KELAS B PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTA

ORGANISASI ADMINISTRASI NEGARA
(OAN)
MAKALAH
Dibuat untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Hukum Aministrasi Negara di Bawah
Bimbingan Dosen Bpk. FAUZUL ALIWARMAN, SHI., M.Hum.

Oleh :
KELOMPOK 4

KELAS B PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL "VETERAN" JAWA TIMUR
SURABAYA
2013

TIM PENYUSUN

PUTRI LESTARI
(1271010044)

KENIA ALIFIA ARBILLA
(1271010065)


DINI DJOVITA W
(1271010053)

PUSPA ANGGRAINI
(1271010056)

1

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. alhamdulillahirabbilalamin. Segala puji bagi
Allah yang telah menolong kami menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa
pertolongan-NYA mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik. shalawat dan
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta yakni nabi Muhammad SAW.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang ORGANISASI
ADMINISTRASI NEGARA, yang kami sajikan berdasarkan dari berbagai sumber.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Hukum Aministrasi

Negara bapak Fauzul Aliwarman yang telah membimbing penyusun agar dapat mengerti tentang
bagaimana cara kami menyusun karya tulis ilmiah.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun
makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon saran dan kritiknya.

Terima kasih.

15 Seeptember 2013
Tim Penyusun

(Kelompok 4)

2

DAFTAR ISI

TIM PENYUSUN.........................................................................................................................

i


KATA PENGANTAR....................................................................................................................

ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................................

iii

BAB I

PENDAHULUAN......................................................................................................

1

1 1. Latar Belakang Masalah.......................................................................................

1

1.2. Perumusan Masalah.............................................................................................


1

1.3. Tujuan Penulisan..................................................................................................

2

PEMBAHASAN...........................................................................................................

3

2.1. Organisasi Administrasi Negara............................................................................

3

2.2. Organisasi Pemerintah Pusat..................................................................................

7

2.3. Organisasi Pemerintah Daerah.............................................................................


10

2.4. Hubungan Antara Pemerintahan Pusat Dan Pemerintahan Daerah....................

12

PENUTUP....................................................................................................................

18

3 l. Kesimpulan..........................................................................................................

18

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................

19

BAB II


BAB III

3

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah
Ditinjau dari segi ilmu hukum organisasi administrasi negara hanya meliputi
eksekutif sebagai pelaksana UU dala hal ini pemerintah yang mana dilakakukan baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Dalam menjalankan semua aktivitas negara
baik di Pusat maupun Daerah perlu adanya semacam pembagian kewenangan. Negara
sudah mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan kewenangan Pusat dan Daerah yang
mana semuanya dibawah kendali eksekutif sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan.
Maka dari itu perlu adanya sesuatu yang mengatur baik pemerintahan pusat dan
daerah ini berkaitan tugas dan wewenangnya sebagai pelayan masyarakat secara universal.
Dalam terciptanya proses dala menjalan pemerintahan yang baik perlu adanya kejasaman
yang baik antara pemerintah pusat maupun daerah. Didalam UUD RI 1945 diatur tentang

pemerintah daerah dalam pasal 18.

1.2.

Rumusan Masalah
1.

Apa yang dimaksud tentang OAN ?

2.

Jelaskan apa yang dimaksud dengan organisasi pemerintahan pusat dan sebutkan
wewenangnya?!

3.

Jelaskan apa yang dimaksud dengan organisasi pemerintahan daerah dan sebutkan
kewenangannya ?

4.


Bagaimana hubungan antara pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah ?

1

1.3.

Tujuan Penulisan
a.

Tujuan umum
Secara umum pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami
Hukum Islam tentang pertumbuhan dan perkembangan Hukum Administrasi Negara

b.

Tujuan khusus
Tujuan khusus pembuatan makalah ini yaitu untuk mengikuti prosedur pengajaran
dalam mata kuliah Hukum Administrasi Negara


2

BAB II PEMBAHASAN

2.1. ORGANISASI ADMINISTRASI NEGARA
Organisasi secara umum dapat diarikan sebagai sekelompok orang (dua atau
lebih) yang secara formal dipersatukan dalam dalam suatu kerjasama untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Organisasi dapat dirumuskan sebagai suatu kerjasama
berdasarkan pembagian kerja yang tetap dan juga organisasi sebagai badan dimana
memudahkan anggotanya dalam hal ini rakyat untuk mencapai tujuan bersama atau citacitanya. Tujuan bersama dalam ini termaktub dalam konstitusi kita yaitu UUD RI 1945.
Dimana didalamnya mengatur bagaiman negara dalam hal ini organisasi yang dikelola
oleh aparaturnya dalam menjalankan tugas, fungsi dan wewenangnya.
Didalam Pasal 28E ayat (3) yang berbunyi “Setiap orang berhak atas kebebasan
berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat”, artinya apa negara memberikan
kebebasan kepada warna negaranya berkumpul dan berserikat dalam sebuah organisasi
seperti dalam dal ini partai politik dimana didalamnya mempunyai misi dan visi yang
berbeda antara parpol yang satu dan lainnya yang mana sebagai wadah rakyat untuk
menyatakan pikirannya dan pendapatnya yang kemudian diatur dalam undang-undang.
Organisasi administrasi negara sendiri adalah institusi atau lembaga negara yang secara
struktural berada berada di bawah eksekutif dalam hal ini presiden sebagai kepala

