MENINGKATKAN KOMPETENSI TENAGA ADMINISTR (1)
MENINGKATKAN KOMPETENSI TENAGA
ADMINISTRASI SEKOLAH (TAS) DALAM
MENGELOLA ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN
MELALUI PERAN KEPALA SEKOLAH
SEBAGAI MANAJER
Disusun sebagai laporan akhir kegiatan On The Job
Learning pada Pendidikan dan Pelatihan Calon
Kepala Sekolah
Periode : 15 September s/d 15 November 2011
Nama
: Drs. H. SYARIFUDDIN, M. Pd.
Unit Kerja : SMP NEGERI 1 BINAMU
NIP
: 19690101 199412 1 007
PILOTING PROGRAM PENYIAPAN CALON KEPALA
SEKOLAH
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
KABUPATEN JENEPONTO
PROVINSI SULAWESI SELATAN
TAHUN 2011
Kata Pengantar
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta
alam dan segala isinya, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Shalawat
dan
taslim
senantiasa
tercurah
atas
junjungan
Nabiyyullah Muhammad SAW. Berkat curahan rahmat dan kasih
sayang Allah SWT jualah, sehingga laporan akhir kegiatan On The
Job Learning (OJL) pada Pendidikan dan Pelatihan Calon Kepala
Sekolah
yang
Administrasi
berjudul
Sekolah
“Meningkatkan
(TAS)
Dalam
Kompetensi
Mengelola
Tenaga
Administrasi
Kepegawaian Melalui Peran Kepala Sekolah Sebagai Manajer” ini
dapat diselesaikan dengan baik.
Dalam proses penyusunan hingga penyelesaian laporan ini,
merupakan suatu pengalaman dan pelajaran yang sangat berharga
bagi penulis. Walau diakui terasa sangat melelahkan, namun berkat
bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak, khususnya
Bapak dan Ibu pendamping Diklat, Alhamdulillah akhirnya laporan
kegiatan OJL ini selesai juga. Oleh karena itu, penulis merasa
berkewajiban untuk menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus
kepada Dr. Andi Muliati, MM., Ir. A. Makmur, M. Sc., Ph. D., Drs. Yuli
Cahyono, M. Pd., dan Drs. Ahkam Zubair, M. Pd. atas bimbingan
dan arahannya.
Demikian pula ucapan terima kasih yang tak terhingga
penulis haturkan kepada Drs. H. Mukhtar Nonci, S. Sos., M. Pd.
selaku Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten
Jeneponto yang telah banyak membantu sejak awal seleksi sampai
pelaksanaan diklat selesai. Ucapan terima kasih juga penulis
haturkan kepada Dra. Hj. Rahmawati, M.Si. selaku Kepala Bidang
ketenagaan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten
Jeneponto yang menjadi penanggungjawab pelaksanaan diklat
calon kepala sekolah yang telah banyak membantu sejak seleksi
sampai pelaksanaan diklat selesai.
ii
Ucapan terima
kasih penulis
sampaikan pula kepada
Ferawati Azis, SS., M. Pd. selaku Kepala Seksi Diklat Bidang
Ketenagaan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten
Jeneponto yang menjadi ketua pelaksana diklat. Beliau telah
banyak membantu dan melayani peserta diklat sejak awal seleksi
sampai kegiatan diklat calon kepala sekolah selesai dilaksanakan.
Ucapan terima kasih terkhusus penulis sampaikan kepada
Drs. Syahrir Saini sebagai Kepala SMP Negeri 1 Binamu dan H.
Saripuddin D., S. Pd., SE., MM. Sebagai Kepala SMP Negeri Khusus
Jeneponto yang telah banyak membantu, memberikan masukan
dan bimbingan selama pelaksanaan magang pada kegiatan OJL.
Teristimewa, ucapan terima kasih penulis haturkan kepada
adinda Rahmawati Sainong, S. Pd. sebagai guru yunior SMPN 1
Binamu
yang
bersedia
diobservasi
pada
kegiatan
supervisi
akademik peserta diklat calon kepala sekolah.
Tak terlupakan, ucapan terima kasih penulis sampaikan pula
kepada guru-guru dan pegawai SMPN 1 Binamu dan SMPN Khusus
Jeneponto yang telah banyak membantu memberikan data dan
informasi kepada penulis dalam melakukan kajian-kajian dan
pelaksanaan rencana tindak kepemimpinan calon kepala sekolah.
Terakhir, ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis
sampaikan kepada semua teman peserta diklat calon kepala
sekolah kabupaten Jeneponto tahun 2011 atas kerja sama yang
terbangun selama ini mulai dari awal seleksi sampai kegiatan OJL
berakhir.
Kiranya laporan kegiatan OJL ini dapat bermanfaat, dan
semoga
segala
bantuan,
pengorbanan
dan
dorongan
yang
diberikan oleh berbagai pihak, mendapat ganjaran dan pahala dari
Allah SWT, Amin.
Penulis,
iii
Daftar Isi
Halaman
Halaman Judul .............................................................................
i
Kata Pengantar ............................................................................
ii
Daftar Lampiran............................................................................
v
BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................
1
A. Latar Belakang..................................................................
1
B. Tujuan ............................................................................3
C. Kompetensi Sasaran .........................................................
3
BAB II. KONDISI NYATA SEKOLAH MAGANG ..................................
4
A. Profil SMPN 1 Binamu........................................................
4
B. Profil SMPN Khusus Jeneponto.......................................... 10
C. Permasalahan yang di Temukan di Lapangan................... 16
BAB III. RENCANA TINDAK KEPEMIMPINAN ................................... 17
A.
Meningkatkan Kompetensi Tenaga Administrasi
Sekolah (TAS) dalam Mengelola Administrasi
Kepegawaian melalui Peran Kepala Sekolah Sebagai
Manajer............................................................................
17
B.
Implementasi Program..........................................
21
C. Peningkatan Kompetensi Hasil AKPK di SMP Negeri
Khusus Jeneponto ...........................................................
25
Kajian Hasil On The Job Learning (OJL) ................
D.
27
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 30
A. Kesimpulan ........................................................................ 30
B. Saran - Saran .................................................................... 30
iv
Daftar Lampiran
Nomor
Halaman
1. Rencana Tindak Kepemimpinan ......................................... 32
2. Instrumen Indentifikasi Kompetensi TAS Mengelola
Administrasi Kepegawaian ................................................. 36
3. Instrumen Monitoring dan Evaluasi 1 Kompetensi TAS
Mengelola Administrasi Kepegawaian................................. 38
4. Instrumen Monitoring dan Evaluasi 2 Kompetensi TAS
Mengelola Administrasi Kepegawaian ................................ 40
5. Analisis hasil indentifikasi Kompetensi TAS Mengelola
Administrasi Kepegawaian ................................................. 42
6. Analisis hasil Monitoring dan Evaluasi 1 Kompetensi TAS
Mengelola Administrasi Kepegawaian................................. 50
7. Analisis hasil Monitoring dan Evaluasi 2 Kompetensi TAS
Mengelola Administrasi Kepegawaian ................................ 58
8. Analisis hasil indentifikasi Kompetensi TAS Mengelola
Administrasi Kepegawaian Sekolah Magang lain ............... 66
9. Analisis hasil Monitoring dan Evaluasi Kompetensi TAS
Mengelola Administrasi Kepegawaian Sekolah Magang lain
........................................................................................72
10. Daftar Hadir Pembimbingan TAS Mengelola Administrasi
Kepegawaian ..................................................................... 78
11. Foto-foto Kegiatan Pembimbingan TAS Mengelola Administrasi
Kepegawaian ..................................................................... 81
12. Laporan Pelaksanaan Supervisi Akademik/Observasi Guru
Yunior
13. Laporan Hasil Kajian RKS-RKJM
14. Laporan Hasil Kajian Pengelolaan Kurikulum
15. Laporan Hasil Kajian Pengelolaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan
16. Laporan Hasil Kajian Sarana dan Prasarana Sekolah
17. Laporan Hasil Kajian Pengelolaan Peserta Didik
18. Laporan Hasil Kajian Pengelolaan Keuangan
19. Laporan Hasil Kajian Pembinaan TAS
20. Laporan Hasil Kajian Pemanfaatan TIK dalam Pembelajaran
21. Laporan Hasil Kajian Monitoring dan Evaluasi Program
22. Hasil Penyusunan Silabus, RPP dan Bahan Ajar
23. Dafar Hadir dalam Kegiatan On The Job Learning (OJL)
24. Foto-foto Kegiatan di Sekolah Magang
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah sebagai tempat pelaksanaan proses belajar mengajar
perlu dikelola secara baik dan benar. Keberhasilan suatu sekolah
mencapai tujuan yang diharapkan sangat tergantung kepada
bagaimana model pengelolaan terhadap segala sumber daya yang
dimiliki sekolah tersebut. Sumber daya sekolah yang memadai
bukan jaminan akan mewujudkan harapan-harapan warga sekolah
yang telah dirumuskan menjadi tujuan sekolah tersebut jika kepala
sekolah sebagai pimpinan tidak mampu melaksanakan tugas pokok
dan fungsinya dengan baik.
Kepala sekolah adalah guru yang diserahi tugas tambahan
untuk
memimpin
dan
mengelola
sekolah
dalam
upaya
meningkatkan mutu pendidikan. Sebagai seorang guru, kepala
sekolah sejatinya
adalah juga pendidik
yang harus mampu
membina guru-guru disekolahnya menjadi guru kreatif dan selalu
melakukan inovasi dalam pembelajaran. Dengan adanya tugas
tambahan tersebut, kepala sekolah tidak hanya dituntut untuk
membina guru saja, tetapi lebih dari itu, juga dituntut untuk
membina dan mengelola seluruh komponen sekolah lainnya seperti
tenaga
adminstrasi
sekolah,
tenaga
perpustakaan,
tenaga
laboratorium dan lain sebagainya. Tuntutan-tuntutan ini adalah
merupakan tugas-tugas yang baru bagi seorang guru yang diserahi
tugas tambahan kepala sekolah. Disisi lain, tujuan utama sekolah
berupa peningkatan mutu pendidikan hanya dapat diraih jika
seluruh komponen sekolah dapat melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya masing-masing melalui pembinaan dan pengelolaan
seorang kepala sekolah yang profesional.
Karena begitu banyaknya tugas-tugas baru seorang kepala
sekolah
maka
untuk
menjadi
seorang
kepala
sekolah
yang
profesional tentu tidaklah mudah. Diperlukan waktu yang cukup
1
untuk belajar bagaimana melaksanakan tugas-tugas yang baru
tersebut. Pelatihan, pembimbingan dan pembinaan bagi calon
kepala sekolah merupakan upaya-upaya yang mesti dilakukan oleh
pihak terkait dalam rangka melahirkan pemimpin sekolah yang
berkualitas
yang
diharapkan
mampu
untuk
memimpin
dan
mengelola sekolah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.
Peraturan
menteri
pendidikan
nasional
(permendikas)
Republik Indonesia nomor 28 tahun 2010 tentang penugasan guru
sebagai kepala sekolah memberikan angin segar bagi peningkatan
profesionalisme seorang kepala sekolah ataupun calon kepala
sekolah.
Dalam permendiknas tersebut dijelaskan bahwa seorang guru
yang telah dinyatakan lulus seleksi calon kepala sekolah diharuskan
mengikuti pendidikan dan pelatihan sebagai kegiatan pemberian
pengalaman pembelajaran teoretik maupun praktik yang bertujuan
untuk
menumbuhkembangkan
keterampilan
pada
pengetahuan,
dimensi-dimensi
sikap
kompetensi
dan
kepribadian,
manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial.
Berdasarkan permendiknas nomor 13 tahun 2007 tentang
standar
kompetensi
kompetensi
kepala
manajerial
sekolah
kepala
sekolah
menetapkan
dimensi
merupakan
dimensi
kompetensi yang menuntut 16 kompetensi. Jumlah kompetensi ini
merupakan jumlah terbanyak dibandingkan dengan kompetensi
pada dimensi kompetensi kepribadian, kewirausahaan, supervisi
dan
sosial.
Tingkat
mengarahkan,
mengembangakan
kemampuan
memberdayakan,
sumber
daya
kepala
sekolah
dalam
menggerakkan,
dan
sekolah
dalam
usaha
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah sangat bergantung
kepada kompetensi manajerial seorang kepala sekolah.
SMPN 1 Binamu sebagai sekolah tempat mengajar penulis
misalnya, memiliki 20 tenaga kependidikan yang berfungsi sebagai
tenaga administrasi sekolah merupakan SDM yang cukup untuk
2
terlibat dalam usaha meningkatkan pelayanan pendidikan menuju
peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Namun kenyataannya,
SDM yang demikian besar seakan tidur tanpa memperlihatkan
prestasi kerjanya. Berdasarkan hasil pengamatan penulis selama
mengabdi di SMPN 1 Binamu, menemukan beberapa tenaga
administrasi sekolah hanya datang kemudian pulang tanpa berbuat
sesuatu. Sebahagian lagi malas masuk kantor dengan alasan tidak
ada yang mereka bisa kerjakan.
Pendidikan dan pelatihan yang dijalani calon kepala sekolah
dalam kegiatan tatap muka (in servis-1) dalam kurun waktu 70 jam
merupakan modal awal untuk menjalani praktek lapangan on the
job learning (OJL) selama kurang lebih 3 bulan. Kegiatan OJL
penting bagi peserta diklat untuk mempraktekkan kompetensi yang
telah
dipelajari
selama
kegiatan
tatap
muka.
Dalam
OJL
dipraktekkan bagaimana mengkaji pengelolaan kurikulum sekolah,
RKAS/RKJM, pengelolaan keuangan, produksi dan jasa, pembinaan
tenaga administrasi sekolah, pengelolaan peserta didik, sarana dan
prasarana, pengelolaan pendidikan dan tenaga kependidikan,
pemanfaatan TIK, monitoring dan evaluasi serta program supervisi
akademik.
Sehubungan
dengan
hasil
penilaian
analisis
kebutuhan
pengembangan keprofesian (AKPK) penulis sebagai peserta diklat
calon kepala sekolah yang menemukan kelemahan terbanyak pada
dimensi manajerial, maka penulis akan mengangkat tema tulisan
yang terkait dengan dimensi manajerial kepala sekolah.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas,
maka
penulis
mengangkat
tema
tulisan
dengan
judul
“Meningkatkan Kompetensi Tenaga Administrasi Sekolah (TAS)
dalam Mengelola Administrasi Kepegawaian melalui Peran Kepala
Sekolah Sebagai Manajer”
B. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai berdasarkan tema yang diangkat
dalam tulisan ini adalah:
3
1. Untuk mengetahui tingkat kompetensi tenaga administrasi
sekolah (TAS) dalam mengelola administrasi kepegawaian,
2. Untuk meningkatkan kompetensi tenaga administrasi sekolah
(PAS) dalam mengelola administrasi kepegawaian.
