Pelaksanaa Penyeledikan dan Penyidikan Kepolisian Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Pencabulan (Studi di Polres Kota Medan)

37

BAB II
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA TINDAK PIDANA
PENCABULAN DI KOTA MEDAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kota Medan termasuk salah satu kota besar di Indonesia yang kini sedang
berkembang menuju kota metropolitan. Perkembangan yang demikian merupakan
suatu hal yang diinginkan oleh semua pihak, namun perkembangan demikian bisa
berdampak negatif dan juga berdampak positif bagi semua elemen. Kota Medan
terdiri dari beberapa kecamatan, kelurahan serta jutaan penduduk yang menikmati
kehidupan di Kota Medan. Kota Medan juga mempunyai sisi kehidupan negatif
dimana banyak juga terdapat kejahatan/tindak pidana yang dilakukan oleh
sekelompok pihak yang sudah menyimpang terhadap segala peraturan41.
Peneliti mengambil lokasi penelitian di Kota Medan dikarenakan wilayah
domisili peneliti berada di Kota Medan dan peneliti juga tertarik dikarenakan untuk
wilayah Kota Medan, terdapat beraneka ragam kasus-kasus kejahatan dan dalam
penelitian ini peneliti mengkhususkan penelitiannya dengan melihat kasus-kasus
tindak pidana pencabulan di Kepolisian Resor Kota Medan. Tingkat kejahatan tindak
pidana pencabulan di Kota Medan cukup tinggi (dapat dilihat pada tabel halaman 2)
dan sangat mengkhawatirkan.

Kota Medan yang kini kian berkembang pesat, tetapi berkembang pesat pula
terjadinya tindak pidana pencabulan dikarenakan para tersangka tersebut telah
41

Contohnya pada media cetak seperti Koran Harian Analisa tanggal 6 Oktober 2015 Hal. 5

Universitas Sumatera Utara

38

memiliki berbagai cara untuk melakukan aksi kejahatannya. Banyaknya kasus-kasus
tindak pidana pencabulan menjadikan Kota Medan menjadi salah satu kota di
Indonesia yang rawan tindak pidana pencabulan.
B. Tindak Pidana Pencabulan
1. Pengertian Tindak Pidana
Tindak pidana adalah kelakuan manusia yang dirumuskan dalam UndangUndang, melawan hukum, yang patut dipidana dan dilakukan dengan kesalahan.
Orang yang melakukan perbuatan pidana akan mempertanggungjawabkan perbuatan
dengan pidana apabila ia mempunyai kesalahan, seseorang mempunyai kesalahan
apabila pada waktu melakukan perbuatan dilihat dari segi masyarakat menunjukkan
pandangan normatif mengenai kesalahan yang dilakukan42. Tindak pidana adalah

perbuatan melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang memiliki unsur kesalahan
sebagai perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana, di mana penjatuhan
pidana terhadap pelaku adalah demi terpeliharanya tertib hukum dan terjaminnya
kepentingan umum43.
Pengertian tindak pidana belum memiliki pengertian yang satu kesatuan dari
para sarjana karena masih ada perbedaan. Perbedaan itu terbagi dalam dua pandangan
yaitu monistis dan dualistis. Menurut Moeljatno, pandangan monistis adalah bahwa
para sarjana melihat keseluruhan (tumpukan) syarat untuk adanya pidana itu

42

Andi Hamzah. Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana (Ghalia Indonesia Jakarta,
2001), Hal. 22
43
P.A.F. Lamintang Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia (Citra Adityta Bakti,
Bandung,1996), Hal. 16

Universitas Sumatera Utara

39


kesemuanya itu merupakan sifat dari perbuatan, sedangkan pandangan dualistis
adalah membedakan dengan tegas dapat dipidananya perbuatan dan

dipidana

orangnya, dan sejalan ini dipisahkan, maka pengertian perbuatan pidana tidak
meliputi pertanggungjawaban pidana44.
a. Pandangan Monistis
Menurut Simon, Strafbaarfeit adalah kelakuan yang diancam dengan pidana
yang bersifat melawan hukum, yang berhubungan dengan kesalahan dan yang
dilakukan oleh orang yang mampu bertanggung jawab. Van Hamel mengatakan
bahwa Strafbaarfeit adalah kelakuan yang dirumuskan dalam Undang-undang, yang
bersifat melawan hukum yang patut dipidana dan dilakukan dengan kesalahan.
Tindak pidana menurut E. Mezger adalah keseluruhan syarat untuk adanya
pidana. Menurut Karni, delik itu mengandung perbuatan yang mengandung
perlawanan hak, yang dilakukan dengan salah dosa, oleh orang yang sempurna akal
budinya dan kepada siapa perbuatan patut dipertanggungjawabkan. Dan menurut
definisi pendek Wirjono Prodjodikoro, tindak pidana berarti perbuatan yang
pelakunya dapat dikenakan pidana. Jadi jelas sekali dari definisi-definisi tersebut di

atas tidak adanya “pemisahan antara Criminal Act dan Criminal Responsibility”45
b. Pandangan Dualistis
Pompe berpendapat bahwa menurut hukum positif, Strafbaarfeit adalah tidak
lain dari pada feit, yang diancam pidana dalam ketentuan undang-undang, selanjutnya
menurut beliau bahwa menurut teori Strafbaarfeit itu adalah perbuatan yang bersifat
melawan hukum dilakukan dengan kesalahan dan diancam pidana. Menurut
Moeljatno, perbuatan pidana sebagai perbuatan yang diancam dengan pidana, barang
siapa melanggar larangan tersebut. “Pandangan golongan dualistis ini mengadakan
pemisahan antara dilarangnya suatu perbuatan dengan sanksi ancaman pidana dan
dapat dipertanggung jawabkannya si pembuat”.46
2. Jenis-Jenis Tindak Pidana
a. Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dibedakan antara lain
kejahatan yang dimuat dalam Buku II dan Pelanggaran yang dimuat dalam Buku
III. Pembagian tindak pidana menjadi “kejahatan” dan “pelanggaran“ itu bukan
44

Sudarto, Hukum Pidana, Jilid. I A-B, (Fakultas Hukum Unsoed,Purwokerto, 1991) Hal. 25
Ibid, Hal. 26
46
Ibid, Hal. 27-28

