Strategi Pemasaran Jamur Tiram Putih (Pleurotus sp) dI Kota Medan

(1)

STRATEGI PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus sp)

DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

OLEH :

NOVIARNY ANGGASTA LARA S 110304062

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

STRATEGI PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus sp)

DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

NOVIARNY ANGGASTA LARA S 110304062

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Ir.Iskandarini, MM, Ph.D) (Ir. Lily Fauzia, M.Si) NIP. 196405051994032002 NIP:196510081992031001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

Noviarny Anggasta Lara Sumarlan (110304062) dengan judul skripsi Strategi Pemasaran Jamur Tiram Putih (Pleurotus sp) di Kota Medan. Dibimbing oleh Ir. Iskandarini, MM, Ph.D Dan Ir. Lily Fauzia, M.Si.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman usaha jamur tiram putih (Pleurotus sp) di Kota Medan serta untuk mengetahui strategi pemasaran usaha jamur tiram putih (Pleurotus sp) di Kota Medan.

Penentuan daerah penelitian secara purposive. Metode pengambilan sampel dengan metode sensus sebanyak 9 sampel. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan metode analisis SWOT.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan usaha dalam pemasaran jamur tiram putih (Pleurotus sp) di daerah penelitian adalah ketersediaan modal yang cukup, ketersediaan tenaga kerja, harga jual jamur tiram putih yang stabil dan kemudahan sarana transportasi. Kelemahan usaha dalam pemasaran jamur tiram putih (Pleurotus sp) di daerah penelitian adalah jumlah produksi jamur tiram putih per hari yang belum mencukupi permintaan, kualitas produk jamur tiram putih yang dihasilkan tidak tahan lama, sistem penjualan jamur tiram putih. Peluang usaha dalam pemasaran jamur tiram putih (Pleurotus sp) di daerah penelitian adalah pangsa pasar jamur tiram putih yang besar, daya beli masyarakat yang besar terhadap jamur tiram putih, semakin meningkatnya selera masyarakat terhadap jamur tiram putih. Ancaman usaha dalam pemasaran jamur tiram putih (Pleurotus sp) di daerah penelitian adalah adanya persaingan antara petani dan pengaruh pergantian musim/cuaca terhadap usaha jamur tiram putih. Strategi yang diperoleh untuk meningkatkan pemasaran jamur tiram (Pleurotus sp) di daerah penelitian adalah strategi SO (Strengths Opportunities) yaitu menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada dengan kegiatan yaitu, meningkatkan modal usaha jamur tiram putih, memanfaatkan pangsa pasar dan daya beli masyarakat dengan harga jual produk yang stabil, memanfaatkan pangsa pasar dengan kemudahan sarana transportasi.


(4)

RIWAYAT HIDUP

NOVIARNY ANGGASTA LARA SUMARLAN lahir di Medan pada tanggal 09 November 1993. Penulis merupakan anak pertama dari 2 bersaudara dari Bapak Alm. Sumarlan, SE dan Ibu Hj. Nirma Aprida, SE.

Penulis telah menempuh jenjang pendidikan formal sebagai berikut.

1. Sekolah Dasar di SD Kartika I-1 Medan, masuk tahun 1999 dan lulus tahun 2005.

2. Sekolah Menengah Pertama di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Medan, masuk tahun 2005 dan lulus tahun 2008.

3. Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Medan, masuk tahun 2008 dan lulus pada tahun 2011.

4. Tahun 2011 masuk di program studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

5. Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Kelurahan Bukit Jengkol, Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara, pada bulan Agustus 2014.

6. Melaksanakan penelitian skripsi di Kecamatan Medan Polonia, Medan Helvetia, Medan Marelan, Medan Tuntungan dan Medan Johor pada tahun 2015.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Strategi Pemasaran Jamur Tiram Putih ( Pleurotus sp) di Kota Medan. Skripsi ini diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Program Studi Agribisnis Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa dalama menyelesaikan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya bantuan dalam bentuk dukungan, motivasi, bimbingan, pengarahan, serta kritikan membangun yang disampaikan kepada penulis. Pada kesempatan ini penulis dengan sepenuh hati mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Ir. Iskandarini, MM, Ph.D selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Ir. Lily Fauzia, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan serta saran dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Agribisnis yang telah banyak memberikan pengetahuan selama masa perkuliahan di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.


(6)

4. Seluruh staf akademik dan pegawai di Program Studi Agribisnis yang telah membantu seluruh proses administrasi di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

5. Orangtua Tercinta Ayahanda Alm. Sumarlan, SE dan Ibunda Hj. Nirma Aprida, SE serta adik tersayang Savira Budiarny Putri Sumarlan, Alm. Opa tercinta dan Oma serta Seluruh Keluarga Besar yang selalu mendoakan, memberi motivasi, kasih sayang dan dukungan kepada penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Kekasih tercinta Arief Muhammad Nasution yang telah memberikan bantuan, semangat, dukungan, dan motivasi selama penelitian hingga skripsi selesai. 7. Sahabat-sahabat tersayang Finka Adisti Nasution, Juwita Sari Manullang,

Faqita Iqlima Putry, Karina Shafira, Fadiah Atikah, Sonia Ramadhani, Astri Andani dan Nidya Diani yang telah memberikan dukungan, semangat dan motivasi.

8. Teman-teman satu pembimbing Risa Yanti Diannisa Siregar, Dewi Irwana Sari, Siti Fatimah serta teman-teman seperjuangan di Program Studi Agribisnis stambuk 2011 yang telah memberikan motivasi, kebahagian, kesedihan serta semangat dalam masa perkuliahan. Senang bisa mengenal kalian satu sama lainnya.

9. Para petani jamur tiram putih yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk penulis dalam melaksanakan penelitian.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih banyak sekali lagi kepada seluruh pihak di atas dan mendoakan agar Allah SWT membalas budi baik mereka dengan memberikan pahala yang berlipat ganda dan memudahkan segala urusan mereka.


(7)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna oleh karenanya penulis mengharapkan kritik, masukan dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini dan berharap skripsi ini bermanfaar bagi semua pihak yang membutuhkan. Amin Ya Rabbal’alamin.

Medan, Juni 2015


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN ... 6

2.1 Tinjauan Pustaka ... 6

2.1.1 Jamur Tiram ... 6

2.1.2 Potensi Usaha Jamur Tiram ... 7

2.2 Landasan Teori ... 8

2.2.1 Teori Pemasaran ... 8

2.2.2 Strategi Pemasaran ... 11

2.2.3 Analisis SWOT ... 15

2.3 Kerangka Pemikiran ... 18

BAB III METODE PENELITIAN ... 21

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 21

3.2 Metode Penentuan Sampel ... 21

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 21

3.4 Metode Analisis Data ... 22

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional ... 25

3.5.1 Defenisi ... 25


(9)

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

USAHA JAMUR TIRAM PUTIH ... 27

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 27

4.1.1 Keadaan Penduduk ... 28

4.1.2 Sarana dan Prasarana ... 31

4.2 Karakteristik Usaha Jamur Tiram Putih ... 31

4.2.1 Karakteristik Sampel ... 31

4.2.2 Permodalan ... 32

4.2.3 Tenaga Kerja ... 33

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34

5.1 Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman dalam Pemasaran Usaha Jamur Tiram Putih ... 34

5.1.1 Kekuatan Usaha dalam Pemasaran Jamur Tiram Putih ... 34

5.1.2 Kelemahan Usaha dalam Pemasaran Jamur Tiram Putih ... 37

5.1.3 Peluang Usaha dalam Pemasaran Jamur Tiram Putih ... 39

5.1.4 Ancaman Usaha dalam Pemasaran Jamur Tiram Putih ... 40

5.2 Strategi Pemasaran Usaha Jamur Tiram Putih ... 41

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 49

6.1 Kesimpulan ... 49

6.2 Saran ... 50 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

1. Luas Panen, Luas Tanam, Produktivitas Dan Produksi Jamur Per Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013

2

2. Jumlah Sampel Petani Jamur Tiram Putih di Kota Medan

21

3. Matrik Faktor Strategi Internal dan Eksternal 22 4. Peringkat (Rating) Faktor Internal dan Eksternal 23

5. Matriks SWOT 24

6. Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin tahun 2013

28

7. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2013

29

8. Penduduk Kota Medan Berumur 15 Tahun Ke Atas Yang Termasuk Angkatan Kerja Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin Tahun 2013

30

9. Sarana dan Prasarana Di Kota Medan Tahun 2013 31

10. Karakteristik Petani Jamur Tiram 32

11.Jumlah Tenaga Kerja Yang Tersedia Pada Usia Produktif (15 - 44 Tahun) Menurut Jenis Kelamin Tahun 2013

35

12.Data Produksi Jamur Tiram Putih Per Bulan (Kg) 13.Kekuatan, Kelemahan, Peluang Dan Ancaman

Pemasaran Jamur Tiram Putih Di Kota Medan

37 41

14.Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal (IFAS) 42 15.Matriks Evaluasi Faktor Strategi Eksternal (EFAS) 43 16.Penggabungan matriks evaluasi faktor strategis

internal dan eksternal pemasaran jamur tiram putih.

44


(11)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

1. Jamur Tiram Putih 2. Diagram Analisis SWOT

7 18 3. Skema Kerangka Pemikiran

4. Matriks Posisi Strategi Pemasaran Jamur Tiram Putih

20 45


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. LAMPIRAN

1 Karakteristik Sampel Petani Jamur Tiram Putih Di Kota Medan

2 Indikator dan Parameter Penilaian SWOT pada Pemasaran Jamur Tiram Putih (Pleurotus sp) di Kota Medan

3 Parameter Penilaian Faktor Internal Pemasaran Jamur Tiram Putih (Pleurotus Sp) di Kota Medan

4 Parameter Penilaian Faktor Eksternal Pemasaran Jamur Tiram Putih (Pleurotus Sp) di Kota Medan

5 Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal (IFAS) 6 Matriks Evaluasi Faktor Strategi Eksternal (EFAS)

7 Penggabungan Matriks Evaluasi Faktor Strategis Internal Dan Eksternal Pemasaran Jamur Tiram Putih


(13)

ABSTRAK

Noviarny Anggasta Lara Sumarlan (110304062) dengan judul skripsi Strategi Pemasaran Jamur Tiram Putih (Pleurotus sp) di Kota Medan. Dibimbing oleh Ir. Iskandarini, MM, Ph.D Dan Ir. Lily Fauzia, M.Si.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman usaha jamur tiram putih (Pleurotus sp) di Kota Medan serta untuk mengetahui strategi pemasaran usaha jamur tiram putih (Pleurotus sp) di Kota Medan.