C. Kompetensi Sasaran
Berdasarkan hasil analisis AKPK penulis yang menyimpulkan
kelemahan terbesar pada dimensi kompetensi manajerial, maka
sasaran yang ingin dicapai dalam tulisan ini adalah pengembangan
dimensi kompetensi manajerial kepala sekolah melalui pembinaan
tenaga administrasi sekolah (TAS) dalam mengelola administrasi
kepegawaian.
BAB II
KONDISI NYATA SEKOLAH MAGANG
A. Profil SMPN 1 Binamu
SMPN Binamu berlokasi di jalan Lanto Daeng Pasewang no.
32 Bontosunggu kelurahan Empoang kecamatan Binamu yang
diapit oleh dua perkantoran pemerintah yaitu kantor Bupati
Jeneponto dan kantor KPU. Sekolah ini dibangun pada tahun 1960
di atas lahan seluas 8065 m2 dan mulai beroperasi tahun 1961
dengan nama SMP 1 Jeneponto. Sekolah ini merupakan sekolah
tertua di kabupaten Jeneponto untuk sekolah tingkat menengah
pertama
dan
sudah
banyak
mencetak
alumni-alumni
yang
menduduki jabatan-jabatan penting, baik di pemerintahan, legislatif
ataupun diperusahaan-perusahaan swasta.
Tahun pelajaran 2011/2012 ini SMPN 1 Binamu membina
sebanyak 1043 siswa yang terbagi ke dalam 30 rombongan belajar
dengan masing-masing 10 rombongan belajar pertingkatan kelas.
Setiap ruang kelas menampung rata-rata sebanyak 36 siswa.
SMPN 1 Binamu kini memiliki guru sebagai tenaga pendidik
dan tenaga administrasi sekolah yang cukup memadai. Jumlah guru
sebanyak 54 orang dengan rincian 44 guru PNS dan 10 orang non
4
PNS sedang jumlah tenaga asministrasi sebanyak 20 orang yang
terdiri dari 8 orang PNS dan 12 orang non PNS.
Sekolah ini memiliki sarana dan prasana laboratorium yang
cukup yaitu laboratorium Fisika, Biologi, Bahasa dan Komputer.
Sekolah juga memiliki 30 ruang belajar, 1 ruang kepala sekolah, 1
ruang wakil-wakil kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang BK, 2
gedung perpustakaan, 1 ruang multimedia, 1 gedung mushallah, 1
ruang OSIS, 3 kamar WC guru, 10 kamar WC siswa, 1 pos
keamanan, 2 kantin dan 1 aula mini.
Prestasi guru yang diraih SMPN 1 Binamu empat tahun
terakhir yaitu juara I tiga tahun berturut-turut guru berprestasi
tahun 2007-2009 dan juara II tahun 2010 tingkat kabupaten
Jeneponto,
juara
II
inovasi
pembelajaran
tingkat
nasional.
Sedangkan prestasi siswa yaitu juara I lomba mengarang, pidato
(putra dan putri), baca puisi (putra dan putri) pada acara
HARDIKNAS tahun 2009.
Kinerja SMPN 1 Binamu dilihat dari pencapaian delapan
standar pendidikan dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Standar Isi
SMPN 1 Binamu telah memiliki kurikulum sendiri yang
dikembangkan dengan menggunakan panduan yang disusun BSNP
dengan mempertim-bangkan karakter daerah, kebutuhan sosial
masyarakat, kondisi budaya, usia peserta didik, dan kebutuhan
pembelajaran. Mata pelajaran bahasa daerah Makassar dan baca
tulis al-qur’an adalah mata pelajaran muatan lokal sekolah yang
merupakan kebutuhan sosial masyarakat Jeneponto yang mayoritas
beragama Islam yang ingin melestrasikan bahasa daerah Makassar.
Kurikulum sekolah memuat 10 mata pelajaran muatan
nasional dan dua mata pelajaran muatan lokal. Alokasi waktu mata
pelajaran Pendidikan Agama, PKn, Seni Budaya, Penjas, TIK, Bahasa
Daerah Makassar dan BTQ masing-masing 2 jam pelajaran. Mata
pelajaran yang diujinasionalkan yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa
5
Inggris, Matematika dan IPA masing-masing 4 jam pelajaran. Mata
pelajaran IPS juga diberikan alokasi waktu 4 jam pelajaran.
Pengembangan diri memperoleh alokasi waktu ekuivalen dengan 2
jam pelajaran. Satu jam pelajaran setara 40 menit. Jumlah jam
pelajaran perminggu 32 jam pelajaran per kelas, sehingga total
jumlah jam pelajaran tatap muka sebanyak 32 jam pelajaran per
rombel 30 rombel = 960 jam pelajaran perminggu.
Program pembelajaran remedial dan pengayaan bagi siswa
belum berjalan secara sistematis sebagaimana mestinya. Bagi
siswa yang dinyatakan belum mencapai nilai ketuntasan minimal
dalam pencapaian kompetensi hanya diberikan kesempatan belajar
sendiri indikator-indikator kompetensi yang belum dikuasai untuk
mempersiapkan
diri
dalam
mengikuti
ulangan
perbaikan.
Pembelajaran remedial dan pengayaan mestinya dilaksanakan
diluar jam pelajaran terjadual disore hari. Hal ini dilakukan untuk
memastikan
tercapainya
pelayanan
kepada
siswa
yang
memerlukan penjelasan ulang tentang kompetensi yang belum
dikuasai ataupun yang ingin dikembangkan.
Kegiatan ekstra kurikuler yang disediakan mengacu kepada
kebutuhan pengembangan pribadi siswa. Program kegiatan ektra
kurikuler yang disediakan diantaranya pembinaan kepramukaan,
PMR, OSIS, LDK, karate, basket dan sepak bola.
Pemenuhan akan kebutuhan pengembangan pribadi siswa
dilakukan dengan menyediakan layanan bimbingan dan konseling
(BK). Jumlah tenaga konseling yang dimiliki berjumlah 4 yang
masing-masing
memiliki
program
rencana
dan
pelaksanaan
layanan BK. Empat guru BK belum sebanding dengan siswa yang
berjumlah 1043 orang. Artinya setiap guru BK memberikan layanan
rata-rata kepada 261 orang siswa. Dalam hal ini setidaknya sekolah
masih membutuhkan tenaga konseling sebanyak 1 atau 2 orang
guru BK.
2. Standar Proses
6
Silabus yang dikembangkan oleh guru-guru berdasarkan
Standar Isi (SI), Standar Kompetensi Lulusan (SKL), dan panduan
penyusunan KTSP. Kegiatan penyusunan dan pengembangkan
silabus dilakukan secara mandiri ataupun berkelompok dalam
pertemuan MGMP sekolah ataupun MGMP mata pelajaran. Diakui
bahwa
silabus
yang
dikembangkan
oleh
guru-guru
belum
sepenuhnya berasal dari hasil pemikiran sendiri namun sebahagian
masih
mencontoh
silabus
dari
sekolah-sekolah
lain
dengan
beberapa perbaikan-perbaikan.
Kegiatan pembelajaran yang dirancang dalam silabus belum
membagi ke dalam bentuk tatap muka (TM), penugasan terstruktur
(PT) dan kegiatan mandiri tidak terstruktur (KMTT).
Guru-guru memiliki rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
yang
disusun
berdasarkan
pada
prinsip-prinsip
perencanaan
pembelajaran baik mata pelajaran muatan nasional ataupun mata
pelajaran muatan lokal. Seperti halnya dengan silabus, kegiatan
penyusunan RPP juga dilakukan oleh guru-guru secara mandiri
ataupun berkelompok dalam pertemuan MGMP sekolah ataupun
MGMP mata pelajaran. RPP yang disusun guru sebahagian masih
meng-copy paste RPP sekolah lain dengan beberapa perubahanperubahan. Namun tentu ada juga beberapa guru yang telah
menyusun RPP
berdasarkan
hasil pemikiran
sendiri
ataupun
kelompok dengan memperhatikan lingkungan sekolah atau siswa,
nilai-nilai,
dan
norma-norma
yang
ada
dalam
masyarakat
Jeneponto.
Metode
pembelajaran
yang
dirancang
guru-guru
dalam
silabus dan RPP sebahagian sudah menggunakan metode yang
interaktif,
inspiratif,
menyenangkan,
kreatif,
menantang
dan
memotivasi siswa. Sebahagian guru masih ada yang menggunakan
pembelajaran konvensional dengan model pembelajaran langsung.
Keterbatasan jumlah buku referensi yang dimiliki sekolah
mengakibat-kan terbatasnya sumber belajar dari buku. Kebijakan
7
pelarangan penjualan buku paket di sekolah dan terbatasnya
anggaran pengadaan buku paket sangat merugikan siswa sendiri.
Buku-buku yang disediakan sekolah paling lama bertahan satu atau
dua tahun dimanfaatkan oleh siswa. Umur penggunaan buku-buku
paket yang singkat sangat terkait dengan kepribadian siswa yang
senang merusak atau menghilangkan buku-buku yang dipinjamkan.
Untuk meningkatkan mutu pelaksanaan proses pembelajaran
di kelas, pengawas, kepala SMPN 1 Binamu, wakil kepala sekolah
dan guru senior yang berkompeten, melakukan supervisi dan
evaluasi proses pembelajaran. Hanya saja kegiatan supervisi belum
dilakukan secara berkala dan berkelanjutan.
3. Standar Kompetensi Lulusan
Perolehan rata-rata nilai ujian nasional tahun pelajaran
2009/2010 dan tahun 2010/2011 untuk masing-masing mata
pelajaran berturut-turut Bahasa Indonesia 6,47 dan 5,62, Bahasa
Inggris 7,27 dan 8,13, Matematika 7,41 dan 8,24 serta IPA 7,81 dan
7,95. Kecuali untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, dapat
dikatakan bahwa hasil ini menggambarkan adanya peningkatan
pencapaian kompetensi siswa artinya siswa sudah memperlihatkan
kemajuan yang lebih baik dalam mencapai target yang ditetapkan
SKL.
Untuk mengembangkan nilai-nilai agama khusunya Islam dan
budaya masyarakat Jeneponto, SMPN 1 Binamu melaksanakan
kegiatan pesantren kilat setiap bulan ramadhan bekerja sama
dengan pondok pesantren IMMIM Putra Makassar. Selain itu,
sekolah membudayakan saling memberi salam setiap bertemu,
baik guru ataupun siswa.
4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Jumlah
guru
yang
mencapai
54
orang
dan
tenaga
administrasi sekolah sebanyak 20 orang sudah memenuhi standar
jumlah pendidik dan tenaga kependidikan sekolah. Guru yang
sudah berkualifikasi minimal S1 sebanyak 93% sedangkan pegawai
8
administrasi berkualifikasi S1 sebanyak 15%, SMA sebanyak 80%
dan SMP sebanyak 5%.
Standar kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan SMPN
1 Binamu belum terukur karena belum ada hasil penilaian yang
mengukur berapa tingkat pencapaian kompetensi masing-masing.
5. Standar Sarana dan Prasarana
SMPN 1 Binamu memiliki luas lahan 8065 m 2 dengan jumlah
gedung sebanyak 13 unit yang terdiri dari 2 unit gedung berlantai
dua dan 11 unit gedung berlantai satu.
Ruang kelas yang digunakan sebagai tempat proses belajar
mengajar sebanyak 30 ruang kelas dengan luas masing-masing 63
m2 per ruang kelas. Setiap ruang kelas masing-masing memiliki
satu white board dan black board, satu meja dan kursi guru,
masing-masing satu meja dan kursi untuk setiap siswa.
Ruang guru berukuran (18 7) m2 memuat 35 pasang meja
dan kursi guru, 1 papan white board, satu meja panjang dan 4 kursi
untuk tempat pimpinan rapat pertemuan, 1 set kursi dan meja
tamu, 1 kamar kecil (WC), 2 rak buku, 6 lemari buku, 1 set sound
system dan 1 buah jam dinding.
Ruang perpustakaan terdiri dari dua unit dengan luas masingmasing (1015) m2. Jumlah buku teks pelajaran masih kurang dari
jumlah siswa.
Laboratorium yang dimiliki terdiri dari laboratorium fisika,
biologi, bahasa dan komputer. Laboratorium komputer memiliki
jaringan LAN yang terkoneksi dengan jaringan internet speedy
schoolnet dari jardiknas dan dilengkapi dengan 2 buah pendingin
udara.
Ruang kepala sekolah berukuran (45)m2 terdapat 1 kamar
kecil (WC), 2 lemari buku, 1 pasang meja dan kursi kepala sekolah,
1 set kursi tamu, 1 lemari piala, 1 set komputer PC, dan 1
pendingin udara.
9
Ruang wakil kepala sekolah berukuran (45)m2 terdapat 5
pasang meja dan kursi, 1 set komputer PC, 3 buah lemari buku, 1
pendingin udara dan dilengkapi dengan jaringan internet speedy
schoolnet.
Sarana dan prasana sekolah lainnya adalah ruang tata usaha,
ruang guru BK, ruang UKS, kantin, mushallah, kantin kejujuran,
gudang, jamban (WC) siswa.
6. Standar Pengelolaan
Visi dan misi serta tujuan pendidikan SMP Negeri 1 Binamu
sudah disosialisasikan kepada warga sekolah, masyarakat ataupun
pemangku
kepentingan
melalui
beberapa
cara
diantaranya
menuliskannya ditembok dinding sekolah, dipasang di blog guru,
dan melalui persuratan.
Rencana kerja sekolah (RKS), rencana kerja tahunan (RKT)
ataupun
rencana
kerja
jangka
menengah
(RKJM)
belum
disosialisasikan kepada warga sekolah. Demikian pula dengan
rencana
kegiatan
dan
anggaran
sekolah
(RKAS)
belum
disosialisasikan kepada warga sekolah. Sekolah belum pernah
melakukan pengisian EDS sehingga RKAS yang disusun masih
mengacu pada cara lama namun sudah mengelompokkan ke dalam
delapan standar.
Kegiatan supervisi belum dilaksanakan secara berkala dan
berkelanjutan sehingga masih sulit untuk mengukur dan menilai
kinerja untuk melakukan perbaikan-perbaikan terutama dalam
peningkatan hasil belajar siswa.
