Bab III Retribusi bab iii retribusi

BAB III
POTENSI DASAR PENDAPATAN ASLI DAERAH

3.1.

Dinas Kelautan dan Perikanan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) sektor perikanan dan kelautan DIY bersumber dari

berbagai aktivitas di UPTD Dinas Kelautan dan Perikanan (Dislautkan) DIY. Dislautkan DIY
dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2001, Jo Peraturan Daerah Nomor 3
Tahun 2004 tentang Pembentukan dan Organisasi Dinas Daerah di Lingkungan Pemerintah
Provinsi Daerah Yogyakarta. Dislautkan mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintah
daerah di bidang kelautan dan perikanan, kewenangan dekonsentrasi serta pembantuan yang
diberikan oleh pemerintah. Terkait dengan PAD, fungsi Dinas Kelautan dan Perikanan seperti
yang dituangkan dalam situs resminya adalah sebagai pelaksana koordinasi perizinan di bidang
kelautan dan perikanan, pengujian dan pengawasan muut perikanan, pelayanan umum sesuai
kewenangannya, dan pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan
fungsi dan tugasnya.
Sesuai dengan struktur organisasi Dinas Kelautan dan Perikanan DIY, satuan kerja
yang ada di Dinas Kelautan dan Perikanan terdiri atas satu kesekretariatan, tiga bidang (bidang
kelautan dan pesisir, perikanan, dan bina usaha), dan 2 Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)

yaitu UPTD Balai Pengembangan Teknologi Kelautan dan Perikanan (BPTKP) berkedudukan
di Cangkringan, Kabupaten Sleman dan UPTD Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sadeng, di
Kecamatan Girisubo, Kabupaten Gunungkidul. Unit kerja penghasil PAD di Dinas Kelautan
dan Perikanan DIY berasal dari UPTD BPTKP, UPTD PPP, dan kantor Dinas Kelautan dan
Perikanan. Penyumbang terbesar PAD di Dinas Perikanan adalah UPTD BPTKP sehingga
UPTD BPTKP merupakan tulang punggung sumber penerimaan PAD di sektor Perikanan dan
Kelautan DIY.
Penarikan PAD di Dinas Kelautan dan Perikanan diatur berdasarkan Peraturan Daerah
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Usaha yang ditindaklanjuti dengan Peraturan
Gubernur Nomor 8 Tahun 2013 tentang Perubahan Tarif Retribusi Jasa Usaha dan Peraturan
Daerah Nomor 13 Tahun 2011 tentang Retribusi Perizinan Tertentu yang kemudian
ditindaklanjuti dengan Peraturan Gubernur Nomor 10 Tahun 2013 tentang Perubahan Tarif

61

Retribusi Perizinan Tertentu. Retribusi jasa usaha di Dinas Kelautan dan Perikanan DIY terdiri
atas retribusi pemakaian kekayaan daerah (sewa penggunaan lahan, jasa sertifikasi pengawasan
mutu hasil perikanan di LPPMHP, dan jasa pengujian laboratoium di BPTKP), retribusi jasa
usaha (pengelolaan pelabuhan perikanan pantai), retribusi penjualan produksi usaha daerah di
unit kerja budidaya air tawar, payau, dan laut, sedangkan retribusi perizinan tertentu meliputi

izin usaha perikanan (SIUP, SIPI, dan SIKPI). Penjelasan rinci mengenai unit penghasil PAD
dan sumber penerimaannya adalah sebagai berikut:
3.1.1. Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Pengembangan Teknologi Kelautan dan
Perikanan.
Balai Pengembangan Teknologi Kelautan dan Perikanan (BPTKP) adalah salah satu
Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) pada Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY). Balai Pengembangan Teknologi Kelautan dan Perikanan memiliki tugas
dan fungsi yang tercantum dalam Peraturan Gubernur Nomor 39 Tahun 2008 tentang Rincian
Tugas dan Fungsi Dinas dan Unit Pelaksana Teknis pada DInas Kelautan dan Perikanan.
BPTKP bertugas menyelenggarakan pengembangan teknologi budidaya air Tawar, air payau,
dan air laut. Dalam melaksanakan teknis operasional, BPTKP mengelola kegiatan
pengembangan budidaya air tawar, air payau dan air laut. Tugas utama BPTKP adalah di bidang
perbenihan dan pengelolaan induk atau calon induk ikan/udang serta pengembangan dan
penerapan teknologi budidaya. Selain itu, BPTKP juga memberikan layanan teknis
pengendalian hama dan penyakit ikan (HPI). Dalam melaksanakan tugasnya, BPTKP memiliki
tujuh unit kerja yaitu: Unit Kerja Budidaya Air Tawar (UK BAT) sebanyak empat unit, Unit
Kerja Budidaya Air Payau (UK BAP) sebanyak dua unit, dan Unit Kerja Budidaya Air Laut
(UK BAL) sebanyak unit. Unit Kerja Budidaya Air Tawar (UK BAT) meliputi UK BAT
Cangkringan, Wonocatur, Sendangsari, dan Bejiharjo. Unit Kerja Budidaya Air Payau (UK
BAP) meliputi UK BAP Samas dan UK BAT Congot, sedangkan Unit Kerja Budidaya Air Laut

(UK BAL) adalah UK BAL Sundak.
1.

Unit Kerja Budidaya Air Tawar (UK BAT) Cangkringan
Unit Kerja Budidaya Air Tawar (UK BAT) Cangkringan terletak di Desa Argomulyo,

Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. UK BAT Cangkringan memiliki lahan seluas 7,5
ha dengan kolam yang dimiliki seluas 4,5 ha. Jumlah karyawan yang ada di UK BAT
Cangkringan pada tahun 2013 adalah sebanyak 12 orang yang terdiri atas 10 orang Pegawai

62

Negeri Sipil (PNS) dan 2 orang tenaga honorer (PTT). Rincian fasilitas yang ada di UK BAT
Cangkringan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1.
Fasilitas di UK BAT Cangkringan
No.
Peruntukan
1. Kolam
2. Bak

3. Gedung
4. Bangsal kerja
5. Laboratorium
6. Pasar ikan petani
7. Conical tank
8. Jalan aspal, parkir, halaman
Sumber: Laporan Tahunan BPTKP, 2008

Jumlah (buah)
103
122
26
2
3
1
2
1

Luas
4,7179 ha

1.826 m 2
1.251,5 m 2
433,8 m 2
211 m 2
220 m 2
20 m 3
300m2 x 2

Keterangan
Kondisi baik
Kondisi baik
Kondisi baik
Kondisi baik
Kondisi baik
Kondisi baik
Kondisi baik
Kondisi baik

Penerimaan PAD di UK BAT Cangkringan bersumber pada retribusi penjualan
produksi usaha daerah dan penyewaan aset. Produk yang dijual UK BAT Cangkringan meliputi

penjualan induk, benih, telur, dan ikan konsumsi. Komoditas ikan yang dihasilkan selama
periode 2007-2013 diantaranya adalah ikan mas, nila merah, nila hitam, tawes, gurami, lele,
grass carp, udang galah, dan lobster. Total benih yang diproduksi UK BAT Cangkringan pada
tahun 2013 adalah sebanyak 5.374.450 ekor yang terdiri atas benih ikan mas (2.376.500 ekor),
nila merah (2.948.650 ekor), dan nila hitam (49.300 ekor), sedangkan ikan konsumsi yang
dijual adalah nila hitam sebanyak 2.500 kg. Dari sisi produksi benih, terjadi peningkatan
produksi dibandingkan tahun sebelumnya dimana jumlah produksi pada tahun 2012 adalah
sebanyak 3.716.643 ekor. Namun jika dilihat dari penjualan induk, terjadi penurunan yang
signifikan dimana pada tahun 2013 UK BAT Cangkringan tidak memproduksi induk. Hal
tersebut berbeda dengan pola penerimaan pada tahun-tahun sebelumnya dimana UK BAT
Cangkringan selalu memproduksi induk dan benih ikan, bahkan produksi induk UK BAT
Cangkringan pernah mencapai 5.344 kg pada tahun 2009.

