FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BIAYA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BIAYA
Dalam suatu pekerjaan proyek konstruksi, biaya merupakan salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan
selain waktu, quality, dan safety. Keempat aspek ini (waktu/schedule, biaya/cost, mutu/quality, dan K3/safety)
merupakan aspek penting yang sangat perlu diperhatikan. Oleh karena itulah, keempat aspek ini perlu diatur
sedemikian rupa sehingga suatu proyek dapat berjalan dengan baik. Pengaturan tersebut dapat dilakukan dengan
melihat berbagai faktor yang mempengaruhi aspek tersebut. Berikut ini merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi biaya konstruksi.
– Metode kerja
Metode kerja yang digunakan pada suatu konstruksi akan berpengaruh terhadap biaya yang dikeluarkan oleh suatu
perusahaan. Metode konstruksi itu sendiri merupakan cara untuk melaksanakan proses konstruksi untuk mencapai
pada elemen operasi atau produk terakhir. Dalam pemilihan metode kerja harus disesuaikan dengan lokasi
tersebut berada dan pekerjaan yang dilakukan. Contohnya adalah dalam pembuatan jembatan antara metode
konvensional dan metode sosrobahu. Pada metode konvensional, dibutuhkan biaya pembuatan perancah yang
memunculkan lingkup pekerjaan baru dimana perancah tersebut menghalangi jalan dibawahnya. Sedangkan
dalam pembuatan jembatan dengan metode sosrobahu, perancah yang digunakan tidak menghalangi jalan karena
pembuatan balok induk berada di jalur kolom. Namun, sisi teknologi metode kerja konstruksi yang menentukan
biaya yang dikeluarkan dari kedua metode ini. Biaya yang dikeluarkan pada metode sosrobahu lebih besar
dibanding biaya pada metode konvensional. Metode sosrobahu tetap dipilih walaupun lebih mahal karena dalam
kontrak disebutkan pembangunan jembatan tidak diperbolehkan mengganggu arus lalu lintas yang ada.
– Pekerja
Pekerja yang digunakan dalam pelaksanaan konstruksi akan berbeda-beda tergantung dari asal pekerja tersebut.
Kualitas pekerja orang jawa atau bali dengan orang sulawesi akan berbeda bila dibandingkan. Pekerja orang jawa
memiliki produktifitas lebih tinggi dibanding orang sulawesi. Makanya tidak heran bila ada pekerjaan konstruksi di
sulawesi, kontraktor membawa pekerja yang berasal dari jawa atau pun bali karena memiliki kualitas yang lebih
baik. Kualitas pekerja ini mempengaruhi kapasitas produksi. Perlu diperhitungkan juga bila suatu kontraktor
membayar pekerja dengan biaya Rp 50000/m2 dengan kapasitas 5m2/hari pada pekerjaan pemasangan dinding
batu bata dengan pekerja yang dibayar Rp 60000/m2 namun bisa memasang 10m2/hari pasangan bata. Perlu
dicari upah yang dikeluarkan oleh kontraktor untuk pekerja serendah mungkin namun dapat menghasilkan
kapasitas produksi sebesar mungkin. Namun, keadaan ini haruslah dapat dipertanggungjawabkan, jangan sampai
kejadian biaya yang dikeluarkan besar namun produktifitas rendah. Faktor upah yang dikeluarkan oleh kontraktor
ini dilihat dari keterampilan yang dimiliki oleh pekerja, skill yang pekerja miliki, dan pengalaman kerja. Ketiga hal
ini akan menyebabkan perbedaan biaya upah yang dikeluarkan. Biaya pengeluaran untuk fasilitas dan rekreasi
yang dikeluarkan oleh kontraktor juga mempengaruhi biaya pengeluaran proyek. Rekreasi penting diberikan ke
pekerja untuk menghilangkan kepenatan/kelelahan. Bila pekerja terlalu lelah, akan menurunkan produktifitas.
– Lokasi
Perbedaan lokasi proyek akan berpengaruh terhadap pengeluaran proyek. Lokasi yang dekat dengan sumber
material dan memiliki akses serta mobilitas tinggi akan berbeda dengan lokasi proyek yang berada di daerah
terpencil dan tidak memiliki akses ke lokasi proyek. Contohnya adalah pelaksanaan konstruksi di tengah hutan.
Kontraktor harus mengeluarkan biaya untuk membuat jalan akses yang menuju ke lokasi proyek. Ditambah biaya
transportasi yang lebih besar dibanding lokasi proyek yang mudah dijangkau dan dekat dengan lokasi sumber
daya. Untuk itu perlu diperhatikan dalam pelaksanaan kontrak. Apa akses jalan dikerjakan oleh pihak kontraktor
atau owner. Bila kontraktor yang menyediakan, kontraktor harus memasukkannya dalam perhitungan estimasi
biaya pengeluaran. Pelaksanaan survey lokasi juga akan mempengaruhi biaya. Bila orang yang yang dikirm tidak
tahu cara melakukan survey dan apa saja yang dilakukan dalam survey akan menyebabkan rencana anggaran
biaya tidak akurat dan menyebabkan pengeluaran-pengeluaran yang tidak diestimasi.
– Requirement alat
Kebutuhan dari alat yang digunakan akan berpengaruh terhadap biaya yang dikeluarkan. Yang mempengaruhi
pengeluaran biaya pada alat adalah produktifitas dari alat tersebut. Penggunaan alat baru dengan alat lama akan
menghasilkan produktifitas yang berbeda. Alat baru akan mempunyai produktifitas yang lebih tinggi dibanding alat
yang lama. Biaya yang dikeluarkan untuk produktifitas alat yang rendah lebih tinggi dibanding biaya pada
produktifitas alat yang tinggi. Biaya oli yang digunakan juga menjadi salah satu faktor besar kecilnya biaya alat.
Alat yang sudah lama membutuhkan perbaikan dan perawatan yang ekstra dibanding alat yang relatif lebih baru
sehingga biaya yang dikeluarkan pada alat yang sudah lama akan lebih besar dibanding alat yang baru. Jarak yang
ditempuh juga mempengaruhi terhadap biaya yang dikeluarkan. Contohnya adalah biaya pengangkutan material
batu pecah ke stok penyimpanan. Kriteria dari alat itu sendiri juga mempengaruhi dari biaya. Contohnya adalah
biaya yang dikeluarkan untuk excavator 0.6m3 atau 1.3 m3.
– Faktor satuan
Kesalahan dalam memasukkan faktor satuan akan mempengaruhi biaya. Faktor satuan harus sama antara pekerja
dan lainnya. Bila material dihitung per hari maka upah pekerja harus dihitung per orang per hari (mandays atau
OH). Bila pekerja diupah per bulan maka harus diubah menjadi per hari terlebih dahulu. Faktor satuan ini akan
mempengaruhi koefisien dan koefisien itu sendiri akan mempengaruhi biaya.
– Budaya
Faktor budaya akan mempengaruhi mempengaruhi besarnya biaya yang dikeluarkan. Budaya orang jawa mau
dibayar rendah dan memiliki produktifitas yang baik berbeda sekali dengan budaya orang sumatera yang ingin
dibayar tinggi namun memiliki produktifitas lebih rendah. Orang sumatera lebih banyak lebih banyak mengobrol
saat bekerja dibanding orang jawa.
– Komposisi sumber daya yang dibutuhkan
Komposisi bahan mempengaruhi kualitas hasil dimana koefisien-koefisien bahan yang digunakan akan
mempengaruhi kinerja mutu dan biaya. Yang mempengaruhi dari koefisien bahan itu sendiri adalah faktor
kehilangan, waste, dan kolusi. Contohnya adalah pada pelaksanaan pengangkutan material batu pecah dari
sumbernya ke lokasi proyek. Prosesnya adalah menentukkan lokasi batu yang akan diledakkan. Setelah itu, batu
hasil ledakkan berupa material batu pecah yang masih besar-besar dipecah-pecah kembali. Lalu dilakukan
pengangkutan ke stok material yang agak jauh dari lokasi proyek. Lalu, diangkut ke stok material dekat lokasi
proyek. Setelah itu dipecah-pecah lagi sesuai kebutuhan sebelum digunakan. Faktor kehilangan terjadi saat
pengangkutan material ke lokasi stok material. Faktor waste terjadi saat pemecahan material sesuai dengan
kebutuhan sebelum digunakan. Kolusi terjadi saat pengangkutan 3m3 material namun dicatat 3.5m3 oleh
penerima karena penerima telah diberi uang sebagai imbalannya. Harga bahan itu sendiri ditentukan oleh biaya
pengiriman dan prosesnya. Semakin jauh jarak pengirimannya akan meningkatkan biaya pengeluaran. Semakin
tidak efektif dan efisiennya proses pemecahan batu juga akan meningkatkan pengeluaran.