45

Universitas Sumatera Utara

40

hanya merupakan dasar bagi pembagian KUHP kita menjadi Buku ke II dan Buku
ke III melainkan juga merupakan dasar bagi seluruh sistem hukum pidana di dalam
perundang-undangan secara keseluruhan.
b. Menurut cara merumuskannya, dibedakan dalam tindak pidana formil (formeel
Delicten) dan tindak pidana materil (Materiil Delicten). Tindak pidana formil
adalah tindak pidana yang dirumuskan bahwa larangan yang dirumuskan itu
adalah melakukan perbuatan tertentu. Misalnya Pasal 362 KUHP yaitu tentang
pencurian. Tindak Pidana materil inti larangannya adalah pada menimbulkan
akibat yang dilarang, karena itu siapa yang menimbulkan akibat yang dilarang
itulah yang dipertanggungjawabkan dan dipidana.
c. Menurut bentuk kesalahan, tindak pidana dibedakan menjadi tindak pidana sengaja
(dolus delicten) dan tindak pidana tidak sengaja (culpose delicten). Contoh tindak
pidana kesengajaan (dolus) yang diatur di dalam KUHP antara lain sebagai
berikut: Pasal 338 KUHP (pembunuhan) yaitu dengan sengaja menyebabkan

hilangnya nyawa orang lain, Pasal 354 KUHP yang dengan sengaja melukai orang
lain. Pada delik kelalaian (culpa) orang juga dapat dipidana jika ada kesalahan,
misalnya Pasal 359 KUHP yang menyebabkan matinya seseorang, contoh lainnya
seperti yang diatur dalam Pasal 188 dan Pasal 360 KUHP.
d. Menurut macam perbuatannya, tindak pidana aktif (positif), perbuatan aktif juga
disebut perbuatan materil adalah perbuatan untuk mewujudkannya diisyaratkan
dengan adanya gerakan tubuh orang yang berbuat, misalnya pencurian (Pasal 362
KUHP), dan penipuan (Pasal 378 KUHP). Tindak pidana pasif dibedakan menjadi
tindak pidana murni dan tidak murni. Tindak pidana murni, yaitu tindak pidana
yang dirumuskan secara formil atau tidak pidana yang pada dasarnya unsur
perbuatannya berupa perbuatan pasif, misalnya diatur dalam Pasal 224, 304, dan
552 KUHP.47
Unsur-unsur tindak pidana adalah sebagai berikut:
a. Kelakuan dan akibat (perbuatan);
b. Hal ikhwal atau keadaan yang menyertai perbuatan;
c. Keadaan tambahan yang memberatkan pidana;
d. Unsur melawan hukum yang objektif ;
e. Unsur melawan hukum yang subyektif;48
3. Jenis-Jenis Tindak Pidana Pencabulan Menurut KUHP49
a. Perbuatan cabul dengan kekerasan

47

Andi Hamzah. Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana. Ghalia Indonesia Jakarta.
2001. hlm. 25-27
48
Ibid. hlm. 30
49
R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), (Bogor, POLITEIA, 1994),
Hal. 212

Universitas Sumatera Utara

41

Perbuatan cabul dengan kekerasan terdapat dalam Pasal 289 KUHP dengan
bunyi ”barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seseorang
melakukan atau membiarkan dilakukan pada dirinya perbuatan cabul, dihukum
karena merusakkan kesopanan dengan hukuman penjara selama-lamanya sembilan
tahun.
b. Perbuatan cabul dengan seseorang dengan keadaan pingsan atau tidak berdaya

pada Pasal 290 KUHP , dengan hukuman penjara selama-lamanya tujuh tahun
dihukum:
1e. barangsiapa melakukan perbuatan cabul denga seseorang, sedang
diketahuinya bahwa itu pingsan atau tidak berdaya.
2e. barangsiapa melakukan perbuatan cabul dengan seseorang, sedang
diketahuinya atau patut disangkanya, bahwa umur orang itu belum cukup 15
tahun atau kalau tidak nyata berapa umurnya, bahwa orang itu belum masanya
buat dikawini.
3e. barangsiapa membujuk (menggoda) seseorang yang diketahuinya atau patut
harus disangkanya, bahwa umur orang itu belum cukup 15 tahun atau kalau tidak
nyata berapa umurnya bahwa ia belum masanya buat kawin, akan melakukan atau
membiarkan dilakukan pada dirinya perbuatan cabul, atau akan bersetubuh
dengan orang lain dengan tiada kawin.
c. Perbuatan cabul dengan seseorang dengan cara tipu daya pada Pasal 293 (1) yang
berbunyi “barangsiapa dengan mempergunakan hadiah atau perjanjian akan diberi
uang atau barang, dengan salah mempergunakan pengaruh yang berlebih-lebihan
yang ada disebabkan membujuk orang yang belum dewasa yang tidak tercacat
kelakuannya, yang diketahuinya atau patut harus disangkanya belum dewasa, akan
melakukan perbuatan cabul dengan dia atau membiarkan dilakukan perbuatan yang
demikian pada dirinya, dihukum penjara selama-lamanya lima tahun. Kata membujuk

dengan mempergunakan cara:

Universitas Sumatera Utara

42

a. hadiah atau perjanjian akan memberi uang atau barang,
b. pengaruh yang berlebih-lebihan yang ada disebabkan oleh perhubungan yang
sesungguhnya ada
c. tipu
4. Pengaturan Tindak Pidana Pencabulan
a. Menurut KUHP50
Pengaturan tindak pidana pencabulan di dalam KUHP diatur dalam pasal
sebagai berikut:
1) Pasal 289 yang berbunyi barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
memaksa seseorang melakukan atau membiarkan dilakukan pada dirinya perbuatan
cabul, dihukum karena merusakkan kesopanan dengan hukuman penjara selamalamanya sembilan tahun.
2) Pasal 290 yang berbunyi dengan hukuman penjara selama-lamanya tujuh tahun
dihukum;
1e. Barangsiapa melakukan perbuatan cabul dengan seseorang, sedang

diketahuinya bahwa itu pingsan atau tidak berdaya.
2e. Barangsiapa melakukan perbuatan cabul dengan seseorang, sedang
diketahuinya atau patut harus disangkanya, hawa umur orang itu belum cukup 15
tahun atau kalau tidak nyata berapa umurnya, bahwa orang itu belum masanya buat
dikawini.
3e. Barangsiapa membujuk (menggoda) seseorang yang diketahuinya patut
harus disangkanya, bahwa umur orang itu belum cukup 15 tahun atau kalau tidak
nyata berapa umurnya bahwa ia belum masanya buat kawin, akan melakukan atau
membiarkan dilakukan pada dirinya perbuatan cabul, atau akan bersetubuh dengan
orang lain dengan tiada kawin.

50

R. Soesilo, Ibid. Hal. 212-216

Universitas Sumatera Utara

43

3) Pasal 292 yang berbunyi orang dewasa yang melakukan perbuatan cabul dengan

orang yang belum dewasa dari jenis kelamin yang sama, sedang diketahuinya atau
patut disangkanya hal belum dewasa itu, dihukum penara selama-lamanya lima tahun.
4) Pasal 293 (1) yang berbunyi barangsiapa dengan mempergunakanhadiah atau
perjanjian akan diberi uang atau barang, dengna salah mempergunakan pengaruh
yang berlebih-lebihan yang ada disebabkan membujuk orang yang belum dewasa
yang tidak tercacat kelakuannya, yang diketahuinya atau patut harus disangkanya
belum dewasa, akan melakukan perbuatan cabul dengan dia atau membiarkan
dilakukan perbuatan yang demikian pada dirinya, dihukum penjara selama-lamanya
lima tahun.
5) Pasal 294:
(1) yang berbunyi barangsiapa melakukan cabul dengan anaknya yang belum
dewasa, anak tiri atau anak pungutnya, anak peliharaannya, atau dengan
seorang yang belum dewasa yang dipercayakan pada untuk ditanggung,
dididik, atau dijaga, atau dengan bujang atau orang sebawahnya yang belum
dewasa, dihukum penjara selama-lamanya tujuh tahun.
(2) dengan hukuman yang serupa dihukum:
1e. Pegawai negeri yang melakukan perbuatan cabul dengan seseorang yang
dibawah perintahnya atau dengan orang yang dipercayakan atau diserahkan
padanya untuk dijaga.
2e. Pengurus tabib, guru, pegawai, mandor (opzichter) atau bujang dalam
penjara,
rumah
tempat
melakukan
pekerjaan
untuk
negeri
(landwerkinrichting), rumah pendidikan, rumah piatu, rumah sakit, rumah
sakit ingatan atau balai derma, yang melakukan pencabulan dengan orang
yang ditempatkan disitu.
6) Pasal 295: (1) Dihukum :
1e. Dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya lima tahun,
barangsiapa yang dengan sengaja menyebabkan atau memudahkan perbuatan
cabul dikerjakan oleh anaknya, anak tirinya atau anak angkatnya yang belum
dewasa yang diserahkan kepadanya, supaya dipeliharanya, dididiknya atau