63

Gambar 3.1.
Target dan Capaian Penerimaan PAD UK BAT Cangkringan, 2006-2013
300,000,000

180

160

159
250,000,000

145

140

200,000,000

120
100

100

150,000,000

104


101

96

100 100
80

100,000,000

60
40

50,000,000
20
-

2006

Target (Rp)


2007

2008

Realisasi (Rp)

2009

2010

2011

Persentase (%)

2012

2013

Poly. (Realisasi (Rp))


Sumber: Laporan Tahunan BPTKP, 2007-2013 (diolah)
Target PAD yang dibebankan kepada UK BAT Cangkringan selama periode 2006-2013
dapat dikatakan selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hanya pada tahun 2010 dan
2011, tidak terjadi peningkatan target PAD. Target PAD yang dibebankan pada tahun 2006
adalah sebesar Rp160.002.200 dan meningkat menjadi Rp250.700.000 pada tahun 2013. Ratarata peningkatan target PAD selama periode 2006-2013 adalah sebesar 7% per tahun, bahkan
pada tahun 2012 dan 2013 pertumbuhan target PAD yang dibebankan pada UK BAT
Cangkringan mencapai 21%. Penerimaan PAD di UK BAT Cangkringan dapat dikatakan
cenderung fluktuatif dimana pada tahun 2009, 2011, dan 2013 mengalami pertumbuhan
penerimaan, sedangkan pada tahun 2007, 2008, 2010, dan 2012 mengalami penurunan
penerimaan. Secara agregat, rata-rata peningkatan penerimaan PAD UK BAT Cangkringan
adalah sebesar 11,19% (realisasi penerimaan tahun 2006 sebanyak Rp160.680.500 dan tahun
2013 sebanyak Rp250.774.00) dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu
sebesar 58,1%, sedangkan penurunan terbesar terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 30,58%.
Penurunan tersebut disebabkan adanya erupsi Gunung Merapi yang mengakibatkan banyak
induk dan benih yang mengalami kematian karena debu erupsi. Jika dilihat dari rasio antara
target dan realisasi penerimaan PAD, UK BAT Cangkringan selalu mencapai target yang
dibebankan dengan rasio pencapaian tertinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 159,1%
(target sebesar Rp170.000.000 dan realiasai sebesar Rp270.476.800). Hanya pada tahun 2008,
64


UK BAT Cangkringan tidak mampu mencapai target dimana rasionya hanya sebesar 95,73%
(target sebesar Rp164.000.000 dan realisasi sebesar Rp157.000.000).

Dengan demikian,

dengan trend pertumbuhan yang positif dan sumbangan yang cukup besar terhadap pendapatan
asli daerah, UK BAT Cangkringan diharapkan mampu mempertahankan atau meningkatkan
perfoma kerja untuk peningkatan mutu hasil produksi dan sumbangan yang lebih besar
terhadap pendapatan asli daerah.
2.

Unit Kerja Budidaya Air Tawar (UK BAT) Wonocatur
Pada awalnya Unit Kerja Budidaya Air Tawar (UK BAT) Wonocatur berlokasi di Desa

Tegalmulyo, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul dengan luas lahan sekitar 2 hektar,
namun pada bulan Juli 2008 lokasi Unit Kerja BAT Wonocatur pindah ke Desa Argomulyo,
Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. UK BAT Wonocatur menempati sebagian dari
area UK BAT Cangkringan tepatnya di bagian barat. UK BAT Wonocatur menempati tanah
seluas 1,155 hektar, yang terdiri atas lahan untuk perkolaman 0,575 ha, lahan hatchery, gudang
pupuk dan kapur serta bangunan kantor 0,192 ha dan untuk lain-lain 0,388 ha. Kondisi kolam
secara umum dapat dikatakan baik dengan bangunan permanen dan berdinding
tembok/beton.Pelaksanaan kegiatan teknis dan administrasi di UK BAT Wonocatur didukung
oleh 5 karyawan yang semuanya berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Penerimaan PAD di UK BAT Wonocatur bersumber pada penjualan produksi usaha
daerah. Produk yang dijual UK BAT Wonocatur meliputi penjualan induk, ikan konsumsi, dan
benih ikan. Komoditas ikan yang diproduksi selama periode 2007-2013 adalah ikan mas, nila
hitam, nila merah, lele, dan tawes. Setelah adanya reorientasi produksi yang dilakukan oleh
Dinas Kelautan dan Perikanan DIY, UK BAT Wonocatur difokuskan untuk memproduksi
komoditas lele (induk dan benih). Total induk yang dihasilkan UK BAT Wonocatur pada tahun
2013 adalah sebanyak 467 kg (lele), sedangkan total benih yang diproduksi adalah sebanyak
2.029.250 ekor yang terdiri atas benih lele (1.974.250 ekor), nila hitam (40.000 ekor), dan nila
merah (15.000 ekor). Produksi benih pada tahun 2013 mengalami kenaikan jika dibandingkan
produksi tahun 2012 yang hanya berjumlah 1.707.000 ekor. Produksi benih tertinggi yang
dihasilkan UK BAT Wonocatur terjadi pada tahun 2011 dengan produksi sebanyak 2.642.750
ekor, sedangkan produksi induk tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu sebanyak 1.164 kg.

65

Gambar 3.2.
Target dan Capaian Penerimaan PAD UK BAT Wonocatur, 2006-2013
300

45,000,000
277

40,000,000

250
35,000,000
200

30,000,000
25,000,000

15,000,000

150

142

20,000,000
102

103

100

101

109

101

100

10,000,000
50
5,000,000

-

2006

Target (Rp)

2007

2008

Realisasi (Rp)

2009

2010

2011

Persentase (%)

2012

2013

Poly. (Realisasi (Rp))

Sumber: Laporan Tahunan BPTKP, 2007-2013 (diolah)
Penerimaan PAD yang ditargetkan kepada UK BAT Wonocatur selama tahun 20062011 tidak mengalami peningkatan yaitu hanya sebesar Rp15.000.000, peningkatan target
PAD baru terjadi pada tahun 2012 menjadi Rp20.000.000, kemudian meningkat menjadi
Rp29.000.000 pada tahun 2013. Penerimaan PAD di UK BAT Wonocatur selama tahun 20062010 cenderung stagnan yaitu pada kisaran angka Rp15.066.000.000-15.456.000. Kenaikan
penerimaan PAD secara signifikan terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar Rp41.506.350
(173,12%), kemudian mengalami penurunan pada tahun 2012 menjadi Rp28.440.000 (31,48%), dan meningkat kembali menjadi Rp31.485500 (10,78%). Rata-rata peningkatan
target selama tahun 2006-2013 adalah sebesar 11,16%, sedangkan rata-rata peningkatan
realisasi penerimaan adalah sebesar 21,63%. Jika dilihat dari rasio antara target dan realisasi
penerimaan PAD, UK BAT Wonocatur selalu mencapai target yang dibebankan dengan rasio
pencapaian tertinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 276,71% (target sebesar
Rp15.000.000 dan realiasai sebesar Rp41.506.250), sedangkan rasio pencapaian terendah
terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 100,44% (target sebesar Rp15.000.000 dan realisasi
sebesar Rp15.066.000).

66

3.

Unit Kerja Budidaya Air Tawar (UK BAT) Bejiharjo
Unit Kerja Budiddaya Air Tawar (UK BAT) Bejiharjo berada di Dusun Gelaran, Desa

Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul. UK BAT Bejiharjo memiliki
luas lahan seluas 1,8 Ha yang terdiri atas bangunan dan gedung kantor seluas 0,7 Ha dan kolam
seluas 1,1 Ha. Tenaga kerja berjumlah 4 orang, terdiri dari 1 orang PNS dan 3 orang tenaga
honorer. Rincian fasilitas yang ada di UK BAT Bejiharjo adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2.
Fasilitas di UK BAT Bejiharjo
No.

