UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMAT (1)
KARYA TULIS ILMIAH
Alamat email : mariaangelinajelo1e@gmail.com
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA PADA
MURID KELAS IV SDI NDITO KEC. DETUSOKO
KABUPATEN ENDE TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014
Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir
Mata kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional
Program S-I PGSD Universitas Terbuka
Disusun Oleh :
NAMA
: MARIA ANGELINA JELO
NIM
: 823 629 396
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ UT KUPANG
POKJAR ENDE
2014.1
1
ABSTRAK
JUDUL
: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA PADA MURID
KELAS IV SDI NDITO KEC. DETUSOKO KABUPATEN ENDE TAHUN
PELAJARAN 2013 / 2014
Upaya meningkatkan hasil belajar matematika dengan menggunakan
alat peraga pada murid kelas IV SDI Ndito Kec. Detusoko Kabupaten Ende
tahun pelajaran 2013 / 2014, merupakan salah satu alternatif
penyelesaian masalah pembelajaran yang terjadi di kelas selama ini.
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
meningkatkan
ketuntasan
pembelajaran matematika mengenai penjumlahan bilangan bulat.Untuk
mengetahui hasil belajar murid dengan menggunakan alat peraga.
Model penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas
(PTK) yang terdiri atas 2 siklus. Subyek penelitian adalah murid kelas IV
SDI Ndito Kec. Detusoko Kabupaten Ende tahun pelajaran 2013 / 2014
sebanyak 14 murid. Analisis data menggunakan teknik analisis diskriptif
dengan membandingkan kondisi awal dengan hasil-hasil yang dicapai
pada setiap siklus.
Setelah diadakan perbaikan pembelajaran pada siklus I nilai rata-rata
murid 67,85, artinya belum terjadi perubahan yang maksimal, dari hasil
belajar murid baik yang tuntas belajar maupun nilai rata-rata kelas murid.
Dan dengan hasil yang belum maksimal pada siklus I dan masih banyak
murid yang belum mencapai ketuntasan belajar, maka penulis
merencanakan perbaikan pada siklus II, dan setelah diadakan perbaikan
pembelajaran pada siklus II maka diperoleh rata – rata kelas 72,85.
Dengan demikian menunjukkan ada perubahan yang baik dengan hasil
yang memuaskan.
Kata Kunci : Alat Peraga , PTK, Matematika
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan proses penyesuaian diri secara timbal balik (memberi
dan menerima pengetahuan). Sasaran tugas dan fungsi pendidikan adalah manusia
yang senantiasa tumbuh dan berkembang mulai dari periode kandungan ibu sampai
meninggal dunia. Oleh karena itu, fungsi pendidikan adalah menyediakan fasilitas
yang dapat memungkinkan tugas pendidikan berjalan lancar dan mempersiapkan
peserta didik untuk dapat hidup di kelak kemudian hari dan sebagai sumber peraturan
yang akan digunakan sebagai pegangan hidup dan pegangan langkah pelaksanaan oleh
tenaga pendidik.
Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, untuk membekali murid agar
mampu berpikir logis, analisis, kritis, kreatif serta mampu bekerja sama. Pelajaran
matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan
pendekatan kontekstual melalui pengenalan bangun-bangun dan symbol-symbol serta
ketajaman penalaran yang dapat membantu, memperjelas, dan menyelesaikan
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu penulis sebagai guru tentu
harus mencari cara yang terbaik untuk meningkatkan tahap pemahaman murid dan
untuk membuat efektifnya pengajaran serta berhasilnya tujuan pembelajaran itu
sendiri melalui penggunaan alat peraga untuk meningkatkan hasil belajar murid.
Pada umumnya anak kesulitan dalam memecahkan soal berhitung. Hal ini
disebabkan murid terlebih dahulu merasa ketakutan terhadap kegiatan berhitung.
Selain itu anak kurang berminat terhadap berhitung karena kemampuan intelegensinya
tidak mampu untuk memecahkan soal-soal berhitung. Oleh karena itu mereka sering
mencari kesibukan sendiri dan suka ramai dengan temannya, jika guru menjelaskan di
depan kelas.
Mengingat masalah di atas, apabila tidak segera diatasi dan diselesaikan akan
berakibat munculnya masalah-masalah baru seperti anak akan semakin kesulitan
menerima materi berikutnya dan anak kurang menyenangi pelajaran berhitung
3
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis melakukan refleksi tentang apa
yang terjadi dan mengapa hal tersebut dapat terjadi. Dari hasil diskusi dengan teman
sejawat untuk mengidentifikasi kekurangan dari pembelajaran yang telah penulis
laksanakan terungkap beberapa masalah antara lain :
Guru kurang jelas dalam menyampaikan materi.
Tidak menggunakan alat peraga
Tidak menggunakan metode yang bervariatif
Masih ada murid yang tidak hapal rumus.
Berdasarkan hal tersebut di atas penulis sebagai guru berkewajiban untuk
mencari penyelesaian masalah sedini mungkin agar hasil belajar yang diperoleh murid
lebih meningkat.
2. Analisis Masalah
Berdasarkan data dan fakta yang telah penulis uraikan dan kemukakan di
atas dan didukung melalui diskusi dengan teman sejawat dapat ditentukan beberapa
faktor penyebab murid kurang memahami materi matematika yang telah diajarkan
adalah sebagai berikut : Tidak adanya alat peraga. Metode pengajaran tidak bervariatif
Tidak memberikan contoh yang cukup. Tidak memberikan tugas rumah pada akhir
pelajaran
3. Alternatif Prioritas Pemecahan Masalah
Rendahnya penguasaan materi pembelajaran pendidikan matematika ini
diduga karena guru tidak tepat dalam penerapan metode mengajar dan dan tidak
menggunakan alat peraga yang sesuai dengan materi dan perkembangan murid.
Untuk
meningkatkan
penguasaan
materi
pembelajaran
matematika,
maka
dilaksanakan perbaikan melalui penelitian tindakan kelas (PTK), dan diharapkan
melalui PTK ini mampu meningkatkan keberhasilan dalam pembelajaran tersebut,
sehingga membantu murid dalam mencapai ketuntasan terhadap penguasan materi
yang diberikan.
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
hasil
analisis
yang
penulis
kemukakan
dalam
analisis
permasalahan tersebut di atas penulis dapat merumuskan masalah yaitu :” Apakah
dengan adanya alat peraga, dan memberikan contoh yang cukup, dapat meningkatkan
hasil belajar murid pada materi penjumlahan bilangan bulat?”
C. Tujuan Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini penulis lakukan dengan tujuan untuk
menerapkan suatu model perbaikan pembelajaran, agar hasil belajar murid dapat
meningkat sesuai dengan hasil yang diharapkan, dan secara rinci tujuan penulis
mengadakan perbaikan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk
meningkatkan
ketuntasan
pembelajaran
matematika
mengenai
penjumlahan bilangan bulat.
2. Untuk mengetahui hasil belajar murid dengan menggunakan alat peraga dan
metode yang bervariatif.
