Pentingnya berpegang teguh dengan salah satu madzhab empat

MAKALAH THEOLOGI ISLAM

PENTINGNYA BERPEGANG PADA EMPAT
MADZHAB

Dosen Pengampu:
Mohammad Arif Setyabudi, M.Pd.I
Disusun oleh:
1.Ahmad fahim
2.Ana Aulia Magfiroh
3.Wulantikayatul Laili

FAKULTAS TARBIYAH
PENDIDIKAN BAHASA ARAB
UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI
2015

BAB I
1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Islam pada masa Rasulullah SAW masih hidup apabila terdapat kekurangan paham
terhadap suatu hukum, para sahabat langsung menanyakan kepada Rasulullah SAW,
sehingga bisa cepat terselesaikan. Kemudian sepeninggalan Rasulullah SAW, para sahabat
menggunakan pengalaman yang diperoleh dari perkataan, perbuatan dan kebiasaan beliau
ketika masih hidup. Ketika sampai kepada masa tahap ini mereka berpegang kepada AlQur’an, As Sunnah dan kepada perkataan sahabat. Seiring perkembangan jaman persoalan
semakin bertambah jumlahnya dari waktu ke waktu, sementara tidak seluruhnya solusi
permasalahan ditemukan dalam Al-Quran, As Sunnah maupun perkataan sahabat. Sehingga
dilakukan jalan ijtihad sendiri, termasuk melakukan qiyas (analogi) sebagai syara’ (hukum
Islam). Sehingga seiring perkembangan waktu pun banyak terjadi perbedaan madzhab.
Madzhab adalah cara yang ditempuh atau jalan yang diikuti. Embriio dari perbedaan
madzhab ini adalah karena terjadi perbedaan cara pandang dan analisis terhadap nash (teks),
walaupun semua mempunyai dasar yang sama yaitu Al-Qur’an dan As Sunnah. Namun
perbedaan tersebut dianggap wajar oleh para ulama fiqih. Karena berbagai faktor yang
mempengaruhinya, diantaranya faktor intuisi, interaksi sosial budaya dan faktor adaptasi
perkembangan jaman. Madzhab dalam hukum islam pun semakin bermunculan. Sebagai
contoh ada madzhab sunni yang terdiri dari madzhab Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali.
Sedangkan madzhab syi’a terdiri dari madzhab Zaidi dan Jarani yang semua itu perlu untuk
kita ketahui sebagai pertimbangan dalam kita melaksanakan keislaman.
Dalam makalah ini kami bermaksud menuliskan 4 macam madzhab tersebut, yaitu madzhab

Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali serta serta bagaimana kita memahami bagaimana
pentingnya berpegang pada salah satu madzhab empat tersebut.
B.
1.
2.
3.

Rumusan Masalah
Apakah yang dimaksud Madzhab?
Apa Madzhad Hanafi, Hambali, Maliki dan Syafi’i itu?
seberapa Pentingkah berpegang pada empat madzhab ?

C. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.

Sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Ibadah

Untuk mengetahui pengertian dan macam-macam madzhab.
Untuk mengetahui metode dalam menetapkan hukum.
Untuk memahami pentingnya berpegang pada salah satu madzhab

BAB II
2

PEMBAHASAN
1. Pengertian
Kata madzhab berasal dari bahasa Arab yaitu isim makan (kata benda keterangan tempat)
dari akar kata dzahab (pergi). Jadi, mazhab itu secara bahasa artinya, “tempat pergi”, yaitu
jalan (ath-tharîq).Secara terminologis pengertian madzhab menurut Huzaemah Tahido
Yanggo, adalah pokok pikiran atau dasar yang digunakan oleh imam mujtahid dalam
memecahkan masalah atau mengistinbatkan hukum Islam.Sedangkan menurut istilah ushul
fiqih, madzhab adalah kumpulan pendapat mujtahid yang berupa hukum-hukum Islam, yang
digali dari dalil-dalil syariat yang rinci serta berbagai kaidah (qawa’id) dan landasan (ushul)
yang mendasari pendapat tersebut, yang saling terkait satu sama lain sehingga menjadi satu
kesatuan yang.Sehingga dapat disimpulkan pengertian madzhab menurut istilah dalam
kalangan umat Islam ialah sejumlah dari fatwa-fatwa dan pendapat-pendapat seorang alim
besar di dalam urusan agama, baik ibadah maupun lainnya.