Universitas Sumatera Utara

44

dijaganya atau bujangnya yang dibawah umur atau orang yang dibawahnya
dengan orang lain.
2e. Dengan hukuman penjara selama-lamanya empat tahun, barangsiapa yang
dengan sengaja, diluar, hal-hal yang tersebut pada (1)a, menyebabkan atau
memudahkan perbuatan cabul dengan orang lain yang dikerjakan oleh orang
yang belum dewasa yang diketahuinya atau patut disangkanya, bahwa ia
belum dewasa.
(2). Kalau melakukan kegiatan itu oleh yang bersalah dijalankan sebagai
pencahariannya atau kebiasannya, maka hukuman itu dapat ditambah dengan
sepertiganya.
b. Menurut Undang-undang
Pengaturan tindak pidana pencabulan menurut undang-undang diatur dalam UU No.
23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak51. Pasal yang mengatur tindak pidana
pencabulan dalam undang-undang tersebut yaitu:
1) Pasal 81 (1) yang berbunyi setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan
atau ancaman kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau
dengan orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun
dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 300.000.000 (tiga ratus
juta rupiah), dan paling sedikit Rp. 60.000.000 (enam puluh juta rupiah)
2) Pasal 81 (2) Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku pula
bagi setiap orang yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian
kebohongan, atau membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya atau orang
lain.

51

UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

Universitas Sumatera Utara

45

C. Penyebab Terjadinya Tindak Pidana Pencabulan Di Kota Medan
Kejahatan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat merupakan gejala sosial
yang dipengaruhi oleh berbagai aspek kehidupan dalam bermasyarakat. Kejahatan itu
tidaklah terjadi serta merta tanpa adanya suatu dorongan hal, tetapi kejahatan itu juga
terjadi karena banyaknya terjadi penyimpangan-penyimpangan perilaku sosial yang
terjadi di tengah-tengah masyarakat yang disebabkan karena konflik interaksi sosial
antara individu dengan individu-individu dengan kelompok, kelompok dengan
kelompok. Salah satu kejahatan yang ada di tengah-tengah masyarakat masa kini
khususnya di Kota Medan adalah tindak pidana pencabulan.
Tindak pidana pencabulan merupakan suatu perbuatan yang melanggar
hukum yang terjadi di tengah masyarakat berupa pelanggaran terhadap kesopanan,
kesusilaan, pelecehan seksual.
Tindak pidana pencabulan sangatlah buruk, dampak yang akan ditimbulkan
terhadap korbannya baik pada masa sekarang maupun masa yang akan datang.
Tindak pidana pencabulan merupakan tindak pidana yang tidak asing lagi di tengahtengah masyarakat.
Dari berbagai sudut pandang yang berbeda, telah ditemukan beberapa faktorfaktor penyebab terjadinya tindak pidana pencabulan di Kota Medan, antara lain
sebagai berikut:
1. Pergaulan Bebas
Banyaknya aktivitas seseorang dalam kehidupan sehari-hari membuat dirinya
lebih banyak berinterkasi kepada orang lain. Seorang anak yang memiliki aktivitas

Universitas Sumatera Utara

46

cukup banyak di sekitar lingkungan tempat tinggal bahkan sampai berinteraksi
kepada kelompok masyarakt luas membuat seorang anak akan mendapatkan lebih
sebuah pengetahaun dari interaksi tersebut. Pengetahuan yang didapat seorang anak
baik laki-laki maupun perempuan bisa saja membina si anak menjadi lebih baik atau
bisa juga membina si anak menjadi lebih buruk. Segi positif yang diperoleh si anak
tersebut menjadikan si anak lebih pandai dalam menentukan sikap untuk memilih
mana hal yang baik atau hal yang tidak baik. Segi negatif si anak tidak mampu
menilai mana hal baik dan mana hal yang tidak baik. Pada saat si anak tidak mampu
menilai hal baik dan mana hal tidak baik, si anak akan sangat mudah dirayu untuk
masuk ke dalam sebuah interaksi yang tidak sesuai dengan norma-norma, dan
keadaan ini disebut pergaulan bebas52.
Pada saat sekarang banyak anak-anak di Medan baik dari anak laki-laki dan
anak perempuan yang telah terjerumus ke dalam pergaulan bebas. Pergaulan bebas
tersebut tidak memandang umur seseorang dan ketika seorang anak telah terjerumus
ke dalam pergaulan bebas, mereka berbuat seenaknya tanpa memandang normanorma yang ada di masyarakat. Sehingga pergaulan bebas menjadi faktor penyebab
paling utama terjadinya tindak pidana pencabulan di Kota Medan yang diperoleh dari
setiap laporan atau pengaduan yang datang dari korban atau orangtua korban
langsung53.

52

Ully Lubis, Kanit Idik 7 Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA), Polresta Medan
wawancara langsung pada tanggal 14 Januari 2015 Pukul 11.30 WIb
53
Ully Lubis, Ibid

Universitas Sumatera Utara

47

2. Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri,
dan dapat menimbulkan ketergantungan yang dibedakan ke dalam golongan –
golongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang ini54.
Dewasa ini, banyak terjadi penyalahgunaan narkotika yang terjadi di tengahtengah masyarakat, sehingga narkotika menjadi faktor penyebab paling terdepan
untuk menimbulkan tindak pidana pencabulan di Kota Medan. Akibat dari penyalah
gunaan narkotika ini, seseorang bisa melakukan suatu perbuatan tanpa disadarinya
baik perbuatan terpuji maupun perbuatan tercela.
Narkotika sebenarnya dipakai oleh ilmu kedokteran dalam suatu operasi
kepada pasien agar sipasien tadi tidak mengalami kesakitan yang berlebihan karena
pemakaian narkotika tadi. Sehingga rasa sakit ketika dioperasi sama sekali tidak
dirasakan sipasien tersebut.
Akibat dari fungsi narkotika tersebut, ada pihak tertentu yang ingin merasakan
narkotika tersebut. Sehingga pihak tersebut mencari tau bagaimana bentuk narkotika
tersebut dan kemudian mencari tahu asal narkotika tersebut. Setelah diketahui bentuk
dan asal narkotika tadi, pihak tersebut membawa dan memakai serta menyebarkan ke
tengah-tengah masyarakat. Yang menjadi incaran pihak tersebut adalah para generasi
muda yang masih punya pendirian rapuh, sehingga mudah untuk dibujuk
54