– Pendefinisian lingkup pekerjaan
Pendefinisian pekerjaan yang salah akan mempengaruhi akan biaya yang dikeluarkan. Perlu diketahui pekerjaan
apa yang dikerjakan sendiri atau outsourcing.perlu dicari hubungannya karena lingkup pekerjaan akan
mempengaruhi biaya. Untuk itu perlu diketahui batasannya dan requirement dari batasan-batasan pekerjaan.
– Iklim
Dalam pelaksanaan proyek, pengaruh iklim perlu diketahui. Iklim yang tidak teridentifikasi dapat mempengaruhi
biaya.
– Gempa bumi, badai, banjir, air pasang, dll
Kejadian-kejadian yang disebutkan diatas dapat mempengaruhi biaya. Contohnya adalah dalam proses pengecoran
di saat musim hujan. Bila dilakukan pengecoran peer tiang jembatan di pantai sesaat sebelum air pasang, dan
setelah pengecoran selesai datang air pasang, akan mengakibatkan hasil pengecoran tidak dapat dipakai sehingga
area pengecoran harus dibersihkan terlebih dahulu dan dilakukan pengecoran ulang.
– Lihat dokumen
Dokumen yang dilihat dengan asumsi yang salah dan tidak jelas akan mempengaruhi ketidakjelasan scope yang
mempengaruhi volume pekerjaan. Volume pekerjaan yang salah atau tidak tepat akan mempengaruhi biaya.
PENGENDALIAN BIAYA PROYEK
Dalam suatu proyek konstruksi, biaya proyek merupakan salah satu aspek penting dan sangat perlu dikendalikan
agar sesuai dengan budget yang telah dianggarkan sehingga dapat menghasilkan keuntungan proyek yang
maksimal. Pengendalian biaya proyek yang efektif sendiri dapat dilakukan dengan :
1. Lingkup kerja yang terinci dan terdefinisi dengan lengkap
Dengan lingkup kerja yang dibuat dapat diketahui pekerjaan apa yang dikerjakan sendiri dan pekerjaan apa yang
outsourcing. Lalu dicari hubungan antara keduanya. Dengan diketahuinya lingkup pekerjaan maka dapat
ditentukan biayanya. Dengan telah diketahui lingkup pekerjaan, dicari tahu batasan-batasan setiap pekerjaan dan
mengetahui requirement dari batasan-batasannya. Contohnya adalah pada pelaksanaan pengangkutan material
batu pecah dari sumbernya ke lokasi proyek. Pada peledakkan sumber batu pecah, perlu dilakukan perhitungan
terlebih dahulu sehingga tidak perlu dilakukan pemecahan kembali batu tersebut menjadi ukuran yang lebih kecil.
Lalu saat pengangkutan material ke stok, perlu diatur dan dihitung jarak angkut, traffic, dan volume tampung
kendaraan.
2. Analisa resiko proyek
Resiko merupakan suatu peristiwa atau keadaan yang belum pasti, dan bila terjadi akan memberikan pengaruh
negative terhadap sasaran proyek. Dalam melakukan analisa resiko yang dilakukan adalah menetapkan sasaran
tujuan proyek, melakukan identifikasi resiko, melakukan asesmen resiko, memberi tanggapan dan perlakuan atas
resiko, memantau dan mengkaji ulang, komunikasi dan konsultansi, dan menyusun dokumentasi. Dalam
menganalisa resiko, dilevelkan tingkat resikonya berupa kemungkinan resiko tersebut dapat terjadi dan seberapa
besar akibat yang dihasilkan. Hasil analisa resiko dapat disimpulkan apa resiko tersebut diterima tetapi diusahakan
agar dampaknya tidak bertambah besar dan resiko tersebut ditolak sehingga dibuat suatu upaya pencegahannya.
3. Estimasi biaya yang akurat dan penetapan pedoman anggaran
Estimasi biaya yang akurat perlu dilakukan. Dalam estimasi, semakin banyak asumsi yang digunakan, kesalahan
asumsi dan ketidakjelasan akan mempengaruhi keakuratan biaya proyek. Estimasi biaya dimulai dari pemahaman
dokumen. Dari dokumen dihitung volume pekerjaan dan kebutuhan sumber dayanya. Dan dilakukan juga survey.
Dari semuanya itu ditetapkan metode konstruksi yang digunakan dan menghasilkan analisa teknik dan analisa
satuan pekerjaan. Ditambah dengan mark up maka menghasilkan estimasi biaya proyek keseluruhan.
4. Cost performance analysis dan forecasting
Forecasting termasuk melakukan estimasi atau prediksi dari suatu kondisi masa depan proyek yang didasarkan
pada informasi dan pengetahuan yang tersedia pada waktu yang diramal. Forecast digenerasikan, diupdate, dan
diisu kembali yang didasasrkan pada informasi kinerja pekerjaan yang disediakan pada saat proyek dilakukan dan
progress. Informasi kinerja pekerjaan menyangkut hal-hal tentang kinerja masa lampau proyek dan segala
informasi
yang
dapat
memiliki
dampak
terhadap
proyek
dimasa
depan.
5. Performance Measurement Analysis. Teknik ini membantu untuk mengasses magnitude dari semua variasi yang
dapat terjadi dalam biaya. Teknik earned value membandingkan nilai kumulatif dari suatu nilai kumulatif budgeted
cost dari pekerjaan yang dilakukan (earned) pada budget awal yang dialokasikan untuk pekerjaan yang djadwalkan
(planned) dan pada biaya actual dari pekerjaan yang dilakukan (actual).
6. Sistem pengendalian perubahan lingkup
Perubahan lingkup perlu dikendalikan. Bila dilakukan perubahan lingkup perlu disetujui oleh owner agar perubahan
tersebut juga dapat dibayarkan oleh owner. Perubahan lingkup akan menyebabkan perubahan biaya. Sistem
kontrol perubahan biaya, yang didokumentasikan dalam sebuah rencana cost management, mendefinisikan
prosedur-prosedur dimana baseline costnya bisa dirubah. Teknik ini mencakup forms, dokumentasi, tracking
systems, dan approval levels yang dibutuhkan untuk mengautorisasi perubahan biaya. Cost change control system
ini diintegrasikan dengan proses integrated change control
7. Tindakan pengecekan dan koreksi
Untuk mengontrol biaya maka perlu dilakukan tindakan pengecekan dan koreksi. Caranya adalah menyusun formform yang dibutuhkan agar ada standard. Dari pengecekan yang ada dilakukan tindakan koreksi. Pengecekan yang
dilakukan misalnya adalah pengecekan waste, hasil pekerjaan apa sesuai dengan spek, dll. Tindakan koreksi
tersebut berasal dari varian biaya yang ada.
8. Prosedur pengendalian biaya
Dengan adanya prosedur pengendalian biaya, dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan proyek. Prosedur
pengendalian biaya dapat dilihat pada gambar dibawah ini
MANAJEMEN FINANSIAL
Manajemen finansial merupakan proses untuk memperoleh dan mengelola sumber daya keuangan pada proyek,
terutama pada penghasilan (revenue) dari sumber daya tersebut, dan menganalisa atau updating arus kas (cash
flow) untuk proyek konstruksi yang lebih dari sekedar pengelolaan biaya.