Ada empat madzhab yang masih bertahan sampai sekarang yakni:
a. Bermula dengan Imam Abu Hanifah (Madzhab Hanaffi). Pada zaman Bani Umaiyah
heboh dalam berdebat dan menentang paham Muktazilah.
b. Kemudian Imam Malik bin Anas (Mazhab Maliki). Mengarang kitab Muwatta', kitab
yang mengandung hadist-hadist dan hukum.
c. Diikuti dengan Imam Muhammad bin Idris As Syafie (Madzhab Syafi’i). Mengarang
kitab Ar Risalah dalam bidang Usul Fiqh Kitab Al Um dalam bidang Fiqah Pada zaman Bani
Abbasiyah semasa pemerintahan Khalifah Harun Ar Rasyid
d. Terakhir Imam Ahmad bin Hambal (Madzhab Hambali). Menentang golongan
Muktazilah, seorang al Hakim dalam gelaran ahli hadis kerana menghafal lebih 700 000
hadis. Mempunyai anak murid yang hebat seperti Imam Bukhari.

2. Macam macam madzhab
A. Fiqh Madzhab Hanafi
Adapun metodenya dalam Fiqh sebagaimana perkataan beliau sendiri: “Saya mengambil
dari Kitabullah jika ada, jika tidak saya temukan saya mengambil dari Sunnah dan Atsar dari
Rasulullah saw yang shahih dan saya yakini kebenarannya, jika tidak saya temukan di dalam
Kitabullah dan Sunnah Rasulullah saw, saya cari perkataan Sahabat, saya ambil yang saya
butuhkan dan saya tinggalkan yang tidak saya butuhkan, kemudian saya tidak akan mencari
yang di luar perkataan mereka, jika permasalahan berujung pada Ibrahim, Sya’bi, al-Hasan,

Ibnu Sirin dan Sa’id bin Musayyib (karena beliau menganggap mereka adalah mujtahid)
maka saya akan berijtihad sebagaimana mereka berijtihad”.

Kitab-Kitab Imam Hanafi
1. Kitab "Al-Faraid" (Harta Pusaka)
Daerah-Daerah Penganut Madzhab Hanafi
3

Mazhab Hanafi mulai tumbuh di Kufah (Irak), kemudian tersebar ke negara-negara Islam
bagian Timur. Dan sekarang ini mazdhab Hanafi merupakan madzhab resmi di Mesir, Turki,
Syiria dan Libanon.
Dan madzhab ini dianut sebagian besar penduduk Afganistan, Pakistan, Turkistan, Muslimin
India dan Tiongkok.

B. Madzhab Maliki
Madzhab Maliki adalah merupakan kumpulan pendapat-pendapat yang berasal dari
Imam Malik dan para penerusnya di masa sesudah beliau meninggal dunia.
Nama lengkap dari pendiri madzhab ini ialah: Malik bin Anas bin Abu Amir. Lahir pada
tahun 93 M = 712 M di Madinah. Selanjutnya dalam kalangan umat Islam beliau lebih
dikenal dengan sebutan Imam Malik. Imam Malik terkenal dengan imam dalam bidang hadis

Rasulullah SAW.
Imam Malik belajar pada ulama-ulama Madinah. Yang menjadi guru pertamanya ialah Abdur
Rahman bin Hurmuz. Beliau juga belajar kepada Nafi' Maula Ibnu Umar dan Ibnu Syihab Az
Zuhri.
Adapun yang menjadi gurunya dalam bidang fiqh ialah Rabi'ah bin Abdur Rahman. Imam
Malik adalah imam (tokoh) negeri Hijaz, bahkan tokohnya semua bidang fiqh dan hadits.
Corak Pemikiran Hukum :
Al-Quran, As-Sunnah (dengan lima rincian dari masing-masing Al-Quran dan As Sunnah;
tekstualitas, pemahaman zhahir, lafaz umum, mafhum mukhalafah, mafhum muwafakah,
tanbih alal illah), Ijma’, Qiyas, amal ahlul madinah (perbuatan penduduk Madinah),
perkataan sahabat, istihsan, saddudzarai’, muraatul khilaf, istishab, maslahah mursalah, syar'u
man qablana (syariat nabi terdahulu).Mazhab ini adalah ke balikan dari mazhan AlHanafiyah. Kalau Al-Hanafiyah banyak sekali mengandalkan nalar dan logika, karena kurang
tersedianya nash-nash yang valid di Kufah, mazhab Maliki justru 'kebanjiran' sumber-sumber
syariah. Sebab madzhab ini tumbuh dan berkembang di kota Nabi SAW sendiri, di
manapenduduknya adalah anak keturunan para shahabat. Imam Malik sangat meyakini
bahwa praktek ibadah yang dikerjakan penduduk Madinah sepeninggal Rasulullah SAW bisa
dijadikan dasar hukum, meski tanpa harus merujuk kepada hadits yang shahih para
umumnya.

