Kekuasaan dan Politik di Sekolah

KEKUASAAN DAN POLITIK DI SEKOLAH
(Power and Politics in Schools)

REVIEW
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Manajemen Pendidikan Islam
Dosen Pengampu: Fahrurrozi, M. Ag.

Oleh:
Reni Inayati

(093311034)

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH IAIN WALISONGOSEMARANG
TAHUN 2012

1

Kekuasaan adalah sebuah konstruksi yang luas yang mencakup metode baik yang sah
maupun tidak sah untuk memastikan kepatuhan pelaksanaan. Saul Alinsky mengatakan dalam

aturan untuk Radikal yaitu politik realis melihat dunia seperti apa adanya dengan sebuah
arena politik kekuasaan pindah yang terutama dirasakan langsung oleh kepentingan pribadi,
dimana moralitas adalah rasional retoris untuk tindakan bijaksana dan kepentingan pribadi.
Ini adalah dunia bukan malaikat tetapi malaikat, tempat orang-orang berbicara tentang
prinsip-prinsip moral tetapi bertindak berdasarkan prinsip kekuasaan.
Niccolo Machiavelli The Prince dalam pendapatnya; “Semenjak niat saya untuk
mengatakan sesuatu yang akan membuktikan penggunaan praktis bagi penanya, saya pikir
tepat untuk mewakili segala sesuatu sebagaimana adanya dalam sebuah kebenaran yang
nyata, bukan seperti yang dibayangkan.”
1. Definisi Otoritas
Definisi klasik kekuasaan adalah kemampuan untuk membuat orang lain
melakukan apa yang Anda ingin mereka lakukan. Weber (1947, hal. 152) mendefinisikan,
"kemungkinan bahwa salah satu aktor dalam hubungan sosial akan berada dalam posisi
untuk melaksanakan kehendaknya sendiri meski akan timbul perlawanan". Secara umum,
kekuasaan termasuk kontrol tindak kekerasan (koersif) serta pengendalian yang
didasarkan pada persuasi tidak mengancam dan berupa nasehat.
Otoritas mempunyai arti yang lebih sempit daripada power. Weber (1947, hal.
324) mendefinisikan, otoritas adalah “kemungkinan tentang kejelasan perintah (atau
semua perintah) dari sumber tertentu akan dipatuhi oleh kelompok orang tertentu."
Singkatnya, Weber menyatakan bahwa tingkat kepatuhan orang ditentukan oleh perintah

yang legal/sah.
Dengan demikian, sebuah organisasi harus diciptakan dan dikendalikan oleh
otoritas yang sah, yang menetapkan tujuan, struktur desain, mempekerjakan dan mengatur
karyawan, dan kegiatan monitor untuk memastikan perilaku yang konsisten dengan
tujuan dan sasaran organisasi. Otoritas resmi mengontrol kekuatan yang sah (power legal)
yaitu dari lembaga atau jabatan, tetapi mereka hanya satu dari banyak pesaingan
kekuasaan dalam organisasi (Bolman dan Deal, 2003).
2. Sumber Otoritas dengan Power Legal
Otoritas hubungan merupakan bagian integral dari kehidupan sekolah.
bermula dari hubugan guru-siswa, administrator-guru, atau atasan-bawahan. Otoritas
tidak sama dengan orang yang mempunyai kekuasaan. Herbert A. Simon (1957a, hal.
126-27) mengusulkan otoritas dalam bentuk lain yaitudari pengaruh atau kekuasaandari

2

bawahan “Memegang kritik fakultas sendiri penting untuk memilih alternatif dan
menggunakan kriteria formaldari penerimaan perintah sebagai dasar pilihan". Dengan
kata lain, hasil kritikan atau evaluasi dari bawahan kepada atasan sangat berpengaruh
untuk merumuskan kebijakan-kebijakan yang akan dibuat. Karena itu, ada dua jenis
otoritas di sekolah yang sangat penting dalam hubungan atasan-bawahan:

a. Sukarela kepatuhan terhadap perintah yang sah.
b. Keraguan pribadi dalam pengambilan keputusan dan penerimaan perintah
origanisasional.
Peter Blau dan W. Richard Scott (1962, 2003) menambahkan kriteria ketiga
yang harus ditambahkan untuk membedakan otoritas dari bentuk-bentuk kontrol sosial
yaitu adanya sebuah hubungan kekuasaan yang dilegitimasi oleh norma-norma kelompok.
Otoritas ada ketika seperangkat keyakinan (norma) di sekolah melegitimasi
penggunaan kekuasaan dengan "benar dan pantas". Berikut Weber (1947) membedakan
tiga jenis otoritas yaitu kharismatik, tradisional, dan hukum menurut jenis dari tipe
legitimasi yang dianut oleh masing-masing:
1. Otoritas karismatik, yaitu terletak pada kesetiaan yang luar biasa oleh individu kepada
pemimpin berdasarkan kepercayaan pribadi atau kualitas keteladanan.Otoritas
karismatik cenderung rasional, afektif, bahkan emosional dan sangat tergantung pada
kepribadian pemimpin dan karakteristik yang dimiliki.
2. Otoritas tradisional, yaitu berlabuh di kepercayaan yang terbangun pada kesucian
yang sudah ada di masa lalu.
3. Kewenangan hukum, yaitu berdasarkan hukum yang berlaku yang dapat diubah oleh
prosedur formal yang benar.
4. Kewenangan formal, yaitu dipegang oleh organisasi dan secara hukum dibentuk oleh
jabatan, aturan, dan peraturan.

