Persepsi Guru tentang Pengungkapan Kekec
PERSEPSI GURU TENTANG PENGUNGKAPAN KEKECEWAAN SISWA SMA
MELALUI PESAN TWITTER YANG MENGARAH PADA CYBERBULLYING
TERHADAP PIHAK SEKOLAH
(Studi Deskriptif Kualitatif Pada Guru SMAK Santo Albertus Malang)
Winda Carmelita
Program S-1 Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Brawijaya Malang
2013
ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai persepsi guru tentang pengungkapan kekecewaan
siswa SMA melalui pesan Twitter yang mengarah pada cyberbullying terhadap pihak sekolah.
Salah satu situs social media yang saat ini banyak digunakan adalah Twitter. Penggunaan
Twitter yang dapat dimanfaatkan untuk mencari informasi dan berinteraksi dengan sesama, di
sisi lain memunculkan masalah. Adanya perbedaan ranah publik dan pribadi yang dibagi oleh
siswa SMA di Twitter memunculkan konflik dan drama, salah satunya adalah tindakan
cyberbullying yang muncul akibat kekecewaan terhadap pihak sekolah.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan jenis analisa data
deskriptif. Penelitian ini menyimpulkan bahwa tindakan cyberbullying terhadap pihak sekolah
akan selalu ada dan tidak terbendung karena kurangnya pengetahuan guru tentang penggunaan
Twitter oleh siswa sebagai media pengungkapan kekecewaan terhadap sekolah, kurangnya
kepedulian dan pengetahuan guru tentang cyberbullying dan tidak adanya sanksi yang mengatur
tentang cyberbullying di lingkungan sekolah. Kemampuan siswa untuk menggunakan Twitter
yang tidak diimbangi oleh kemampuan dan kepedulian para guru, memberikan celah siswa
untuk menuliskan kekecewaan terhadap pihak sekolah dengan kata-kata yang kasar melalui
Twitter yang mengarah pada cyberbullying.
Kata kunci: persepsi, cyberbullying, Twitter.
pengkonsumsi sekaligus pemroduksi isi
1. PENDAHULUAN
Keberadaan
telah
pesan pada New Media. Menurut definisi
mengubah perilaku manusia, misalnya jika
Kaplain & Haenlein (2010, h.61), social
awalnya manusia hanya bisa berperan
media adalah “sebuah kelompok aplikasi
sebagai pengkonsumsi isi pesan pada media
berbasis internet yang dibangun di atas dasar
massa, saat ini dapat berperan menjadi
ideologi dan teknologi Web 2.0, dan yang
social
media
memungkinkan penciptaan dan pertukaran
manusia untuk berkomunikasi dengan orang
‘user-generated
lain.
content’1”.
Pertukaran
informasi yang terjadi antar user 2 di social
3
Salah satu situs social media yang
media tidak hanya terjadi dari satu sumber
kini digemari karena kemudahan akses yang
ke satu user atau dari satu sumber ke banyak
dapat dilakukan melalui smartphone, laptop,
user melainkan dapat juga terjadi dari
tablet maupun berbagi layanan aplikasinya
banyak sumber ke banyak user dan terjadi
adalah Twitter. Fasilitas yang diberikan
secara interaktif.
Twitter selain update status (lazimnya di
Berkat
kehadiran
social
media,
Twitter
disebut
update
tweet)
adalah
hampir semua aktivitas komunikasi sehari-
mengikuti update tweet orang lain dengan
hari seperti mendapatkan informasi, berbagi
cara
pengalaman, hingga mencurahkan perasaan
diperbolehkan
kepada orang lain, saat ini tidak perlu
(mempublikasikan ulang tweet orang lain).
dilakukan dengan berpindah tempat dan
Tweet pengguna Twitter akan muncul di
menghabiskan waktu tempuh berjam-jam.
timeline,
Informasi dari belahan dunia lain dapat
pengguna dapat muncul menyerupai sebuah
dengan mudah diakses melalui perangkat
aliran tweets yang berganti sesuai dengan
elektronik yang terhubung dengan internet
berjalannya waktu.
memfollow
yaitu
dan
untuk
tempat
pengguna
me-retweet
dimana
tweets
Meski dengan keterbatasan karakter
dan menggunakan layanan social media.
oleh
yang diberikan Twitter dalam menyediakan
McLuhan (Meyrowitz dalam Donsbach,
ruang untuk menuliskan tweet, microblog4
2008, h.2801) bahwa “the medium is the
ini
message”, social media
khususnya mereka yang tinggal kota-kota
Maka,
dianggap
seperti
yang
menjadi
dinyatakan
sebagai dapat
perpanjangan
indra
besar
tetap
di
diminati
oleh
Indonesia.
Salingsilang.com
masyarakat,
Dalam
(2012)5,
laporan
Malang
1
User-generated content adalah data atau media yang
dihasilkan oleh pengguna internet. Misalnya adalah tweet,
unggahan gambar, video atau suara pengguna suatu
website.
2
User adalah pengguna dalam sebuah jaringan komputer
(termasuk internet). Kata ‘audiens’ tidak lagi tepat
diaplikasikan pada New Media karena sifat dari audiens
yang diartikan sebagai penerima pesan media (pasif),
sedangkan ‘user’ lebih mengarah pada penerima dan
pemroduksi pesan pada New Media(aktif).
3
Social media merujuk pada situs-situs jejaring sosial yang
interaktif, yang memungkinkan user berbagi pesan dan
saling berbalas pesan, misalnya Twitter, Facebook, Path.
menempati posisi ke-sembilan dari 19 kota
4
Microblog adalah sebuah tulisan singkat kurang dari 200
karakter yang berisi tentang aktivitas atau kegiatan seharihari. Twitter dan Plurk adalah contoh microblog yang
populer di Indonesia.
5
Salingsilang.com adalah sebuah situs yang menyediakan
informasi terkini tentang apa yang sedang dipercakapkan di
Internet, khususnya di berbagai kanal sosial media yang
tersedia di Indonesia. Tahun 2013, situs ini telah ditutup
oleh pemiliknya.
penghasil tweets terbanyak di Indonesia
intimidasi,
pembunuhan
dengan total tweet sebanyak 6,05% dari
penghinaan,
dan
seluruh
mengenakkan
tweet
yang
diproduksi
oleh
pengguna dari Indonesia. Hasil penelitian ini
karakter,
desas-desus
terhadap
pihak
tidak
yang
bersinggungan pendapat dengan mereka.
menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia,
Selain berpotensi sebagai korban
khususnya kota Malang, kini cenderung
cyberbullying,
lebih bersikap terbuka untuk menuliskan apa
media (Twitter) juga berpotensi sebagai
yang
pelaku cyberbullying. Umumnya, perilaku
dirasakan
dan
kejadian
yang
dialaminya di media sosial online.
remaja
pengguna
social
cyberbullying dilakukan oleh remaja dengan
Twitter merupakan penggabungan
rentang usia 13-18 tahun karena mereka
antara bentuk komunikasi interpersonal dan
merasa lebih mudah untuk melakukan tindak
komunikasi publik. Twitter dapat menjadi
kekerasan melalui online daripada kekerasan
wadah bagi seseorang
untuk menjalin
yang dilakukan secara tatap-muka karena
hubungan pertemanan dengan teman lama
minim resiko terjerat hukum. Hal ini
maupun berkenalan dengan orang-orang
diperkuat
baru karena sifatnya yang interaktif dan
Communication Teen Online & Wireless
terbuka.
(2009)7, sebanyak 81% remaja setuju bahwa
Dibalik
kemudahannya,
ternyata
manfaat
dan
tidak
semua
data
cyberbullying
penelitian
lebih
mudah
oleh
Cox
dilakukan
pengguna Twitter memahami sisi positif
daripada bullying tradisional yang dilakukan
penggunaan
dijumpai
secara tatap-muka dengan korban dan 80%
mengakibatkan
remaja berpendapat bahwa lebih aman
twitwar 6 dan berujung pada cyberbullying
melakukan cyberbullying karena perilaku ini
(kekerasan cyber ). Hinduja & Patchin
dapat disembunyikan dari pengawasan orang
mendeskripsikan
dewasa.
gesekan
Twitter.
pendapat
Kerap
yang
cyberbullying
sebagai
“willful and repeated harm inflicted through
Masalah cyberbullying ini ternyata
the use of computers, cellphones, and other
tidak hanya dialami oleh para anak dan
electronic devices ” (dalam Wiseman, 2011,
remaja, tetapi juga oleh instansi sekolah dan
h.28). Dalam Twitter, ungkapan emosi ini
para pengajarnya. Selama ini para peneliti
mengarah pada tweet-tweet yang berisi
banyak berkonsentrasi pada cyberbullying
6
7
Istilah yang digunakan untuk menggambarkan
perselisihan atau perdebatan berupa komentar negatif antar
user Twitter.
Cox Communication Teen Online and Wireless
melakukan penelitian terhadap 655 remaja Inggris yang
berusia antara 13-18 tahun
yang dilakukan pada teman sebaya (peer-
antara siswa kepada instansi sekolahnya
group), tetapi instansi sekolah dan para
dimana
pengajarnya juga memiliki resiko yang
kekecewaannya terhadap pihak sekolah di
tinggi menjadi korban cyberbullying karena
Twitter sehingga kasus ini menjadi kasus
mereka adalah public figure yang banyak
cyberbullying.
berinteraksi
setiap
pelampiasan kekecewaan melalui Twitter
harinya. Hasil survey yang dilakukan oleh
dengan tweet-tweet yang bersifat ofensif
Association of Teachers and Lecturers and
dapat
the
dengan
Teacher
sebesar
72%
para
Support
para
siswa
Network
pengajar
(2013),
mengaku
pelaku
melampiaskan
Menurut
mempengaruhi
kredibilitas
reputasi
sekolah
mempengaruhi
peneliti,
efektifitas
dan
serta
dapat
dan
kinerja
mengalami cyberbullying yang dilakukan
pengajar
oleh siswa dan mantan siswanya, 1 dari 7
cyberbullying. Didasari oleh hal-hal di atas,
orang pengajar pernah menjadi korban
penulis tertarik untuk meneliti persepsi guru
cyberbully, 68% menerima e-mail dengan
tentang pengungkapan kekecewaan siswa
pesan yang tidak sopan, 54% menjadi
SMA melalui Twitter yang mengarah pada
subyek
cyberbullying terhadap pihak sekolah
kekerasan
dalam
website
atau
yang
menjadi
korban
jejaring sosial. Sementara dari temuan prapenelitian yang dilakukan oleh peneliti
terhadap 52 orang siswa kelas XI dan XII
2. RUMUSAN MASALAH
SMAK Santo Albertus Malang bulan Juni
Bagaimana
2013,
pengungkapan kekecewaan siswa SMA
sebanyak
37%
persen
pernah
persepsi
Twitter
yang
guru
tentang
menuliskan kekecewaan atau kekesalannya
melalui
mengarah
terhadap pihak sekolah di Twitter.