pemerintahan. Maka dari itu harus bisa dibedakan antara organisasi dan organisasi
administrasi negara yang mana keduanya memiliki perbedaan yang sangat signigfikan
.
 ORGANISASI KEADMINISTRASIAN NEGARA
Adalah keseluruhan tata susunan administrasi negara yang terdiri:
a. Kementerian/Departemen-departemen
b. Direktorat,
c. Biro,
d. Kantor,
e. Wilayah-wilayah,
f. Daerah-daerah Otonomi dsb.

 ORGANISASI ADMINISTRASI NEGARA
Organisasi administrasi negara adalah institusi atau lembaga negara yang
secara struktural berada berada di bawah eksekutif dalam hal ini presiden sebagai
kepala pemerintahan (Top Leader Organisasi Administrasi Negara) dimana jumlahnya
tidak terbatas hal ini dilakukan karena bertujuan untuk :
3

a. Membagi tugas-tugas pemerintah,

b. Membatasi tugas, kewenangan dan tanggung jawab,
c. Memberikan pelayaan secara spesialisasi kepada masyarakat, sehingga
masyarakat mudah untuk mendapatkan pelayanan,
d. Memudahkan pengawasan oleh atasan dan masyarakat, karena pembagian
tugasnya telah dilakukan secara tegas dalam undang-undang, dan
e. Memudahkan komunikasi dan koordinasi antar organisasi administrasi
negara.
 Sedangkan ciri-ciri organisasi administarsi negara sebagai berikut :
a. Tidak diatur secara konkrit dalam suatu UU,
b. Jumlahnya tak terbatas, tergantung dengan kebutuhan dan perkembangan
c.
d.
e.
f.
g.

masyarakat,
Semua lembaganya menyebar,
Diangkat karena berstatus sebagai PNS,
Pertanggungjawaban kepada atasan,
Keberadaan dan fungsi pokoknya merupakan public service, dan
Nama tergantung dari fungsi dan tugas dari lembaga tersebut.

 Organisasi anministrasi negara memiliki 2 sifat yaitu :
a. Bersifat struktural yaitu pembagian organisasi administrasi negara
berdasarkan tugas dan fungsinya sehingga bersifat statis.
b. Bersifat Fungsional yaitu pelaksanaan atau aktivitas organisasi administrasi
negara yang ditinjau dari SDM, Prasananya, dana dan lain-lain yang mana
menunjang proses pelaksanaan kinerja organisasi administrasi negara.

 OAN menyebar di seluruh instansi atau lembaga negara dan menyebar dari tingkat
pusat ke seluruh pelosok dengan mempertimbangkan:
a. Membagi habis tugas pemerintah
b. Membatasi tugas kewenangan dan tanggung jawab
c. Memberikan pelayanan secara spesialisasi sehingga memudahkan masy.
d. Memudahkan pengawasan
e. Menyediakan kerangka struktural untuk komunikasi di antara OAN itu
sendiri.
Ditinjau dari segi ilmu hukum organisasi administrasi negara hanya meliputi
eksekutif sebagai pelaksana UU dala hal ini pemerintah yang mana dilakakukan baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Dalam menjalankan semua aktivitas
negara baik di Pusat maupun Daerah perlu adanya semacam pembagian kewenangan.
Negara sudah mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan kewenangan Pusat dan
Daerah yang mana semuanya dibawah kendali eksekutif sebagai pemegang kekuasaan
4