5. Otoritas fungsional, yaitu memiliki berbagai sumber, termasuk otoritas kompetensi
dan kewenangan orang.
6. Otoritas informal, yaitu masih satu sumber kontrol legal yang berasal dari perilaku
pribadi dan sifat individu.
Wewenang dan perilaku administrasi di sekolah meliputi:
a. Otoritas Fomal, didukung oleh sanksi formal, memiliki cakupan yang agak terbatas.
Chester Barnard (1938) menyebut sebagai "zona ketidakpedulian" birokrasi. Yang

3

mana bawahan termasuk para profesional administrator dan guru, menerima pesan
tanpa pertanyaan. Hal ini sangat dapat memunculkan tingkat kinerja minimum
tertentu, tetapi perilaku administrasi yang demikian tidak mengarah pada operasi yang
efisien.
b. Organisasi informal merupakan sumber penting dari otoritas yang sering masih belum
dimanfaatkan. Dimana kontrak hukum dan jabatan melegitimasi kekuasaan formal.
Nilai-nilai umum dan sentimen yang muncul dalam kelompok kerja melegitimasi
otoritas informal. Secara khusus, wewenang informal yang muncul dari kesetiaan
kepada perintah yang unggul dari anggota kelompok (Blau dan Scott, 1962, 2003).
Dengan demikian, Jika administrator mampu memerintah dengan loyal,

memperluas pengaruh mereka, dan menjadi sukses, maka mereka harus:


Menjadi perhatian dan mendukung para guru, misalnyamembantu guru menjadi
sukses.



Menjadi otentik, lurus, dan berbagi kesalahan, dan menghindari memanipulasi orang
lain.



Tidak merasa terkekang oleh birokrasi, karena akan menjadi substansi penilaian yang
baik dalam penerimaan aturan yang kaku.



Menunjukkan otonomi dengan menjadi diri sendiri.




Menunjukkan pengaruh dengan menjadi perantara untuk guru dengan atasan.



Tetap tenang dan sejuk, terutama dalam situasi sulit.



Hindari penggunaan perilaku otoriter.

3. Sumber Kekuatan
Meskipun otoritas menyiratkan legitimasi, namun tidak semua kekuatan
otoritas bersifat legal. Individu, kelompok, atau organisasi dapat menggunakan kekuatan.
Sebagai contoh, sebuah departemen atau kelompok bisa memiliki kekuatan yang
menunjukkan bahwa ia memiliki kemampuan untuk mempengaruhi perilaku individu atau
kelompok lain, seperti dalam personil atau keputusan budgetting. Demikian juga,
seseorang dapat memiliki kekuatan, yang menunjukkan keberhasilan dalam mendapatkan
orang lain untuk mematuhi perintah atau saran. Pemimpin memiliki kekuasaan, mereka

membuat orang lain untuk mematuhi perintah mereka.

4

John R. P.Franch dan Bertram H. Raven(1968). Memfokuskan sumber daya
(kekuatan) pada interpersonal power (kekuatan antar peribadi) yang direfleksikan ke
dalam organisasi, yaitu:
a. Daya Reward adalah kemampuan administrator untuk mempengaruhi bawahan
dengan memberi hadiah atau penghargaanatas perilaku yang diinginkan. Kekuatan
semacam ini tergantung pada daya tarik penghargaan, maka seseorang dapat
mengontrol hasilnya.
b. Kekuatan koersif adalah kemampuan administrator untuk mempengaruhi bawahan
dengan menghukum mereka untuk perilaku yang tidak diinginkan. Kekuatan
kekuasaan koersif tidak didasarkan pada beratnya hukuman tetapi sebisa mungkin
hukuman tidak dapat dihindari.
c. Kekuasaan yang sah adalah kemampuan administrator untuk mempengaruhi perilaku
bawahan karena jabatan formal. Bawahan mengakui bahwa administrator memiliki
hak untuk mengeluarkan aturan dan mereka memiliki kewajiban untuk mematuhi.
d. Kekuasaan rujukan adalah kemampuan administrator untuk mempengaruhi perilaku
yang didasarkan pada keinginan bawahan dan identifikasi dengan administrator.