CASH FLOW
Cash flow atau arus kas adalah penggambaran jumlah kas masuk (penerimaan kas) dan jumlah kas keluar
(pengeluaran kas) dalam suau periode tertentu. Cash flow adalah arus kas yang masuk dan arus yang keluar
perusahaan.. Cash flow terdiri atas anggaran kas masuk (cash in) dan anggaran kas keluar (cash out). Cash in
adalah semua penerimaan kontraktor berupa uang muka, angsuran pembayaran dan pembayaran jaminan
pemeliharaan. Cash out adalah pengeluaran yang harus dilakukan oleh kontraktor seperti biaya material, upah
tenaga kerja, peralatan, overhead, dan lain-lain. Pada perhitungan cash flow, penerimaan-penerimaan tunai yang
terus bertambah bertanda positif, sedangkan pembayaran-pembayaran tunai yang terus meningkat bertanda
negatif sehingga rumus dasarnya adalah sebagai berikut:
CASHFLOW= CASH IN – CASH OUT
Cash Flow dapat digambarkan sebagai suatu prediksi pembayaran. Cash flow proyek yang baik adalah cash flow
yang dapat mendanai pembiayaan proyek secara mandiri dan dapat menjaga arus dananya agar tidak
menghasilkan saldo yang negatif.
JADWAL PENERIMAAN
Unsur utama dari cash flow adalah penerimaan, karena dari penerimaan atau rencana penerimaan yang ada, maka
terjadilah kegiatan pengeluaran. Untuk proyek, realisasi penerimaan sangat ditentukan oleh cara pembayaran
yang telah ditetapkan dalam surat perjanjian atau kontrak konstruksi.
Jadwal penerimaan harus dapat disusun secara cepat dan akurat, artinya jumlah penerimaannya benar dan waktu
cairnya tepat. Rencana jumlah penerimaan umumnya berkaitan dengan besarnya prestasi pekerjaan pada waktu
tertentu sesuai dengan kesepakatan awal. Didalam penerimaan terdapat dua hal penting yang harus diperhatikan
dalam menyusun jadwal penerimaan (cash in), yaitu perkiraan prestasi pekerjaan yang mengacu pada time
schedule proyek dan perkiraan waktu untuk proses pencairan yang mengacu pada pekerjaan sendiri berdasarkan
pengalaman.
Pencairan rencana penerimaan akan melalui suatu proses yang memerlukan waktu, mulai semua persyaratan fisik
dan administrasi sudah dipenuhi sampai dengan masuknya uang ke dalam kas atau rekening perusahaan.
Perkiraan waktu untuk proses pencairan bisa berbeda-beda, tergantung oleh jenis proyek, kebiasaan orang-orang
yang terlibat dalam proses pencairan, lokasi proyek, sistem administrasi yang ada, dan lain-lain.
JADWAL PENGELUARAN
Pedoman dasar bagi pengeluaran adalah rencana kegiatan kerja, dimana berpengaruh langsung. Sebagai contoh,
bila kegiatan membesar maka pengeluaran membesar, namun hubungan tidak linear tergantung kebijakan
pembiayaannya.
Kebijakan operasional yang berkaitan dengan pengeluaran adalah :
a)
Pembayaran secara tunai (cash)
b)
Pembayaran dengan jangka waktu tertentu (credit)
Bisa saja kegiatan membesar, tetapi pengeluarannya bertambah tidak terlalu besar (banyak kredit) atau
sebaliknya kegiatan bertambah tidak terlalu besar, tetapi pengeluarannya bertambah cukup besar (banyak cash).
Dalam menetapkan kebijakan pembayaran tersebut, terdapat dua masalah yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
a)
Harga barang / jasa, akan relatif murah melalui cara pembayaran tunai. Cara ini memerlukan modal kerja yang
besar yang pada dasarnya diperoleh dari bank (lembaga keuangan) dan uang muka pekerjaan, selain modal
sendiri
b)
yang
umumnya
kecil.
Harga barang/jasa relatif mahal melalui cara pembayaran berjangka. Semakin lama jangka waktunya,
harganya semakin mahal
karena beban bunga.
Pada umumnya, kebijakan pembayaran dilakukan secara kombinasi antara pembayaran tunai dan pembayaran
berjangka waktu (kredit). Kedua cara pembayaran tersebut memberikan dampak pada biaya. Untuk pembayaran
tunai yang umumnya didukung dengan pinjaman dari bank, kelebihannya, harga beli realtif murah, tetapi
kelemahannya harus membayar bunga pinjaman. Sebaliknya untuk pembayaran kredit, kelebihannya tidak
memerlukan pinjaman yang konsekuensinya bunga tetapi kelemahannya harga beli barang/jasa, relatif tinggi.
Jadwal pengeluaran sepenuhnya ada pada kendali perusahaan, namun tetap mengacu kepada program kerja yang
ada. Sesuai dengan sistem dalam akuntansi, maka pengeluaran uang perusahaan dapat untuk menunjang
berbagai
tujuan
yaitu:
a. Biaya langsung, yang terdiri dari:
A. Biaya upah
B. Biaya material
C. Alat
D. Biaya-biaya langsung lainnya
b. Biaya tidak langsung
A. Biaya overhead kantor wilayah/cabang
B. Biaya overhead kantor pusat
c. Pajak-pajak
KAS AWAL
Pada umumnya setiap proyek memerlukan kas awal untuk dapat memulai kegiatannya. Walaupun proyek dengan
fasilitas pembayaran uang muka sekalipun tetap memerlukan kas awal. Hal ini disebabkan cairnya uang muka
memerlukan waktu, sehingga tidak mungkin cair sebelum dimulai. Kas awal yang disediakan untuk proyek,
biasanya tidak terlalu besar, misalnya untuk pengeluaran pada bulan pertama (bulan-bulan awal).
Bulan-bulan berikutnya bila terjadi defisit, maka harus ditutupi / diatasi dengan modal pinjaman (dari bank, dari
perusahaan induk atau lembaga keuangan lain). Mungkin saja dalam suatu proyek tidak dibekali dengan kas awal.
Untuk kasus ini berarti sejak bulan pertama proyek sudah perlu disediakan modal pinjaman yang harus diadakan
sebelum proyek dimulai. Yang dimaksud dengan kas awal adalah sejumlah uang yang harus disediakan pada awal
kegiatan proyek, yang nantinya uang ini harus dikembalikan dari penerimaan proyek di akhir pekerjaan.
KAS AKHIR
Kas akhir adalah kondisi kas pada akhir bulan dimana merupakan penjumlahan dari kas sesudah kas awal dan total
finansial. Biasanya jumlah kas akhir ditetapkan nilai minimalnya, yang dipakai sebagai pedoman dalam kebijakan
finansial.
MANAJEMEN FINANSIAL
Manajemen finansial merupakan proses untuk memperoleh dan mengelola sumber daya keuangan pada proyek,
terutama pada penghasilan (revenue) dari sumber daya tersebut, dan menganalisa atau updating arus kas (cash
flow) untuk proyek konstruksi yang lebih dari sekedar pengelolaan biaya
Industri konstruksi telah mengalami perkembangan jenis dan bentuk pembayaran untuk penyelesaian proyek,
dimana hal tersebut akan sangat membutuhkan pengelolaan di bidang keuangan, bentuk dan kegiatan
pembayaran
tersebut
antara
lain:
– Design-build-own-operate (DBOO)
– Design-build-own-maintain (DBOM)
– Lease-back provision
– Joint operation partners
– Proyek yang diprivatisasikan, dll
Bentuk-bentuk pendanaan proyek diatas akan sangat mempengaruhi sistem pengendalian keuangan yang
dilakukan di proyek. Pada dasarnya fungsi Manajemen Keuangan dalam mencapai tujuan Perusahaan adalah:
– Menetapkan Struktur Keuangan Perusahaan (jumlah dan sumber)
– Mengalokasikan dana (modal kerja dan investasi)
– Mengendalikan keuangan Perusahaan (efisiensi dan efektifitas)
RUGI/LABA PROYEK
Rugi laba usaha pada jasa Konstruksi diperoleh dari gabungan rugi laba proyek pada periode tertentu. Ada dua
metode perhitungan rugi laba proyek, yaitu :
– Completion method ( yang dihitung hanya proyek yang telah selesai saja )
– Procentage completion method ( semua proyek yang berjalan dihitung dengan cara di cut)
Definisi-definisi keuangan dalam perusahaan kontraktor:
(1).Pendapatan
Pendapatan adalah nilai hasil kerja (prestasi) pelaksanaan proyek, yang telah diakui oleh Owner atau wakilnya
berdasarkan kontrak, dinyatakan dengan nilai uang (sudah diterima dan/atau belum diterima).