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas penulis akan memaparkan manfaat perbaikan
yang penulis laksanakan dalam pelajaran matematika mengenai materi penjumlahan
bilangan bulat di kelas IV adalah sebagi berikut :
Bagi Peneliti :
1. Untuk mengevaluasi diri dalam memilih metode yang tepat.
2. Agar dapat mengelola pembelajaran lebih efisien dan bermakna
3. Agar dapat mengatasi kekurangan dalam melaksanakan proses belajar
mengajar.
Bagi Guru :
1. Kegagalan dalam pembelajaran akan diketahui dengan baik.
2. Dapat dijadikan model pembelajaran pemecahan masalah di kelas masingmasing
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Matematika
Untuk dapat memahami bagaimana hakikatnya matematika, kita dapat
memperhatikan pengertian istilah dan beberapa deskripsi yang diuraikan pada ahli
berikut : Bourne juga memahami matematika sebagai kontruktivisme sosial dengan
penekanannya pada knowing how, yaitu pebelajar dipandang sebagai makhluk yang
aktif dalam mengkontruksi ilmu pengetahuan dengan cara berinteraksi dengan
lingkungannya. Hal ini berbeda dengan pengertian knowing that yang dianut oleh
kaum absoluitis, di mana pebelajar dipandang sebagai makhluk yang pasif dan
seenaknya dapat diisi informasi dari tindakan hingga tujuan (Romberg, T.A. 1992:
752).
Kitcher lebih memfokuskan perhatikannya kepada komponen dalam kegiatan
matematika. (Jackson, 1992:753). Dia mengklaim bahwa matematika terdiri atas
komponen-komponen: bahasa (language) yang dijalankan oleh para matematikawan,
pernyataan (statements) yang digunakan oleh para matematikawan, pertanyaan
(questions) penting yang hingga saat ini belum terpecahkan, alasan (reasonings) yang
digunakan untuk menjelaskan pertanyaan, dan ide matematika itu sendiri. Bahkan
secara lebih luas matematika dipandang sebagai the science of pattern.
Matematika secara umum ditegaskan sebagai penelitian pola dari struktur,
perubahan, dan ruang; tak lebih resmi, seorang mungkin mengatakan adalah penelitian
bilangan dan angka. Dalam pandangan formalis, matematika adalah pemeriksaan
aksioma yang menegaskan struktur abstrak menggunakan logika simbolik dan notasi
matematika; pandangan lain tergambar dalam filosofi matematika.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI), matematika
didefinisikan sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur
operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. (Hasan
Alwi, 2002:723).Berpijak pada uraian tersebut, menurut Sumardyono (2004:28) secara
umum definisi matematika dapat dideskripsikan sebagai berikut, di antaranya
6
1. Matematika sebagai struktur yang terorganisir.
2. Matematika sebagai alat (tool).
3. Matematika sebagai pola pikir deduktif.
4. Matematika sebagai cara bernalar (the way of thinking).
5. Matematika sebagai bahasa artifisal.
6. Matematika sebagai seni yang kreatif.
Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut : Memahami konsep matematika, menjelaskan ketkaitan agar konsep
dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat , efisien dan tepat,
dalam pemecahan
masalah. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat , melakukan
manipulasi matematika dalam membuat generalisasi menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. Memecahkan masalah yang
meliputi
kemampuan
memahami
masalah,
merancang
model
matematika,
menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. Mengkomunikasikan
gagasan dengan simbol, tabel diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan
masalah. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu
memiliki rasa ingin tahu , perhatian dan minat dalam mempelajari matermatika , serta
sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah
B. Alat Peraga
1. Pengertian Alat Peraga
Pengertian alat peraga adalah suatu alat yang dapat memperjelas dan
mempermudah murid dan guru dalam memahami materi pembelajaran. Sebelum kita
membicarakan lebih jauh tentang alat peraga, terlebih dahulu kita harus memahami
pengertian atau definisi alat peraga itu sendiri.
Berbicara tentang alat peraga sebagai media pendidikan dan pengajaran, kita
dapat melihatnya dalam pengertian yang luas maupun terbatas. Berbagai sudut
pandang, maksud atau tujuan tertentu menyebabkan timbulnya berbagai macam
pengertian tentang alat peraga.
7
Berikut pendapat para ahli pendidikan yang menjelaskan pengertian alat
peraga:
Gagne
menempatkan
alat
peraga
sebagai
komponen
sumber,
dia
mendefinisikan alat peraga sebagai: “Komponen sumber belajar di lingkungan
siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar”.
Briggs berpendapat bahwa harus ada sesuatu untuk mengkomunikasikan
materi (pesan kurikuler) supaya terjadi proses belajar, karena itu dia
mendefinisikan alat peraga sebagai “Wahana fisik yang mengandung materi
pembelajaran”.
Yusuf Hadi Miarso melihat alat peraga secara makro dalam keseluruhan sistem
pendidikan sehingga definisinya berbunyi “Segala sesuatu yang dapat
merangsang terjadinya proses belajar”.
Wilbur Schram melihat alat peraga dalam pendidikan sebagai suatu teknik
untuk menyampaikan pesan. Oleh sebab itu dia mendefinisikan alat peraga
sebagai berikut: “Alat peraga adalah teknologi pembawa informasi atau pesan
pembelajaran ”.
2. Tujuan dan Fungsi Alat Peraga
Setelah kita mengetahui pengertian alat peraga secara luas diatas, disini kita
hanya akan membicarakan pengertian alat peraga dalam pengertian terbatas, yaitu
sebagai alat pengajaran. Ini berarti alat bantu yang digunakan oleh guru bertujuan
untuk:
a. Menjelaskan informasi atau pesan pembelajaran.
b. Memberikan tekanan pada bagian-bagian yang penting.
c. Memperjelaskan struktur pengajaran.
d. Memotivasi belajar.
Terlepas dari ragam pengertian tentang alat peraga, jelas dapat disimpulkan
bahwa alat peraga merupakan sebagai alat bantu dalam pembelajaran yang memiliki
fungsi jelas yaitu: menjelaskan, memudahkan siswa memahami konsep/teori, dan
membuat pesan kurikulum yang akan disampaikan kepada siswa menarik, sehingga
motivasi belajar siswa meningkat dan proses belajar dapat lebih efektif dan efisien.
8
Dalam hal ini, kedudukan alat peraga dalam proses belajar mengajar tidaklah berdiri
sendiri. Alat peraga dimanfaatkan oleh guru dalam pembelajaran, tujuannya agar
materi dapat dengan mudah diterima siswa.
Sadiman (1984) mengemukakan ada tiga tahap yang harus diikuti dalam
pemanfataannya, yaitu:
1) Tahap Persiapan, yaitu tahap awal sebelum alat peraga dimanfaatkan dalam
proses pembelajaran.
a) Pemilihan alat peraga disesuaikan dengan materi pembelajaran.
b) Pemilihan alat peraga harus memperhatikan:
Kesederhanaan, hal ini diperhatikan agar siswa mudah memahami
materi yang dipelajari.
Ukuran.
Warna.