Peruntukan

1. Kolam pendederan
2. Kolam induk
3. Kolam penetasan
4. Kolam pemijahan
5. Kolam penampungan benih
6. Bak pembenihan
7. Bak filter
8. Rumah jaga
9. Kantor
10. Gudang pakan
11. Kolam Tandon
12. Pagar Keliling
13. Pagar Kantor keliling
14. Gudang Pupuk
Sumber: Laporan Tahunan BPTKP, 2008

Jumlah
(buah)
11
7
4
1
6
2
1
1
1
1
1
1 unit
1 unit
1

Luas (m 2)

Keterangan

5.500
3000
123,2
65
144
6
50
72
99
60
500

Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
baik
baik

180
30

Penerimaan PAD di UK BAT Bejiharjo bersumber pada penjualan produksi usaha
daerah. Produk yang dijual di UK BAT Bejiharjo diantaranya adalah induk, ikan konsumsi,
dan benih. Komoditas ikan yang diproduksi selama periode 2007-2013 adalah ikan mas, nila
hitam, nila merah, tawes, dan lele. Setelah adanya reorientasi produksi yang dilakukan oleh
Dinas Kelautan dan Perikanan DIY, UK BAT Bejiharjo difokuskan untuk memproduksi
komoditas lele (induk dan benih). Produksi induk tertinggi di UK BAT Bejiharjo terjadi pada
tahun 2010 yaitu sebanyak 577 kg, sedangkan produksi ikan konsumsi hanya terjadi pada tahun
2007 yaitu sebanyak 102,75 kg (tahun 2008-2013 tidak memproduksi ikan konsumsi). Dari sisi
produksi benih, produksi puncak terjadi pada tahun 2011 yaitu sebanyak 3.273.300 ekor,
sedangkan produksi terendah terjadi pada tahun 2007 yang hanya memproduksi benih
sebanyak 345.500 ekor. Pada tahun 2013, produksi induk adalah sebanyak 255 kg (khusus lele),
sedangkan produksi benih di UK BAT Bejiharjo sebanyak 3.08.000 ekor dengan komoditas
67

lele menyumbang produksi tertinggi yaitu sebanyak 1.288.000 ekor, diikuti tawes sebanyak
917.000 ekor, ikan mas (848.000 ekor), dan nila merah (28.000 ekor). Produksi benih pada
tahun 2013 masih di bawah produksi puncak, namun jika dibandingkan produksi pada tahun
2012 yang hanya 2.617.000 ekor yang mana berartoi telah terjadi kenaikan produksi benih
sebanyak 464.000
Gambar 3.3.
Target dan Capaian Penerimaan PAD UK BAT Bejiharjo, 2006-2013
180

50,000,000
164

45,000,000

160

40,000,000

140

35,000,000
30,000,000

103

120

112
101

104

109

103

101 100

25,000,000
80

20,000,000

60

15,000,000
10,000,000

40

5,000,000

20
-

2006
Target

2007

2008
Realisasi

2009

2010

Persentase (%)

2011

2012

2013

Poly. (Realisasi)

Sumber: Laporan Tahunan BPTKP, 2007-2013 (diolah)
Rata-rata pertumbuhan target PAD yang dibebankan kepada UK BAT Bejiharjo selama
periode 2007-2013 adalah sebesar 24,61% dengan pertumbuhan target tertinggi terjadi pada
tahun 20o9 yaitu sebanyak 100%. Target PAD pada tahun 2006 adalah sebesar Rp11.016.000,
pada tahun 2008 target meningkat menjadi Rp12.500.000, kemudian meningkat 100% menjadi
Rp25.000.000 pada tahun 2009, hingga kemudian meningkat menjadi Rp41.000.000 pada
tahun 2013. Dari sisi penerimaan PAD, realisasi penerimaan PAD pada tahun 2006 adalah
sebesar Rp11.348.000 hingga kemudian meningkat menjadi Rp41.609.500 pada tahun 2013.
Rata-rata pertumbuhan realisasi PAD selama periode 2006-2013 adalah sebesar 25,34%,
dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu sebanyak 106,23%. Kenaikan
pertumbuhan realisasi penerimaan yang tinggi pada tahun tersebut berjalan seiring dengan
kenaikan target PAD yang signifikan (100%) sehingga dapat disimpulkan selama periode
tersebut bahwa kenaikan realisasi penerimaan PAD di UK BAT Bejiharjo bergantung pada
68

target yang ditetapkan.Jika dilihat dari rasio antara target dan realisasi penerimaan PAD, UK
BAT Bejiharjo selalu mencapai target yang dibebankan dengan rasio pencapaian tertinggi
terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 163,84% (target sebesar Rp25.000.000 dan realisasi
sebesar Rp40.959.100), sedangkan rasio pencapaian terendah terjadi pada tahun 2008 yaitu
sebesar 101,34% (target sebesar Rp12.500.000 dan realisasi sebesar Rp12.667.000).
4.

Unit Kerja Budidaya Air Tawar (UK BAT) Sendangsari
Unit Kerja Budidaya Air Tawar (UKBAT) Sendangsari merupakan salah satu unit kerja

Budidaya Air Tawar UPTD BPTKP pada Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa
Yogyakarta yang memiliki tugas pokok dan fungsi sebagai pusat pengembangan budidaya air
tawar khususnya untuk komoditas gurame. UK BAT Sendangsari berada di Desa Sendangsari,
Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo dan dibangun pada tahun 1980 dengan sumber
Anggaran Proyek Bangun Desa. UK BAT Sendangsari berada pada ketinggian 200 m dpl
dengan luas areal seluruhnya adalahsebesar 2,5 Ha yang meliputi bangunan kolam seluas 1,7
Ha dan sisanya seluas 0,8 Ha digunakan untuk bangunan kantor, gudang, dan pekarangan.
Tenaga kerja berjumlah 6 orang. Rincian fasilitas yang ada di UK BAT Sendangsari adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.3.
Fasilitas di UK BAT Sendangsari
No.
Peruntukan
Jumlah (buah)
1.
Kolam
24
2.
Kolam permanen
10
3.
Bak
10
4.
Bak pengendapan
1
5.
Hatchery
1
6.
Kantor BBI
1
7.
Rumah dinas
1
8.
Gudang
1
9.
Pagar duri
1
10. Gudang Pupuk
1
Sumber: Laporan Tahunan BPTKP, 2008

Luas total
1,8 ha
100 m2
100 m 2
20 m 3
60 m2
105 m2
70 m2
12 m2
1200 m2
33 m2

Keterangan
Baik
Baik
Baik
Rusak
Baik
Baik
Baik
baik
Baik
Baik

Penerimaan PAD di UK BAT Sendangsari bersumber pada penjualan produksi usaha
daerah. Produk yang dijual di UK BAT Sendangsari diantaranya adalah ikan konsumsi, induk,
benih, dan telur ikan.Komoditas ikan yang diproduksi selama periode 2007-2013 diantaranya
adalah ikan mas, tawes, nila hitam, nila merah, lele, dan gurami.Khusus untuk telur, semua
produk yang dijual merupakan telur gurami. Setelah adanya reorientasi produksi yang
69

dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan DIY, UK BAT Sendangsari difokuskan untuk
memproduksi komoditas gurami (induk, benih dan telur). Pada periode 2007-2103, produksi
benih tertinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu sebanyak 3.307.900 ekor, sedangkan produksi
terendah terjadi pada tahun 2007 yaitu sebanyak 155.225 ekor. Untuk induk, produksi tertinggi
terjadi pada tahun 2010 yaitu sebanyak 2.149 kg, namun produksi induk tidak kontinyu setiap
tahun dimana produksi induk hanya terjadi pada tahun 2008, 2010, dan 2012. Produksi ikan
konsumsi tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebanyak 519 kg, sama seperti produk induk,
produksi ikan konsumsi juga tidak kontinyu setiap tahun dengan produksi hanya terjadi pada
tahun 2007, 2008, dan 2013. Produksi telur gurami di UK BAT Sendangsari dimulai pada tahun
2010 dengan produksi sebanyak 269.300 telur dan berlanjut hingga tahun 2013 dengan
produksi sebanyak 332.800 telur. Pada tahun 2013, UK BAT Sendangsari hanya memproduksi
benih, ikan konsumsi, dan telur ikan. Produksi benih pada tahun 2013 adalah sebanyak 385.650
ekor (gurami sebanyak 209.250 ekor dan nila hitam sebanyak 176.400 ekor), produksi ikan
konsumsi sebanyak 78 kg dimana seluruhnya adalah komoditas nila hitam, dan produksi telur
gurami sebanyak 332.800 telur.
Gambar 3.4.
Target dan Capaian Penerimaan PAD UK BAT Sendangsari, 2006-2013
115