Kitab-Kitab Imam Maliki

Karya-karya dari Imam Maliki di antaranya:
1. Kitab Muwaththa, kitab yang termasyhur merupakan kitab yang mengandung hadisthadist dan hukum.
2. Kitab Mudawanah Al-Qubra, yang berisi fatwa-fatwa dan jawaban Imam Malik atas
berbagai persoalan.
Daerah-Daerah Yang Menganut Madzhab Maliki
Awal mulanya tersebar di daerah Madinah, kemudian tersebar sampai saat ini di Marokko,
4

Aljazair, Tunisi, Libia, Bahrain, dan Kuwait.
C. Madzhab Syafi’i
Mazhab ini dibangun oleh Al-Imam Muhammad bin Idris Asy Syafi'i seorang keturunan
Hasyim bin Abdul Muthalib bin Abdi Manaf. Beliau lahir di Gaza (Palestina) tahun 150 H
bersamaan dengan tahun wafatnya Imam Abu Hanifah yang menjadi Mazhab yang pertama.
Guru Imam Syafi'i yang pertama ialah Muslim bin Khalid, seorang Mufti di Mekah. Imam
Syafi'i sanggup hafal Al-Qur-an pada usia tujuh tahun. Setelah beliau hafal Al-Qur-an barulah
mempelajari bahasa dan syi'ir; kemudian beliau mempelajari hadits dan fiqh.
Madzhab Syafi'i terdiri dari dua macam; berdasarkan atas masa dan tempat beliau mukim.
Yang pertama ialah Qaul Qadim; yaitu mazhab yang dibentuk sewaktu hidup di Irak. Dan
yang kedua ialah Qul Jadid; yaitu mazhab yang dibentuk sewaktu beliau hidup di Mesir
pindah dari Irak.

Keistimewaan Imam Syafi'i dibanding dengan Imam Mujtahidin yaitu bahwa beliau
merupakan peletak batu pertama ilmu Ushul Fiqh dengan kitabnya Ar Risaalah. Dan kitabnya
dalam bidang fiqh yang menjadi induk dari mazhabnya ialah: Al-Um.
Corak Pemikiran Hukum :
Antara tradisional dan rasional
Metode Fiqh Madzhab Syafi’i
Metode fiqhnya diambil berdasarkan:
1. Al-Quran, tafsir secara lahiriah, selama tidak ada yang menegaskan bahwa yang
dimaksud bukan arti lahiriahnya. Imam Syafi'i pertama sekali selalu mencari alasannya dari
Al-Qur'an dalam menetapkan hukum Islam.
2. As Sunnah, beliau tidak hanya mengambil hadits mutawatir saja (sunnah yang
diriwayatkan dari rasulullah oleh sekelompok perawi yang menurut kebiasaan, masingmasing tidak mungkin sepakat untuk berbohong, karena jumlah mereka yang bayak,
kejujuran dan perbedaan pandangan serta lingkunggan mereka) tetapi hadits-hadits ahad juga
beliau pakai untuk dalil. Dari Rasulullah SAW kemudian digunakan jika tidak ditemukan
rujukan dari Al-Quran. Imam Syafi'i sangat kuat pembelaannya terhadap sunnah sehingga
dijuluki Nashir As-Sunnah (pembela Sunnah Nabi).
3. Al-Ijma' atau kesepakatan para Sahabat Nabi, yang tidak terdapat perbedaan pendapat
dalam suatu masalah. Ijma' yang diterima Imam Syafi'i sebagai landasan hukum adalah ijma'
para sahabat, bukan kesepakatan seluruh mujtahid pada masa tertentu terhadap suatu hukum,
karena menurutnya hal seperti ini tidak mungkin terjadi.