Pengumpulan dan penggunaan data sudah menggunakan
sistem informasi berbasis ICT program office. Sebagian data dan
informasi
sekolah
dapat
diakses
melalui
telepon,
jardiknas
Jeneponto ataupun blog guru.
7. Standar Pembiayaan
SMPN 1 Binamu mempunyai RKAS namun hanya disusun oleh
kepala sekolah, beberapa guru dan bendahara sekolah. Penyusunan
10
RKAS belum melibatkan secara langsung pihak komite sekolah
ataupun pemangku kepentingan yang relevan, namun demikian
tetap mempertimbangkan usulan-usulannya.
Sumber keuangan sekolah masih tergantung pada bantuan
pemerintah berupa dana BOS APBN dan dana pendidikan gratis
pemerintah provinsi Sulawesi Selatan dan pemerintah kabupaten
Jeneponto. Sekolah belum mampu untuk mencari sumber keuangan
lain
misalnya
dengan
membangun
kerja
sama
yang
saling
menguntungkan dengan dunia usaha dan industri.
Penyusunan rencana keuangan sekolah belum dilakukan
secara transparan, efisien dan akuntabel. Laporan keuangan
sekolah hanya ditujukan kepada pemerintah sebagai pemberi dana.
8. Standar Penilaian Pendidikan
Sebagian guru mata pelajaran sudah menyusun perencanaan
penilaian berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
KKM
yang telah ditetapkan oleh
masing-masing guru mata
pelajaran diinformasikan oleh sebagian guru kepada siswa diawal
pertemuan tatap muka dan sebagiannya menginformasikan KKM
sebelum pelaksanaan setiap ulangan harian.
Guru melaksanakan penilaian melalui pelaksanaan ulangan
harian,
ulangan
tengah
semester,
ulangan
akhir
semester,
kenaikan kelas, ujian sekolah dan ujian nasional. Penilaian melalui
ulangan harian kadang tidak dilaksanakan berdasarkan rencana
yang telah dibuat oleh sebahagian guru.
Hasil penilaian sebahagian guru pada pelaksanaan ulangan
harian
ataupun
tugas-tugas
pekerjaan
rumah
ditambahkan
informasi berupa komentar dan masukan untuk perbaikan. Setiap
guru menyampaikan hasil penilaian sikap dan akademik siswa
kepada kepala sekolah melalui wakil kepala sekolah urusan
kurikulum.
Hasil penilaian dijadikan dasar bagi sebahagian guru sebagai
koreksi untuk melakukan perbaikan pembelajaran berikutnya.
11
B. Profil SMPN Khusus Jeneponto
SMPN Khusus Jeneponto yang berlokasi di jalan Kesehatan
nomor 101 Bontosunggu kecamatan Binamu didirikan berdasarkan
surat keputusan Bupati Jeneponto nomor 134/VIII/2007 tahun 2007
bersama dua sekolah lainnya yaitu SLB Pembina dan SMAN Khusus
Jeneponto. Ketiga sekolah ini dipimpin oleh satu orang kepala
sekolah yang kini dijabat oleh H. Saripuddin D.
SMPN Khusus Jeneponto dibangun untuk membina khususnya
putra-putri Jeneponto yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata.
Kebijakan
pemerintah
kabupaten
Jeneponto
dalam
pendirian
sekolah ini dimaksudkan untuk menjamin pembinaan siswa-siswa
cerdas menjadi putra Jeneponto yang
unggul sebagai pattabba’
(penembak).
Kinerja SMPN Khusus Jeneponto dilihat dari pencapaian
delapan standar pendidikan dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Standar Isi
SMPN Khusus Jeneponto telah memiliki kurikulum sendiri
yang dikembangkan dengan menggunakan panduan yang disusun
BSNP dengan mempertimbangkan karakter daerah, kebutuhan
sosial
masyarakat,
kondisi
budaya,
usia
peserta
didik,
dan
kebutuhan pembelajaran. Mata pelajaran bahasa daerah Makassar
dan baca tulis al-qur’an adalah mata pelajaran muatan lokal
sekolah yang merupakan kebutuhan sosial masyarakat Jeneponto
yang mayoritas beragama Islam yang ingin melestrasikan bahasa
daerah Makassar.
Kurikulum sekolah memuat 10 mata pelajaran muatan
nasional dan dua mata pelajaran muatan lokal. Alokasi waktu mata
pelajaran Pendidikan Agama, PKn, Seni Budaya, Penjas, TIK, Bahasa
Daerah Makassar dan BTQ masing-masing 2 jam pelajaran. Mata
pelajaran yang diujinasionalkan yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa
Inggris, Matematika dan IPA masing-masing 4 jam pelajaran.
Sedangkan mata pelajaran IPS diberikan alokasi waktu terbanyak
12
yaitu 6 jam pelajaran dengan pertimbangan mata pelajaran IPS
mempelajari tiga materi pokok
yakni ekonomi, sejarah dan
geografi. Pengembangan diri memperoleh alokasi waktu ekuivalen
dengan 2 jam pelajaran. Satu jam pelajaran setara dengan 40
menit. Jumlah jam pelajaran perminggu 3 jam per kelas, sehingga
total jumlah jam pelajaran tatap muka sebanyak 36 jam pelajaran
per rombel 3 rombel = 108 jam pelajaran perminggu.
Sama dengan di SMPN 1 Binamu, program pembelajaran
remedial dan pengayaan bagi siswa SMPN Khusus juga belum
berjalan secara sistematis sebagaimana mestinya. Bagi siswa yang
dinyatakan belum mencapai nilai ketuntasan minimal dalam
pencapaian
kompetensi
hanya
diberikan
kesempatan
belajar
sendiri indikator-indikator kompetensi yang belum dikuasai untuk
mempersiapkan
diri
dalam
mengikuti
ulangan
perbaikan.
Pembelajaran remedial dan pengayaan mestinya dilaksanakan
diluar jam pelajaran secara terjadual disore hari. Hal ini dilakukan
untuk memastikan tercapainya pelayanan kepada siswa yang
memerlukan penjelasan ulang tentang kompetensi yang belum
dikuasai ataupun yang ingin dikembangkan.
Kegiatan ekstra kurikuler yang disediakan mengacu kepada
kebutuhan pengembangan pribadi siswa. Program kegiatan ektra
kurikuler yang disediakan yakni pembinaan kepramukaan, PMR,
OSIS, LDK, karate, basket, bulutangkis, tenis meja, futsal dan
pembinaan kultum keagamaan.
Pemenuhan akan kebutuhan pengembangan pribadi siswa
dilakukan dengan menyediakan layanan bimbingan dan konseling
(BK). Jumlah tenaga konseling yang dimiliki satu orang melayani 60
orang siswa.
2. Standar Proses
Silabus yang dikembangkan oleh guru-guru berdasarkan
Standar Isi (SI), Standar Kompetensi Lulusan (SKL), dan panduan
penyusunan KTSP. Kegiatan penyusunan dan pengembangkan
13
silabus dilakukan secara mandiri ataupun berkelompok dalam
pertemuan MGMP sekolah ataupun MGMP mata pelajaran. Silabus
yang dikembangkan oleh guru-guru belum sepenuhnya berasal dari
hasil pemikiran sendiri namun sebahagian masih mencontoh
silabus dari sekolah-sekolah lain dengan beberapa perbaikanperbaikan.
Kegiatan pembelajaran yang dirancang dalam silabus belum
membagi ke dalam bentuk tatap muka (TM), penugasan terstruktur
(PT) dan kegiatan mandiri tidak terstruktur (KMTT).
Guru-guru memiliki rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
yang
disusun
berdasarkan
pada
prinsip-prinsip
perencanaan
pembelajaran baik mata pelajaran muatan nasional ataupun mata
pelajaran muatan lokal. Seperti halnya dengan silabus, kegiatan
penyusunan RPP juga dilakukan oleh guru-guru secara mandiri
ataupun berkelompok dalam pertemuan MGMP sekolah ataupun
MGMP mata pelajaran. RPP yang disusun guru sebahagian masih
meng-copy paste RPP sekolah lain dengan beberapa perubahanperubahan. Namun tentu ada juga beberapa guru yang telah
menyusun RPP
berdasarkan
hasil pemikiran
sendiri
ataupun
kelompok dengan memperhatikan lingkungan sekolah atau siswa,
nilai-nilai,
dan
norma-norma
yang
ada
dalam
masyarakat
Jeneponto.
Metode
pembelajaran
yang
dirancang
guru-guru
dalam
silabus dan RPP sudah menggunakan metode yang interaktif,
inspiratif, menyenangkan, kreatif, menantang dan memotivasi
siswa.
Jumlah buku referensi yang dimiliki sekolah masih sangat
sedikit mengakibatkan terbatasnya sumber belajar dari buku.
Pemerintah daerah yang mengeluarkan kebijakan pelarangan
penjualan buku paket di sekolah memberi dampak kepada motivasi
siswa dan orang tua untuk membeli buku paket sendiri. Pemenuhan
buku paket siswa terbentur pada terbatasnya anggaran pengadaan
14
buku paket yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat ataupun
daerah.
Untuk meningkatkan mutu pelaksanaan proses pembelajaran
di kelas, pengawas, kepala SMPN Khusus dibantu wakil kepala
sekolah melakukan supervisi dan evaluasi proses pembelajaran.
Hanya saja kegiatan supervisi belum dilakukan secara berkala dan
berkelanjutan.
3. Standar Kompetensi Lulusan
Perolehan rata-rata nilai ujian nasional tahun pelajaran
2009/2010 dan tahun 2010/2011 untuk masing-masing mata
pelajaran berturut-turut Bahasa Indonesia 7,44 dan 8,48, Bahasa
Inggris 8,14 dan 9,08, Matematika 7,10 dan 8,90 serta IPA 7,99 dan
8,49. Perolehan rata-rata nilai UN memperlihatkan tingginya
peningkatan untuk setiap mata pelajaran. Rata-rata nilai UN semua
mata pelajaran tahun 2009/2010 adalah 7,67 dan tahun 2010/2011
adalah 8,74. Dapat dikatakan bahwa hasil ini menggambarkan
adanya peningkatan pencapaian kompetensi siswa artinya siswa
sudah memperlihatkan kemajuan yang jauh lebih baik dalam
mencapai target yang ditetapkan SKL.
Untuk mengembangkan nilai-nilai agama khusunya Islam dan
budaya masyarakat Jeneponto, SMPN Khusus juga melaksanakan
kegiatan
pesantren
kilat
setiap
bulan
ramadhan.
Kegiatan
pesantren dikelola oleh pengurus OSIS dan dikoordinir oleh guru
agama Islam. Selain itu, sekolah membudayakan saling memberi
salam setiap bertemu, baik guru ataupun siswa.
4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Jumlah guru yang dimiliki sebanyak 18 orang dan tenaga
administrasi sekolah sebanyak 10 orang sudah memenuhi standar
jumlah pendidik dan tenaga kependidikan sekolah. Guru yang
berkualifikasi S1 sebanyak 67%, berkualifikasi S2 sebanyak 33%.
Sedangkan pegawai administrasi berkualifikasi S1 sebanyak 20%
dan SMA sebanyak 80%.
15
Standar kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan SMPN
Khusus Jeneponto belum terukur karena belum ada hasil penilaian
yang mengukur berapa tingkat pencapaian kompetensi masingmasing.
5. Standar Sarana dan Prasarana
Ruang kelas yang digunakan sebagai tempat proses belajar
mengajar sebanyak 3 ruang kelas dengan luas masing-masing 63
m2 per ruang kelas. Setiap ruang kelas masing-masing memiliki
satu white board, satu meja dan kursi guru, serta 20 meja dan kursi
untuk siswa.
Ruang guru berukuran (9 7) m2 memuat 7 pasang meja dan
kursi guru, 1 papan white board, 6 lemari buku, dan 1 buah jam
dinding.
Ruang perpustakaan yang berukuran (10 15) m2 yang
dibangun
khusus
untuk
kegiatan
perpustakaan
sekolah
sebahagiannya dimanfaatkan untuk fungsi laboratorium komputer.
Jumlah buku teks pelajaran ataupun buku bacaan umum masih
sangat kurang. Laboratorium komputer memuat 12 unit komputer
tetapi
sebahagiannya
sudah
ada
yang
tidak
berfungsi.
Laboratorium lain yang dimiliki hanya laboratorium IPA dan Bahasa.
Ruang kepala sekolah berukuran (45)m2 terdapat 1 kamar
kecil (WC), 2 lemari buku, 1 pasang meja dan kursi kepala sekolah,
1 set kursi tamu, 1 set komputer PC, dan 1 pendingin udara.
Sedangkan ruang wakil kepala sekolah berukuran (7 6)m2
terdapat 5 pasang meja dan kursi, 2 buah lemari buku,
Sarana dan prasana sekolah lainnya adalah ruang tata usaha,
ruang guru BK, ruang UKS, mushallah, kantin kejujuran, jamban
(WC) siswa, lapangan olahraga, rumah guru dan asrama siswa.
6. Standar Pengelolaan
Visi dan misi serta tujuan pendidikan SMPN Khusus Jeneponto
sudah disosialisasikan kepada warga sekolah, masyarakat ataupun
16
pemangku kepentingan melalui rapat komite sekolah dan melalui
persuratan.
Rencana kerja sekolah (RKS), rencana kerja tahunan (RKT)
ataupun rencana kerja jangka menengah (RKJM) disosialisasikan
kepada warga sekolah. Demikian pula dengan rencana kegiatan
dan anggaran sekolah (RKAS). RKAS yang disusun berdasarkan
rekomendasi dari evaluasi diri sekolah (EDS) yang mengacu pada
pengelompokan ke dalam delapan standar pendidikan.
Kegiatan supervisi belum dilaksanakan secara berkala dan
berkelanjutan sehingga masih sulit untuk mengukur dan menilai
kinerja untuk melakukan perbaikan-perbaikan terutama dalam
peningkatan hasil belajar siswa.
Pengumpulan dan penggunaan data sudah menggunakan
sistem informasi berbasis ICT program office. Sebagian data dan
informasi
sekolah
dapat
diakses
melalui
telepon,
jardiknas
Jeneponto ataupun blog SMPN Khusus Jeneponto.
7. Standar Pembiayaan
SMPN Khusus Jeneponto mempunyai RKAS yang disusun oleh
kepala
sekolah
dan
guru-guru
dengan
mempertimbangkan
masukan-masukan dari siswa dan komite sekolah.
