Etos kerja dalam islam (5)

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Setiap manusia diwajibkan untuk melakukan usaha dan berperilaku baik. Usaha yang
dilakukan haruslah sungguh-sungguh dengan niat ikhlas. Tidak boleh setengah-setengah
karena hasilnya tidak akan maksimal. Dalam Islam juga diwajibkan untuk berikhtiar dan
tidak hanya pasrah. Allah akan memberikan karunia terhadap setiap usaha yang dikerjakan
dan juga disertai dengan doa.
Rasulullah SAW bersabda: “bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu hidup
selamanya, dan beribadahlah untuk akhiratmu seakan-akan kamu mati besok.” Dalam
ungkapan lain dikatakan juga, “Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah,
Memikul kayu lebih mulia dari pada mengemis, Mukmin yang kuat lebih baik dari pada
muslim yang lemah. Allah swt.menyukai mukmin yang kuat bekerja.”Nyatanya kita
kebanyakan bersikap dan bertingkah laku justru berlawanan dengan ungkapan-ungkapan tadi.
Dalam zaman yang modern ini, kita dituntut untuk selalu berusaha, tidak hanya rajin, tapi
lebih dari itu, asalkan tidak melanggar dan melampaui batas – batas dalam Islam.
Untuk itu, disini penulis akan memaparkan mengenai etos kerja secara lebih rinci.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas, maka saya mengangkat rumusan masalah, yaitu
Bagaimana etos kerja yan sesuai dalam Islam?
1.3. TUJUAN

Adapun tujuan dari kegiatan ini, yaitu
Untuk memaparkan etos kerja yang sesuai dengan Islam
1.4.MANFAAT
Dari kegiatan ini diharapkan mampu memberikan manfaat
1. Dapat mengetahui apa yang dimaksud etos kerja
2. Dapat megetahui bagaimana etos kerja dalam Islam
3. Melatih kita untuk senantiasa berusaha

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN ETOS KERJA

Abu Hamid memberikan pengertian bahwa etos adalah sifat, karakter, kualitas
hidup, moral dan gaya estetika serta suasana hati seseorang masyarakat. Kerja 
adalah suatu aktivitas yang menghasilkan suatu karya. Karya yang dimaksud, 
berupa segala yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan, dan selalu berusaha 
menciptakan karya­karya lainnya.
Etos berarti pandangan hidup yang khas dari suatu golongan sosial. Kata kerja berarti
usaha,amal, dan apa yang harus dilakukan (diperbuat).Etos berasal dari bahasa Yunani
(etos) yang memberikan arti sikap, kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas

sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan
masyarakat . Dalam kamus besar bahasa Indonesia etos kerja adalah semangat kerja yang
menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok. Kerja dalam arti
pengertian luas adalah semua bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik dalam hal
materi, intelektual dan fisik, maupun hal-hal yang berkaitan dengan keduniaan maupun
keakhiratan. (Dr.Abdul Aziz.Al Khayyath,1994 : 13). Berdasarkan pengertian tersebut
dapat dipahamkan bahwa semua usaha manusia baik yang dilakukan oleh akal, perasaan,
maupun perbuatan adalah termasuk ke dalam kerja.
Dalam bekerja, setiap pekerja muslim (muslimah), hendaknya sesuai dengan etika
Islam, yaitu :


Melandasi setiap kegiatan kerja semata-mata ikhlas karena Allah serta untuk
memperoleh rida-Nya. Pekerjaan yang halal bila dilandasi dengan niat ikhlas karena
Allah tentu akan mendapatkan pahala ibadah. Rasulullah saw bersabda , yang artinya :
Allah swt tidak akan menerima amalan, melainkan amalan yang ikhlas dan yang
karena untuk mencari keridaan-Nya(H.R.Ibnu Majah ).