pemerintahan. Maka dari itu perlu adanya sesuatu yang mengatur baik pemerintahan
pusat dan daerah ini berkaitan tugas dan wewenangnya sebagai pelayan masyarakat
secara universal. Dalam terciptanya proses dala menjalan pemerintahan yang baik perlu
adanya kejasaman yang baik antara pemerintah pusat maupun daerah. Didalam UUD RI
1945 diatur tentang pemerintah daerah dalam pasal 18.
Di dalam pemerintahan daerah dilakukan oleh kepala daerah dan DPRD untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan [Pasal 18 (2) amandemen ke-2]. Yang mana keseluruhan diatur secara
khusus dalam No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
Dalam UU No. 32 Tahun 2004 wewenang dari pemerintah pusat adalah dalam
urusan bidang politik luar negeri; pertahanan; keamanan; yustisi; moneter dan fiskal
nasional; dan agama, di luar dari pada itu adalah urusan pemerintah daerah seperti urusan
dalam bidang kebudayaan, pendidikan, SDA daerah, ekonomi daerah, kesehatan,
kependudukan, pembangunan daerah dan lain-lain yang mana penyelenggaraan urudan
pemerintah dibagi berdasrkan criteria eksternalitas, akuntabilitas dan efisiensi dengan
memperhatikan keserasian hubungan antar susunan pemerintahan [pasal 11 (1)].
Di dalam UU No. 32 tahun 2004 pasal 1 angka 7, 8, dan 9 dikenal dengan asas
penyelenggaraan pemerintah di daerah : Desentralisasi yaitu penyerahan wewenang
pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Yang mana
dilakukan oleh Aparat administrasi daerah dan dan dari APBN dan APBD; Dekonsentrasi
adalah pelimpahan wewenang (delegation of power) pemerintahan oleh Pemerintah
kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah
tertentu. Yang mana pusat memberikan perencanaan kepada aderah dan dilakukan oleh
aparat administrasi pusat serta dana dari APBN; Tugas pembantuan adalah penugasan
dari Pemerintah kepada daerah dan/atau desa dari pemerintah provinsi kepada
kabupaten/kota dan/atau desa serta dari pemerintah kabupaten kota kepada desa untuk
melaksanakan tugas tertentu. Yang mana dilakukan oleh aparat daerah yang dimintai
tugas

dari pemerintah pusat, dana diperoleh dari APBN

dan APBD dan

pertanggungjawabannya langsung kepada pemerintah pusat.

5

 PERBEDAAN

ORGAN

NEGARA

DAN

ORGANISASI

ADMINISTRASI

NEGARA
Organ Negara/Lembaga Negara
1.
2.
3.
4.

OAN/Lembaga Pemerintah

Disebut & diatur dalam UUD 1945
Limitatif
Berada di Pusat
Pengisian Jabatan berdasarkan

1. Hanya disebutkan dalam UUD

Pemilihan
5. Bertanggung Jawab kepada yang

berdasarkan

memilih
6. Penamaannya ditentukan oleh UUD

1945
2. Jumlahnya bebas.
3. Menyebar
4. Pengisian Jabatan

Pengangkatan
5. Bertanggung jawab kepada yang
mengangkatnya
6. Penamaannya disesuaikan dengan
tugas dan fungsi

6

2.2. ORGANISASI PEMERINTAH PUSAT
Organisasi pemerintahan pusat terdiri atas:
 MPR:
Majelis Permusyawaratan Rakyat, disingkat: MPR adalah sebuah lembaga negara
dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia yang terdiri dari anggotaanggota DPR (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD).
 DPR:
DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) adalah dewan negara dalam sistem
ketatanegaraan Republik Indonesia yang merupakan dewan perwakilan rakyat,
sebagaimana yang ternyata dari namanya. Dewan ini memegang kekuasaan untuk
merancang hukum, dan memainkan peran legislatif, anggaran, dan pengawasan.
 DPD:
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) adalah dewan negara dalam sistem
ketatanegaraan Republik Indonesia yang merupakan wakil-wakil daerah provinsi
dan dipilih melalui Pemilihan Umum. DPD harus tidak rancu dengan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
 BPK:
Badan Pemeriksa Keuangan (disingkat BPK) adalah lembaga tinggi negara dalam
sistem

ketatanegaraan

Indonesia

yang

memiliki

wewenang

memeriksa

pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Menurut UUD 1945, BPK
merupakan lembaga yang bebas dan mandiri.
 MA & MK:
Mahkamah Agung (disingkat MA) adalah lembaga tinggi negara dalam sistem
ketatanegaraan Indonesia yang merupakan pemegang kekuasaan kehakiman
bersama-sama dengan Mahkamah Konstitusi dan bebas dari pengaruh cabangcabang kekuasaan lainnya. Mahkamah Agung membawahi badan peradilan dalam
lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan
militer, lingkungan peradilan tata usaha negara.
Mahkamah Konstitusi (disingkat MK) adalah lembaga tinggi negara dalam
sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan pemegang kekuasaan
kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah Agung.
 Presiden:
Presiden Indonesia (nama jabatan resmi: Presiden Republik Indonesia) adalah
kepala negara sekaligus kepala pemerintahan Indonesia. Sebagai kepala negara,
Presiden adalah simbol resmi negara Indonesia di dunia. Sebagai kepala
pemerintahan, Presiden dibantu oleh wakil presiden dan menteri-menteri dalam
kabinet, memegang kekuasaan eksekutif untuk melaksanakan tugas-tugas
7