4. Al-Qiyas yang dalam Ar-Risalah disebut sebagai ijtihad, apabila dalam ijma' tidak juga
ditemukan hukumnya. Akan tetapi Imam Syafi'i menolak dasar istihsan dan istislah sebagai
salah satu cara menetapkan hukum Islam.
5. Istidlal, mencari alasan berdasarkan atas kaidah-kaidah agama meskipun dari agama ahli
kitab (Yahudi dan Nasrani).
Kitab-Kitab Imam Syafi’i
Kitab-kitab Imam Syafi’i baik yang ditulisnya sendiri ataupun didiktekan kepada muridnya
5

maupun yang dinisbahkan kepadanya antara lain sebagai berikut:
1. Kitab al-Risalah, tentang ushul fiqh.
2. Kitab al-Umm, sebuah kitab fiqh yang didalamnya dihubungkan pula sejumlah kitabnya.
3. Kitab al-Musnad, berisi hadist-hadist yang terdapat dalam kitab al-Umm yang dilengkapi
dengan sanad-sanadnya.
4. Al-Imla’
5. Al-Amaliy.
6. Harmalah (dinisbahkan pada muridnya yang bernama Harmalah ibn Yahya).
7. Mukhtashar al-Muzaniy (dinisbahkan kepada Imam Syafi’i).
8. Mukhtashar al-Buwaithiy (dinisbahkan kepada Imam Syafi’i).
9. Kitab Ikhtilaf al-Hadist (penjelasan Imam Syafi’i tentang hadist-hadist Nabi SAW).

Daerah-Daerah Yang Menganut Madzhab Syafi'i
Madzhab Syafi'i sampai sekarang dianut oleh umat Islam di: Libia, Mesir, Indonesia, Pilipina,
Malaysia, Somalia, Arabia Selatan, Palestina, Yordania, Libanon, Siria, Irak, Hijaz, Pakistan,
India, Jazirah Indo China, Sunni-Rusia dan Yaman.

D. Fiqh Madzhab Hanafi
Metode fiqhnya diambil berdasarkan:
1. Al-Qur’an atau As Sunnah
Yaitu apabila beliau menemukan nash baik dari Al-Qur’an maupun hadist beliau tidak lagi
memperhatikan dalil-dalil yang lain dan tidak pula memperhatikan pendapat-pendapat para
sahabat.
2. Fatwa sebagian sahabat, yaitu jika beliau tidak mendapatkan nash maka beliau berpegang
teguh pada fatwa sahaby jika fatwa tersebut tidak ada yang menantangnya.
3. Pendapat sebagian sahabat, beliau memandang pendapat sebagian sahabat sebagai dalil
hukum. Jika terdapat beberapa pendapat dalam suatu masalah maka beliau mengambil
pendapat yang lebih dekat kepada Kitab dan Sunnah.
4. Hadist mursal atau hadist dhoif, yakni Hadits yang dimarfu’kan (diangkat) oleh seorang
tabi’in kepada Rasulullah saw, baik berupa sabda, perbuatan dan taqrir, baik itu tabi’in kecil
ataupun besar. Hal ini dipakai jika hadis tersebut tidak berlawanan dengan suatu atsar atau
pendapat seorang sahabat.

5. Qiyas, jika beliau tidak memperoleh sesuatu dasar diantara yang tersebut di atas maka
dipergunakanlah qiyas.
Kitab-Kitab Imam Hambali
Kitab-kitab Imam Hambali selain seorang ahli mengajar dan ahli mendidik, ia juga`seorang
pengarang. Beliau mempunyai beberapa kitab yang telah disusun dan direncanakannya, yang
isinya sangat berharga bagi masyarakat umat yang hidup sesudahnya. Di antara kitabkitabnya adalah sebagai berikut:
1. Kitab Al-Musnad.
2. Kitab Tafsir al-Qur’an.
3. Kitab al-Nasikh wa al-Mansukh.
6

4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Kitab al-Muqqodam wa al-Muakhkar fi al-Qur’an.
Kitab Jawabul al-Qur’an
Kitab al-Tarikh
Kitab Manasiku al-Kabir
Kitab Manasiku al-Shagir
Kitab Tha’atu al-Rasul
Kitab al-‘illah
Kitab al-Shalah