(2).Biaya/Cost
Biaya adalah kewajiban perusahaan,
yang harus dibayar
kepada
pihak – pihak yang
terkait dgn hasil kerja
(prestasi) pelaksanaan proyek, atau yang dibebankan, dinyatakan dengan nilai uang ( sudah dibayar dan/atau
belum dibayar).
(3).Penerimaan
Penerimaan adalah sejumlah nilai uang yang telah diterima oleh Perusahaan secara tunai (cash) dalam
kaitan dengan pekerjaan yang bersangkutan.
(4).Pengeluaran
Pengeluaran adalah sejumlah nilai uang yang telah dibayarkan oleh Perusahaan secara tunai (cash) kepada
pihak-pihak yang terkait dalam rangka pelaksanaan pekerjaan yang bersangkutan.
(5).Piutang
Piutang adalah pendapatan yang belum diterima secara tunai (cash) oleh Perusahaan.
(6).Hutang
Hutang adalah biaya yang belum dibayarkan secara tunai oleh Perusahaan.
(7).Pekerjaan Dalam Pelaksanaan ( WIP )
Pekerjaan dalam pelaksanaan adalah Nilai pekerjaan yang telah dilaksanakan Perusahaan, tetapi belum dapat
ditagihkan kepada Owner/Wakilnya (belum menjadi pendapatan).
(8).Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan untuk membayar semua kewajiban yang ada pada saat jatuh tempo, secara tunai.
(9).Rentabilitas
Rentabilitas adalah kemampuan menghasilkan laba atau kemampulabaan ( bisa tunai dan bisa tidak tunai).
(10).Pendapatan Lain-lain
Pendapatan yang diperoleh bukan dari kegiatan proyek. Misalkan: Proyek memperoleh pendapatan dari
keuntungan menjual barang-barang milik proyek, keuntungan dari berubahnya nilai tukar mata uang, dll.
(11).Biaya
Lain-lain
Biaya yang harus dibayar bukan dari kegiatan proyek. Misalkan : Proyek menderita kerugian dari penjualan barangbarang milik proyek, kerugian dari berubahnya nilai tukar mata uang, dll.
FINANCIAL CONTROL
Pengendalian biaya merupakan langkah akhir dari proses pengelolaan biaya proyek, yaitu mengusahakan agar
penggunaan dan pengeluaran biaya sesuai dengan perencanaan, berupa anggaran yang telah ditetapkan.
Pengendalian biaya proyek dapat dibagi sesuai dengan siklus proyek, yaitu pengendalian tahap konseptual,
perencanaan dan implementasi. Pengendalian biaya dapat pula ditinjau per kegiatan, seperti pengendalian
engineering,
pengadaan,
dan
konstruksi.
Pengendalian biaya tahap implementasi memerlukan persiapan yang matang, seperti mereview dokumen kontrak,
menilai kompleksitas dan risiko proyek, menentukan intensitas pengendalian yang akan dilaksanakan dan
menyiapkan personil yang diperlukan. Pengendalian biaya di kantor pusat terutama diarahkan pada kegiatan
engineering, pengadaan material dan peralatan, dan pelayanan pendukung. Sedangkan di lapangan adalah biaya
tenaga kerja langsung, tenaga kerja tidak langsung, fasilitas sementara, dan pengeluaran lain-lain. Seperti halnya
pola umum pengendalian, proses pengendalian proyek mengikuti urutan berikut; menyusun anggaran,
mengumpulkan data dan informasi hasil pelaksanaan pekerjaan, menganalisis varians, melakukan trending dan
forecasting, mengadakan koreksi sesuai keperluan, menyusun laporan. Potensi hasil pengendalian biaya maksimal
terletak pada tahap konseptual, di mana segala sesuatu sedang dirumuskan. Di sini disaring berbagai alternatif.
Dalam menentukan pilihan inilah harus selalu diingat aspek biaya.
Pengendalian biaya engineering terdiri dari penelitian progress kemajuan fisik (jumlah perhitungan atau studi,
spesifikasi, gambar dan paket yang diselesaikan) dan penggunaan jam-orang dan biaya masing-masing disiplin.
Pengendalian biaya pengadaan meliputi pemeriksaan jumlah penyelesaian (bersama bidang engineering), jumlah
dan waktu penyerahan barang atau peralatan, penentuan harga pemenang lelang, dan lain-lain.
Kegiatan konstruksi pengendalian biaya dan jadwal dipusatkan pada masalah penggunaan jam-orang tenaga
anggaran dan kenyataan. Hal ini mengingat porsi terbesar pengeluaran adalah untuk membayar tenaga kerja.
Agar suatu pengendalian biaya dapat terlaksana dengan baik, di samping pelakunya harus menguasai masalahteknis serta tersedianya prosedur dan perangkat penunjang, dalam perusahaan ini diperlukan suatu suasana atau
kondisi yang mendukung, antara lain:– Sikap sadar anggaran, dimana berarti semua pihak penyelenggara proyek
menyadari
dampak
kegiatan
yang
dilakukan
terhadap
biaya.
– Selalu berpikir untuk mencari alternatif yang dapat menghaslkan penghematan biaya.Salah satu cara yang
mendorong terciptanya suasana tersebut adalah mengkomunikasikan kepada pihak pimpinan dan mereka yang
berkepentingan perihal penggunaan dana dan menekankan adanya area-area yang potensial dapat diperbaiki
kinerjanya.
ADMINISTRATION & RECORDS
Pimpinan perusahaan dan proyek baik dari pihak kontraktor maupun owner menginginkan suatu laporan
pengendalian biaya terkoordinasi dari waktu ke waktu secara periodik (laporan bulanan). Suatu laporan
pengendalian biaya bulanan yang lengkap terdiri dari butir-butir berikut:
A.
Bagian NaratifBagian ini menjelaskan suatu perubahan yang besar terhadap cost forecast yang dibuat
pada bulan lalu. Bagian ini juga menjelaskan potensi persoalan-persoalan yang berkaitan dengan biaya
dan langkah pembetulan untuk mengurangi dampak yang diakibatkan.
B. Uraian Singkat Biaya Proyek
Bagian ini merupakan uraian singkat biaya proyek atau project cost summary dan berisi data masing-masing
cost item yang berkaitan dengannya.
C. Grafik dan Tabulasi
Menjelaskan trend pada saat laporan dan kurva kemajuan pekerjaan.
Secara garis besar, format laporan akan memuat cost item utama berikut data-data penting yang berkaitan
dengannya, seperti:
– Anggaran atau control budget original
– Change order dan back charge yang disetujui bulan lalu
– Anggaran waktu ini (current control budget)
– Pengeluaran atau komitmen sampai saat laporan
– Prakiraan (forecast) biaya untuk pekerjaan yang tersisa
– Prakiraan biaya akhir proyek
METODE BOBOK KOLOM
Metode bobok kolom biasanya berlaku apabila kita salah cor kolom, baik itu ketinggian, salah mutu beton atau beton
gagal, artinya sudah tidak ada jalan lain kecuali BOBOK. mungkin banyak cara kerja metode bobok kolom yang sudah
atau pernah anda lakukan di suatu proyek, mungkin juga beragam kesulitan kesulitan yang anda temui, misalnya :
ketinggian, berbatasan dengan gedung lain atau bangunan lain yang di bawahnya banyak aktifitas, alat angkut bobokan
dan lain lain, anda boleh share atau cerita pengalaman anda pada kolom komentar, hehehe…. (siapa tau bermanfaat
untuk teman lainnya)
di sini saya akan ambil salah satu altenatif metode bobok kolom tepi bangunan.