2) Tahap Pelaksanaan, yaitu tahap pemanfataan alat peraga dalam kelas.
a) Cara memperhatikan alat peraga, usahakan agar seluruh siswa dapat
melihat.
b) Setiap alat peraga harus mempunyai tujuan tertentu.
c) Jumlah alat peraga yang ditampilkan kepada siswa harus dibatasi, yaitu
dengan memperlihatkan secara satu persatu sesuai dengan materi yang
dijelaskan.
3) Tahap Tindak Lanjut, untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran,
yaitu dengan mengadakan evaluasi.
9
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subyek, Tempat dan Waktu Penelitian, Pihak yang Membantu
1. Subyek
Yang menjadi subyek dalam kegiatan perbaikan pembelajaran adalah murid
kelas IV SDI Ndito Kecamatan Detusoko, Kabupaten Ende dengan jumlah murid : 14
orang dengan rincian 10 orang murid laki – laki dan 4 orang murid perempuan.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Adapun Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, penulis mengadakan penelitian
di SDI Ndito Kecamatan Detusoko Kabupaten Ende. Pelaksanaan perbaikan
pembelajaran dilaksanakan pada bulan Mei, dengan rincian jadwal sebagai berikut
:Siklus I, Senin, 12 Mei 2014 dan Siklus II, Rabu, 14 Mei 2014
3. Pihak yang Membantu
Pelaksanaan kegiatan perbaikan pembelajaran dibantu oleh :
Martinus Angi,S.Pd.SD selaku teman sejawat atau supervesor 2
Willy Wesa,S.Sos selaku supervesor 1.
B. Desain Prosedur Perbaikan Penelitian
1. Siklus I
1) Rencana
Hasil diskusi dengan teman sejawat diperoleh bahwa perlu dilakukan
perbaikan pembelajaran sesuai dengan jadwal dan langkah-langkah yang sesuai
dengan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ). Dengan demikian perlu disusun kegiatan
siklus 1 dan siklus 2 yang terdiri dari rencana, pelaksanaan, pengamatan/pengumpulan
data, instrumen dan refleksi. Adapun prosedur pelaksanaan perbaikan pembelajaran
Matematika pada murid kelas IV SDI Ndito sebagai berikut :
Menyusun RPP didasarkan permasalahan yang diperoleh pada saat pra siklus.
Menyiapkan alat peraga yang sesuai dengan materi pelajaran
Menyiapkan perangkat tes
Menyiapkan alat observasi
2) Pelaksanaan
10
Prosedur pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilakukan dengan kolaborasi
dengan teman sejawat untuk mengidentifikasi masalah yang dihadapi dalam
pembelajaran. Kemudian mendiskusikan cara pemecahan yang terjadi dalam
pembelajaran Matematika. Langkah – langkah kegiatan pada tahap pelaksanaan dapat
dijelaskan sebagai berikut :
Menyiapkan apersepsi dan pemberian motivasi
Menyampaikan kompetensi dasar yang akan dilakukan
Menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan
Tanya jawab dengan murid tentang materi pelajaran
Memberikan tugas kepada tiap-tiap kelompok
Membimbing kelompok tanya jawab
Setiap kelompok membuat laporan hasil diskusi
Mengevaluasi hasil belajar murid
Membuat kesimpulan
Memberikan penguatan kepada murid
Memberikan tugas pekerjaan rumah
3)
4)
Observasi
Melakukan observasi terhadap pembelajaran sesuai dengan kesepakatan
Mengamati kegiatan murid selama proses perbaikan pembelajaran
Refleksi
Melakukan refleksi terhadap pembelajaran
Melakukan refleksi terhadap hasil belajar murid
2. Siklus II
1) Perencanaan
Menganalisis hasil perbaikan pertama (siklus I)
Membuat RPP perbaikan siklus II
Menyiapkan alat peraga yang akan digunakan
Menyiapkan pertanyaan-pertanyaan untuk kegiatan tanya jawab dengan murid
Menentukan pelaksanaan perbaikan
2) Pelaksanaan
11
Menyiapkan apersepsi dan pemberian motivasi
Menyampaikan kompetensi dasar yang akan dilakukan
Menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan
Menyajikan materi
Tanya jawab dengan murid tentang materi pelajaran
Memberikan tugas kepada tiap-tiap kelompok
Membimbing kelompok tanya jawab
Setiap kelompok membuat laporan hasil diskusi
Mengevaluasi hasil belajar murid
Membuat kesimpulan dan rangkuman
Memberikan penguatan kepada murid
Memberikan tugas pekerjaan rumah
3) Observasi
Keaktifan murid
Kerjasama kelompok
Keadaan kelas
Hasil belajar murid
4) Refleksi
Melakukan refleksi terhadap pembelajaran siklus II
Melakukan refleksi terhadap hasil belajar murid siklus II
C. Teknik Analisa Data
Analisis data hasil penelitiaan yang tergolong data kuantitatif dilakukan secara
deskriptif, yakni dengan menghitung ketuntasan klasikal dengan rumus sebagai
berikut:
Ketuntasan Klasikal : =
Jumlah siswa yang tuntas x 100
jumlah siswa keseluruhan
12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. SIKLUS I
Dari hasil pengamatan teman sejawat pada pembelajaran matematika siklus1
diperoleh nilai rata-rata murid 67,85 dan pada siklus 2 nilai rata-rata murid menjadi
72,85 artinya terjadi peningkatan hasil belajar baik dari jumlah murid yang tuntas
belajar maupan nilai rata-rata murid. Perbaikan pembelajaran yang dilakukan penulis
dalam menerapkan pembelajaran matematika dengan penjumlahan bilangan bulat
adalah sebagai berikut :
1) Menjelaskan materi dengan jelas
2) Menggunakan alat peraga yang sesuai dan menarik
3) Melibatkan murid secara aktif dalam proses pembelajaran dengan memberi
contoh yang cukup
4) Memberi latihan-latihan yang cukup
No
1.
Tabel 4.1. Hasil Belajar Murid Pra Siklus dan Siklus I
Pembelajaran Matematika
Nama Murid
Nilai Pra Siklus
Siklus I
Afrensia Y.Pati
50
50
2.
Albertus R.Woge
65
70
3.
Aldolfus S.Rago
70
80
4.
Alexius Mite
76
80
5.
Elias Bhato
56
60
6.
Fidelis F.Gabe
55
55
7.
Kristina Delo
56
50
8.
Maria M.Postania
50
55
9.
Martinus Fua
60
70
10.
Rosa Dalima Mude
56
60
11.
Stefanus Maku
60
70
Ket
13
12.
Salomo Tei
70
90
13.
Valentines Ralo
70
80
14.
Viktorianus Benge
70
80
Jumlah
Rata – rata
864
61, 71
950
67,85
Berdasarkan hasil diskusi dengan sejawat dan supervisor, maka dari data yang
diperoleh dari perbaikan pembelajaran pra siklus dan siklus I yang dilaksanakan
belum menunjukkan kemajuan yang berarti. Hal ini ditunjukkan dengan adanya nilai
rata-rata murid belum mencapai ketuntasan hasil belajar dengan rata-rata 67,85.
