Seminar Nasional Kementrian Riset Dan Te

PROSIDING SEMINAR NASIONAL INSENTIF RISET SiNas
ISBN. 978-602-18926-6-4
FITOREMEDIASI DAN POTENSI FITOMINING NIKEL PADA LAHAN PASCA TAMBANG
Muliadi1), Deasy Liestianty1), Yanny2)
1)

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Khairun
2)
Teknik Pertambangan, Universitas Muhammadiyah Ternate
1)
Kampus II Unkhair, Jln Gambesi , Ternate Maluku Utara 97719
Telepon: (0921) 3110903/ (0921) 3110906
E-mail : [email protected]
Jakarta, 7 – 8 Nopember 2013
ABSTRAK

Fitomining merupakan teknologi lanjutan dari fitoremediasi untuk menghasilkan bio-ore bebas sulfida,
ramah lingkungan dan memungkinkan pengambilan logam-logam yang bernilai ekonomi melalui
peleburan dan pemurnian. fitomining berpotensi diaplikasikan dalam industri mineral untuk
mengembalikan keuntungan ekonomi dengan memproduksi logam-logam komersil menggunkan
tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kelayakan potensi fitoekstraksi dan fitomining nikel

menggunakan Ipomea reptans Poir dan Brassica rapa. Metode analaisis yang digunakan adalah
spektrofotometer serapan atom (SSA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ipomea reptans Poir dan
Brassica rapa berpotensi sebagai hiperakumulator nikel dengan kemapuan fitoekstrasi masing 699.9
mg/Kg dan 645.7 mg/Kg dengan nilai faktor translokasi masing-masing 1.25 dan 2.15.
Key words: Fitoremediasi, fitomining, nikel, Ipomea reptasn Poir, Brassica rapa.
I.

Beberapa tanaman telah menunjukkan pola

PENDAHULUAN
Hubungan

mineralisasi dan tanaman

telah diakui sejak abad pertengahan, namun
tidak sampai menganalisis jaringan tanaman
untuk mengetahui konsentrasi logam dalam
jaringan [10]. Interaksi tanaman dan tanah
merupakan hubungan ekosistem mikro di sekitar
akar tanaman yang ditandai oleh perbedaan

kondisis fisik, kimia dan biologis. Larutan air
tanah yang mengandung mineral diambil melalui
akar ke seluruh bagian tanaman melalui proses
penyerapan air oleh tanaman [9,13]. Peningkatan
pemahaman tentang peran tanaman pengekstrak
logam

berkembang

penambangan

bijih

sampai
mineral

pada

proses


kadar rendah.

respon terhadap kehadiran konsentrasi logam
yang tinggi dalam tanah. Kebanyakan tanaman
sensitif terhadap Konsentrasi logam yang tinggi
dan

sebagian

lain

mengalami

resistensi,

toleransi, dan akumulasi dalam jaringan akar
hingga ke seluruh bagian tanman seperti tunas ,
bunga , batang , dan daun [4].
Fenomena


tanaman

mengakumulasi

konsentrasi logam berat yang demikian tinggi
disebut

tanaman

hiperakumulator.

Ciri-ciri

tanaman

hiperakumulator

seperti

tanaman


mampu

mengakumulasi

logam

dengan

konsentrasi

100

kali

lebih

besar

dari


pertumbuhan'' normal " tanaman yang tumbuh di
130

PROSIDING SEMINAR NASIONAL INSENTIF RISET SiNas
ISBN. 978-602-18926-6-4
lingkungan yang sama [2,3,5].

Tanaman

hiperakumulator

untuk

menggambarkan

hiperakumulator secara efisien mengekstrak

tanaman-tanaman yang mampu menyerap nikel


logam

kemudian

hingga konsentrasi melebihi 1000 mg/Kg (0.1

ditranslokasikan ke seluruh jaringan tanaman.