cyberbullying terhadap pihak sekolah?
pada
Pemilihan tema penelitian didasari
oleh kepedulian peneliti karena kebanyakan
3. TINJAUAN PUSTAKA
penelitian berfokus pada cyberbullying yang
terjadi pada peer-group (rekan sebaya)
Pemaknaan
dan
Interpretasi
tetapi masih jarang yang melihat kasus
Menghasilkan Persepsi
Yang
cyberbullying dengan pelaku adalah murid
Persepsi adalah pengalaman tentang
dan korban adalah pihak sekolah (instansi
obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan
sekolah dan atau guru) melainkan terjadi
yang
diperoleh
dengan
menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan (Rakhmat,
yang terjadi secara berkesinambungan dan
2001, h.51). Pengalaman tersebut didapat
tidak terpisahkan.
melalui rangsangan terhadap indra manusia
yang kemudian informasi dari pengalaman
tersebut
diinterpretasikan
Interaksi Dalam Computer-Mediated
untuk
Communication
mendapatkan makna tertentu dari sebuah
Teknologi
komunikasi
meliputi
pesan. Ruslan (2008) menyatakan bahwa
perangkat
persepsi merupakan suatu proses pemberian
pengembangan-pengembangannya.
makna, yang berakar dari berbagai faktor,
kini pengaplikasian teknologi komunikasi
yaitu : (1) Latar belakang budaya, kebiasaan
pun meliputi riset perilaku dan praktis dalam
dan adat-istiadat yang dianut seseorang /
komunikasi interpersonal, pertukaran makna
masyarakat; (2) Pengalaman masa lalu
dan manajemen hubungan di antara dua
seseorang/kelompok
menjadi
orang atau lebih (Beebe et al., 2002; DeVito,
landasan atas pendapat atau pandangannya;
2004, dalam Polkosky, 2008). Maka CMC
(3) Nilai-nilai yang dianut (moral, etika, dan
pun dapat dipahami sebagai teknologi yang
keagamaan yang dianut atau nilai-nilai yang
memberikan ruang kehadiran antara manusia
berlaku pada masyarakat); (4) Berita-berita,
dengan
atau pendapat-pendapat yang berkembangan
melalui media komputer yang interaktif (e-
yang kemudian mempengaruhi pandangan
mail,
seseorang. Dalam artian, berita yang beredar
messaging, telepon dan telepon seluler)
tersebut
(Barnes, 2003; Fussell & Benimoff, 1995;
sebagai
tertentu
pembentuk
opini
masyarakat.
lunak,
perangkat
manusia
chat,
untuk
video
keras
dan
Tetapi
berkomunikasi
conference,
insant
Storck & Sproull, 1995; Walther, 1995
Persepsi meliputi seleksi melalui alat-
dalam Polkosky, 2008).
alat indra manusia (indra peraba, indra
Perbedaan yang mendasar antara
penglihatan, indra pencium, indra pengecap
CMC dengn face-to-face communication
dan
dan
adalah pada CMC komunikasi non-verbal
interpretasi. Hal yang perlu diingat adalah
tidak dapat digunakan. Oleh karena itu,
persepsi merupakan sebuah proses yang
pengguna CMC lebih bergantung pada
aktif (Wood, 2008, h.45). Maka itu baik
interpretasi pada setiap pemaknaan kata
proses
yang tertulis. (Pearson, Nelson, Titsworth,
indra
pendengar),
seleksi,
organisasi
organisasi
maupun
interpretasi, ketiganya merupakan proses
Harter, 2006, h.279).
Tidak adanya komunikasi non-verbal
dalam
CMC
identitas
ini
dapat
pribadi
mempengaruhi
seseorang
dalam
2003, h.9) adalah: (1) Digitalisasi; (2)
Interaktif; (3) Hyperteks; (4) Dispersal
(Pemecahan); (5) Virtuality (Nyata).
berkomunikasi dengan orang lain. Dalam
Berdasarkan pernyataan Heim (dalam
CMC, identitas pribadi subyek cenderung
Tingoy&Bostan, n.d., h.3), teknologi New
memudar dan hilang. Menurut Sproull dan
Media menghapus struktur hierarkhi dunia
Kiesler (dalam Riva & Galimberti, 1998,
nyata
h.22), hal ini menimbulkan konsekuensi
kebebasan
yaitu: (1) Pengguna CMC cenderung untuk
orang-orang di seluruh dunia untuk saling
mengekspresikan dirinya lebih terbuka dan
terhubung. Dengan teknologi interaktif yang
bebas, karena mereka yang berinteraksi
ditawarkan
menggunakan
dari
pembatasan waktu, jarak dan status sosial
aturan-aturan sosial dan merasa bebas untuk
pada komunikasi yang dilakukan manusia
mengkritik; (2) Hilangnya identitas pribadi
akan hilang dan memberikan ruang terbuka
dalam CMC memicu keberanian subyek
yang
untuk
sosial,
mengkomunikasikan apa saja dalam ruang
misalnya melakukan tindakan flaming yaitu
New Media. Salah satu contoh aplikasi dari
melontarkan kata-kata tajam atau menghina
New Media yang memberikan ruang terbuka
oranglain secara verbal.
bagi manusia untuk berkomunikasi adalah
komputer
melanggar
terisolasi
aturan-aturan
dari
pikiran
terbuka
oleh
bebas
kita,
dan
memungkinkan
New
bagi
menawarkan
Media,
manusia
maka
untuk
penggunaan social media bernama Twitter
New Media Sebagai Ruang Virtual Yang
Twitter Sebagai Sarana Pengungkapan
Membentuk Persepsi
New Media memiliki karakteristik
Diri
yang berbeda dan karakteristik tersebut
Twitter
memberikan perubahan pada beberapa aspek
memberikan
media.
untuk
Perubahan
tersebut
meliputi
sebagai
tempat
bagi
membagikan
microblog
penggunanya
informasi
tentang
perubahan yang luas pada produksi media,
dirinya, dengan mengadopsi sifat blog atau
distribusi media dan penggunaan media.
buku
Sebagai
beberapa
mencurahkan perasaan atau menceritakan
karakteristik yang berbeda pada New Media
kegiatan sehari-hari hingga tweet yang berisi
(Lister, Dovey, Giddings, Grant & Kelly,
pengungkapan rasa kecewa.
media
komunikasi,
harian.
Twitter
menjadi
tempat
Twitter sebagai sarana pengungkapan
teknologi telah memberikan langkah yang
diri mengaburkan batasan antara ranah
bagus untuk perkembangan hidup manusia,
privat
dan
informasi
ranah
publik,
yang berisi
hal ini juga dapat memberikan kesempatan
tentang
hal-hal
intim
dari
manusia untuk melakukan tindakan-tindakan
publik.
yang merugikan orang lain dan melanggar
berisi
hukum secara bebas melalui teknologi
kehidupan
seseorang
Misalnya,
menulis
perasaan
suka
seseorang.
kepada
tweet
atau
yang
benci
terhadap
internet.
Dengan sifat Twitter sebagai
Salah satu tindakan merugikan orang
salah satu layanan New Media yang dapat
lain
diakses oleh siapapun dan di manapun dan
tindakan yang melanggar hukum adalah
memberikan kebebasan penggunanya untuk
tindakan kekerasan (bullying) yang dulunya
menuliskan apa yang ada di pikirannya,
terjadi antara dua orang atau lebih dengan
Twitter
perbuatan-perbuatan
mendorong
membagikan
seseorang
detil-detil
untuk
personalnya
ke
dan
dapat
menyenangkan
dikategorikan
sebagai
yang
(mengejek,
tidak
menyebarkan
ranah jaringan orang lain, yang mana hal-hal
rumor, menghasut, mengucilkan, menakut-
ini bukanlah hal yang biasa dibagikan dalam
nakuti, mengancam, menindas, memalak,
komunikasi tatap muka (dalam Mischaud,
atau menyerang secara fisik) yang dilakukan
2007, h.35). Maka, apa yang dahulu sebelum
saat bertemu (traditional bullying). kini
adanya social media (Twitter) dianggap
telah berubah bentuk dengan adanya internet
tidak pantas untuk dilakukan, kini perubahan
dan jejaring sosial menjadi cyberbullying.
tersebut dapat diterima sebagai bentuk dari
Cyberbullying
hubungan
Keith
sosial
(Meyrowitz
dalam
&
Mischaud, 2007, h.35). Dengan sifat ini,
penggunaan
maka Twitter dapat dijadikan media untuk
komunikasi
melakukan cyberbullying .
berupa
menurut Belsey (dalam
Martin,
2005,
informasi
yang
h.1)
dan
mendukung
kesengajaan,
adalah
teknologi
tindakan
pengulangan
dan
permusuhan oleh individu atau kelompok
Cyberbullying sebagai Tindak Kekerasan
Menggunakan Internet
Keberadaan internet telah mengubah
cara masyarakat berinteraksi satu sama
lainnya.
Di
samping
perkembangan
yang ditujukan untuk merugikan orang lain.
Bernie (2007, h.47) mengatakan bahwa
tujuan dari tindakan ini adalah mengganggu,
mengancam,
mempermalukan,
menghina,mengucilkan secara sosial, atau
merusak reputasi orang lain. Tindakan ini
siswa SMA melalui Twitter yang mengarah
umumnya disadari oleh komunikan, yaitu si
pada cyberbullying terhadap pihak sekolah
korban maupun orang lain yang bukan target
adalah menggunakan metode kualitatif.
tetapi melihat tweet tersebut
Penelitian ini meneliti mengenai persepsi
Menurut Rudi (2010, h.15), walaupun
dan
guru tentang pengungkapan kekecewaan
cyberbullying
siswa SMA melalui Twitter yang mengarah
memiliki tindakan yang bertujuan sama,
pada cyberbullying terhadap pihak sekolah
tetapi cyberbullying memiliki karakteristik
melalui wawancara dengan guru-guru yang
yang berbeda. Tidak seperti traditional
dipilih melalui kriteria pemilihan informan.
bullying,
cyberbullying
Pengamatan dan interaksi dengan guru-guru
keleluasaan
untuk
traditional
bullying
memberikan
pelakunya
menutupi
ini menghasilkan data mengenai persepsi
identitas diri sebenarnya di balik teknologi
guru tentang pengungkapan kekecewaan
yang digunakannya. Materi cyberbullying
siswa SMA melalui Twitter yang mengarah
(Tulisan, foto, video) dapat di-distribusikan
pada cyberbullying terhadap pihak sekolah
secara worldwide dan seringkali tidak bisa
yang
dihilangkan dan kejadiannya bisa kapan saja
dideskripsikan untuk memberikan gambaran
dan dimana saja.
persepsi
kemudian
akan
guru
melihat
dianalisis
dunia
dan
sekitar
Menurut Willard (2010, h.2), perilaku
lingkungan kerjanya yang berhubungan
cyberbullying ada beragam, contohnya: (1)
dengan pengungkapan kekecewaan siswa
Flame War ,; (2) Gangguan (Harassment),
SMA melalui Twitter yang mengarah pada
(3) Pencelaan (4) Impersonation, (5) Tipu
cyberbullying
muslihat, (7) Pengucilan secara sosial, yaitu
Kemudian,
dengan sengaja memboikot, mengabaikan,
rekomendasi berdasarkan hasil penelitian.
mengasingkan atau mengucilkan seseorang
dari suatu online group.
terhadap
pihak
peneliti
sekolah.
memberikan
Lokasi penelitian ini berada di
SMAK
Santo
Albertus
Malang.
