Pelaksanaa Penyeledikan dan Penyidikan Kepolisian Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Pencabulan (Studi di Polres Kota Medan) Chapter III V

94

BAB III
KEBIJAKAN KEPOLISIAN RESOR KOTA MEDAN DALAM
MENJALANKAN PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN TERHADAP ANAK
PELAKU TINDAK PIDANA PENCABULAN
A. Penyelidikan
1. Pengertian Penyelidikan
Sebelum memasuki tahap penyidikan, polisi harus menjalankan penyelidikan.
Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan
suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau
tidaknya dilakukan penyelidikan menurut cara yang diatur undang-undang ini123.
Penyelidikan itu dilakukan oleh penyelidik, penyelidik adalah pejabat polisi negara
Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk melakukan
penyelidikan.
2. Fungsi dan Wewenang Penyelidik
Kewenangan penyelidik124, yaitu:
1. Menerima laporan dan pengaduan tentang tindak pidana.
2. Menerima keterangan dan barang bukti.
3. Memberhentikan orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa
tanda pengenal diri.

4. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab dan atas
perintah penyidik dapat melakukan berupa:
a. penangkapan, larangan menginggalkan tempat, penggeledahan dan penyitaan,
b. Pemeriksaan dan penyitaan surat
123

M. Karjadi, R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), (Bogor,
POLITEIA, 1997), Hal. 3
124
Ibid, Hal. 13

Universitas Sumatera Utara

95

c. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang,
d. Membawa dan menghadapkan orang pada penyidik.
3. Jenis-jenis kegiatan dan sasaran penyelidik
Kegiatan penyelidikan sebagai berikut125, yaitu:
1. Pengolahan TKP

a. Mencari dan mengumpulkan keterangan, petunjuk, barang bukti, identitas
tersangka, dan saksi/korban uuntuk kepentingan penyeliidkan selanjutnya
b. Mencari hubungan antara saksi/korban, tersangka, dan barang bukti,
c. Memperoleh gambaran modus operandi tindak pidana yang terjadi
2. Pengamatan (observasi)
a. Melakukan pengawasan terhadap objek, tempat, dan lingkungan tertentu
untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan
b. Mendapatkan kejelasan atau melengkapi informasi yang sudah ada
berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang diketahui sebelumnya
3. Wawancara (interview)
a. Mendapatkan keterangan dari pihak-pihak tertentu melalui teknik
wawancara secara tertutup maupun terbuka
b. Mendapatkan kejelasan tindak pidana yang terjadi dengan cara mencari
jawaban atas pertanyaan siapa, apa, dimana, dengan apa, mengapa,
bagaimana, dan bilamana
4. Pembuntutan (surveillance)
a. Mengikuti seseorang yang diduga sebagai pelaku tindak pidana atau orang
lain yang dapat mengarahkan kepada pelaku tindak pidana
b. Mencari tahu aktivitas, kebiasaan, lingkungan, atau jaringan, pelaku
tindak pidana

c. Mengikuti distribusi barang atau tempat penyeimpanan barang hasil
kejahatan
5. Penyamaran (under cover)
5.1. Menyusup ke dalam lingkungan tertentu tanpa diketahui identitasnya
untuk memperoleh bahan keterangan atau informasi
5.2. Menyatu dengan kelompok tertentu untuk memperoleh peran dari
kelompok tersebut, guna mengetahui aktivitas para pelaku tindak pidana
5.3. Khusus kasus peredaran narkoba, dapat digunaka teknik penyamaran
sebagai calon pembeli (undercover buy), penyamaran untuk dapat
melibatkan diri dalam distribusi sampai tempat tertentu (controlled
delivery), penyamaran disertai penindakan/pemberantasan (raid planning
execution)
6. Pelacakan (tracking)
125

Perkap No. 14 Tahun 2012 tentang Manajemen Penyidikan Tindak Pidana Sebagai
Pengganti Perkap No. 12 Tahun 2009