%) berat kering biomassa yang tumbuh pada

Setelah masa pertumbuhan cukup, tanaman

lahan serpentin [5,8]. Selanjutnya tanaman

dipanen dan selanjutnya dikeringkan. Biomassa

hiperakumulator didefinisikan sebagai tanaman

tanaman kering kemudian diabukan selanjutnya


yang mengakumulasi logam hingga konsentrasi

di panggang, sintering atau dilebur yang

10-1000 kali lebih banyak dari konsentrasi

memungkinkan logam-logam dalam abu atau

logam yang ditemukan pada tanaman normal

bijih dapat diperoleh dengan metode pemurnian

[6]. Sekitar 440 jenis tanaman hiperakumulator

logam konvensional seperti pelepasan asam dan

yang telah diketahui, yang mana 75 %

elektrowining [1]. Demikian teknik fitomining


merupakan hiperakumulator nikel [11]. Sisanya

dilakukan.

jenis

Fitomining merupakan pengambilan logam-

kadmium, mangan, sodium, thallium dan zink.

dari

dalam

tanah

tanaman

hiperkaumulator


arsenik,

logam menggunakan jenis tanaman tertentu dari
lokasi tambang terkontaminasi untuk tujuan
komersil

[1,7].

Fitomining

Fitomining Nikel

merupakan

Tanah

ultrabasa

atau


serpentin

pengembangan dari penelitian fitoekstraksi,

mengandung potensi nikel pada konsentrasi

proses menggunakan tanaman yang berpotensi

antara 1000 dan 7000 mg/kg, jauh di bawah

menyerap spesies mineral dari dalam tanah,

Konsentrasi nikel minimum yang diperlukan

sedimen dan perairan.

untuk teknologi pertambangan yang modern (<

fitoekstraksi

seperti

Aplikasi lain dari
fitoremediasi,

dimana

30.000 mg/kg ), tapi cukup untuk memasok ke

kontaminan yang terjadi secara tidak alamiah

tanaman

merupakan disposal atau dapat digunakan

demikian, ada kesempatan untuk komersialisasi

kembali dan fitostabilisasi, dimana spesies

fitomining pada tanah yang mengandung nikel

kontaminan diimmobisasi di dalam tanah oleh

untuk menghasilkan abu biomassa yang kaya

tanaman [12].

kandungan nikel [7,14,15]. Severne dan Brooks

Khusus tanaman yang diketahui sebagai
hiperakumulator

karena

kemampuannya

hiperakumulator

nikel.

Dengan

melaporkan 1.600 mg/kg nikel dalam daun
kering

dari

Hybanthus

floribundus,

suatu

mengakumulasi logam-logam non essensial

tanaman hiperakumulator nikel tumbuh pada

dalam proses biologi menjadi konsentrasi yang

sebidang tanah di Australia dengan hanya

mirip dengan makro nutrien (0.1 – 1 %). Brooks

mengandung

dkk, pada tahun 1970an merupakan ilmuan

melaporkan lebih dari satu persen Konsentrasi

pertama

nikel dalam H. Floribundus [16,17]

yang

menggunakan

terminologi

700

mg/kg

nikel

.

Cole

131

PROSIDING SEMINAR NASIONAL INSENTIF RISET SiNas
ISBN. 978-602-18926-6-4
Uji coba lapangan untuk fitomining
nikel dilakukan oleh Robinson dkk pada
A.

bertolonii.

mengandung nikel selanjutnya ditumbuhkan
selama

enam

minggu.

Pemanen

tanaman

dengan

dilakukan setiap minggu. Tanaman yang telah

kombinasi pupuk N + P + K pada jangka waktu

dipanen dicuci dengan aquades hingga bersih

2 tahun . Robinson dkk, melaporkan hasil

dan diangin-anginkan. Akar, batang dan daun

biomassa dari 9000 kg/ha mengandung 8000 mg

yang

/ kg Ni di berat kering ( dalam abu 110,000

dikeringkan pada suhu 50˚C

mg/kg ) [15]. B. coddii merupakan salah satu

Sebelum dianalisis, biomassa sampel kering

kandidat terbaik untuk fitomining nikel karena

(akar,

memiliki biomassa yang tinggi , mudah tumbuh

didekstruksi

dari bijih dan toleran terhadap berbagai iklim

37%,

yang

menggunakan spektrofotometer serapan atom

hiperakumulator

ekstrim

[14],

fitomining

nikel

telah

bersih

batang

dan

dipisahkan,

daun)

kemudian

selama 24 jam.
terlebih

dahulu

dengan HNO3 65% dan H2SO4

filtrat

yang

diperoleh

dianalisis

menggunakan B. coddii dapat mencapai 100 kg

(SSA).