Pertimbangan memilih lokasi ini adalah
4. METODE PENELITIAN
berdasarkan pengamatan yang dilakukan
peneliti,
peneliti
menemukan
adanya
Metode yang digunakan oleh peneliti
tindakan cyberbullying yang terjadi di
untuk mengkaji penelitian tentang persepsi
lingkungan SMAK Santo Albertus, yang
guru tentang pengungkapan kekecewaan
dilakukan
oleh
murid
terhadap
pihak
sekolah. Waktu penelitian dilakukan selama
pengalaman
satu bulan pada bulan September 2013.
sekolah dan lebih lama berinteraksi dengan
yang lebih di lingkungan
Peneliti menggunakan informan yang
guru dan birokrasi sekolah, dan berusia
dapat memberikan informasi lengkap sesuai
antara 16-18 tahun. Informan pendukung
dengan
diteliti.
dalam penelitian ini adalah 2 orang siswa
Pemilihan informan-informan ini dilakukan
yang menjadi informan utama di desain
oleh
penelitian sebelumnya. Dari 9 orang calon
permasalahan
peneliti
yang
berdasarkan
purposive
sampling. Teknik ini mencakup orang-orang
informan
yang diseleksi atas dasar kriteria-kriteria
sebelumnya, hanya dua orang yang bersedia
tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan
untuk diwawancarai, maka kedua orang
tujuan penelitian. Sedangkan orang-orang
siswa ini dijadikan informan pendukung
dalam populasi yang tidak sesuai dengan
pada penelitian ini.
kriteria tersebut tidak dijadikan sampel.
Dalam
SMAK
penelitian
Santo
ini,
Albertus
di
desain
penelitian
Teknik pengumpulan data dilakukan
guru-guru
dengan observasi dan wawancara. Dalam
yang
penelitian ini, peneliti melakukan observasi
mengetahui dan atau memiliki pengalaman
non-partisipan, dimana peneliti tidak terlibat
tentang pengungkapan kekecewaan siswa
dengan
melalui
pada
penelitian. Observasi dilakukan dari saat pra
sekolah
penelitian yaitu mengamati timeline Twitter
merupakan kriteria utama dalam penelitian
para siswa SMAK Santo Albertus Malang
ini
dalam rangka melihat tweet yang mengarah
Twitter
cyberbullying
yang
Malang
utama
mengarah
terhadap
pihak
Untuk mendukung penelitian dan
sebagai
triangulasi
menggunakan
dipilih
dari
sumber,
informan
peneliti
sekunder
murid-murid
yang
apa
yang
dilakukan
obyek
pada cyberbullying terhadap pihak sekolah.
Kegiatan ini dilakukan pada bulan Juli 2013.
Sedangkan
untuk
wawancara,
dalam
yang pernah
penelitian ini wawancara dilakukan dengan
mengungkapkan kekecewaannya terhadap
menggunakan pedoman wawancara bebas
pihak sekolah melalui Twitter di bulan
terpimpin. Dalam melakukan wawancara ini,
Januari-Juli 2013, Sedang atau pernah
pewawancara membawa pedoman yang
bersekolah
hanya berisi garis besar tentang hal-hal yang
di
SMAK
Santo
Albertus
Malang kurang lebih selama 2 tahun, dengan
akan
pertimbangan
penelitian ini dilakukan terhadap 5 guru dan
mereka
telah
memiliki
ditanyakan.
Wawancara
dalam
2 siswa SMAK Santo Albertus Malang yang
Dalam aktivitas komunikasi sehari-
mengetahui dan atau memiliki pengalaman
hari, social media dapat menjadi media
tentang pengungkapan kekecewaan siswa
perpanjangan indera manusia. Penggunaan
SMA melalui Twitter yang mengarah pada
social
media
sebagai
media
cyberbullying terhadap pihak sekolah.
berkomunikasi,
persepsi
masing-masing
Dalam
peneliti
individu tidaklah sama. Persepsi tentang
tujuh
penggunaan social media oleh guru dan
informan, kemudian dari hasil wawancara
siswa dilihat oleh para informan dari
tersebut
beberapa aspek yaitu intensitas penggunaan,
melakukan
wawancara
peneliti
wawancara.
peneliti
penelitian
Dari
ini,
untuk
kepada
membuat
transkrip
masuk pada
transkrip
wawancara,
layanan
social
media
yang
banyak
pereduksian data
digunakan, dan tujuan penggunaan social
dimana peneliti memilah-milah data berupa
media . Dalam penggunaan social media ,
kutipan-kutipan
dan
para siswa lebih intens dan memiliki banyak
dalam
jenis social media yang digunakan. Berbeda
kelompok-kelompok yang sesuai dengan
dengan pada guru dan umumnya hanya
fokus penelitian. Dari hasil kategorisasi
menggunakan Facebook dan sedikit yang
data, peneliti menyajikan data pada bab
intens menggunakan social media .
wawancara
mengkategorisasikannya
ke
analisa data berdasarkan pembagian dari sub
bab dalam bentuk uraian singkat dan
hubungan antar kategori dalam teks naratif.
Analisa
data
ini
kemudian
ditarik
Kurangnya Pengetahuan dan Kesadaran
Guru
terhadap
Cyberbullying
di
Lingkungan SMAK Santo Albertus
Malang
kesimpulan yang sesuai dengan fokus
penelitian.
Tindakan bullying kini tidak hanya
terjadi pada dunia yang melibatkan manusia
5. HASIL DAN PEMBAHASAN
secara fisik, tetapi tindakan ini juga terjadi
pada dunia internet atau kerap disebut
Siswa Lebih Aktif dan Familiar dalam
cyberbullying.
Menggunakan Social Media Daripada
bullying,
Guru
kesempatan
Tidak
seperti traditional
cyberbullying
bagi
memberikan
pelakunya
untuk
‘berlindung’ dibalik komputer. Meskipun
terpisahkan jarak dengan korbannya, pelaku
cyberbullying
dapat
dengan
bebas
mengatakan hal-hal apapun dan melakukan
Kecenderungan Siswa Senior dan Akun
Anonim sebagai Pelaku Cyberbullying
Terhadap Pihak Sekolah
tindak-tindakan tidak menyenangkan pada
orang lain, dibandingkan dengan traditional
Dalam cyberbullying ada dua aspek
bullying yang dilakukan secara tatap-muka.
yang terlibat, yaitu korban dan pelaku
(Donegan, 2012, h.33).
cyberbullying. Adanya perasaan memiliki
Persepsi guru menanggapi berbagai
kekuasaan
bagi
pelaku
cyberbullying
macam bentuk bullying yang terjadi di
sehingga membuat mereka lebih berani
sekolah, menemukan hasil bahwa tindakan
bertindak.
Selain
itu,
ekspresi
pelaku
yang terjadi secara tersamar,
cyberbullying yang cenderung agresif akan
misalnya cyberbullying dipandang sebagai
membahayakan bagi pelaku jika diketahui
masalah yang tidak terlalu serius daripada
identitasnya. Oleh karena itu, ada pelaku
bullying
bullying
yang
terlihat
seperti
pada
yang
cyberbullying
dengan
sengaja
traditional bullying. Pengetahuan para guru
membuat akun anonim sehingga mereka
tentang
karakteristik-karaktertistik
bebas menuliskan apapun di social media
cyberbullying ini dapat mempengaruhi cara
tanpa takut diketahui identitasnya dan
pandang guru melihat cyberbullying sebagai
dijerat hukuman.
hal yang perlu mendapatkan keseriusan.
Dari temuan penelitian pada sub-bab
Bagi para guru yang belum akrab dengan
ini,
pengetahuan
cyberbullying,
cyberbullying terhadap pihak sekolah adalah
menganggap tindakan ini sebagai hanya
mereka yang lebih senior karena mereka
bentuk pengungkapan emosi yang wajar
lebih tahu banyak tentang situasi sekolah
khas siswa.
dan atau mereka yang jarang berinteraksi
seputar
dapat
disimpulkan
bahwa
pelaku
Tanggapan yang beragam dari para
dengan guru sehingga mereka akan lebih
guru ini memiliki kecenderungan bahwa
memilih untuk mengungkapkan perasaannya
para guru kebanyakan masih apatis melihat
lewat
permasalahan
mencetuskan tindakan pelaku menggunakan
ini
karena
tindakan
Internet.
Dua
hal
ini
dapat
cyberbullying ini dianggap sebagai sesuatu
akun
hal yang informal dan belum memiliki
sekolah
pengaruh yang serius untuk ditindak lebih
kekecewaannya terhadap pihak sekolah.
lanjut.
anonim
yang
untuk
mengatasnamakan
mengungkapkan
Isi Pesan Twitter yang Cenderung Ofensif
yang Mengarah pada Cyberbullying
Terhadap Pihak Sekolah
ruang yang bebas tanpa adanya pengawasan
dan adanya perasaan didukung oleh para
followers, baik dari komentar maupun dari
Para siswa sebagai komunikator
mempunyai
kebutuhan
untuk
berkomunikasi, yaitu menyampaikan apa
yang
dirasakannya
dan
apa
yang
dipikirkannya ke dalam seperangkat simbol
verbal atau non-verbal yang dipahami oleh
penerima pesan. Kata/bahasa dalam internet
memiliki kekhasan, termasuk fenomena
kegunaannya untuk pengungkapan yang
sopan
dan
tidak
aggressiveness8).
sopan
Dalam
hal
(verbal
ini,
para
informan memiliki persepsi yang seragam
mengenai isi pesan yang mengarah pada
cyberbullying menggunakan Twitter oleh
siswa, yaitu pesan-pesan kebanyakan berisi
penyerangan
yang
menyudutkan
pihak
sekolah
retweet yang didapatkan. Dari tweet-tweet
yang mengarah pada cyberbullying yang
muncul di timeline dan karakter unik dari
Twitter dibandingkan dengan Facebook,
Twitter dianggap sebagai media yang lebih
efektif
untuk
menuangkan
emosi
dan
kejengkelannya terhadap pihak sekolah.