Gambar kerja :
Gambar diatas yaitu menggunakan perancah / scafolding dengan tumpuan H-beam yang dikaitkan dengan lantai
bangunan, tinggi perancah menyesuaikan tinggi lantai, perancah menumpu pada H-beam, H-beam dikaitkan pada lantai
(bukan chemical mortal) tapi kait tembus. tepi scafolding diberi bluesheet / safety net untuk mengantisipasi jatuhnya
serpihan serpihan bobokan ke bangunan sebelah. dan pekerja harus menggunakan alat safety (sepatu, safety belt, helm,
masker)
Animasi :
Dalam suatu pekerjaan proyek konstruksi, biaya merupakan salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan
selain waktu, quality, dan safety. Keempat aspek ini (waktu/schedule, biaya/cost, mutu/quality, dan K3/safety)
merupakan aspek penting yang sangat perlu diperhatikan. Oleh karena itulah, keempat aspek ini perlu diatur
sedemikian rupa sehingga suatu proyek dapat berjalan dengan baik. Pengaturan tersebut dapat dilakukan dengan
melihat berbagai faktor yang mempengaruhi aspek tersebut. Berikut ini merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi biaya konstruksi.
– Metode kerja
Metode kerja yang digunakan pada suatu konstruksi akan berpengaruh terhadap biaya yang dikeluarkan oleh suatu
perusahaan. Metode konstruksi itu sendiri merupakan cara untuk melaksanakan proses konstruksi untuk mencapai
pada elemen operasi atau produk terakhir. Dalam pemilihan metode kerja harus disesuaikan dengan lokasi
tersebut berada dan pekerjaan yang dilakukan. Contohnya adalah dalam pembuatan jembatan antara metode
konvensional dan metode sosrobahu. Pada metode konvensional, dibutuhkan biaya pembuatan perancah yang
memunculkan lingkup pekerjaan baru dimana perancah tersebut menghalangi jalan dibawahnya. Sedangkan
dalam pembuatan jembatan dengan metode sosrobahu, perancah yang digunakan tidak menghalangi jalan karena
pembuatan balok induk berada di jalur kolom. Namun, sisi teknologi metode kerja konstruksi yang menentukan
biaya yang dikeluarkan dari kedua metode ini. Biaya yang dikeluarkan pada metode sosrobahu lebih besar
dibanding biaya pada metode konvensional. Metode sosrobahu tetap dipilih walaupun lebih mahal karena dalam
kontrak disebutkan pembangunan jembatan tidak diperbolehkan mengganggu arus lalu lintas yang ada.
– Pekerja
Pekerja yang digunakan dalam pelaksanaan konstruksi akan berbeda-beda tergantung dari asal pekerja tersebut.
Kualitas pekerja orang jawa atau bali dengan orang sulawesi akan berbeda bila dibandingkan. Pekerja orang jawa
memiliki produktifitas lebih tinggi dibanding orang sulawesi. Makanya tidak heran bila ada pekerjaan konstruksi di
sulawesi, kontraktor membawa pekerja yang berasal dari jawa atau pun bali karena memiliki kualitas yang lebih
baik. Kualitas pekerja ini mempengaruhi kapasitas produksi. Perlu diperhitungkan juga bila suatu kontraktor
membayar pekerja dengan biaya Rp 50000/m2 dengan kapasitas 5m2/hari pada pekerjaan pemasangan dinding
batu bata dengan pekerja yang dibayar Rp 60000/m2 namun bisa memasang 10m2/hari pasangan bata. Perlu
dicari upah yang dikeluarkan oleh kontraktor untuk pekerja serendah mungkin namun dapat menghasilkan
kapasitas produksi sebesar mungkin. Namun, keadaan ini haruslah dapat dipertanggungjawabkan, jangan sampai
kejadian biaya yang dikeluarkan besar namun produktifitas rendah. Faktor upah yang dikeluarkan oleh kontraktor
ini dilihat dari keterampilan yang dimiliki oleh pekerja, skill yang pekerja miliki, dan pengalaman kerja. Ketiga hal
ini akan menyebabkan perbedaan biaya upah yang dikeluarkan. Biaya pengeluaran untuk fasilitas dan rekreasi
yang dikeluarkan oleh kontraktor juga mempengaruhi biaya pengeluaran proyek. Rekreasi penting diberikan ke
pekerja untuk menghilangkan kepenatan/kelelahan. Bila pekerja terlalu lelah, akan menurunkan produktifitas.
– Lokasi
Perbedaan lokasi proyek akan berpengaruh terhadap pengeluaran proyek. Lokasi yang dekat dengan sumber
material dan memiliki akses serta mobilitas tinggi akan berbeda dengan lokasi proyek yang berada di daerah
terpencil dan tidak memiliki akses ke lokasi proyek. Contohnya adalah pelaksanaan konstruksi di tengah hutan.
Kontraktor harus mengeluarkan biaya untuk membuat jalan akses yang menuju ke lokasi proyek. Ditambah biaya
transportasi yang lebih besar dibanding lokasi proyek yang mudah dijangkau dan dekat dengan lokasi sumber
daya. Untuk itu perlu diperhatikan dalam pelaksanaan kontrak. Apa akses jalan dikerjakan oleh pihak kontraktor
atau owner. Bila kontraktor yang menyediakan, kontraktor harus memasukkannya dalam perhitungan estimasi
biaya pengeluaran. Pelaksanaan survey lokasi juga akan mempengaruhi biaya. Bila orang yang yang dikirm tidak
tahu cara melakukan survey dan apa saja yang dilakukan dalam survey akan menyebabkan rencana anggaran
biaya tidak akurat dan menyebabkan pengeluaran-pengeluaran yang tidak diestimasi.
– Requirement alat
Kebutuhan dari alat yang digunakan akan berpengaruh terhadap biaya yang dikeluarkan. Yang mempengaruhi
pengeluaran biaya pada alat adalah produktifitas dari alat tersebut. Penggunaan alat baru dengan alat lama akan
menghasilkan produktifitas yang berbeda. Alat baru akan mempunyai produktifitas yang lebih tinggi dibanding alat
yang lama. Biaya yang dikeluarkan untuk produktifitas alat yang rendah lebih tinggi dibanding biaya pada
produktifitas alat yang tinggi. Biaya oli yang digunakan juga menjadi salah satu faktor besar kecilnya biaya alat.
Alat yang sudah lama membutuhkan perbaikan dan perawatan yang ekstra dibanding alat yang relatif lebih baru
sehingga biaya yang dikeluarkan pada alat yang sudah lama akan lebih besar dibanding alat yang baru. Jarak yang
ditempuh juga mempengaruhi terhadap biaya yang dikeluarkan. Contohnya adalah biaya pengangkutan material
batu pecah ke stok penyimpanan. Kriteria dari alat itu sendiri juga mempengaruhi dari biaya. Contohnya adalah
biaya yang dikeluarkan untuk excavator 0.6m3 atau 1.3 m3.
– Faktor satuan
Kesalahan dalam memasukkan faktor satuan akan mempengaruhi biaya. Faktor satuan harus sama antara pekerja
dan lainnya. Bila material dihitung per hari maka upah pekerja harus dihitung per orang per hari (mandays atau
OH). Bila pekerja diupah per bulan maka harus diubah menjadi per hari terlebih dahulu. Faktor satuan ini akan
mempengaruhi koefisien dan koefisien itu sendiri akan mempengaruhi biaya.
– Budaya
Faktor budaya akan mempengaruhi mempengaruhi besarnya biaya yang dikeluarkan. Budaya orang jawa mau
dibayar rendah dan memiliki produktifitas yang baik berbeda sekali dengan budaya orang sumatera yang ingin
dibayar tinggi namun memiliki produktifitas lebih rendah. Orang sumatera lebih banyak lebih banyak mengobrol
saat bekerja dibanding orang jawa.
– Komposisi sumber daya yang dibutuhkan
Komposisi bahan mempengaruhi kualitas hasil dimana koefisien-koefisien bahan yang digunakan akan
mempengaruhi kinerja mutu dan biaya. Yang mempengaruhi dari koefisien bahan itu sendiri adalah faktor
kehilangan, waste, dan kolusi. Contohnya adalah pada pelaksanaan pengangkutan material batu pecah dari
sumbernya ke lokasi proyek. Prosesnya adalah menentukkan lokasi batu yang akan diledakkan. Setelah itu, batu
hasil ledakkan berupa material batu pecah yang masih besar-besar dipecah-pecah kembali. Lalu dilakukan
pengangkutan ke stok material yang agak jauh dari lokasi proyek. Lalu, diangkut ke stok material dekat lokasi
proyek. Setelah itu dipecah-pecah lagi sesuai kebutuhan sebelum digunakan. Faktor kehilangan terjadi saat
pengangkutan material ke lokasi stok material. Faktor waste terjadi saat pemecahan material sesuai dengan
kebutuhan sebelum digunakan. Kolusi terjadi saat pengangkutan 3m3 material namun dicatat 3.5m3 oleh
penerima karena penerima telah diberi uang sebagai imbalannya. Harga bahan itu sendiri ditentukan oleh biaya
pengiriman dan prosesnya. Semakin jauh jarak pengirimannya akan meningkatkan biaya pengeluaran. Semakin
tidak efektif dan efisiennya proses pemecahan batu juga akan meningkatkan pengeluaran.