/ ha [18]. Li dkk, melaporkan konsentrasi nikel

fitoekstraksi

dalam A.

menghitung faktor translokasi logam di dalam

murale

dan

Alyssum

corsicum

mencapai 22.000 mg / kg dengan biomassa

Untuk

mengetahui

tanaman

kemampuan

ditentukan

dengan

tanaman.

biomassa 20.000 kg / ha [19].
II.

….(1)

METODE
Penelitian ini akan dilakukan dalam

Potensial fitoekstraksi dihitung dari jumlah total

empat tahapan, yaitu penyiapan substrat untuk

logam yang terekstrak per hektar lahan per satu

pertumbuhan

kali

tanaman,

pembibitan

dan

penanaman tanaman, pemanenan tanaman dan

siklus

fitoekstraksi

[20].

Potensial

fitoekstraksi dihitung sebagai berikut:

analisis kadar nikel dengan menggunakan
Spektrofotometer serapan atom.

………...(2)

Tanah yang digunakan yaitu tanah yang

Dimana, [Ni] adalah konsentrasi nikel dalam

diperoleh dari lahan bekas galian. Karakteristik

tanaman (mg/Kg) dan BK adalah berat kering

fisika-kimia tanah ditunjukkan pada tabel 1.

biomassa tanaman yang dipanen (ton/hektar).

Pembuatan tanah yang terkontaminasi logam
nikel terlebih dahulu ditentukan konsentrasi
yang diharapkan. Tanaman yang digunakan
yaitu Ipomea reptans Poir dan Brassica rapa.
Tanaman ditanam kedalam media tanah yang

132

PROSIDING SEMINAR NASIONAL INSENTIF RISET SiNas
ISBN. 978-602-18926-6-4
III.

ini

HASIL dan PEMBAHASAN

bertujuan

untuk

mengetahui

tingkat

kesuburan tanah dan unsur-unsur hara essensial
3.1 Hasil pengujian karakteristik Fisika-Kimia
Tanah

yang

terkandung

dalam

tanah,

karena

ketersediaan unsur hara sangat berpengaruh pada
Pada tahap awal penelitian terlebih
dahulu

dilakukan

uji

komposisi

proses penyerapan logam berat ke jaringan

tanah

tanaman. Adapun hasil pengujian sampel tanah

berdasarkan karakteristik fisika-kimia tanah. Hal

dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Komposisi sampel tanah berdasarkan parameter fisika kimia tanah
Parameter

Kadar

Parameter

Kadar

Kadar air

8,52 %

Ca

-

pH tanah (H2O)

6,01

Mg

-

karbon (C)

-

Na

-

nitrogen (N)

0,24 %

Liat

45 %

P2O5

15,68 ppm

Debu

35 %

K

0,07 cmol/Kg

Pasir

20 %

KTK

32,24 cmol/Kg

Kias tekstur

Liat

Tabel 1, menunjukkan bahwa hasil analisis

mempunyai

arti

sangat

penting

dalam

parameter tekstur tanah sebagai media tanam

hubungannya dengan suplai unsur hara dan juga

tergolong tanah dengan terkstur cukup liat yaitu

mempunyai pengaruh terhadap daya sangga

tinggi 45%. Nilai pH tanah digunakan sebagai

media.

indikator kesuburan kimiawi tanah, karena dapat

esensial K dalam tanah menunjukkan rendahnya

menunjukkan ketersediaan hara dalam tanah

tingkat kesuburan tanah.

Rendahnya

kandungan

unsur

hara

tersebut. Ketersediaan unsur hara Mg dan Ca
dalam tanah pada pH 7,0 – 8,5, sedangkan untuk
ketersediaan N pada pH 6,0 – 8,0 (Hanafiah,
2012). Dari hasil analisis tanah pada tabel 1.

3.2

Pengaruh waktu ekpos dan variasi
konsentrasi pada proses fitoektraksi nikel
Pengaruh

waktu

ekspos

dan

variasi

media

tanah

yang

konsentrasi substrat nikel di dalam tanah

pH

rata-rata

6,01

terhadap akumulasi dan distribusi nikel pada

sehingga tidak tersedianya unsur hara Mg dan

akar, batang dan daun Ipomea reptans Poir dan

Ca. Selain faktor pH tanah sebagai indikator

Brassica

menunjukkan
digunakan

bahwa

mempunyai

rapa

disajikan

pada

tabel

2.