Fitur
retweet
dianggap
dapat
membentuk opini publik dan memperluas
asumsi-asumsi siswa atas hal-hal yang tidak
mereka sepakati dengan sekolah. Kekuatan
hubungan sosial yang dibangun secara
virtual oleh para siswa ini membangun
banyak pertukaran informasi, dukungan
secara emosional dan simpati antar anggota
mengenai bermacam isu psikologis, isu
tentang kebijakan atau masalah-masalah
personal, maka Twitter digunakan sebagai
Pandangan Remeh Guru Tentang Social
Media Sebagai Salah Satu Pendorong
Cyberbullying Terhadap Pihak Sekolah
media untuk mencari dukungan.
Pengungkapan kekecewaan terhadap
pihak sekolah yang dilakukan oleh para
Kebebasan menuliskan kekecewaan
terhadap
sekolah
ini
dikarenakan
kebanyakan guru di sekolah tidak tahu cara
menggunakan teknologi komputer/Internet.
Rasa berani ini dapat muncul karena adanya
siswa melalui Twitter dengan kata-kata yang
mengarah
pada
cyberbullying
awalnya
didasari oleh permasalahan atau keluhan
terhadap pihak sekolah. Permasalahan atau
keluhan
ini
umumnya
tidak
mampu
dikomunikasikan secara langsung secara
8
Verbal aggressiveness adalah kecenderungan untuk
menyerang orang lain menggunakan komunikasi verbal
(bahasa lisan atau tulisan)
tatap muka oleh para siswa kepada sekolah
sehingga
para
siswa
mencari
bentuk
penyaluran yang lain, salah satunya melalui
Twitter. Di satu sisi, sistem sekolah yang
Konsekuensi Terhadap Psikologis Guru
dan Citra Lembaga Akibat
Pesan
Twitter
yang
Mengarah
Pada
Cyberbullying Terhadap Pihak Sekolah
secara tegas membatasi ruang berpendapat
bagi
siswa
secara
face-to-face,
menetapkan peraturan yang tegas pula
dalam hal pengungkapan pendapat melalui
internet
dan
cyberbullying.
Kurangnya
pengetahuan guru tentang cyberbullying dan
tidak adanya peraturan sekolah yang secara
spesifik menetapkan sanksi atau teguran
terhadap penyalahgunaan internet (dalam hal
ini social media ) oleh para siswa, menjadi
alasan siswa untuk memanfaatkan celah
tersebut untuk mengungkapkan kekecewaan
terhadap pihak sekolah atau mengolok-olok
pihak sekolah dengan tweet-tweet yang
mengarah pada tindakan cyberbullying.
Secara
umum,
tidak
Dalam komunikasi, efek terjadi pada
tidak
adanya
pengawasan khusus tentang penggunaan
social media , merasa aman mengungkapkan
perasaan melalui Twitter, tidak adanya
penerima setelah ia menerima pesan. Efek
ini bisa terjadi dalam bentuk penambahan
pengetahuan, perubahan sikap, perubahan
keyakinan,
sebagainya
perubahan
(Mulyana,
perilaku,
dan
2008,h.71).
Dari
pengungkapan kekecewaan siswa SMAK
Santo
Albertus
melalui
Twitter
yang
mengarah pada cyberbullying terhadap pihak
sekolah ini, dilihat oleh para informan
memiliki pengaruh. Efek yang dirasakan
sehubungan
dengan
pengungkapan
kekecewaan siswa terhadap sekolah melalui
Twitter ini memiliki beragam tanggapan.
Secara umum, para informan berpendapat
bahwa efek yang ditimbulkan memiliki
pengaruh bagi citra sekolah, efek psikologis
bagi guru maupun bagi siswa.
sarana untuk menampung keluhan siswa
tentang lingkungan sekolah serta kekuasaan
6. KESIMPULAN
Twitter menjadi salah satu layanan
sekolah yang otoriter menjadi alasan siswa
memilih
Twitter
sebagai
media
pengungkapan kekecewaan terhadap pihak
sekolah.
social media yang dengan fitur-fiturnya
memberikan kesempatan bagi seseorang
untuk
berinteraksi
mendapatkan
dengan
informasi
orang
lain,
sekaligus
membagikan informasi. Sementara itu di sisi
lain, Twitter memberikan peluang besar
untuk seseorang tanpa ragu mempermalukan
mengatasi cyberbullying yang terjadi di
atau menghina orang lain dalam dunia maya
lingkungan sekolah.
itu sendiri. Cyberbullying memiliki dampak
Pihak sekolah dapat memasukkan
yang sama mengkhawatirkannya dengan
program tentang penggunaan internet sehat
traditional bullying, karena cyberbullying
bagi
dapat dilakukan secara terselubung.
mengetahui
Jadi, dalam penelitian ini dapat
para
siswa
terhadap pihak sekolah akan selalu ada dan
bertanggungjawab.
tidak
berwujud
pengetahuan
Twitter
guru
oleh
kurangnya
tentang
penggunaan
sehari-hari
secara
benar
Program
ini
dapat
seminar
atau
workshop,
dan
memasukkan materi literasi media dan
netiquette
(etika
pengungkapan kekecewaan melalui pesan
kurikulum
mata
Twitter yang mengarah pada cyberbullying
Informasi dan Komunikasi atau Bimbingan
terhadap sekolah, kurangnya kepedulian dan
Konseling.
guru
sebagai
dampak
media
pengetahuan
siswa
dapat
positif-negatif dan pengelolaan penggunaan
internet
karena
mereka
batasan-batasan,
disimpulkan bahwa tindakan cyberbullying
terbendung
agar
pelajaran
dalam
Teknologi
penggunaan
Tidak dapat dipungkiri kemajuan
Twitter sebagai media cyberbullying dan
teknologi informasi dan komunikasi yang
tidak adanya sanksi yang mengatur tentang
sangat pesat sangat cepat diterima oleh para
cyberbullying
di
tentang
berinternet)
lingkungan
sekolah.
siswa yang notabene masih remaja. Mereka
Kemampuan siswa untuk menggunakan
mampu
menggunakan
Twitter
teknis
dengan
yang
tidak
diimbangi
oleh
teknologi
baik,
kemampuan dan kepedulian para guru,
menggunakan
memberikan celah siswa untuk menuliskan
mempertanggungjawabkan
kekecewaan terhadap pihak sekolah dengan
diterima
dan
kata-kata yang kasar melalui Twitter.
kehidupan
sosial
tetapi
teknologi
konten
diproduksinya
ada
baiknya
secara
untuk
dan
yang
dalam
diiringi
dengan pendampingan dan pengetahuan dari
orang yang lebih dewasa. Hal ini menuntut
7. SARAN
Diharapkan
penelitian
dapat
pihak sekolah dan orangtua untuk melek
memberikan wawasan (insight) dan wacana
media agar dapat memberikan pengawasan
baru dalam upaya pemahaman terhadap
dan bimbingan bagi remaja pengguna
perilaku
internet. Pihak sekolah dapat menggunakan
cyberbullying
dan
tindakan
social
media
sebagai
watchdog
untuk
memberikan workshop atau seminar tentang
mengontrol perilaku siswa di luar sekolah.
literasi
Hal
internet untuk pembelajaran bagi para guru.
ini
dapat
diwujudkan
dengan
media
dan
penggunaan
media
DAFTAR PUSTAKA
Cox Communication. (2009). Teen Online & Wireless Safety Survey: Cyberbullying, Sexting and
Parental Controls. Cox Communications Teen Online and Wireless Safety Survey in
Partnership with the National Center for Missing and Exploited Children. Diakses 5 Juli
2013
dari
http://ww2.cox.com/wcm/en/aboutus/datasheet/takecharge/2009-teensurvey.pdf?campcode=takecharge-research-link_2009-teen-survey_0511
Donsbach, W. (2008). The International Encyclopedia of Communication. Australia:Blackwheel
Publishing, Ltd.
Donegan, R. (2012). Bullying and Cyberbullying : History, Statistic, Law, Prevention and
Analysis. The Elon Journal of Undergraduated Research in Communication, Vol.3, No.1 ,
Spring 2012. Elon University
Germain-Frose, B. (2007). Bullying in the Digital Age : Using Technology to Harrass Student
and Teacher. Professional Development Perspective (Fall, 2007). Kanada : Canadian
Teacher’s Federation. Hal. 47
Kaplan, A. M. & Haenlein, M. (2011). Users of the world, unite! The challenges and
opportunities
of
Social
Media .
Diakses
26
Maret
2013,
http://michaelhaenlein.com/Publications/Kaplan,%20Andreas%20%20Users%20of%20the%20world,%20unite.pdf.
dari
Keith, S., dan Martin, M.E., (2005). Cyberbullying: Creating a Culture of Respect in A
Cyberworld. Reclaiming Children and Youth, Vol. 13 No. 4 (Winter, 2005), pp. 224-228.
Diakses
8
Agustus
2013
dari
http://www.gacsi.org/sites/default/files/content/attachments/CyberBullyingCreating%20a%20culture%20of%20respect%20in%20a%20cyber%20world.pdf
Lister, M., Dovey, J., Gidding, S., Grant, I., Kelly, K., (2009). New Media : A Critical
Introduction (2nd ed). London & New York : Routledge.
Mischaud, E. (2007). Twitter : Expression Of The Whole Self. London : Department of Media
and Communications, School of Economics and Political Science. Diakses 8 Februari 2013
dari http://www.lse.ac.uk/collections/media@lse/mediaWorkingPapers/
Mulyana, D. (2007). Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar . Bandung : Rosdakarya
Pearson, J., Nelson, P., Titsworth, S., & Harter, L. (2006). Human Communication, 2nd edition.
New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Polkosky, M.D., (2008). Mediated Interpersonal Communication. Machines as Mediators: The
Challenge of Technology for Interpersonal Communication Theory and Research. (p.3457) New York : Routledge.
Riva, G. dan Galimberti, C. (1998). Computer-mediated Communication: Identity and Social
Interaction in An Electronic Environment, “Genetic, Social and General Psychology
Monographs”,
124, 434-464, 1998. Retrivied January 30, 2013 dari
http://www.cybertherapy.info/pages/cmc.pdf
Rudi, T. (2010). Informasi Perihal
http://bigloveadagio.wordpress.com.
Bullying .
Diakses
21
Februari
2013,
dari
Ruslan, R. (2008). Manajemen Public Relatoins & Media Komunikasi. Jakarta : PT Rajagrafindo
Persada
SalingSilang.com. (2011). Indonesia Social Media Landscape 2011, a snapshot of Indonesian
user behavior – 2nd
report May 2011. Diakses 18 Maret 2013, dari
http://www.slideshare.net/salingsilang/indonesia-social-media-landscape-q1-2011-3rdsalingsilangcom-report.