Sumber keuangan sekolah masih tergantung pada bantuan
pemerintah berupa dana BOS APBN dan dana pendidikan gratis
pemerintah provinsi Sulawesi Selatan dan pemerintah kabupaten
Jeneponto. Sekolah belum mampu untuk mencari sumber keuangan
lain
misalnya
dengan
membangun
kerja
sama
yang
saling
menguntungkan dengan dunia usaha dan industri.
Penyusunan rencana keuangan sekolah belum dilakukan
secara transparan, efisien dan akuntabel. Laporan keuangan
sekolah hanya ditujukan kepada pemerintah sebagai pemberi dana.
8. Standar Penilaian Pendidikan
Sebagian guru mata pelajaran sudah menyusun perencanaan
penilaian berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
17
KKM
yang telah ditetapkan oleh
masing-masing guru mata
pelajaran diinformasikan oleh sebagian guru kepada siswa diawal
pertemuan tatap muka dan sebagiannya menginformasikan KKM
sebelum pelaksanaan setiap ulangan harian.
Guru melaksanakan penilaian melalui pelaksanaan ulangan
harian,
ulangan
tengah
semester,
ulangan
akhir
semester,
kenaikan kelas, ujian sekolah dan ujian nasional. Penilaian melalui
ulangan harian kadang tidak dilaksanakan berdasarkan rencana
yang telah dibuat oleh sebahagian guru.
Hasil penilaian sebahagian guru pada pelaksanaan ulangan
harian
ataupun
tugas-tugas
pekerjaan
rumah
ditambahkan
informasi berupa komentar dan masukan untuk perbaikan. Setiap
guru menyampaikan hasil penilaian sikap dan akademik siswa
kepada kepala sekolah melalui wakil kepala sekolah urusan
kurikulum.
Hasil penilaian dijadikan dasar bagi sebahagian guru sebagai
koreksi untuk melakukan perbaikan pembelajaran berikutnya.
C. Permasalahan yang Ditemukan di Lapangan
Pelaksanaan kegiatan on the job learning bagi peserta diklat
calon kepala sekolah di sekolah-sekolah magang merupakan
pembelajaran dan arena latihan dalam melakoni sebagian peran
dan fungsi seorang kepala sekolah. Penulis sudah berusaha
beradaptasi dengan warga sekolah tempat magang tetapi ternyata
melakoni peran kepala sekolah bukanlah hal mudah. Tak jarang
kami menemukan beberapa permasalahan.
Masalah-masalah
tersebut
diantaranya
adalah
kurang
tersedianya data-data atau informasi yang penulis butuhkan untuk
memenuhi
tagihan-tagihan
OJL.
Masalah
lainnya
adalah
pelaksanaan OJL di sekolah lain yang kadang mengganggu proses
belajar mengajar di sekolah sendiri karena meninggalkan tugas
mengajar di sekolah. Keadaan ini sulit dihindari karena tidak
adanya guru pengganti di sekolah sendiri.
BAB III
RENCANA TINDAK KEPEMIMPINAN
18
A. Meningkatkan Kompetensi Tenaga Administrasi Sekolah
(TAS) dalam Mengelola Administrasi Kepegawaian
melalui Peran Kepala Sekolah Sebagai Manajer.
1. Rasional
Tenaga administrasi sekolah (TAS) mempunyai peranan yang
penting dalam membantu mengembangkan sekolah menjadi lebih
maju dan berkualitas. Tenaga administrasi sekolah berfungsi
sebagai juru kelola administrasi sekolah yang berkaitan dengan
pengelolaan data siswa, data pendidik dan tenaga kependidikan,
persuratan, arsip, administrasi sarana-prasarana, dan administrasi
keuangan. TAS juga berperan aktif dalam memberikan pelayanan
administrasi kepada seluruh pihak yang berkepentingan.
Kedudukan dan peran tenaga administrasi yang begitu
penting dalam pengelolaan suatu sekolah sehingga pemerintah
melalui permendiknas nomor 24 tahun 2008 menetapkan standar
tenaga
administrasi
sekolah.
Standar
ini
mengatur
tentang
kualifikasi dan kompetensi minimal yang harus dipenuhi oleh
seorang tenaga administrasi sekolah.
Ketersediaan tenaga administrasi merupakan modal sumber
daya yang harus dikelola secara optimal oleh kepala sekolah.
Sebagai seorang manajer, kepala sekolah harus mampu mengelola
TAS dan ketatausahaan dalam mendukung pencapaian tujuan
sekolah yang sudah ditetapkan.
2. Kompetensi Tenaga Administrasi Sekolah
Kompetensi adalah kemampuan melaksanakan tugas yang
diperoleh melalui pendidikan dan/atau latihan. Kompetensi dapat
pula dimaknai sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai
dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak
(Junaidi dalam Herry, 2011). Sedangkan tenaga administrasi
sekolah adalah tenaga kependidikan pada satuan pendidikan yang
bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan,
pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses
pendidikan pada satuan pendidikan.
19
Dengan menggabungkan dua pengertian di atas dapat
dikatakan bahwa kompetensi tenaga administrasi sekolah (TAS)
adalah
kemampuan
yang
diperoleh
TAS
melalui
pendidikan
dan/atau latihan untuk melaksanakan tugas-tugas administrasi,
pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis
untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.
Sedangkan
menurut
Syaefuddin
(dalam
Risnawati,
2003)
memberikan pengertian kompetensi tenaga administrasi sekolah
sebagai
kemampuan
untuk
melaksanakan
tugas,
peran
dan
kemampuan mengintegrasikan pengetahuan yang didasarkan pada
pengalaman dan pembelajaran yang dilakukan dalam pelaksanaan
pekerjaannya yang dituntut dalam kecakapan teknis operasional
atau teknis administratif di sekolah.
Kompetensi
standar
yang
harus
dimiliki
oleh
tenaga
administrasi sekolah diatur dalam permendiknas nomor 24 tahun
2008.
Dalam
administrasi
permendiknas
sekolah
tersebut
dipetakan
ke
kompetensi
dalam
empat
tenaga
dimensi
kompetensi yaitu kompetensi kepribadian, sosial, teknis dan
manajerial.
Untuk
dapat
memperjelas
komponen
dimensi
kompetensi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Dimensi
kompetensi
kepribadian
meliputi:
kompetensi
memiliki integritas dan akhlak mulia, etos kerja, pengendalian
diri, rasa percaya diri, fleksibilitas, ketelitian, kedisiplinan,
kreativitas dan inovasi, serta tanggung jawab.
b. Dimensi kompetensi sosial meliputi: kompetensi bekerja
dalam
tim,
memberikan
berorganisasi,
pelayanan
berkomunikasi
efektif,
prima,
kesadaran
dan
membangun
meliputi:
kompetensi
hubungan kerja.
c. Dimensi
kompetensi
teknis
melaksanakan administrasi kepegawaian, keuangan, sarana
prasarana,
persuratan
hubungan
dan
sekolah
pengarsipan,
dengan
administrasi
masyarakat,
kesiswaaan,
20
administrasi kurikulum, administrasi layanan khusus, dan
penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
d. Dimensi kompetensi manajerial (khusus bagi kepala tenaga
administrasi
sekolah)
meliputi:
kompetensi
mendukung
pengelolaan standar nasional pendidikan, menyusun program
dan laporan kerja, mengorganisasikan staf, mengembangkan
staf, mengambil keputusan, menciptakan iklim kerja yang
kondusif,
mengoptimalkan
pemanfaatan
sumberdaya,
membina staf, mengelola konflik, dan menyusun laporan.
Masing-masing kompetensi ini dalam permendikas nomor 24
tahun 2008 kemudian dijabarkan dalam sub kompetensi yang lebih
rinci agar dapat dilaksanakan sesuai dengan tugas dan fungsi
dalam setiap jenis
dan
jabatan administrasi
sekolah
dalam
menunjang proses pembelajaran di sekolah.
3. Administrasi Kepegawaian
Kegiatan administrasi kepegawaian sekolah dapat dibagi
menjadi tiga bidang administrasi sebagai berikut :
a. Bidang administrasi material yaitu kegiatan administrasi yang
menyangkut bidang-bidang materi seperti: ketatausahaan
sekolah, administrasi keuangan, alat-alat perlengkapan.
b. Bidang administrasi personal, yang mencakup di dalamnya
persoalan guru dan pegawai sekolah dan sebagainya.
c. Bidang administrasi kurikulum, yang mencakup didalamnya
pelaksanaan kurikulum, pembinaan kurikulum, penyusunan
silabus, perisapan harian, dan sebagainya
Administrasi kepegawaian yang dimaksudkan dalam tulisan
ini
administrasi
personal
pegawai
sekolah
dalam
bidang
pengelolaan administrasi kepegawaian.
4. Kepala Sekolah Sebagai Manajer
Wahyudi (2009) memberikan pengertian manajemen sebagai
suatu proses merencanakan, mengorganisasi, melaksanakan, dan
mengevaluasi
usaha
para
anggota
organisasi
serta
21
mendayagunakan seluruh sumberdaya organisasi dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dikatakan proses karena
semua manajer dengan ketangkasan dan keterampilan yang
dimilikinya
mengusahakan
dan
mendayagunakan
berbagai
kegiatan yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan.
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai
manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk
mendayagunakan tenaga kependidikan (TAS) melalui kerjasama,
memberi kesempatan kepada para guru untuk meningkatkan
profesinya,
dan
mendorong
keterlibatan
seluruh
tenaga
kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program
sekolah.
Memberdayakan
tenaga
administrasi
melalui
kerjasama
dimaksudkan bahwa dalam peningkatan profesonalisme tenaga
administrasi,
kepala
sekolah
harus
mementingkan
kerjasama
dengan tenaga administasi dan pihak lain yang terkait dalam
melaksanakan setiap kegiatan. Sebagai manajer, kepala sekolah
harus mau dan mampu mendayagunakan seluruh sumber daya
sekolah dalam rangka mewujudkan visi, misi dan mencapai tujuan.
Kepala sekolah harus mampu bekerja melalui pembantupembantunya
(wakil-wakil),
serta
berusaha
untuk
senantiasa
mempertanggungjawabkan setiap tindakannya. Kepala sekolah
juga harus mampu menghadapi berbagai persoalan di sekolah,
berfikir secara analitik dan konseptual, dan harus senantiasa
berusaha menjadi penengah dalam memecahkan berbagai masalah
yang dihadapi oleh guru dan tenaga administrasi yang menjadi
bawahannya serta berusaha mengambil keputusan yang dapat
memuaskan bagi semua.
Kepala sekolah sebagai manajer harus memberi kesempatan
kepada para guru dan tenaga administrasi untuk meningkatkan
profesinya.
memberikan
Kepala
sekolah
kesempatan
harus
kepada
bersikap
seluruh
demokratis
guru
dan
dan
tenaga
22
administrasi untuk mengembangkan potensinya secara optimal
misalnya melalui penataran, kegiatan MGMP ataupun lokakarya
berdasarkan bidangnya masing-masing.
Sebagai
manajer,
kepala
sekolah
juga
harus
mampu
mendorong keterlibatan seluruh komponen sekolah dalam setiap
kegiatan sekolah. Keterlibatan dan partisipasi aktif mereka akan
sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan kegiatan-kegiatan
sekolah.
5. Kerangka Pemikiran
Kompetensi yang diatur dalam peraturan menteri pendidikan
nasional nomor 24 tahun 2008 merupakan kompetensi standar
atau
kompetensi
administrasi
minimal
sekolah.
yang
harus
Kenyataan
dimiliki
di
oleh
tenaga
sekolah-sekolah
memperlihatkan banyaknya tenaga administrasi sekolah yang
memiliki
kompetensi
di
bawah
standar
kompetensi
yang
diharapkan. Hal ini terjadi karena proses perekrutan mereka
menjadi tenaga administrasi sekolah tidak mengacu kepada
pemenuhan
kompetensi
berdasarkan
permendiknas
tersebut.
Mereka diangkat menjadi pegawai administrasi jauh sebelum
diterbitkannya permendiknas tersebut. Akibatnya, pengelolaan
administrasi kepegawaian tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Kompetensi tenaga administrasi sekolah harus berkembang
mengikuti
perubahan
khususnya
dan
dan
kemajuan
kemajuan
dibidang
dibidang
teknologi
pendidikan
informasi
dan
komunikasi umumnya. Tingkat kompetensi yang dimiliki tenaga
administrasi
dalam
mengelola
administrasi
sekolah
ikut
menentukan keberhasilan sekolah dalam mencapai tujuannya.
Ketersediaan sumberdaya tenaga administrasi dalam jumlah
yang memadai di sekolah sudah merupakan satu modal besar
untuk
dapat
dikelola
secara
optimal.
Kompetensi
tenaga
administrasi yang belum memenuhi standar dapat dikembangkan
menjadi tenaga administrasi yang memenuhi standar melalui
pengelolaan dan pembimbingan yang terarah oleh kepala sekolah.
23
Sebagai manajer, kepala sekolah mempunyai kewajiban mengelola
staf
administrasi
untuk
mengarahkan,
memberdayakan,
menggerakkan dan mengembangkan guna membantu mencapai
tujuan sekolah yang telah ditetapkan.
Uraian di atas menggambarkan pentingnya peran kepala
sekolah sebagai manajer dalam mengelola sumberdaya tenaga
administrasi guna membantu mengembangkan dan meningkatkan
kompetensinya
menjadi
tenaga
administrasi
yang
memenuhi
standar TAS.
B. Implementasi Program
1.
Rancangan tindakan siklus 1
Pada
tahap
rancangan
tindakan
siklus
1,
dilakukan
penyusunan atau pengadaan instrumen-instrumen yang akan
digunakan pada tahap pelaksanaan tindakan siklus 1. Adapun
kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan antara lain
adalah sebagai berikut:
a. Menyusun
instrumen
identifikasi
kompetensi
tenaga
administrasi sekolah (TAS) dalam mengelola administrasi
kepegawaian.
b. Mengidentifikasi
kompetensi
TAS
dalam
mengelola
administrasi kepegawaian melalui pengisian instrumen.
c. Memilih
tenaga
diberdayakan
melakukan
administrasi
membantu
pembimbingan
calon
atau
guru
kepala
terhadap
yang
dapat
sekolah
dalam
tenaga
administrasi
berdasarkan kompetensi yang perlu ditingkatkan.
d. Menyusun instrumen monitoring dan evaluasi pelaksanaan
tindakan siklus 1.
2.