Dari hasil nilai sebelum diadakan perbaikan pembelajaran matematika
diperoleh nilai rata-rata 61,71. Dan setelah diadakan perbaikan pembelajaran pada
siklus I nilai rata-rata murid 67,85, artinya belum terjadi perbaikan yang maksimal,
dari hasil belajar murid baik yang tuntas belajar maupun nilai rata-rata kelas murid.
Dan dengan hasil yang belum maksimal pada siklus I dan masih banyak murid yang
belum mencapai ketuntasan belajar, maka penulis merencanakan perbaikan pada
siklus II.
2. SIKLUS II
Berdasrkan hasil evaluasi belajar siklus I dimana di peroleh hasil yang masih
jauh dari harapan sehingga peneliti dengan berkolaborasi bersama teman sejawat
merencanakan untuk melaksanakan kegiatan perbaikan pembelajaran siklus II, dengan
penekanan pada penggunaan alat peraga sebagai media pembelajaran. hal ini di
pandang
perlu agar konsep Matematika yang abstrak akan menjadi konkrit jika
dikaitkan dengan kehidupan murid secara langsung.
Perbaikan
pembelajaran
yang
dilakukan
penulis
dalam
menerapkan
pembelajaran matematika dengan pokok bahasan penjumlahan bilangan bulat adalah
sebagai berikut : Menjelaskan materi dengan jelas, menggunakan alat peraga yang
sesuai dan menarik, melibatkan murid secara aktif dalam proses pembelajaran dengan
memberi contoh yang cukup,memberi latihan - latihan yang cukup. Berikut tabel hasil
evaluasi belajar siklus II.
14
Tabel 4.2. Hasil Belajar Murid Perbaikan Pembelajaran
Matematika Siklus II
No
1.
Nama Murid
Siklus II
Afrensia Y.Pati
60
2.
Albertus R.Woge
70
3.
Aldolfus S.Rago
80
4.
Alexius Mite
80
5.
Elias Bhato
70
6.
Fidelis F.Gabe
65
7.
Kristina Delo
60
8.
Maria M.Postania
75
9.
Martinus Fua
70
10.
Rosa Dalima Mude
70
11.
Stefanus Maku
70
12.
Salomo Tei
90
13.
Valentines Ralo
80
14.
Viktorianus Benge
80
Jumlah
Rata – rata
1020
72,85
Ket
Setelah diadakan perbaikan pembelajaran pada siklus I nilai rata-rata murid
67,85, artinya belum terjadi perubahan yang maksimal, dari hasil belajar murid baik
yang tuntas belajar maupun nilai rata-rata kelas murid. Dan dengan hasil yang belum
maksimal pada siklus I dan masih banyak murid yang belum mencapai ketuntasan
belajar, maka penulis merencanakan perbaikan pada siklus II, dan setelah diadakan
perbaikan pembelajaran pada siklus II maka diperoleh rata – rata kelas 72,85. Dengan
demikian menunjukkan ada perubahan yang baik dengan hasil yang memuaskan.
B. Pembahasan Hasil Perbaikan Pembelajaran
Setelah perbaikan pada siklus 1, nilai yang di peroleh murid dalam perbaikan
pembelajaran tidak memuaskan. Nilai rata-rata keseluruhan murid hanya 61,71 dan
15
dinyatakan belum tuntas. Pembelajaran dinyatakan tuntas apabila hasil penguasaan
murid > 70%. Penulis sebagai pendidik merasa bertanggung jawab untuk
memperbaiki hasil belajar murid yang tidak memuaskan tersebut.
Pada perbaikan pembelajaran siklus 2, penulis menggunakan alat peraga yang
tepat dan menarik, ternyata hasil nilai yang diperoleh murid pada pembelajaran siklus
1 dan siklus 2 dapat
dilihat pada tabel dan grafik diatas. Dalam proses belajar
mengajar di kelas yang efektif, guru harus memperhatikan faktor-faktor yang saling
mempengaruhi, antara lain : penyampaian materi harus jelas dan mudah, pemilihan
metode mengajar yang tepat dan bervariatif, pemilihan media belajar yang tepat,
mudah didapat atau mudah dikenal murid, penggunaan bahasa yang mudah, jelas, dan
lugas, sehingga dapat mudah dimengerti oleh murid, penampilan guru yang menarik
dan tidak membosankan, kondisi kelas harus hidup, tidak statis tapi dinamis.Sebelum
perbaikan nilai yang diperoleh murid sangat tidak memuaskan atau dapat dikatakan
bahwa tidak ada murid yang mencapai ketuntasan. Hal ini disebabkan karena tidak
adanya media gambar atau alat peraga yang digunakan, sehingga tidak adanya
penunjang dalam pembelajaran.
Pada siklus I belum terjadi perubahan yang maksimal pada nilai murid dan masih
sebagian besar murid belum mencapai ketuntasan. Selain itu pada siklus I juga belum
terdapat media gambar atau alat peraga.
Kemudian baru pada siklus II menunjukkan bahwa nilai murid sudah mencapai
ketuntasan dalam materi pembelajaran, karena pada siklus II semua murid sudah hafal
rumus penjumlahan bilangan bulat dan guru sudah menggunakan media gambar atau
alat peraga yang dapat menunjang proses belajar murid.
16
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari perbaikan yang telah dilaksanakan dapat ditarik beberapa kesimpulan
dimana dalam proses belajar mengajar di kelas yang efektif, guru harus
memperhatikan faktor-faktor yang saling mempengaruhi, antara lain :
Penyampaian materi harus jelas dan mudah
Pemilihan metode mengajar yang tepat dan bervariatif
Pemilihan media belajar yang tepat, mudah didapat atau mudah dikenal murid
Penggunaan bahasa yang mudah, jelas, dan lugas, sehingga dapat mudah
dimengerti oleh murid
Penampilan guru yang menarik dan tidak membosankan
Kondisi kelas harus hidup, tidak statis tapi dinamis
17
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut, beberapa hal yang dapat dilakukan oleh guru
dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran Matematika adalah :
1. Memilih strategi pembelajaran yang lebih menarik dengan menggunakan
metode yang bervariasi sehingga siswa tidak bosan dan pembelajaran
menjadi lebih berarti.
2. Memberikan latihan-latihan soal untuk di rumah, agar siswa lebih terampil
dalam menghitung luas segi banyak yang merupkan gabungan dari dua
bangun datar sederhana.
3. Demikian juga, guru perlu bekerja sama dengan baik terhadap orng tua siswa,
agar selalu mendukung kegiatan belajar siswa di rumah.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. (2004). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta.
Muhsetyo dkk. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta.
Heryanto dan H.M. Akib Hamid. (2004). Statistik Dasar Universitas Terbuka. Jakarta.