50,000,000
114

45,000,000

110

40,000,000
35,000,000
30,000,000

106

105

25,000,000
20,000,000

100

100

101

105

101

100 100

15,000,000
10,000,000

95

5,000,000
0

90
2006
Target

2007

2008
Realisasi

2009

2010
Persentase (%)

2011

2012

2013

Poly. (Realisasi)

Sumber: Laporan Tahunan BPTKP, 2007-2013 (diolah)
Target PAD yang dibebankan kepada UK BAT Sendangsari selama tahun 2006-2011
tidak mengalami peningkatan yang signifikan yaitu hanya berkisar antara Rp30.000.000-

70

35.000.000 dengan target PAD selama tahun 2009-2011 tidak mengalami peningkatan yaitu
hanya sebesar Rp35.000.000. Target PAD kemudian naik 11,43% pada tahun 2012 menjadi
Rp39.000.000 dan pada tahun selanjutnya meningkat 12,82% menjadi Rp44.000.000. Pola
realisasi penerimaan PAD di UK BAT Sendangsari juga mengikuti pola target PAD yang
dibebankan dimana penerimaan PAD berkisar antara Rp31.513.000-37.178.000. Kenaikan
penerimaan PAD secara signifikan terjadi pada tahun 2012 yaitu menjadi Rp44.319.000
(19,08%), kemudian mengalami penurunan pada tahun 2013 menjadi Rp44.084.000 (-0,53%).
Nila rata-rata peningkatan target PAD dan realisasi penerimaan selama periode 2006-2013 di
UK BAT Sendangsari dapat dikatakan sama dimana rata-rata peningkatan target PAD adalah
sebesar 4,86%, sedangkan rata-rata peeningkatan realisasi penerimaannya sebesar 4,90%. Jika
dilihat dari rasio antara target dan realisasi penerimaan PAD, UK BAT Sendangsari selalu
mencapai target yang dibebankan dengan rasio pencapaian tertinggi terjadi pada tahun 2012
yaitu sebesar 113,64% (target sebesar Rp39.000.000 dan realisasi sebesar Rp44.319.000),
sedangkan rasio pencapaian terendah terjadi pada tahun 2006 yang hanya sebesar 100,00%
(target sebesar Rp32.004.400 dan realisasi sebesar Rp32.005.000).
5.

Unit Kerja Budidaya Air Payau (UK BAP) Samas
Unit Kerja BAP Samas sebelumnya bernama Balai Benih Udang Galah (BBUG)

Samas, yang dibangun pada tahun 1983/1984 melalui Anggaran APBN (Direktorat Jenderal
Perikanan, Departemen Pertanian) dan mulai beroperasional pada tahun 1985. Sesuai dengan
SOTK tahun 2009 nama Balai Benih Udang Galah (BBUG) Samas diganti menjadi Unit Kerja
Budidaya Air Payau (UKBAP) Samas. UK BAP Samas mempunyai lahan seluas 5,5 Ha yang
terletak di tepi pantai Samas dengan topografis berupa dataran pasir. UK BAP Samas terletak
di

Dusun Ngepet, Desa Srigading, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul. Unit Kerja

Budidaya Air Payau (UK BAP) Samas sebagai salah satu pusat hatchery udang galah
memproduksi benih yang unggul, untuk memenuhi kebutuhan benih petani khususnya di
Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam rangka meningkatkan produksi benih yang bermutu baik
dan kontinyu, UK BAP Samas senantiasa melakukan kerjasama penelitian (cooperative
breeding system/ CBS ) dengan Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air
Tawar (LRPTBPAT) Sukamandi yang berada dalam struktur organisasi Kementerian Kelautan
dan Perikanan (KKP).
Pada awal tahun 2012 induk dan calon induk udang galah di UK BAP Samas terinfeksi
virus MrNV (Macrobrachium roserbergii Noda Virus). Berdasarkan uji laboratorium dan
rekomendasi dari Laboratorium Hama dan Penyakit Ikan Jurusan Perikanan Universitas Gajah
71

Mada dan dan Laporan Hasil Uji Laboratorium Uji BBPBAP Jepara, maka induk dan calon
induk harus dimusnahkan dengan cara dibakar kemudian dikubur. Pemusnahan induk udang
galah sebanyak 2.200 ekor (219 kg) dilakukan pada tanggal 22 Maret 2012. Unit Kerja BAP
Samas terhitung sejak tahun 2013 sudah menjalin kerjasama dengan pihak perguruan
tinggi/akademisi dalam rangka pemuliaan udang galah, yaitu Jurusan Perikanan dan Fakultas
Biologi UGM. Kerjasama ini diharapkan bersifat saling menguntungkan dan bersinergi
sehingga kegiatan pemuliaan udang galah di UK BAP Samas dapat berjalan lancar. Segala
bentuk kerjasama yang sudah terjalin diharapkan dapat terus berjalan, dan dapat menghasilkan
sesuatu yang lebih berguna kepada para pelaku budidaya udang galah di Daerah Istimewa
Yogyakarta. Pada tahun 2008, karyawan UK BAP Samas berjumlah 13 orang yang seluruhnya
berstatus PNS. Menurut pendidikannya, karyawan di UK BAP Samas yang berpendidikan S1
sebanyak 3 orang, sarjana muda sebanyak 2 orang, SMAsebanyak 2 orang, dan SMP sebanyak
6 orang. Rincian fasilitas yang ada di UK BAP Samas adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4.
Fasilitas di UK BAP Samas
No.
Uraian
1.
Rumah Hatchery
2.
Kantor
3.
Rumah pimpinan
4.
Laboratorium
5.
Aula
6.
Rumah jaga
7.
Rumah jaga
8.
Rumah genset
9.
Rumah pumpa air
10. Kolam biokrit
11. Kolam pembesaran
12. Kolam pematang induk
13. Pagar tembok. T. 1,5 m P. 105 m
Sumber: Laporan Tahunan BPTKP, 2008

Luas (m²)
500
54
114
100
170
36
70
12
9
2000
2500
500
-

Jumlah
2 unit
1 unit
1 unit
1 unit
1 unit
3 unit
2 unit
1 unit
3 unit
2 unit
3 unit
7 unit
1 unit