Penentuan daerah penelitian secara purposive. Metode pengambilan sampel dengan metode sensus sebanyak 9 sampel. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan metode analisis SWOT.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan usaha dalam pemasaran jamur tiram putih (Pleurotus sp) di daerah penelitian adalah ketersediaan modal yang cukup, ketersediaan tenaga kerja, harga jual jamur tiram putih yang stabil dan kemudahan sarana transportasi. Kelemahan usaha dalam pemasaran jamur tiram putih (Pleurotus sp) di daerah penelitian adalah jumlah produksi jamur tiram putih per hari yang belum mencukupi permintaan, kualitas produk jamur tiram putih yang dihasilkan tidak tahan lama, sistem penjualan jamur tiram putih. Peluang usaha dalam pemasaran jamur tiram putih (Pleurotus sp) di daerah penelitian adalah pangsa pasar jamur tiram putih yang besar, daya beli masyarakat yang besar terhadap jamur tiram putih, semakin meningkatnya selera masyarakat terhadap jamur tiram putih. Ancaman usaha dalam pemasaran jamur tiram putih (Pleurotus sp) di daerah penelitian adalah adanya persaingan antara petani dan pengaruh pergantian musim/cuaca terhadap usaha jamur tiram putih. Strategi yang diperoleh untuk meningkatkan pemasaran jamur tiram (Pleurotus sp) di daerah penelitian adalah strategi SO (Strengths Opportunities) yaitu menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada dengan kegiatan yaitu, meningkatkan modal usaha jamur tiram putih, memanfaatkan pangsa pasar dan daya beli masyarakat dengan harga jual produk yang stabil, memanfaatkan pangsa pasar dengan kemudahan sarana transportasi.


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diseluruh dunia ada ribuan spesies jamur yang tersebar dari wilayah subtropis yang cenderung dingin sampai kawasan tropis yang cukup hangat. Dari ribuan jenis tersebut ada jamur yang merugikan menyebabkan penyakit pada tanaman dan manusia. Jamur menguntungkan adalah jenis jamur yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, misalnya untuk pembuatan antibiotik, tempe, alkohol. Termasuk yang menguntungkan kan adalah jamur konsumsi.

Di Indonesia, jamur mulai dikenal dan dibudidayakan pada tahun 1950-an. Jamur konsumsi atau sering dikenal dengan istilah mushroom merupakan bahan makanan sumber protein yang cukup digemari masyarakat. Dalam skala industri atau semi-industri, terdapat kurang lebih sepuluh macam jamur konsumsi yang sering di budidayakan. Berdasarkan urutannya, yang paling banyak dibudidayakan, yakni jamur kancing (Agaricus bisporus), jamur shiitake (Lentinus edodes), jamur enokitake (Flammulina velutipes), jamur merang (Volvariella volvacea), dan jamur tiram (Pleurotus sp) (Sumarsih, 2010).

Di antara jenis jamur yang dibudidayakan, jamur tiram merupakan jenis jamur yang cukup populer yang banyak dibudidayakan dan dikonsumsi oleh masyarakat di Indonesia. Menurut catatan sejarah, jamur tiram sudah dibudidayakan di Cina sejak 1000 tahun silam, sementara itu di Indonesia, mulai di budidayakan pada tahun 1980 di Wonosobo (Rahmat, 2011).


(15)

Jamur tiram termasuk kedalam jenis jamur kayu karena di alam dapat tumbuh secara liar di vegetasi berkayu. Dinamakan jamur tiram karena bentuk tudung yang melengkung, lonjong dan membulat sehingga menyerupai cangkang tiram atau kerang (Piryadi, 2013).

Di Provinsi Sumatera Utara perkembangan produksi jamur belum terlalu banyak. Hanya beberapa daerah saja yang menghasilkan jamur untuk kebutuhan pangan akan jamur. Hal ini dapat diketahui dari data yang diperoleh dari Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara, dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas Panen, Luas Tanam, Produktivitas Dan Produksi Jamur Per Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013

Jamur

Kabupaten Tanam

(M2) Panen (M2 ) Produktivitas (KW/M2) Produksi (Kg)

Nias - - - -

Mandailing natal - - - -

Tapanuli Selatan - - - -

Tapanuli Tengah - - - -

Tapanuli Utara - - - -

Toba Samosir - - - -

Labuhan Batu - - - -

Asahan 455 664 204,89 13.605

Simalungun - - - -

Dairi - - - -

Tanah Karo - 1 20,00 2

Deli Serdang 2 3 43,33 13

Langkat 1 - - -

Nias Selatan - - - -

Humb.Hasundutan - - - -

Pak-Pak Barat - - - -

Samosir - - - -

Serdang Bedagai - - - -

Batu Bara - - - -

Paluta - - - -

Palas - - - -

Labusel - - - -

Labura - - - -

Nias Utara - - - -


(16)

Lanjutan Tabel 1. Luas Panen, Luas Tanam, Produktivitas Dan Produksi Jamur Per Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013

Jamur

Kabupaten Tanam

(M2)

Panen (M2 )

Produktivitas (KW/M2)

Produksi (Kg)

Tanjung Balai - - - -

Pematang Siantar - - - -

Tebing Tinggi 525 250 77,68 1.942

Medan - - - -

Binjai 167 285 16,12 459

Padang sidempuan - - - -

Gunung Sitoli - - - -

Jumlah 1.150 1.203 133,18 16.021

Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara 2013

Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat bahwa hanya 5 kabupaten/kota yang memproduksi jamur, yaitu Kabupaten Asahan, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Langkat, Kota Tebing Tinggi dan Kota Binjai. Hal ini menunjukan masih sedikitnya budidaya jamur tiram untuk daerah Provinsi Sumatera Utara.

Di Kota Medan, jamur tiram putih mulai banyak dikenal oleh masyarakat luas walaupun merupakan bahan makanan yang enak dan bergizi tinggi, tetapi sebagian besar masyarakat menganggap hal ini sebagai kebutuhan sekunder. Akan tetapi aspek pemasaran merupakan kendala utama dalam pengembangan usaha jamur tiram putih. Hal ini dikarenakan sifat produk yang tidak tahan lama dan mudah rusak dan keberadaan pesaing lokal semakin memperketat persaingan dalam pemasaran produk.

Permasalahan dalam pengembangan agribisnis dan agroindustri adalah lemahnya keterkaitan antar subsistem di dalam agribisnis, yaitu distribusi dan penyediaan faktor produksi, proses produksi pertanian, pengolahan dan pemasaran (Soekartawi, 2000).


(17)

Proses pemasaran merupakan salah satu faktor penting dalam menjalankan sebuah usaha. Kualitas produk yang baik harus di dukung dengan strategi pemasaran yang baik pula, agar konsumen mengetahui bahwa produk yang di tawarkan layak untuk di konsumsi. Pasar jamur terbuka lebar, hal ini dibuktikan pada permintaan masyarakat terhadap produk jamur yang selalu mengalami peningkatan, bahkan di beberapa wilayah suplay jamur masih sangat kurang dan harus di pasok dari wilayah lain. Selain kandungan gizinya, jamur juga sangat enak dan cocok di proses menjadi aneka olahan jamur, inilah yang membuat permintaan jamur semakin hari semakin bertambah. Dalam menjalankan usaha jamur tiram putih, jika tidak dijalankan dengan pemasaran yang tepat maka sudah dipastikan bahwa jamur tiram putih tersebut akan sulit diketahui pasar dan secara otomatis akan mengalami kerugian bahkan kegagalan dalam menjalankan usaha tersebut.

Adanya perumusan strategi pemasaran didasarkan pada analisis yang menyeluruh terhadap pengaruh faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal perusahaan. Lingkungan eksternal perusahaan setiap saat berubah dengan cepat sehingga melahirkan berbagai peluang dan ancaman baik yang datang dari pesaing utama maupun dari iklim bisnis yang senantiasa berubah. Konsekuensi perubahan faktor eksternal tersebut juga mengakibatkan perubahan faktor internal perusahaan, seperti perubahan terhadap kekuatan maupun kelemahan yang dimiliki perusahaan tersebut (Rangkuti, 1997).

Untuk mengetahui lebih jauh bagaimana strategi pemasaran jamur tiram putih maka perlu dilakukan penelitian secara ilmiah.


(18)

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan, maka masalah penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Apa sajakah faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada pemasaran jamur tiram putih di daerah penelitian ?

2. Bagaimana strategi untuk meningkatkan pemasaran jamur tiram putih di daerah penelitian ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada pemasaran jamur tiram putih di daerah penelitian. 2. Untuk menentukan strategi pemasaran jamur tiram putih di daerah penelitian.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan informasi bagi para petani jamur tiram putih dalam memasarkan produknya.

2. Sebagai bahan informasi bagi pemeritahan dan pihak terkait yang membutuhkan nya.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Jamur Tiram

Jamur tiram memiliki banyak jenis, dan masing-masing jenis memiliki manfaat dan konsumen yang berbeda. Jamur tiram putih atau white mushroom atau shimeji, merupakan jenis jamur tiram yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia. Dicirikan dengan tudung dan tubuh tanaman yang berwarna putih susu. Jamur tiram merupakan salah satu sumber protein yang cukup tinggi dengan kandungan asam amino yang lengkap, termasuk asam amino esensial yang dibutuhkan manusia. Kandungan gizi dari jamur tiram yang sangat beragam ini membuat jamur tiram sangat bagus untuk kesehatan, sehingga jamur tiram banyak dibutuhkan dan disukai oleh masyarat, baik untuk kalangan menengah atas maupun masyarakat kalangan bawah (Warisno, 2010).

Bentuk jamur tiram memiliki tudung agak membulat dan melengkung seperti cangkang tiram dengan diameter 6-14 cm. daging buahnya berwarna putih dan semakin tua akan semakin keras. Saat mudah, bilahnya berwarna putih. Sebaliknya, saat menua, warna bilah berubah menjadi krem kekuningan dan menyusut menjadi berukuran 1-3 cm (Asegab, 2011).