TINGÖY, Özhan & Bostan, Barbaros. (n.d). Future of New Media, Towards the Ultimate
Medium : Presence, Immersion, and MMORPGs. Diakses 8 April 2013, dari
www.silentblade.com/presentations/Tingoy_Bostan.pdf
Willard, N. (2005). Cyberbullying and cyberthreats. Washington: U.S. Department of Education
Wood, J. T. (2006). Communication Mozaics, An Introduction to the Field of Communication, 5 th
edition. Amerika: Thomas Higher Education
MELALUI PESAN TWITTER YANG MENGARAH PADA CYBERBULLYING
TERHADAP PIHAK SEKOLAH
(Studi Deskriptif Kualitatif Pada Guru SMAK Santo Albertus Malang)
Winda Carmelita
Program S-1 Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Brawijaya Malang
2013
ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai persepsi guru tentang pengungkapan kekecewaan
siswa SMA melalui pesan Twitter yang mengarah pada cyberbullying terhadap pihak sekolah.
Salah satu situs social media yang saat ini banyak digunakan adalah Twitter. Penggunaan
Twitter yang dapat dimanfaatkan untuk mencari informasi dan berinteraksi dengan sesama, di
sisi lain memunculkan masalah. Adanya perbedaan ranah publik dan pribadi yang dibagi oleh
siswa SMA di Twitter memunculkan konflik dan drama, salah satunya adalah tindakan
cyberbullying yang muncul akibat kekecewaan terhadap pihak sekolah.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan jenis analisa data
deskriptif. Penelitian ini menyimpulkan bahwa tindakan cyberbullying terhadap pihak sekolah
akan selalu ada dan tidak terbendung karena kurangnya pengetahuan guru tentang penggunaan
Twitter oleh siswa sebagai media pengungkapan kekecewaan terhadap sekolah, kurangnya
kepedulian dan pengetahuan guru tentang cyberbullying dan tidak adanya sanksi yang mengatur
tentang cyberbullying di lingkungan sekolah. Kemampuan siswa untuk menggunakan Twitter
yang tidak diimbangi oleh kemampuan dan kepedulian para guru, memberikan celah siswa
untuk menuliskan kekecewaan terhadap pihak sekolah dengan kata-kata yang kasar melalui
Twitter yang mengarah pada cyberbullying.
Kata kunci: persepsi, cyberbullying, Twitter.
pengkonsumsi sekaligus pemroduksi isi
1. PENDAHULUAN
Keberadaan
telah
pesan pada New Media. Menurut definisi
mengubah perilaku manusia, misalnya jika
Kaplain & Haenlein (2010, h.61), social
awalnya manusia hanya bisa berperan
media adalah “sebuah kelompok aplikasi
sebagai pengkonsumsi isi pesan pada media
berbasis internet yang dibangun di atas dasar
massa, saat ini dapat berperan menjadi
ideologi dan teknologi Web 2.0, dan yang
social
media
memungkinkan penciptaan dan pertukaran
manusia untuk berkomunikasi dengan orang
‘user-generated
lain.
content’1”.
Pertukaran
informasi yang terjadi antar user 2 di social
3
Salah satu situs social media yang
media tidak hanya terjadi dari satu sumber
kini digemari karena kemudahan akses yang
ke satu user atau dari satu sumber ke banyak
dapat dilakukan melalui smartphone, laptop,
user melainkan dapat juga terjadi dari
tablet maupun berbagi layanan aplikasinya
banyak sumber ke banyak user dan terjadi
adalah Twitter. Fasilitas yang diberikan
secara interaktif.
Twitter selain update status (lazimnya di
Berkat
kehadiran
social
media,
disebut
update
tweet)
adalah
hampir semua aktivitas komunikasi sehari-
mengikuti update tweet orang lain dengan
hari seperti mendapatkan informasi, berbagi
cara
pengalaman, hingga mencurahkan perasaan
diperbolehkan
kepada orang lain, saat ini tidak perlu
(mempublikasikan ulang tweet orang lain).
dilakukan dengan berpindah tempat dan
Tweet pengguna Twitter akan muncul di
menghabiskan waktu tempuh berjam-jam.
timeline,
Informasi dari belahan dunia lain dapat
pengguna dapat muncul menyerupai sebuah
dengan mudah diakses melalui perangkat
aliran tweets yang berganti sesuai dengan
elektronik yang terhubung dengan internet
berjalannya waktu.
memfollow
yaitu
dan
untuk
tempat
pengguna
me-retweet
dimana
tweets
Meski dengan keterbatasan karakter
dan menggunakan layanan social media.
oleh
yang diberikan Twitter dalam menyediakan
McLuhan (Meyrowitz dalam Donsbach,
ruang untuk menuliskan tweet, microblog4
2008, h.2801) bahwa “the medium is the
ini
message”, social media
khususnya mereka yang tinggal kota-kota
Maka,
dianggap
seperti
yang
menjadi
dinyatakan
sebagai dapat
perpanjangan
indra
besar
tetap
di
diminati
oleh
Indonesia.
Salingsilang.com
masyarakat,
Dalam
(2012)5,
laporan
Malang
1
User-generated content adalah data atau media yang
dihasilkan oleh pengguna internet. Misalnya adalah tweet,
unggahan gambar, video atau suara pengguna suatu
website.
2
User adalah pengguna dalam sebuah jaringan komputer
(termasuk internet). Kata ‘audiens’ tidak lagi tepat
diaplikasikan pada New Media karena sifat dari audiens
yang diartikan sebagai penerima pesan media (pasif),
sedangkan ‘user’ lebih mengarah pada penerima dan
pemroduksi pesan pada New Media(aktif).
3
Social media merujuk pada situs-situs jejaring sosial yang
interaktif, yang memungkinkan user berbagi pesan dan
saling berbalas pesan, misalnya Twitter, Facebook, Path.
menempati posisi ke-sembilan dari 19 kota
4
Microblog adalah sebuah tulisan singkat kurang dari 200
karakter yang berisi tentang aktivitas atau kegiatan seharihari. Twitter dan Plurk adalah contoh microblog yang
populer di Indonesia.
5
Salingsilang.com adalah sebuah situs yang menyediakan
informasi terkini tentang apa yang sedang dipercakapkan di
Internet, khususnya di berbagai kanal sosial media yang
tersedia di Indonesia. Tahun 2013, situs ini telah ditutup
oleh pemiliknya.
penghasil tweets terbanyak di Indonesia
intimidasi,
pembunuhan
dengan total tweet sebanyak 6,05% dari
penghinaan,
dan
seluruh
mengenakkan
tweet
yang
diproduksi
oleh
pengguna dari Indonesia. Hasil penelitian ini
karakter,
desas-desus
terhadap
pihak
tidak
yang
bersinggungan pendapat dengan mereka.
menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia,
Selain berpotensi sebagai korban
khususnya kota Malang, kini cenderung
cyberbullying,
lebih bersikap terbuka untuk menuliskan apa
media (Twitter) juga berpotensi sebagai
yang
pelaku cyberbullying. Umumnya, perilaku
dirasakan
dan
kejadian
yang
dialaminya di media sosial online.
remaja
pengguna
social
cyberbullying dilakukan oleh remaja dengan
Twitter merupakan penggabungan
rentang usia 13-18 tahun karena mereka
antara bentuk komunikasi interpersonal dan
merasa lebih mudah untuk melakukan tindak
komunikasi publik. Twitter dapat menjadi
kekerasan melalui online daripada kekerasan
wadah bagi seseorang
untuk menjalin
yang dilakukan secara tatap-muka karena
hubungan pertemanan dengan teman lama
minim resiko terjerat hukum. Hal ini
maupun berkenalan dengan orang-orang
diperkuat
baru karena sifatnya yang interaktif dan
Communication Teen Online & Wireless
terbuka.
(2009)7, sebanyak 81% remaja setuju bahwa
Dibalik
kemudahannya,
ternyata
manfaat
dan
tidak
semua
data
cyberbullying
penelitian
lebih
mudah
oleh
Cox
dilakukan
pengguna Twitter memahami sisi positif
daripada bullying tradisional yang dilakukan
penggunaan
dijumpai
secara tatap-muka dengan korban dan 80%
mengakibatkan
remaja berpendapat bahwa lebih aman
twitwar 6 dan berujung pada cyberbullying
melakukan cyberbullying karena perilaku ini
(kekerasan cyber ). Hinduja & Patchin
dapat disembunyikan dari pengawasan orang
mendeskripsikan
dewasa.
gesekan
Twitter.
pendapat
Kerap
yang
cyberbullying
sebagai
“willful and repeated harm inflicted through
Masalah cyberbullying ini ternyata
the use of computers, cellphones, and other
tidak hanya dialami oleh para anak dan
electronic devices ” (dalam Wiseman, 2011,
remaja, tetapi juga oleh instansi sekolah dan
h.28). Dalam Twitter, ungkapan emosi ini
para pengajarnya. Selama ini para peneliti
mengarah pada tweet-tweet yang berisi
banyak berkonsentrasi pada cyberbullying
6
7
Istilah yang digunakan untuk menggambarkan
perselisihan atau perdebatan berupa komentar negatif antar
user Twitter.
Cox Communication Teen Online and Wireless
melakukan penelitian terhadap 655 remaja Inggris yang
berusia antara 13-18 tahun
yang dilakukan pada teman sebaya (peer-
antara siswa kepada instansi sekolahnya
group), tetapi instansi sekolah dan para
dimana
pengajarnya juga memiliki resiko yang
kekecewaannya terhadap pihak sekolah di
tinggi menjadi korban cyberbullying karena
Twitter sehingga kasus ini menjadi kasus
mereka adalah public figure yang banyak
cyberbullying.
berinteraksi
setiap
pelampiasan kekecewaan melalui Twitter
harinya. Hasil survey yang dilakukan oleh
dengan tweet-tweet yang bersifat ofensif
Association of Teachers and Lecturers and
dapat
the
dengan
Teacher
sebesar
72%
para
Support
para
siswa
Network
pengajar
(2013),
mengaku
pelaku
melampiaskan
Menurut
mempengaruhi
kredibilitas
reputasi
sekolah
mempengaruhi
peneliti,
efektifitas
dan
serta
dapat
dan
kinerja
mengalami cyberbullying yang dilakukan
pengajar
oleh siswa dan mantan siswanya, 1 dari 7
cyberbullying. Didasari oleh hal-hal di atas,
orang pengajar pernah menjadi korban
penulis tertarik untuk meneliti persepsi guru
cyberbully, 68% menerima e-mail dengan
tentang pengungkapan kekecewaan siswa
pesan yang tidak sopan, 54% menjadi
SMA melalui Twitter yang mengarah pada
subyek
cyberbullying terhadap pihak sekolah
kekerasan
dalam
website
atau
yang
menjadi
korban
jejaring sosial. Sementara dari temuan prapenelitian yang dilakukan oleh peneliti
terhadap 52 orang siswa kelas XI dan XII
2. RUMUSAN MASALAH
SMAK Santo Albertus Malang bulan Juni
Bagaimana
2013,
pengungkapan kekecewaan siswa SMA
sebanyak
37%
persen
pernah
persepsi
yang
guru
tentang
menuliskan kekecewaan atau kekesalannya
melalui
mengarah
terhadap pihak sekolah di Twitter.
