13,8
15,0
39,5
100

Tabel 4.2 menunjukkan tingkat pendidikan paling besar jumlahnya adalah pada
Perguruan Tinggi yaitu sebanyak 331.567 orang (39,5%). Kemudian diikuti oleh
SD sebanyak 266.756 orang (31,7%), SLTA sebanyak 125.639 orang
(15,0%).Sedangkan tingkat pendidikan yang paling sedikit jumlahnya adalah
SLTP yaitu sebanyak 116.076 orang (13,8%).
4.1.3 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana di Kota Medan terdiri dari sekolah, kesehatan, tempat
peribadatan, transportasi, dan pasar. Kelima jenis sarana dan prasarana ini tersedia
sangat baik. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.3.

34

Tabel 4.3. Sarana dan Prasarana
Sarana dan Prasarana
1. Sekolah
a. SD
b. SMP
c. SMA
d. SMK
e. Perguruan Tinggi
2. Kesehatan
a. Puskesmas
b. Pustu
c. BPU
d. Rumah Bersalin
e. Rumah Sakit
f. Posyandu
3. Tempat Peribadatan
a. Mesjid/ Musholla
b. Gereja
c. Kuil
d. Wihara
e. Klenteng
4. Panti Asuhan
5. Pasar Tradisional
a. Pasar Tradisional
b. Pasar Modern
Sumber: BPS, Medan Dalam Angka 2016

Jumlah (Unit)
816
348
200
144
33
39
41
357
175
75
1.406
1.740
751
34
22
23
33
56
239

Tabel 4.3 menunjukkan sarana dan prasarana di Kota Medan, dimana untuk sarana
dan prasarana untuk sekolah terdiri dari SD sebanyak 816 unit, SMP sebanyak
348 unit, SMA 200 unit, SMK 144 unit, dan Perguruan Tinggi berjumlah 33 unit
dengan berbagai strata. Status sekolah pun beragam mulai dari negeri, swasta,
maupun sekolah luar negeri yang tersebar di setiap sudut dan pelosok Kota Medan
dengan kualitas yang beragam.
Sarana kesehatan sangat diperlukan oleh penduduk terutama Kota Medan. Sarana
kesehatan yang ada yaitu Puskesmas sebanyak 39 unit, Pustu 41 unit, BPU
sebanyak 357 unit, Rumah Bersalin 175 unit, Rumah Sakit sebanyak 75 unit dan
Posyandu sebanyak 1.406 unit yang tersebar di seluruh Kecamatan. Selain itu,

35

sarana peribadatan sangat diperlukan oleh penduduk kota besar seperti Kota
Medan. Sarana peribadatan yang ada adalah mesjid/musholla berjumlah 1.740
unit, gereja sebanyak 751 unit, kuil 34 unit, wihara 22 unit dan klenteng 33 unit.
Pasar tradisional maupun pasar modern banyak sekali terdapat di Kota Medan.
Masyarakat dapat dengan mudah memilih untuk berbelanja di pasar tradisional
maupun pasar modern. Pasar tradisional identik dengan bangunan-bangunan yang
biasa saja sedangkan pasar swalayan identik dengan bangunan-bangunan yang
besar dan megah.Pasar tradisional ada 56 unit dan pasar modern ada 239 unit yang
tersebar di seluruh Kecamatan di Kota Medan.
4.1.4 Lokasi Sampel Penelitian yang tersebar di Wilayah Kota Medan
Berdasarkan hasil penelitian, lokasi sampel penelitian tersebar di berbagai wilayah
di Kota Medan. Berikut daftar-daftar outlet produk olahan jamur tiram putih yang
tersebar di Kota Medan yang disajikan pada tabel 4.4.
Tabel 4.4. Daftar Outlet Produk Olahan Jamur Tiram Putih di Kota Medan
No.
Kecamatan
1. Kecamatan Medan
Sunggal

2.

Kecamatan Medan Johor

3.

Kecamatan Medan
Selayang

4.
5.

Kecamatan Medan Kota
Kecamatan Medan
Amplas
Kecamatan Medan Baru
Kecamatan Medan
Marelan

6.
7.

-

Alamat
Setia Budi Tanjung Rejo
Jalan amal
Kaswari
Jalan Sunggal
Karya Wisata
Karya jaya
Jalan Luku
Setia Budi Tanjung Sari
Jalan Pembangunan
Mesjid Dakwah
Dr. Mansyur
Pasar 6
Jalan SM.Raja
Simpang Limun

- Pasar 1
- Pasar 3
- Pasar 4

Jumlah Outlet
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1

36

8.