Jamur tiram bisa hidup pada suhu 10-32º C. artinya jika suhu kurang dari 10º C atau lebih dari 32º C maka pertumbuhan jamur tiram kurang baik. Pertumbuhan jamur tiram akan optimum pada suhu 25-26º C. Secara alamiah di Indonesia, suhu seperti itu dapat ditemui pada ketinggian 500-1.000 meter dpl (Asegab, 2011).


(20)

Diperkirakan dalam 100 gram jamur tiram segar mengandung 45,65 kj kalori; 8,9 mg kalsium; 1,9 mg besi; 17 mg fosfor; 0,15 mg vitamin B1; 0,75 mg vitamin B2 dan 12,4 mg vitamin C. Dibandingkan dengan daging ayam, kandungan jamur tiram masih lebih komplit sehingga tidak salah bila jamur tiram menjadi bahan pangan masa depan (Chazali, 2009).

Adapun kelebihan dari jamur tiram ini adalah relatif mudah untuk dibudidayakan, produktif dan tidak memerlukan lahan yang luas untuk budidayanya. Kelemahan jamur tiram adalah mudah diserang hama scariad (lalat jamur), daya simpan pasca panen tidak tahan lama, sulit dikirim jauh karena tudungnya mudah hancur (Anonimus, 2013).

Gambar 1. Jamur Tiram Putih

2.1.2 Potensi Usaha Jamur Tiram

Peluang usaha jamur tiram baik pada subsektor budidaya, pemasaran, maupun pengolahan hasil dapat dilakukan dengan fleksibel dan tidak menyita banyak waktu maupun tenaga. Sehingga peluang usaha ini dapat dijalankan oleh siapapun baik sebagai usaha utama maupun usaha sampingan di rumah. Keuntungan lain


(21)

membidik peluang usaha jamur tiram ini adalah terbukanya pangsa pasar, baik pasar dalam negeri maupun pasar internasional. Peluang pasar yang besar tersebut tentu akan memberikan peluang yang besar pula untuk pertumbuhan dan perkembangan usaha jamur tiram. Kelebihan peluang usaha jamur tiram ini belum tentu terdapat pada peluang usaha yang lain. Ditambah lagi respon masyarakat yang sangat besar terhadap produk jamur tiram, baik dalam bentuk segar maupun olahan (Anonimus, 2013).

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Teori Pemasaran

Pemasaran (marketing) adalah suatu aktivitas yang bertujuan mencapai sasaran perusahaan, dilakukan dengan cara mengantisipasi kebutuhan pelanggan atau klien serta mengarahkan aliran barang dan jasa yang memenuhi kebutuhan pelanggan atau klien dari produsen (Cannon dkk, 2008).

Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial ketika individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan menukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain (Kotler, 2000).

Teori pemasaran yang amat sederhana pun selalu menekankan bahwa dalam kegiatan pemasaran harus jelas siapa yang menjual apa, dimana, bagaimana, bilamana, dalam jumlah berapa dan kepada siapa. Adanya strategi yang tepat akan sangat mendukung kegiatan pemasaran secara keseluruhan.

Pengertian pemasaran (marketing) mengingatkan kita akan bauran pemasaran (Marketing Mix). Pengertian bauran pemasaran menurut Philip Kotler yaitu :


(22)

“Bauran Pemasaran (Marketing Mix) adalah seperangkat alat pemasaran (Marketing Tools) yang digunakan perusahaan untuk terus menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran” (Kotler, 2002).

Menurut Kotler (2000), bauran pemasaran terdiri dari 4P yaitu product (produk), price (harga), place (tempat), promotion (promosi), tempat yang dimaksudkan di sini ialah distribusi. Berikut ini penjelasan dari variable-variabel bauran pemasaran :

1. Produk (Product) adalah barang atau layanan yang ditawarkan oleh perusahaan kepada konsumen untuk memenuhi kebutuhan atau masalahnya. 2. Harga (Price) adalah pengorbanan yang dilakukan konsumen untuk

mendapatkan suatu produk. Dari sisi finansial, harga tidak lain adalah uang yang dikorbankan pelanggan untuk mendapatkan suatu produk. Pada dasarnya, harga bisa murah atau lebih mahal dibanding pesaing.

3. Tempat (Place) adalah Tempat merupakan saluran distribusi yaitu serangkaian organisasi yang saling tergantung yang saling terlihat dalam proses untuk menjadikan produk atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi. Lokasi berarti berhubungan dengan di mana perusahaan harus bermarkas dan melakukan operasi.

4. Promosi (Promotion) adalah komunikasi yang dilakukan perusahaan dengan konsumen. Promosi bisa ditujukin untuk memberitahukan, membujuk konsumen untuk membeli, mempengaruhi konsumen dan sebagainya.


(23)

Menurut Sarma (1994), pemasaran mempunyai fungsi untuk mengusahakan agar pembeli memperoleh barang yang diinginkan pada tempat, waktu, bentuk dan harga yang tepat dengan cara :

1. Menggunakan kegunaan tempat (place utility), yaitu mengusahakan barang dan jasa dari daerah produksi ke daerah konsumen.

2. Menaikkan kegunaan waktu (time utility), yaitu mengusahakan barang dan jasa dari waktu belum diperlukan ke waktu yang diperlukan.

3. Menaikkan kegunaan bentuk (form utility), yaitu mengusahakan barang dan jasa dari bentuk semula ke bentuk yang lebih diinginkan.

Salah satu kesalah pahaman yang sering dilakukan terhadap pemasaran dalam perusahaan pemasaran agribisnis adalah pembatasnya pada fungsi penjualan saja, padahal dalam kenyataannya pemasaran didalam suatu perusahaan meliputi berbagai aspek keputusan dan kegiatan yang ditujukan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pelanggan guna menghasilkan laba. Proses pemasaran yang sesungguhnya mengidentifikasi kebutuhan pelanggan, mengembangkan produk dan jasa untuk memenuhi kebutuhan ini, menetapkan program promosi dan kebijakan harga, serta menerapkan sistem distribusi untuk menyampaikan barang dan jasa kepada pelanggan. Manajemen pemasaran menyangkut dengan pengelolaan secara menyeluruh proses ini (Downey, 1987).

Setiap program pemasaran harus diawali dengan identifikasi atas kebutuhan pelanggan. Pemasaran harus berorientasi pada pelanggan, bukan pada produk dan perusahaan yang mengabaikan perspektif ini biasanya menghadapi kesulitan besar. Karena kebutuhan pelanggan terus berubah, maka program pemasaran juga harus selalu diubah ( disesuaikan ).


(24)

2.2.2 Strategi Pemasaran

Strategi ini merupakan sekumpulan tindakan pemasaran yang terintegrasi dalam rangka memberikan nilai kepada konsumen dan menciptakan keunggulan bersaing bagi perusahaan. Strategi pemasaran harus bersifat distinctive (artinya bersifat unik, tidak mudah ditiru oleh pesaing, dan spesifik) dan didukung oleh semua potensi yang dimilki oleh perusahaan secara optimal (Rangkuti, 2002).

Strategi pemasaran merupakan cara perusahaan untuk mencapai tujuan pemasaran. Dalam tujuan pemasaran harus secara jelas disebutkan berapa market share dan volume penjualan yang ingin dicapai, kapan ingin dicapai. Dengan demikian, strategi pemasaran adalah keseluruhan langkah untuk mencapai sasaran tertentu. Jadi strategi pemasaran merupakan cerminan terbaik perusahaan tentang hal-hal yang berkaitan dengan bagimana perusahaan memanfaatkan potensi sumberdaya manusia pada pasar yang paling menguntungkan (Rangkuti, 2002).

Menurut Rangkuti (1997), Unsur-unsur utama persaingan dapat diklasifikasikan menjadi tiga unsur utama, yaitu:

1. Unsur Strategi Persaingan

Unsur strategi persaingan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

a. Segmentasi pasar, yaitu tindakan mengidentifikasikan dan membentuk kelompok pembeli atau konsumen secara terpisah. Masing-masing segmen konsumen ini memiliki karakteristik, kebutuhan produk, dan bauran pemasaran sendiri.

b. Targeting, yaitu suatu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan dimasuki


(25)

c. Positioning, yaitu penetapan posisi pasar. Tujuan positioning ini adalah untuk membangun dan mengkomunikasikan keunggulan bersaing poduk yang ada di pasar ke dalam benak konsumen.

2. Unsur Taktik Pemasaran

Terdapat dua unsur taktik pemasaran, yaitu:

a. Diferensiasi, yang berkaitan dengan cara membangun strategi pemasaran dalam berbagai aspek perusahaan.

b. Bauran pemasaran. 3. Unsur Nilai Pemasaran

Nilai pemasaran dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

a. Merek atau brand, yaitu nilai yang berkaitan dengan nama atau nilai yang dimiliki dan melekat pada suatu perusahaan.

b. Pelayanan atau service, yaitu nilai yang berkaitan dengan pemberian jasa pelayan kepada konsumen.

c. Proses, yaitu nilai yang berkaitan dengan prinsip perusahaan untuk membuat setiap karyawan terlibat dan memiliki rasa tanggung jawab dalam proses memuaskan konsumen, baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

Dalam merencanakan strategi pemasaran, manajer pemasaran haruslah mengambil keputusaan mengenai bagaimana ia akan menggunakan alat-alat pemasaran yang dimilikinya untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Ada dua tipe faktor yang dihadapi manajer pemasaran dalam strategi perencanaan pemasaran yaitu, faktor yang dapat dikendalikan (controllable) dan faktor yang tidak dapat dikendalikan (uncontrollable) (Rewoldt, 1991).


(26)

Banyak faktor yang tidak dapat dikendalikan yang mempengaruhi strategi pemasaran, yaitu :

 Permintaan

Permintaan adalah hasil dari kebutuhan dan sasaran konsumen.Permintaan dibatasi oleh kekuatan-kekuatan pokok seperti penghasilan (income). Permintaan juga bisa terpendam (latent) dan eksistensinya tidak diketahui. Strategi pemasaran dapat digunakan untuk mengubah permintaan yang terpendam itu menjadi permintaan efektif dengan menawarkan suatu produk atau jasa-jasa dengan cara yang sesuai dengan kekuatan permintaan yang terpendam itu.