cyberbullying terhadap pihak sekolah?
pada
Pemilihan tema penelitian didasari
oleh kepedulian peneliti karena kebanyakan
3. TINJAUAN PUSTAKA
penelitian berfokus pada cyberbullying yang
terjadi pada peer-group (rekan sebaya)
Pemaknaan
dan
Interpretasi
tetapi masih jarang yang melihat kasus
Menghasilkan Persepsi
Yang
cyberbullying dengan pelaku adalah murid
Persepsi adalah pengalaman tentang
dan korban adalah pihak sekolah (instansi
obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan
sekolah dan atau guru) melainkan terjadi
yang
diperoleh
dengan
menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan (Rakhmat,
yang terjadi secara berkesinambungan dan
2001, h.51). Pengalaman tersebut didapat
tidak terpisahkan.
melalui rangsangan terhadap indra manusia
yang kemudian informasi dari pengalaman
tersebut
diinterpretasikan
Interaksi Dalam Computer-Mediated
untuk
Communication
mendapatkan makna tertentu dari sebuah
Teknologi
komunikasi
meliputi
pesan. Ruslan (2008) menyatakan bahwa
perangkat
persepsi merupakan suatu proses pemberian
pengembangan-pengembangannya.
makna, yang berakar dari berbagai faktor,
kini pengaplikasian teknologi komunikasi
yaitu : (1) Latar belakang budaya, kebiasaan
pun meliputi riset perilaku dan praktis dalam
dan adat-istiadat yang dianut seseorang /
komunikasi interpersonal, pertukaran makna
masyarakat; (2) Pengalaman masa lalu
dan manajemen hubungan di antara dua
seseorang/kelompok
menjadi
orang atau lebih (Beebe et al., 2002; DeVito,
landasan atas pendapat atau pandangannya;
2004, dalam Polkosky, 2008). Maka CMC
(3) Nilai-nilai yang dianut (moral, etika, dan
pun dapat dipahami sebagai teknologi yang
keagamaan yang dianut atau nilai-nilai yang
memberikan ruang kehadiran antara manusia
berlaku pada masyarakat); (4) Berita-berita,
dengan
atau pendapat-pendapat yang berkembangan
melalui media komputer yang interaktif (e-
yang kemudian mempengaruhi pandangan
mail,
seseorang. Dalam artian, berita yang beredar
messaging, telepon dan telepon seluler)
tersebut
(Barnes, 2003; Fussell & Benimoff, 1995;
sebagai
tertentu
pembentuk
opini
masyarakat.
lunak,
perangkat
manusia
chat,
untuk
video
keras
dan
Tetapi
berkomunikasi
conference,
insant
Storck & Sproull, 1995; Walther, 1995
Persepsi meliputi seleksi melalui alat-
dalam Polkosky, 2008).
alat indra manusia (indra peraba, indra
Perbedaan yang mendasar antara
penglihatan, indra pencium, indra pengecap
CMC dengn face-to-face communication
dan
dan
adalah pada CMC komunikasi non-verbal
interpretasi. Hal yang perlu diingat adalah
tidak dapat digunakan. Oleh karena itu,
persepsi merupakan sebuah proses yang
pengguna CMC lebih bergantung pada
aktif (Wood, 2008, h.45). Maka itu baik
interpretasi pada setiap pemaknaan kata
proses
yang tertulis. (Pearson, Nelson, Titsworth,
indra
pendengar),
seleksi,
organisasi
organisasi
maupun
interpretasi, ketiganya merupakan proses
Harter, 2006, h.279).
Tidak adanya komunikasi non-verbal
dalam
CMC
identitas
ini
dapat
pribadi
mempengaruhi
seseorang
dalam
2003, h.9) adalah: (1) Digitalisasi; (2)
Interaktif; (3) Hyperteks; (4) Dispersal
(Pemecahan); (5) Virtuality (Nyata).
berkomunikasi dengan orang lain. Dalam
Berdasarkan pernyataan Heim (dalam
CMC, identitas pribadi subyek cenderung
Tingoy&Bostan, n.d., h.3), teknologi New
memudar dan hilang. Menurut Sproull dan
Media menghapus struktur hierarkhi dunia
Kiesler (dalam Riva & Galimberti, 1998,
nyata
h.22), hal ini menimbulkan konsekuensi
kebebasan
yaitu: (1) Pengguna CMC cenderung untuk
orang-orang di seluruh dunia untuk saling
mengekspresikan dirinya lebih terbuka dan
terhubung. Dengan teknologi interaktif yang
bebas, karena mereka yang berinteraksi
ditawarkan
menggunakan
dari
pembatasan waktu, jarak dan status sosial
aturan-aturan sosial dan merasa bebas untuk
pada komunikasi yang dilakukan manusia
mengkritik; (2) Hilangnya identitas pribadi
akan hilang dan memberikan ruang terbuka
dalam CMC memicu keberanian subyek
yang
untuk
sosial,
mengkomunikasikan apa saja dalam ruang
misalnya melakukan tindakan flaming yaitu
New Media. Salah satu contoh aplikasi dari
melontarkan kata-kata tajam atau menghina
New Media yang memberikan ruang terbuka
oranglain secara verbal.
bagi manusia untuk berkomunikasi adalah
komputer
melanggar
terisolasi
aturan-aturan
dari
pikiran
terbuka
oleh
bebas
kita,
dan
memungkinkan
New
bagi
menawarkan
Media,
manusia
maka
untuk
penggunaan social media bernama Twitter
New Media Sebagai Ruang Virtual Yang
Twitter Sebagai Sarana Pengungkapan
Membentuk Persepsi
New Media memiliki karakteristik
Diri
yang berbeda dan karakteristik tersebut
memberikan perubahan pada beberapa aspek
memberikan
media.
untuk
Perubahan
tersebut
meliputi
sebagai
tempat
bagi
membagikan
microblog
penggunanya
informasi
tentang
perubahan yang luas pada produksi media,
dirinya, dengan mengadopsi sifat blog atau
distribusi media dan penggunaan media.
buku
Sebagai
beberapa
mencurahkan perasaan atau menceritakan
karakteristik yang berbeda pada New Media
kegiatan sehari-hari hingga tweet yang berisi
(Lister, Dovey, Giddings, Grant & Kelly,
pengungkapan rasa kecewa.
media
komunikasi,
harian.
menjadi
tempat
Twitter sebagai sarana pengungkapan
teknologi telah memberikan langkah yang
diri mengaburkan batasan antara ranah
bagus untuk perkembangan hidup manusia,
privat
dan
informasi
ranah
publik,
yang berisi
hal ini juga dapat memberikan kesempatan
tentang
hal-hal
intim
dari
manusia untuk melakukan tindakan-tindakan
publik.
yang merugikan orang lain dan melanggar
berisi
hukum secara bebas melalui teknologi
kehidupan
seseorang
Misalnya,
menulis
perasaan
suka
seseorang.
kepada
tweet
atau
yang
benci
terhadap
internet.
Dengan sifat Twitter sebagai
Salah satu tindakan merugikan orang
salah satu layanan New Media yang dapat
lain
diakses oleh siapapun dan di manapun dan
tindakan yang melanggar hukum adalah
memberikan kebebasan penggunanya untuk
tindakan kekerasan (bullying) yang dulunya
menuliskan apa yang ada di pikirannya,
terjadi antara dua orang atau lebih dengan
perbuatan-perbuatan
mendorong
membagikan
seseorang
detil-detil
untuk
personalnya
ke
dan
dapat
menyenangkan
dikategorikan
sebagai
yang
(mengejek,
tidak
menyebarkan
ranah jaringan orang lain, yang mana hal-hal
rumor, menghasut, mengucilkan, menakut-
ini bukanlah hal yang biasa dibagikan dalam
nakuti, mengancam, menindas, memalak,
komunikasi tatap muka (dalam Mischaud,
atau menyerang secara fisik) yang dilakukan
2007, h.35). Maka, apa yang dahulu sebelum
saat bertemu (traditional bullying). kini
adanya social media (Twitter) dianggap
telah berubah bentuk dengan adanya internet
tidak pantas untuk dilakukan, kini perubahan
dan jejaring sosial menjadi cyberbullying.
tersebut dapat diterima sebagai bentuk dari
Cyberbullying
hubungan
Keith
sosial
(Meyrowitz
dalam
&
Mischaud, 2007, h.35). Dengan sifat ini,
penggunaan
maka Twitter dapat dijadikan media untuk
komunikasi
melakukan cyberbullying .
berupa
menurut Belsey (dalam
Martin,
2005,
informasi
yang
h.1)
dan
mendukung
kesengajaan,
adalah
teknologi
tindakan
pengulangan
dan
permusuhan oleh individu atau kelompok
Cyberbullying sebagai Tindak Kekerasan
Menggunakan Internet
Keberadaan internet telah mengubah
cara masyarakat berinteraksi satu sama
lainnya.
Di
samping
perkembangan
yang ditujukan untuk merugikan orang lain.
Bernie (2007, h.47) mengatakan bahwa
tujuan dari tindakan ini adalah mengganggu,
mengancam,
mempermalukan,
menghina,mengucilkan secara sosial, atau
merusak reputasi orang lain. Tindakan ini
siswa SMA melalui Twitter yang mengarah
umumnya disadari oleh komunikan, yaitu si
pada cyberbullying terhadap pihak sekolah
korban maupun orang lain yang bukan target
adalah menggunakan metode kualitatif.
tetapi melihat tweet tersebut
Penelitian ini meneliti mengenai persepsi
Menurut Rudi (2010, h.15), walaupun
dan
guru tentang pengungkapan kekecewaan
cyberbullying
siswa SMA melalui Twitter yang mengarah
memiliki tindakan yang bertujuan sama,
pada cyberbullying terhadap pihak sekolah
tetapi cyberbullying memiliki karakteristik
melalui wawancara dengan guru-guru yang
yang berbeda. Tidak seperti traditional
dipilih melalui kriteria pemilihan informan.
bullying,
cyberbullying
Pengamatan dan interaksi dengan guru-guru
keleluasaan
untuk
traditional
bullying
memberikan
pelakunya
menutupi
ini menghasilkan data mengenai persepsi
identitas diri sebenarnya di balik teknologi
guru tentang pengungkapan kekecewaan
yang digunakannya. Materi cyberbullying
siswa SMA melalui Twitter yang mengarah
(Tulisan, foto, video) dapat di-distribusikan
pada cyberbullying terhadap pihak sekolah
secara worldwide dan seringkali tidak bisa
yang
dihilangkan dan kejadiannya bisa kapan saja
dideskripsikan untuk memberikan gambaran
dan dimana saja.
persepsi
kemudian
akan
guru
melihat
dianalisis
dunia
dan
sekitar
Menurut Willard (2010, h.2), perilaku
lingkungan kerjanya yang berhubungan
cyberbullying ada beragam, contohnya: (1)
dengan pengungkapan kekecewaan siswa
Flame War ,; (2) Gangguan (Harassment),
SMA melalui Twitter yang mengarah pada
(3) Pencelaan (4) Impersonation, (5) Tipu
cyberbullying
muslihat, (7) Pengucilan secara sosial, yaitu
Kemudian,
dengan sengaja memboikot, mengabaikan,
rekomendasi berdasarkan hasil penelitian.
mengasingkan atau mengucilkan seseorang
dari suatu online group.
terhadap
pihak
peneliti
sekolah.
memberikan
Lokasi penelitian ini berada di
SMAK
Santo
Albertus
Malang.