Kecamatan Medan
Helvetia

- Jalan gaperta ujung

1

4.2. Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah pengusaha jamur tiram putih di
Kota Medan. Jumlah responden yang diambil adalah sebanyak 21 pengusaha
produk olahan jamur tiram putih, petani budidaya jamur tiram putih sebanyak 1
orang, asosiasi pengusaha produk olahan jamur tiram putih sebanyak 1 orang,
konsumen produk olahan jamur tiram putih sebanyak 1 orang, pejabat Dinas
Koperasi dan UMKM Kota Medan sebanyak 1 orang, 1 orang pejabat Dinas
Pertanian, dan 1 orang pejabat Badan Pusat Penelitian dan Pengembangan.
Karakteristik responden yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi umur,
tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, dan pengalaman berusaha.
4.2.1. Umur
Tabel 4.5. Umur Responden
No.
1
2
3
4
5
6

Kelompok Umur (Tahun)
Jumah (Jiwa)
Presentase (%)
0-20
0
0
21-30
10
37
31-40
10
37
41-50
5
18
51-60
2
8
>60
0
0
Jumlah
27
100
Sumber : Analisis Data Primer Jamur Tiram, Lampiran 1 (2017)
Dapat dilihat jumlah terbesar umur responden berada pada kelompok umur 21-30
tahun yaitu sebanyak 10 jiwa atau 37% dan kelompok umur 31-40 tahun yaitu
sebanyak 10 jiwa atau 37%, sedangkan jumlah terkecil umur responden berada
pada umur 51-60 tahun yaitu hanya 2 jiwa atau 8% saja.

37

4.2.2. Tingkat Pendidikan
Tabel 4.6. Tingkat Pendidikan Responden
No.
1
2
3
4
5

Kelompok Umur (Tahun)
Jumah (Jiwa)
Presentase (%)
SD
0
0
SMP
0
0
SMA
20
74
Diploma
2
7
Sarjana
5
19
Jumlah
27
100
Sumber : Analisis Data Primer Jamur Tiram, Lampiran 1 (2017)
Dapat dijelaskan, dari ke-27 responden di Kota Medan tingkat pendidikan terbesar
adalah tamatan SMA yaitu 20 jiwa atau 74%.
4.2.3. Jumlah Tanggungan
Tabel 4.7. Jumlah Tanggungan Responden
No. Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumah (Jiwa)
Presentase (%)
1
0
4
15
2
1
3
11
3
2
9
33
4
3
5
18
5
4
4
15
6
5
2
8
Jumlah
27
100
Sumber : Analisis Data Primer Jamur Tiram, Lampiran 1 (2017)
Dari tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa jumlah tanggungan keluarga terbanyak
adalah berjumlah 2 jiwa tanggungan yaitu sebanyak 9 responden atau 33%.
4.2.4. Pengalaman Berusaha
Tabel 4.8. Pengalaman Berusaha Responden
No.
1
2
3
4

Pengalaman Berusaha (Tahun)
Jumah (Jiwa)
Presentase (%)
≤1
3
11
1-1.5
3
11
1.5-2
5
18
≥2
16
60
Jumlah
27
100
Sumber : Analisis Data Primer Jamur Tiram, Lampiran 1 (2017)

38

Tabel di atas menjelaskan bahwa pengalaman usaha terbesar yaitu ≥2 tahun
berjumlah 16 jiwa atau 60%.

39

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilaksanakan di Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara, mengenai
strategi pemasaran produk olahan jamur tiram putih. Adapun yang dianalisis
adalah faktor-faktor internal yaitu kekuatan dan kelemahan serta faktor-faktor
eksternal yaitu peluang dan ancaman yang mempengaruhi pemasaran produk
olahan jamur tiram putih di Kota Medan. Strategi pemasaran itu dapat dirumuskan
dengan Analisis SWOT. Analisis SWOT (Strenght, Weaknesses, Opportunities
and Threats) mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi suatu usaha. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (strenght) dan peluang (opportunities), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats).
5.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemasaran Produk Olahan Jamur
Tiram Putih di Kota Medan
5.1.1. Faktor Internal yang Mempengaruhi Pemasaran Produk Olahan
Jamur Tiram Putih di Kota Medan
Adapun faktor-faktor internal pemasaran produk olahan jamur tiram putih yang
dapat dikendalikan oleh Dinas Koperasi dan UMKM Kota Medan adalah sebagai
berikut:
a. Dukungan Pemerintah
Dukungan Pemerintah yang diberikan kepada pengusaha-pengusaha produk
olahan jamur tiram putih di Kota Medan berupa penyediaan sarana dan prasarana,
bantuan permodalan, bantuan peralatan, bantuan pemasaran, dan sosialisasi
produk olahan jamur tiram putih. Hal itu dilakukan guna untuk membantu
permasalahan yang dihadapi oleh pengusaha tersebut agar mendapatkan

39

40

keuntungan yang maksimal. Adapun dukungan Pemerintah tersebut diberikan
melalui Dinas Koperasi dan UMKM Kota Medan.
b. Promosi
Promosi yang diberikan oleh pihak yang terkait yaitu Dinas Koperasi dan UMKM
Kota Medan yaitu dalam bentuk pameran-pameran yang diadakan di Kota Medan,
guna untuk memperkenalkan produk olahan jamur tiram di semua kalangan
masyarakat. Contoh pameran yang diberikan oleh Dinas Koperasi dan UMKM
Kota Medan yaitu pada saat adanya Pekan Raya Sumatera Utara (PRSU).
c. Adanya Pelatihan
Pelatihan dilakukan untuk pengusaha produk olahan jamur tiram putih dan petani
budidaya jamur tiram putih dengan harapan dapat membantu masalah-masalah
yang dihadapinya

pada saat ini. Pelatihan-pelatihan yang diberikan berupa

pelatihan kewirausahaan, pelatihan akutansi/ pembukuan, pelatihan teknologi, dan
pelatihan manajemen.
Tabel 5.1. Penentuan Skor Internal
No

Uraian

1.