ketersedian unsur hara nilai KTK media juga
133

PROSIDING SEMINAR NASIONAL INSENTIF RISET SiNas
ISBN. 978-602-18926-6-4
Tabel 2. Hasil penelitian fitoekstraksi nikel menggunakan tanaman I. reptans Poir dan B. rapa
Tanaman
Ipomea
reptans
Poir

Bagian
tanaman
Akar

Batang

Daun

Brassica
rapa

Akar

Batang

Daun

Ipomea
reptans
Poir

Akar

Batang

Daun

Waktu
tanam
7
14
21
28
35
7
14
21
28
35
7
14
21
28
35
14
21
28
35
42
14
21
28
35
42
14
21
28
35
42
28
28
28
28
28
28
28
28

Konsentrasi nikel
dalam tanah (ppm)
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
30
50
100
30
50
100
30
50

Akumulasi
nikel (mg/Kg)
118.5
181.75
118.68
118.68
181.8
118.5
118.5
118.5
244.925
181.8
118.5
181.5
224.92
181.8
118.67
11.904
41.316
128.851
111.344
181.372
41.316
391.456
58.823
41.316
58.823
41.316
76.33
23.809
76.33
76.33
163.649
247.214
247.214
191.504
212.395
219.359
205.431
212.395

Faktor
Translokasi
1
0.99
1.89
1.53
0.65

3.47
1.84
0.18
0.68
0.42

1.25
0.85
0.94

134

PROSIDING SEMINAR NASIONAL INSENTIF RISET SiNas
ISBN. 978-602-18926-6-4

Brassica
rapa

Akar

Batang

Daun

28
21
21
21
21
21
21
21
21
21

Gambar 1. Distribusi nikel pada akar dan daun
Ipomea reptans Poir dan Brassica
rapa pada variasi waktu

Gambar 2. Nilai faktor translokasi nikel oleh
Ipomea reptans Poir dan Brassica
rapa pada variasi waktu

100
30
50
75
30
50
75
30
50
75

233.286
219.145
199.367
92.563
163.765
195.411
140.031
211.234
250.791
199.367

0.96
1.25
2.15

Gambar 3. Distribusi nikel pada akar dan daun
Ipomea reptans Poir dan Brassica
rapa pada variasi konsentrasi

Gambar 4. Nilai faktor translokasi nikel oleh
Ipomea reptans Poir dan Brassica
rapa pada variasi konsentrasi
substrat

135

PROSIDING SEMINAR NASIONAL INSENTIF RISET SiNas
ISBN. 978-602-18926-6-4
Tabel

2,

menunjukkan

banyaknya

distribusi konsentrasi nikel pada organ akar dan

konsentrasi nikel yang diekstrak oleh Ipomea

daun

reptans Idan Brassica rapa dari tanah selama

konsentrasi nikel pada akar dan daun Ipomea

lima

Konsentrasi

reptans Poir dan Brassica rapa masing-masing

maksimum nikel yang terekstrak oleh Ipomea

disajikan pada gambar 1 dan 3. Untuk melihat

reptans adalah 545,45 mg/Kg biomassa kering

besarnya perbandingan konsentrasi nikel pada

(BK) tanaman pada waktu tanam minggu

dau dan akar tanaman dihitung menggunakan

keempat (hari ke-28). Konsentrasi maksimum

persamaan 1, yaitu faktor translokasi nikel pada

yang terekstrak pada minggu ketiga (hari ke-21)

tanaman. Hasil perhitungan faktor translokasi

sebesar 509,103 mg/Kg berat kering biomassa.

nikel pada Ipomea reptans Poir dan Brassica

minggu

masa

tanam.

Setelah dilakukan penentuan waktu
dimana tanaman mampu mengekstrak nikel
dalam

jumlah

besar,

maka

dilakukan

serangkaian uji coba fitoekstraksi pada variasi
konsentrasi nikel. Variasi konsentrasi nikel yang
diigunakan untuk Ipomea reptans Poir yaitu 30,
50 dan 100 ppm. Variasi konsentrasi nikel yang
diigunakan untuk Brassica rapa yaitu 30, 50 dan
75 ppm. Besarnya konsentrasi dan distribusi
nikel yang pada setiap organ tanaman Ipomea
reptans dan Brassica rapa disajikan pada tabel
2. Total konsentrasi nikel yang terekstrak oleh
Ipomea reptans Poir pada

tanaman.