Pasal 1 (1) UU No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

Universitas Sumatera Utara

48

menggunakan narkotika. Akibat rayuan pihak tersebut, akhirnya beberapa generasi
muda tadi menerima dan memakai narkotika tadi. Kemudian generasi muda tersebut
ikut menyebarluaskan atau mengenalkan kepada teman-temannya yang lain.
Rata-rata generasi muda yang memakai narkotika tersebut ada yang masih
dibawah umur karena mereka masih mempunyai jiwa yang labil, sehingga anak-anak
dibawah umur tersebut mudah dipengaruhi.
Narkotika menjadi suatu alasan ketika faktor penyebab terjadinya tindak
pidana pencabulan di Kota Medan, dan menjadi faktor utama terjadinya tindak pidana
pencabulan tersebut.
Akibat pemakaian narkotika oleh seseorang baik anak-anak maupun orang
dewasa, dia tidak akan menyadari apa yang dia perbuat setelah menggunakan
narkotika tadi.
Narkotika menjadi pemicu untuk melakukan tindak pidana pencabulan, karena
sebelum melakukan tindak pidana pencabulan itu, sipelaku menggunakan narkotika
terlebih dahulu sehingga dia tidak lagi merasakan rasa takut atau rasa malu di dalam
dirinya untuk melakukan tindak pidana pencabulan tadi.
Menurut Ully Lubis, penggunaan narkotika kencenderungan mengarah ke
seks55. Dalam beberapa tahun menangani tindak pidana pencabulan di Kota Medan,
alasan utama setiap pelaku tindak pidana pencabulan adalah narkotika, karena
narkotika selalu mendorong atau mengeluarkan rasa keinginan dalam diri untuk
melakukan hubungan seks bebas. Beliau juga menambahkan, bahwa efek samping
55

Ully Lubis, Op.cit

Universitas Sumatera Utara

49

dari narkotika itu mengacu kepada pergaulan bebas. Pergaulan bebas tidak
memandang yang melakukannya, baik laki-laki maupun perempuan yang masih
lajang. Karena adanya pergaulan bebas tadi, menyebabkan timbulnya tindak pidana
pencabulan dimana keluargalah yang akan keberatan dari tindak pidana pencabulan
tersebut.
Jadi beliau56, menegaskan narkotika akan menghantarkan seseorang kepada
pergaulan bebas dan pergaulan bebas akan cenderung menimbulkan tindak pidana
pencabulan.
Pemakaian narkotika secara berlebihan akan mengganggu stabilitas fungsi
organ tubuh seseorang yang bisa mengakibatkan hilangnya daya tahan tubuh
sesoerang sehingga memicu ketidak sadaran diri. Bagi orang yang memiliki gangguan
seksualitas dalam dirinya, ketika dia mengkomsumsi narkotika secara berlbihan akan
memicu ketidak sadaran diri yang melampaui batas sehingga dia tidak dapat menahan
nafsu birahinya dan dengan segera dia akan mencari tempat pelampiasan nafsu
birahinya, dan yang menjadi korban pelampiasannya adalah anak57.
Narkotika yang membuat seseorang berhalusinasi berlebihan, halusinasi itu
bisa berupa halusinasi buruk dan halusinasi baik. Ketika halusinasi buruk menguasai
diri seorang pemakai narkotika, maka akan timbullah kesenjangan sosial yang
melanggar norma masyarakat dengan munculnya suatu tindak pidana khususnya

56
57

Ibid
Ibid

Universitas Sumatera Utara

50

tindak pidana pencabulan karena dikuasai oleh nafsu birahi akibat efek samping
narkotika yang membuat halusinasi58.
3. Pacaran
Manusia adalah salah satu dari mahkluk hidup yang ada di permukaan bumi,
dan manusia mempunyai tujuan hidup yakni salah satunya adalah mempunyai
keturunan yang banyak. Untuk mencapai tujuan itu, butuh beberapa proses yang akan
dilewati oleh seseorang (laki-laki atau perempuan).
Proses itu seperti mencari pasangan, menikah lalu mempunyai keturunan. Di
dalam proses mencari pasangan terdapat istilah pacaran yang bisa diartikan masa
saling mengenal satu sama lain antara laki-laki dan perempuan.
Pada jaman sekarang ini, pacaran sudah disalah gunakan karena pesatnya
perkembangan pemikiran manusia. Seseorang berpacaran bukan lagi untuk saling
mengenal satu sama lain terhadap pasanganya tapi dijadikan sebagai tempat
pelampiasan napsu semata, karena kedua insan tersebut seakan-akan itulah pasangan
hidupnya. Apalagi jaman sekarang banyak anak-anak dibawah umur berpacaran,
padahal mereka belum tahu makna sebenarnya dari pacaran itu. Sehingga banyak
anak-anak dibawah umur tadi merupakan tempat pelampiasan napsu karena terbuai
kata-kata pasangannya.

58

Warjon Tarigan, warga masyarakat jalan Budi Luhur, Sei Sikambing, Kec. Medan
Hwlvwtia, Kota Medan, wawancara langsung pada tanggal 22 Februari 2015 Pukul 18.00 Wib

Universitas Sumatera Utara

51

Menurut Ully Lubis59, anak-anak perempuan yang berpacaran cenderung
menimbulkan tindak pidana pencabulan, karena anak perempuan terlalu mudah
dirayu untuk melakukan hubungan seks tanpa ada ikatan perkawinan.
Pada saat sekarang, banyak anak laki-laki yang masih dibawah umur sudah
tahu berpacaran, padahal dengan usianya yang masih tergolong belum cukup
dikatakan untuk berpacaran. Anak laki-laki tersebut mencari seorang anak perempuan
untuk dipacarinnya. Pengaruh juga datang dari orang dewasa yang berpacaran dan
ketika anak laki-laki itu melihat adegan seperti cium-ciuman, dan lain-lain yang
dilakukan oleh orang dewasa tadi, maka spontan keluar suatu keinginan ingin
melakukan hal seperti orang dewasa tadi, maka dia akan mengajak anak perempuan
yang menjadi pacarnya dengan cara membujuk atau merayu serta menyakinkan
sianak perempuan agar dia mau melakukan apa yang diminta sianak laki-laki tadi.
Karena ketidakmampuan untuk mengendalikan diri anak-anak tadi maka akan timbul
dampak negatif dari perbuatan mereka yang diketahui oleh orangtua sianak
perempauan dengan cara memperhatikan kebiasaan yang tidak wajar yang
ditunjukkan sianak perempuan setelah dia melakukan adegan negatif tadi dengan
kebiasaan sebelum dia melakukan adegan negatif tadi. Demikian juga dengan orang
dewasa yang tidak jauh dengan anak laki-laki yang dikuasai oleh nafsu birahi yang
mencari pasangannya seorang anak perempuan untuk lebih mudah melampiaskan
hawa nafsu dengan cara memacari sianak dengan memberi harapan-harapan yang
membuat sianak perempuan menjadi lebih percaya. Keadaan seperti ini juga
59

Ully Lubis, Op.cit

Universitas Sumatera Utara

52

merupakan keadaan awal yang menimbulkan kasus-kasus tindak pidana pencabulan
yang berawal dari pacaran yang telah disalahartikan oleh pasangan-pasangan
tersebut60.
Banyak sekarang orang yang berpacaran baik itu orang dewasa terhadap anakanak maupun anak-anak terhadap anak-anak yang berada di tempat sepi dan gelap.
Tempat-tempat itu selalu diincar orang pacaran jaman sekarang yang telah menyalah
artikan pacaran. Tempat-tempat sepi dan gelap itu bisa menimbulkan konflik di
masyarakat karena bisa menimbulkan suatu lokasi tempat mesum yang belum
diketahui oleh khalayak ramai. Tempat sepi dan gelap itu dijadikan oleh orang
berpacaran untuk mesum sehingga membuat masyarakat setempat khawatir karena
bisa ditiru oleh anak-anak lingkungan sekitar tempat mesum tersebut dan bisa saja
menimbulkan tindak pidana pencabulan61. Banyak orang-orang berpacaran di tempattempat sepi dan gelap agar lebih memudahkan mereka melakukan tindak mesum.
Keadaan ini mempengaruhi langsung terhadap anak-anak yang tidak sengaja melihat
orang berpacaran itu melakukan mesum dan pasti anak-anak itu juga langsung
mempunyai keinginan untuk melakukan hal serupa yang di lihatnya. Keadaan seperti
itu tidak bisa dipungkiri lagi akan menimbulkan beberapa penyimpangan sosial
terhadap anak-anak sehingga memunculkan konflik sosial berupa tindak pidana
khususnya tindak pidana pencabulan.