Dukungan Pemerintah

2.

Promosi

RataRata
Skor
2,33

2,55

Hasil
Penilaian

Sumber Keterangan
(Orang)

Kelemahan Pengusaha
Produk
Olahan Jamur (21),
Petani Budidaya (1),
Konsumen (1), Asosiasi
(1), Dinas Koperasi dan
UMKM (1),
Dinas
Pertanian (1), Badan
Pusat Penelitian dan
Pengembangan (1)
Kelemahan Pengusaha
Produk
Olahan Jamur (21),
Petani Budidaya (1),
Konsumen (1), Asosiasi

41

3.

Adanya Pelatihan

3,22

Kekuatan

(1), Dinas Koperasi dan
UMKM
(1)
Dinas
Pertanian (1), Badan
Pusat Penelitian dan
Pengembangan (1)
Pengusaha
Produk
Olahan Jamur (21),
Petani Budidaya (1),
Konsumen (1), Asosiasi
(1), Dinas Koperasi dan
UMKM
(1)
Dinas
Pertanian (1), Badan
Pusat Penelitian dan
Pengembangan (1)

Sumber: Lampiran 3 (2017)
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa hasil penilaian faktor internal yang mempengaruhi
pemasaran produk olahan jamur tiram putih terdapat 1 kekuatan dan 2 kelemahan.
5.1.2. Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Pemasaran Produk Olahan
Jamur Tiram Putih di Kota Medan
Adapun faktor-faktor eksternal pemasaran produk olahan jamur tiram putih yang
tidak dapat dikendalikan oleh Dinas Koperasi dan UMKM Kota Medan adalah
sebagai berikut:
a. Lokasi
Lokasi usaha sering kali dianggap sebagai hal yang sepele, akan tetapi lokasi
usaha sangat menentukan kinerja dan keuntungan yang diraih oleh usaha produk
olahan jamur tiram putih. Pemilihan lokasi usaha juga harus berpatokan pada
perkembangan pembangunan suatu daerah yang sering kali menimbulkan dampak
baik positif maupun negatif yang dapat mempengaruhi kinerja dan perkembangan
usaha.

42

b. Harga Jual
Dalam menetapkan harga produk, pengusaha produk olahan jamur tiram putih
tidak hanya menetapkan harga berdasarkan kehendaknya. Penetapan harga harus
melihat penetapan harga pesaing, sehingga usahanya dapat mempertahankan
pelanggan dan memperoleh keuntungan yang memuaskan. Penetapan harga yang
terlalu tinggi menyebabkan kehilangan pelanggan karena berpindah menjadi
pelanggan usaha pesaing. Penetapan harga yang terlalu rendah juga menyebabkan
berkurangnya keuntungan (profit) yang diperoleh usaha, dan akan berpengaruh
pada kelangsungan usaha.
c. Modal Usaha
Modal usaha bagi pengusaha produk olahan jamur tiram putih merupakan unsur
yang utama dalam mendirikan suatu usaha yang bertujuan untuk mendukung
peningkatan pendapatan (profit) yang pada akhirnya meningkatkan taraf hidup
pengusaha itu sendiri.
d. Ketersediaan Bahan Baku
Bahan baku sangat penting bagi pengusaha produk olahan jamur tiram putih yang
mengolah suatu produk, karena bahan baku merupakan salah satu faktor penentu
kualitas dari produk yang dihasilkannya.
e. Pangsa Pasar
Dalam memasarkan produknya, setiap usaha produk olahan jamur tiram putih
memiliki segmentasi pasar sendiri-sendiri. Usaha besar/ menengah memiliki pasar
yang relatif lebih luas. Sedangkan usaha kecil memiliki pasar lokal dan daerah
sekitar.

43

f. Selera Masyarakat
Produk olahan jamur tiram putih mulai banyak dikenal oleh masyarakat Kota
Medan. Dari kalangan anak-anak hingga dewasa mulai gemar mengkonsumsi
produk olahan jamur tiram putih.
g. Jaringan (Networking)
Memiliki jaringan yang luas merupakan salah satu faktor penentu dalam
keberhasilan suatu usaha. Berdasarkan hasil penelitian jaringan yang terjalin antar
pelaku usaha produk olahan jamur tiram putih tergolong baik. Hal ini dikarenakan
pelaku usaha produk olahan jamur tiram putih, tergabung pada asosiasi produk
olahan jamur tiram putih di Kota Medan.
h. Pengalaman Produsen
Faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan usaha produk olahan jamur tiram
putih adalah pengalaman produsen. Semakin tinggi tingkat pengalaman produsen
maka akan semakin baik pula usaha produk olahan jamur tiram putih. Pengalaman
usaha produk olahan jamur tiram putih membantu pengusaha dalam aktivitasnya
sebagai pengusaha.
i. Pengaruh Pergantian Musim
Ancaman produksi utama yang dihadapi oleh usaha produk olahan jamur tiram
putih adalah musim/cuaca yaitu musim penghujan dikarenakan cuaca yang dingin
membuat para konsumen enggan untuk keluar rumah untuk membeli produk
olahan jamur tiram putih.