Daerah Yang Menganut Madzhab Hambali
Awal perkembangannya, madzhab Hambali berkembang di Bagdad, Irak dan Mesir dalam
waktu yang sangat lama. Kemudian Libia, Mesir, Indonesia, Saudi, Arabia, Palestina, Syria,
Irak, Jazirah Arab.
Pada abad XII mazhab Hambali berkembang terutama pada masa pemerintahan Raja Abdul
Aziz As Su'udi. Dan masa sekarang ini menjadi mazhab resmi pemerintahan Saudi Arabia
dan mempunyai penganut terbesar di seluruh Jazirah Arab, Palestina, Syria dan Irak.

7

BAB III
PENTINGNYA BERPEGANG PADA SALAH SATU MADZHAB
Jika kita memahami perjalanan sejara kaum salaf as-solih yang mana mereka adalh
kelompok mayoritas para ulama’ . yang sesuai dengan ulama’ makkah, ulama al azhar ,yang
jumlahnya tidak terhitung lagi ,bagaikan bintang-bintang di langit, sebagaimanaperkataan
rasulullah : sesunguhnya Allah tidak akan mengumpulkan umatnya atas kesesatan, dan tangan
( kekuasan ) Allah di atas jama’ah, barangsiapa yang mengasingkan diri, maka dia
mengasingkan diri ke neraka, (turmudzi )
Kebanyakan dari mereka para ulama’ itu selalu bermadzhab dengan salah satu madzhab
empat, sebagai mana imam bukhari bermadazhab imam syafii , imam nawawi syafiiyah,
imam al jailani hanbaliyyah, imam syadzili malikiyyah dengan dasar inilah bagaiman mereka
ulama’ yang memiliki kemampuan lebih dan usaha lebih berat masih memegang teguh
bermadzhab, apalagi orang seperti kita, maka dalam kitabnya (hadratussyekh )beliau
menuturkan : maka kita menghususkan bagi saudara kita yang muslim awam, agar bertakwa
kepada Allah dan menjaga keimanan dan selalu berdamai terhadap orang yang berselisih dan
harus berbuat baik terhadap terhadap tetangga dan selalu berpegang teguh terhadap tali Allah
dan selalu mengikuti kitab dan sunnah dan juga madzab empat .
Dan mereka yang bersepakat keluar dari madzhab dan memegangi pendapat baru ,
termasuk orang-orang yang di katakan rasulullah : barang siapa yang mengasingkan diri
maka dia mengasingkan diri ke dalam neraka.

8

BAB IV
PENUTUPAN
A. KESIMPULAN
Islam datang ke Indonesia dengan wasilah dakwa dari wali songo yang notebenya
bermadzhab syafi’i sehingga sebagian besar rakyat kita menganut madzhab syafi’i ,
sehingga sebagaimana yang telah di jelaskan tadi ,bahwa pemikiran baru yang
berkembang sekarang , dengan menjauhkan kita dari madzhab dan menyerukan kepada
kita agar berpegang dengan Al-quran dan hadist , padahal secara tidak langsung mereka
sedang menggiring kita kepada madzhab baru mereka, termasuk dari bahaya yang sangat
memprihatinkan jika ada orang yang mengartikan al-quran dan hadist dengan semaunya
sendiri atau terjatuh dalam kesalahan di karenakan kurangnya kemampuan mereka di
dalam menggali hukum, oleh karena itu berpegang pada salah satu madzhab dari
madzhab empat merupakan sebuah kebtuhan ,lebih-lebih di akhir zaman ini, di sebabkan
lemahnya semangat untuk mempelajari agama, dan banyaknya orang-orang yang
mengaku-ngaku menjadi orang pandai, padahal mereka hanyalah berpura-pura.
Oleh karen itu berpegang pada madzhab merupakan kebutuhan apalagi banyak orang
–orang awam yang bekerja dan sibuk urusan dunia, tapi tanpa mereka dunia ini juga
tidak akan berjalan, bayangkan kalo setiap orang di wajibkan memahami agama secara
penuh, maka sistem negara,ekonomi,pemerintahan tidak akan bisa berjalan dengan baik.

9