Mencintai pekerjaannya. Karena pekerja yang mencinta pekerjaanya, biasanya dalam
bekerja akan tenang, senang, bijaksana, dan akan meraih hasil kerja yang optimal.
Rasulullah saw bersabda, yang artinya Sesungguhnya Allah cinta kepada seseorang di
antara kamu yang apabila mengerjakan sesuatu pekerjaan maka ia rapihkan
pekerjaan itu.



Mengawali setiap kegiatan kerjanya dengan ucapan basmalah.
Nabi saw bersabda yang artinya :Setiap urusan yang baik (bermanfaat, yang tidfak
dimulai dengan ucapan basmalah (bismillahirrahmanirrahim,maka terputus
berkahnya.(H.R.Abdul Qahir dari Abu Hurairah)



Melaksanakan setiap kegiatan kerjanya dengan cara yang halal.
Nabi saw bersabda, yang artinya :Sesungguhnya Allah adalah Dzat yang
baik,mencintai yang baik (halal), dan tidak menerima (sesuatu) kecuali yang baik,
dan sesungguhnya Allah memerintahkan kepada orang-orang mukmin sesuatu yang
diperintahkan kepada para utusan-Nya (H.R.Muslim dan Tirmidzi)




Tidak (Haram) melakukan kegiatan kerja yang bersifat mendurhakai Allah. Misalnya
bekerja sebagai germo, pencatat riba (renten), dan pelayan bar.Artinya : “Tidak ada
ketaatan terhadap makhluk untuk mendurhakai sang pencipta”.(H.R.Ahmad bin
Hambai dalam musnadnya, dan hakim dalan Al-Mustadrokanya, kategori hadis
shahih)



Tidak membebani diri, alat-alat produksi, dan hewan pekerja dengan pekerjaanpekerjaan di luar batas kemampuan.



Memiliki sifat-sifat terpuji seperti jujur, dapat dipercaya, suka tolong menolong dalam
kebaikan, dan professional dalam kerjanya.




Bersabar apabila menghadapi hambatan-hambatan dalam kerjanya. Sebaliknya,
bersyukur apabila memperoleh keberhasilan.



Menjaga keseimbangan antara kerja yang manfaatnya untuk kehidupan di dunia dan
yang manfaatnya untuk kehidupan di akhirat. Seseorang yang sibuk bekerja sehingga
meninggalkan shalat lima waktu, tidak sesuai dengan Islam. Rasulullah saw bersabda
yang artinya,”Kerjakanlah untuk kepentingan duniamu seolah-olah kamu akan hidup
selama-lamanya, tetapi kerjakanlah untuk kepentingan akhiratmu seolah-olah kamu
akan mati besok.”(H.R.Ibnu Asakin)

2.2 PRINSIP DASAR ETOS KERJA DALAM ISLAM
1. Bekerja secara halal (thalaba ad­dunya halalan) baik dari jenis pekerjaan 
maupun cara menjalankannya. Dicontohkan orang yang berprofesi sebagai 
pedagang ikan di pasar. Namun jika pedagang tersebut melakukan hal­hal 
yang tidak baik (membayakan orang lain) misalkan menjual ikan berformalin, 
maka dapat dikatakan profesi yang semula halal menjadi haram (‘haram 