– Pendefinisian lingkup pekerjaan
Pendefinisian pekerjaan yang salah akan mempengaruhi akan biaya yang dikeluarkan. Perlu diketahui pekerjaan
apa yang dikerjakan sendiri atau outsourcing.perlu dicari hubungannya karena lingkup pekerjaan akan
mempengaruhi biaya. Untuk itu perlu diketahui batasannya dan requirement dari batasan-batasan pekerjaan.
– Iklim
Dalam pelaksanaan proyek, pengaruh iklim perlu diketahui. Iklim yang tidak teridentifikasi dapat mempengaruhi
biaya.
– Gempa bumi, badai, banjir, air pasang, dll
Kejadian-kejadian yang disebutkan diatas dapat mempengaruhi biaya. Contohnya adalah dalam proses pengecoran
di saat musim hujan. Bila dilakukan pengecoran peer tiang jembatan di pantai sesaat sebelum air pasang, dan
setelah pengecoran selesai datang air pasang, akan mengakibatkan hasil pengecoran tidak dapat dipakai sehingga
area pengecoran harus dibersihkan terlebih dahulu dan dilakukan pengecoran ulang.
– Lihat dokumen
Dokumen yang dilihat dengan asumsi yang salah dan tidak jelas akan mempengaruhi ketidakjelasan scope yang
mempengaruhi volume pekerjaan. Volume pekerjaan yang salah atau tidak tepat akan mempengaruhi biaya.
PENGENDALIAN BIAYA PROYEK
Dalam suatu proyek konstruksi, biaya proyek merupakan salah satu aspek penting dan sangat perlu dikendalikan
agar sesuai dengan budget yang telah dianggarkan sehingga dapat menghasilkan keuntungan proyek yang
maksimal. Pengendalian biaya proyek yang efektif sendiri dapat dilakukan dengan :
1. Lingkup kerja yang terinci dan terdefinisi dengan lengkap
Dengan lingkup kerja yang dibuat dapat diketahui pekerjaan apa yang dikerjakan sendiri dan pekerjaan apa yang
outsourcing. Lalu dicari hubungan antara keduanya. Dengan diketahuinya lingkup pekerjaan maka dapat
ditentukan biayanya. Dengan telah diketahui lingkup pekerjaan, dicari tahu batasan-batasan setiap pekerjaan dan
mengetahui requirement dari batasan-batasannya. Contohnya adalah pada pelaksanaan pengangkutan material
batu pecah dari sumbernya ke lokasi proyek. Pada peledakkan sumber batu pecah, perlu dilakukan perhitungan
terlebih dahulu sehingga tidak perlu dilakukan pemecahan kembali batu tersebut menjadi ukuran yang lebih kecil.
Lalu saat pengangkutan material ke stok, perlu diatur dan dihitung jarak angkut, traffic, dan volume tampung
kendaraan.
2. Analisa resiko proyek
Resiko merupakan suatu peristiwa atau keadaan yang belum pasti, dan bila terjadi akan memberikan pengaruh
negative terhadap sasaran proyek. Dalam melakukan analisa resiko yang dilakukan adalah menetapkan sasaran
tujuan proyek, melakukan identifikasi resiko, melakukan asesmen resiko, memberi tanggapan dan perlakuan atas
resiko, memantau dan mengkaji ulang, komunikasi dan konsultansi, dan menyusun dokumentasi. Dalam
menganalisa resiko, dilevelkan tingkat resikonya berupa kemungkinan resiko tersebut dapat terjadi dan seberapa
besar akibat yang dihasilkan. Hasil analisa resiko dapat disimpulkan apa resiko tersebut diterima tetapi diusahakan
agar dampaknya tidak bertambah besar dan resiko tersebut ditolak sehingga dibuat suatu upaya pencegahannya.
3. Estimasi biaya yang akurat dan penetapan pedoman anggaran
Estimasi biaya yang akurat perlu dilakukan. Dalam estimasi, semakin banyak asumsi yang digunakan, kesalahan
asumsi dan ketidakjelasan akan mempengaruhi keakuratan biaya proyek. Estimasi biaya dimulai dari pemahaman
dokumen. Dari dokumen dihitung volume pekerjaan dan kebutuhan sumber dayanya. Dan dilakukan juga survey.
Dari semuanya itu ditetapkan metode konstruksi yang digunakan dan menghasilkan analisa teknik dan analisa
satuan pekerjaan. Ditambah dengan mark up maka menghasilkan estimasi biaya proyek keseluruhan.
4. Cost performance analysis dan forecasting
Forecasting termasuk melakukan estimasi atau prediksi dari suatu kondisi masa depan proyek yang didasarkan
pada informasi dan pengetahuan yang tersedia pada waktu yang diramal. Forecast digenerasikan, diupdate, dan
diisu kembali yang didasasrkan pada informasi kinerja pekerjaan yang disediakan pada saat proyek dilakukan dan
progress. Informasi kinerja pekerjaan menyangkut hal-hal tentang kinerja masa lampau proyek dan segala
informasi
yang
dapat
memiliki
dampak
terhadap
proyek
dimasa
depan.
5. Performance Measurement Analysis. Teknik ini membantu untuk mengasses magnitude dari semua variasi yang
dapat terjadi dalam biaya. Teknik earned value membandingkan nilai kumulatif dari suatu nilai kumulatif budgeted
cost dari pekerjaan yang dilakukan (earned) pada budget awal yang dialokasikan untuk pekerjaan yang djadwalkan
(planned) dan pada biaya actual dari pekerjaan yang dilakukan (actual).
6. Sistem pengendalian perubahan lingkup
Perubahan lingkup perlu dikendalikan. Bila dilakukan perubahan lingkup perlu disetujui oleh owner agar perubahan
tersebut juga dapat dibayarkan oleh owner. Perubahan lingkup akan menyebabkan perubahan biaya. Sistem
kontrol perubahan biaya, yang didokumentasikan dalam sebuah rencana cost management, mendefinisikan
prosedur-prosedur dimana baseline costnya bisa dirubah. Teknik ini mencakup forms, dokumentasi, tracking
systems, dan approval levels yang dibutuhkan untuk mengautorisasi perubahan biaya. Cost change control system
ini diintegrasikan dengan proses integrated change control
7. Tindakan pengecekan dan koreksi
Untuk mengontrol biaya maka perlu dilakukan tindakan pengecekan dan koreksi. Caranya adalah menyusun formform yang dibutuhkan agar ada standard. Dari pengecekan yang ada dilakukan tindakan koreksi. Pengecekan yang
dilakukan misalnya adalah pengecekan waste, hasil pekerjaan apa sesuai dengan spek, dll. Tindakan koreksi
tersebut berasal dari varian biaya yang ada.
8. Prosedur pengendalian biaya
Dengan adanya prosedur pengendalian biaya, dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan proyek. Prosedur
pengendalian biaya dapat dilihat pada gambar dibawah ini
MANAJEMEN FINANSIAL
Manajemen finansial merupakan proses untuk memperoleh dan mengelola sumber daya keuangan pada proyek,
terutama pada penghasilan (revenue) dari sumber daya tersebut, dan menganalisa atau updating arus kas (cash
flow) untuk proyek konstruksi yang lebih dari sekedar pengelolaan biaya.