Pelaksanaan tindakan siklus 1
Kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan siklus 1
yaitu melakukan pembimbingan tenaga administrasi berda
ADMINISTRASI SEKOLAH (TAS) DALAM
MENGELOLA ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN
MELALUI PERAN KEPALA SEKOLAH
SEBAGAI MANAJER
Disusun sebagai laporan akhir kegiatan On The Job
Learning pada Pendidikan dan Pelatihan Calon
Kepala Sekolah
Periode : 15 September s/d 15 November 2011
Nama
: Drs. H. SYARIFUDDIN, M. Pd.
Unit Kerja : SMP NEGERI 1 BINAMU
NIP
: 19690101 199412 1 007
PILOTING PROGRAM PENYIAPAN CALON KEPALA
SEKOLAH
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
KABUPATEN JENEPONTO
PROVINSI SULAWESI SELATAN
TAHUN 2011
Kata Pengantar
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta
alam dan segala isinya, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Shalawat
dan
taslim
senantiasa
tercurah
atas
junjungan
Nabiyyullah Muhammad SAW. Berkat curahan rahmat dan kasih
sayang Allah SWT jualah, sehingga laporan akhir kegiatan On The
Job Learning (OJL) pada Pendidikan dan Pelatihan Calon Kepala
Sekolah
yang
Administrasi
berjudul
Sekolah
“Meningkatkan
(TAS)
Dalam
Kompetensi
Mengelola
Tenaga
Administrasi
Kepegawaian Melalui Peran Kepala Sekolah Sebagai Manajer” ini
dapat diselesaikan dengan baik.
Dalam proses penyusunan hingga penyelesaian laporan ini,
merupakan suatu pengalaman dan pelajaran yang sangat berharga
bagi penulis. Walau diakui terasa sangat melelahkan, namun berkat
bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak, khususnya
Bapak dan Ibu pendamping Diklat, Alhamdulillah akhirnya laporan
kegiatan OJL ini selesai juga. Oleh karena itu, penulis merasa
berkewajiban untuk menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus
kepada Dr. Andi Muliati, MM., Ir. A. Makmur, M. Sc., Ph. D., Drs. Yuli
Cahyono, M. Pd., dan Drs. Ahkam Zubair, M. Pd. atas bimbingan
dan arahannya.
Demikian pula ucapan terima kasih yang tak terhingga
penulis haturkan kepada Drs. H. Mukhtar Nonci, S. Sos., M. Pd.
selaku Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten
Jeneponto yang telah banyak membantu sejak awal seleksi sampai
pelaksanaan diklat selesai. Ucapan terima kasih juga penulis
haturkan kepada Dra. Hj. Rahmawati, M.Si. selaku Kepala Bidang
ketenagaan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten
Jeneponto yang menjadi penanggungjawab pelaksanaan diklat
calon kepala sekolah yang telah banyak membantu sejak seleksi
sampai pelaksanaan diklat selesai.
ii
Ucapan terima
kasih penulis
sampaikan pula kepada
Ferawati Azis, SS., M. Pd. selaku Kepala Seksi Diklat Bidang
Ketenagaan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten
Jeneponto yang menjadi ketua pelaksana diklat. Beliau telah
banyak membantu dan melayani peserta diklat sejak awal seleksi
sampai kegiatan diklat calon kepala sekolah selesai dilaksanakan.
Ucapan terima kasih terkhusus penulis sampaikan kepada
Drs. Syahrir Saini sebagai Kepala SMP Negeri 1 Binamu dan H.
Saripuddin D., S. Pd., SE., MM. Sebagai Kepala SMP Negeri Khusus
Jeneponto yang telah banyak membantu, memberikan masukan
dan bimbingan selama pelaksanaan magang pada kegiatan OJL.
Teristimewa, ucapan terima kasih penulis haturkan kepada
adinda Rahmawati Sainong, S. Pd. sebagai guru yunior SMPN 1
Binamu
yang
bersedia
diobservasi
pada
kegiatan
supervisi
akademik peserta diklat calon kepala sekolah.
Tak terlupakan, ucapan terima kasih penulis sampaikan pula
kepada guru-guru dan pegawai SMPN 1 Binamu dan SMPN Khusus
Jeneponto yang telah banyak membantu memberikan data dan
informasi kepada penulis dalam melakukan kajian-kajian dan
pelaksanaan rencana tindak kepemimpinan calon kepala sekolah.
Terakhir, ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis
sampaikan kepada semua teman peserta diklat calon kepala
sekolah kabupaten Jeneponto tahun 2011 atas kerja sama yang
terbangun selama ini mulai dari awal seleksi sampai kegiatan OJL
berakhir.
Kiranya laporan kegiatan OJL ini dapat bermanfaat, dan
semoga
segala
bantuan,
pengorbanan
dan
dorongan
yang
diberikan oleh berbagai pihak, mendapat ganjaran dan pahala dari
Allah SWT, Amin.
Penulis,
iii
Daftar Isi
Halaman
Halaman Judul .............................................................................
i
Kata Pengantar ............................................................................
ii
Daftar Lampiran............................................................................
v
BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................
1
A. Latar Belakang..................................................................
1
B. Tujuan ............................................................................3
C. Kompetensi Sasaran .........................................................
3
BAB II. KONDISI NYATA SEKOLAH MAGANG ..................................
4
A. Profil SMPN 1 Binamu........................................................
4
B. Profil SMPN Khusus Jeneponto.......................................... 10
C. Permasalahan yang di Temukan di Lapangan................... 16
BAB III. RENCANA TINDAK KEPEMIMPINAN ................................... 17
A.
Meningkatkan Kompetensi Tenaga Administrasi
Sekolah (TAS) dalam Mengelola Administrasi
Kepegawaian melalui Peran Kepala Sekolah Sebagai
Manajer............................................................................
17
B.
Implementasi Program..........................................
21
C. Peningkatan Kompetensi Hasil AKPK di SMP Negeri
Khusus Jeneponto ...........................................................
25
Kajian Hasil On The Job Learning (OJL) ................
D.
27
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 30
A. Kesimpulan ........................................................................ 30
B. Saran - Saran .................................................................... 30
iv
Daftar Lampiran
Nomor
Halaman
1. Rencana Tindak Kepemimpinan ......................................... 32
2. Instrumen Indentifikasi Kompetensi TAS Mengelola
Administrasi Kepegawaian ................................................. 36
3. Instrumen Monitoring dan Evaluasi 1 Kompetensi TAS
Mengelola Administrasi Kepegawaian................................. 38
4. Instrumen Monitoring dan Evaluasi 2 Kompetensi TAS
Mengelola Administrasi Kepegawaian ................................ 40
5. Analisis hasil indentifikasi Kompetensi TAS Mengelola
Administrasi Kepegawaian ................................................. 42
6. Analisis hasil Monitoring dan Evaluasi 1 Kompetensi TAS
Mengelola Administrasi Kepegawaian................................. 50
7. Analisis hasil Monitoring dan Evaluasi 2 Kompetensi TAS
Mengelola Administrasi Kepegawaian ................................ 58
8. Analisis hasil indentifikasi Kompetensi TAS Mengelola
Administrasi Kepegawaian Sekolah Magang lain ............... 66
9. Analisis hasil Monitoring dan Evaluasi Kompetensi TAS
Mengelola Administrasi Kepegawaian Sekolah Magang lain
........................................................................................72
10. Daftar Hadir Pembimbingan TAS Mengelola Administrasi
Kepegawaian ..................................................................... 78
11. Foto-foto Kegiatan Pembimbingan TAS Mengelola Administrasi
Kepegawaian ..................................................................... 81
12. Laporan Pelaksanaan Supervisi Akademik/Observasi Guru
Yunior
13. Laporan Hasil Kajian RKS-RKJM
14. Laporan Hasil Kajian Pengelolaan Kurikulum
15. Laporan Hasil Kajian Pengelolaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan
16. Laporan Hasil Kajian Sarana dan Prasarana Sekolah
17. Laporan Hasil Kajian Pengelolaan Peserta Didik
18. Laporan Hasil Kajian Pengelolaan Keuangan
19. Laporan Hasil Kajian Pembinaan TAS
20. Laporan Hasil Kajian Pemanfaatan TIK dalam Pembelajaran
21. Laporan Hasil Kajian Monitoring dan Evaluasi Program
22. Hasil Penyusunan Silabus, RPP dan Bahan Ajar
23. Dafar Hadir dalam Kegiatan On The Job Learning (OJL)
24. Foto-foto Kegiatan di Sekolah Magang
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah sebagai tempat pelaksanaan proses belajar mengajar
perlu dikelola secara baik dan benar. Keberhasilan suatu sekolah
mencapai tujuan yang diharapkan sangat tergantung kepada
bagaimana model pengelolaan terhadap segala sumber daya yang
dimiliki sekolah tersebut. Sumber daya sekolah yang memadai
bukan jaminan akan mewujudkan harapan-harapan warga sekolah
yang telah dirumuskan menjadi tujuan sekolah tersebut jika kepala
sekolah sebagai pimpinan tidak mampu melaksanakan tugas pokok
dan fungsinya dengan baik.
Kepala sekolah adalah guru yang diserahi tugas tambahan
untuk
memimpin
dan
mengelola
sekolah
dalam
upaya
meningkatkan mutu pendidikan. Sebagai seorang guru, kepala
sekolah sejatinya
adalah juga pendidik
yang harus mampu
membina guru-guru disekolahnya menjadi guru kreatif dan selalu
melakukan inovasi dalam pembelajaran. Dengan adanya tugas
tambahan tersebut, kepala sekolah tidak hanya dituntut untuk
membina guru saja, tetapi lebih dari itu, juga dituntut untuk
membina dan mengelola seluruh komponen sekolah lainnya seperti
tenaga
adminstrasi
sekolah,
tenaga
perpustakaan,
tenaga
laboratorium dan lain sebagainya. Tuntutan-tuntutan ini adalah
merupakan tugas-tugas yang baru bagi seorang guru yang diserahi
tugas tambahan kepala sekolah. Disisi lain, tujuan utama sekolah
berupa peningkatan mutu pendidikan hanya dapat diraih jika
seluruh komponen sekolah dapat melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya masing-masing melalui pembinaan dan pengelolaan
seorang kepala sekolah yang profesional.
Karena begitu banyaknya tugas-tugas baru seorang kepala
sekolah
maka
untuk
menjadi
seorang
kepala
sekolah
yang
profesional tentu tidaklah mudah. Diperlukan waktu yang cukup
1
untuk belajar bagaimana melaksanakan tugas-tugas yang baru
tersebut. Pelatihan, pembimbingan dan pembinaan bagi calon
kepala sekolah merupakan upaya-upaya yang mesti dilakukan oleh
pihak terkait dalam rangka melahirkan pemimpin sekolah yang
berkualitas
yang
diharapkan
mampu
untuk
memimpin
dan
mengelola sekolah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.
Peraturan
menteri
pendidikan
nasional
(permendikas)
Republik Indonesia nomor 28 tahun 2010 tentang penugasan guru
sebagai kepala sekolah memberikan angin segar bagi peningkatan
profesionalisme seorang kepala sekolah ataupun calon kepala
sekolah.
Dalam permendiknas tersebut dijelaskan bahwa seorang guru
yang telah dinyatakan lulus seleksi calon kepala sekolah diharuskan
mengikuti pendidikan dan pelatihan sebagai kegiatan pemberian
pengalaman pembelajaran teoretik maupun praktik yang bertujuan
untuk
menumbuhkembangkan
keterampilan
pada
pengetahuan,
dimensi-dimensi
sikap
kompetensi
dan
kepribadian,
manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial.
Berdasarkan permendiknas nomor 13 tahun 2007 tentang
standar
kompetensi
kompetensi
kepala
manajerial
sekolah
kepala
sekolah
menetapkan
dimensi
merupakan
dimensi
kompetensi yang menuntut 16 kompetensi. Jumlah kompetensi ini
merupakan jumlah terbanyak dibandingkan dengan kompetensi
pada dimensi kompetensi kepribadian, kewirausahaan, supervisi
dan
sosial.
Tingkat
mengarahkan,
mengembangakan
kemampuan
memberdayakan,
sumber
daya
kepala
sekolah
dalam
menggerakkan,
dan
sekolah
dalam
usaha
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah sangat bergantung
kepada kompetensi manajerial seorang kepala sekolah.
SMPN 1 Binamu sebagai sekolah tempat mengajar penulis
misalnya, memiliki 20 tenaga kependidikan yang berfungsi sebagai
tenaga administrasi sekolah merupakan SDM yang cukup untuk
2
terlibat dalam usaha meningkatkan pelayanan pendidikan menuju
peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Namun kenyataannya,
SDM yang demikian besar seakan tidur tanpa memperlihatkan
prestasi kerjanya. Berdasarkan hasil pengamatan penulis selama
mengabdi di SMPN 1 Binamu, menemukan beberapa tenaga
administrasi sekolah hanya datang kemudian pulang tanpa berbuat
sesuatu. Sebahagian lagi malas masuk kantor dengan alasan tidak
ada yang mereka bisa kerjakan.
Pendidikan dan pelatihan yang dijalani calon kepala sekolah
dalam kegiatan tatap muka (in servis-1) dalam kurun waktu 70 jam
merupakan modal awal untuk menjalani praktek lapangan on the
job learning (OJL) selama kurang lebih 3 bulan. Kegiatan OJL
penting bagi peserta diklat untuk mempraktekkan kompetensi yang
telah
dipelajari
selama
kegiatan
tatap
muka.
Dalam
OJL
dipraktekkan bagaimana mengkaji pengelolaan kurikulum sekolah,
RKAS/RKJM, pengelolaan keuangan, produksi dan jasa, pembinaan
tenaga administrasi sekolah, pengelolaan peserta didik, sarana dan
prasarana, pengelolaan pendidikan dan tenaga kependidikan,
pemanfaatan TIK, monitoring dan evaluasi serta program supervisi
akademik.
Sehubungan
dengan
hasil
penilaian
analisis
kebutuhan
pengembangan keprofesian (AKPK) penulis sebagai peserta diklat
calon kepala sekolah yang menemukan kelemahan terbanyak pada
dimensi manajerial, maka penulis akan mengangkat tema tulisan
yang terkait dengan dimensi manajerial kepala sekolah.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas,
maka
penulis
mengangkat
tema
tulisan
dengan
judul
“Meningkatkan Kompetensi Tenaga Administrasi Sekolah (TAS)
dalam Mengelola Administrasi Kepegawaian melalui Peran Kepala
Sekolah Sebagai Manajer”
B. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai berdasarkan tema yang diangkat
dalam tulisan ini adalah:
3
1. Untuk mengetahui tingkat kompetensi tenaga administrasi
sekolah (TAS) dalam mengelola administrasi kepegawaian,
2. Untuk meningkatkan kompetensi tenaga administrasi sekolah
(PAS) dalam mengelola administrasi kepegawaian.