Komoditas yang diproduksi di UK BAP Samas hanya udang galah dengan variasi
produk yang dijual adalah larva, udang galah konsumsi, induk, calon induk, juvenile, dan
tokolan. Selama periode 2007-2013, produksi larva tertinggi terjadi pada tahun 2011 dengan
produksi sebanyak 10.720.000 larva, sedangkan produksi terendah terjadi pada tahun 2008
yang hanya memproduksi sebanyak 800.000 larva. Hanya pada tahun 2012, UK BAP Samas
tidak memproduksi larva. Produksi udang galah konsumsi di UK BAP Samas hanya
berlangsung pada periode 2007-2012, sedangkan pada tahun 2013, UK BAP Samas tidak
72

memproduksi udang galah konsumsi. Produksi udang galah konsumsi tertinggi terjadi pada
tahun 2008 dengan produksi sebanyak 60 kg, sedangkan produksi terendah terjadi pada tahun
2010 yaitu sebanyak 20 kg. Produksi induk udang galah di UK BAP Samas hanya berlangsung
selama tiga tahun (2007-2009) dengan produksi tertinggi terjadi pada tahun 2007 dan 2008
yaitu sebanyak 140 kg dan produksi tersebut kemudian menurun menjadi 28 kg pada tahun
2009. Produksi calon induk di UK BAP Samas hanya berlangsung pada tahun 2007 dan 2008
dengan produksi masing-masing sebanyak 200 kg. Produksi tokolan udang galah di UK BAP
Samas berlangsung dari tahun 2007-2010 dengan produksi tertinggi terjadi pada tahun 2007
yaitu sebanyak 350.000 ekor dan produksi terendah terjadi pada tahun 2010 yang hanya
memproduksi sebanyak 12.000 ekor. Produk yang rutin diproduksi di UK BAP Samas setiap
tahun adalah juvenil dengan rata-rata produksi sebanyak 3.297.293 ekor. Produksi juvenil
tertinggi tertinggi terjadi pada tahun 2008 dengan produksi sebanyak 3.769.250 ekor dan
produksi terendah terjadi pada tahun 2012 yang hanya memproduksi juvenil sebanyak
2.224.000 ekor.
Gambar 3.5.
Target dan Capaian Penerimaan PAD UK BAP Samas, 2003-2013
160,000,000

140
120

140,000,000
105
120,000,000

107

120
120

103

102

102

105

100

94

100

100,000,000
80
80,000,000

60
60

60,000,000
40

40,000,000

20

20,000,000

-

2003
Target

2004

2005

2006

Realisasi

2007

2008

2009

Persentase (%)

2010

2011

2012

2013

Poly. (Realisasi)

Sumber: Laporan Tahunan BPTKP, 2007-2013 (diolah)

73

Target PAD yang dibebankan kepada UK BAP Samas selama periode 2003-2013 dapat
dikatakan fluktuatif dan nilainya berkisar antara Rp65.000.00-132.000.000. Pada tahun 2003,
target PAD untuk UK BAP Samas adalah sebesar Rp105.000.000, mengalami penurunan
menjadi Rp95.000.000 pada tahun 2005, naik kembali menjadi Rp120.000.000 pada tahun
2007, turun kembali menjadi Rp117.500.000, naik kembali menjadi Rp132.000.000 pada tahun
2011, turun kembali menjadi Rp65.000.000 pada tahun 2012 (penurunan target yang mencapai
50,76% disebabkan semua induk dan calon induk yang dimiliki harus dimusnahkan karena
terkena virus), dan kemudian naik kembali pada tahun 2013 menjadi Rp124.000.000. Secara
keseluruhan kenaikan target PAD per tahun adalah sebesar 6,53% dengan peningkatan target
tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 90,77%. Tidak berbeda jauh dengan target PAD,
realisasi penerimaan PAD UK BAP Samas juga dapat dikatakan fluktuatif, penurunan
penerimaan PAD terjadi pada tahun 2009, 2010, dan 2012 (tertinggi pada tahun 2012 mencapai
43,62%). Realisasi penerimaan PAD UK BAP Samas selama periode tahun 2003-2013 berkisar
antara Rp62.673.000-141.073.000 dengan realisasi penerimaan tertinggi terjadi pada tahun
2008 dan realisasi terendah terjadi pada tahun 2003. Secara keseluruhan, rata-rata peningkatan
realisasi penerimaan PAD di UK BAP Samas selama periode 2003-2013 adalah sebesar
10,53% dengan pertumbuhan realisasi penerimaan tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu
sebesar 59,16%. Jika dilihat dari rasio antara target dan realisasi penerimaan PAD, UK BAP
Samas selama periode 2005-2013 selalu mampu mencapai target yang dibebankan dengan rasio
pencapaian tertinggi terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 120,06% (target sebesar
Rp65.000.000 dan realisasi sebesar Rp78.040.000), sedangkan rasio pencapaian terendah
terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 100,17% (target sebesar Rp124.000.000 dan realisasi
sebesar Rp124.210.000). Berdasarkan data trend penerimaan pada Gambar 3.5 nampak BAP
Samas pada tingkat pengelolaan sampai saat ini, penerimaan tertinggi adalah sebesar
Rp124.210.000.

6.

Unit Kerja Budidaya Air Payau (UK BAP) Congot
Unit Kerja Budidaya Air Payau (UK BAP) Congot berlokasi di Pasir Mendit,

Jangkaran, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo.UK BAP Congot dibangun pada tahun
anggaran 1983/1984, dan mulai beroperasi pada tahun 1985. UK BAP Congot mempunyai
lahan seluas 5,5 Ha dengan kolam seluas 1 Ha. Pada tahun anggaran 2005, dilakukan
pembangunan kembali sawah tambak Congot dan mulai beroperasional pada tahun 2006 dan
sawah tambak Congot berubah nama menjadi Unit Kerja Budidaya Air Payau (UK BAP)
74

Congot. Fasilitas yang ada di UK BAP Congot diantaranya adalah rumah jaga, sumur air tawar,
gedung pertemuan, kantor, rumah dinas, jalan pavling block, pagar kawat, rumah pompa air,
saluran pemasangan, kincir air, kolam pembesaran, dan reservoir. Unit Kerja Budidaya Air
Payau Congot hanya memiliki 4 orang karyawan.
Penerimaan PAD di UK BAP Congot bersumber pada penjualan produksi usaha daerah.
Komoditas ikan/udang yang diproduksi selama periode 2007-2013 adalah udang windu, udang
vanamei, ikan bandeng, dan udang galah dimana semua komoditas tersebut dijual dalam bentuk
ikan/udang konsumsi.Produksi udang galah di UK BAP Congot hanya terjadi pada tahun 2007
dan 2009 dengan produksi masing-masing sebanyak 30 dan 160 kg. Selama periode 20072012, UK BAP Congot tidak memproduksi udang windu. Produksi udang windu hanya pada
tahun 2013 yaitu sebanyak 270 kg. Udang vanamei dan bandeng merupakan dua komoditas
utama yang diproduksi di UK BAP Congot. Hanya pada tahun 2008, UK BAP Congot tidak
memproduksi bandeng. Produksi bandeng tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu sebanyak 476
kg. Rata-rata produksi bandeng selama periode tersebut adalah 207 kg per tahun. Rata-rata
produksi udang vanamei di UK BAP Congot adalah sebanyak 1.076 kg per tahun dengan
produksi tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu sebanyak 2.056 kg dan produksi terendah
terjadi pada tahun 2007 yang hanya memproduksi sebanyak 303 kg.

75

Gambar 3.6.
Target dan Capaian Penerimaan PAD UK BAP Congot, 2006-2013
160

120,000,000
148

140

100,000,000

120

120
80,000,000

101

102

101

101

104

101

100
80

60,000,000

60

40,000,000

40
20,000,000

20

-

2006
Target

2007

2008
Realisasi

2009

2010

Persentase (%)

2011

2012

2013

Poly. (Realisasi)