CASH FLOW
Cash flow atau arus kas adalah penggambaran jumlah kas masuk (penerimaan kas) dan jumlah kas keluar
(pengeluaran kas) dalam suau periode tertentu. Cash flow adalah arus kas yang masuk dan arus yang keluar
perusahaan.. Cash flow terdiri atas anggaran kas masuk (cash in) dan anggaran kas keluar (cash out). Cash in
adalah semua penerimaan kontraktor berupa uang muka, angsuran pembayaran dan pembayaran jaminan
pemeliharaan. Cash out adalah pengeluaran yang harus dilakukan oleh kontraktor seperti biaya material, upah
tenaga kerja, peralatan, overhead, dan lain-lain. Pada perhitungan cash flow, penerimaan-penerimaan tunai yang
terus bertambah bertanda positif, sedangkan pembayaran-pembayaran tunai yang terus meningkat bertanda
negatif sehingga rumus dasarnya adalah sebagai berikut:
CASHFLOW= CASH IN – CASH OUT
Cash Flow dapat digambarkan sebagai suatu prediksi pembayaran. Cash flow proyek yang baik adalah cash flow
yang dapat mendanai pembiayaan proyek secara mandiri dan dapat menjaga arus dananya agar tidak
menghasilkan saldo yang negatif.
JADWAL PENERIMAAN
Unsur utama dari cash flow adalah penerimaan, karena dari penerimaan atau rencana penerimaan yang ada, maka
terjadilah kegiatan pengeluaran. Untuk proyek, realisasi penerimaan sangat ditentukan oleh cara pembayaran
yang telah ditetapkan dalam surat perjanjian atau kontrak konstruksi.
Jadwal penerimaan harus dapat disusun secara cepat dan akurat, artinya jumlah penerimaannya benar dan waktu
cairnya tepat. Rencana jumlah penerimaan umumnya berkaitan dengan besarnya prestasi pekerjaan pada waktu
tertentu sesuai dengan kesepakatan awal. Didalam penerimaan terdapat dua hal penting yang harus diperhatikan
dalam menyusun jadwal penerimaan (cash in), yaitu perkiraan prestasi pekerjaan yang mengacu pada time
schedule proyek dan perkiraan waktu untuk proses pencairan yang mengacu pada pekerjaan sendiri berdasarkan
pengalaman.
Pencairan rencana penerimaan akan melalui suatu proses yang memerlukan waktu, mulai semua persyaratan fisik
dan administrasi sudah dipenuhi sampai dengan masuknya uang ke dalam kas atau rekening perusahaan.
Perkiraan waktu untuk proses pencairan bisa berbeda-beda, tergantung oleh jenis proyek, kebiasaan orang-orang
yang terlibat dalam proses pencairan, lokasi proyek, sistem administrasi yang ada, dan lain-lain.
JADWAL PENGELUARAN
Pedoman dasar bagi pengeluaran adalah rencana kegiatan kerja, dimana berpengaruh langsung. Sebagai contoh,
bila kegiatan membesar maka pengeluaran membesar, namun hubungan tidak linear tergantung kebijakan
pembiayaannya.
Kebijakan operasional yang berkaitan dengan pengeluaran adalah :
a)
Pembayaran secara tunai (cash)
b)
Pembayaran dengan jangka waktu tertentu (credit)
Bisa saja kegiatan membesar, tetapi pengeluarannya bertambah tidak terlalu besar (banyak kredit) atau
sebaliknya kegiatan bertambah tidak terlalu besar, tetapi pengeluarannya bertambah cukup besar (banyak cash).
Dalam menetapkan kebijakan pembayaran tersebut, terdapat dua masalah yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
a)
Harga barang / jasa, akan relatif murah melalui cara pembayaran tunai. Cara ini memerlukan modal kerja yang
besar yang pada dasarnya diperoleh dari bank (lembaga keuangan) dan uang muka pekerjaan, selain modal
sendiri
b)
yang
umumnya
kecil.
Harga barang/jasa relatif mahal melalui cara pembayaran berjangka. Semakin lama jangka waktunya,
harganya semakin mahal
karena beban bunga.
Pada umumnya, kebijakan pembayaran dilakukan secara kombinasi antara pembayaran tunai dan pembayaran
berjangka waktu (kredit). Kedua cara pembayaran tersebut memberikan dampak pada biaya. Untuk pembayaran
tunai yang umumnya didukung dengan pinjaman dari bank, kelebihannya, harga beli realtif murah, tetapi
kelemahannya harus membayar bunga pinjaman. Sebaliknya untuk pembayaran kredit, kelebihannya tidak
memerlukan pinjaman yang konsekuensinya bunga tetapi kelemahannya harga beli barang/jasa, relatif tinggi.
Jadwal pengeluaran sepenuhnya ada pada kendali perusahaan, namun tetap mengacu kepada program kerja yang
ada. Sesuai dengan sistem dalam akuntansi, maka pengeluaran uang perusahaan dapat untuk menunjang
berbagai
tujuan
yaitu:
a. Biaya langsung, yang terdiri dari:
A. Biaya upah
B. Biaya material
C. Alat
D. Biaya-biaya langsung lainnya
b. Biaya tidak langsung
A. Biaya overhead kantor wilayah/cabang
B. Biaya overhead kantor pusat
c. Pajak-pajak
KAS AWAL
Pada umumnya setiap proyek memerlukan kas awal untuk dapat memulai kegiatannya. Walaupun proyek dengan
fasilitas pembayaran uang muka sekalipun tetap memerlukan kas awal. Hal ini disebabkan cairnya uang muka
memerlukan waktu, sehingga tidak mungkin cair sebelum dimulai. Kas awal yang disediakan untuk proyek,
biasanya tidak terlalu besar, misalnya untuk pengeluaran pada bulan pertama (bulan-bulan awal).
Bulan-bulan berikutnya bila terjadi defisit, maka harus ditutupi / diatasi dengan modal pinjaman (dari bank, dari
perusahaan induk atau lembaga keuangan lain). Mungkin saja dalam suatu proyek tidak dibekali dengan kas awal.
Untuk kasus ini berarti sejak bulan pertama proyek sudah perlu disediakan modal pinjaman yang harus diadakan
sebelum proyek dimulai. Yang dimaksud dengan kas awal adalah sejumlah uang yang harus disediakan pada awal
kegiatan proyek, yang nantinya uang ini harus dikembalikan dari penerimaan proyek di akhir pekerjaan.
KAS AKHIR
Kas akhir adalah kondisi kas pada akhir bulan dimana merupakan penjumlahan dari kas sesudah kas awal dan total
finansial. Biasanya jumlah kas akhir ditetapkan nilai minimalnya, yang dipakai sebagai pedoman dalam kebijakan
finansial.
MANAJEMEN FINANSIAL
Manajemen finansial merupakan proses untuk memperoleh dan mengelola sumber daya keuangan pada proyek,
terutama pada penghasilan (revenue) dari sumber daya tersebut, dan menganalisa atau updating arus kas (cash
flow) untuk proyek konstruksi yang lebih dari sekedar pengelolaan biaya
Industri konstruksi telah mengalami perkembangan jenis dan bentuk pembayaran untuk penyelesaian proyek,
dimana hal tersebut akan sangat membutuhkan pengelolaan di bidang keuangan, bentuk dan kegiatan
pembayaran
tersebut
antara
lain:
– Design-build-own-operate (DBOO)
– Design-build-own-maintain (DBOM)
– Lease-back provision
– Joint operation partners
– Proyek yang diprivatisasikan, dll
Bentuk-bentuk pendanaan proyek diatas akan sangat mempengaruhi sistem pengendalian keuangan yang
dilakukan di proyek. Pada dasarnya fungsi Manajemen Keuangan dalam mencapai tujuan Perusahaan adalah:
– Menetapkan Struktur Keuangan Perusahaan (jumlah dan sumber)
– Mengalokasikan dana (modal kerja dan investasi)
– Mengendalikan keuangan Perusahaan (efisiensi dan efektifitas)
RUGI/LABA PROYEK
Rugi laba usaha pada jasa Konstruksi diperoleh dari gabungan rugi laba proyek pada periode tertentu. Ada dua
metode perhitungan rugi laba proyek, yaitu :
– Completion method ( yang dihitung hanya proyek yang telah selesai saja )
– Procentage completion method ( semua proyek yang berjalan dihitung dengan cara di cut)
Definisi-definisi keuangan dalam perusahaan kontraktor:
(1).Pendapatan
Pendapatan adalah nilai hasil kerja (prestasi) pelaksanaan proyek, yang telah diakui oleh Owner atau wakilnya
berdasarkan kontrak, dinyatakan dengan nilai uang (sudah diterima dan/atau belum diterima).