44

j. Kualitas Bahan Baku
Kualitas bahan baku merupakan hal yang harus diperhatikan oleh pengusaha
produk olahan jamur tiram putih dalam kegiatan usahanya. Karena kualitas bahan
baku sangat berpengaruh terhadap kerenyahan dari hasil olahan jamur tiram putih.
Tabel 5.2. Penentuan Skor Eksternal
No

Uraian

1.

Lokasi

2.

Harga Jual

3.

Modal Usaha

4.

Ketersediaan
Baku

RataHasil
Sumber Keterangan
Rata Skor Penilaian
(Orang)
3,92
Peluang Pengusaha
Produk
Olahan Jamur (21),
Petani Budidaya (1),
Konsumen (1), Asosiasi
(1), Dinas Koperasi dan
UMKM
(1)
Dinas
Pertanian (1), Badan
Pusat Penelitian dan
Pengembangan (1)
3,77
Peluang Pengusaha
Produk
Olahan Jamur (21),
Petani Budidaya (1),
Konsumen (1), Asosiasi
(1), Dinas Koperasi dan
UMKM
(1)
Dinas
Pertanian (1), Badan
Pusat Penelitian dan
Pengembangan (1)
4
Peluang Pengusaha
Produk
Olahan Jamur (21),
Petani Budidaya (1),
Konsumen (1), Asosiasi
(1), Dinas Koperasi dan
UMKM
(1)
Dinas
Pertanian (1), Badan
Pusat Penelitian dan
Pengembangan (1)
Bahan
2,77
Ancaman Pengusaha
Produk
Olahan Jamur (21),
Petani Budidaya (1),
Konsumen (1), Asosiasi
(1), Dinas Koperasi dan
UMKM
(1)
Dinas
Pertanian (1), Badan
Pusat Penelitian dan

45

5.

Pangsa Pasar

3,44

Peluang

6.

Selera Masyarakat

3,77

Peluang

7.

Jejaring (Networking)

3,48

Peluang

8.

Pengalaman Prodsen

3,25

Peluang

9.

Pengaruh
Musim

3,62

Peluang

2,85

Ancaman

Pergantian

10. Kualitas Bahan Baku

Pengembangan (1)
Pengusaha
Produk
Olahan Jamur (21),
Petani Budidaya (1),
Konsumen (1), Asosiasi
(1), Dinas Koperasi dan
UMKM
(1)
Dinas
Pertanian (1), Badan
Pusat Penelitian dan
Pengembangan (1)
Pengusaha
Produk
Olahan Jamur (21),
Petani Budidaya (1),
Konsumen (1), Asosiasi
(1), Dinas Koperasi dan
UMKM
(1)
Dinas
Pertanian (1), Badan
Pusat Penelitian dan
Pengembangan (1)
Pengusaha
Produk
Olahan Jamur (21),
Petani Budidaya (1),
Konsumen (1), Asosiasi
(1), Dinas Koperasi dan
UMKM
(1)
Dinas
Pertanian (1), Badan
Pusat Penelitian dan
Pengembangan (1)
Pengusaha
Produk
Olahan Jamur (21),
Petani Budidaya (1),
Konsumen (1), Asosiasi
(1), Dinas Koperasi dan
UMKM
(1)
Dinas
Pertanian (1), Badan
Pusat Penelitian dan
Pengembangan (1)
Pengusaha
Produk
Olahan Jamur (21),
Petani Budidaya (1),
Konsumen (1), Asosiasi
(1), Dinas Koperasi dan
UMKM
(1)
Dinas
Pertanian (1), Badan
Pusat Penelitian dan
Pengembangan (1)
Pengusaha
Produk
Olahan Jamur (21),

46

Petani Budidaya (1),
Konsumen (1), Asosiasi
(1), Dinas Koperasi dan
UMKM
(1)
Dinas
Pertanian (1), Badan
Pusat Penelitian dan
Pengembangan (1)
Sumber: Lampiran 4 (2017)
Tabel

5.2 menunjukkan bahwa

hasil

penilaian faktor eksternal

yang

mempengaruhi pemasaran produk olahan jamur tiram putih terdapat 8 peluang
dan 2 ancaman.
5.2. Pembobotan Faktor-Faktor Strategis
Nilai

penting dari

faktor-faktor strategis adalah dengan menggunakan

pembobotan. Pembobotan dilakukan dengan teknik komparasi berpasangan,
berikut hasil pembobotan faktor-faktor internal disajikan dalam tabel 5.3.
Tabel 5.3. Tabel IFAS
No.
Faktor-Faktor Internal
1. Dukungan Pemerintah
2. Promosi
3. Adanya Pelatihan
Total
Sumber: Lampiran 11 (2017)