Pertimbangan memilih lokasi ini adalah
4. METODE PENELITIAN
berdasarkan pengamatan yang dilakukan
peneliti,
peneliti
menemukan
adanya
Metode yang digunakan oleh peneliti
tindakan cyberbullying yang terjadi di
untuk mengkaji penelitian tentang persepsi
lingkungan SMAK Santo Albertus, yang
guru tentang pengungkapan kekecewaan
dilakukan
oleh
murid
terhadap
pihak
sekolah. Waktu penelitian dilakukan selama
pengalaman
satu bulan pada bulan September 2013.
sekolah dan lebih lama berinteraksi dengan
yang lebih di lingkungan
Peneliti menggunakan informan yang
guru dan birokrasi sekolah, dan berusia
dapat memberikan informasi lengkap sesuai
antara 16-18 tahun. Informan pendukung
dengan
diteliti.
dalam penelitian ini adalah 2 orang siswa
Pemilihan informan-informan ini dilakukan
yang menjadi informan utama di desain
oleh
penelitian sebelumnya. Dari 9 orang calon
permasalahan
peneliti
yang
berdasarkan
purposive
sampling. Teknik ini mencakup orang-orang
informan
yang diseleksi atas dasar kriteria-kriteria
sebelumnya, hanya dua orang yang bersedia
tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan
untuk diwawancarai, maka kedua orang
tujuan penelitian. Sedangkan orang-orang
siswa ini dijadikan informan pendukung
dalam populasi yang tidak sesuai dengan
pada penelitian ini.
kriteria tersebut tidak dijadikan sampel.
Dalam
SMAK
penelitian
Santo
ini,
Albertus
di
desain
penelitian
Teknik pengumpulan data dilakukan
guru-guru
dengan observasi dan wawancara. Dalam
yang
penelitian ini, peneliti melakukan observasi
mengetahui dan atau memiliki pengalaman
non-partisipan, dimana peneliti tidak terlibat
tentang pengungkapan kekecewaan siswa
dengan
melalui
pada
penelitian. Observasi dilakukan dari saat pra
sekolah
penelitian yaitu mengamati timeline Twitter
merupakan kriteria utama dalam penelitian
para siswa SMAK Santo Albertus Malang
ini
dalam rangka melihat tweet yang mengarah
cyberbullying
yang
Malang
utama
mengarah
terhadap
pihak
Untuk mendukung penelitian dan
sebagai
triangulasi
menggunakan
dipilih
dari
sumber,
informan
peneliti
sekunder
murid-murid
yang
apa
yang
dilakukan
obyek
pada cyberbullying terhadap pihak sekolah.
Kegiatan ini dilakukan pada bulan Juli 2013.
Sedangkan
untuk
wawancara,
dalam
yang pernah
penelitian ini wawancara dilakukan dengan
mengungkapkan kekecewaannya terhadap
menggunakan pedoman wawancara bebas
pihak sekolah melalui Twitter di bulan
terpimpin. Dalam melakukan wawancara ini,
Januari-Juli 2013, Sedang atau pernah
pewawancara membawa pedoman yang
bersekolah
hanya berisi garis besar tentang hal-hal yang
di
SMAK
Santo
Albertus
Malang kurang lebih selama 2 tahun, dengan
akan
pertimbangan
penelitian ini dilakukan terhadap 5 guru dan
mereka
telah
memiliki
ditanyakan.
Wawancara
dalam
2 siswa SMAK Santo Albertus Malang yang
Dalam aktivitas komunikasi sehari-
mengetahui dan atau memiliki pengalaman
hari, social media dapat menjadi media
tentang pengungkapan kekecewaan siswa
perpanjangan indera manusia. Penggunaan
SMA melalui Twitter yang mengarah pada
social
media
sebagai
media
cyberbullying terhadap pihak sekolah.
berkomunikasi,
persepsi
masing-masing
Dalam
peneliti
individu tidaklah sama. Persepsi tentang
tujuh
penggunaan social media oleh guru dan
informan, kemudian dari hasil wawancara
siswa dilihat oleh para informan dari
tersebut
beberapa aspek yaitu intensitas penggunaan,
melakukan
wawancara
peneliti
wawancara.
peneliti
penelitian
Dari
ini,
untuk
kepada
membuat
transkrip
masuk pada
transkrip
wawancara,
layanan
social
media
yang
banyak
pereduksian data
digunakan, dan tujuan penggunaan social
dimana peneliti memilah-milah data berupa
media . Dalam penggunaan social media ,
kutipan-kutipan
dan
para siswa lebih intens dan memiliki banyak
dalam
jenis social media yang digunakan. Berbeda
kelompok-kelompok yang sesuai dengan
dengan pada guru dan umumnya hanya
fokus penelitian. Dari hasil kategorisasi
menggunakan Facebook dan sedikit yang
data, peneliti menyajikan data pada bab
intens menggunakan social media .
wawancara
mengkategorisasikannya
ke
analisa data berdasarkan pembagian dari sub
bab dalam bentuk uraian singkat dan
hubungan antar kategori dalam teks naratif.
Analisa
data
ini
kemudian
ditarik
Kurangnya Pengetahuan dan Kesadaran
Guru
terhadap
Cyberbullying
di
Lingkungan SMAK Santo Albertus
Malang
kesimpulan yang sesuai dengan fokus
penelitian.
Tindakan bullying kini tidak hanya
terjadi pada dunia yang melibatkan manusia
5. HASIL DAN PEMBAHASAN
secara fisik, tetapi tindakan ini juga terjadi
pada dunia internet atau kerap disebut
Siswa Lebih Aktif dan Familiar dalam
cyberbullying.
Menggunakan Social Media Daripada
bullying,
Guru
kesempatan
Tidak
seperti traditional
cyberbullying
bagi
memberikan
pelakunya
untuk
‘berlindung’ dibalik komputer. Meskipun
terpisahkan jarak dengan korbannya, pelaku
cyberbullying
dapat
dengan
bebas
mengatakan hal-hal apapun dan melakukan
Kecenderungan Siswa Senior dan Akun
Anonim sebagai Pelaku Cyberbullying
Terhadap Pihak Sekolah
tindak-tindakan tidak menyenangkan pada
orang lain, dibandingkan dengan traditional
Dalam cyberbullying ada dua aspek
bullying yang dilakukan secara tatap-muka.
yang terlibat, yaitu korban dan pelaku
(Donegan, 2012, h.33).
cyberbullying. Adanya perasaan memiliki
Persepsi guru menanggapi berbagai
kekuasaan
bagi
pelaku
cyberbullying
macam bentuk bullying yang terjadi di
sehingga membuat mereka lebih berani
sekolah, menemukan hasil bahwa tindakan
bertindak.
Selain
itu,
ekspresi
pelaku
yang terjadi secara tersamar,
cyberbullying yang cenderung agresif akan
misalnya cyberbullying dipandang sebagai
membahayakan bagi pelaku jika diketahui
masalah yang tidak terlalu serius daripada
identitasnya. Oleh karena itu, ada pelaku
bullying
bullying
yang
terlihat
seperti
pada
yang
cyberbullying
dengan
sengaja
traditional bullying. Pengetahuan para guru
membuat akun anonim sehingga mereka
tentang
karakteristik-karaktertistik
bebas menuliskan apapun di social media
cyberbullying ini dapat mempengaruhi cara
tanpa takut diketahui identitasnya dan
pandang guru melihat cyberbullying sebagai
dijerat hukuman.
hal yang perlu mendapatkan keseriusan.
Dari temuan penelitian pada sub-bab
Bagi para guru yang belum akrab dengan
ini,
pengetahuan
cyberbullying,
cyberbullying terhadap pihak sekolah adalah
menganggap tindakan ini sebagai hanya
mereka yang lebih senior karena mereka
bentuk pengungkapan emosi yang wajar
lebih tahu banyak tentang situasi sekolah
khas siswa.
dan atau mereka yang jarang berinteraksi
seputar
dapat
disimpulkan
bahwa
pelaku
Tanggapan yang beragam dari para
dengan guru sehingga mereka akan lebih
guru ini memiliki kecenderungan bahwa
memilih untuk mengungkapkan perasaannya
para guru kebanyakan masih apatis melihat
lewat
permasalahan
mencetuskan tindakan pelaku menggunakan
ini
karena
tindakan
Internet.
Dua
hal
ini
dapat
cyberbullying ini dianggap sebagai sesuatu
akun
hal yang informal dan belum memiliki
sekolah
pengaruh yang serius untuk ditindak lebih
kekecewaannya terhadap pihak sekolah.
lanjut.
anonim
yang
untuk
mengatasnamakan
mengungkapkan
Isi Pesan Twitter yang Cenderung Ofensif
yang Mengarah pada Cyberbullying
Terhadap Pihak Sekolah
ruang yang bebas tanpa adanya pengawasan
dan adanya perasaan didukung oleh para
followers, baik dari komentar maupun dari
Para siswa sebagai komunikator
mempunyai
kebutuhan
untuk
berkomunikasi, yaitu menyampaikan apa
yang
dirasakannya
dan
apa
yang
dipikirkannya ke dalam seperangkat simbol
verbal atau non-verbal yang dipahami oleh
penerima pesan. Kata/bahasa dalam internet
memiliki kekhasan, termasuk fenomena
kegunaannya untuk pengungkapan yang
sopan
dan
tidak
aggressiveness8).
sopan
Dalam
hal
(verbal
ini,
para
informan memiliki persepsi yang seragam
mengenai isi pesan yang mengarah pada
cyberbullying menggunakan Twitter oleh
siswa, yaitu pesan-pesan kebanyakan berisi
penyerangan
yang
menyudutkan
pihak
sekolah
retweet yang didapatkan. Dari tweet-tweet
yang mengarah pada cyberbullying yang
muncul di timeline dan karakter unik dari
Twitter dibandingkan dengan Facebook,
Twitter dianggap sebagai media yang lebih
efektif
untuk
menuangkan
emosi
dan
kejengkelannya terhadap pihak sekolah.