 Persaingan

Keadaan persaingan sekarang, perkiraan persiangan di masa depan dan antisipasi tindakan pembalasan dari pihak saingan, tentu akan mempengaruhi perencanaan strategi pemasaran. Perencanaan strategi pemasaran itu haruslah memperhitungkan sifat dan luasnya saingan, baik sekarang maupun di masa depan, dalam menentukan rangkaian tindakan optimal yang akan diambil.

 Struktur Distribusi

Untuk mendistribusikan sesuatu produk, suatu perusahaan mungkin mendirikan jaringan penjualannya sendiri, tetapi cara ini sangat mahal dan seringkali tidak sesuai untuk perusahaan-perusahaan yang lain. Strategi pemasaran haruslah memperhitungkan hal-hal seperti ada atau tidak adanya saluran distribusi yang sesuai, kesanggupan perusahaan untuk memasuki saluran tersebut, persaingan yang akan dihadapi produk tersebut, serta kebutuhan saluran tersebut terhadap fungsi-fungsi pemasaran.


(27)

Hambatan (constraints) terhadap kebebasan bertindak dari penjualan akan memaksanya untuk mendapatkan jalan lain untuk memaksimumkan labanya. Salah satu kemungkinan adalah menawarkan model yang berbeda-beda dari produknya, yang masing-masing dengan ciri-ciri yang ditujukan untuk menarik segmen pasar yang berbeda-beda pula dan untuk kebijaksanaan harga yang berbeda untuk masing-masing model.

 Biaya Non Pemasaran

Dalam merencanakan strategi pemasaran, biaya-biaya non-pemasaran seperti biaya produksi dan umum (overhead), juga menimbulkan keterbatasan pada strategi yang direncanakan. Kenaikan biaya produksi atau biaya overhead untuk suatu produk, mungkin akan memaksa diadakannya perubahan dalam strategi pemasaran, barangkali kearah pengurangan penekanan pada harga dan lebih banyak penekanan pada faktor-faktor lain dalam pemasaran (marketing mix).

2. Faktor-Faktor Strategi Pemasaran (Dapat Dikendalikan)

Dalam merumuskan strategi pemasaran, penjual mengatur faktor-faktor yang dikuasainya sedemikian rupa sehingga mencapai pendekatan strategi yang optimum untuk sasaran pemasarannya. Faktor-faktor yang dapat dikendalikan adalah sebagai berikut :

 Produk

Produk adalah salah satu faktor terpenting yang dapat dikendalikan oleh manajer pemasaran dan dalam banyak hal merupakan alat yang paling efektif baginya. Produk dapat diubah dengan berbagai cara untuk meningkatkan tercapainya sasaran pemasaran. Produk dapat diubah kualitasnya, ukurannya, bentuknya, warnanya, variasinya dan lain-lain.


(28)

 Distribusi

Para perencana strategi pemasaran mempunyai banyak pilihan bagi kebijaksanaan distribusinya. Misalnya seperti memilih daerah dimana akan memasarkan produk, memutuskan berapa jumlah penyalur yang dibutuhkan masing-masing pasar dan banyak masalah lain yang harus diputuskan dalam hal faktor distribusi.

 Harga

Harga yang ditawarkan untuk suatu produk adalah faktor yang dapat dikendalikan

dalam batas-batas tertentu. Diskon dapat digunakan untuk membedakan harga berdasarkan kualitas yang dibeli atau untuk mencapai harga yang berbeda untuk kelas perdagangan yang berbeda pula. Pilihan harga yang tersedia dalam perencanaan strategi pemasaran dibatasi oleh faktor biaya.

 Promosi

Para manajer pemasaran dapat memilih pemakaian alat-alat promosi dalam Berbagai jumlah dan kombinasi. Mereka dapat memilih memakai iklan sebagai metode utama untuk komunikasi dengan konsumen atau halnya sebagai pelengkap untuk bentuk komunikasi yang lain. Promosi penjualan pun merupakan suatu faktor bagi strategi promosi yang bentuknya beraneka ragam dan dapat digunakan dalam berbagai jumlah.

2.2.3 Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah suatu cara untuk mengidentifikasikan berbagai faktor secara sistematis dalam rangka merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang


(29)

(Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats) (Rangkuti, 1997).

Analisis SWOT terdiri atas 4 (empat) faktor sebagai berikut: 1. Strength (Kekuatan).

Strength merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi, proyek, atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek, atau konsep bisnis itu sendiri.

2. Weakness (Kelemahan)

Weakness merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam organisasi, proyek, atau konsep bisnis yang ada. Kelemahan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek, atau konsep bisnis itu sendiri.

3. Opportunities (Peluang)

Opportunities merupakan kondisi peluang berkembang di masa datang yang akan terjadi. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari organisasi, proyek, atau konsep bisnis itu sendiri misalnya, competitor, kebijakan pemerintah, dan kondisi lingkungan sekitar.

4. Threat (Ancaman)

Threat merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat mengganggu organisasi, proyek, atau konsep bisnis itu sendiri.

Analisis SWOT mempertimbangkan faktor lingkungan eksternal peluang dan ancaman yang dihadapi dunia bisnis serta lingkungan internal kekuatan dan kelemahan. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang dan ancaman dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan sehingga dari analisis tersebut dapat diambil suatu keputusan strategis suatu organisasi.


(30)

Penelitian menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT.

Kuadran I : Merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan hingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth oriented strategy).

Kuadran II: Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar).

Kuadran III: Perusahaan mengahadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

Kuadran IV: Merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.


(31)

BERBAGAI PELUANG

Kuadran III Kuadran I mendukung strategi turn around Mendukung strategi agresif

KELEMAHAN KEKUATAN INTERNAL INTERNAL

Mendukung Strategi defensif Mendukung Strategi diversifikasi

Kuadran IV Kuadran II

BERBAGAI ANCAMAN Gambar 2. Diagram Analisis SWOT

2.3 Kerangka Pemikiran

Jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur konsumsi yang banyak diminati pasar. Kandungan protein, kalori, zat besi, dan berbagai macam vitamin yang terdapat di dalamnya sering dimanfaatkan masyarakat sebagai bahan makanan sehat dengan cita rasa yang cukup nikmat. Hal inilah yang membuat kebutuhan pasar jamur tiram setiap harinya menunjukan peningkatan yang sangat tajam.

Proses pemasaran merupakan salah satu faktor penting dalam menjalankan sebuah usaha. Kualitas produk yang baik harus di dukung dengan strategi pemasaran yang baik pula, agar konsumen mengetahui bahwa produk yang ditawarkan layak untuk di konsumsi.

Sama halnya dengan menjalankan usaha budidaya jamur, meskipun kini jamur tengah menjadi primadona namun jika tidak dijalankan dengan pemasaran yang tepat maka sudah dipastikan bahwa produk tersebut akan sulit diketahui pasar dan


(32)

secara otomatis petani akan mengalami kerugian bahkan kegagalan dalam menjalankan bisnis tersebut.

Setiap usaha besar maupun kecil tidak terlepas dari kendala yang muncul dari dalam maupun dari luar lingkungan sekitar usaha. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya persaingan. Untuk dapat bertahan dari segala persaingan dibutuhkan sebuah strategi.

Strategi adalah suatu cara dimana perusahaan atau usaha akan mencapai tujuan nya, sesuai dengan pelung-peluang dan ancaman-ancaman likungan eksternal yang dihadapi, serta sumber daya dan kemampuan internal. Untuk menentukan strategi-strategi tersebut dilakukan analisis SWOT dalam bentuk matriks. Dimana analisis ini dapat memaksimalkan kekuatan atau strength dan peluang atau Opportunities, serta meminimalkan kelemahan atau weaknesses dan ancaman atau treath dalam usaha jamur tiram putih.


(33)

Secara skematis kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

USAHA JAMUR TIRAM PUTIH

Faktor Internal Faktor Eksternal Kekuatan (Strengths) Peluang (Opportunities) Kelemahan (Weaknesses) Ancaman (Threats)

STRATEGI PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH

Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran Keterangan :


(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Medan, yaitu Kecamatan Medan Polonia, Medan Helvetia, Medan Tuntungan, Medan Marelan dan Medan Johor. Daerah penelitian ditentukan secara purposive yaitu berdasarkan kriteria atau tujuan tertentu dengan mempertimbangkan bahwa usaha jamur tiram putih di daerah tersebut dapat memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.

3.2 Metode Penentuan Sampel

Metode yang digunakan untuk menetukan sampel adalah metode sensus, yaitu semua populasi dijadikan sampel. Adapun besar sampel adalah sebanyak 9 petani jamur tiram putih.

Tabel 2. Jumlah Sampel Petani Jamur Tiram Putih di Kota Medan

No. Kecamatan Jumlah (Unit)

1. Medan Helvetia 3

2. Medan Johor 2

3. 4. 5.

Medan Polonia Medan Tuntungan

Medan Marelan

1 2 1

Total 9

Sumber : Analisis Data Primer

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berupa data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dengan melakukan wawancara langsung dengan responden yaitu petani jamur tiram putih menggunakan kuisioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder dapat


(35)

diperoleh dari instansi atau lembaga terkait, seperti Badan Pusat Statistik dan instansi lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.4 Metode Analisis Data

Metode yang digunakan untuk menyelesaikan masalah 1 dengan analisis deskriptif dan masalah 2 digunakan analisis SWOT. Proses penyusunan perencanaan strategis melalui tiga tahap analisis, yaitu:

1. Tahap pengumpulan data, 2. Tahap analisis dan

3. Tahap pengambilan keputusan.

Tahap pengumpulan data ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan pengumpulan data, tetapi juga merupakan suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra-analisis. Pada tahap ini data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data eksternal dan data internal. Data eksternal diperoleh dari lingkungan di luar perusahaan dan data internal diperoleh dari dalam perusahaan itu sendiri.

Tabel 3. Matrik Faktor Strategi Internal dan Eksternal Faktor Srategi Internal dan

Eksternal

Rating Bobot Skor

(Rating x Bobot) Kekuatan/Kelemahan

1. 2. 3.