Bobot
0,46
0,38
0,44
1,08

Dari tabel 5.3 menunjukkan bahwa dukungan Pemerintah memiliki bobot yang
paling besar diantara faktor-faktor yang lain yaitu sebesar 0,46. Faktor ini
merupakan faktor internal yang sangat penting, karena dengan adanya dukungan
Pemerintah diharapkan para pengusaha produk olahan jamur tiram putih dapat
menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi di lapangan. Dukungan
Pemerintah juga diharapkan dapat membantu sarana dan prasarana yang
dibutuhkan pengusaha produk

olahan jamur tiram putih. Kemudian diikuti

dengan faktor promosi yang memiliki nilai bobot sebesar 0,38. Faktor ini penting

47

bagi pengusaha produk olahan jamur tiram putih, karena dengan adanya promosi
dari pihak Dinas Koperasi dan UMKM Kota Medan, diharapkan perkembangan
produk olahan jamur tiram putih semakin pesat dan semakin dikenal oleh
masyarakat luas. Untuk faktor adanya pelatihan untuk pengusaha produk olahan
jamur tiram putih yang memiliki nilai bobot sebesar 0,44. Faktor ini juga tidak
kalah pentingnya, karena faktor ini juga dapat membantu pengusaha produk
olahan jamur tiram putih di lapangan dalam mengelola usahanya untuk
mendapatkan keuntungan yang maksimal.
Tabel 5.4. Tabel EFAS
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10

Faktor-Faktor Eksternal
Lokasi
Harga Jual
Modal Usaha
Ketersediaan Bahan Baku
Pangsa Pasar
Selera Masyarakat
Jejaring (Networking)
Pengalaman Produsen
Pengaruh Pergantian Musim (cuaca)
Kualitas Bahan Baku
Total
Sumber: Lampiran 12 (2017)

Bobot
0,30
0,26
0,28
0,25
0,28
0,33
0,17
0,35
0,31
0,41
2,79

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa lokasi memiliki bobot sebesar 0,30. Lokasi
merupakan bobot yang sangat penting, karena sebelum memulai usahanya
pengusaha produk olahan jamur tiram putih harus menentukan dulu lokasi yang
strategis untuk usahanya. Faktor selanjutnya adalah harga jual yang memiliki
bobot sebesar 0,26. Harga jual merupakan faktor yang harus diperhatikan, dalam
menetapkan harga pengusaha produk olahan jamur tiram putih harus melihat juga
penetapan harga yang dibuat oleh pesaing. Faktor selanjutnya adalah modal usaha
yang memiliki bobot sebesar 0,28. Modal usaha bagi pengusaha produk olahan

48

jamur tiram putih merupakan unsur yang utama dalam mendirikan suatu usaha.
Faktor selanjutnya adalah ketersediaan bahan baku yang memiliki bobot sebesar
0,25. Sebelum menjalankan usahanya, sebaiknya pengusaha produk olahan jamur
tiram putih menentukan darimana bahan baku didapatkan. Faktor selanjutnya
adalah pangsa pasar yang memiliki bobot sebesar 0,28. Pangsa pasar sangat
penting bagi pengusaha produk olahan jamur tiram putih, karena dari pangsa pasar
pengusaha dapat melihat hal apa yang dibutuhkan oleh konsumen. Faktor
selanjutnya adalah selera masyarakat yang memiliki bobot sebesar 0,33. Selera
masyarakat juga merupakan hal yang harus diperhatikan, karena konsumen dari
produk olahan jamur tiram putih itu sendiri berasal dari semua kalangan. Faktor
selanjutnya adalah jejaring (networking) yang memiliki bobot sebesar 0,17. Untuk
menghadapi banyaknya jejaring (networking) usaha produk olahan jamur tiram
putih para pengusaha harus meningkatkan kualitas dari produk yang dihasilkan
serta mempertahankan pelanggan tetap yang dimiliki. Faktor selanjutnya adalah
pengalaman produsen yang memiliki bobot sebesar 0,35. Pengalaman produsen
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan usaha produk olahan
jamur tiram putih, semakin tinggi tingkat pengalaman produsen maka akan
semakin baik pula usaha produk olahan jamur tiram putih. Faktor selanjutnya
adalah pengaruh pergantian musim yang memiliki bobot sebesar 0,31. Faktor ini
sangat berpengaruh terhadap pendapatan pengusaha produk olahan jamur tiram
putih, karena apabila musim penghujan, konsumen enggan keluar rumah untuk
membeli produk olahan jamur tiram putih. Dan faktor yang terakhir adalah
kualitas bahan baku yang memiliki bobot sebesar 0,41. Kualitas bahan baku

49

merupakan faktor yang penting, karena kualitas bahan baku berpengaru terhadap
kerenyahan jamur itu sendiri.
5.3. Penentuan Strategi Pemasaran Produk Olahan Jamur Tiram Putih
Selanjutnya dilakukan matriks evaluasi pemasaran produk olahan jamur tiram
putih dengan menghitung perkalian antara skor dan bobot pada faktor internal
yang bertujuan untuk memperoleh skor terbobot. Perkalian antara skor dan bobot
pada faktor internal dalam pemasaran produk olahan jamur tiram putih disajikan
pada tabel 5.5.
Tabel 5.5. Matriks Evaluasi Faktor Strategis Internal
No
1.
a.