C. Kompetensi Sasaran
Berdasarkan hasil analisis AKPK penulis yang menyimpulkan
kelemahan terbesar pada dimensi kompetensi manajerial, maka
sasaran yang ingin dicapai dalam tulisan ini adalah pengembangan
dimensi kompetensi manajerial kepala sekolah melalui pembinaan
tenaga administrasi sekolah (TAS) dalam mengelola administrasi
kepegawaian.
BAB II
KONDISI NYATA SEKOLAH MAGANG
A. Profil SMPN 1 Binamu
SMPN Binamu berlokasi di jalan Lanto Daeng Pasewang no.
32 Bontosunggu kelurahan Empoang kecamatan Binamu yang
diapit oleh dua perkantoran pemerintah yaitu kantor Bupati
Jeneponto dan kantor KPU. Sekolah ini dibangun pada tahun 1960
di atas lahan seluas 8065 m2 dan mulai beroperasi tahun 1961
dengan nama SMP 1 Jeneponto. Sekolah ini merupakan sekolah
tertua di kabupaten Jeneponto untuk sekolah tingkat menengah
pertama
dan
sudah
banyak
mencetak
alumni-alumni
yang
menduduki jabatan-jabatan penting, baik di pemerintahan, legislatif
ataupun diperusahaan-perusahaan swasta.
Tahun pelajaran 2011/2012 ini SMPN 1 Binamu membina
sebanyak 1043 siswa yang terbagi ke dalam 30 rombongan belajar
dengan masing-masing 10 rombongan belajar pertingkatan kelas.
Setiap ruang kelas menampung rata-rata sebanyak 36 siswa.
SMPN 1 Binamu kini memiliki guru sebagai tenaga pendidik
dan tenaga administrasi sekolah yang cukup memadai. Jumlah guru
sebanyak 54 orang dengan rincian 44 guru PNS dan 10 orang non
4
PNS sedang jumlah tenaga asministrasi sebanyak 20 orang yang
terdiri dari 8 orang PNS dan 12 orang non PNS.
Sekolah ini memiliki sarana dan prasana laboratorium yang
cukup yaitu laboratorium Fisika, Biologi, Bahasa dan Komputer.
Sekolah juga memiliki 30 ruang belajar, 1 ruang kepala sekolah, 1
ruang wakil-wakil kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang BK, 2
gedung perpustakaan, 1 ruang multimedia, 1 gedung mushallah, 1
ruang OSIS, 3 kamar WC guru, 10 kamar WC siswa, 1 pos
keamanan, 2 kantin dan 1 aula mini.
Prestasi guru yang diraih SMPN 1 Binamu empat tahun
terakhir yaitu juara I tiga tahun berturut-turut guru berprestasi
tahun 2007-2009 dan juara II tahun 2010 tingkat kabupaten
Jeneponto,
juara
II
inovasi
pembelajaran
tingkat
nasional.
Sedangkan prestasi siswa yaitu juara I lomba mengarang, pidato
(putra dan putri), baca puisi (putra dan putri) pada acara
HARDIKNAS tahun 2009.
Kinerja SMPN 1 Binamu dilihat dari pencapaian delapan
standar pendidikan dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Standar Isi
SMPN 1 Binamu telah memiliki kurikulum sendiri yang
dikembangkan dengan menggunakan panduan yang disusun BSNP
dengan mempertim-bangkan karakter daerah, kebutuhan sosial
masyarakat, kondisi budaya, usia peserta didik, dan kebutuhan
pembelajaran. Mata pelajaran bahasa daerah Makassar dan baca
tulis al-qur’an adalah mata pelajaran muatan lokal sekolah yang
merupakan kebutuhan sosial masyarakat Jeneponto yang mayoritas
beragama Islam yang ingin melestrasikan bahasa daerah Makassar.
Kurikulum sekolah memuat 10 mata pelajaran muatan
nasional dan dua mata pelajaran muatan lokal. Alokasi waktu mata
pelajaran Pendidikan Agama, PKn, Seni Budaya, Penjas, TIK, Bahasa
Daerah Makassar dan BTQ masing-masing 2 jam pelajaran. Mata
pelajaran yang diujinasionalkan yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa
5
Inggris, Matematika dan IPA masing-masing 4 jam pelajaran. Mata
pelajaran IPS juga diberikan alokasi waktu 4 jam pelajaran.
Pengembangan diri memperoleh alokasi waktu ekuivalen dengan 2
jam pelajaran. Satu jam pelajaran setara 40 menit. Jumlah jam
pelajaran perminggu 32 jam pelajaran per kelas, sehingga total
jumlah jam pelajaran tatap muka sebanyak 32 jam pelajaran per
rombel 30 rombel = 960 jam pelajaran perminggu.
Program pembelajaran remedial dan pengayaan bagi siswa
belum berjalan secara sistematis sebagaimana mestinya. Bagi
siswa yang dinyatakan belum mencapai nilai ketuntasan minimal
dalam pencapaian kompetensi hanya diberikan kesempatan belajar
sendiri indikator-indikator kompetensi yang belum dikuasai untuk
mempersiapkan
diri
dalam
mengikuti
ulangan
perbaikan.
Pembelajaran remedial dan pengayaan mestinya dilaksanakan
diluar jam pelajaran terjadual disore hari. Hal ini dilakukan untuk
memastikan
tercapainya
pelayanan
kepada
siswa
yang
memerlukan penjelasan ulang tentang kompetensi yang belum
dikuasai ataupun yang ingin dikembangkan.
Kegiatan ekstra kurikuler yang disediakan mengacu kepada
kebutuhan pengembangan pribadi siswa. Program kegiatan ektra
kurikuler yang disediakan diantaranya pembinaan kepramukaan,
PMR, OSIS, LDK, karate, basket dan sepak bola.
Pemenuhan akan kebutuhan pengembangan pribadi siswa
dilakukan dengan menyediakan layanan bimbingan dan konseling
(BK). Jumlah tenaga konseling yang dimiliki berjumlah 4 yang
masing-masing
memiliki
program
rencana
dan
pelaksanaan
layanan BK. Empat guru BK belum sebanding dengan siswa yang
berjumlah 1043 orang. Artinya setiap guru BK memberikan layanan
rata-rata kepada 261 orang siswa. Dalam hal ini setidaknya sekolah
masih membutuhkan tenaga konseling sebanyak 1 atau 2 orang
guru BK.
2. Standar Proses
6
Silabus yang dikembangkan oleh guru-guru berdasarkan
Standar Isi (SI), Standar Kompetensi Lulusan (SKL), dan panduan
penyusunan KTSP. Kegiatan penyusunan dan pengembangkan
silabus dilakukan secara mandiri ataupun berkelompok dalam
pertemuan MGMP sekolah ataupun MGMP mata pelajaran. Diakui
bahwa
silabus
yang
dikembangkan
oleh
guru-guru
belum
sepenuhnya berasal dari hasil pemikiran sendiri namun sebahagian
masih
mencontoh
silabus
dari
sekolah-sekolah
lain
dengan
beberapa perbaikan-perbaikan.
Kegiatan pembelajaran yang dirancang dalam silabus belum
membagi ke dalam bentuk tatap muka (TM), penugasan terstruktur
(PT) dan kegiatan mandiri tidak terstruktur (KMTT).
Guru-guru memiliki rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
yang
disusun
berdasarkan
pada
prinsip-prinsip
perencanaan
pembelajaran baik mata pelajaran muatan nasional ataupun mata
pelajaran muatan lokal. Seperti halnya dengan silabus, kegiatan
penyusunan RPP juga dilakukan oleh guru-guru secara mandiri
ataupun berkelompok dalam pertemuan MGMP sekolah ataupun
MGMP mata pelajaran. RPP yang disusun guru sebahagian masih
meng-copy paste RPP sekolah lain dengan beberapa perubahanperubahan. Namun tentu ada juga beberapa guru yang telah
menyusun RPP
berdasarkan
hasil pemikiran
sendiri
ataupun
kelompok dengan memperhatikan lingkungan sekolah atau siswa,
nilai-nilai,
dan
norma-norma
yang
ada
dalam
masyarakat
Jeneponto.
Metode
pembelajaran
yang
dirancang
guru-guru
dalam
silabus dan RPP sebahagian sudah menggunakan metode yang
interaktif,
inspiratif,
menyenangkan,
kreatif,
menantang
dan
memotivasi siswa. Sebahagian guru masih ada yang menggunakan
pembelajaran konvensional dengan model pembelajaran langsung.
Keterbatasan jumlah buku referensi yang dimiliki sekolah
mengakibat-kan terbatasnya sumber belajar dari buku. Kebijakan
7
pelarangan penjualan buku paket di sekolah dan terbatasnya
anggaran pengadaan buku paket sangat merugikan siswa sendiri.
Buku-buku yang disediakan sekolah paling lama bertahan satu atau
dua tahun dimanfaatkan oleh siswa. Umur penggunaan buku-buku
paket yang singkat sangat terkait dengan kepribadian siswa yang
senang merusak atau menghilangkan buku-buku yang dipinjamkan.
Untuk meningkatkan mutu pelaksanaan proses pembelajaran
di kelas, pengawas, kepala SMPN 1 Binamu, wakil kepala sekolah
dan guru senior yang berkompeten, melakukan supervisi dan
evaluasi proses pembelajaran. Hanya saja kegiatan supervisi belum
dilakukan secara berkala dan berkelanjutan.
3. Standar Kompetensi Lulusan
Perolehan rata-rata nilai ujian nasional tahun pelajaran
2009/2010 dan tahun 2010/2011 untuk masing-masing mata
pelajaran berturut-turut Bahasa Indonesia 6,47 dan 5,62, Bahasa
Inggris 7,27 dan 8,13, Matematika 7,41 dan 8,24 serta IPA 7,81 dan
7,95. Kecuali untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, dapat
dikatakan bahwa hasil ini menggambarkan adanya peningkatan
pencapaian kompetensi siswa artinya siswa sudah memperlihatkan
kemajuan yang lebih baik dalam mencapai target yang ditetapkan
SKL.
Untuk mengembangkan nilai-nilai agama khusunya Islam dan
budaya masyarakat Jeneponto, SMPN 1 Binamu melaksanakan
kegiatan pesantren kilat setiap bulan ramadhan bekerja sama
dengan pondok pesantren IMMIM Putra Makassar. Selain itu,
sekolah membudayakan saling memberi salam setiap bertemu,
baik guru ataupun siswa.
4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Jumlah
guru
yang
mencapai
54
orang
dan
tenaga
administrasi sekolah sebanyak 20 orang sudah memenuhi standar
jumlah pendidik dan tenaga kependidikan sekolah. Guru yang
sudah berkualifikasi minimal S1 sebanyak 93% sedangkan pegawai
8
administrasi berkualifikasi S1 sebanyak 15%, SMA sebanyak 80%
dan SMP sebanyak 5%.
Standar kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan SMPN
1 Binamu belum terukur karena belum ada hasil penilaian yang
mengukur berapa tingkat pencapaian kompetensi masing-masing.
5. Standar Sarana dan Prasarana
SMPN 1 Binamu memiliki luas lahan 8065 m 2 dengan jumlah
gedung sebanyak 13 unit yang terdiri dari 2 unit gedung berlantai
dua dan 11 unit gedung berlantai satu.
Ruang kelas yang digunakan sebagai tempat proses belajar
mengajar sebanyak 30 ruang kelas dengan luas masing-masing 63
m2 per ruang kelas. Setiap ruang kelas masing-masing memiliki
satu white board dan black board, satu meja dan kursi guru,
masing-masing satu meja dan kursi untuk setiap siswa.
Ruang guru berukuran (18 7) m2 memuat 35 pasang meja
dan kursi guru, 1 papan white board, satu meja panjang dan 4 kursi
untuk tempat pimpinan rapat pertemuan, 1 set kursi dan meja
tamu, 1 kamar kecil (WC), 2 rak buku, 6 lemari buku, 1 set sound
system dan 1 buah jam dinding.
Ruang perpustakaan terdiri dari dua unit dengan luas masingmasing (1015) m2. Jumlah buku teks pelajaran masih kurang dari
jumlah siswa.
Laboratorium yang dimiliki terdiri dari laboratorium fisika,
biologi, bahasa dan komputer. Laboratorium komputer memiliki
jaringan LAN yang terkoneksi dengan jaringan internet speedy
schoolnet dari jardiknas dan dilengkapi dengan 2 buah pendingin
udara.
Ruang kepala sekolah berukuran (45)m2 terdapat 1 kamar
kecil (WC), 2 lemari buku, 1 pasang meja dan kursi kepala sekolah,
1 set kursi tamu, 1 lemari piala, 1 set komputer PC, dan 1
pendingin udara.
9
Ruang wakil kepala sekolah berukuran (45)m2 terdapat 5
pasang meja dan kursi, 1 set komputer PC, 3 buah lemari buku, 1
pendingin udara dan dilengkapi dengan jaringan internet speedy
schoolnet.
Sarana dan prasana sekolah lainnya adalah ruang tata usaha,
ruang guru BK, ruang UKS, kantin, mushallah, kantin kejujuran,
gudang, jamban (WC) siswa.
6. Standar Pengelolaan
Visi dan misi serta tujuan pendidikan SMP Negeri 1 Binamu
sudah disosialisasikan kepada warga sekolah, masyarakat ataupun
pemangku
kepentingan
melalui
beberapa
cara
diantaranya
menuliskannya ditembok dinding sekolah, dipasang di blog guru,
dan melalui persuratan.
Rencana kerja sekolah (RKS), rencana kerja tahunan (RKT)
ataupun
rencana
kerja
jangka
menengah
(RKJM)
belum
disosialisasikan kepada warga sekolah. Demikian pula dengan
rencana
kegiatan
dan
anggaran
sekolah
(RKAS)
belum
disosialisasikan kepada warga sekolah. Sekolah belum pernah
melakukan pengisian EDS sehingga RKAS yang disusun masih
mengacu pada cara lama namun sudah mengelompokkan ke dalam
delapan standar.
Kegiatan supervisi belum dilaksanakan secara berkala dan
berkelanjutan sehingga masih sulit untuk mengukur dan menilai
kinerja untuk melakukan perbaikan-perbaikan terutama dalam
peningkatan hasil belajar siswa.