Total Skor Kekuatan/Kelemahan 100 Peluang/Ancaman

1. 2. 3.

Total Skor Peluang/Ancaman 100


(36)

Berdasarkan tabel tersebut, tahapan yang dilakukan dalam menentukan faktor strategi adalah menentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan/kelemahan serta peluang/ancaman dalam kolom 1, lalu di beri peringkat (rating) untuk setiap faktor pada kolom 2 berdasarkan respon sampel penelitian terhadap faktor-faktor tersebut, yaitu:

Tabel 4. Peringkat (Rating) Faktor Internal dan Eksternal

Rating Kategori Faktor Internal Faktor Eksternal

4 Sangat Besar Kekuatan Peluang

3 Besar Kekuatan Peluang

2 Kecil Kekuatan Peluang

1 Sangat Kecil Kekuatan Peluang

1 Sangat Besar Kelemahan Ancaman

2 Besar Kelemahan Ancaman

3 Kecil Kelemahan Ancaman

4 Sangat Kecil Kelemahan Ancaman

Sumber: Rangkuti, 1997.

Kemudian beri bobot masing-masing faktor tersebut yang jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1 pada kolom 3 dengan rumus sebagai berikut:

Bobot rating total bobottotal rating

Kemudian yang terakhir, kalikan setiap bobot faktor dengan rating untuk mendapatkan skor dalam kolom 4 ( Rangkuti, 1997).

Tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua infornasi tersebut dalam model kuantitatif perumusan stratetgi. Matriks yang dipakai untuk menyusun


(37)

faktor-faktor strategi perusahaan adalah matriks SWOT. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang diadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.

Tabel 5. Matriks SWOT INTERNAL

EKSTERNAL

STRENGTH (S)

(Tentukan 5-10 faktor kekuatan internal)

WEAKNESSES (W)

(Tentukan 5-10 faktor kelemahan internal) OPPORTUNITIES (O)

(Tentukan 5-10 faktor peluang eksternal)

Strategi SO

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan

untuk memanfaatkan peluang

Strategi WO

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang THREATS (T)

(Tentukan 5-10 faktor ancaman eksternal)

Strategi ST

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan

untuk mengatasi ancaman

Strategi WT

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman (Rangkuti, 1997)

Matriks SWOT mempunyai 4 langkah alternative strategi yaitu sebagai berikut : 1. Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Strategi SO menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal.


(38)

2. Strategi ST

Strategi ini menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman. Strategi ST menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal.

3. Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal.

4. Strategi WT

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan serta menghindari ancaman. Strategi WT bertujuan untuk mengurangi kelemahan internal dengan menghindari ancaman eksternal. (Rangkuti, 1997).

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional

Defenisi dan batasan operasional dibuat untuk menghindari kekeliruan dan kesalahpahaman dalam menafsirkan penelitian ini. Adapun defenisi dan batasan operasional yang dibuat adalah:

3.5.1 Defenisi:

1. Jamur Tiram Putih adalah tanaman yang diusahakan oleh petani jamur tiram putih.

2. Strategi pemasaran adalah cara perusahaan dengan keseluruhan langkah untuk mencapai tujuan tertentu.

3. Strength adalah kekuatan- kekuatan yang terdapat dalam usaha jamur tiram putih.


(39)

4. Weakness adalah kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam usaha jamur tiram putih.

5. Opportunities adalah peluang yang akan akan terjadi di masa yang akan datang pada usaha jamur tiram putih.

6. Threat adalah ancaman-ancaman yang dapat mengganggu usaha jamur tiram putih.

7. Baglog adalah tempat untuk pembiakan tubuh buah jamur yang di dalam nya sudah terdapat media dan nutrisi yang mendukung pertumbuhan jamur.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Tempat penelitian di Kota Medan, yaitu Kecamatan Medan Polonia, Medan Helvetia, Medan Marelan, Medan Tuntungan dan Medan Johor.

2. Sampel penelitian adalah petani jamur tiram putih. 3. Penelitian dilaksanakan pada tahun 2015.


(40)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

USAHA JAMUR TIRAM PUTIH

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

Kota Medan terletak antara 3º 30’ - 3º 47’ Lintang Utara dan 98º 35’ - 98º 44’ Bujur Timur, dengan ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut. Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum bekisar 32,15ºC – 34,21ºC. Kelembapan udara di wilayah Medan rata-rata 76 - 81%. Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang pada sebelah utara, selatan, barat, dan timur.

Kota Medan merupakan salah satu dari 30 Daerah Tingkat I di Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 km2 (26.510 Ha). Secara administratif, Kota Medan terdiri dari 21 Kecamatan dan 151 Kelurahan. Kota ini merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara. Sebagian besar wilayah Kota Medan Merupakan dataran yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli.

Berikut adalah kecamatan di Kota Medan yang merupakan lokasi penelitian pada usaha jamur tiram putih, yaitu Kecamatan Medan Polonia, Kecamatan Medan Helvetia, Kecamatan Medan Tuntungan, Kecamatan Medan Marelan dan Kecamatan Medan Johor.


(41)

4.1.1 Keadaan Penduduk

Pembangunan kependudukan dilaksanakan dengan mengindahkan kelestarian sumber daya alam dan fungsi lingkungan hidup sehingga mobilitas dan persebaran penduduk tercapai optimal.

Mobilitas dan persebaran penduduk yang optimal, berdasarkan pada adanya keseimbangan antara jumlah penduduk dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Persebaran penduduk yang tidak didukung oleh lingkungan dan pembangunan akan menimbulkan masalah sosial yang kompleks, dimana penduduk menjadi beban bagi lingkungan maupun sebaliknya.

Pada tahun 2013, penduduk Kota Medan mencapai 2.135.516 jiwa. Dibanding hasil Proyeksi Penduduk 2012, terjadi pertambahan penduduk sebesar 12.712 jiwa (0,6%). Dengan luas wilayah mecapai 265,10 km2, kepadatan penduduk mencapai 8.055 jiwa/km2.

A.Penduduk Menurut Kecamatan Dan Jenis Kelamin

Penduduk Kota Medan berjumlah 2.135.516 jiwa dengan jumlah laki-laki 1.053.393 jiwa dan perempuan 1.082.123 jiwa yang tersebar di 21 kecamatan yang ada di Kota Medan. Untuk lebih mengetahui lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk menurut kecamatan dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 6, sebagai berikut:

Tabel 6. Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2013

No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah

1. Medan Tuntungan 40.097 42.437 82.534

2. Medan Johor 62.331 64.336 126.667

3. Medan Amplas 57.918 59.004 116.922


(42)

Lanjutan Tabel 6. Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2013

No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah

5. Medan Area 48.054 49.200 97.254

6. Medan Kota 35.422 37.700 73.122

7. Medan Maimun 19.524 20.379 39.903

8. Medan Polonia 26.460 27.413 53.873

9. Medan Baru 17.667 22.150 39.817

10. Medan Selayang 49.525 51.532 101.057

11. Medan Sunggal 55.717 57.927 113.644

12. Medan Helvetia 71.586 74.805 146.391

13. Medan Petisah 29.526 32.701 62.227

14. Medan Barat 34.931 36.406 71.337

15. Medan Timur 52.906 56.539 109.445

16. Medan Perjuangan 45.405 48.683 94.088

17. Medan Tembung 65.761 68.882 134.643

18. Medan Deli 86.937 85.014 171.951

19. Medan Labuhan 57.635 55.679 113.314

20. Medan Marelan 75.066 73.131 148.197

21. Medan Belawan 49.175 47.105 96.280

Jumlah 1.053.393 1.082.123 2.135.516

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan 2013

B. Penduduk Menurut Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin

Kota Medan terdiri dari jumlah penduduk yang cukup besar. Dari tahun ke tahun jumlahnya terus bertambah, banyaknya penduduk dapat dibedakan berdasarkan jenis kelamin dan umur. Jumlah ini juga terus bertambah dari tahun ke tahun. Adapun data jumlah penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin pada tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2013

Golongan Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah

Jiwa Jiwa

0-4 102.196 98.201 200.397

5-9 96.337 91.372 187.709

10-14 91.390 87.510 178.900

15-19 103.859 108.422 212.281

20-24 118.924 126.359 245.283

25-29 97.223 99.374 196.597

30-34 85.323 89.072 174.395


(43)

Lanjutan Tabel 7. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2013

Golongan Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah

Jiwa Jiwa

40-44 70.658 73.439 144.097

45-49 60.138 62.736 122.874

50-54 50.235 52.945 103.180

55-59 39.767 40.554 80.321

60-64 26.374 27.329 53.703

65-69 15.567 18.226 33.793

70-74 10.149 13.089 23.238

75+ 6.935 11.628 18.563

Jumlah 1.053.393 1.082.123 2.135.516

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan 2013

C.Penduduk Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan

Pendidikan tertinggi yang ditamatkan penduduk Kota Medan bervariasi jumlahnya untuk setiap tingkat pendidikan. Berdasarkan data yang tersedia, dapat dilihat masih banyak penduduk Kota Medan yang belum pernah sekolah. Untuk lebih jelasnya, data penduduk Kota Medan berumur 15 tahun ke atas yang termasuk angkatan kerja menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Penduduk Kota Medan Berumur 15 Tahun Ke Atas Yang Termasuk Angkatan Kerja Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin Tahun 2013

No. Pendidikan Tinggi Yang Ditamatkan

Laki-Laki Perempuan Jumlah 1. Tidak/Belum Pernah

Sekolah/Tidak/Belum Tamat SD/Sekolah Dasar

80.443 63.267 143.710

2. SMP 100.395 48.530 148.925

3. SMA 240.568 121.647 362.215

4. SMK 106.569 58.509 165.078

5. Diploma I/II/III 11.033 16.403 27.436

6. Akademi/Universitas 92.136 65.399 157.535

Jumlah 631.144 373.755 1.004.899


(44)

4.1.2 Sarana dan Prasarana

Semakin baik sarana dan prasaran di Kota Medan maka akan mempercepat laju pembangunan. Cepatnya laju pertumbuhan ekonomi maka akan mempengaruhi kemajuan laju ekonomi di Kota Medan. Sarana dan prasarana suatu daerah sangat penting dalam mendukung pertumbuhan dan pengembangan suatu daerah.