60

Warjon Tarigan, Op.cit
Tommy M. Sitepu, warga masyarakat Desa Pasar 4 Namo Trasi, Kec. Sei Bingai, Kab.
Langkat bertempat tinggal sementara di Perumnas Simalingkar Medan, wawancara langsung pada
tanggal 10 Maret 2015, Pukul 11.00 Wib
61

Universitas Sumatera Utara

53

Pada saat sekarang banyak laki-laki dan perempuan memiliki cara berpacaran
yang bebas sehingga tidak bisa lagi membedakan mana yang baik dan mana yang
benar untuk dilakukan dan menjauhi aturan-aturan yang berlaku sebagai pengatur
hubungan seorang laki-laki dan perempuan62.
Banyaknya pengaduan yang datang kekantor polisi dari keluarga korban
tindak pidana pencabulan ini membuktikan bahwa rata-rata tindak pidana pencabulan
itu menimpa para anak perempuan yang usianya masih tergolong belum cukup untuk
berpacaran63. Anak perempuan yang tergolong tidak berdaya sangat mudah untuk di
rayu untuk melakukan apa yang diminta oleh pasangannya bahkan jika anak
perempuan tersebut menolak untuk memenuhi permintaan pasangannya, si anak
perempuan akan mendapatkan suatu ancaman dari pasangannya, ancaman itu tidak
tanggung-tanggung yang diberikan pasangannya, si anak perempuan akan dibunuh
jika tidak mau menuruti permintaan pasangannya64.
Adapun kasus pencabulan dari faktor pacaran ini dilakukan oleh pelaku yang
berinisial MS. Pelaku melakukan aksi kejahatannya dengan cara mengajak korban ke
suatu tempat dengan alasan ingin memutuskan hubungan mereka ternyata setelah di
tempat pertemuan tersebut, pelaku pun memeluk korban dan korban pun terangsang
sehingga pelaku bebas melakukan aksinya65.

62

Warjon Tarigan, Op.cit
Ully Lubis, Op.cit
64
Ully Lubis, Ibid
65
Tersangka MS, keterangan tersangka diambil dari BAP pada saat disidik pada tanggal 5
November 2015
63

Universitas Sumatera Utara

54

4. Teknologi
Perkembangan teknologi yang begitu pesat membuat manusia lebih mudah
untuk mendapatkan sesuatu hal yang dia inginkan. Hanya dalam waktu beberapa saat
saja orang tersebut langsung dapat menikmati atau memakai hasil yang dia peroleh
dari teknologi tersebut. Perkembangan teknologi yang begitu pesat tercipta karena
adanya keinginan-keinginan manusia untuk menciptakan sesuatu hal baru dalam
kehidupannya yang diperoleh dari lingkungan sekitarnya. Melalui pembelajaran dan
beberapa usaha, manusia dapat menciptkan sesuatu teknologi baru.
Kemajuan teknologi bagi manusia dapat berdamapak positif maupun negatif.
Berikut dampak positif dan dampak negatif perkembangan teknologi66.
Dampak positifnya berupa:
a. Mempermudah dan mempercepat akses informasi yang kita butuhkan.
b. Mempermudah dan mempercepat penyampaian atau penyebaran informasi.
c. Mempermudah transaksi perusahaan atau perseorangan untuk kepentingan
bisnis.
d. Mempermudah penyelesaian tugas-tugas atau pekerjaan.
e. Mempermudah proses komunikasi tidak terhalang waktu dan tempat.
f. Banyaknya penggunaan teknologi informasi membuka lowongan kerja.
Dampak negatifnya berupa:
a. Isu SARA, kekerasan dan pornografi menjadi hal yang biasa.
b. Kemudahan transaksi memicu munculnya bisnis-bisnis terlarang seperti
narkoba dan produk black market atau ilegal.
c. Para penipu dan penjahat bermunculan terutama dalam kasus transaksi online.
d. Munculnya budaya plagiarisme atau penjiplakan hasil karya orang lain.

Perkembangan teknologi yang begitu pesat juga memberi pengaruh luar biasa
terhadap anak-anak maupun orang dewasa. Yang di khawatirkan adalah pengaruh

66

http://www.academia.edu/5793332/DAMPAK_POSITIF_DAN_NEGATIF_PERKEMBAN
GAN_TEKNOLOGI_DARI_USIA_DINI, di unggah pada tanggal 25 April 2015 Pukul 20.00 Wib

Universitas Sumatera Utara

55

teknologi itu mempengaruhi anak-anak, karena anak-anak begitu cepat merespon apa
yang dia lihat. Jika itu teknologi yang bersifat baik, anak tersebut dapat menerapkan
hal-hal yang baik, sebaliknya jika anak tersebut menerima hasil teknologi yang buruk,
maka anak tersebut akan menerapkan hal-hal buruk dikehidupannya.
Apalagi pada saat sekarang anak-anak banyak menggunakan teknologi berupa
internet, Handphone, dan sebagainya. Dapat dicontohkan, banyak orang dewasa
maupun anak-anak dengan mudah mengakses pornografi sehingga memperoleh film
porno dari media internet lalu membuat ke Handphone-nya agar dengan leluasa bisa
berulang-ulang menontonnya. Film porno tersebut dapat memicu anak-anak baik
perempuan maupun laki-laki untuk melakukan seperti apa yang ada di dalam film
porno tersebut, karena film porno tersebut membuat anak-anak tidak dapat
menghindari pikiran-pikiran negatif. Apalagi anak-anak mempunyai pengendalian
diri yang labil, kadang bisa mengendalikan diri dan kadang tidak bisa mengendalikan
diri.
Warjon Tarigan67, menegaskan juga banyaknya beredar film porno yang
diperoleh dari teknologi itu sendiri mengakibatkan terjadinya tindak pidana
pencabulan karena adanya rangsangan dari film tersebut untuk dilakukan oleh anakanak yang rasa ingin tahunya sangat tinggi. Ketika anak tersebut selesai menonton
maka anak tersebut juga mempunyai rasa ingin tahu, bagaimana sih rasanya
melakukan adegan seperti di film porno tersebut?. Ketika rasa keinginan yang tinggi
itu timbul, maka seketika itulah muncul keinginan mencari tempat pelampiasan, dan
67