lighairihi’). Berbeda dengan orang yang berprofesi menjadi PSK. Mau dengan 

alasan apapun tetap profesi PSK adalah haram (‘haram lidzatihi’)
2. Bekerja agar tidak menjadi beban hidup orang lain (ta’affufan an al­mas’alah). 
Sebagai orang beriman dilarang menjadi beban orang lain (benalu). 
Rasulullah pernah menegur seorang sahabat yang muda dan kuat tetapi 
pekerjaannya mengemis. Beliau kemudian bersabda, “Sungguh orang yang 
mau membawa tali atau kapak kemudian mengambil kayu bakar dan 
memikulnya di atas punggung lebih baik dari orang yang mengemis kepada 
orang kaya, diberi atau ditolak” (HR Bukhari dan Muslim).
3. Bekerja guna memenuhi kebutuhan keluarga (sa’yan ala iyalihi). Karena 
memenuhi kebutuhan keluarga hukumnya fardlu ain, tidak dapat diwakilkan, 
dan melaksanakannya juga termasuk dalam jihad. Hadis Rasulullah 
menyebutkan “Tidaklah seseorang memperoleh hasil terbaik melebihi yang 
dihasilkan tangannya. Dan tidaklah sesuatu yang dinafkahkan seseorang 
kepada diri, keluarga, anak, dan pembantunya kecuali dihitung sebagai 
sedekah” (HR Ibnu Majah).
4. Bekerja guna meringankan beban hidup tetangga (ta’aththufan ala jarihi). 
Islam mendorong kerja keras untuk kebutuhan diri dan keluarga, tetapi Islam 
melarang kaum beriman bersikap egois. Islam menganjurkan solidaritas sosial,
dan mengecam keras sikap tutup mata dan telinga dari segala penderitaan di 
lingkungan sekitar. 

Terdapat pada Al­Qur’an :
“Hendaklah kamu beriman kepada Allah dan Rasul­Nya dan 
nafkahkanlah sebagian harta yang Allah telah menjadikanmu berkuasa 
atasnya.” (Qs Al­Hadid: 7).

Allah bahkan menyebut orang yang rajin beribadah tetapi mengabaikan
nasib kaum miskin dan yatim sebagai pendusta­pendusta agama (Qs Al­Ma’un:
1­3)

2.3 SURAT YANG MEMBAHAS ETOS KERJA
1. Al-Quran Surah Al-Mujadilah,58:11

Artinya :“Hai orang-orang yang beriman,apabila dikatakan kepadamu: ‘Berlapanglapanglah dalam majelis’, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan : ‘Berdirilah kamu’, maka kamu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”(Q.S.Al-Mujadilah,58:11)
Ayat Al-Quran Surah Al-Mujadilah ayat 11 isinya antara lain berkaitan dengan adab
atau tata krama yang harus diterapkan dalam majelis-majelis yang baik dan diridai Allah
swt. Adab atau tata karma yang dimaksud yaitu memberikan kelapangan dada kepada
orang-orang yang akan mengunjungi dan berada dalam majelis-majelis tersebut dengan

cara, seperti : mempersilahkan orang lain yang datang belakangan untuk duduk di
samping kita, sekiranya masih kosong, menciptakan suasana nyaman, mewujudkan rasa
persaudaraan, saling menghormati dan saling menyayangi, serta tidak boleh menyuruh
orang lain yang lebih dulu menempati tempat duduknya untuk pindah ke tempat lain
tanpa alasan yang dibenarkan oleh syara’
Mukmin/Mukminah apabila diperintahkan Allah dan rasul-Nya untuk bangun
melaksanakan hal-hal yang baik yang diridai-Nya, seperti shalat, menuntut ilmu, berjuang
di jalan Allah, dan membiasakan diri dengan akhlak terpuji, maka perintah tersebut
hendaknya segera dilaksanakan dengan niat ikhlas dan sesuai dengan ketentuan syara’

lmu pengetahuan mempunyai banyak keutamaan. Perbuatan ibadah yang tidak
dikerjakan sesuai dengan ilmu tentang ibadah tersebut, tentu tidak akan diterima Allah
SWT.
Rasulullah SAW bersabda Artinya : “Barang siapa yang menempuh suatu jalan
untuk menuntut ilmu, niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan menuju
surga.”(H.R.Muslim)
2. Al-Quran Surah Al-Jumu’ah: 9-10
‫جتملعإة لفامسلعموا إإللى إذك مإر الل لإه لولذتروا ال مبلي ملع لذلإك تمم لخي مرر ل لك تمم إإمن ك تن متتمم‬
‫ليا أ لي لتلها ال لإذيلن آ للمتنوا إإلذا تنوإدلي إلل لصللاإة إممن ي لموإم ال م ت‬
(۹) ‫تلمعل لتمولن‬