Individu dengan kekuasaan rujukan dikagumi dan dihormati, dan berfungsi sebagai
model untuk ditiru.
e. Tenaga ahli adalah kemampuan administrator untuk mempengaruhi perilaku bawahan
dan dasar pengetahuan khusus dan keterampilan. Bawahan dipengaruhi karena
mereka percaya bahwa informasi dan keahlian administrator memegang relevan,
membantu, dan hal yang mereka sendiri tidak punya.
Kelima jenis daya diatas dapat dikelompokkan menjadi dua kategori besar
yaitu organisasi dan pribadi. Penghargaan, koersif, dan kekuasaan yang sah terikat
pada jabatan organisasi. Jabatan semakin tinggi, semakin besar potensi kekuasaannya.
Sebaliknya, rujukan dan tanaga ahli lebih tergantung pada atribut pribadi dari
administrator,

seperti

kepribadian,

gaya

kepemimpinan,


pengetahuan,

dan

keterampilan interpersonal. Singkatnya, beberapa sumber daya (kekuatan) yang lebih
dapat menerima kontrol organisasi, sedangkan yang lain lebih tergantung pada
karakteristik pribadi.
4. Administrasi Penggunaan Daya

5

Kebanyakan administrator diarahkan pada "kekuatan yang berorientasi" pada
perilaku yaitu, "perilaku yang lebih diarahkan untuk mengembangkan atau berhubungan
dengan orang lain yang bersedia menunda keinginan seseorang" (Kotter, 1978, hal. 27).
Administrator memiliki berbagai jenis yang dilihat dari daya yang sudah dibahas diatas.
Selain itu, cara administrator menggunakan satu jenis daya yang dapat menghalangi atau
memfasilitasi efektivitas lain. (Pfeffer, 1992).
Gary Yukl (2000) memberikan beberapa pedoman administrator untuk
membangun dan menggunakan lima jenis kekuasaan. Seperti dampak dari penggunaan
kekuasaan menjadi pertimbangan penting bagi administrator. Tabel 6.1

Kemungkinan Respon Bawahan untuk Kekuasaan
Type of power
Commitment
Referent
XXX
Expert
XXX
Legitimate
XX
Reward
XX
coercive
X
Ket. XXX  banyak suka

Simple complience
XX
XX
XXX
XXX

XX

Resistance
X
X
X
X
XXX

XX  tidak banyak suka
X  sedikit suka
Daya tidak perlu dianggap sebagai kekuatan menghambat pada bawahan.
Pemberdayaan adalah proses dimana administrator berbagi kekuasaan dan membantu
orang lain menggunakannya dengan cara yang konstruktif untuk mengambil keputusan
yang mempengaruhi diri mereka dan pekerjaan mereka (Schermerhorn, Hunt, dan
Osborn, 1994; Hardy dan Leiba-O'Sullivan, 1998; Leuch, Wall , dan Jackson, 2003).
Ketika para guru diberdayakan, kepala sekolah cenderung bos dan mendorong
sekitarnya dengan kekuatan koersif dan lebih melayani sebagai fasilitator yang
membimbing tim guru dengan pengetahuan dan keahlian (kekuasaan ahli). Kepala
sekolah akan semakin kurang dapat mengandalkan jabatan mereka (kekuasaan sah)
kepada bawahan langsung, bahkan sebagai guru, keahlian akan menjadi unsur paling
penting dalam hubungan kekuasaan antara guru dan kepala sekolah.
5. Pandangan Mintzberg tentang Daya
Henry Mintzberg (1983a) mengusulkan cara lain untuk menganalisis daya di
dalam dan sekitar organisasi. Dalam pandangannya, kekuasaan dalam organisasi berasal

6

dari kontrol atas sumber daya, keterampilan teknis, atau tubuh pengetahuan. Dalam
semua kasus, untuk melayani sebagai dasar kekuatan sumber daya, keahlian, atau
pengetahuan menjadi penting untuk fungsi organisasi yaitu berupa masukan pendek, dan
tidak dapat diganti. Dengan kata lain, organisasi harus butuh sesuatu yang hanya beberapa
orang dapat memberi masukan.
Dasar umum keempat kekuasaan berasal dari prerogatif hukum, yang
memberikan beberapa individu hak eksklusif untuk menjatuhkan pilihan. Dewan sekolah
memiliki hak hukum untuk mempekerjakan dan memecat administrator dan guru, hak
mereka dengan kekuatan tersebut melalui undang-undang negara. Administrator sekolah
pada gilirannya diharuskan oleh hukum negara untuk mengevaluasi kompetensi guru
yang tanpa jabatan tetap. Selain itu, mereka didelegasikan untuk mengeluarkan perintah
kepada karyawan yang marah oleh prerogatif hukum lain yang memberikan kekuatan
untuk guru dan asosiasi mereka.
Mintzberg juga mengusulkan satu set dari empat sistem daya internal yang
merupakan sumber dasar untuk mengendalikan kehidupan organizasional: sistem
kekuasaan, sistem ideologi (iklim dan budaya), sistem keahlian, dan sistem politik.