Universitas Sumatera Utara


96

6.1. Mencari dan mengikuti keberadaan pelaku tindak pidana dengan
menggunakan teknologi informasi
6.2. Melakukan pelacakan melalui kerja sama dengan interpol,
kementerian/lembaga/badan/komisi/instansi terkait
6.3. Melakukan pelacakan aliran dana yang diduga dari hasil kejahatan
7. Penelitian dan analisis dokumen
7.1. Mengkompulir dokumen yang diduga ada kaitan dengna tindak pidana
7.2. Meneliti dan menganalisis dokumen yang diperoleh guna menyusun
anatomi perkara tindak pidana serta modus operandinya.
Sedangkan sasaran penyelidikan meliputi126:
1. Orang
2. Benda atau barang
3. Tempat
4. Peristiwa/kejadian
5. Kegiatan
Segala tindakan penyelidik dalam menjalankan tugasnya yakni penyelidikan
harus dilengkapi dengan Surat Perintah Penyelidikan yang dikeluarkan oleh Atasan
Penyidik127.

B. Penyidikan
Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara
yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang
dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna
menemukan tersangkanya. Penyidikan dilakukan oleh penyidik, penyidik adalah

126

Ibid
Perkap No 12 Tahun 2009 Tentang Pengawasan Dan Pengendalian Penanganan Perkara
Pidana Di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia
127

Universitas Sumatera Utara

97

pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu
yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan128.
Kegiatan penyidikan dilaksanakan secara bertahap, meliputi129:

a. .penyelidikan
b. pengiriman SPDP,
c. upaya paksa,
d. pemeriksaan,
e. gelar perkara,
f. penyerahan berkas perkara ke penuntut umum,
g. penyerahan tersangka dan barang bukti,
h. penghentian penyidikan.

Dalam hal mencari dan mengumpulkan butki-bukti, harus dilakukan secara
sistimatis melalui tiga proses, yaitu130:
1. Informasi, yaitu menyidik dan mengumpulkan keterangan-keterangan serta
bukti-bukti oleh polisi yang biasa disebut ”mengolah tempat kejadian”.
2. Interogasi, yaitu memeriksa dan mendengar orang-orang yang dicurigai dan
saksi-saksi yang biasanya dapat diperoleh di tempat kejahatan.
3. Instumentarium, yaitu pemakaian alat-alat teknik untuk penyidikan perkara,
seperti photografi, mikroskop, dan lain-lain di tempat kejahatan.
Sampai pada akhirnya penyidik telah selesai melaksanakan penyidikannya
terhadap suatu perkara dan kemudian memberi berkas perkaranya kepada penuntut
umum dan penuntut umum memberitahu penyelesaian perkara sebelum 14 (empat

belas) hari kerja.

128

M.Karjadi ,R. Soesilo, Op.cit. Hal. 3
Perkap No. 14 Tahun 2012, Op.cit
130
M.Karjadi ,R. Soesilo, Op.cit. Hal. 97
129

Universitas Sumatera Utara

98

C. Proses Penyelidikan Dan Penyidikan Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana
Pencabulan Di Kota Medan
1. Penyelidikan Terhadap Anak Pelaku tindak Pidana Pencabulan
Dalam melaksanakan penyelidikan terhadap anak pelaku tindak pidana
pencabulan, kepolisian melaksanakan penyelidikan tersebut masih sama seperti
dengan melaksanakan penyelidikan terhadap tindak pidana lain yang sesuai dengan

apa yang telah dituangkan oleh KUHAP dan peraturan kapolri131.
Dalam tahap penyelidikan ini, penyelidik memiliki wewenang, yaitu:
a. Menerima laporan dan pengaduan tentang tindak pidana
b. Menerima Keterangan dan barang bukti
c. Memberhentikan orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa
tanda pengenal diri
d. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab dan
atas perintah penyidik dapat melakukan tindakan berupa:
1) Penangkapan, larangan meninggalkan tempat, penggeledahan, dan
penyitaan.
2) Pemeriksaan dan penyitaan surat
3) Mengambil sidik jari dan memotret seseorang
4) Membawa dan menghadapkan orang pada penyidik132

131
132

Ully Lubis, Op.cit
M. Karjadi, R. Soesilo, Op.cit. Hal. 13


Universitas Sumatera Utara

99

2. Penyidikan Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Pencabulan
Mengenai penyidikan, penyidik memiliki kewenangan sebagaimana yang
telah diatur dalam Pasal 7 KUHAP yang berbunyi penyidik sebagaimana dimaksud
dalam pasal 6 ayat (1) huruf a karena kewajibannya mempunyai wewenang:
a. Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana
b. Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian
c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri
tersangka
d. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan
e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat
f. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang
g. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi
h. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengna
pemeriksaan perkara
i. Mengadakan penghentian penyidikan
j. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab

Dalam melaksanakan penyidikan terhadap anak pelaku tindak pidana
pencabulan, kepolisian melaksanakan penyidikan tersebut sesuai dengan apa yang
telah dituangkan oleh KUHAP dan peraturan kapolri dan penyidikan di sini sedikit
lebih berbeda mengingat perkara ini adalah perkara pencabulan dan pelakunya adalah
anak-anak sehingga penyidikan sedikit lebih khusus. Kekhususan penyidikan tersebut
adalah dengan cara melakukan penelitian ke Balai Pemasyarakatan (BAPAS) terlebih

Universitas Sumatera Utara

100

dahulu dan sianak wajib didampingi oleh orangtuanya dan kuasa hukum ketika dalam
proses pemeriksaan133.
Tugas dan fungsi Balai Pemasyarakatan (BAPAS)134:
1. Pembimbingan dan Pengawasan bagi Klien Pemasyarakatan yang
sedang menjalani Pembebasan Bersyarat (PB), Cuti Bersyarat (CB),
Cuti Menjelang Bebas (CMB), Assimilasi, Pidana Bersyarat, dan
pembimbing lainnya,
2. Pembuatan Penelitian Kemasyarakatan (Litmas) untuk Sidang
Pengadilan Anak, Pengusulan Pembebasan Bersyarat, Pengusulan Cuti

Menjelang Bebas, Cuti Mengunjungi Keluarga, Assimilasi, dan lainlain,
3. Pendampingan untuk anak yang berhadapan dengan hukum pada
setiap tingkat pemeriksaan.
Dalam proses penyidikan, anak yang pelaku tindak pidana pencabulan wajib
didampingi oleh kuasa hukum, dimana pendampingan kuasa hukum memang menjadi
hak dari seorang tersangka tindak pidana. Hak didampingi oleh kuasa hukum tersebut
tertuang dalam Pasal 115 (1) KUHAP yang berbunyi “ dalam hal penyidik sedang
melakukan pemeriksaan terhadap tersangka, penasihat hukum dapat mengikuti
jalannya pemeriksaan dengan cara melihat serta mendengar pemeriksaan.
Pendampingan oleh kuasa hukum .dapat dihadirkan oleh sitersangka sendiri
bahkan dapat dihadirkan atau ditunjuk oleh pihak kepolisian jika si tersangka tidak
mampu dalam hal biaya menghadirkan kuasa hukum karena telah dituangkan dalam
Pasal 55 dan Pasal 56 KUHAP. Dengan adanya kuasa hukum, pemeriksaan itu dapat
berjalan dengna baik tanpa ada interpensi dari pihak manapun

133

Ully Lubis, Op,cit
https://bapasserang.wordpress.com/profile/tugas-pokok-dan-fungsi/ di download pada
tanggal 30 Mei 2015 Pukul 23.00 Wib
134

Universitas Sumatera Utara

101

Pasal 55 KUHAP berbunyi “untuk mendapatkan penasihat hukum tersebut
dalam pasal 54, tersangka atau terdakwa berhak memilih sendiri penasihat hukumnya.
Pasal ini mengartikan bahwa tersangka diberikan kebebasan oleh penyidik untuk
menghadirkan dan memilih penasihat hukumnya sendiri. Disini tersangka telah
memiliki penasihat hukumnya sebelumnya dan tersangka sendiri merasa mampu
untuk menghadirkan penasihat hukumnya sendiri.
Pasal 56 KUHAP berbunyi “dalam hal terasngka atau terdakwa disangka atau
didakwa melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau ancaman
pidana lima belas tahun atau lebih atau bagi mereka yang tidak mampu yang diancam
dengan pidana lima tahun atau lebih yang tidak mempunyai penasihat hukum sendiri,
pejabat yang bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses wajib
menunjuk penasihat hukumnya bagi mereka. Pasal ini mengartikan bahwa dalam hal
pemeriksaan, tersangka diberi hak oleh penyidik untuk menghadirkan penasihat
hukum akan tetapi sitersangka tidak memiliki atau merasa tidak mampu untuk
menghadirkan seorang penasihat hukum untuk mendampinginya pada saat
pemeriksaan, dan keadaan tersangka dalam hal penunjukan penasihat hukum akan
ditunjuk sendiri oleh pejabat yang bersangkutan pada masing-masing tingkat
pemeriksaan. Penasihat hukum yang diberikan pejabat tersebut adalah peansihat
hukum cuma-cuma karena segala biaya untuk penasihat hukum tersebut telah
disediakan Negara.