Distrbusi

perbandingan

rapa disajikan pada gambar 2 dan 4, masingmasing berdasarkan variasi waktu tanam dan
variasi konsentrasi substrat nikel. Nilai faktor
translokasi nikel tertinggi pada variasi waktu
tanam (gambar 2) masing-masing 1,89 dan 3,47
untuk Ipomea reptans Poir dan Brassica rapa.
Gambar 4, menunjukkan nilai factor translokasi
nikel tertinggi pada variasi konsentrasi substrat
nikel masing-masing 1,25 untuk Ipomea reptans
Poir (30 ppm) dan 2,15 untuk Brassica rapa (75
ppm).
3.3 Potensi fitoekstraksi dan fitomining nikel
Potensial fitoekstraksi nikel ditentukan

masing-masing

variasi konsentrasi yaitu 560.58 mg/Kg, 672.005

menggunakan

mg/Kg dan 699.86 mg/Kg (lampiran 2), yang

konsentrasi nikel yang mampu diekstrak oleh

hampir terdistribusi merata pada setiap bagian

Ipomea reptans

tanaman. Total konsentrasi nikel yang mampu

masing-masing 699.9 mg/Kg dan 645.7 mg/Kg.

diekstrak oleh tanaman Brassica rapa pada

Dengan

estimasi

produksi

masing-masing variasi konsentrasi yaitu 594.145

biomassa Ipomea reptans Poir dan

Brassica

mg/Kg, 645.659 mg/Kg

rapa masing-masing 15 ton per hektar per tahun

dan 431.963 mg/Kg

ditentukan

dengan

2.

Maksimum

Poir dan Brassica rapa

menggunakan

maka diestimasi potensi fitoekstraksi nikel

berat kering tanaman.
Tanaman

persamaan

hiperakumulator
melihat

nikel

perbandingan

menggunakan ipomea reptans Poir dan Brassica
rapa masing-masing 10 dan 9.5 Kg/ha/Tahun.

136

PROSIDING SEMINAR NASIONAL INSENTIF RISET SiNas
ISBN. 978-602-18926-6-4
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian diketahui
bahwa Ipomea reptans Poir dan Brassica rapa
berpotensi

sebagai

hiperakumulator

nikel.

Konsentrasi nikel yang diakumulasi oleh Ipomea
reptans Poir dan Brassica rapa relatif tinggi
sehingga berpotensi digunakan untuk fitomining
pada lahan yang mengandung kadar nikel yang
rendah.

Meskipun

demikian,

dibandingkan

dengan beberapa hiperakumulator nikel lainnya
Ipomea reptans Poir dan Brassica rapa masih
tergolong rendah sehingga perlu dilakukan
pengembangan penelitian fitomining secara in
situ menggunakan tanaman hiperakumulator.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Anderson, C.W.N., Brooks, R., Stewart, R.,
Simcock, R., Robinson, B., (1999), The
Phytoremediation and Phytomining of
Heavy Metals. Pacrim 99, Ball, Indonesia,
pp. 127–135.
[2] Anderson, C.W.N., Stewart, R.B., Moreno,
F.N., Wreesmann, C.T.J., Gardea-Torresdey,
J.L., Robinson, B.H., Meech, J.A., (2003),
Gold phytomining “Novel developments in
a plant-based mining system” In:
Proceedings of the Gold 2003 Conference:
New Industrial Applications of Gold. World
Gold Council and Canadian Institute of
Mining,
Metallurgy
and
Petroleum.
http://www.gold.org/discover/sci_indu/gold
2003/pdf/s36a1355p976.pdf.
[3] Baker, A.J.M., Brooks, R.R., (1989),
Terrestrial
higher
plants
which
hyperaccumulate metal elements: a review
of their distribution, ecology, and
phytochemistry. Biorecovery, 1, pp. 81–126.
[4] Barcelo, J., Vazquez, M.D., Madico, J.,
Poschenrieder,
C.,
(1994),
Hyperaccumulation of zinc and cadmium in
Thlaspi caerulescens, In: Varnavas, S.P.