Sistem otoritas adalah arus formal kekuasaan melalui saluran yang sah yang
memungkinkan organisasi untuk mencapai tujuan formalnya. Sistem ini
mencakup dua subsistem kendali, pribadi dan birokrasi.



Sistem ideologi adalah himpunan kesepakatan informal di antara para guru
tentang sekolah dan hubungan dengan kelompok-kelompok lain yang muncul
sebagai organisasi mengembangkan budayanya.



Sistem keahlian adalah interaksi antara para ahli atau profesional untuk
memecahkan kontingensi kritis yang dihadapi organisasi.



Sistem politik adalah jaringan politik organisasi, yang tidak memiliki legitimasi
sistem tiga kekuasaan lainnya.

Dengan demikian, Mintzberg membuat satu hal yang jelas bagi administrator sekolah:
mereka harus siap untuk berbagi kekuasaan.
Dapat dirumuskan dengan empat imperatif untuk administrator yang efektif:


Memperpanjang sistem kewenangan; kekuasaan formal tidak cukup untuk
kepemimpinan.

7



Menekankan ideologi, organisasi dan budaya organisasi informal adalah sumber
otoritas.



Menekankan sistem keahlian; memberdayakan para guru dengan fungsi diri
sendiri dengan pengetahuan mereka.


6.

Mengetahui dan memahami sistem politik; membatasinya.

Sebuah Perbandingan dan Perpaduan Perspektif tentang Daya
Peabody
(1962)
Legal
Formal
Power
Legal
Informal
Power

Blau

Otoritas

Scott
(1962)
Otoritas

formal

& Weber
(1947)

French

& Mintzberg
(1983a)

Otoritas

Raven
(1968)
Reward,

formal

birokrasi

power, legal

Otoritas

Otoritas

Otoritas

fungsional

informal

Otoritas
sistem

Rujukan
Sistem
Power
&
kharismatik
idiologi
tenaga ahli
dan otoritas
sistem
tradisional

Illegal
Formal
Power
Illegal
Informal
Power

&

keahlian
koersif
Sistem
politik

Menurut definisi, tiga formulasi otoritas hanya mempertimbangkan kekuasaan
yang sah. Sebaliknya, perspektif kesepakatan kekuasaan dengan kedua kontrol sah dan
tidak sah serta kekuasaan formal dan informal, tapi tidak ada kerangka kerja sangat
komprehensif untuk mempertimbangkan semua empat kombinasi kekuasaan. Franch dan
Raven (1969) tipologi memberikan analisis klasik dari kekuatan interpersonal, sedangkan
Mintzberg (1983a) berfokus analisisnya kekuasaan interpersonal, dan ia mengembangkan
empat sistem pengaruh untuk mengeksplorasi daya konfigurasi di dalam dan sekitar
organisasi. Hanya formulasi Mintzberg, bagaimanapun tetap menganggap kekuasaan
yang bersifat sah dan informal - sistem politik internal. Selain itu juga sintesis dari
hubungan kekuasaan untuk memasukkan kewenangan formal dan informal (kekuasaan
sah) dan kekuasaan koersif dan politik (tidak sah).

8

Kekuasaan

sering

mengaburkan

perbedaan

antara

rasionalitas

dan

rasionalisasi, perbedaan keduanya yaitu;
 Rasionalitas adalah aplikasi alasan bukti untuk membuat keputusan.
 Rasionalisasi adalah bertuiuan membuat keputusan tampaknya rasional setelah telah
dibuat.
Kita tidak bisa lari dari kenyataan bahwa banyak perilaku organisasi yang
tidak rasional dan power sering meggugurkan kenyataan. Meskipun pendapat Bacon
(1597) sangat baik, yaitu mengatakan bahwa “pengetahuan adalah kekuatan” adalah
benar, hal itu juga berarti bahwa “kekuatan adalah ilmu pengetahuan”. Machiavelli (1984,
hal. 91) memperingatkan mengenai bahaya dan kenyataan dari kekuasaan: “Seseorang
mengabaikan apa yang menjadi kenyataan yang seharusnya menjadi pelajaran menuju
kerusakan diri”. Kita harus melihat dan memahami kehidupan organisasi, maka kita
mempunyai kesempatan untuk bergerak maju, percaya pada yang seharusnya. Oleh
karena itu, kekuasaan dan politik tidak dapat diabaikan.

9

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24