Tim Bina Karya Guru. (2006). Terampil Berhitung Matematika Untuk SD Kelas IV
Jakarta: Erlangga
Max A. Sobel, Evan M. Malet. (1999). Mengajar Matematika. Jakarta: Erlangga
18
19
Alamat email : mariaangelinajelo1e@gmail.com
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA PADA
MURID KELAS IV SDI NDITO KEC. DETUSOKO
KABUPATEN ENDE TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014
Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir
Mata kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional
Program S-I PGSD Universitas Terbuka
Disusun Oleh :
NAMA
: MARIA ANGELINA JELO
NIM
: 823 629 396
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ UT KUPANG
POKJAR ENDE
2014.1
1
ABSTRAK
JUDUL
: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA PADA MURID
KELAS IV SDI NDITO KEC. DETUSOKO KABUPATEN ENDE TAHUN
PELAJARAN 2013 / 2014
Upaya meningkatkan hasil belajar matematika dengan menggunakan
alat peraga pada murid kelas IV SDI Ndito Kec. Detusoko Kabupaten Ende
tahun pelajaran 2013 / 2014, merupakan salah satu alternatif
penyelesaian masalah pembelajaran yang terjadi di kelas selama ini.
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
meningkatkan
ketuntasan
pembelajaran matematika mengenai penjumlahan bilangan bulat.Untuk
mengetahui hasil belajar murid dengan menggunakan alat peraga.
Model penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas
(PTK) yang terdiri atas 2 siklus. Subyek penelitian adalah murid kelas IV
SDI Ndito Kec. Detusoko Kabupaten Ende tahun pelajaran 2013 / 2014
sebanyak 14 murid. Analisis data menggunakan teknik analisis diskriptif
dengan membandingkan kondisi awal dengan hasil-hasil yang dicapai
pada setiap siklus.
Setelah diadakan perbaikan pembelajaran pada siklus I nilai rata-rata
murid 67,85, artinya belum terjadi perubahan yang maksimal, dari hasil
belajar murid baik yang tuntas belajar maupun nilai rata-rata kelas murid.
Dan dengan hasil yang belum maksimal pada siklus I dan masih banyak
murid yang belum mencapai ketuntasan belajar, maka penulis
merencanakan perbaikan pada siklus II, dan setelah diadakan perbaikan
pembelajaran pada siklus II maka diperoleh rata – rata kelas 72,85.
Dengan demikian menunjukkan ada perubahan yang baik dengan hasil
yang memuaskan.
Kata Kunci : Alat Peraga , PTK, Matematika
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan proses penyesuaian diri secara timbal balik (memberi
dan menerima pengetahuan). Sasaran tugas dan fungsi pendidikan adalah manusia
yang senantiasa tumbuh dan berkembang mulai dari periode kandungan ibu sampai
meninggal dunia. Oleh karena itu, fungsi pendidikan adalah menyediakan fasilitas
yang dapat memungkinkan tugas pendidikan berjalan lancar dan mempersiapkan
peserta didik untuk dapat hidup di kelak kemudian hari dan sebagai sumber peraturan
yang akan digunakan sebagai pegangan hidup dan pegangan langkah pelaksanaan oleh
tenaga pendidik.
Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, untuk membekali murid agar
mampu berpikir logis, analisis, kritis, kreatif serta mampu bekerja sama. Pelajaran
matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan
pendekatan kontekstual melalui pengenalan bangun-bangun dan symbol-symbol serta
ketajaman penalaran yang dapat membantu, memperjelas, dan menyelesaikan
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu penulis sebagai guru tentu
harus mencari cara yang terbaik untuk meningkatkan tahap pemahaman murid dan
untuk membuat efektifnya pengajaran serta berhasilnya tujuan pembelajaran itu
sendiri melalui penggunaan alat peraga untuk meningkatkan hasil belajar murid.
Pada umumnya anak kesulitan dalam memecahkan soal berhitung. Hal ini
disebabkan murid terlebih dahulu merasa ketakutan terhadap kegiatan berhitung.
Selain itu anak kurang berminat terhadap berhitung karena kemampuan intelegensinya
tidak mampu untuk memecahkan soal-soal berhitung. Oleh karena itu mereka sering
mencari kesibukan sendiri dan suka ramai dengan temannya, jika guru menjelaskan di
depan kelas.
Mengingat masalah di atas, apabila tidak segera diatasi dan diselesaikan akan
berakibat munculnya masalah-masalah baru seperti anak akan semakin kesulitan
menerima materi berikutnya dan anak kurang menyenangi pelajaran berhitung
3
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis melakukan refleksi tentang apa
yang terjadi dan mengapa hal tersebut dapat terjadi. Dari hasil diskusi dengan teman
sejawat untuk mengidentifikasi kekurangan dari pembelajaran yang telah penulis
laksanakan terungkap beberapa masalah antara lain :
Guru kurang jelas dalam menyampaikan materi.
Tidak menggunakan alat peraga
Tidak menggunakan metode yang bervariatif
Masih ada murid yang tidak hapal rumus.
Berdasarkan hal tersebut di atas penulis sebagai guru berkewajiban untuk
mencari penyelesaian masalah sedini mungkin agar hasil belajar yang diperoleh murid
lebih meningkat.
2. Analisis Masalah
Berdasarkan data dan fakta yang telah penulis uraikan dan kemukakan di
atas dan didukung melalui diskusi dengan teman sejawat dapat ditentukan beberapa
faktor penyebab murid kurang memahami materi matematika yang telah diajarkan
adalah sebagai berikut : Tidak adanya alat peraga. Metode pengajaran tidak bervariatif
Tidak memberikan contoh yang cukup. Tidak memberikan tugas rumah pada akhir
pelajaran
3. Alternatif Prioritas Pemecahan Masalah
Rendahnya penguasaan materi pembelajaran pendidikan matematika ini
diduga karena guru tidak tepat dalam penerapan metode mengajar dan dan tidak
menggunakan alat peraga yang sesuai dengan materi dan perkembangan murid.
Untuk
meningkatkan
penguasaan
materi
pembelajaran
matematika,
maka
dilaksanakan perbaikan melalui penelitian tindakan kelas (PTK), dan diharapkan
melalui PTK ini mampu meningkatkan keberhasilan dalam pembelajaran tersebut,
sehingga membantu murid dalam mencapai ketuntasan terhadap penguasan materi
yang diberikan.
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
hasil
analisis
yang
penulis
kemukakan
dalam
analisis
permasalahan tersebut di atas penulis dapat merumuskan masalah yaitu :” Apakah
dengan adanya alat peraga, dan memberikan contoh yang cukup, dapat meningkatkan
hasil belajar murid pada materi penjumlahan bilangan bulat?”
C. Tujuan Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini penulis lakukan dengan tujuan untuk
menerapkan suatu model perbaikan pembelajaran, agar hasil belajar murid dapat
meningkat sesuai dengan hasil yang diharapkan, dan secara rinci tujuan penulis
mengadakan perbaikan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk
meningkatkan
ketuntasan
pembelajaran
matematika
mengenai
penjumlahan bilangan bulat.
2. Untuk mengetahui hasil belajar murid dengan menggunakan alat peraga dan
metode yang bervariatif.