Warjon Tarigan¸ Op.cit

Universitas Sumatera Utara

56

korban yang menjadi tempat pelampiasan paling mudah diraih adalah anak-anak yaitu
anak perempuan, karena anak perempuan sangat mudah dibujuk, diancam, bahkan
dibunuh sekalian.
Pada saat sekarang, film porno itu tidak hanya dicari melalui media internet,
sekarang sudah banyak dalam bentuk DVD, buku-buku porno yang dijual oleh
oknum-oknum tertentu yang mencari kesempatan saja dan tidak memikirkan dampak
negatifnya terhadap generasi bangsa. Penjual-penjual ini mengincar anak-anak karena
anak-anak mempunyai keinginan lebih tinggi ketimbang orang dewasa, karena orang
dewasa hanya sebagian saja yang berpikir bahwa porno itu tidak baik, sehingga DVD
film porno itu dengan cepat terjual habis.
Kecenderungan dari anak-anak yang masih usia dini yang sudah berpacaran
akan memanfaatkan hasil dari kemajuan teknologi untuk mendapatkan sumber
informasi bagaimana nikmatnya rasa berpacaran itu dan bagaimana cara
pelaksanaannya. Ini kebanyakan dilakukan oleh anak-anak yang tidak paham dan
kurang pengendalian diri untuk menerima kemajuan dari teknologi saat ini.
Teknologi juga mempengaruhi perkembangan pakaian, dimana teknologi
mampu memodifikasi pakaian menjadi lebih indah dipandang mata ketika seseorang
mengenakan pakaian tersebut. Teknologi juga membuat pakaian menjadi lebih
terbuka sehingga sebagian tubuh seseorang kelihatan. Teknologi juga membuat
pakaian waniata menjadi lebih minim dan banyak juga wanita menyukai baju yang
minim hasil modifikasi teknologi tersebut. Akibat pengaruh teknologi yang membuat
pakaian wanita menjadi lebih minim, banyak wanita memakai busana yang begitu

Universitas Sumatera Utara

57

minim dan ketat. Dari pakaian minim dan ketat yang dipakai oleh seorang wanita,
wanita itu tidak sadar bahwa dirinya telah mengundang seseorang untuk berbuat
kejahatan. Seorang pria dewasa atau anak laki-laki normal yang melihat seorang
wanita memakai pakaian minim dan ketat akan terangsang, akibat dari rangsangan itu
mereka mencari tempat pelampiasan keinginan seksuanlnya, dan yang menjadi
sasaran pelampiasan seksual mereka adalah anak perempuan68.
Perkembangan teknologi juga menbawa informasi gaya hidup negara lain
yang menyimpang jauh dari pola etika dan budaya bangsa Indonesia yang
memandang adanya norma-norma di tengah-tengah masyarakat. Sehingga dampak
globalisasi begitu terasa mempengaruhi gaya hidup generasi muda. Informasi yang
diterima dan tidak disaring akan menimbulkan pemikiran yang sempit dan tidak
menjadi kreatif, sehingga pola pikir sempit tadi menimbulkan perilaku buruk yang
dapat dibawa ke tengah masyarakat, perilaku buruk tadi akan berwujud tindak pidana
dan tindak pidana yang bisa terjadi salah satunya adalah pencabulan69. Akibat
ketidakmampuan seseorang menyaring sebuah informasi hasil dari perkembangan
teknologi masa kini membuat seseorang cenderung tidak kreatif, dia tidak tahu
bagaimana merealisasikan pengetahuan yang dia terima dari informasi teknologi
sehingga dia merasa minder dengan orang-orang disekitarnya, ketika dia minder
kepada seseorang, dia akan menutup diri dan berpikir sempit sehingga dia mudah
terpengaruh hal-hal buruk yang tidak sesuai dengan norma-norma di masyarakat.
68

Warjon Tarigan, Ibid
James W.Hutabarat, warga masyarakat jalan Setia Budi No. 299, wawancara langsung pada
tanggal 28 Februari 2015 Pukul. 15.00 Wib sampai selesai
69

Universitas Sumatera Utara

58

Perkembangan teknologi yang begitu pesat mempunyai pengaruh besar
terhadap Indonesia khususnya di Kota Medan, dimana pengaruh dari perkembangan
teknologi tersebut bisa menghilangkan nilai-nilai moralitas dan norma-norma yang
berlaku di tengah-tengah masyarakat, jika nilai-nilai itu hilang akibat teknologi, maka
akan terjadi penyimpangan-penyimpangan perilaku yang dapat mengakibatkan
gejala-gejala sosial seperti tindak pidana pencabulan70.
Tidak terbayangkan jika nilai-nilai moralitas dan norma-norma yang ada di
tengah-tengah masyarakat telah luntur akibat dari penagruh globalisasi teknologi
yang begitu cepat merasuki masyarakat, maka kehidupan masyarakat itu tidak akan
jauh dari gejala-gejala sosial yang timbul dari penyimpangan-penyimpangan perilaku
seseorang.
Muslim Harahap71, juga menjelaskan bawah teknologi menjadi salah satu dari
pemicu terjadinya tindak pidana dimana teknologi mampu memberi dan membawa
informasi begitu cepat sehingga anak-anak yang tidak mampu mengendalikan diri
atau bijaksana dalam menggunakan teknologi akan mengakses beberapa situs negatif
yang akan dimanfaatkannya. Melalu situs negatif itu, si anak akan belajar bagaimana
melakukan hal-hal diluar batas usianya. Ketika anak yang mengakses situs porno, dia
akan melihat dan menonton film porno tersebut sehingga membuat dia terangsang
dan inign melampiaskannya juga. Kemudian dia mencari anak-anak yang tidak

70

James W.Hutabarat, Ibid
Muslim Harahap, Komisioner Bidang pengaduan dan Fasilitasi Pelayanan Komisi
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Daerah Sumut, wawancara langsung pada tanggal 24 Agustus
2015 Pukul 13.00 Wib
71

Universitas Sumatera Utara

59

berdaya karena dia berpikir anak itu tidak akan mampu melawannya atau anak itu
akan mudah dihasut dengan sebuah imbalan.
Kasus pencabulan dari teknologi didapat dari salah satu kasus pencabulan
oleh seorang pria berinisial JMS yang awalnya bermain jejaring sosial Facebook (FB)
dengan seorang mahasiswi. Dimana tersangka mengaku sebagai Judika lalu
berkenalan dengan korban dan kerap kali sikorban mengajak ketemu. Kemudian
tersangka dan korban bertemu sehingga pada pertemuan kedua, tersangka
melancarkan aksinya dengan mengiming-imingi akan bertanggung jawab, kemudian
tersangka berhasil melakukan hubungan intim dengan korban.72
5. Iman
Iman adalah kepercayaan, ketetapan hati73.
Sudah dipastikan bahwa manusia mengenal sang penciptanya, oleh karena itu
manusia menganut suatu agama untuk mengenal penciptanya. Melalui agama yang
dianutnya manusia itu memiliki iman.
Iman dapat menjaga kita dari suatu perbuatan yang tercela, karena melalui
iman, manusia pasti bisa mengendalikan diri jika dia memiliki iman yang kuat, dan
sebaliknya.
Manusia diciptakan oleh penciptanya dengan sempurna dengan memiliki akal
dan pikiran, dengan akal dan pikiran itu manusia akan mampu menelaah atau
menerima/menolak hasil dari interaksi sosial yang terjadi di lingkungan sekitarnya.
72