Faktor Internal
Bobot
Kekuatan
Adanya Pelatihan
0,44
Jumlah
0,44
2. Kelemahan
a. Dukungan Pemerintah
0,46
b. Promosi
0,38
Jumlah
0,84
Selisih Skor Kekuatan dan Kelemahan
Sumber: Lampiran 3-11 (2017)

Skor

Skor Terbobot

3,22

1,41
1,41

2,33
2,55

1,07
0,96
2,03
-0,62

Hasil dari pembobotan yang paling tinggi adalah adanya pelatihan (kekuatan)
dengan skor terbobot 1,41, dan kurangnya dukungan Pemerintah (kelemahan)
dengan skor terbobot sebesar 1,07. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh faktor
internal yang paling dominan terhadap pemasaran produk olahan jamur tiram
putih adalah adanya pelatihan (kekuatan) memiliki bobot sebesar 0,44 yang
bertujuan untuk membantu para pengusaha produk olahan jamur tiram putih
dalam mengatasi masalah-masalah yang terjadi di

lapangan. Kurangnya

dukungan Pemerintah (kelemahan) memiliki bobot sebesar 0,46. Dukungan
Pemerintah dibutuhkan untuk memberikan bantuan berupa sarana dan prasarana

50

serta sosialisasi dalam hal pemasaran produk olahan jamur tiram putih. Kurangnya
promosi (kelemahan) yang memiliki bobot sebesar 0,38 yang bertujuan untuk
memperkenalkan produk olahan jamur tiram kepada masyarakat luas.
Selanjutnya dilakukan perkalian antara skor dan bobot pada faktor eksternal yang
bertujuan untuk memperoleh skor terbobot. Perkalian antara skor dan bobot pada
faktor esternal dalam pemasaran produk olahan jamur tiram putih disajikan pada
tabel 5.6.
Tabel 5.6. Matriks Evaluasi Faktor Strategis Eksternal
No
1.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Faktor Internal
Bobot
Peluang
Lokasi
0,30
Harga Jual
0,26
Modal Usaha
0,28
Pangsa Pasar
0,28
Selera Masyarakat
0,33
Jejaring (Networking)
0,17
Pengalaman Produsen
0,35
Pengaruh Pergantian
0,31
Musim (Cuaca)
Jumlah
2,28
2. Ancaman
a. Ketersediaan Bahan Baku
0,25
b. Kualitas Bahan Baku
0,41
Jumlah
0,66
Selisih Skor Peluang dan Ancaman
Sumber: Lampiran 4-12 (2017)

Skor

Skor Terbobot

3,92
3,77
4
3,44
3,77
3,48
3,25
3,62

1,17
0,98
1,12
0,96
1,24
0,59
1,13
1,12
8,31

2,77
2,85

0,69
1,16
1,85
6,46

Ada 10 faktor-faktor eksternal dalam pemasaran produk olahan jamur tiram putih.
Terdapat 8 peluang dan 2 ancaman. Peluang yang memiliki skor terbobot tertinggi
adalah selera masyarakat (peluang) yang memiliki skor terbobot bobot sebesar
1,24. Selera masyarakat akan permintaan produk olahan jamur tiram putih
semakin meningkat, hal ini dikarenakan sudah banyak masyarakat Indonesia yang
mengenal akan manfaat dari jamur tiram itu sendiri. Faktor eksternal yang

51

memiliki skor terbobot terendah sebesar 0,59 adalah jejaring (networking).
Dimana berdasarkan hasil dari penelitian jejaring (networking) ini merupakan
peluang.
5.4. Penentuan Alternatif Strategi Pemasaran Produk Olahan Jamur Tiram
Putih
Strategi pemasaran produk olahan jamur tiram putih dilakukan dengan membuat
matriks SWOT. Matriks SWOT dibangun berdasarkan faktor-faktor internal
(kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman).
Berdasarkan hasil analisis matriks SWOT pemasaran produk olahan jamur tiram
putih diperoleh 4 alternatif strategi, yaitu: strategi S-O, strategi S-T, strategi W-O,
dan strategi W-T, seperti disajikan pada tabel 5.7 berikut ini:
Tabel 5.7. Penentuan Alternatif Strategi Pemasaran Produk Olahan Jamur
Tiram Putih
IFAS

EFAS
Peluang
(Oppurtunities)
1. Lokasi
2. Harga jual
3. Modal usaha
4. Pangsa pasar
5. Selera
masyarakat
6. Jejaring
(Networking)
7. Pengalaman
produsen
8. Pengaruh
pergantian
musim (cuaca)

Kekuatan (Strengths)
1. Adanya pelatihan

Kelemahan (Weakness)
1. Dukungan Pemerintah
2. Promosi

Strategi S – O

Strategi W – O

1. Mengadakan pelatihan
mengenai pemasaran dan
sosialisasi untuk
meningkatkan pengalaman
produsen serta memperluas
pangsa pasar (S1, O4, O7,
O6).
2. Manfaatkan pelatihan yang
ada untuk menambah
pengetahuan pengusaha
jamur dalam menentukan
harga jual, lokasi, dan
strategi untuk menghadapi
pengaruh pergantian musim

1. Memanfaatkan modal
sendiri untuk
mengatasi kelemahan
dukungan Pemerintah
(W1, O3).
2. Memanfaatkan jejaring
(networking) untuk
mengatasi kurangnya
dukungan Pemerintah
(W1, O6).
3. Memanfaatkan
pengalaman produsen
dalam berusaha untuk
mengatasi lemahnya

52

(S1, O2, O1, O8).

Ancaman
(Treaths)
1. Ketersediaan
bahan baku.
2. Kualitas bahan
baku.