pemerintah sehari-hari. Presiden (dan Wakil Presiden) menjabat selama 5 tahun,
dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama untuk satu kali
masa jabatan. Ia digaji sekitar 60 juta per bulan.
Pemerintahan pusat adalah gabungan dari beberapa lembaga yang ada pada tingkat
pusat, yaitu lembaga legislatif (MPR yang terdiri atas DPR dan DPD), lembaga eksekutif
(presiden, wakil presiden dan menteri), lembaga kekuasaan kehakiman (MA, KY dan MK),
dan BPK.
Menurut UU. No. 32 Tahun 2004 Pasal 10 ayat 3 bahwa yang menjadi urusan
pemerintah pusat adalah sebagai berikut:
a. Politik luar negeri: mengangkat pejabat diplomatik dan menunjuk warga negara
untuk duduk dalam jabatan lembaga internasional, menetapkan kebijakan luar negeri,
melakukan perjanjian dengan negara lain, menetapkan kebijakan perdagangan luar
negeri, dan sebagainya
b. Pertahanan: misalnya mendirikan dan membentuk angkatan bersenjata, menyatakan
damai dan perang, menyatakan negara atau sebagian wilayah negara dalam keadaan
bahaya, membangun dan mengembangkan sistem pertahanan negara dan persenjataan,
menetapkan kebijakan untuk wajib militer, bela negara bagi setiap warga negara dan
sebagainya;
c. Keamanan: misalnya mendirikan dan membentuk kepolisian negara, menetapkan
kebijakan keamanan nasional, menindak setiap orang yang melanggar hukum negara,
menindak kelompok atau organisasi yang kegiatannya mengganggu keamanan negara
dan sebagainya
d. Yustisi: misalnya mendirikan lembaga peradilan, mengangkat hakim dan jaksa,
mendirikan lembaga pemasyarakatan, menetapkan kebijakan kehakiman dan
keimigrasian, memberikan grasi, amnesti, abolisi, membentuk undangundang,
Peraturan Pemerintah pengganti undang-undang, Peraturan Pemerintah, dan peraturan
lain yang berskala nasional, dan lain sebagainya
e. Moneter dan fiskal nasional: misalnya mencetak uang dan menentukan nilai mata
uang, menetapkan kebijakan moneter, mengendalikan peredaran uang dan sebagainya
f. Agama: misalnya menetapkan hari libur keagamaan yang berlaku secara nasional,
memberikan pengakuan terhadap keberadaan suatu agama, menetapkan kebijakan
dalam penyelenggaraan kehidupan keagamaan dan sebagainya.
8

 STRUKTUR ORGANISAI PEMERINTAH TINGKAT PUSAT
Struktur Organisai pemerintah tingkat pusat terdiri dari:
a. Pimpinan pemerintahan: presiden dan wakilnya
b. Kementrian atau departemen :
 Menteri – Unsur pimpinan
 Sekretariat Jenderal
 Inspektorat Jenderal
 Direktorat Jenderal
 Unit Organisasi lain dan Staf Ahli
c. Dewan-dewan Pengambil Keputusan kebijakan Pemerintah Tertinggi
d. Badan Non Departemen yang langsung di bawah pemerintah.

 KEWENANGAN PEMERINTAH PUSAT
Kewenangan pemerintah pusat lebih menekankan pada penetapan kebijakan
yang bersifat norma, standar, kriteria dan prosedur.
 Kewenangan pelaksanaan hanya terbatas pada kewenangan yang bertujuan :
1. mempertahankan dan memelihara identitas dan integritas bangsa dan
negara
2. menjamin pelayanan kualitas pelayanan umum yang setara bagi warga
negara
3. menjamin efisiensi pelayanan umum karena jenis pelayanan umum
tersebut berskala nasional
4. menjamin keselamatan fisik dan non fisik yang setara bagi semua warga
negara
 Kewenangan Pusat terdiri dari kebijakan tentang :
1. Perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan secara makro;
2. Dana perimbangan keuangan seperti menetapkan dan alokasi khusus
untuk mengelola lingkungan hidup;
3. Sistem administrasi negara seperti menetapkan sistem informasi dan
peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan lingkungan hidup;
4. Lembaga perekonomian negara seperti menetapkan kebijakan usaha di
bidang lingkungan hidup;
5. Pembinaan dan pemberdayaan sumber daya manusia;
6. Teknologi tinggi strategi seperti menetapkan kebijakan

dalam

pemanfaatan teknologi strategi tinggi yang menimbulkan dampak;
7. Konservasi seperti menetapkan kebijakan pengelolaan lingkungan hidup
kawasan konservasi antar propinsi dan antar negara;
8. Standarisasi nasional;
9. Pelaksanaan kewenangan tertentu seperti pengelolaan lingkungan dalam
pemanfaatan sumber daya alam lintas batas propinsi dan negara,
rekomendasi laboratorium lingkungan dsb.
9