Pengumpulan dan penggunaan data sudah menggunakan
sistem informasi berbasis ICT program office. Sebagian data dan
informasi
sekolah
dapat
diakses
melalui
telepon,
jardiknas
Jeneponto ataupun blog guru.
7. Standar Pembiayaan
SMPN 1 Binamu mempunyai RKAS namun hanya disusun oleh
kepala sekolah, beberapa guru dan bendahara sekolah. Penyusunan
10
RKAS belum melibatkan secara langsung pihak komite sekolah
ataupun pemangku kepentingan yang relevan, namun demikian
tetap mempertimbangkan usulan-usulannya.
Sumber keuangan sekolah masih tergantung pada bantuan
pemerintah berupa dana BOS APBN dan dana pendidikan gratis
pemerintah provinsi Sulawesi Selatan dan pemerintah kabupaten
Jeneponto. Sekolah belum mampu untuk mencari sumber keuangan
lain
misalnya
dengan
membangun
kerja
sama
yang
saling
menguntungkan dengan dunia usaha dan industri.
Penyusunan rencana keuangan sekolah belum dilakukan
secara transparan, efisien dan akuntabel. Laporan keuangan
sekolah hanya ditujukan kepada pemerintah sebagai pemberi dana.
8. Standar Penilaian Pendidikan
Sebagian guru mata pelajaran sudah menyusun perencanaan
penilaian berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
KKM
yang telah ditetapkan oleh
masing-masing guru mata
pelajaran diinformasikan oleh sebagian guru kepada siswa diawal
pertemuan tatap muka dan sebagiannya menginformasikan KKM
sebelum pelaksanaan setiap ulangan harian.
Guru melaksanakan penilaian melalui pelaksanaan ulangan
harian,
ulangan
tengah
semester,
ulangan
akhir
semester,
kenaikan kelas, ujian sekolah dan ujian nasional. Penilaian melalui
ulangan harian kadang tidak dilaksanakan berdasarkan rencana
yang telah dibuat oleh sebahagian guru.
Hasil penilaian sebahagian guru pada pelaksanaan ulangan
harian
ataupun
tugas-tugas
pekerjaan
rumah
ditambahkan
informasi berupa komentar dan masukan untuk perbaikan. Setiap
guru menyampaikan hasil penilaian sikap dan akademik siswa
kepada kepala sekolah melalui wakil kepala sekolah urusan
kurikulum.
Hasil penilaian dijadikan dasar bagi sebahagian guru sebagai
koreksi untuk melakukan perbaikan pembelajaran berikutnya.
11
B. Profil SMPN Khusus Jeneponto
SMPN Khusus Jeneponto yang berlokasi di jalan Kesehatan
nomor 101 Bontosunggu kecamatan Binamu didirikan berdasarkan
surat keputusan Bupati Jeneponto nomor 134/VIII/2007 tahun 2007
bersama dua sekolah lainnya yaitu SLB Pembina dan SMAN Khusus
Jeneponto. Ketiga sekolah ini dipimpin oleh satu orang kepala
sekolah yang kini dijabat oleh H. Saripuddin D.
SMPN Khusus Jeneponto dibangun untuk membina khususnya
putra-putri Jeneponto yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata.
Kebijakan
pemerintah
kabupaten
Jeneponto
dalam
pendirian
sekolah ini dimaksudkan untuk menjamin pembinaan siswa-siswa
cerdas menjadi putra Jeneponto yang
unggul sebagai pattabba’
(penembak).
Kinerja SMPN Khusus Jeneponto dilihat dari pencapaian
delapan standar pendidikan dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Standar Isi
SMPN Khusus Jeneponto telah memiliki kurikulum sendiri
yang dikembangkan dengan menggunakan panduan yang disusun
BSNP dengan mempertimbangkan karakter daerah, kebutuhan
sosial
masyarakat,
kondisi
budaya,
usia
peserta
didik,
dan
kebutuhan pembelajaran. Mata pelajaran bahasa daerah Makassar
dan baca tulis al-qur’an adalah mata pelajaran muatan lokal
sekolah yang merupakan kebutuhan sosial masyarakat Jeneponto
yang mayoritas beragama Islam yang ingin melestrasikan bahasa
daerah Makassar.
Kurikulum sekolah memuat 10 mata pelajaran muatan
nasional dan dua mata pelajaran muatan lokal. Alokasi waktu mata
pelajaran Pendidikan Agama, PKn, Seni Budaya, Penjas, TIK, Bahasa
Daerah Makassar dan BTQ masing-masing 2 jam pelajaran. Mata
pelajaran yang diujinasionalkan yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa
Inggris, Matematika dan IPA masing-masing 4 jam pelajaran.
Sedangkan mata pelajaran IPS diberikan alokasi waktu terbanyak
12
yaitu 6 jam pelajaran dengan pertimbangan mata pelajaran IPS
mempelajari tiga materi pokok
yakni ekonomi, sejarah dan
geografi. Pengembangan diri memperoleh alokasi waktu ekuivalen
dengan 2 jam pelajaran. Satu jam pelajaran setara dengan 40
menit. Jumlah jam pelajaran perminggu 3 jam per kelas, sehingga
total jumlah jam pelajaran tatap muka sebanyak 36 jam pelajaran
per rombel 3 rombel = 108 jam pelajaran perminggu.
Sama dengan di SMPN 1 Binamu, program pembelajaran
remedial dan pengayaan bagi siswa SMPN Khusus juga belum
berjalan secara sistematis sebagaimana mestinya. Bagi siswa yang
dinyatakan belum mencapai nilai ketuntasan minimal dalam
pencapaian
kompetensi
hanya
diberikan
kesempatan
belajar
sendiri indikator-indikator kompetensi yang belum dikuasai untuk
mempersiapkan
diri
dalam
mengikuti
ulangan
perbaikan.
Pembelajaran remedial dan pengayaan mestinya dilaksanakan
diluar jam pelajaran secara terjadual disore hari. Hal ini dilakukan
untuk memastikan tercapainya pelayanan kepada siswa yang
memerlukan penjelasan ulang tentang kompetensi yang belum
dikuasai ataupun yang ingin dikembangkan.
Kegiatan ekstra kurikuler yang disediakan mengacu kepada
kebutuhan pengembangan pribadi siswa. Program kegiatan ektra
kurikuler yang disediakan yakni pembinaan kepramukaan, PMR,
OSIS, LDK, karate, basket, bulutangkis, tenis meja, futsal dan
pembinaan kultum keagamaan.
Pemenuhan akan kebutuhan pengembangan pribadi siswa
dilakukan dengan menyediakan layanan bimbingan dan konseling
(BK). Jumlah tenaga konseling yang dimiliki satu orang melayani 60
orang siswa.
2. Standar Proses
Silabus yang dikembangkan oleh guru-guru berdasarkan
Standar Isi (SI), Standar Kompetensi Lulusan (SKL), dan panduan
penyusunan KTSP. Kegiatan penyusunan dan pengembangkan
13
silabus dilakukan secara mandiri ataupun berkelompok dalam
pertemuan MGMP sekolah ataupun MGMP mata pelajaran. Silabus
yang dikembangkan oleh guru-guru belum sepenuhnya berasal dari
hasil pemikiran sendiri namun sebahagian masih mencontoh
silabus dari sekolah-sekolah lain dengan beberapa perbaikanperbaikan.
Kegiatan pembelajaran yang dirancang dalam silabus belum
membagi ke dalam bentuk tatap muka (TM), penugasan terstruktur
(PT) dan kegiatan mandiri tidak terstruktur (KMTT).
Guru-guru memiliki rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
yang
disusun
berdasarkan
pada
prinsip-prinsip
perencanaan
pembelajaran baik mata pelajaran muatan nasional ataupun mata
pelajaran muatan lokal. Seperti halnya dengan silabus, kegiatan
penyusunan RPP juga dilakukan oleh guru-guru secara mandiri
ataupun berkelompok dalam pertemuan MGMP sekolah ataupun
MGMP mata pelajaran. RPP yang disusun guru sebahagian masih
meng-copy paste RPP sekolah lain dengan beberapa perubahanperubahan. Namun tentu ada juga beberapa guru yang telah
menyusun RPP
berdasarkan
hasil pemikiran
sendiri
ataupun
kelompok dengan memperhatikan lingkungan sekolah atau siswa,
nilai-nilai,
dan
norma-norma
yang
ada
dalam
masyarakat
Jeneponto.
Metode
pembelajaran
yang
dirancang
guru-guru
dalam
silabus dan RPP sudah menggunakan metode yang interaktif,
inspiratif, menyenangkan, kreatif, menantang dan memotivasi
siswa.
Jumlah buku referensi yang dimiliki sekolah masih sangat
sedikit mengakibatkan terbatasnya sumber belajar dari buku.
Pemerintah daerah yang mengeluarkan kebijakan pelarangan
penjualan buku paket di sekolah memberi dampak kepada motivasi
siswa dan orang tua untuk membeli buku paket sendiri. Pemenuhan
buku paket siswa terbentur pada terbatasnya anggaran pengadaan
14
buku paket yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat ataupun
daerah.
Untuk meningkatkan mutu pelaksanaan proses pembelajaran
di kelas, pengawas, kepala SMPN Khusus dibantu wakil kepala
sekolah melakukan supervisi dan evaluasi proses pembelajaran.
Hanya saja kegiatan supervisi belum dilakukan secara berkala dan
berkelanjutan.
3. Standar Kompetensi Lulusan
Perolehan rata-rata nilai ujian nasional tahun pelajaran
2009/2010 dan tahun 2010/2011 untuk masing-masing mata
pelajaran berturut-turut Bahasa Indonesia 7,44 dan 8,48, Bahasa
Inggris 8,14 dan 9,08, Matematika 7,10 dan 8,90 serta IPA 7,99 dan
8,49. Perolehan rata-rata nilai UN memperlihatkan tingginya
peningkatan untuk setiap mata pelajaran. Rata-rata nilai UN semua
mata pelajaran tahun 2009/2010 adalah 7,67 dan tahun 2010/2011
adalah 8,74. Dapat dikatakan bahwa hasil ini menggambarkan
adanya peningkatan pencapaian kompetensi siswa artinya siswa
sudah memperlihatkan kemajuan yang jauh lebih baik dalam
mencapai target yang ditetapkan SKL.
Untuk mengembangkan nilai-nilai agama khusunya Islam dan
budaya masyarakat Jeneponto, SMPN Khusus juga melaksanakan
kegiatan
pesantren
kilat
setiap
bulan
ramadhan.
Kegiatan
pesantren dikelola oleh pengurus OSIS dan dikoordinir oleh guru
agama Islam. Selain itu, sekolah membudayakan saling memberi
salam setiap bertemu, baik guru ataupun siswa.
4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Jumlah guru yang dimiliki sebanyak 18 orang dan tenaga
administrasi sekolah sebanyak 10 orang sudah memenuhi standar
jumlah pendidik dan tenaga kependidikan sekolah. Guru yang
berkualifikasi S1 sebanyak 67%, berkualifikasi S2 sebanyak 33%.
Sedangkan pegawai administrasi berkualifikasi S1 sebanyak 20%
dan SMA sebanyak 80%.
15
Standar kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan SMPN
Khusus Jeneponto belum terukur karena belum ada hasil penilaian
yang mengukur berapa tingkat pencapaian kompetensi masingmasing.
5. Standar Sarana dan Prasarana
Ruang kelas yang digunakan sebagai tempat proses belajar
mengajar sebanyak 3 ruang kelas dengan luas masing-masing 63
m2 per ruang kelas. Setiap ruang kelas masing-masing memiliki
satu white board, satu meja dan kursi guru, serta 20 meja dan kursi
untuk siswa.
Ruang guru berukuran (9 7) m2 memuat 7 pasang meja dan
kursi guru, 1 papan white board, 6 lemari buku, dan 1 buah jam
dinding.
Ruang perpustakaan yang berukuran (10 15) m2 yang
dibangun
khusus
untuk
kegiatan
perpustakaan
sekolah
sebahagiannya dimanfaatkan untuk fungsi laboratorium komputer.
Jumlah buku teks pelajaran ataupun buku bacaan umum masih
sangat kurang. Laboratorium komputer memuat 12 unit komputer
tetapi
sebahagiannya
sudah
ada
yang
tidak
berfungsi.
Laboratorium lain yang dimiliki hanya laboratorium IPA dan Bahasa.
Ruang kepala sekolah berukuran (45)m2 terdapat 1 kamar
kecil (WC), 2 lemari buku, 1 pasang meja dan kursi kepala sekolah,
1 set kursi tamu, 1 set komputer PC, dan 1 pendingin udara.
Sedangkan ruang wakil kepala sekolah berukuran (7 6)m2
terdapat 5 pasang meja dan kursi, 2 buah lemari buku,
Sarana dan prasana sekolah lainnya adalah ruang tata usaha,
ruang guru BK, ruang UKS, mushallah, kantin kejujuran, jamban
(WC) siswa, lapangan olahraga, rumah guru dan asrama siswa.
6. Standar Pengelolaan
Visi dan misi serta tujuan pendidikan SMPN Khusus Jeneponto
sudah disosialisasikan kepada warga sekolah, masyarakat ataupun
16
pemangku kepentingan melalui rapat komite sekolah dan melalui
persuratan.
Rencana kerja sekolah (RKS), rencana kerja tahunan (RKT)
ataupun rencana kerja jangka menengah (RKJM) disosialisasikan
kepada warga sekolah. Demikian pula dengan rencana kegiatan
dan anggaran sekolah (RKAS). RKAS yang disusun berdasarkan
rekomendasi dari evaluasi diri sekolah (EDS) yang mengacu pada
pengelompokan ke dalam delapan standar pendidikan.
Kegiatan supervisi belum dilaksanakan secara berkala dan
berkelanjutan sehingga masih sulit untuk mengukur dan menilai
kinerja untuk melakukan perbaikan-perbaikan terutama dalam
peningkatan hasil belajar siswa.
Pengumpulan dan penggunaan data sudah menggunakan
sistem informasi berbasis ICT program office. Sebagian data dan
informasi
sekolah
dapat
diakses
melalui
telepon,
jardiknas
Jeneponto ataupun blog SMPN Khusus Jeneponto.
7. Standar Pembiayaan
SMPN Khusus Jeneponto mempunyai RKAS yang disusun oleh
kepala
sekolah
dan
guru-guru
dengan
mempertimbangkan
masukan-masukan dari siswa dan komite sekolah.