(Ed.) Environmental contamination CEP
Consultants Ltd., Edinburgh, pp. 132–134.
[5] Brooks, R.R., Lee, J., Reeves, R.D., Jaffre,
T., (1977), Detection of nickeliferous rocks
by analysis of herbarium specimens of
indicator plants. Journal Geochemical
Exploration, 7, pp. 49–57.
[6] Chaney, R.L., (1983), Plant uptake of
inorganic waste, In: Parr, J.E. (Ed.), Land
Treatment of Hazardous Waste, Noyes Data
Corp., Park Ridge, IL, pp. 50–76.
[7] Chaney, R.L., Angle, J.S., Baker, A.J.M.,
Li, J.M., (1998), Method for phytomining of
nickel, cobalt, and other metal from soil. US
Patent No. 5, 711, 784.
[8] Jaffre, T., Brooks, R.R., Lee, J., Reeves,
R.D., (1976), Sebertia acuminata: a
nickelaccumulating plant
from New
Caledonia. Science 193, pp. 579–580.
[9] Marschner, H., (1995), Mineral nutrition of
higher plants, 2nd ed. New York, Academic
Press.
[10]Memon, A.R., Aktoprakligil, D., Ozdemir,
A., Vertii, A., (2001), Heavy metal
accumulation
and
detoxification
mechanism in plants. Turk Journal of
Botany, 25, p. 111–121.
[11] Reeves, R.D., (2006), Hyperaccumulation
of trace elements by plants. In: Morel, J.L.,
Echevarria, G., Goncharova, N. (Eds.),
Phytoremediation of Metal-contaminated
Soils, NATO Science Series: IV: Earth and
Environmental Sciences, vol. 68. Springer,
New York, pp. 25–52.
[12] Reeves, R.D., Baker, A.J.M., (2000),
Metal-accumulating plants, in: I. Raskin,
B.D. Ensley (Eds.), Phytoremediation of
Toxic Metals: Using Plants to Clean Up the
Environment, John Wiley and Sons, New
York, NY, USA, pp. 193–221.
[13] Robinson, B., Fernandez, J.E., Madejon, P.,
Maranon, T., Murillo, J.M., Green, S.,
Clothier, B., (2003), Phytoextraction: an
assessment of biogeochemical and economic
viability. Plant and Soil, 249, pp. 117–125.
[14] Robinson, B.H., Brooks, R.R., Clothier,
B.E., (1999), Soil amendments affecting
nickel and cobalt uptake by Berkheya
coddii: potential use for phytomining and
137

PROSIDING SEMINAR NASIONAL INSENTIF RISET SiNas
ISBN. 978-602-18926-6-4
phytoremediation. Annals of Botany, 84,
pp. 689–694.
[15] Robinson, B.H., Brooks, R.R., Howes,
A.W., Kirkman, J.H., Gregg, P.E.H.,
(1997), The potential of the high-biomass
nickel hyperaccumulator Berkheya coddii
for phytoremediation and phytomining,
Journal Geochemistry Exploratio, 60, pp.
115–126.
[16] Cole, M.M., (1973), Geobotanical and
biogeochemical investigations in the
sclerophyllous woodland and shrub
associations of the eastern goldfields of
Western Australia with particular reference
to the role of Hybanthus floribundus
(Lindl) F Muell as a nickel indicator and
accumulator plant. Journal of Applied
Ecology, 10, pp. 269–320.
[17] Severne, B.C., Brooks, R.R., (1972), A
nickel-accumulating plant from Western
Australia. Planta, 103, pp. 91–94.
[18] Anderson, C.W.N., Brooks, R.R.,
Chiarucci, A., LaCoste, C.J., Leblanc, M.,
Robinson, B.H., Simcock, R., Stewart,
R.B., (1999), Phytomining for nickel,
thallium and gold, Journal of Geochemical
Exploration 67, pp.407–415.
[19] Li, Y.M., Chaney, R.L., Brewer, E.P.,
Angle,
J.S.,
Nelkin,
J.,
(2003),
Phytoextraction of nickel and cobalt by
hyperaccumulator Alyssum species grown
on nickel contaminated soils, Environment
Science and Technology, 37, pp. 1463–
1468.
[20] Kos, B., Grčman, H., Leštan, D., (2003),
Phytoextraction of lead, zinc and cadmium
from soil by selected plants. Plant Soil
Environment 49, 548–553.
Ucapan Terima Kasih
Penelitian ini didanai dari program insentif riset
Nasional oleh Kementrian Riset dan Teknologi
Republik Indonesia. Penulis berterima kasih
kepada Brett Robinson dari Lincoln University,
Selandia Baru atas masukan dalam penulisan
makalah ini.

138