2.3. ORGANISASI PEMERINTAH DAERAH
Pemerintah daerah merujuk pada otoritas administratif di suatu daerah yang lebih
kecil dari sebuah negara. Sebutan ini digunakan untuk melengkapi lembaga-lembaga
tingkat negara-bangsa, yang disebut sebagai pemerintah pusat, pemerintah nasional,
atau (bila perlu) pemerintah federal. "Pemerintah daerah" hanya beroperasi
menggunakan kekuasaan yang diberikan undang-undang atau arahan tingkat
pemerintah yang lebih tinggi dan masing-masing negara memiliki sejenis pemerintah
daerah yang berbeda dari satu negara ke negara lain.
Desentralisasi adalah penyerahan kewenangan dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah untuk mengurusi urusan rumah tangganya sendiri berdasarkan
prakarsa dan aspirasi dari rakyatnya dalam kerangka negara kesatuan Republik
Indonesia. Dengan adanya desentralisasi maka muncullan otonomi bagi suatu
pemerintahan daerah. Desentralisasi sebenarnya adalah istilah dalam keorganisasian
yang secara sederhana di definisikan sebagai penyerahan kewenangan.
Daerah Otonom diberi wewenang untuk mengelola urusan pemerintahan yang
diserahkan kepada Daerah. Seluas apapun Otonomi Daerah, tetap ada dalam batas dan
ruang lingkup wewenang Pemerintah. Pemerintah Pusat yang mengatur hubungan
antara Pusat dan Daerah yang dituangkan dalam Peraturan Perundangan yang bersifat
mengikat kedua belah pihak. Namun dalam pengaturan hubungan tersebut haruslah
memperhatikan aspirasi Daerah sehingga tercipta sinerji antara kepentingan Pusat dan
Daerah.
Agar terwujud distribusi kewenangan mengelola urusan pemerintahan yang
efisien dan efektip antar tingkatan pemerintahan, maka distribusi kewenangan mengacu
pada kriteria sebagai berikut:
a) Eksternalitas
Adalah

pendekatan

dalam

pembagian

urusan

pemerintahan

dengan

mempertimbangkan dampak/akibat yang ditimbulkan dalam penyelenggaraan
urusan pemerintahan tersebut. Apabila dampak yang ditimbulkan bersifat lokal,
maka urusan pemerintahan tersebut menjadi kewenangan kabupaten/kota, apabila

10

regional menjadi kewenangan provinsi, dan apabila nasional menjadi kewenangan
Pemerintah.
b) Akuntabilitas
Adalah pendekatan dalam pembagian urusan pemerintahan dengan pertimbangan
bahwa tingkat pemerintahan yang menangani sesuatu bagian urusan adalah tingkat
pemerintahan yang lebih langsung/dekat dengan dampak/akibat dari urusan yang
ditangani tersebut. Dengan demikian akuntabilitas penyelenggaraan bagian urusan
pemerintahan tersebut kepada masyarakat akan lebih terjamin.
c)

Efisiensi
Adalah

pendekatan

dalam

pembagian

urusan

pemerintahan

dengan

mempertimbangkan tersedianya sumber daya (personil, dana, dan peralatan) untuk
mendapatkan ketepatan, kepastian, dan kecepatan hasil yang harus dicapai dalam
penyelenggaraan bagian urusan. Artinya apabila suatu bagian urusan dalam
penanganannya dipastikan akan lebih berdayaguna dan berhasilguna dilaksanakan
oleh daerah Provinsi dan/atau Daerah Kabupaten/Kota dibandingkan apabila
ditangani oleh Pemerintah maka bagian urusan tersebut diserahkan kepada Daerah
Provinsi dan/atau Daerah Kabupaten/Kota. Sebaliknya apabila suatu bagian urusan
akan lebih berdayaguna dan berhasil guna bila ditangani oleh Pemerintah maka
bagian urusan tersebut tetap ditangani oleh Pemerintah. Untuk itu pembagian
bagian urusan harus disesuaikan dengan memperhatikan ruang lingkup wilayah
beroperasinya bagian urusan pemerintahan tersebut. Ukuran dayaguna dan
hasilguna tersebut dilihat dari besarnya manfaat yang dirasakan oleh masyarakat
dan besar kecilnya resiko yang harus dihadapi. Sedangkan yang dimaksud dengan
keserasian hubungan yakni bahwa pengelolaan bagian urusan pemerintah yang
dikerjakan oleh tingkat pemerintahan yang berbeda, bersifat saling berhubungan
(inter-koneksi), saling tergantung (inter-dependensi), dan saling mendukung
sebagai satu kesatuan sistem dengan memperhatikan cakupan kemanfaatan.
 Penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah
dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, antara lain:
1. Ultra vires doktrine, pemerintah pusat menyerahkan wewenang pemerintahan
kepada daerah otonom dengan cara merinci satu persatu.
2. Open and arrangement atau general competence, yaitu daerah otonom boleh
menyelenggarakan semua urusan di luar yang dimiliki pusat. Artinya pusat