Tersangka JMS, keterangan tersangka diambil dari BAP saat disidik pada tanggal 5
November 2015
73
Kamus Besar Bahasa Indonesia

Universitas Sumatera Utara

60

Akal

dan

pikiran

tadi

menyatu

di

dalam

perasaan

seseorang sehingga

memumunculkan sebuah iman dalam diri seseorang untuk mengatur sesuatu hal yang
perlu dia percayai atau tidak dipercayai dengan mengambil sebuah kesimpulan.
Iman lemah yang dimiliki seseorang di dalam dirinya, dapat juga melemahkan
seseorang meresapi dan memahami norma-norma agama, sehingga orang tersebut
tidak mampu untuk menilai serta mengamalkan ajaran agama yang dia percayai dan
dapat menimbulkan penyimpangan perilakunya yang melanggar norma-norma agama
dan norma-norma masyarakat sehingga sangat berpengaruh terhadap dirinya untuk
berbuat jahat yang dapat merugikan dirinya sendiri dan juga orang lain yang menjadi
korbannya74.
Ully Lubis75 menegaskan, laporan-laporan yang datang kepada kami (pihak
kepolisian) bahwa pelaku tindak pidana pencabulan itu melakukan tindak pidana
tersebut karena kurangnya iman atau memiliki iman yang lemah. Hawa nafsu
menguasai dirinya dan imannya tidak mampu lagi mencegah dirinya untuk berbuat
tindak pidana. Hanya sedikit melihat lawan jenisnya, hawa nafsunya langsung
menguasai dirinya, sehingga pelaku tersebut memiliki rasa ingin untuk menyetubuhi
lawan jenisnnya. Baik pelaku pencabulan yang dewasa maupun anak-anak, mereka
melakukan niatnya kepada anak perempuan yang dibawah umur agar lebih mudah
karena anak dibawah umur tidak memiliki daya sedikitpun untuk melawan atau
gampang dirayu melalui beberapa rayuan dengan mengajukan beberapa penawaran.

74
75

Warjon Tarigan, Op.cit
Ully Lubis, Op.Cit

Universitas Sumatera Utara

61

Iman yang lemah yang dimiliki oleh seseorang dapat menimbulkan tindak pidana,
baik itu orang dewasa maupun anak-anak. Orang dewasa saja bisa punya iman yang
lemah, apalagi anak-anak, oleh karena itu, semua kembali kepada diri sendiri orang
tersebut.
Adapun kasus pencabulan diawali karena iman yang lemah ialah dilakukan
seorang pria dewasa yang kemudian diinisialkan namanya menjadi S76 melakukan
pencabulan kepada korbannya karena melihat keindahan tubuh korbannya, sehingga
timbul rasa keinginan untuk mencabuli korbannya.
6. Kurang Pengawasan Orangtua
Orangtua merupakan bagian dari keluarga anak. Keluarga adalah lembaga
sosial yang bersifat universal, terdapat di semua lapisan dan kelompok masyarakat di
dunia, merupakan miniatur masyarakat, bangsa dan negara, terbentuk melalui
perkawinan atau ikatan antara dua orang yang berlainan jenis dengan tujuan
membentuk keluarga. Ikatan suami isteri yang didasari niat ibadah diharapkan
tumbuh dan berkembang menjadi keluarga (rumah tangga) bahagia, kekal,
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dan dapat menjadikan masyarakat yang
beriman, bertakwa, berilmu pengetahuan dan berwawasan nusantara77.
Peran serta orangtua di dalam kehidupan sehari-hari terhadap anaknya
sangatlah penting hingga si anak tadi menjadi tumbuh dewasa. Orangtua merupakan

Tersangka ”S” Wawancara langsung via telepon melalui telepon petugas penjaga tahanan
Polresta Medan pada 26 April 2014 Pukul 10.00 Wib
77
Soerjono Soekanto, Sosiologi Keluarga: Tentang Ikhwal Keluarga, Remaja dan Anak,
(Jakarta, Rineka Cipta, 1990), Hal. 22-23
76

Universitas Sumatera Utara

62

sumber didikan yang sangat menjamin atau berpengaruh besar terhadap kelakuan si
anak, dan keberadaan orangtua di sisi anak memiliki integritas tinggi terhadap
pertumbuhan pola pikir si anak.
Orangtua yang berperilaku baik sehari-hari dihadapan si anak, maka secara
langsung sianak akan merasa tenang dan aman serta meniru apa yang telah diperbuat
siorangtuanya tadi. Orangtua yang menimbulkan kehidupan yang harmonis ditengahtengah keluarganya, maka sianak akan merasa bahagia juga.
Pengaruh besar juga terjadinya tindak pidana pencabulan juga datang dari
peranan orangtua itu sendiri. Banyaknya kasus tindak pidana yang terjadi di Kota
Medan ini datang dari anak yang mengalami atau berada di tengah-tengah keluarga
yang kurang baik seperti kelurga yang kurang harmonis (orangtuanya bertengkar),
keluarga pemabuk, keluarga pejudi, orangtua memiliki kesibukan78.
Di sini bukan cuma pelaku saja yang perlu mendapat pengawasan orangtua,
tapi anak perempuan juga harus diawasi terhadap segala aktifitasnya sehari-hari agar
sianak perempuan tidak terjerumus atau menjadi korban tindak pidana pencabulan.
Tommy Sitepu79, mengatakan bahwa orangtua merupakan pengaruh
lingkungan yang pertama didapat oleh seorang anak sebelum anak tersebut mengenal
lingkungan luar disekitar tempat tinggalnya. Oleh karena itu lingkungan pertama
yang dia serap adalah lingkungan keluarga itu sendiri. Keluarga yang baik, yang baik
juga ditiru sianak, dan sebaliknya.

78
79

Ully Lubis, Op.cit
Tommy M. Sitepu, Op.cit

Universitas Sumatera Utara

63

Orangtua juga harus memberikan didikan baik kepada anak perempuannya.
Pada zaman sekarang banyak anak perempuan sudah memakai pakaian yang ketatketat seperti tengtop, rok mini, baju ketat dan lain-lain yang dapat memicu para pria
dewasa bahkan anak laki-laki untuk mengincar mereka dan meluapkan atau
melampiaskan keinginan nafsu birahi mereka akibat terangasang terhadap
penampilan sianak perempuan tadi yang begitu memancing nafsu birahi para pria
dewasa dan anak laki-laki80. Ini yang dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya
tindak pidana pencabulan dimana orangtua salah memberikan didikan dari cara
berpakaian yang baik dan benar yang tidak mengundang bahaya kepada anak
perempuannya.
Orangtua harus benar-benar mengawasi pola pergaulan anaknya baik itu anak
laki-laki maupun anak perempaun. Jangan sampai anak tersebut masuk ke dalam
pergaulan bebas. Orangtua juga harus memberikan kehidupan yang layak bagi
anaknya, jangan sampai si anak merasa kesepian karena kesibukan orangtuanya.
Ketika sianak merasa kesepian karena kurang diperhatikan oleh orangtuanya akibat
dari rutinitas yang padat yang dimiliki orangtuanya, maka sianak akan berusaha
mencari kesibukan sendiri untuk menghilangkan kesepiannya. Disaat sianak mencari
kesibukan untuk menghilangkan kesepiannya, tidak hanya hal baik saja bahkan
banyak hal-hal buruk yang akan mendatanginya baik itu perilaku buruk, perkataan
buruk. Ketika sianak meresap perilaku buruk yang datang dari masyarakat, secara
langsung dia juga akan merealisasikan perilaku buruk itu, dan hal ini juga memicu
80