Universitas Sumatera Utara

102

Dalam penyidikan, penyidik memeriksa anak yang menjadi tersangka tindak
pidana tidak memakai toga atau atribut kedinasan, sesuai dengan apa yang telah
ditegaskan di dalam Undang-undang No. 11 Tahun 2012 Pasal 22.135
D. Kebijakan Kepolisian Terhadap Proses Pelaksanaan Penyelidikan Dan Penyidikan
Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Pencabulan Di Kota Medan
Setiap kejahatan yang timbul karena perilaku negatif yang dihadirkan oleh
seseorang, maka pasti akan ada yang merasa dirugikan akibat dari kejaahatan yang
timbul tadi. Setiap orang atau keluarga yang menjadi korban tindak pidana akan
melaporkannya langsung kepada aparat penegak hukum jika hak dan kemerdekaan
hidup telah direbut oleh pelaku tindak pidana tersebut.
Ketika keluarga dari anak perempuan mengetahui bahwa anak telah menjadi
korban tindak pidana pencabulan, seketika itu juga keluarganya akan melaporkannya
kepada aparat penegak hukum yang diawali dengan melapor kepada kepolisian
setempat. Setelah keluarga memberi laporan keluarga itu, maka polisi akan
melakukan penyelidikan dan penyidikan perkara tersebut guna menimbulkan
keadilam bagi sikorban. Setelah melakukan penyelidikan dan penyidikan, maka akan
ditemukanlah tersangkanya.
Setiap perkara pasti ada penyelesaian yang harus dijalani baik kepada pihak
korban maupun kepada pihak pelaku. Dalam perkara tindak pidana pencabulan, polisi
akan melakukan mediasi lagi setelah melakukan penyelidikan dan penyidikan, guna
Pasal 22 UU No. 11 Tahun 2012 berbunyi “ Penyidik, penuntut umum, hakim,
pembimbing kemasyarakatan, advokat, atau pemberi bantuan hokum lainnya, dan petugas lain dalam
memeriksa perkara anak, anak korban, dan/atau anak saksi tidak memakai toga atau atribut kedinasan.
135

Universitas Sumatera Utara

103

menemukan kedua belak pihak tersebut secara langsung dan menanyakan kepada
kedua belah pihak soal penyelesaian perkara ini, apakah dengan cara penanganan
hukum atau dengan cara berdamai.
Mengingat anak adalah generasi penerus bangsa yang akan mengisi
kemerdekaan dan akan memimpin bangsa ini, meskipun sianak tersebut melakukan
tindak pidana sekalipun, anak tersebut tetap akan dilindungi hak-haknya.
Mengenai kebijakan terhadap anak pelaku tindak pidana pencabulan tersebut,
Kepolisian Resor Kota Medan dalam menangani tindak pidana pencabulan lebih
mengutamakan perdamaian antara keluarga korban dan keluarga pelaku136.
Perdamaian tersebut telah diatur di dalam UU No. 11 tahun 2012 tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak. Dalam Pasal 5 (1) UU No. 11 tahun 2012 137 berbunyi
” Sistem Peradilan anak wajib mengutamakan pendekatan Keadilan Restoratif, pasal
ini menegaskan bahwa setiap peradilan pidana anak wajib untuk mengarahkan kepada
Restorative Justice dengan cara diversi.
Diversi adalah pengalihan penyelesaian perkara anak dari proses peradilan
pidana ke proses di luar peradilan pidana138. Diversi bertujuan 139:
1. mencapai perdamaian antara korban dan anak
2. menyelesaikan perkara Anak di luar proses peradilan
3. menghindarkan Anak dari perampasan kemerdekaan

136

Ully Lubis, Op.cit
UU No. 11 Tahun 2012, tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
138
Pasa 1 (7) UU No. 11 tahun 2012
139
Pasal 6 UU No. 11 Tahun 2012