Fitur
retweet
dianggap
dapat
membentuk opini publik dan memperluas
asumsi-asumsi siswa atas hal-hal yang tidak
mereka sepakati dengan sekolah. Kekuatan
hubungan sosial yang dibangun secara
virtual oleh para siswa ini membangun
banyak pertukaran informasi, dukungan
secara emosional dan simpati antar anggota
mengenai bermacam isu psikologis, isu
tentang kebijakan atau masalah-masalah
personal, maka Twitter digunakan sebagai
Pandangan Remeh Guru Tentang Social
Media Sebagai Salah Satu Pendorong
Cyberbullying Terhadap Pihak Sekolah
media untuk mencari dukungan.
Pengungkapan kekecewaan terhadap
pihak sekolah yang dilakukan oleh para
Kebebasan menuliskan kekecewaan
terhadap
sekolah
ini
dikarenakan
kebanyakan guru di sekolah tidak tahu cara
menggunakan teknologi komputer/Internet.
Rasa berani ini dapat muncul karena adanya
siswa melalui Twitter dengan kata-kata yang
mengarah
pada
cyberbullying
awalnya
didasari oleh permasalahan atau keluhan
terhadap pihak sekolah. Permasalahan atau
keluhan
ini
umumnya
tidak
mampu
dikomunikasikan secara langsung secara
8
Verbal aggressiveness adalah kecenderungan untuk
menyerang orang lain menggunakan komunikasi verbal
(bahasa lisan atau tulisan)
tatap muka oleh para siswa kepada sekolah
sehingga
para
siswa
mencari
bentuk
penyaluran yang lain, salah satunya melalui
Twitter. Di satu sisi, sistem sekolah yang
Konsekuensi Terhadap Psikologis Guru
dan Citra Lembaga Akibat
Pesan
yang
Mengarah
Pada
Cyberbullying Terhadap Pihak Sekolah
secara tegas membatasi ruang berpendapat
bagi
siswa
secara
face-to-face,
menetapkan peraturan yang tegas pula
dalam hal pengungkapan pendapat melalui
internet
dan
cyberbullying.
Kurangnya
pengetahuan guru tentang cyberbullying dan
tidak adanya peraturan sekolah yang secara
spesifik menetapkan sanksi atau teguran
terhadap penyalahgunaan internet (dalam hal
ini social media ) oleh para siswa, menjadi
alasan siswa untuk memanfaatkan celah
tersebut untuk mengungkapkan kekecewaan
terhadap pihak sekolah atau mengolok-olok
pihak sekolah dengan tweet-tweet yang
mengarah pada tindakan cyberbullying.
Secara
umum,
tidak
Dalam komunikasi, efek terjadi pada
tidak
adanya
pengawasan khusus tentang penggunaan
social media , merasa aman mengungkapkan
perasaan melalui Twitter, tidak adanya
penerima setelah ia menerima pesan. Efek
ini bisa terjadi dalam bentuk penambahan
pengetahuan, perubahan sikap, perubahan
keyakinan,
sebagainya
perubahan
(Mulyana,
perilaku,
dan
2008,h.71).
Dari
pengungkapan kekecewaan siswa SMAK
Santo
Albertus
melalui
yang
mengarah pada cyberbullying terhadap pihak
sekolah ini, dilihat oleh para informan
memiliki pengaruh. Efek yang dirasakan
sehubungan
dengan
pengungkapan
kekecewaan siswa terhadap sekolah melalui
Twitter ini memiliki beragam tanggapan.
Secara umum, para informan berpendapat
bahwa efek yang ditimbulkan memiliki
pengaruh bagi citra sekolah, efek psikologis
bagi guru maupun bagi siswa.
sarana untuk menampung keluhan siswa
tentang lingkungan sekolah serta kekuasaan
6. KESIMPULAN
Twitter menjadi salah satu layanan
sekolah yang otoriter menjadi alasan siswa
memilih
sebagai
media
pengungkapan kekecewaan terhadap pihak
sekolah.
social media yang dengan fitur-fiturnya
memberikan kesempatan bagi seseorang
untuk
berinteraksi
mendapatkan
dengan
informasi
orang
lain,
sekaligus
membagikan informasi. Sementara itu di sisi
lain, Twitter memberikan peluang besar
untuk seseorang tanpa ragu mempermalukan
mengatasi cyberbullying yang terjadi di
atau menghina orang lain dalam dunia maya
lingkungan sekolah.
itu sendiri. Cyberbullying memiliki dampak
Pihak sekolah dapat memasukkan
yang sama mengkhawatirkannya dengan
program tentang penggunaan internet sehat
traditional bullying, karena cyberbullying
bagi
dapat dilakukan secara terselubung.
mengetahui
Jadi, dalam penelitian ini dapat
para
siswa
terhadap pihak sekolah akan selalu ada dan
bertanggungjawab.
tidak
berwujud
pengetahuan
guru
oleh
kurangnya
tentang
penggunaan
sehari-hari
secara
benar
Program
ini
dapat
seminar
atau
workshop,
dan
memasukkan materi literasi media dan
netiquette
(etika
pengungkapan kekecewaan melalui pesan
kurikulum
mata
Twitter yang mengarah pada cyberbullying
Informasi dan Komunikasi atau Bimbingan
terhadap sekolah, kurangnya kepedulian dan
Konseling.
guru
sebagai
dampak
media
pengetahuan
siswa
dapat
positif-negatif dan pengelolaan penggunaan
internet
karena
mereka
batasan-batasan,
disimpulkan bahwa tindakan cyberbullying
terbendung
agar
pelajaran
dalam
Teknologi
penggunaan
Tidak dapat dipungkiri kemajuan
Twitter sebagai media cyberbullying dan
teknologi informasi dan komunikasi yang
tidak adanya sanksi yang mengatur tentang
sangat pesat sangat cepat diterima oleh para
cyberbullying
di
tentang
berinternet)
lingkungan
sekolah.
siswa yang notabene masih remaja. Mereka
Kemampuan siswa untuk menggunakan
mampu
menggunakan
teknis
dengan
yang
tidak
diimbangi
oleh
teknologi
baik,
kemampuan dan kepedulian para guru,
menggunakan
memberikan celah siswa untuk menuliskan
mempertanggungjawabkan
kekecewaan terhadap pihak sekolah dengan
diterima
dan
kata-kata yang kasar melalui Twitter.
kehidupan
sosial
tetapi
teknologi
konten
diproduksinya
ada
baiknya
secara
untuk
dan
yang
dalam
diiringi
dengan pendampingan dan pengetahuan dari
orang yang lebih dewasa. Hal ini menuntut
7. SARAN
Diharapkan
penelitian
dapat
pihak sekolah dan orangtua untuk melek
memberikan wawasan (insight) dan wacana
media agar dapat memberikan pengawasan
baru dalam upaya pemahaman terhadap
dan bimbingan bagi remaja pengguna
perilaku
internet. Pihak sekolah dapat menggunakan
cyberbullying
dan
tindakan
social
media
sebagai
watchdog
untuk
memberikan workshop atau seminar tentang
mengontrol perilaku siswa di luar sekolah.
literasi
Hal
internet untuk pembelajaran bagi para guru.
ini
dapat
diwujudkan
dengan
media
dan
penggunaan
media
DAFTAR PUSTAKA
Cox Communication. (2009). Teen Online & Wireless Safety Survey: Cyberbullying, Sexting and
Parental Controls. Cox Communications Teen Online and Wireless Safety Survey in
Partnership with the National Center for Missing and Exploited Children. Diakses 5 Juli
2013
dari
http://ww2.cox.com/wcm/en/aboutus/datasheet/takecharge/2009-teensurvey.pdf?campcode=takecharge-research-link_2009-teen-survey_0511
Donsbach, W. (2008). The International Encyclopedia of Communication. Australia:Blackwheel
Publishing, Ltd.
Donegan, R. (2012). Bullying and Cyberbullying : History, Statistic, Law, Prevention and
Analysis. The Elon Journal of Undergraduated Research in Communication, Vol.3, No.1 ,
Spring 2012. Elon University
Germain-Frose, B. (2007). Bullying in the Digital Age : Using Technology to Harrass Student
and Teacher. Professional Development Perspective (Fall, 2007). Kanada : Canadian
Teacher’s Federation. Hal. 47
Kaplan, A. M. & Haenlein, M. (2011). Users of the world, unite! The challenges and
opportunities
of
Social
Media .
Diakses
26
Maret
2013,
http://michaelhaenlein.com/Publications/Kaplan,%20Andreas%20%20Users%20of%20the%20world,%20unite.pdf.
dari
Keith, S., dan Martin, M.E., (2005). Cyberbullying: Creating a Culture of Respect in A
Cyberworld. Reclaiming Children and Youth, Vol. 13 No. 4 (Winter, 2005), pp. 224-228.
Diakses
8
Agustus
2013
dari
http://www.gacsi.org/sites/default/files/content/attachments/CyberBullyingCreating%20a%20culture%20of%20respect%20in%20a%20cyber%20world.pdf
Lister, M., Dovey, J., Gidding, S., Grant, I., Kelly, K., (2009). New Media : A Critical
Introduction (2nd ed). London & New York : Routledge.
Mischaud, E. (2007). Twitter : Expression Of The Whole Self. London : Department of Media
and Communications, School of Economics and Political Science. Diakses 8 Februari 2013
dari http://www.lse.ac.uk/collections/media@lse/mediaWorkingPapers/
Mulyana, D. (2007). Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar . Bandung : Rosdakarya
Pearson, J., Nelson, P., Titsworth, S., & Harter, L. (2006). Human Communication, 2nd edition.
New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Polkosky, M.D., (2008). Mediated Interpersonal Communication. Machines as Mediators: The
Challenge of Technology for Interpersonal Communication Theory and Research. (p.3457) New York : Routledge.
Riva, G. dan Galimberti, C. (1998). Computer-mediated Communication: Identity and Social
Interaction in An Electronic Environment, “Genetic, Social and General Psychology
Monographs”,
124, 434-464, 1998. Retrivied January 30, 2013 dari
http://www.cybertherapy.info/pages/cmc.pdf
Rudi, T. (2010). Informasi Perihal
http://bigloveadagio.wordpress.com.
Bullying .
Diakses
21
Februari
2013,
dari
Ruslan, R. (2008). Manajemen Public Relatoins & Media Komunikasi. Jakarta : PT Rajagrafindo
Persada
SalingSilang.com. (2011). Indonesia Social Media Landscape 2011, a snapshot of Indonesian
user behavior – 2nd
report May 2011. Diakses 18 Maret 2013, dari
http://www.slideshare.net/salingsilang/indonesia-social-media-landscape-q1-2011-3rdsalingsilangcom-report.
TINGÖY, Özhan & Bostan, Barbaros. (n.d). Future of New Media, Towards the Ultimate
Medium : Presence, Immersion, and MMORPGs. Diakses 8 April 2013, dari
www.silentblade.com/presentations/Tingoy_Bostan.pdf
Willard, N. (2005). Cyberbullying and cyberthreats. Washington: U.S. Department of Education
Wood, J. T. (2006). Communication Mozaics, An Introduction to the Field of Communication, 5 th
edition. Amerika: Thomas Higher Education