‫ل‬
‫لفإإلذا تقإضي ل إ‬
(۱۰)‫حولن‬
‫ت ال لصللاتة لفان متلإشتروا إفي ال مأمرإض لوابمتلتغوا إممن لفمضإل الل لإه لوامذك تتروا الل لله ك لإثيررا ل للعل لك تمم تتمفلإ ت‬
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk melaksanakan
shalat pada hari Jumat, maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkan jual
beli.Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.Apabila shalat telah
dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah
Allah banyak-banyak agar kamu beruntung.”(Q.S.Al-Jumu’ah 62:9-10)
Mengacu kepada Q.S. Al-Jumu’ah: 9-10, umat Islam diperintah oleh agamanya agar
senantiasa berdisiplin dalam menunaikan ibadah wajib, seperti shalat, dan selalu giat
berusaha atau bekerja sesuai dengan nilai-nilai Islam (etos kerja yang Islami). Termasuk
ke dalam kerja yang Islami antara lain: belajar secara sungguh-sungguh, bekerja keras,
dan berkarya secara produktif sehingga dapat mendorong keadaan kearah yang lebih
maju.
2.4. CONTOH ETOS KERJA
Dari paparan yang telah di urai diatas, saya akan menuliskan contoh – contoh etos kerja :
1. Belajar dengan giat. Belajar dengan giat ini dimaksudkan untuk mencapai masa depan
yang baik lagi. Karena dengan belajar, akan mampu menjadikan individu menjadi
pandai serta mampu menghadapi berbagai persoalan dalam pelajaran. Serta akan

mampu untuk menjadikan individu tersebut menjadi lebih tinggi, karena dengan ilmu,
Allah akan meninggikan derajat ndividu tersebut.

gambar 1.1 contoh dari belajar dengan giat

2. Mencuci piring seusai makan. Hal ini dimaksudkan untuk melatih individu supaya
mampu bertanggung jawab atas segala tindakan yang dikerjakan. Dalam hal ini yang
dimaksud dengan tindakan yang dikerjakan merujuk artinya pada makan. Karena
kalau berusaha melath tanggung jawab dengan hal-hal yang kecil, insya Allah hal ini
akan menjadikan individu untuk mampu bertanggung jawab dalam segala hal.

Gambar 1.2 Contoh dari mencuci piring
3. Menyapu lantai. Menyapu lantai adalah tindakan lumrah untuk dilakukan dengan
tujuan agar rumah menjadi bersih dan indah. Tak lupa pula bahwa dalam Islam, Allah

itu menyukai keindahan. Karena keindahan itu merupakan sebagian daripada iman.
Untuk itu, sangat penting untuk menjaga kebersihan, dimanapun kita berada dan
dalam kondisi apapun.
Berikut ini hadist tentang kebersihan.


Yang artinya, kebersihan itu sebagian daripada iman.

Gambar 1.3Contoh dari menyapu lantai

BAB 3
PENUTUP
3.1.1. KESIMPULAN
Dari paparan di atas, maka dapat diambil kesimpulan
1. Dalam bekerja setiap muslim harus sesuai etika dalam Islam dan tidak melampaui
batasannya.
2. Surat yang membahas tentang etos kerja yaitu Surah Al-Mujadilah,58:11 dan Surah
Al-Jumu’ah: 9-10.
3. Contoh dari etos kerja meliputi belajar dengan giat, mencuci piring, menyapu lantai
3.2. SARAN
Dari paparan di atas, maka penulis memeberikan saran
1. Untuk melatih berusaha, dapat dimulai dari hal kecil. Untuk itu, sebaiknya kita
melatihnya mulai sekarang.
2. Dalam berusaha hendaknya usaha yang maksimal supaya hasilnya juga maksimal.
Untuk itu, sebaiknya kita melatih diri kita agar selalu maksimal dalam berusaha

DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/5004065/etos_kerja
http://mambaululumklaten.com/hadist-kebersihan