137

Universitas Sumatera Utara

104

4. mendorong masyarakat untuk berpartisipasi
5. menanamkan rasa tanggung jawab kepada Anak.
Dalam perkara tindak pidana pencabulan diwajibkan mengutamakan diversi
demi terwujudnya suatu keadaan Restorative Justice demi kepentingan terbaik untuk
anak140. Restorative Justice mengandung suatu pengertian yaitu suatu pemulihan
hubungan dan penebusan kesalahan yang ingin dilakukan oleh pelaku tindak pidana
(keluarganya) terhadap korban tindak pidana tersebut (keluarganya) (upaya
perdamaian) di luar pengadilan dengan maksud dan tujuan agar permasalahan hukum
yang timbul akibat terjadinya perbuatan pidana tersebut dapat diselesaikan dengan
baik dengan tercapainya persetujuan dan kesepakatan diantara para pihak141.
Restorative Justice merupakan penyelesaian sengketa non-pengadilan melalui
cara rekonsiliasi142, dan cara ini digunakan juga dalam penyelesaian sengketa perkara
tindak pidana pencabulan. Restorative Justice memandang bahwa143:
1. Kejahatan adalah pelanggaran terhadap rakyat danhubungan antar warga
masyarakat,
2. Pelanggaran menciptakan kewajiban,
3. Kaadilan mencakup para korban, para pelanggar, dan warga masyarakat di
dalam suatu upaya untuk meletakkan segala sesuatunya secara benar,
4. Fokus sentralnya:: para korban membutuhkan pemulihan kerugian yang
dideritanya (baik secara fisik, psikologis, dan materi) dab pelaku bertanggung
jawab untuk memulihkannya (biasanya dengan carapengakuan bersalah dari
pelaku, permohonan maaf dan rasa penyesalan dari pelaku dan pemberian
kompensasi ataupun restitusi).
140

Ully Lubis, Op.cit
http://edwinnotaris.blogspot.com/2013/09/restorative-justice-pengertian-prinsip.html di
unduh pada tanggal 30 Mei 2015 Pukul 21.00 Wib
142
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum Dan Teori Peradilan ( Jakarta, Kencana Prenada
Media Group, 2009), Hal. 247
143
Ibid, Hal. 249
141

Universitas Sumatera Utara

105

Setelah diversi tercapai dan hak korban telah terpenuhi, maka korban dapat
mencabut laporannya sehingga perkaranya tidak dapat dilanjutkan lagi, sehingga
Kepolisian telah menghentikan penyelidikan dan penyidikan terhadap perkara tindak
pidana pencabulan tersebut.
Tidak hanya hak-hak korban saja yang harus dipenuhi namun terhadap
tersangka tindak pidana pencabulan juga harus diberikan perlindungan hukum dimana
hal ini ditegaskan pada pembentukan Sistem Peradilan Anak (juvenile court) pertama
di Minos, Amerika Serikat tahun 1889, dimana undang-undangnya didasarkan pada
asas parens patrie, yang berarti ”penguasa harus bertindak apabila anak-anak yang
emmbutuhkan pertolongan”, sedangkan anak dan pemuda yang melakukan kejahatan
sebaiknya tidak diberi pidana melainkan harus dilindungi dan diberi bantuan144.

144

Wagiati Soetodjo, Hukum Pidana Anak, (Bandung, Refina Aditama, 2006), Hal. 1

Universitas Sumatera Utara

106

BAB IV
HAMBATAN – HAMBATAN YANG TERJADI DALAM PENYIDIKAN
KEPOLISIAN KHUSUSNYA TERHADAP TINDAK PIDANA PENCABULAN
DI KOTA MEDAN
Di dalam menjalankan tugasnya sebagai penyidik, penyidik tidaklah
senantiasa menjalankan tugasnya dengan lancar tanpa ada suatu halangan. Tetapi,
terdapat halangan yang cukup berat yang dialami seorang penyidik dalam melakukan
penyidikannya terutama terhadap perkara tindak pidana pencabulan.
Dalam perkara tindak pidana pencabulan, hambatan yang dialami oleh
seorang penyidik ketika melakukan penyidikan terdapat 2 hambatan yakni hambatan
eksternal dan hambatan internal145.
A. Hambatan Eksternal
Hambatan eksternal yang dialami oleh seorang penyidik dalam melaksanakan
tugasnya saat menyidik sebuah kasus tindak pidana pencabulan adalah kurangnya alat
bukti yang mendukung. Alat bukti yang dimaksud di sini adalah saksi, saksi yang
dimaksud tersebut adalah saksi yang melihat langsung peristiwa pidana tersebut146.
Sulitnya menghadirkan saksi yang melihat langsung peristiwa pidana tersebut
membuat seorang penyidik cukup kesulitan untuk menyelesaikan tugasnya.
Dikarenakan peristiwa pidana pencabulan rata-rata dilakukan oleh tersangka disuatu