Strategi S – T
1. Memanfaatkan adanya
pelatihan untuk mengatasi
kualitas dan kuantitas
bahan baku jamur (S1, T1,
T2).

dukungan Pemerintah
(W1, O7).
4. Memanfaatkan peluang
stabilnya harga jual
dengan meningkatkan
promosi (W2, O2).
5. Memanfaatkan
besarnya potensi
pangsa pasar dengan
meningkatkan promosi
(W2, O4).
6. Memanfaatkan nilai
strategis lokasi dengan
mengatasi kelemahan
promosi (W2, O1).
7. Memanfaatkan
permintaan selera
masyarakat yang tinggi
dengan mengatasi
kelemahan promosi
(W2, O5).
Strategi W – T
1. Meningkatkan
dukungan pemerintah
untuk menyediakan
bantuan bahan baku
yang berkualitas
sehingga
menghasilkan produk
olahan yang
berkualitas (W1,
T1,T2).

Tabel 5.7 menggambarkan strategi pemasaran produk olahan jamur tiram putih
yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
Strategi S-O
Adapun strategi yang dapat dijelaskan untuk pemasaran produk olahan jamur
tiram putih dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada adalah sebagai
berikut:

53

1. Mengadakan

pelatihan

mengenai

pemasaran

dan

sosialisasi

untuk

meningkatkan pengalaman produsen serta memperluas pangsa pasar (S1, O4,
O7, O6).
2. Manfaatkan pelatihan yang ada untuk menambah pengetahuan pengusaha
jamur dalam menentukan harga jual, lokasi, dan strategi untuk menghadapi
pengaruh pergantian musim (S1, O2, O1, O8).
Strategi S-T
Adapun strategi yang dapat dijelaskan untuk pemasaran produk olahan jamur
tiram putih dengan memanfaatkan kekuatan dan ancaman yang ada adalah sebagai
berikut:
1. Memanfaatkan adanya pelatihan untuk mengatasi kualitas dan kuatitas bahan
baku jamur (S1, T1, T2).
Strategi W-O
Dalam lebih meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang yang ada,
maka strategi yang dapat dilaksanakan oleh Dinas Koperasi dan UMKM Kota
Medan dalam meningkatkan pemasaran produk olahan jamur tiram putih adalah
sebagai berikut:
1. Memanfaatkan modal

sendiri

untuk mengatasi

kelemahan

dukungan

Pemerintah (W1, O3).
2. Memanfaatkan jejaring (networking) untuk mengatasi kurangnya dukungan
Pemerintah (W1, O6).
3. Memanfaatkan pengalaman produsen dalam berusaha untuk mengatasi
lemahnya dukungan Pemerintah (W1, O7).

54

4. Memanfaatkan peluang stabilnya harga jual dengan meningkatkan promosi
(W2, O2).
5. Memanfaatkan besarnya potensi pangsa pasar dengan meningkatkan promosi
(W2, O4).
6. Memanfaatkan nilai strategis lokasi dengan mengatasi kelemahan promosi
(W2, O1).
7. Memanfaatkan permintaan selera masyarakat yang tinggi dengan mengatasi
kelemahan promosi (W2, O5).
Strategi W-T
Dalam lebih mengatasi ancaman dengan meminimalkan kelemahan yang ada,
maka strategi yang dapat dilaksanakan oleh Dinas Koperasi dan UMKM Kota
Medan dalam meningkatkan pemasaran produk olahan jamur tiram putih adalah
sebagai berikut:
1. Meningkatkan dukungan pemerintah untuk menyediakan bantuan bahan baku
yang berkualitas sehingga menghasilkan produk olahan yang berkualitas. (W1,
T1, T2).
5.5. Penentuan Matriks Posisi Kuadran SWOT Pemasaran Produk Olahan
Jamur Tiram Putih
Dari penjelasan tabel 5.5 menunjukkan bahwa selisih skor terbobot faktor strategi
internal (kekuatan dan kelemahan) sebesar -0,62. Artinya pengaruh kelemahan
lebih besar daripada kekuatan dalam pemasaran produk olahan jamur tiram putih.
Dari tabel 5.6 menunjukkan bahwa selisih skor terbobot faktor eksternal (peluang
dan ancaman) sebesar 6,46. Artinya pengaruh peluang lebih besar daripada
ancaman dalam pemasaran produk olahan jamur tiram putih. Sehingga diketahui

55

posisi strategis pemasaran produk olahan jamur tiram putih berada di kuadran III
dengan strategi Turn Arround. Posisi titik koordinat cartesius pada gambar 5.1.

Faktor Eksternal
Y(+)
(-0,62, 6,46)
6,46

Kuadran III
Strategi Turn Arround

Kuadran I
Strategi Agresif

X(-)

X(+)

Faktor Internal

-0,62

Kuadran IV
Strategi Defensif

Kuadran II
Strategi Diversifikasi

Y(-)
Gambar 5.1. Kuadran SWOT Pemasaran Produk Olahan Jamur Tiram
Putih

Gambar 5.1 menunjukkan nilai x < 0 yaitu -0,62 dan y < 0 yaitu 6,46. Hal ini
berarti posisi strategi pemasaran produk olahan jamur tiram putih berada pada
kuadran III dengan rekomendasi yang diberikan adalah strategi Turn Arround,
artinya Dinas Koperasi dan UMKM Kota Medan memiliki peluang yang besar
dalam menghadapi beberapa kelemahan internal. Peluang yang dimanfaatkan
Dinas Koperasi dan UMKM Kota Medan yang terdapat pada strategi pemasaran
produk olahan jamur tiram putih yaitu, lokasi, harga jual, modal usaha, pangsa