Sumber: Laporan Tahunan BPTKP, 2007-2013 (diolah)
Target PAD yang dibebankan kepada UK BAP Congot selama periode 2007-2013
dapat dikatakan selalu meningkat setiap tahun dimana hanya pada tahun 2011 target PAD tidak
mengalami kenaikan. Target PAD yang dibebankan pada tahun 2006 adalah sebesar
Rp8.010.000 dan pada tahun 2013 meningkat menjadi Rp75.000.000. Rata-rata kenaikan target
PAD setiap tahunnya adalah sebesar 43,54% dengan kenaikan target tertinggi terjadi pada
tahun 2009 yaitu sebesar 130,77% (target PAD tahun 2008 sebesar Rp13.000.000 dan target
PAD tahun 2009 sebesar Rp30.000.000). Realisasi penerimaan PAD di UK BAP Congot selalu
mengalami kenaikan setiap tahunnya dengan rata-rata kenaikan realisasi penerimaan sebesar
55,04% per tahun. Peningkatan realisasi penerimaan tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu
sebesar 167,88% (realisasi penerimaan tahun 2012 sebesar Rp41.467.000 dan pada tahun 2013
meningkat menjadi Rp111.080.300) dan kenaikan realisasi penerimaan terendah terjadi pada
tahun 2010 yang hanya sebesar 6,66% (realisasi penerimaan tahun 2009 sebesar Rp30.165.000
dan pada tahun 2010 meningkat menjadi Rp32.174.500). Realisasi penerimaan PAD di UK
BAP Congot pada tahun 2006 adalah sebesar Rp8.090.000, kemudian meningkat menjadi
Rp30.165.000 pada tahun 2009, dan meningkat menjadi Rp111.080.300 pada tahun 2013. Pola
kenaikan realisasi penerimaan PAD di UK BAP Congot yang selalu meningkat sepanjang
tahunnya sangat berbeda dengan unit kerja lainnya yang realisasi penerimaanya cenderung
76

fluktuatif. Kenaikan pertumbuhan realisasi penerimaan berjalan seiring dengan kenaikan target
PAD yang signifikan (100%) sehingga dapat disimpulkan selama periode tersebut bahwa
kenaikan realisasi penerimaan PAD di UK BAP Congot bergantung pada target yang
ditetapkan. Jika dilihat dari rasio antara target dan realisasi penerimaan PAD, UK BAP Congot
selama periode 2006-2013 selalu mampu mencapai target yang dibebankan dengan rasio
pencapaian tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 148,11% (target sebesar
Rp75.000.000 dan realisasi sebesar Rp111.080.300), sedangkan rasio pencapaian terendah
terjadi pada tahun 2009 dan 2010 yaitu sebesar 100,55%.
UK BAP Congot dengan trend pertumbuhan yang bersifat exponensial diharapkan
berperan lebih besar sebagai penghasil penerimaan PAD sektor perikanan ke depan. Hal ini
didasari oleh perkembangan positif produksi dan pasar udang yang menjadi komoditas utama
kegiatan produksi di Congot. Hasil lain yang diharapkan dari pengelolaan BAP Congot
diperoleh dari produksi bandeng konsumsi. Perkembangan positif dan ekspetasi tersebut jga
didukung oleh tersedianya sarana prasarana produksi yang memadai seperti tambak permanen
(6 unit tamba beton) dan beberapa unit tambak plastik.
7.

Unit Kerja Budidaya Air Laut(UK BAL) Sundak
Unit Kerja Balai Air Laut (BAL) Sundak adalah unit kerja yang mempunyai tugas

melaksanakan kegiatan pengembangan teknologi perikanan budidaya air laut yang difokuskan
untuk memproduksi benih bandeng (Nener). UK BAL Sundak berada di pantai Sundak dengan
ketinggian 5 m dpl dan termasuk wilayah Desa Tepus, Kecamatan Tepus, Kabupaten
Gunungkidul, dengan lahan seluas 23.009 m2. Untuk pengelolaan UKBAL Sundak terdapat
karyawan berjumlah 5 orang terdiri dari satu orang pimpinan dan 4 orang petugas.
Kegiatan operasional di UK BAL Sundak membutuhkan air tawar dan air laut yang
bersumber dari sumur air laut, sumur air tawar, dan laut. Pengambilan air tersebut
menggunakan 2 unit pompa air Niagara 6”, 1 unit pompa air Ebara 4” dan 2 unit pompa air
tawar ¾ dan 1”. Dalam rangka memenuhi kebutuhan sumber tenaga bagi kegiatan operasional,
UK BAL Sundak menggunakan pembangkit listrik tenaga diesel Yanmar TS 230 PS KW dan
TF 115 5 Kw. Rincian fasilitas yang ada di UK BAL Sundak adalah sebagai berikut:

77

Tabel 3.5.
Fasilitas di UK BAL Sundak
No

Nama Bangunan

Jumlah
(Unit)

Luas (m²)
25

1

Rumah genset dan bengkel

1

2
3
4

Sumur air laut
Rumah jaga
Rumah jaga

1
1

5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Kantor
Rumah dinas
Jalan paving block
Pagar tembok
Rumah pompa air
Bak larva 2 ton
Kolam pematangan induk
Sumur air tawar
Bak larva atap
Bak kolektor
Laboratorium besar
Kolam pematangan induk
Kolam pembesaran

d3m
T 36
T 36
2
T 72
1
50
1
T 60
1
200 m
1
75 m
1
28
3
2
2
d 10 m (t 3m)
1
d 0,8m
1 (5 bak)
50 (10)
1
4
1
100
2
d 10m (t 3m)
1 (2 kolam)
750 (365)

No

Nama Bangunan

Jumlah (Unit)

Luas (m²)

18

Kolam pendederan

1 (3 kolam)

600 (200)

19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34

Bak phytoplankton
Bak zooplankton
Canal
Laboratorium kecil
Reservoir
Hetchery
Bak larva luar
Bak pelimpasan air
Pipa pengambilan air laut
Sumur air tawar
Menara air (tower)
Sumur air laut
Bak pengendapan
Conical tank
Instalasi pengambilan air laut
Tower Kincir Angin

1 (6 bak)
1 (4 bak)
1
1
1
1 (6 kolam)
1 (4 bak)
1
1
1
1
1
1
2
1 unit

300 (50 )
100 (25)
140m
45
30
200
40 (10)
60
40m
d 0,8m
t 4,5m
d 10m
100
1000 m

1 unit

Sumber: Laporan Tahunan BPTKP, 2008
Penerimaan PAD di UK BAL Sundak bersumber pada penjualan produksi usaha
daerah. Produk utama yang dijual adalah benih bandeng, walaupun pada tahun 2010-2012
memproduksi udang vanamei konsumsi. Selama periode 2007-2013, rata-rata produksi benih
bandeng adalah sebanyak 400.372 ekor dengan produksi tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu
sebanyak 1.204.500 ekor dan produksi terendah terjadi pada tahun 2012 yang hanya
memproduksi benih bandeng sebanyak 348.750 ekor. Produksi udang vanamei konsumsi di
UK BAL Sundak dimulai pada tahun 2010 dengan produksi sebanyak 300 kg, kemudian pada
tahun 2011 sebanyak 302,5 kg, dan produksi pada tahun 2012 sebanyak 43 kg, namun pada
tahun 2013, UK BAL Sundak tidak memproduksi udang vanamei konsumsi.
Target PAD yang dibebankan kepada UK BAL Sundak selama periode tahun 20042011 cenderung stagnan dan berkisar antara Rp20.000.000-28.000.000. Pada tahun 2012
terjadi kenaikan target PAD sebesar 25% menjadi Rp35.000.000 dan pada tahun 2013
meningkat sebesar 14,28% menjadi Rp40.000.000. Rata-rata peningkatan target PAD selama
tahun 2004-2013 adalahs sebesar 8,31% per tahun. Realisasi penerimaan PAD di UK BAL
Sundak dapat dikatakan selalu meningkat dengan rata-rata kenaikan realisasi sebesar 5,13%.
Pada tahun 2004-2010, realisasi PAD yang bersumber dari UK BAL Sundak selalu mengalami
kenaikan dimana realisasi penerimaan PAD pada tahun 2004 sebesar Rp20.000.000 dan pada
tahun 2010 meningkat menjadi Rp34.100.000. Realisasi penerimaan PAD mengalami
78

kontraksi pada tahun 2011 sebesar 9,53% sehingga berkurang menjadi Rp30.850.000. Pada
tahun 2012, realisasi penerimaan PAD tumbuh sebesar 13,6% (Rp35.050.000), namun pada
tahun 2013, realisasi penerimaan PAD mengalami kontraksi kembali sebesar 14% sehingga
berkurang menjadi Rp30.075.000. Jika dilihat dari rasio antara target dan realisasi penerimaan
PAD, UK BAP Congot selama periode 2004-2012 selalu mampu mencapai target yang
dibebankan dengan rasio pencapaian tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 121,79%
(target sebesar Rp28.000.000 dan realisasi sebesar Rp34.100.000), sedangkan rasio pencapaian
terendah terjadi pada tahun 2004yang hanya sebesar 100% (Rp20.000.000). Pada tahun 2013,
UK BAL Sundak tidak mampu mencapai target yang ditetapkan dengan persentase pencapaian
target sebesar 75,19% (target sebesar Rp40.000.000 dan realisasi sebesar Rp30.075.000).
Target dan realisasi penerimaan PAD di UK BAL selama periode 2006-2013 Sundak
ditampilkan pada Gambar 3.7.