145
146

Ully Lubis, Op.cit
Ully Lubis, Ibid

Universitas Sumatera Utara

107

tempat yang jauh dari keramaian bahkan waktu dan tempat juga tidak diketahui oleh
masyarakat disekitar terjadinya peristiwa pidana tersebut.
Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan
penyidik, penuntutan, dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar
sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami sendiri147. Keterangan saksi adalah salah satu alat
bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu
peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami sendiri148.
Mengenai penjabaran keterangan saksi, sebagai berikut149:
1. Yang ia dengar, bukan hasil cerita atau hasil pendengaran dari orang
lain. Harus langsung secara pribadi didengar oleh saksi sendiri tentang
peristiwa pidana yang bersangkutan.
2. Yang ia lihat sendiri, berarti pada waktu kejadian ataupun rentetan
kejadian peristiwa pidana yang terjadi, sungguh-sungguh disaksikan oleh
mata kepala sendiri.
3. Atau yang dialami sendiri oleh saksi, biasanya saksi yang seperti ini
adalah orang yang menjadi korban peristiwa pidana tersebut.
4. Disamping itu baik pendengaran atau penglihatan sendiri maupun
pengalaman

sendiri

dari

saksi,

harus

didukung

oleh

alasan

”pengetahuannya”.

147

M. Karjadi , R.Soesilo, Op.cit. Hal. 6
M. Karjadi , R.Soesilo, Ibid
149
M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP, (Jakarta,Sinar
Grafika, Edisi Kedua, 2006), Hal. 145
148

Universitas Sumatera Utara

108

Di dalam KUHAP saja, keterangan saksi merupakan alat bukti yang paling
utama. Jika tidak keterangan saksi, cukup sulit menentukan sikap terhadap seorang
yang diduga melakukan tindak pidana.
Adapun tata cara pemeriksaan saksi sebagai berikut150:
1. Dalam memberikan keterangan kepada penyidik, harus terlepas dari
segala macam tekanan baik yang berbentuk apa pun dan dari siapa pun.
2. Saksi seperti halnya tersangka dapat diperiksa oleh penyidik di tempat
kediaman saksi, dengan jalan penyidik datang langsung ke tempat
kediamannya
3. Seorang saksi yang hendak diperiksa, tapi bertempat tinggal atsu
bertempat kediaman di luar wilayah hukum penyidik, pemeriksaan saksi
yang bersangkutan ”dapat” didelegasikan pelaksanaan pemeriksaan
kepada pejabat penyidik di wilayah hukum tempat tinggal atau kediaman
saksi.
4. Saksi diperiksa tanpa sumpah
Salah satu prinsip pemeriksaan dalam tingkat penyidikan, saksi
diperiksa ”tanpa disumpah”. Lain halnya pemeriksaan saksi di muka
persidangan pengadilan, sebelum diperiksa atau didengar keterangannya,
saksi bersumpah atau berjanji lebih dahulu. Terhadap prinsip ini ada
pengecualian, saksi dalam pemeriksaan penyidikan dapat dibebani untuk
bersumpah, apabila ada cukup alasan untuk menduga bahwa saksi tidak
150