Tommy M. Sitepu, Op.cit

Universitas Sumatera Utara

64

terjadinya tindak pidana, seperti tindak pidana pencabulan. Dan juga sianak harus
berada di tengah-tengah keluarga yang harmonis agar dia merasa nyaman dan tenang
dengan keberadaannya di tengah keluarga tersebut. Ada anak-anak yang berada di
tengah keluarga yang hancur/bertengkar (Broken home). Situasi ini dapat
menimbulkan keadaan buruk yang dapat membuat dia stress dengan keadaan
orangtuanya yang selalu bertengkar. Sianak akan berusaha keluar dari pertengkaran
yang terjadi dirumahnya, dan bergaul dengan orang-orang diluar rumahnya. Sianak
tidak dapat menilai pergaulan yang dia terima itu baik atau buruk baginya. Dengan
keadaan rumah tangga yang hancur, orangtua sama sekali kurang memperhatikan
pergaulan anaknya diluar, padahal pergaulan bebas siap mendatanginya dan
mengajarkannya hal-hal buruk namun enak untuk dilakukan sianak tersebut. Perilaku
buruk demikian juga termasuk kedalam kategori faktor penyebabnya terjadinya
tindak pidana pencabulan dimana sianak bisa menimbulkan tindak pidana karena
terpicu oleh pergaulan bebas yang dia terima diluar81.
Anak-anak terutama anak perempuan saat melakukan sebuah interaksi dengan
lingkungan sekitarnya, dan para orangtua sering kali lalai dalam mengawasi anaknya
ketika anaknya melakukan aktivitas interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Ketika
anak di luar pengawasan orangtua, disini seorang anak sedang terancam dengan
sebuah tindak pidana seperti tindak pidana pencabulan. Orang jahat akan melihat dan

81

Filma A. Sukatendel, warga masyarakat jalan Bunga Ester No. 78 Medan, wawancara
langsung pada tanggal 1 Maret 2015 Pukul 16.00 Wib sampai selesai

Universitas Sumatera Utara

65

mengikuti pergerakan si anak perempuan tersebut dan pada saat si anak perempuan
tersebut lengah, maka orang jahat tersebut akan melakukan kejahatannya82.
Kelengahan orangtua dalam mengawasi anaknya terjadi pada kasus
pencabulan yang dilakukan oleh 3 (tiga) orang anak terhadap seorang anak
perempuan dibawah umur. Ketiga anak pelaku tersebut adalah berinisial D, R, dan K.
Ketiga pelaku ini membawa korban ke belakang salah satu rumah dilingkungannya
dan kejadian itu tidak diketahui oleh kedua orangtua korban sehingga pelaku bebas
mencabuli korbannya83.
Contoh lain kasus pencabulan dari faktor ini adalah dari pelaku pencabulan
yang berinisial J dan HE, yang melakukan kejahatannya dengan cara membujuk dan
memberi uang kepada korban dan hal itu tidak diketahui sama sekali oleh orangtua
korban84.
7. Pelaku Di bawah Pengaruh Minuman Keras
Sama seperti dengan nartkotika, minuman keras juga menjadi faktor penyebab
terjadinya tindak pidana pencabulan di Kota Medan. Minuman keras yang
mengandung alkohol bisa membuat seseorang mabuk atau tidak mampu
mengendalikan dirinya sendiri.

82

Muslim Harahap, Op.cit
Tersangka D,R, dan K, keterangan tersangka diambil dari BAP pada saat disidik pada
tanggal 3 Juli 2015
84
Tersangka J dan HE, keterangan tersangka diambil dari BAP pada saat disidik pada tanggal
5 November 2015
83

Universitas Sumatera Utara

66

Pada saat ini banyak jenis-jenis minuman keras bermunculan di tengah-tengah
masyarakat, dan para pemakainya bukan hanya orang dewasa saja tetapi juga
menyentuh para anak-anak dibawah umur.
Anak-anak yang meminum minuman keras itu bisa menimbulkan tindak
pidana khususnya tindak pidana pencabulan karen efek samping minuman keras
tersebut telah membuatnya tidak sadar diri sehingga apa yang dia perbuat bisa
membuat kerugian pada dirinya sendiri85.
Seseorang ada juga yang menggunakan minuman keras untuk mencabuli
lawan jenis. Pemakain minuman keras membuatnya berani untuk melakukan tindak
pidana pencabulan tadi karena minuman keras itu membuat dia berani dan tidak
merasakan yang namanya malu untuk melakukan kejahatan itu karena ilusi yang
ditimbulkan oleh minuman keras cukup keras86.
8. Tidak Ada Pekerjaan atau Kesibukan
Pengangguran mempengaruhi secara langsung munculnya kriminalitas di
Kota Medan. Orang dewasa yang tidak mampu mencari pekerjaan untuk
mengekspresikan keahliannya menambah jumlah pengangguran bahkan datang juga
dari anak-anak yang dari kalangan orang miskin dimana keluarganya tidak mampu
untuk memberinya pendidikan yang layak. Sehingga sianak hanya berdiam diri
dirumah dan tidak tahu mau berbuat apa87.

85

Warjon Tarigan, Op.cit
Warjon Tarigan, Ibid
87
Tommy M. Sitepu, Op.cit
86

Universitas Sumatera Utara

67

Ketika seseorang tidak memiliki kesibukan di dalam kehidupan sehariharinya, akan membuat pikirannya jenuh. Dengan keadaan jenuh itu, hanya pikiran
negatif saja yang ada di dalam pikirannya. Pikiran negatif itu akan membuatnya
berperilaku buruk dan selalu mempunyai pikiran kotor. Apalagi ketika dia berdiam
diri dan melihat lawan jenisnya lewat dari hadapannya, maka akan timbul pikiran
kotor tersebut dalam bentuk tindak pidana yaitu cara untuk bergumul dengan lawan
jenisnya tadi. Disinilah awal terbentuknya tindak pidana pencabulan itu ketika
seseorang tidak mempunyai pekerjaan atau kesibukan yang membuat pikiran jenuh
dengan keadaannya yang berdiam diri saja88.
9. Peranan Korban
Manusia memiliki ciri khas atau karakterisktik pribadi yang berbeda-beda di
kehidupannnya sehari-hari. Ciri khas atau karakteristik pribadi itu akan diketahui
orang lain saatnya melakukan interkasi sosial, baik itu mulai dari anak-anak bahkan
orang dewasa.
Ciri khas atau karakteristik tersebut ternyata juga menjadi pemicu timbulnya
tindak pidana. Tindak pidana itu terjadi dikarenakan ada ciri khas atau karakteristik
yang dimiliki seseorang bertentangan dengan masyarakat atau tidak diterima
masyarakat. Ciri khas atau karakteristik tersebut telah menjadi faktor penyebab
terjadinya tindak pidana pencabulan di Kota Medan.
Tindak pidana pencabulan itu bisa timbul karena pengaruh dari korban itu
sendiri. Dimana korban itu sendiri mempunyai sebuah ciri khas atau karakteristik
88

Warjon Tarigan, Op.cit

Universitas Sumatera Utara

68

yang suk