56

pasar, selera masyarakat,

jejaring (Networking), pengalaman produsen, dan

pengaruh pergantian musim (cuaca) dan kelemahan yang dihadapi yaitu,
dukungan Pemerintah dan promosi.
Berdasarkan dari hasil penelitian, strategi yang dapat diterapkan adalah strategi
Turn Arround yang berada pada kuadran III, dimana strategi ini berada pada titik
(kelemahan, peluang) yang biasa disebut strategi W-O yang digunakan untuk
dapat meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang yang ada, maka
strategi yang dapat dilaksanakan oleh Dinas Koperasi dan UMKM Kota Medan
dalam meningkatkan pemasaran produk olahan jamur tiram putih tersebut adalah
memanfaatkan modal sendiri untuk mengatasi kelemahan dukungan Pemerintah,
memanfaatkan jejaring (networking) untuk mengatasi kurangnya dukungan
Pemerintah, memanfaatkan pengalaman produsen dalam berusaha untuk
mengatasi lemahnya dukungan Pemerintah, memanfaatkan peluang stabilnya
harga jual dengan meningkatkan promosi, memanfaatkan besarnya potensi pangsa
pasar dengan meningkatkan promosi, memanfaatkan nilai strategis lokasi dengan
mengatasi kelemahan promosi, memanfaatkan permintaan selera masyarakat yang
tinggi dengan mengatasi kelemahan promosi. Hal itu sesuai dengan strategi
pemasaran produk olahan jamur tiram putih yang pernah disusun oleh Dinas
Koperasi dan UMKM Kota Medan yaitu melakukan program pelatihan dan
bimbingan teknis kepada wirausahaan produk olahan jamur tiram putih, serta
memfasilitasi peningkatan kemitraan usaha produk olahan jamur tiram putih
dalam memberikan bantuan berupa sarana dan prasana untuk membantu produsen
produk olahan jamur tiram putih dalam melakukan kegiatan usahanya.

57

Berdasarkan dari hasil starategi yang telah dikemukakan, maka kaitan antara
strategi peneliti dengan strategi Dinas Koperasi dan UMKM Kota Medan
disajikan dalam tabel 5.8 sebagai berikut:
Tabel 5.8 Keterkaitan antara Strategi dan Program Peneliti dengan Strategi
dan Program Dinas Koperasi dan UMKM Kota Medan
No.
A.
1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

B.
1.

2.

3.

Peneliti

Dinas Koperasi dan UMKM Kota
Medan
Strategi
Melakukan program pelatihan kepada
pengusaha produk olahan jamur tiram
putih.
Melakukan bimbingan teknis kepada
wirausahaan produk olahan jamur
tiram putih.
Memfasilitasi peningkatan kemitraan
kepada usaha produk olahan jamur
tiram putih

Strategi
Memanfaatkan modal sendiri
untuk
mengatasi
kelemahan
dukungan Pemerintah.
Memanfaatkan
jejaring
(networking) untuk mengatasi
kurangnya dukungan Pemerintah.
Memanfaatkan
pengalaman
produsen dalam berusaha untuk
mengatasi lemahnya dukungan
Pemerintah.
Memanfaatkan peluang stabilnya Memberikan bantuan berupa sarana
harga jual dengan meningkatkan dan prasana
untuk membantu
promosi.
produsen produk olahan jamur tiram
putih dalam melakukan kegiatan
usahanya.
Memanfaatkan besarnya potensi Memberikan
sosialisasi
kepada
pangsa
pasar
dengan pengusaha produk olahan jamur tiram
meningkatkan promosi.
putih.
Memanfaatkan nilai strategis Memberikan
bantuan
peralatan
lokasi
dengan
mengatasi kepada pengusaha produk olahan
kelemahan promosi.
jamur tiram putih.
Memanfaatkan permintaan selera Memberikan bantuan pemasaran
masyarakat yang tinggi dengan kepada pengusaha produk olahan
mengatasi kelemahan promosi.
jamur tiram putih.
Program
Program
Memberikan pelatihan kepada Memberikan
program
pelatihan
produsen produk olahan jamur kepada wirausahaan produk olahan
tiram putih untuk meningkatkan jamur tiram putih.
kualitas produksinya
Mendukung adanya promosi Memfasilitasi peningkatan kemitraan
dalam bentuk pameran-pameran.
usaha untuk mendukung promosi
produk olahan jamur tiram putih.
Meningkatkan
dukungan Memberikan bantuan berupa sarana
Pemerintah dalam memberikan dan prasana
untuk membantu
bantuan peralatan
produsen produk olahan jamur tiram
putih.

58

Berdasarkan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi dan program yang
dihasilkan oleh peneliti sesuai dengan strategi dan program yang dibuat oleh
Dinas Koperasi dan UMKM Kota Medan yang bertujuan untuk meningkatkan
pemasaran produk olahan jamur tiram putih di Kota Medan.

59

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan serta
dengan memperhatikan kaitannya dengan tujuan penelitian maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Faktor internal yang mempengaruhi pemasaran produk olahan jamur tir