M. Yahya Harahap,Ibid, Hal 142

Universitas Sumatera Utara

109

akan dapat hadir nanti sebagai saksi dalam pemeriksaaan di sidang
pengadilan.
5. Saksi diperiksa sendiri-sediri
Prinsip pemeriksaaan yang lain, diperiksa secara ”terpisah” satu per
satu. Undang-undang tidak melarang untuk mempertemukan para
saksi. Namun, prinsip cara pemeriksan mereka harus sendiri-sendiri
dengan bergiliran satu per satu, demi untuk kemurnian keterangan
saksi. Kalau diperiksa secara bersamaan, kemungkinan besar akan
hilang kemurnian kesaksian seorang saksi akibat pengaruh langsung
atau tidak langsung dari saksi lain.
6. Keterangan yang dikemukakan saksi dalam pemeriksaan penyidikan,
dicatat dengan teliti oleh penyidik dalam berita acara pemeriksaan.
Prinsip pencatatan keterangan saksi serupa dengan pencatatan
keterangan tersangka dicatat sesuai dengan kata yang dipergunakan
oleh saksi.
7. Berita acara yang berisi keterangan saksi ditandatangani oleh penyidik
dan saksi.
Dalam penandatanganan berita acara pemeriksaan, harus diperhatikan
dua hal:
7.1 Saksi menandatangani berita acara pemeriksaan setelah lebih dulu
isi berita acara tersebut disetujuinya.

Universitas Sumatera Utara

110

7.2 Undang-undang memberu kemungkinan kepada saksi tidak
menandatangani berita acara pemeriksaan.
Ketika penyidik memeriksa tersangka, tersangka berhak mengajukan saksi
yang menguntungkan dirinya dan penyidik harus menghadirkan serta mendengarkan
keterangan kesaksian kemudian mencatatkannya dalam berita acara pemeriksaan. Hal
ini ditegaskan dalam KUHAP Pasal 116 (3) yang berbunyi ”dalam pemeriksaan
tersangka ditanya apakah ia menghendaki didengarnya saksi yang menguntungkan
baginya dan bilamana ada maka hal itu dicatat dalam berita acara. Saksi yang
demikian disebut saksi a decaharge.
Hambatan utama Kepolisian dalam penyidikan untuk menyelesaikan perkara
tindak pidana pencabulan adalah mencari saksi terhadap tindak pidana pencabulan
ini, yang akan memberikan keterangan kepada penyidik adalah saksi yang melihat
langsung peristiwa pidana tersebut. Saksi ini sangat sulit untuk dihadirkan karena
kebanyakan laporan yang datang kepada kepolisian hanyalah saksi yang menjadi
korban peristiwa pidana itu sendiri serta saksi yang hanya mendengar peristiwa
pidana tersebut dari orang lain. Saksi-saksi yang hadir dihadapan penyidik demikian
tidak cukup kuat untuk membuktikan peristiwa pidana pencabulan tersebut.151
Seperti yang telah dijabarkan sebelumnya bahwa tindak pidana pencabulan itu
tidak selamanya terjadi karena rasa suka sama suka lalu anak perempuan yang
menjadi korban tindak pidana pencabulan itu memberanikan diri untuk bercerita
kepada orangtuanya lalu orangtuanya menganggap bahwa anaknya telah menjadi
151

Ully Lubis, Op.cit

Universitas Sumatera Utara

111

korban tindak pidana pencabulan, tetapi tindak pidana pencabulan itu bisa juga terjadi
karena unsur paksaan dari lawan jenis seorang perempaun yang tidak mampu untuk
menolaknya untuk meneriam keadaan tersebut dan kemudian lawan jenisna tersebut
membawa si perempuan pada tempat sepi dan gelap yang tidak memungkinkan
kalayak ramai dapat melihat secara langsung proses peristiwa pidana tersebut. Lakilaki yang memaksa si perempuan tadi tidak akan melakukan tindak pidana
pencabulan itu dapat diketahui oleh orang sehingga membawanya pada tempattempat yang dianggapnya benar-benar sepi dan gelap sehingga benar-benar aman
untuk melakukan aksi tindak pidana tersebut152.
Sehingga dengan keadaan yang sudah direncanakan oleh laki-laki tersebut,
tidak akan ada saksi yang melihat langsung peristiwa pidana itu menjadi hambatan
Kepolisian untuk menjalankan tugasnya menangani kasus tindak pidana pencabulan
tersebut153.
B. Hambatan Internal
Hambatan internal di dalam penyidikan tindak pidana pencabulan yang
dialami oleh seorang penyidik terdapat 2 (dua) yakni:154
1. Ancaman / Intimidasi
Ancaman yang dimaksud disini adalah ancaman yang datang dari pihak
tersangka kepada seorang saksi/korban yang akan memberikan keterangan terhadap
suatu peristiwa pidana yang dilihat dan/atau dialami langsung. Ancaman yang
152