79

Gambar 3.7.
Target dan Capaian Penerimaan PAD UK BAL Sundak, 2006-2013
140

45,000,000
40,000,000

122

35,000,000
101

101

101

120
110

104

100

100

30,000,000
25,000,000

75

20,000,000

80
60

15,000,000
40
10,000,000
20

5,000,000

-

0
2006
Target

2007

2008
Realisasi

2009

2010
Persentase (%)

2011

2012

2013

Poly. (Realisasi)

Sumber: Laporan Tahunan BPTKP, 2007-2013 (diolah)

3.1.2. Unit Pelaksana Teknis Daerah Pelabuhan Perikanan Pantai (UPTD PPP) Sadeng
Unit Pelaksana Teknis Daerah Pelabuhan Perikanan Pantai (UPTD PPP) Sadeng
merupakan salah satu UPTD yang berada di bawah Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah
Istimewa Yogyakarta yang bertanggung jawab dalam pengelolaan Pelabuhan Perikanan Pantai
(PPP) Sadeng. Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
KEP/10/MEN/2005 pada tanggal 13 Mei 20o5, Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Sadeng
mengalami peningkatan status menjadi Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sadeng. Keberadaan
PPP Sadeng ditetapkan dengan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Nomor 7 tahun 2005 tentang Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Terkait dengan PAD, unit kerja yang menjadi sumber penghasil PAD di UPTD PPP
Sadeng adalah unit kerja Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sadeng semula bernama Pangkalan
Pendaratan Ikan (PPI) Sadeng. PPP Sadeng terletak di Sadeng, Songbanyu, Kecamatan
Girisubo, Kabupaten Gunungkidul. Secara geografis, PPP Sadeng terletak diantara 8°11'26,6"
LS dan 110°47'53,1" BT. Fasilitas Pelabuhan Perikanan Pantai Sadeng terdiri dari fasilitas
pokok, fasilitas fungsional, dan fasilitas penunjang.
80

a) Fasilitas pokok adalah sarana yang diperlukan untuk kepentingan aspek keselamatan
pelayaran, selain itu termasuk juga tempat berlabuh dan bertambat serta bongkar muat
yang meliputi:
 sarana pelindung, yaitu pemecah gelombang (break water), penangkap pasir
(groin), tempat penahan tanah (revertment) dll.
 Sarana tambat labuh, yaitu dermaga, tiang tambat (border), pelampung tambat
(bolard), kolam pelabuhan, pier, dll.
 Sarana transportasi, yaitu jembatan, jalan komplek, dan area parkir
 Lahan yang dicadangkan untuk kepentingan instansi pemerintah.
b) Fasilitas fungsional adalah sarana yang langsung dimanfaatkan untuk kepentingan
manajemen pelabuhan perikanan dan atau yang dapat dimanfaatkan/diusahakan oleh
perorangan atau badan hukum yang meliputi:
 Sarana pemeliharaan kapal dan alat perikanan yang terdiri dari workshop,
slipway, dockyard, dan netfloat.
 Lahan untuk kawasan industry.
 Sarana pemasokan bahan bakar untuk kapal dan keperluan pengolahan.
 Sarana pemasaran, biasanya tempat pelelangan ikan (TPI), penanganan
pengolahan dan penyimpanan hasil tangkap.
 Sarana navigasi dan komunikasi
c) Fasilitas penunjang adalah sarana yang secara tidak langsung dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat nelayan dan atau memberikan kemudahan bagi masyarakat
umum yang meliputi:
 Sarana kesejahteraan nelayan, yaitu tempat penginapan, kios bahan perbekalan
dan alat perikanan, tempat ibadah, balai pertemuan nelayan, sarana hiburan dan
informasi serta olahraga.
 Sarana pengelolaan pelabuhan yaitu kantor, pos pemeriksaan, perumahan
karyawan dan rumah tamu.
Detail mengenai, fasilitas yang ada di Pelabuhan Perikanan Pantai baik fasilitas pokok,
fungsional, dan penunjang ditampilkan pada Tabel 3.6.

81

Tabel 3.6.
Rincian Fasilitas di PPP Sadeng
No.
1.

2.

Jenis Fasilitas
Fasilitas Pokok
Luas lahan
Break water
Dermaga
Turap
Kolam Pelabuhan
> 5 GT luas
< 5 GT luas
dalam
Beda Pasang Surut
Alur masuk panjang
Lebar
Fasilitas Fungsional
Tempat Pelelangan Ikan
Kantor PPP
Balai Pertemuan Nelayan
Bengkel
Docking/Slipway
SPDN
Kantor BBM
Rumah/ Gudang Es
Menara Air
Instalasi Air
Instalasi Listrik (PLN)
Genset (2 unit)
Bak Sampah
MCK
Area Parkir
Pagar
Waserda
Saluran Air
Reklamasi
Gudang
Jalan lingkungan (Paving Blok)
Mini Ice plan
Prossesing room
Pos Pengawasan SDI
Lampi Navigasi

Volume/Kapasitas
50.000 m2
135 m
328 m
143,5 m
17.200 m2
5.700 m2
3,5 m
4m
200 m
25 m
225 m2
144 m2
144 m2
60 m2
16.000 liter
21 m2
15 ton
8.000 liter
1 unit
1 unit
25 KVA
2
80 m
2050 m2
450 m2
850 m
288,6 m
48 m2
337 m2
kapt 25 ton
169 m2
52 m2
4 buah
82

No.

Jenis Fasilitas

Rambu Penuntun
Rambu Suar
3.
Fasilitas Penunjang
Mess Operator (rumah pegawai)
Kantin
Rumah Nelayan Andon
Rumah tamu
Tempat Ibadah (Masjid)
Sumber: Laporan Tahunan BPTKP, 2008

Volume/Kapasitas
2 buah
1 buah
2 unit, 81 m2
2
660 m
2 unit, 110 m2
80 m2

PAD yang ditargetkan dari PPP Sadeng bersumber dari retribusi jasa usaha pengelolaan
pelabuhan perikanan pantai. Jenis retribusi jasa usaha yang dipungut di PPP Sadeng
diantaranya adalah jasa tambat labuh, jasa labuh, pas masuk PPP, doking, sewa penggunaan
tempat terbuka, sewa penggunaan tempat tertutup, dan pembelian air bersih. Pada tahun 2006,
target PAD yang dibebankan kepada PPP Sadeng adalah sebesar Rp10.000.000, kemudian naik
menjadi Rp10.600.000 pada tahun 2007, dan naik kembali pada tahun 2008 menjadi sebesar
Rp18.000.000. Realisas penerimaan di PPP Sadeng pada tahun 2006 adalah sebesar
Rp9.900.00, tahun 2007 sebesar Rp13.540.000, dan tahun 2008 sebesar Rp12.700.000. Jika
dilihat rasio antara target dan realisasi selama periode 2006-2008, PPP Sadeng hanya mampu
mencapai target yang dibebankan pada tahun 2007 yaitu sebesar 127,74, sedangkan pada tahun
2006 dan 2008 PPP Sadeng tidak mampu mencapai target dengan persentase capaian sebesar
99% dan 70,56%. Rincian detail target dan realisasi penerimaan di PPP Sadeng selama periode
2007-2008 ditampilkan pada Tabel 3.7.