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas penulis akan memaparkan manfaat perbaikan
yang penulis laksanakan dalam pelajaran matematika mengenai materi penjumlahan
bilangan bulat di kelas IV adalah sebagi berikut :
Bagi Peneliti :
1. Untuk mengevaluasi diri dalam memilih metode yang tepat.
2. Agar dapat mengelola pembelajaran lebih efisien dan bermakna
3. Agar dapat mengatasi kekurangan dalam melaksanakan proses belajar
mengajar.
Bagi Guru :
1. Kegagalan dalam pembelajaran akan diketahui dengan baik.
2. Dapat dijadikan model pembelajaran pemecahan masalah di kelas masingmasing
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Matematika
Untuk dapat memahami bagaimana hakikatnya matematika, kita dapat
memperhatikan pengertian istilah dan beberapa deskripsi yang diuraikan pada ahli
berikut : Bourne juga memahami matematika sebagai kontruktivisme sosial dengan
penekanannya pada knowing how, yaitu pebelajar dipandang sebagai makhluk yang
aktif dalam mengkontruksi ilmu pengetahuan dengan cara berinteraksi dengan
lingkungannya. Hal ini berbeda dengan pengertian knowing that yang dianut oleh
kaum absoluitis, di mana pebelajar dipandang sebagai makhluk yang pasif dan
seenaknya dapat diisi informasi dari tindakan hingga tujuan (Romberg, T.A. 1992:
752).
Kitcher lebih memfokuskan perhatikannya kepada komponen dalam kegiatan
matematika. (Jackson, 1992:753). Dia mengklaim bahwa matematika terdiri atas
komponen-komponen: bahasa (language) yang dijalankan oleh para matematikawan,
pernyataan (statements) yang digunakan oleh para matematikawan, pertanyaan
(questions) penting yang hingga saat ini belum terpecahkan, alasan (reasonings) yang
digunakan untuk menjelaskan pertanyaan, dan ide matematika itu sendiri. Bahkan
secara lebih luas matematika dipandang sebagai the science of pattern.
Matematika secara umum ditegaskan sebagai penelitian pola dari struktur,
perubahan, dan ruang; tak lebih resmi, seorang mungkin mengatakan adalah penelitian
bilangan dan angka. Dalam pandangan formalis, matematika adalah pemeriksaan
aksioma yang menegaskan struktur abstrak menggunakan logika simbolik dan notasi
matematika; pandangan lain tergambar dalam filosofi matematika.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI), matematika
didefinisikan sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur
operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. (Hasan
Alwi, 2002:723).Berpijak pada uraian tersebut, menurut Sumardyono (2004:28) secara
umum definisi matematika dapat dideskripsikan sebagai berikut, di antaranya
6
1. Matematika sebagai struktur yang terorganisir.
2. Matematika sebagai alat (tool).
3. Matematika sebagai pola pikir deduktif.
4. Matematika sebagai cara bernalar (the way of thinking).
5. Matematika sebagai bahasa artifisal.
6. Matematika sebagai seni yang kreatif.
Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut : Memahami konsep matematika, menjelaskan ketkaitan agar konsep
dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat , efisien dan tepat,
dalam pemecahan
masalah. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat , melakukan
manipulasi matematika dalam membuat generalisasi menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. Memecahkan masalah yang
meliputi
kemampuan
memahami
masalah,
merancang
model
matematika,
menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. Mengkomunikasikan
gagasan dengan simbol, tabel diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan
masalah. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu
memiliki rasa ingin tahu , perhatian dan minat dalam mempelajari matermatika , serta
sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah
B. Alat Peraga
1. Pengertian Alat Peraga
Pengertian alat peraga adalah suatu alat yang dapat memperjelas dan
mempermudah murid dan guru dalam memahami materi pembelajaran. Sebelum kita
membicarakan lebih jauh tentang alat peraga, terlebih dahulu kita harus memahami
pengertian atau definisi alat peraga itu sendiri.
Berbicara tentang alat peraga sebagai media pendidikan dan pengajaran, kita
dapat melihatnya dalam pengertian yang luas maupun terbatas. Berbagai sudut
pandang, maksud atau tujuan tertentu menyebabkan timbulnya berbagai macam
pengertian tentang alat peraga.
7
Berikut pendapat para ahli pendidikan yang menjelaskan pengertian alat
peraga:
Gagne
menempatkan
alat
peraga
sebagai
komponen
sumber,
dia
mendefinisikan alat peraga sebagai: “Komponen sumber belajar di lingkungan
siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar”.
Briggs berpendapat bahwa harus ada sesuatu untuk mengkomunikasikan
materi (pesan kurikuler) supaya terjadi proses belajar, karena itu dia
mendefinisikan alat peraga sebagai “Wahana fisik yang mengandung materi
pembelajaran”.
Yusuf Hadi Miarso melihat alat peraga secara makro dalam keseluruhan sistem
pendidikan sehingga definisinya berbunyi “Segala sesuatu yang dapat
merangsang terjadinya proses belajar”.
Wilbur Schram melihat alat peraga dalam pendidikan sebagai suatu teknik
untuk menyampaikan pesan. Oleh sebab itu dia mendefinisikan alat peraga
sebagai berikut: “Alat peraga adalah teknologi pembawa informasi atau pesan
pembelajaran ”.
2. Tujuan dan Fungsi Alat Peraga
Setelah kita mengetahui pengertian alat peraga secara luas diatas, disini kita
hanya akan membicarakan pengertian alat peraga dalam pengertian terbatas, yaitu
sebagai alat pengajaran. Ini berarti alat bantu yang digunakan oleh guru bertujuan
untuk:
a. Menjelaskan informasi atau pesan pembelajaran.
b. Memberikan tekanan pada bagian-bagian yang penting.
c. Memperjelaskan struktur pengajaran.
d. Memotivasi belajar.
Terlepas dari ragam pengertian tentang alat peraga, jelas dapat disimpulkan
bahwa alat peraga merupakan sebagai alat bantu dalam pembelajaran yang memiliki
fungsi jelas yaitu: menjelaskan, memudahkan siswa memahami konsep/teori, dan
membuat pesan kurikulum yang akan disampaikan kepada siswa menarik, sehingga
motivasi belajar siswa meningkat dan proses belajar dapat lebih efektif dan efisien.
8
Dalam hal ini, kedudukan alat peraga dalam proses belajar mengajar tidaklah berdiri
sendiri. Alat peraga dimanfaatkan oleh guru dalam pembelajaran, tujuannya agar
materi dapat dengan mudah diterima siswa.
Sadiman (1984) mengemukakan ada tiga tahap yang harus diikuti dalam
pemanfataannya, yaitu:
1) Tahap Persiapan, yaitu tahap awal sebelum alat peraga dimanfaatkan dalam
proses pembelajaran.
a) Pemilihan alat peraga disesuaikan dengan materi pembelajaran.
b) Pemilihan alat peraga harus memperhatikan:
Kesederhanaan, hal ini diperhatikan agar siswa mudah memahami
materi yang dipelajari.
Ukuran.
Warna.