Sumber keuangan sekolah masih tergantung pada bantuan
pemerintah berupa dana BOS APBN dan dana pendidikan gratis
pemerintah provinsi Sulawesi Selatan dan pemerintah kabupaten
Jeneponto. Sekolah belum mampu untuk mencari sumber keuangan
lain
misalnya
dengan
membangun
kerja
sama
yang
saling
menguntungkan dengan dunia usaha dan industri.
Penyusunan rencana keuangan sekolah belum dilakukan
secara transparan, efisien dan akuntabel. Laporan keuangan
sekolah hanya ditujukan kepada pemerintah sebagai pemberi dana.
8. Standar Penilaian Pendidikan
Sebagian guru mata pelajaran sudah menyusun perencanaan
penilaian berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
17
KKM
yang telah ditetapkan oleh
masing-masing guru mata
pelajaran diinformasikan oleh sebagian guru kepada siswa diawal
pertemuan tatap muka dan sebagiannya menginformasikan KKM
sebelum pelaksanaan setiap ulangan harian.
Guru melaksanakan penilaian melalui pelaksanaan ulangan
harian,
ulangan
tengah
semester,
ulangan
akhir
semester,
kenaikan kelas, ujian sekolah dan ujian nasional. Penilaian melalui
ulangan harian kadang tidak dilaksanakan berdasarkan rencana
yang telah dibuat oleh sebahagian guru.
Hasil penilaian sebahagian guru pada pelaksanaan ulangan
harian
ataupun
tugas-tugas
pekerjaan
rumah
ditambahkan
informasi berupa komentar dan masukan untuk perbaikan. Setiap
guru menyampaikan hasil penilaian sikap dan akademik siswa
kepada kepala sekolah melalui wakil kepala sekolah urusan
kurikulum.
Hasil penilaian dijadikan dasar bagi sebahagian guru sebagai
koreksi untuk melakukan perbaikan pembelajaran berikutnya.
C. Permasalahan yang Ditemukan di Lapangan
Pelaksanaan kegiatan on the job learning bagi peserta diklat
calon kepala sekolah di sekolah-sekolah magang merupakan
pembelajaran dan arena latihan dalam melakoni sebagian peran
dan fungsi seorang kepala sekolah. Penulis sudah berusaha
beradaptasi dengan warga sekolah tempat magang tetapi ternyata
melakoni peran kepala sekolah bukanlah hal mudah. Tak jarang
kami menemukan beberapa permasalahan.
Masalah-masalah
tersebut
diantaranya
adalah
kurang
tersedianya data-data atau informasi yang penulis butuhkan untuk
memenuhi
tagihan-tagihan
OJL.
Masalah
lainnya
adalah
pelaksanaan OJL di sekolah lain yang kadang mengganggu proses
belajar mengajar di sekolah sendiri karena meninggalkan tugas
mengajar di sekolah. Keadaan ini sulit dihindari karena tidak
adanya guru pengganti di sekolah sendiri.
BAB III
RENCANA TINDAK KEPEMIMPINAN
18
A. Meningkatkan Kompetensi Tenaga Administrasi Sekolah
(TAS) dalam Mengelola Administrasi Kepegawaian
melalui Peran Kepala Sekolah Sebagai Manajer.
1. Rasional
Tenaga administrasi sekolah (TAS) mempunyai peranan yang
penting dalam membantu mengembangkan sekolah menjadi lebih
maju dan berkualitas. Tenaga administrasi sekolah berfungsi
sebagai juru kelola administrasi sekolah yang berkaitan dengan
pengelolaan data siswa, data pendidik dan tenaga kependidikan,
persuratan, arsip, administrasi sarana-prasarana, dan administrasi
keuangan. TAS juga berperan aktif dalam memberikan pelayanan
administrasi kepada seluruh pihak yang berkepentingan.
Kedudukan dan peran tenaga administrasi yang begitu
penting dalam pengelolaan suatu sekolah sehingga pemerintah
melalui permendiknas nomor 24 tahun 2008 menetapkan standar
tenaga
administrasi
sekolah.
Standar
ini
mengatur
tentang
kualifikasi dan kompetensi minimal yang harus dipenuhi oleh
seorang tenaga administrasi sekolah.
Ketersediaan tenaga administrasi merupakan modal sumber
daya yang harus dikelola secara optimal oleh kepala sekolah.
Sebagai seorang manajer, kepala sekolah harus mampu mengelola
TAS dan ketatausahaan dalam mendukung pencapaian tujuan
sekolah yang sudah ditetapkan.
2. Kompetensi Tenaga Administrasi Sekolah
Kompetensi adalah kemampuan melaksanakan tugas yang
diperoleh melalui pendidikan dan/atau latihan. Kompetensi dapat
pula dimaknai sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai
dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak
(Junaidi dalam Herry, 2011). Sedangkan tenaga administrasi
sekolah adalah tenaga kependidikan pada satuan pendidikan yang
bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan,
pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses
pendidikan pada satuan pendidikan.
19
Dengan menggabungkan dua pengertian di atas dapat
dikatakan bahwa kompetensi tenaga administrasi sekolah (TAS)
adalah
kemampuan
yang
diperoleh
TAS
melalui
pendidikan
dan/atau latihan untuk melaksanakan tugas-tugas administrasi,
pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis
untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.
Sedangkan
menurut
Syaefuddin
(dalam
Risnawati,
2003)
memberikan pengertian kompetensi tenaga administrasi sekolah
sebagai
kemampuan
untuk
melaksanakan
tugas,
peran
dan
kemampuan mengintegrasikan pengetahuan yang didasarkan pada
pengalaman dan pembelajaran yang dilakukan dalam pelaksanaan
pekerjaannya yang dituntut dalam kecakapan teknis operasional
atau teknis administratif di sekolah.
Kompetensi
standar
yang
harus
dimiliki
oleh
tenaga
administrasi sekolah diatur dalam permendiknas nomor 24 tahun
2008.
Dalam
administrasi
permendiknas
sekolah
tersebut
dipetakan
ke
kompetensi
dalam
empat
tenaga
dimensi
kompetensi yaitu kompetensi kepribadian, sosial, teknis dan
manajerial.
Untuk
dapat
memperjelas
komponen
dimensi
kompetensi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Dimensi
kompetensi
kepribadian
meliputi:
kompetensi
memiliki integritas dan akhlak mulia, etos kerja, pengendalian
diri, rasa percaya diri, fleksibilitas, ketelitian, kedisiplinan,
kreativitas dan inovasi, serta tanggung jawab.
b. Dimensi kompetensi sosial meliputi: kompetensi bekerja
dalam
tim,
memberikan
berorganisasi,
pelayanan
berkomunikasi
efektif,
prima,
kesadaran
dan
membangun
meliputi:
kompetensi
hubungan kerja.
c. Dimensi
kompetensi
teknis
melaksanakan administrasi kepegawaian, keuangan, sarana
prasarana,
persuratan
hubungan
dan
sekolah
pengarsipan,
dengan
administrasi
masyarakat,
kesiswaaan,
20
administrasi kurikulum, administrasi layanan khusus, dan
penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
d. Dimensi kompetensi manajerial (khusus bagi kepala tenaga
administrasi
sekolah)
meliputi:
kompetensi
mendukung
pengelolaan standar nasional pendidikan, menyusun program
dan laporan kerja, mengorganisasikan staf, mengembangkan
staf, mengambil keputusan, menciptakan iklim kerja yang
kondusif,
mengoptimalkan
pemanfaatan
sumberdaya,
membina staf, mengelola konflik, dan menyusun laporan.
Masing-masing kompetensi ini dalam permendikas nomor 24
tahun 2008 kemudian dijabarkan dalam sub kompetensi yang lebih
rinci agar dapat dilaksanakan sesuai dengan tugas dan fungsi
dalam setiap jenis
dan
jabatan administrasi
sekolah
dalam
menunjang proses pembelajaran di sekolah.
3. Administrasi Kepegawaian
Kegiatan administrasi kepegawaian sekolah dapat dibagi
menjadi tiga bidang administrasi sebagai berikut :
a. Bidang administrasi material yaitu kegiatan administrasi yang
menyangkut bidang-bidang materi seperti: ketatausahaan
sekolah, administrasi keuangan, alat-alat perlengkapan.
b. Bidang administrasi personal, yang mencakup di dalamnya
persoalan guru dan pegawai sekolah dan sebagainya.
c. Bidang administrasi kurikulum, yang mencakup didalamnya
pelaksanaan kurikulum, pembinaan kurikulum, penyusunan
silabus, perisapan harian, dan sebagainya
Administrasi kepegawaian yang dimaksudkan dalam tulisan
ini
administrasi
personal
pegawai
sekolah
dalam
bidang
pengelolaan administrasi kepegawaian.
4. Kepala Sekolah Sebagai Manajer
Wahyudi (2009) memberikan pengertian manajemen sebagai
suatu proses merencanakan, mengorganisasi, melaksanakan, dan
mengevaluasi
usaha
para
anggota
organisasi
serta
21
mendayagunakan seluruh sumberdaya organisasi dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dikatakan proses karena
semua manajer dengan ketangkasan dan keterampilan yang
dimilikinya
mengusahakan
dan
mendayagunakan
berbagai
kegiatan yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan.
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai
manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk
mendayagunakan tenaga kependidikan (TAS) melalui kerjasama,
memberi kesempatan kepada para guru untuk meningkatkan
profesinya,
dan
mendorong
keterlibatan
seluruh
tenaga
kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program
sekolah.
Memberdayakan
tenaga
administrasi
melalui
kerjasama
dimaksudkan bahwa dalam peningkatan profesonalisme tenaga
administrasi,
kepala
sekolah
harus
mementingkan
kerjasama
dengan tenaga administasi dan pihak lain yang terkait dalam
melaksanakan setiap kegiatan. Sebagai manajer, kepala sekolah
harus mau dan mampu mendayagunakan seluruh sumber daya
sekolah dalam rangka mewujudkan visi, misi dan mencapai tujuan.
Kepala sekolah harus mampu bekerja melalui pembantupembantunya
(wakil-wakil),
serta
berusaha
untuk
senantiasa
mempertanggungjawabkan setiap tindakannya. Kepala sekolah
juga harus mampu menghadapi berbagai persoalan di sekolah,
berfikir secara analitik dan konseptual, dan harus senantiasa
berusaha menjadi penengah dalam memecahkan berbagai masalah
yang dihadapi oleh guru dan tenaga administrasi yang menjadi
bawahannya serta berusaha mengambil keputusan yang dapat
memuaskan bagi semua.
Kepala sekolah sebagai manajer harus memberi kesempatan
kepada para guru dan tenaga administrasi untuk meningkatkan
profesinya.
memberikan
Kepala
sekolah
kesempatan
harus
kepada
bersikap
seluruh
demokratis
guru
dan
dan
tenaga
22
administrasi untuk mengembangkan potensinya secara optimal
misalnya melalui penataran, kegiatan MGMP ataupun lokakarya
berdasarkan bidangnya masing-masing.
Sebagai
manajer,
kepala
sekolah
juga
harus
mampu
mendorong keterlibatan seluruh komponen sekolah dalam setiap
kegiatan sekolah. Keterlibatan dan partisipasi aktif mereka akan
sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan kegiatan-kegiatan
sekolah.
5. Kerangka Pemikiran
Kompetensi yang diatur dalam peraturan menteri pendidikan
nasional nomor 24 tahun 2008 merupakan kompetensi standar
atau
kompetensi
administrasi
minimal
sekolah.
yang
harus
Kenyataan
dimiliki
di
oleh
tenaga
sekolah-sekolah
memperlihatkan banyaknya tenaga administrasi sekolah yang
memiliki
kompetensi
di
bawah
standar
kompetensi
yang
diharapkan. Hal ini terjadi karena proses perekrutan mereka
menjadi tenaga administrasi sekolah tidak mengacu kepada
pemenuhan
kompetensi
berdasarkan
permendiknas
tersebut.
Mereka diangkat menjadi pegawai administrasi jauh sebelum
diterbitkannya permendiknas tersebut. Akibatnya, pengelolaan
administrasi kepegawaian tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Kompetensi tenaga administrasi sekolah harus berkembang
mengikuti
perubahan
khususnya
dan
dan
kemajuan
kemajuan
dibidang
dibidang
teknologi
pendidikan
informasi
dan
komunikasi umumnya. Tingkat kompetensi yang dimiliki tenaga
administrasi
dalam
mengelola
administrasi
sekolah
ikut
menentukan keberhasilan sekolah dalam mencapai tujuannya.
Ketersediaan sumberdaya tenaga administrasi dalam jumlah
yang memadai di sekolah sudah merupakan satu modal besar
untuk
dapat
dikelola
secara
optimal.
Kompetensi
tenaga
administrasi yang belum memenuhi standar dapat dikembangkan
menjadi tenaga administrasi yang memenuhi standar melalui
pengelolaan dan pembimbingan yang terarah oleh kepala sekolah.
23
Sebagai manajer, kepala sekolah mempunyai kewajiban mengelola
staf
administrasi
untuk
mengarahkan,
memberdayakan,
menggerakkan dan mengembangkan guna membantu mencapai
tujuan sekolah yang telah ditetapkan.
Uraian di atas menggambarkan pentingnya peran kepala
sekolah sebagai manajer dalam mengelola sumberdaya tenaga
administrasi guna membantu mengembangkan dan meningkatkan
kompetensinya
menjadi
tenaga
administrasi
yang
memenuhi
standar TAS.
B. Implementasi Program
1.
Rancangan tindakan siklus 1
Pada
tahap
rancangan
tindakan
siklus
1,
dilakukan
penyusunan atau pengadaan instrumen-instrumen yang akan
digunakan pada tahap pelaksanaan tindakan siklus 1. Adapun
kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan antara lain
adalah sebagai berikut:
a. Menyusun
instrumen
identifikasi
kompetensi
tenaga
administrasi sekolah (TAS) dalam mengelola administrasi
kepegawaian.
b. Mengidentifikasi
kompetensi
TAS
dalam
mengelola
administrasi kepegawaian melalui pengisian instrumen.
c. Memilih
tenaga
diberdayakan
melakukan
administrasi
membantu
pembimbingan
calon
atau
guru
kepala
terhadap
yang
dapat
sekolah
dalam
tenaga
administrasi
berdasarkan kompetensi yang perlu ditingkatkan.
d. Menyusun instrumen monitoring dan evaluasi pelaksanaan
tindakan siklus 1.
2.
Pelaksanaan tindakan siklus 1
Kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan siklus 1
yaitu melakukan pembimbingan tenaga administrasi berda