Sarana yang mendukung perkembangan suatu daerah adalah sarana dan prasarana pendidikan, sarana dan prasarana kesehatan, serta sarana dan prasarana beribadah. Adapun paparan data mengenai sarana dan prasarana di Kota Medan dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Sarana dan Prasarana Di Kota Medan Tahun 2013

No. Keterangan Swasta Negeri Total

Pendidikan

1. SD 441 383 824

2. SMP 306 49 355

3. SMA 190 21 211

4. SMK 137 13 150

Kesehatan

1. Rumah Sakit 68 8 76

2. Rumah Bersalin 117 - 117

Tempat Ibadah

1. Mesjid - - 1.047

2. Musholla - - 669

3. Gereja - - 637

4. Kuil - - 26

5. Wihara - - 52

6. Klenteng - - 6

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan 2013 4.2 Karakteristik Usaha Jamur Tiram Putih 4.2.1 Karakteristik Sampel

Karakteristik sampel dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan, lama berusaha, dan luas bangunan usaha. Secara rinci, karakteristik sampel petani jamur tiram putih dapat dilihat pada tabel berikut:


(45)

Tabel 10. Karakteristik Petani Jamur Tiram Putih

Karakteristik Sampel Satuan Rataan Range

Umur Tahun 36 23 – 62

Tingkat Pendidikan Tahun 12 12 – 16

Lama Usaha Tahun 3 1 – 4

Luas Bangunan Usaha m2 193,8 59 – 520

Sumber: Analisi Data Primer, Lampiran 1

Dari data tabel tersebut bahwa rata-rata umur petani jamur tiram putih adalah 36 tahun dengan rentang antara 23 - 62 tahun. Dilihat dari tingkat pendidikan yang dijalani petani jamur tiram putih rata-rata adalah 12 tahun, hal ini menunjukkan bahwa pendidikan petani jamur tiram putih adalah tingkat SMA/sederajat, sedangkan pengalaman berusaha jamur tiram putih tersebut rata-rata adalah 3 tahun dengan rentang antara 1 - 4 tahun. Rata-rata luas bangunan untuk jamur tiram putih adalah 193,8 m2 dengan rentang antara 59 – 520 m2 .

4.2.2 Permodalan

Setiap perusahaan akan memerlukan modal untuk biaya investasi atau operasi. Modal usaha dapat berasal dari modal sendiri, modal keluarga ataupun pinjaman dari lembaga keuangan/bank. Lembaga keuangan memang sangat dibutuhkan oleh dunia usaha agribisnis, terutama bagi usaha kecil yang biasanya membutuhkan modal tambahan sebagai modal investasi dan modal usaha.

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani jamur tiram putih di daerah penelitian, rata-rata modal yang digunakan berasal dari modal sendiri.


(46)

4.2.3 Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting dalam suatu kegiatan produksi dan budidaya. Tenaga kerja yang digunakan dalam usaha jamur tiram putih ini untuk mengerjakan berbagai kegiatan seperti pembuatan bibit, penyiraman jamur tiram, pemanenan. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan petani jamur tiram putih di daerah penelitian, rata-rata jumlah tenaga kerja yang dipakai adalah 3 orang dengan rentangan antara 1-8 orang. Upah tenaga kerja rata-rata pada usaha ini adalah sebesar Rp 40.000/hari.


(47)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman dalam Pemasaran Usaha Jamur Tiram Putih

5.1.1 Kekuatan Usaha dalam Pemasaran Jamur Tiram Putih

Adapun kekuatan dalam pemasaran jamur tiram putih di daerah penelitian adalah: 1. Ketersediaan modal yang cukup

Modal usaha bagi pengusaha skala besar ataupun kecil merupakan unsur yang utama dalam mendirikan suatu usaha yang bertujuan untuk mendukung peningkatan pendapatan (profit) yang pada akhirnya meningkatkan taraf hidup pengusaha itu sendiri. Setiap perusahaan membutuhkan modal yang besar untuk biaya investasi dan operasi. Terkadang modal dapat menjadi ancaman bagi para pengusaha. Namun, di daerah penelitian modal merupakan sesuatu kekuatan bagi mereka dalam menjalankan usahanya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan para petani jamur tiram putih di daerah penelitian, rata-rata modal yang digunakan adalah modal sendiri. Modal yang digunakan pada usaha jamur tiram putih tersebut rata-rata adalah Rp. 68.000.000 dengan rentang antara Rp. 25.000.000 – Rp. 350.000.000. Hal ini memberikan kekuatan bagi usaha di karenakan memiliki modal yang tersedia untuk mengembangkan usaha jamur tiram putih di Kota Medan.

2. Ketersediaan tenaga kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting dalam suatu kegiatan produksi. Usaha jamur tiram putih ini tidak membutuhkan tenaga kerja yang berpendidikan formal atau pengetahuan khusus, tetapi lebih memerlukan keterampilan dan


(48)

ketekunan. Pada tahun 2013, penduduk Kecamatan Medan Helvetia, Medan Johor, Medan Polonia, Medan Tuntungan dan Medan Marelan relatif lebih banyak pada usia produktif 15 – 44 tahun. Untuk lebih jelasnya, data jumlah tenaga kerja yang tersedia pada usia produktif menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 11

Tabel 11. Jumlah Tenaga Kerja Yang Tersedia Pada Usia Produktif (15 - 44 Tahun) Menurut Jenis Kelamin Tahun 2013

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan 2013

Berdasarkan tabel 11, jumlah tenaga kerja pada usia produktif banyak tersedia. Hal ini merupakan kekuatan bagi usaha jamur tiram putih karena apabila terjadi peningkatan skala usaha, petani tidak mengalami kesulitan untuk mencari tenaga kerja. Kebutuhan tenaga kerja juga dapat dipenuhi dari dalam keluarga atau dari luar keluarga.

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani jamur tiram putih di daerah penelitian, tenaga kerja yang digunakan dalam usaha jamur tiram putih antara lain mengerjakan berbagai kegiatan seperti pembuatan bibit, penyiraman, pemanenan. Jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam usaha jamur tiram rata-rata adalah 3 orang dengan rentang antara 1 – 8 dengan jam kerja kurang lebih 8 jam/hari. Upah rata-rata tenaga kerja pada usaha jamur tiram putih adalah sebesar Rp. 40.000/hari.

Kecamatan Usia

produktif (tahun)

Laki-laki (jiwa)

Perempuan (jiwa)

Jumlah

Medan helvetia 15-44 37.669 39.993 77.662

Medan johor 15-44 36.359 38.126 74.485

Medan polonia 15-44 14.655 28.578 43.233

Medan tuntungan 15-44 21.100 22.688 43.788


(49)

3. Harga jual jamur tiram putih yang stabil

Dalam menetapkan harga produk, perusahaan tidak hanya menetapkan harga berdasarkan kehendak perusahaan. Penetapan harga harus melihat penetapan harga pesaing, sehingga perusahaan dapat mempertahankan pelanggan dan memperoleh keuntungan yang memuaskan. Penetapan harga yang terlalu tinggi menyebabkan kehilangan pelanggan karena berpindah menjadi pelanggan perusahaan pesaing. Penetapan harga yang terlalu rendah juga menyebabkan berkurangnya keuntungan (profit) yang diperoleh perusahaan dan akan berpengaruh pada kelangsungan usaha.

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani jamur tiram putih di daerah penelitian, Rata-rata harga jual jamur tiram putih adalah Rp. 21.000/kg dengan rentang harga antara Rp. 18.000/kg - Rp. 25.000/kg. Petani memperoleh keuntungan sebesar Rp. 2.440/kg. Hal ini menjadi kekuatan usaha jamur tiram putih karena harga jual ditentukan oleh petani jamur tiram putih dan harga yang diberikan relatif stabil karena petani yang membudidayakan masih sedikit, jumlah produksi jamur tiram putih tidak terlalu banyak sehingga jamur tiram di pasaran masih terbatas.

4. Kemudahan sarana transportasi

Tranportasi yang digunakan dalam pemasaran jamur tiram putih digunakan sebagai alat angkut untuk mengantarkan jamur tiram putih kepada konsumen.

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani jamur tiram putih di daerah penelitian, hal ini menjadi kekuatan dalam proses pemasaran jamur tiram putih. Dengan adanya transportasi, penjual bisa leluasa berjualan keliling dan


(50)

mengantarkan jamur tiram putih secara tepat waktu kepada konsumen. Rata-rata sampel memiliki transportasi milik pribadi berupa sepeda motor yang dipergunakan untuk membantu proses pemasaran.

5.1.2 Kelemahan Usaha dalam Pemasaran Jamur Tiram Putih

Adapun kelemahan dalam pemasaran jamur tiram putih di daerah penelitian adalah:

1. Jumlah produksi jamur tiram putih per hari yang belum mencukupi permintaan

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani jamur tiram putih di daerah penelitian, jumlah produksi jamur tiram putih cenderung naik turun. Hal tersebut dikarenakan pengaruh musim, kurang banyaknya baglog jamur tiram putih dan sistem manajemen yang kurang baik. Jumlah produksi jamur tiram perhari rata-rata adalah 26 kg/hari. Sehingga dengan jumlah produksi rata-rata-rata-rata perharinya 26 kg/hari maka menjadi kelemahan bagi petani jamur tiram putih dikarenakan belum bisa mencukupi permintaan konsumen terhadap jamur tiram putih, sedangkan data permintaan konsumen belum ada sehingga permintaan konsumen terhadap jamur tiram putih tidak dapat diketahui dengan pasti. Adapun data jumlah produksi jamur tiram putih per bulan nya dapat dilihat pada tabel 12

Tabel 12. Data Produksi Jamur Tiram Putih Per Bulan (Kg)

Tahun Bulan Jumlah (kg)

Januari 470,15 Februari 483,05

2015 Maret 300,30

April 516,65 Mei 328,60 Juni 402,70

Jumlah 2.501,45

Rata-rata 416,90


(51)

2. Kualitas produk jamur tiram putih yang dihasilkan tidak tahan lama

Dalam suatu usaha, kualitas produk sangat harus di perhatikan baik dari segi tekstur, ukuran dan daya tahan produk itu sendiri. Jamur tiram merupakan produk pertanian yang tidak tahan lama.