2) Tahap Pelaksanaan, yaitu tahap pemanfataan alat peraga dalam kelas.
a) Cara memperhatikan alat peraga, usahakan agar seluruh siswa dapat
melihat.
b) Setiap alat peraga harus mempunyai tujuan tertentu.
c) Jumlah alat peraga yang ditampilkan kepada siswa harus dibatasi, yaitu
dengan memperlihatkan secara satu persatu sesuai dengan materi yang
dijelaskan.
3) Tahap Tindak Lanjut, untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran,
yaitu dengan mengadakan evaluasi.
9
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subyek, Tempat dan Waktu Penelitian, Pihak yang Membantu
1. Subyek
Yang menjadi subyek dalam kegiatan perbaikan pembelajaran adalah murid
kelas IV SDI Ndito Kecamatan Detusoko, Kabupaten Ende dengan jumlah murid : 14
orang dengan rincian 10 orang murid laki – laki dan 4 orang murid perempuan.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Adapun Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, penulis mengadakan penelitian
di SDI Ndito Kecamatan Detusoko Kabupaten Ende. Pelaksanaan perbaikan
pembelajaran dilaksanakan pada bulan Mei, dengan rincian jadwal sebagai berikut
:Siklus I, Senin, 12 Mei 2014 dan Siklus II, Rabu, 14 Mei 2014
3. Pihak yang Membantu
Pelaksanaan kegiatan perbaikan pembelajaran dibantu oleh :
Martinus Angi,S.Pd.SD selaku teman sejawat atau supervesor 2
Willy Wesa,S.Sos selaku supervesor 1.
B. Desain Prosedur Perbaikan Penelitian
1. Siklus I
1) Rencana
Hasil diskusi dengan teman sejawat diperoleh bahwa perlu dilakukan
perbaikan pembelajaran sesuai dengan jadwal dan langkah-langkah yang sesuai
dengan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ). Dengan demikian perlu disusun kegiatan
siklus 1 dan siklus 2 yang terdiri dari rencana, pelaksanaan, pengamatan/pengumpulan
data, instrumen dan refleksi. Adapun prosedur pelaksanaan perbaikan pembelajaran
Matematika pada murid kelas IV SDI Ndito sebagai berikut :
Menyusun RPP didasarkan permasalahan yang diperoleh pada saat pra siklus.
Menyiapkan alat peraga yang sesuai dengan materi pelajaran
Menyiapkan perangkat tes
Menyiapkan alat observasi
2) Pelaksanaan
10
Prosedur pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilakukan dengan kolaborasi
dengan teman sejawat untuk mengidentifikasi masalah yang dihadapi dalam
pembelajaran. Kemudian mendiskusikan cara pemecahan yang terjadi dalam
pembelajaran Matematika. Langkah – langkah kegiatan pada tahap pelaksanaan dapat
dijelaskan sebagai berikut :
Menyiapkan apersepsi dan pemberian motivasi
Menyampaikan kompetensi dasar yang akan dilakukan
Menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan
Tanya jawab dengan murid tentang materi pelajaran
Memberikan tugas kepada tiap-tiap kelompok
Membimbing kelompok tanya jawab
Setiap kelompok membuat laporan hasil diskusi
Mengevaluasi hasil belajar murid
Membuat kesimpulan
Memberikan penguatan kepada murid
Memberikan tugas pekerjaan rumah
3)
4)
Observasi
Melakukan observasi terhadap pembelajaran sesuai dengan kesepakatan
Mengamati kegiatan murid selama proses perbaikan pembelajaran
Refleksi
Melakukan refleksi terhadap pembelajaran
Melakukan refleksi terhadap hasil belajar murid
2. Siklus II
1) Perencanaan
Menganalisis hasil perbaikan pertama (siklus I)
Membuat RPP perbaikan siklus II
Menyiapkan alat peraga yang akan digunakan
Menyiapkan pertanyaan-pertanyaan untuk kegiatan tanya jawab dengan murid
Menentukan pelaksanaan perbaikan
2) Pelaksanaan
11
Menyiapkan apersepsi dan pemberian motivasi
Menyampaikan kompetensi dasar yang akan dilakukan
Menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan
Menyajikan materi
Tanya jawab dengan murid tentang materi pelajaran
Memberikan tugas kepada tiap-tiap kelompok
Membimbing kelompok tanya jawab
Setiap kelompok membuat laporan hasil diskusi
Mengevaluasi hasil belajar murid
Membuat kesimpulan dan rangkuman
Memberikan penguatan kepada murid
Memberikan tugas pekerjaan rumah
3) Observasi
Keaktifan murid
Kerjasama kelompok
Keadaan kelas
Hasil belajar murid
4) Refleksi
Melakukan refleksi terhadap pembelajaran siklus II
Melakukan refleksi terhadap hasil belajar murid siklus II
C. Teknik Analisa Data
Analisis data hasil penelitiaan yang tergolong data kuantitatif dilakukan secara
deskriptif, yakni dengan menghitung ketuntasan klasikal dengan rumus sebagai
berikut:
Ketuntasan Klasikal : =
Jumlah siswa yang tuntas x 100
jumlah siswa keseluruhan
12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. SIKLUS I
Dari hasil pengamatan teman sejawat pada pembelajaran matematika siklus1
diperoleh nilai rata-rata murid 67,85 dan pada siklus 2 nilai rata-rata murid menjadi
72,85 artinya terjadi peningkatan hasil belajar baik dari jumlah murid yang tuntas
belajar maupan nilai rata-rata murid. Perbaikan pembelajaran yang dilakukan penulis
dalam menerapkan pembelajaran matematika dengan penjumlahan bilangan bulat
adalah sebagai berikut :
1) Menjelaskan materi dengan jelas
2) Menggunakan alat peraga yang sesuai dan menarik
3) Melibatkan murid secara aktif dalam proses pembelajaran dengan memberi
contoh yang cukup
4) Memberi latihan-latihan yang cukup
No
1.
Tabel 4.1. Hasil Belajar Murid Pra Siklus dan Siklus I
Pembelajaran Matematika
Nama Murid
Nilai Pra Siklus
Siklus I
Afrensia Y.Pati
50
50
2.
Albertus R.Woge
65
70
3.
Aldolfus S.Rago
70
80
4.
Alexius Mite
76
80
5.
Elias Bhato
56
60
6.
Fidelis F.Gabe
55
55
7.
Kristina Delo
56
50
8.
Maria M.Postania
50
55
9.
Martinus Fua
60
70
10.
Rosa Dalima Mude
56
60
11.
Stefanus Maku
60
70
Ket
13
12.
Salomo Tei
70
90
13.
Valentines Ralo
70
80
14.
Viktorianus Benge
70
80
Jumlah
Rata – rata
864
61, 71
950
67,85
Berdasarkan hasil diskusi dengan sejawat dan supervisor, maka dari data yang
diperoleh dari perbaikan pembelajaran pra siklus dan siklus I yang dilaksanakan
belum menunjukkan kemajuan yang berarti. Hal ini ditunjukkan dengan adanya nilai
rata-rata murid belum mencapai ketuntasan hasil belajar dengan rata-rata 67,85.