11

menyerahkan kewenangan pemerintahan kepada daerah untuk menyelenggarakan
kewenangan berdasarkan kebutuhan dan inisiatifnya sendiri di luar kewenangan
yang dimiliki pusat.
Melalui UU No. 32 tahun 2004 Indonesia menganut cara no dua.

2.4. HUBUNGAN ANTARA PEMERINTAHAN PUSAT DAN PEMERINTAHAN
DAERAH
Ditinjau dari sudut hubungan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
dapat dilihat dari Adanya hubungan dalam penyelenggaraan pemerintahan, Kebijakan
desentralisasi dimaksudkan untuk memberikan kewenangan kepada daerah untuk
mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Bahwa tanggung jawab akhir dari penyelenggaraan
urusan-urusan pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah adalah menjadi tanggung
jawab Pemerintah Nasional (Pusat) karena externalities (dampak) akhir dari
penyelenggaraan urusan tersebut akan menjadi tanggung jawab negara.
Peran Pusat dalam kerangka otonomi Daerah akan banyak bersifat menentukan
kebijakan

makro,

melakukan

supervisi,

monitoring,

evaluasi,

kontrol

dan

pemberdayaan (capacity building) agar Daerah dapat menjalankan otonominya secara
optimal. Sedangkan peran daerah akan lebih banyak pada tataran pelaksanaan otonomi
tersebut.
Dalam melaksanakan otonominya Daerah berwenang membuat kebijakan Daerah.
Kebijakan yang diambil Daerah adalah dalam batas-batas otonomi yang diserahkan
kepadanya dan tidak boleh bertentangan dengan Peraturan Perundangan yang lebih
tinggi yaitu norma, standard dan prosedur yang ditentukan Pusat.
Pemerintahan daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki
hubungan dengan pemerintah pusat dan dengan pemerintahan daerah lainnya.
Hubungan tersebut meliputi:
a.

Hubungan wewenang

b.

Keuangan

c.

Pelayanan umum

d.

Pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya.

12

Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan
sumber daya lainnya dilaksanakan secara adil dan selaras. Hubungan wewenang,
keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya
menimbulkan hubungan administrasi dan kewilayahan antar susunan pemerintahan.
A. HUBUNGAN WEWENANG
1. Pembagian Urusan Pemerintahan
Ketentuan hukum yang mengatur lebih lanjut hubungan antara pempus dan
pemda sebagai penjabaran dari dasar konstitusioanal adalah Pasal 10-18 UU Nomor
32 Tahun 2004.
Dalam kaitannya dengan hubungan pempus dan pemda maka adanya pembagian
wewenang urusan pemerintahan. Pembagian urusan pemerintahan di Indonesia,
pada hakekatnya dibagi dalam 3 kategori, yaitu :
a. Urusan pemerintahan yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat (pemerintah)
b. Urusan pemerintahan yang dilaksanakan oleh pemerintah provinsiUrusan
pemerintahan yang dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten/Kota
2. Kriteria Pembagian urusan antar Pemerintah, daerah Provinsi/Kabupaten/Kota
Untuk mewujudkan pembagian kewenangan yang concurren (artinya urusan
pemerintahan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu dapat
dilaksanakan bersama antara Pemerintah dan pemerintah daerah) secara proporsional
antara Pemerintah, Daerah Provinsi, Daerah Kabupaten dan Kota maka disusunlah
kriteria yang meliputi eksternalitas, akuntabilitas dan efisiensi dengan memperhatikan
keserasian hubungan antar susunan pemerintahan sebagai suatu sistem antara
hubungan kewenangan pemerintah, kewenangan pemerintah daerah provinsi dan
pemerintah Kabupaten/kota, atau antar pemerintahan daerah yang saling terkait,
tergantung&sinergis.
3. Urusan Pemerintah Yang Menjadi Urusan Pempus
Urusan pemerintahan terdiri atas urusan pemerintahan yang sepenuhnya
menjadi kewenangan Pemerintah dan urusan pemerintahan yang dibagi
bersama antar tingkatan dan/atau susunan pemerintahan. Dalam menyelenggarakan
urusan pemerintahan, yang menjadi kewenangan daerah, pemerintahan daerah
menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
13

pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Urusan pemerintahan
yang sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah telah dibahas pada Sub BAB
Organisasi Pemerintahan Pusat.
Sedangkan, Urusan pemerintahan yang dibagi bersama antar tingkatan
dan/atau susunan pemerintahan yaitu semua urusan pemerintahan di luar urusan
pempus meliputi :
1. Pendidikan;
2. Kesehatan;
3. Pekerjaan umum
4. Pekerjaan umum;
5. Perumahan;
6. Penataan ruang;
7. Perencanaan pembangunan;
8. Perhubungan;
9. Lingkungan hidup;
10. Pertanahan;
11. Kependudukan dan catatan sipil;
12. Pemberdayaan perempuan dan
perlindungan anak;
13. Keluarga berencana dan keluarga
sejahtera;
14. Sosial;
15. Ketenagakerjaan dan
ketransmigrasian;
16. Koperasi dan usaha kecil dan
menengah;
17. Penanaman modal;

18. Kebudayaan dan pariwisata;
19. Kepemudaan dan olah raga;
20. Kesatuan bangsa dan politik dalam
negeri;
21. Otonomi daerah, pemerintahan
umum, administrasi keuangan
daerah, perangkat daerah
kepegawaian, dan persandian;
22. Pemberdayaan masyarakat dan
desa;
23. Statistik;
24. Kearsipan;
25. Perpustakaan;
26. Komunikasi dan informatika;
27. Pertanian dan ketahanan pangan;
28. Kehutanan;
29. Energi dan sumber daya mineral;
30. Kelautan dan perikanan;
31. Perdagangan
32. Perdagangan; dan
33. Perindustrian.

14

4. Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan
Dalam menyelenggarakan 6 urusan pemerintahan (pasal 10 ayat 3 UU No.32/2004)
Pemerintah :
a. Menyelenggarakan sendiri
b. Dapat melimpahkan sebagian urusan pemerintahan kepada perangkat Pemerintah
atau wakil Pemerintah di daerah atau
c. Dapat menugaskan kepada pemerintahan daerah dan/atau pemerintahan desa.
Di samping itu, penyelenggaraan di luar 6 urusan pemerintahan (Pasal 10 ayat 3)
Pemerintah dapat :
a. Menyelenggarakan sendiri sebagian urusan pemerintahan, atau
b. Melimpahkan sebagian urusan pemerintahan kepada Gubernur selaku wakil
pemerintah,
c. atau menugaskan sebagian urusan kepada pemerintah daerah dan/atau
pemerintahan desa berdasarkan asas tugas pembantuan.

B. HUBUNGAN DALAM BIDANG KEUANGAN
 Hubungan keuangan antara pempus dan pemda Pasal 15 ayat 1 UU No.32/2004
meliputi :
a.

Pemberian

sumber-sumber

keuangan

untuk

menyelenggarakan

urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah;
b.

pengalokasian dana perimbangan kepada pemerintahan daerah; dan

c.

pemberian pinjaman dan/atau hibah kepada pemerintahan daerah

 Hubungan dalam bidang keuangan antar pemerintahan daerah meliputi :
a.

bagi hasil pajak dan nonpajak antara pemerintahan daerah provinsi dan.
pemerintahan daerah kabupaten/kota;

b.

pendanaan urusan pemerintahan yang menjadi tanggung jawab bersama;

c.

pembiayaan bersama atas kerja sama antar daerah; dan

d.

pinjaman dan/atau hibah antar pemerintahan daerah.

C. HUBUNGAN DALAM BIDANG PELAYANAN UMUM
 Antara Pempus dan pemda (vertikal) meliputi :
a.

kewenangan, tanggung jawab, dan penentuan standar pelayanan minimal;

b.

pengalokasian pendanaan pelayanan umum yang menjadi kewenangan daerah;
dan

c.

fasilitasi

pelaksanaan

kerja

sama

antar

pemerintahan

daerah

dalam

penyelenggaraan pelayanan umum.
 Antar pemerintahan daerah (horisontal) meliputi :
a. pelaksanaan bidang pelayanan umum yang menjadi kewenangan daerah;
b. kerja sama antar pemerintahan daerah dalam penyelengaraan pelayanan umum;
dan
c. pengelolaan perizinan bersama bidang pelayanan umum.