(2).Biaya/Cost
Biaya adalah kewajiban perusahaan,
yang harus dibayar
kepada
pihak – pihak yang
terkait dgn hasil kerja
(prestasi) pelaksanaan proyek, atau yang dibebankan, dinyatakan dengan nilai uang ( sudah dibayar dan/atau
belum dibayar).
(3).Penerimaan
Penerimaan adalah sejumlah nilai uang yang telah diterima oleh Perusahaan secara tunai (cash) dalam
kaitan dengan pekerjaan yang bersangkutan.
(4).Pengeluaran
Pengeluaran adalah sejumlah nilai uang yang telah dibayarkan oleh Perusahaan secara tunai (cash) kepada
pihak-pihak yang terkait dalam rangka pelaksanaan pekerjaan yang bersangkutan.
(5).Piutang
Piutang adalah pendapatan yang belum diterima secara tunai (cash) oleh Perusahaan.
(6).Hutang
Hutang adalah biaya yang belum dibayarkan secara tunai oleh Perusahaan.
(7).Pekerjaan Dalam Pelaksanaan ( WIP )
Pekerjaan dalam pelaksanaan adalah Nilai pekerjaan yang telah dilaksanakan Perusahaan, tetapi belum dapat
ditagihkan kepada Owner/Wakilnya (belum menjadi pendapatan).
(8).Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan untuk membayar semua kewajiban yang ada pada saat jatuh tempo, secara tunai.
(9).Rentabilitas
Rentabilitas adalah kemampuan menghasilkan laba atau kemampulabaan ( bisa tunai dan bisa tidak tunai).
(10).Pendapatan Lain-lain
Pendapatan yang diperoleh bukan dari kegiatan proyek. Misalkan: Proyek memperoleh pendapatan dari
keuntungan menjual barang-barang milik proyek, keuntungan dari berubahnya nilai tukar mata uang, dll.
(11).Biaya
Lain-lain
Biaya yang harus dibayar bukan dari kegiatan proyek. Misalkan : Proyek menderita kerugian dari penjualan barangbarang milik proyek, kerugian dari berubahnya nilai tukar mata uang, dll.
FINANCIAL CONTROL
Pengendalian biaya merupakan langkah akhir dari proses pengelolaan biaya proyek, yaitu mengusahakan agar
penggunaan dan pengeluaran biaya sesuai dengan perencanaan, berupa anggaran yang telah ditetapkan.
Pengendalian biaya proyek dapat dibagi sesuai dengan siklus proyek, yaitu pengendalian tahap konseptual,
perencanaan dan implementasi. Pengendalian biaya dapat pula ditinjau per kegiatan, seperti pengendalian
engineering,
pengadaan,
dan
konstruksi.
Pengendalian biaya tahap implementasi memerlukan persiapan yang matang, seperti mereview dokumen kontrak,
menilai kompleksitas dan risiko proyek, menentukan intensitas pengendalian yang akan dilaksanakan dan
menyiapkan personil yang diperlukan. Pengendalian biaya di kantor pusat terutama diarahkan pada kegiatan
engineering, pengadaan material dan peralatan, dan pelayanan pendukung. Sedangkan di lapangan adalah biaya
tenaga kerja langsung, tenaga kerja tidak langsung, fasilitas sementara, dan pengeluaran lain-lain. Seperti halnya
pola umum pengendalian, proses pengendalian proyek mengikuti urutan berikut; menyusun anggaran,
mengumpulkan data dan informasi hasil pelaksanaan pekerjaan, menganalisis varians, melakukan trending dan
forecasting, mengadakan koreksi sesuai keperluan, menyusun laporan. Potensi hasil pengendalian biaya maksimal
terletak pada tahap konseptual, di mana segala sesuatu sedang dirumuskan. Di sini disaring berbagai alternatif.
Dalam menentukan pilihan inilah harus selalu diingat aspek biaya.
Pengendalian biaya engineering terdiri dari penelitian progress kemajuan fisik (jumlah perhitungan atau studi,
spesifikasi, gambar dan paket yang diselesaikan) dan penggunaan jam-orang dan biaya masing-masing disiplin.
Pengendalian biaya pengadaan meliputi pemeriksaan jumlah penyelesaian (bersama bidang engineering), jumlah
dan waktu penyerahan barang atau peralatan, penentuan harga pemenang lelang, dan lain-lain.
Kegiatan konstruksi pengendalian biaya dan jadwal dipusatkan pada masalah penggunaan jam-orang tenaga
anggaran dan kenyataan. Hal ini mengingat porsi terbesar pengeluaran adalah untuk membayar tenaga kerja.
Agar suatu pengendalian biaya dapat terlaksana dengan baik, di samping pelakunya harus menguasai masalahteknis serta tersedianya prosedur dan perangkat penunjang, dalam perusahaan ini diperlukan suatu suasana atau
kondisi yang mendukung, antara lain:– Sikap sadar anggaran, dimana berarti semua pihak penyelenggara proyek
menyadari
dampak
kegiatan
yang
dilakukan
terhadap
biaya.
– Selalu berpikir untuk mencari alternatif yang dapat menghaslkan penghematan biaya.Salah satu cara yang
mendorong terciptanya suasana tersebut adalah mengkomunikasikan kepada pihak pimpinan dan mereka yang
berkepentingan perihal penggunaan dana dan menekankan adanya area-area yang potensial dapat diperbaiki
kinerjanya.
ADMINISTRATION & RECORDS
Pimpinan perusahaan dan proyek baik dari pihak kontraktor maupun owner menginginkan suatu laporan
pengendalian biaya terkoordinasi dari waktu ke waktu secara periodik (laporan bulanan). Suatu laporan
pengendalian biaya bulanan yang lengkap terdiri dari butir-butir berikut:
A.
Bagian NaratifBagian ini menjelaskan suatu perubahan yang besar terhadap cost forecast yang dibuat
pada bulan lalu. Bagian ini juga menjelaskan potensi persoalan-persoalan yang berkaitan dengan biaya
dan langkah pembetulan untuk mengurangi dampak yang diakibatkan.
B. Uraian Singkat Biaya Proyek
Bagian ini merupakan uraian singkat biaya proyek atau project cost summary dan berisi data masing-masing
cost item yang berkaitan dengannya.
C. Grafik dan Tabulasi
Menjelaskan trend pada saat laporan dan kurva kemajuan pekerjaan.
Secara garis besar, format laporan akan memuat cost item utama berikut data-data penting yang berkaitan
dengannya, seperti:
– Anggaran atau control budget original
– Change order dan back charge yang disetujui bulan lalu
– Anggaran waktu ini (current control budget)
– Pengeluaran atau komitmen sampai saat laporan
– Prakiraan (forecast) biaya untuk pekerjaan yang tersisa
– Prakiraan biaya akhir proyek
METODE BOBOK KOLOM
Metode bobok kolom biasanya berlaku apabila kita salah cor kolom, baik itu ketinggian, salah mutu beton atau beton
gagal, artinya sudah tidak ada jalan lain kecuali BOBOK. mungkin banyak cara kerja metode bobok kolom yang sudah
atau pernah anda lakukan di suatu proyek, mungkin juga beragam kesulitan kesulitan yang anda temui, misalnya :
ketinggian, berbatasan dengan gedung lain atau bangunan lain yang di bawahnya banyak aktifitas, alat angkut bobokan
dan lain lain, anda boleh share atau cerita pengalaman anda pada kolom komentar, hehehe…. (siapa tau bermanfaat
untuk teman lainnya)
di sini saya akan ambil salah satu altenatif metode bobok kolom tepi bangunan.
Gambar kerja :
Gambar diatas yaitu menggunakan perancah / scafolding dengan tumpuan H-beam yang dikaitkan dengan lantai
bangunan, tinggi perancah menyesuaikan tinggi lantai, perancah menumpu pada H-beam, H-beam dikaitkan pada lantai
(bukan chemical mortal) tapi kait tembus. tepi scafolding diberi bluesheet / safety net untuk mengantisipasi jatuhnya
serpihan serpihan bobokan ke bangunan sebelah. dan pekerja harus menggunakan alat safety (sepatu, safety belt, helm,
masker)
Animasi :