83

Tabel 3.7.
Target dan Realisasi Penerimaan PAD di PPP Sadeng, 2006-2008
No.

Deskripsi

2006
Target

2007

Realisasi Persentase (%)

Target

2008

Realisasi

Persentase (%)

Target

Realisasi

Persentase (%)

Pendapatan Lain-lain
1
2
3

4

Pemanfaatan Asset PPP Sadeng
Retribusi Jasa Usaha
Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
(Pemanfaatan Aset)
Unit Kerja PPP

10,000,000 9,900,000

99

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

10,000,000 11,650,000

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

116.50

-

-

-

Pabrik Es

-

-

-

-

-

6,000,000

Sewa tempat terbuka/tertutup

-

-

-

-

-

2,000,000

4,500,000

225.00

Sewa kamar nelayan andun

-

-

-

-

-

2,500,000

2,500,000

100.00

SPDN

-

-

-

-

-

3,500,000

2,000,000

57.14

Air bersih
Retribusi Pelayanan Pelabuhan

-

-

-

-

-

1,000,000

700,000

70.00

-

-

-

-

-

-

-

Jasa Tambat labuh

-

-

-

400,000

1,450,000

362.50

2,500,000

2,500,000

100.00

Jasa Pas Masuk

-

-

-

200,000

440,000

220.00

500,000

500,000

100.00

127.74 18,000,000 12,700,000

70.56

Jumlah (Rp)

10,000,000 9,900,000

99 10,600,000 13,540,000

-

-

Sumber: Laporan Tahunan BPTKP, 2007-2008
Pada tahun 2013, target PAD yang dibebankan kepada PPP Sadeng adalah sebesar
Rp13.000.000 dengan realisasi penerimaan PAD sebesar Rp13.329.000. Rincian realisasi
penerimaan PAD yang berasal dari PPP Sadeng pada tahun 2013 adalah sebagai berikut:
pendapatan jasa tambat sebesar Rp2.225.000, jasa labuh sebesar Rp1.104.000, pas masuk
sebesar 1.500.000, sewa penggunaan tempat terbuka sebesar Rp3.500.000, sewa penggunaan
tempat tertutup sebesar Rp2.500.000, dan air bersih sebesar Rp2.500.000.

84

Gambar 3.8.
Realisasi Penerimaan PAD PPP Sadeng, 2013
Penggunaan
Tempat
Tertutup/Sewa
Kamar Nelayan
Andon
19%

Air Bersih
19%

Jasa Tambat
17%

Jasa Labuh
8%
Jasa/Pass Masuk
PPP
11%

Penggunaan
Tempat terbuka
26%

Sumber: Rekapitulasi PAD DPPKA, 2013
3.1.3. Seksi LPPMHP Yogyakarta
Seksi Pengolahan dan Pengawasan Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP)berada di bawah
koordinasi bidang perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta.
LPPMHP Yogyakarta menempati gedung eks Kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah
Istimewa Yogyakarta dan berlokasi di Jl. Sagan III/4 Yogyakarta. LPPMHP Yogyakarta
mempunyai luas bangunan 384 m² yang terdiri atas :
1. Gedung perkantoran/ruang analisa dan gudang seluas 48 m².
2. Gedung laboratorium terdiri atas :
-

Ruang Mikrobiologi / ruang Preparasi

-

Ruang Inokulasi / inkubasi

-

Ruang Organoleptik

-

Ruang Workshop dan dapur uji.

-

Toilet.

3. Rumah jaga LPPMHP DIY
4. Fasilitas listrik dan Sumur artetis.

85

Tabel 3.8.
Fasilitas Laboratorium Pengujian di LPPMHP Yogyakarta
No.
Nama Peralatan
Spesifikasi
1. Tabung reaksi tanpa tutup
16 x 150 mm
2. Tabung reaksi with screw
16 x 150 mm
3. Tabung reaksi tanpa tutup
13 x 100 mm
4. Petridish
15 x100 mm
5. Pipet ukur
1 ml
6. Pipet ukur
5 ml
7. Erlenmeyer
25 ml
8. Erlenmeyer
250 ml
9. Box dan tip
Volume 1 ml
10. Mikropipet soccorex
0,1-1 ml
11. Dispenser Top Bottle
Vol 2-10 ml
12. Gelas ukur
50 ml
13. Gelas ukur
100 ml
14. Rak tabung reaksi
Plastic
15. Magnetic stirrer
3 cm putih
16. Jarum Ose
2,5 mm
17. Jarum Ose
Lurus
18. Termometer
Kaca
19. Timbangan analitik
0,1 mg Ohaus
20. Pipete filler
Plastik
Sumber: Laporan Tahunan BPTKP, 2008

Jumlah
50 buah
50 buah
50 buah
50 buah
50 buah
50 buah
10 buah
10 buah
2 unit
2 unit
2 buah
4 buah
4 buah
4 buah
10 buah
4 buah
2 buah
6 buah
1 buah
4 buah

Dalam rangka melaksanakan pengendalian sistem jaminan mutu dan keamanan hasil
perikanan sebagaimana Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.19/MEN/2010,
tentang Pengendalian Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan serta berdasarkan
Keputusan Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
(BKIPM)

selaku Otoritas Kompeten Nomor KEP.115/KEP-BKIPM/2013

tentang

Pendelegasian Kewenangan kepada Lembaga Inspeksi dan Sertifikasi dalam Penerbitan
Sertifikat Kesehatan, LPPMHP mempunyai tiga peranan penting yaitu sebagai laboratorium
pengujian,

lembaga

inspeksi

dan

lembaga

sertifikasi

mutu

produk

perikanan,

sehingga LPPMHP dituntut untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat
guna menunjang kelancaran proses sertifikasi. Fasilitas laboratorium pengujian merupakan
bagian penting dalam rangka mendukung tugas LPPMHP (Tabel 3.8).
PAD yang berasal dari LPPMHP Yogyakarta berasal dari retribusi pemakaian kekayaan
daerah (jasa sertifikasi pengawasan mutu hasil perikanan). Selama periode 2004-2008, target
PAD yang dibebankan kepada LPPMHP Yogyakarta dapat dikatakan selalu meningkat setiap
tahun dari tahun 2004 yang hanya sebesar Rp1.056.000 hingga Rp5.000.000 pada tahun 2008.
86

Hal yang sama juga ditemukan pada realisasi penerimaan PAD yang menunjukkan peningkatan
setiap tahunnya dari Rp1.056.000 pada tahun 2004 menjadi Rp5.002.500 pada tahun 2008.
Dari periode tersebut, hanya pada tahun 2006, LPPMHP tidak mampu mencapai target yang
ditetapkan yaitu hanya sebesar 94,28%. Pada tahun 2013, target PAD yang dibebankan kepada
LPPMHP Yogyakarta adalah sebesar Rp5.000.000 dengan realisasi penerimaan PAD sebesar
Rp5.973.000 (119,46%). Rincian mengenai target dan realisasi PAD di LPPMHP Yogyakarta
ditampilkan pada Gambar 3.9.

87

Gambar 3.9.
Target dan Capaian Penerimaan PAD LPPMHP Yogyakarta, 2004-2008
6,000,000

160.00
140.12
140.00

5,000,000
120.00
4,000,000

103.47

100.00

94.28

100.05
100.00

3,000,000

80.00
60.00

2,000,000
40.00
1,000,000
20.00
-

2004
Target

2005
Realisasi

2006
Persentase (%)

2007

2008
Poly. (Realisasi)

Sumber: Laporan Tahunan BPTKP, 2007-2008 (diolah)

3.1.4. Pendapatan Lain-lain Sah
Pendapatan lain-lain sah di Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta
berasal dari beberapa unit kerja di UPTD BPTKP, UPTD PPP, dan kantor dinas. Pendapatan
t