Dari hasil wawancara dengan petani jamur tiram putih di daerah penelitian, kualitas produk yang dihasilkan oleh masing-masing sampel didaerah penelitian memiliki kualitas produk yang baik tetapi daya simpan pasca panen dari jamur tiram putih hanya bisa bertahan sehari sampai tiga hari. Hal tersebut dikarenakan, jamur tiram sangat aktif melepaskan uap air, sehingga jamur menjadi kering dan kantong penyimpanan menjadi basah karena uap air. Basahnya kantong penyimpanan bisa menyebabkan jamur menjadi lebih cepat busuk dan tidak bisa digunakan kembali. Sedangkan jika jamur kering warnanya menjadi kekuningan, sehingga jamur tiram putih harus cepat dijual sebelum busuk. Maka dari itu, kualitas produk jamur tiram termasuk kelemahan dalam usaha jamur tiram putih. 3. Kurang adanya sistem penjualan jamur tiram putih

Salah satu kelemahan dalam menjalankan suatu usaha adalah kurangnya pengetahuan para pengusaha tentang bagaimana sistem penjualan produk dengan baik. Salah satu sistem penjualan produk adalah dengan menawarkan produknya yang dapat dilakukan dengan berbagai cara melalui media cetak, media elektronik dan media online.

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani jamur tiram putih di daerah penelitian, sistem penjualan produk jamur tiram putih di daerah penelitian lebih banyak ditujukan keagen (distributor), memberikan informasi dari mulut ke mulut dari setiap orang yang membeli jamur tiram putih. Para petani menganggap bahwa


(52)

konsumen akan bertambah jika kualitas produknya tetap terjaga sehingga tidak memerlukan penawaran produk. Hal ini merupakan kendala bagi usaha jamur tiram putih untuk memperluas jaringan pemasaran produknya.

5.1.3 Peluang Usaha dalam Pemasaran Jamur Tiram Putih

Adapun peluang dalam pemasaran jamur tiram putih di daerah penelitian adalah: 1. Pangsa pasar jamur tiram putih yang besar

Dalam memasarkan produknya, setiap perusahaan memiliki segmentasi pasar sendiri-sendiri. Usaha besar/menengah memiliki pasar yang relatif lebih luas. Sedangkan usaha kecil memiliki pasar lokal dan daerah sekitar.

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani jamur tiram putih di daerah penelitian, segmentasi pasar untuk jamur tiram putih yaitu di pasar lokal/pasar tradisional, supermarket, rumah makan, restoran dan konsumsi rumah tangga. Dengan banyaknya permintaan pangsa pasar terhadap jamur tiram putih dapat menjadi peluang bagi usaha jamur tiram putih di Kota Medan agar lebih banyak petani yang membudidayakan dan usaha jamur tiram putih dapat berkembang dengan luas.

2. Daya beli masyarakat yang besar terhadap jamur tiram putih

Jamur tiram putih merupakan produk yang dikonsumsi para konsumen dari berbagai kalangan dikarenakan harganya yang masih dapat terjangkau.

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani jamur tiram putih di daerah penelitian, hal ini menjadi peluang bagi para petani jamur tiram putih. Dengan demikian petani tidak perlu takut dalam menjalankan usaha jamur tiram putih karena harga yang terjangkau dan mencakup seluruh kalangan.


(53)

3. Semakin meningkatnya selera masyarakat terhadap jamur tiram putih

Jamur tiram putih mulai banyak dikenal oleh masyarakat Kota Medan. Dari kalangan anak-anak hingga dewasa mulai gemar mengkonsumsi jamur tiram putih.

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani jamur tiram putih di daerah penelitian, hingga saat ini selera masyarakat untuk mengkonsumsi jamur tiram putih merupakan salah satu peluang bagi petani jamur tiram putih. Makanan yang mengandung nilai gizi tinggi, rasanya yang enak dan bisa dibuat menjadi berbagai produk olahan otomatis akan membuat para konsumen tertarik untuk membeli dan menikmati jamur tiram putih.

5.1.4 Ancaman Usaha dalam Pemasaran Jamur Tiram Putih

Adapun ancaman dalam pemasaran jamur tiram putih di daerah penelitian adalah: 1. Adanya persaingan antara petani

Pangsa pasar dan permintaan yang selalu meningkat terhadap jamur tiram putih menyebabkan mulai banyaknya petani yang membudidayakan jamur tiram putih. Dampak yang timbul dari usaha ini adalah terjadinya persaingan dengan petani lain dalam memperebutkan konsumen. Untuk menghadapi banyaknya pesaing dalam usaha jamur tiram putih para petani meningkatkan kualitas dari produk yang dihasilkan serta mempertahankan pelanggan tetap mereka agar tidak beralih ke usaha jamur tiram putih lain.

2. Pengaruh pergantian musim/cuaca terhadap usaha jamur tiram putih

Ancaman produksi utama yang dihadapi oleh usaha jamur tiram putih adalah musim/cuaca yaitu musim kemarau dengan suhu udara panas dapat mengakibatkan produksi jamur tiram menurun. Sebab, pertumbuhan jamur tiram


(54)

putih ini memerlukan suhu dingin dan kecukupan akan air. Maka, pada saat musim kemarau permintaan akan jamur tiram putih tidak dapat terpenuhi, karena mengalami penurunan produksi.

5.2 Strategi Pemasaran Usaha Jamur Tiram Putih

Dalam menghadapi berbagai masalah dalam mencapai tujuan perusahaan harus dapat menentukan strategi pemasaran yang tepat agar menempatkan diri pada posisi yang menguntungkan. Untuk menetapkan strategi pemasaran yang tepat bagi perusahaan, dilakukan identifikasi terhadap faktor-faktor internal dan eskternal yang berpengaruh pada perusahaan.

Berdasarkan hasil wawancara dan pengolahan data yang diperoleh dari usaha jamur tiram putih di daerah penelitian, dapat dilihat faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman yang mempengaruhi pemasaran jamur tiram putih di Kota Medan sebagai berikut :

Tabel 13. Kekuatan, Kelemahan, Peluang Dan Ancaman Pemasaran Jamurn Tiram Putih Di Kota Medan

Faktor - faktor Parameter

Faktor Internal

- Kekuatan 1. Ketersediaan modal yang cukup 2. Ketersediaan tenaga kerja

3. Harga jual jamur tiram putih yang stabil 4. Kemudahan sarana transportasi

- Kelemahan 1. Jumlah produksi jamur tiram putih per hari yang belum mencukupi permintaan

2. Kualitas produk jamur tiram putih yang dihasilkan tidak tahan lama

3. Kurang adanya sistem penjualan jamur tiram putih Faktor Eksternal

- Peluang 1. Pangsa pasar jamur tiram putih yang besar

2. Daya beli masyarakat yang besar terhadap jamur tiram putih


(55)

Lanjutan Tabel 13. Kekuatan, Kelemahan, Peluang Dan Ancaman Pemasaran Jamur Tiram Putih Di Kota Medan

Faktor - faktor Parameter

3. Semakin meningkatnya selera masyarakat terhadap jamur tiram putih

- Ancaman 1. Adanya persaingan antara petani

2. Pengaruh pergantian musim/cuaca terhadap usaha jamur tiram putih

Sumber: Analisis Data Primer

Setelah diketahui faktor-faktor internal dan eksternal pada pemasaran jamur tiram putih di daerah penelitian, tahap selanjutnya adalah tahap pengumpulan data. Model yang digunakan adalah Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS) dan Matriks Strategi Eksternal (EFAS).

Hasil identifikasi dari faktor-faktor internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan dipindahkan ke tabel matriks IFAS untuk diberikan scoring (rating x bobot) seperti pada tabel berikut :

Tabel 14. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal (IFAS)

Faktor-Faktor Strategi Internal Rating Bobot Skor Kekuatan (Strength)

1. Ketersediaan modal yang cukup 4 15,38 61,52

2. Ketersediaan tenaga kerja 3 11,54 34,62

3. Harga jual jamur tiram putih yang stabil 3 11,54 34,62 4. Kemudahan sarana transportasi 3 11,54 34,62 Kelemahan (Weakness)

1. Jumlah produksi jamur tiram putih per hari yang belum mencukupi permintaan

3 16,67 50,01

2. Kualitas produk jamur tiram putih yang dihasilkan tidak tahan lama

4 22,22 88,88

3. Kurang adanya sistem penjualan jamur tiram putih

2 11,11 22,22

Total 22 100 326,49


(56)

Hasil pembobotan faktor internal yang paling tinggi pada kekuatan adalah ketersediaan modal yang cukup, sedangkan hasil yang paling tinggi pada kelemahan adalah kualitas produk jamur tiram putih yang dihasilkan tidak tahan lama.

Selanjutnya, hasil identifikasi faktor-faktor eksternal yang merupakan peluang dan ancaman. Rating dan pembobotan dipindahkan ke tabel matriks EFAS untuk di beri scoring (rating x bobot) seperti tabel berikut :

Tabel 15. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Eksternal (EFAS)

Faktor-Faktor Strategi Eksternal Rating Bobot Skor Peluang (Opportunities)

1. Pangsa pasar jamur tiram putih yang besar 4 16,67 66,68 2. Daya beli masyarakat yang besar terhadap

jamur tiram putih

4 16,67 66,68

3. Semakin meningkatnya selera masyarakat terhadap jamur tiram putih

4 16,67 66,68

Ancaman (Threats)

1. Adanya persaingan antara petani 3 21,43 64,29 2. Pengaruh pergantian musim/cuaca

terhadap usaha jamur tiram putih

4 28,57 114,28

Total 19 100 378,61

Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 6

Hasil pembobotan faktor eksternal pada peluang memiliki hasil yang sama terdiri dari pangsa pasar jamur tiram putih yang besar , daya beli masyarakat yang besar terhadap jamur tiram putih dan semakin meningkatnya selera masyarakat terhadap jamur tiram putih, sedangkan hasil yang paling tinggi pada ancaman adalah pengaruh pergantian musim/cuaca terhadap jamur tiram putih.