D. HUBUNGAN DALAM BIDANG PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM DAN
SUMBER DAYA LAINNYA
 Antara Pemerintah dan pemerintahan daerah
a. kewenangan, tanggung jawab, pemanfaatan, pemeliharaan, pengendalian dampak,
budidaya, dan pelestarian;
b. bagi hasil atas pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya; dan
c. penyerasian lingkungan dari tata ruang serta rehabilitasi lahan
 Antar pemerintahan daerah (horisontal) meliputi :
a. Pelaksanaan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya yang
menjadi kewenangan daerah;
b. Kerja sama dan bagi hasil atas pemanfaatan sumber daya alam. dan sumber daya
lainnya antar pemerintahan daerah; dan
c. Pengelolaan perizinan bersama dalam pemanfaatan sumber daya alam dan
sumber daya lainnya.
 Daerah yang memiliki wilayah laut diberikan kewenangan untuk mengelola sumber
daya di wilayah laut. Daerah mendapatkan bagi hasil atas pengelolaan sumber daya
alam di bawah dasar dan/atau di dasar laut sesuai dengan peraturan perundang-

undangan. Kewenangan daerah untuk mengelola sumber daya di wilayah laut)
meliputi:
a. eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut;
b. pengaturan administratif;
c. pengaturan tata ruang;
d. penegakan hukum terhadap peraturan yang dikeluarkan oleh daerah atau yang
dilimpahkan kewenangannya oleh Pemerintah;
e. ikut serta dalam pemeliharaan keamanan; dan
f. ikut serta dalam pertahanan kedaulatan negara.
Kewenangan untuk mengelola sumber daya di wilayah laut paling jauh 12
(dua belas) mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah
perairan kepulauan untuk provinsi dan 1/3 (sepertiga) dari wilayah kewenangan
provinsi untuk kabupaten/kota. Apabila wilayah laut antara 2 (dua) provinsi
kurang dari 24 (dua puluh empat) mil, kewenangan untuk mengelola sumber
daya. Di wilayah laut dibagi sama jarak atau diukur sesuai prinsip garis tengah
dari wilayah antar 2 (dua) provinsi tersebut, dan untuk kabupaten/kota
memperoleh 1/3 (sepertiga) dari wilayah kewenangan provinsi dimaksud.

BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
Organisasi administrasi negara adalah institusi atau lembaga negara yang secara
struktural berada berada di bawah eksekutif dalam hal ini presiden sebagai kepala
pemerintahan (Top Leader Organisasi Administrasi Negara) dimana jumlahnya tidak terbatas.
Dalam menjalankan semua aktivitas negara baik di Pusat maupun Daerah perlu
adanya semacam pembagian kewenangan. Negara sudah mengatur segala sesuatu yang
berkaitan dengan kewenangan Pusat dan Daerah yang mana semuanya dibawah kendali
eksekutif sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan.
Maka dari itu perlu adanya sesuatu yang mengatur baik pemerintahan pusat dan
daerah ini berkaitan tugas dan wewenangnya sebagai pelayan masyarakat secara universal.
Dalam terciptanya proses dala menjalan pemerintahan yang baik perlu adanya kejasaman
yang baik antara pemerintah pusat maupun daerah. Didalam UUD RI 1945 diatur tentang
pemerintah daerah dalam pasal 18.

DAFTAR PUSTAKA

Buku:
Philipus M. Hadjon, dkk., Pengantar Hukum Administrasi Negara, Gadjah Mad University
press.
S F Marbun, dkk, 2002, Dimensi-dimensi Pemikiran Hukum Administrasi Negara,
Yogyakarta, UII Press.

Website:
http://nurfaradilaa.blogspot.com/2013/04/hubungan-pemerintah-pusat-dengan_24.html
http://www.google.com
http://www.wikipedia.com

Dokumen yang terkait

STUDI KANDUNGAN BORAKS DALAM BAKSO DAGING SAPI DI SEKOLAH DASAR KECAMATAN BANGIL – PASURUAN

15 183 17

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA EMPIRIS PADA PASIEN RAWAT INAP PATAH TULANG TERTUTUP (Closed Fracture) (Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

11 138 24

STUDI PENGGUNAAN SPIRONOLAKTON PADA PASIEN SIROSIS DENGAN ASITES (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

13 140 24

PROSES KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM SITUASI PERTEMUAN ANTAR BUDAYA STUDI DI RUANG TUNGGU TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

97 602 2

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

AN ANALYSIS OF LANGUAGE CONTENT IN THE SYLLABUS FOR ESP COURSE USING ESP APPROACH THE SECRETARY AND MANAGEMENT PROGRAM BUSINESS TRAINING CENTER (BTC) JEMBER IN ACADEMIC YEAR OF 2000 2001

3 95 76

EFEKTIVITAS PENGAJARAN BAHASA INGGRIS MELALUI MEDIA LAGU BAGI SISWA PROGRAM EARLY LEARNERS DI EF ENGLISH FIRST NUSANTARA JEMBER

10 152 10

FUNGSI DAN KEWENANGAN BADAN PENGAWAS PASAR MODAL (BAPEPAM) DALAM RANGKA PENEGAKAN HUKUM DI BURSA EFEK JAKARTA (BEJ)

5 65 215

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

IMPLEMENTASI PROGRAM PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT (Studi Deskriptif di Desa Tiris Kecamatan Tiris Kabupaten Probolinggo)

21 177 22