Ully Lubis, Ibidt
Ully Lubis, Ibid
154
Ully Lubis, Ibid

153

Universitas Sumatera Utara

112

dilakukan oleh pihak tersangka kepada saksi/korban dilakukan agar tidak mempunyai
keberanian memberikan keterangan kepada penyidik guna memburamkan peristiwa
pidana pencabulan tersebut. Sehingga penyidik seringkali mengalami kendala untuk
meminta keterangan seseorang untuk bersaksi terhadap peristiwa pidana pencabulan.
2. Jarak dan waktu
Hambatan ini dialami oleh penyidik ketika penyidik memanggil seseorang
untuk bersaksi memberikan keterangan terhadap suatu peristiwa pidana pencabulan.
Orang yang dipanggil untuk memberikan keterangan tersebut seringkali enggan
datang dikarenakan jarak antara rumah saksi dengan kantor polisi tempat penyidik
bertugas memiliki jarak tempuh yang cukup jauh sehingga membutuhkan waktu yang
cukup lama juga, sehingga membuat saksi malas untuk datang untuk memberikan
keterangan saksi. Saksi lebih mengutamakan pekerjaannya ketimbang membantu
menyelesaikan suatu peristiwa pidana.

Universitas Sumatera Utara

113

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan di atas, terhadap ketiga
permasalahan dalam penelitian ini telah dapat disimpulkan setelah dilakukan
penelitian adalah sebagai berikut:
1. Penyebab Tindak Pidana Pencabulan
a. Faktor Penyebab Terjadinya Tindak Pidana Pencabulan Di Kota Medan:
1) Pergaulan Bebas
2) Narkotika
3) Pacaran
4) Teknologi
5) Iman
6) Kurangnya pengawasan orangtua
7) Pelaku di bawah minuman keras
8) Tidak ada pekerjaan atau kesibukan
9) Peranan korban
10) Adanya niat dan kesempatan
11) Kelainan atau gangguan jiwa
12) Faktor balas dendam
b. Penyebab Meningkatnya Tindak Pidana Pencabulan Di Kota Medan:
1) Pergaulan bebas

Universitas Sumatera Utara

114

2) Lingkungan dan rendahnya tingkat pendidikan dan ekonomi
3) Penegakan hukum yang belum memberi efek jera kepada pelaku dan kurangnya
upaya pencegahan dari pemerintah
4) Penyalah gunaan perkembangan teknologi
5) Kurangnya pembekalan orangtua terhadap etika pergaulan anak
2. Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan terhadap anak pelaku tindak pidana
pencabulan yang dilakukan oleh Kepolisian Resor Kota Medan sudah sesuai dengan
apa yang telah dituangkan dan menjadi tujuan dalam UU No. 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia dan UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak
3. Hambatan yang dialami oleh kepolisian dalam hal menangani kasus anak pelaku
tindak pidana pencabulan di wilayah Kota Medan pada saat penyidikan ialah
kepolisian tidak mudah mendapatkan seseorang saksi untuk memberikan keterangan
guna menerangkan peristiwa pidana pencabulan tersebut.
B. Saran
Untuk solusi terhadap ketiga permasalah dalam penelitian ini terkait
permasalahn yang telah diteliti, maka saran dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1.

Diharapkan kepada masyarakat untuk menjadi insan yang lebih baik dengan
memiliki sifat kebaikan yang jauh dari sifat kejahatan, pikiran kotor, mental
serta moral yang rendah serta peranan orangtua dalam membina hingga

Universitas Sumatera Utara

115

mengawasi interaksi sosial yang dilakukan si anak agar semua baik sehingga
masyarakat jauh dari tindak pidana khususnya tindak pidana pencabulan.
2.

Diharapkan kepada aparat penegak hukum khususnya kepolisian yang
menangani tindak pidana pencabulan tetap konsisten dalam menerapkan apa
yang menjadi landasan dan tujuan dari sebuah undang-undang mengingat
bahwa anak adalah penerus generasi bangsa.

3.

Kepolisian harus mampu memaksimalkan kinerjanya dalam hal menangani
penyidikan tindak pidana pencabulan dengan cara mencari solusi-solusi lain
sehingga kepolisian tidak bertahan pada 1 (satu) alat bukti yaitu saksi
mengingat alat bukti menurut KUHAP ada sebanyak 5 (lima) alat bukti
sehingga proses penegakan hukum berjalan dengan cepat.

Universitas Sumatera Utara