Selanjutnya dilakukan penggabungan antar faktor strategis internal dan faktor strategis eksternal sebagai berikut:


(57)

Tabel 16. Penggabungan Matriks Evaluasi Faktor Strategis Internal Dan Eksternal Pemasaran Jamur Tiram Putih

Faktor-Faktor Strategi Rating Bobot Skor

Faktor Strategi Internal Kekuatan (Strength)

1. Ketersediaan modal yang cukup 4 15,38 61,52

2. Ketersediaan tenaga kerja 3 11,54 34,62

3. Harga jual jamur tiram putih yang stabil 3 11,54 34,62 4. Kemudahan sarana transportasi 3 11,54 34,62

Total Skor Kekuatan 13 50 165,38

Kelemahan (Weakness)

1. Jumlah produksi jamur tiram putih per hari yang belum mencukupi permintaan

3 16,67 50,01

2. Kualitas produk jamur tiram putih yang dihasilkan tidak tahan lama

4 22,22 88,88

3. Kurang adanya sistem penjualan jamur tiram putih

2 11,11 22,22

Total Skor Kelemahan 9 50 161,11

Selisih (Kekuatan-Kelemahan) 4,27

Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 7

Tabel 16 menunjukan bahwa selisih faktor strategis internal (kekuatan -kelemahan) adalah sebesar 4,27 yang artinya pengaruh kekuatan lebih besar dibandingkan pengaruh kelemahan terhadap pemasaran jamur tiram putih di Kota Faktor-Faktor Strategi Eksternal

Peluang (Opportunities)

1. Pangsa pasar jamur tiram putih yang besar 4 16,67 66,68 2. Daya beli masyarakat yang besar terhadap

jamur tiram putih

4 16,67 66,68

3. Semakin meningkatnya selera masyarakat terhadap jamur tiram putih

4 16,67 66,68

Total Skor Peluang 12 50 200,04

Ancaman (Threats)

1. Adanya persaingan antara petani 3 21,43 64,29 2. Pengaruh pergantian musim/cuaca

terhadap usaha jamur tiram putih

4 28,57 114,28

Total Skor Ancaman 7 50 178,57


(58)

Medan. Sedangkan selisih faktor strategis eksternal (peluang – ancaman) sebesar 21,47 yang artinya pengaruh peluang lebih besar dibandingkan pengaruh ancaman terhadap pemasaran jamur tiram putih di Kota Medan.

Berdasarkan pengabungan matriks evaluasi faktor internal dan eksternal tersebut, maka dapat diketahui posisi strategi pemasaran jamur tiram putih di Kota Medan. Posisi strategis pemasaran dianalisis menggunakan matriks posisi, sehingga akan menghasilkan titik koordinat (x,y). Nilai x diperoleh dari selisih faktor internal (kekuatan – kelemahan) dan nilai y diperoleh dari selisih faktor eksternal (peluang – ancaman). Posisi titik koordinatnya dapat dilihat sebagai berikut :

Faktor Eksternal Y ( + )

Kuadran III 21,47 Kuadran I strategi turn around strategi agresif

X ( - ) X ( + ) Faktor

4,27 internal

Kuadran IV Kuadran II Strategi defensif Strategi diversifikasi

Y ( - )


(1)

SO (Strengths Opportunities), Strategi ST (Strengths Threats), Strategi WO (Weakness Opportunities), Strategi WT (Weakness Threats).

Keempat berbagai kemungkinan strategis diatas tidak digunakan seluruhnya dalam pemasaran jamur tiram putih (Pleurotus sp) di daerah penelitian, melainkan disesuaikan dengan posisi yang telah diketahui dalam matriks posisi SWOT. Di daerah penelitian, posisi usaha jamur tiram putih dalam pemasaran jamur tiram putih berasa pada kuadran I, sehingga strategi yang tepat digunakan dalam posisi tersebut adalah strategi agresif.

Strategi agresif merupakan strategi yang fokus pada strategi SO (Strengths Opportunities) yaitu menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang. Sehingga strategi-strategi yang tepat digunakan oleh usaha jamur tiram putih dalam pemasaran di daerah penelitian adalah :

1. Meningkatkan modal usaha jamur tiram putih (S1,O1)

Modal merupakan hal yang sangat penting dalam mengembangkan suatu usaha. Modal usaha yang digunakan petani jamur tiram putih adalah modal pribadi, maka dari itu petani jamur tiram putih dapat membeli berbagai keperluan yang mendukung pengembangan usaha jamur tiram seperti pembelian baglog bibit jamur, perluasan kumbung jamur untuk memperbanyak jumlah produksi.


(2)

2. Memanfaatkan pangsa pasar dan daya beli masyarakat dengan harga jual produk yang stabil (S3,O1,O2)

Semakin tingginya permintaan pasar terhadap jamur tiram putih maka memberikan peluang bagi para petani jamur tiram putih untuk meningkatkan jumlah produksinya dan menjual hasil produksinya kepada konsumen dengan harga yang masih terjangkau dibawah perusahaan yang berskala besar. Sehingga usaha jamur tiram putih ini memiliki akses ke pasar yang lebih besar. Harga jamur tiram putih yang masih terjangkau akan membuat para konsumen tertarik untuk mengkonsumsi jamur tiram putih, sehingga daya beli masyarakat untuk mengkonsumsi jamur tiram putih semakin tinggi.

3. Memanfaatkan pangsa pasar dengan kemudahan sarana transportasi (S4,O1) Meningkatkan pangsa pasar bisa dilakukan dengan menggunakan transportasi dan memperbanyak tenaga kerja untuk berjualan keliling dengan alasan semakin sering dilakukan jualan keliling maka secara bersamaan mempromosikan jamur tiram putih. Semakin banyak masyarakat mengetahui jamur tiram putih maka akan semakin tinggi peluang pasar jamur tiram putih.


(3)

6.1 Kesimpulan

1. Faktor – faktor yang menjadi kekuatann, kelemahan, peluang dan ancaman pada pemasaran jamur tiram putih di Kota Medan sebagai berikut :

 Kekuatan usaha dalam pemasaran jamur tiram putih di daerah penelitian adalah ketersediaan modal yang cukup, ketersediaan, harga jual jamur tiram putih yang stabil dan kemudahan sarana transportasi

 Kelemahan usaha dalam pemasaran jamur tiram putih di daerah penelitian adalah jumlah produksi jamur tiram putih per hari yang belum mencukupi permintaan, kualitas produk jamur tiram putih yang dihasilkan tidak tahan lama, kurang adanya sistem penjualan jamur tiram putih.

 Peluang usaha dalam pemasaran jamur tiram putih di daerah penelitian adalah pangsa pasar jamur tiram putih yang besar, daya beli masyarakat yang besar terhadap jamur tiram putih, semakin meningkatnya selera masyarakat terhadap jamur tiram putih.

 Ancaman usaha dalam pemasaran jamur tiram putih di daerah penelitian adalah adanya persaingan antar petani, pengaruh pergantian musim/cuaca terhadap usaha jamur tiram putih.

2. Strategi yang diperoleh untuk meningkatkan pemasaran jamur tiram putih di daerah penelitian adalah strategi agresif atau strategi SO (Strengths Opportunities) yaitu menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada dengan kegiatan sebagai berikut :


(4)

2. Memanfaatkan pangsa pasar dan daya beli masyarakat dengan harga jual produk yang stabil

3. Memanfaatkan pangsa pasar dengan kemudahan sarana transportasi

6.2 Saran

1. Kepada petani jamur tiram putih

 Petani jamur tiram putih dapat meningkatkan modal untuk meningkatkan jumlah produksi

 Petani jamur tiram putih diharapkan melakukan promosi dan pemperluas jaringan pemasaran baik di lokal maupun luar daerah

2. Kepada pemerintah

Kepada pemerintah agar lebih memperhatikan dan memfasilitasi kegiatan yang mendukung produksi jamur tiram putih. Pemerintah juga diharapkan berperan aktif dalam mendukung usaha jamur tiram putih.

3. Kepada peneliti selanjutnya

Disarankan agar dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pemasaran jamur tiram putih di berbagai daerah.


(5)

Anonimus. 2013. Peluang Usaha Jamur Tiram. Diambil dari website http://www.tanijogonegoro.com/2013/09/peluang-usaha-jamur-tiram.html. Diakses pada tanggal 9 Desember 2014.

Anonimus. 2013. Kelebihan dan Kekurangan Budidaya. Diambil dari website http://jamurekangicong.blogspot.com/2013/07/kelebihan-dan-kekurangan-budidaya.html Diakses Pada Tanggal 29 Maret 2015.

Badan Pusat Statistik Sumatera Utara. 2014. Kota Medan Dalam Angka 2013. Medan

Cannon, Joseph P. William D. Perreault, Jr dan E. Jerome McCharty. 2008. Pemasaran Dasar-Pendekatan Manajerial Global. Edisi keenam belas. Salemba Empat: Jakarta.

Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara, 2013. Buku Lima Tahun Statistik Pertanian 2009-2013. Sumatera Utara, Medan

Downey dan Erickson. 1987. Manajemen Agribisnis. Terjemahan oleh Ganda, Rochidayat dan Sirait, Alfonsus. Jakarta: Erlangga

Kotler, Philip. 2000. Manajemen Pemasaran. Erlangga: Jakarta

Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol. Jilid 1 dan 2. Edisi Kesembilan. PT Prenhalindo: Jakarta.

Piryadi, Triono Untung. 2013. Bisnis Jamur Tiram. Agromedia Pustaka: Jakarta. Rahmat, Suryani dan Nurhidayat. 2011. Untung Besar Dari Bisnis Jamur Tiram.

Agromedia Pustaka: Jakarta

Rangkuti, Freddy. 1997. Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Rangkuti, Ferddy. 2002. Creating effective Marketing Plan: Teknik Membuat Marketing Plan Berdasarkan Customer. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Rewoldt, Stewarth H., et.al, 1991. Perencanaan dan Strategi Pemasaran. Rineka Cipta: Jakarta.

Sarma, M., 1994.Pengantar IImu Ekonomi Pertanian. Bogor: FP-IPB.


(6)

Sumarsih, Sri. 2010. Untung Besar Usaha Bibit Jamur Tiram. Penebar Swadaya: Jakarta.

Warisno, S.PKP dan Kres Dhana S.P. 2010. Tiram Menabur Jamur, Menuai Rupiah. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.