Dari hasil nilai sebelum diadakan perbaikan pembelajaran matematika
diperoleh nilai rata-rata 61,71. Dan setelah diadakan perbaikan pembelajaran pada
siklus I nilai rata-rata murid 67,85, artinya belum terjadi perbaikan yang maksimal,
dari hasil belajar murid baik yang tuntas belajar maupun nilai rata-rata kelas murid.
Dan dengan hasil yang belum maksimal pada siklus I dan masih banyak murid yang
belum mencapai ketuntasan belajar, maka penulis merencanakan perbaikan pada
siklus II.
2. SIKLUS II
Berdasrkan hasil evaluasi belajar siklus I dimana di peroleh hasil yang masih
jauh dari harapan sehingga peneliti dengan berkolaborasi bersama teman sejawat
merencanakan untuk melaksanakan kegiatan perbaikan pembelajaran siklus II, dengan
penekanan pada penggunaan alat peraga sebagai media pembelajaran. hal ini di
pandang
perlu agar konsep Matematika yang abstrak akan menjadi konkrit jika
dikaitkan dengan kehidupan murid secara langsung.
Perbaikan
pembelajaran
yang
dilakukan
penulis
dalam
menerapkan
pembelajaran matematika dengan pokok bahasan penjumlahan bilangan bulat adalah
sebagai berikut : Menjelaskan materi dengan jelas, menggunakan alat peraga yang
sesuai dan menarik, melibatkan murid secara aktif dalam proses pembelajaran dengan
memberi contoh yang cukup,memberi latihan - latihan yang cukup. Berikut tabel hasil
evaluasi belajar siklus II.
14
Tabel 4.2. Hasil Belajar Murid Perbaikan Pembelajaran
Matematika Siklus II
No
1.
Nama Murid
Siklus II
Afrensia Y.Pati
60
2.
Albertus R.Woge
70
3.
Aldolfus S.Rago
80
4.
Alexius Mite
80
5.
Elias Bhato
70
6.
Fidelis F.Gabe
65
7.
Kristina Delo
60
8.
Maria M.Postania
75
9.
Martinus Fua
70
10.
Rosa Dalima Mude
70
11.
Stefanus Maku
70
12.
Salomo Tei
90
13.
Valentines Ralo
80
14.
Viktorianus Benge
80
Jumlah
Rata – rata
1020
72,85
Ket
Setelah diadakan perbaikan pembelajaran pada siklus I nilai rata-rata murid
67,85, artinya belum terjadi perubahan yang maksimal, dari hasil belajar murid baik
yang tuntas belajar maupun nilai rata-rata kelas murid. Dan dengan hasil yang belum
maksimal pada siklus I dan masih banyak murid yang belum mencapai ketuntasan
belajar, maka penulis merencanakan perbaikan pada siklus II, dan setelah diadakan
perbaikan pembelajaran pada siklus II maka diperoleh rata – rata kelas 72,85. Dengan
demikian menunjukkan ada perubahan yang baik dengan hasil yang memuaskan.
B. Pembahasan Hasil Perbaikan Pembelajaran
Setelah perbaikan pada siklus 1, nilai yang di peroleh murid dalam perbaikan
pembelajaran tidak memuaskan. Nilai rata-rata keseluruhan murid hanya 61,71 dan
15
dinyatakan belum tuntas. Pembelajaran dinyatakan tuntas apabila hasil penguasaan
murid > 70%. Penulis sebagai pendidik merasa bertanggung jawab untuk
memperbaiki hasil belajar murid yang tidak memuaskan tersebut.
Pada perbaikan pembelajaran siklus 2, penulis menggunakan alat peraga yang
tepat dan menarik, ternyata hasil nilai yang diperoleh murid pada pembelajaran siklus
1 dan siklus 2 dapat
dilihat pada tabel dan grafik diatas. Dalam proses belajar
mengajar di kelas yang efektif, guru harus memperhatikan faktor-faktor yang saling
mempengaruhi, antara lain : penyampaian materi harus jelas dan mudah, pemilihan
metode mengajar yang tepat dan bervariatif, pemilihan media belajar yang tepat,
mudah didapat atau mudah dikenal murid, penggunaan bahasa yang mudah, jelas, dan
lugas, sehingga dapat mudah dimengerti oleh murid, penampilan guru yang menarik
dan tidak membosankan, kondisi kelas harus hidup, tidak statis tapi dinamis.Sebelum
perbaikan nilai yang diperoleh murid sangat tidak memuaskan atau dapat dikatakan
bahwa tidak ada murid yang mencapai ketuntasan. Hal ini disebabkan karena tidak
adanya media gambar atau alat peraga yang digunakan, sehingga tidak adanya
penunjang dalam pembelajaran.
Pada siklus I belum terjadi perubahan yang maksimal pada nilai murid dan masih
sebagian besar murid belum mencapai ketuntasan. Selain itu pada siklus I juga belum
terdapat media gambar atau alat peraga.
Kemudian baru pada siklus II menunjukkan bahwa nilai murid sudah mencapai
ketuntasan dalam materi pembelajaran, karena pada siklus II semua murid sudah hafal
rumus penjumlahan bilangan bulat dan guru sudah menggunakan media gambar atau
alat peraga yang dapat menunjang proses belajar murid.
16
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari perbaikan yang telah dilaksanakan dapat ditarik beberapa kesimpulan
dimana dalam proses belajar mengajar di kelas yang efektif, guru harus
memperhatikan faktor-faktor yang saling mempengaruhi, antara lain :
Penyampaian materi harus jelas dan mudah
Pemilihan metode mengajar yang tepat dan bervariatif
Pemilihan media belajar yang tepat, mudah didapat atau mudah dikenal murid
Penggunaan bahasa yang mudah, jelas, dan lugas, sehingga dapat mudah
dimengerti oleh murid
Penampilan guru yang menarik dan tidak membosankan
Kondisi kelas harus hidup, tidak statis tapi dinamis
17
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut, beberapa hal yang dapat dilakukan oleh guru
dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran Matematika adalah :
1. Memilih strategi pembelajaran yang lebih menarik dengan menggunakan
metode yang bervariasi sehingga siswa tidak bosan dan pembelajaran
menjadi lebih berarti.
2. Memberikan latihan-latihan soal untuk di rumah, agar siswa lebih terampil
dalam menghitung luas segi banyak yang merupkan gabungan dari dua
bangun datar sederhana.
3. Demikian juga, guru perlu bekerja sama dengan baik terhadap orng tua siswa,
agar selalu mendukung kegiatan belajar siswa di rumah.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. (2004). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta.
Muhsetyo dkk. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta.
Heryanto dan H.M. Akib Hamid. (2004). Statistik Dasar Universitas Terbuka. Jakarta.
Tim Bina Karya Guru. (2006). Terampil Berhitung Matematika Untuk SD Kelas IV
Jakarta: Erlangga
Max A. Sobel, Evan M. Malet. (1999). Mengajar Matematika. Jakarta: Erlangga
18
19