Hubungan Indonesia Australia Timor Tim

HUBUNGAN INDONESIA – AUSTRALIA
PADA MASA ORDE BARU
Makalah Sejarah Oceania dan Australia

Disusun oleh :
Nama

: Zulkifli Pelana

NIM

: 4415120305

Prodi

: Pendidikan Sejarah

Kelas

: A


Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Jakarta
2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Hubungan Indonesia-Australia
Pada Masa Orde Baru ini.
Makalah tentang Hubungan Indonesia-Australia Pada Masa Orde Baru ini ditulis dan
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Oceania dan Australia.
Selanjutnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
dan pembaca pada umumnya. Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan, dan oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan
makalah ini.
Atas saran dan kritik yang diberikan, penulis mengucapkan terima kasih.

Jakarta, Oktober 2012

Penulis


2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………..

2

BAB I

4

:

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………………………………………………… 4
B. Rumusan masalah ……………………………………………………... 4
C. Tujuan Penulisan ……………………………………………………….4

BAB II

:

PEMBAHASAN

5

BAB III

:

PENUTUP

10

A. Kesimpulan ……………………………………………………………. 10
B. Saran …………………………………………………………………... 10
BAB IV


:

DAFTAR PUSTAKA

12

3

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mengenai hubungan Indonesia dengan Australia, fluktuasi hubungan keduanya memang
kerap terjadi. Hubungan ini telah lama terjalin sejak tahun 1942 ketika Belanda menjadikan
Australia sebagai tempat pengasingan tawanan dari Tanah Merah, Indonesia. Australia yang
mengetahui hal itu spontan mendukung agar tawanan itu dibebaskan. Sayangnya, awal yang
baik tersebut tidak membawa arti pada masa perebutan Irian Barat, masa konfrontasi IndonesiaMalaysia, dan juga masa integrasi Timor Timur yang kemudian terlepas dari Indonesia di tahun
1999. Hal ini karena kedua negara tersebut memiliki kepentingan yang berbeda terhadap ketiga
isu tersebut. Walau begitu banyak ketegangan yang terjadi di antara keduanya, IndonesiaAustralia telah memutuskan untuk terus menjalin kerjasama yang saling menguntungkan untuk
ke depannya.


B. Rumusan masalah
Dari latar belakang di atas, penulis dapat merumuskan beberapa masalah, yaitu:
1. Bagaimana dinamika hubungan Indonesia dan Australia berkaitan dengan masalah Timor
Timur?
2. Bagaimana kelanjutan hubungan Indonesia dan Australia setelah Timor Timur lepas dari
NKRI?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah tentang Hubungan Indonesia-Australia pada Masa Orde Baru
ini ialah untuk mengetahui serta memahami berbagai kasus yang terjadi antara Indonesia dan
Australia pada kurun waktu pemerintahan Presiden Soeharto (Orde Baru). Pembahasan
hubungan Indonesia-Australia ini difokuskan mengenai Kasus Timor Timur.
4

BAB II
PEMBAHASAN

A. Hubungan Indonesia dengan Australia Menyangkut Masalah Timor-Timur
Pada tahun 1972 sampai 1988 hubungan Australia dan Indonesia diwarnai oleh beberapa

masalah yang mengakibatkan berfluktuasinya hubungan tersebut. Soal pertama yang paling
menggangu hubungan kedua negara adalah masalah Timor-Timur. Persoalan Timor-Timor
mewarnai kebijakan luar negeri Australia selama jabatan kedua PM Buruh “Whitlam” (19741975), selama masa PM Koalisi Liberal-Nasional, Fraser (1975-1983), dan ketika PM Buruh
“Hawker” berkuasa sejak 1983. Sekalipun terjadi perdebatan seru di parlemen, pemerintah di
Australia mempunyai pandangan yang sama mengenai masalah penggabungan Timor-Timur ke
dalam wilayah Indonesia. Bagi kedua pemerintahan tersebut prioritas tertinggi adalah
memelihara hubungan persahabatan dengan Indonesia dan tidak menghendaki adanya isu-isu
yang dapat merusak hubungan tersebut. Pada bulan September 1974, PM Whitlam bertemu
dengan Presiden Soeharto di Yogyakarta dan membahas masalah Timor-Timur untuk pertama
kalinya. Dalam pernyataannya, PM Whitlam melihat Timor-Timur tidak akan menjadi negara
merdeka yang berdiri sendiri, yang akan menjadi ancaman bagi kestabilan di kawasan tersebut.
Akan tetapi ia juga menghendaki agar rakyat Timor-Timur diberikan hak sepenuhnya untuk
menentukan masa depannya sendiri. Ini berarti PM Whitlam juga tidak ingin adanya negara lain,
dalam hal ini Indonesia untuk mengambil alih wilayah itu secara paksa.
Sekalipun Menteri Luar Negeri Australia Andrew Peacok dalam pemerintahan baru di bawah
PM Fraser menyatakan kekecewaannya terhadap masalah bergabungnya Timor-Timur ke
Indonesia, namun duta besar Australia di Indonesia “Richard Woolcott” mendesak agar Australia
dapat menerima pernyataan politik Timor-Timur. Akhirnya pemerintah Australia mengakui
secara de jure penggabungan Timor-Timur sebagai bagian dari wilayah Indonesia pada bulan
Januari 1978. Pengakuan ini juga sebenarnya berkaitan dengan penyelesaian persoalan lintas

batas kontinen di bagian barat laut Australia dan Pulau Timor (Timor Gap). Pada tahun 1979,
Australia memulai pembicaraan mengenai persoalan Timor Gap dengan pihak Indonesia. Seperti
diketahui, pembicaraan masalah Timor Gap ini tidak selesai sampai berakhirnya pemerintahan
koalisi Liberal Nasional di bawah PM Fraser pada tahun 1983. Persoalan Timor Gap baru
5

diselesaikan pada masa pemerintahan pimpinan Bob Hawke dengan pemerintah Indonesia pada
tanggal 3-4 September 1988, dengan disepakatinya pembentukan suatu zona kerja sama dalam
wilayah yang dipersengketakan guna eksploitasi dan eksplorasi minyak bumi.
Sepanjang tahun 1980-an, hubungan Australia-Indonesia selalu diganggu oleh persoalan
Timor-Timur. Sekalipun pemerintah Australia berusaha memelihara hubungan baik dengan
Indonesia, namun media Australia dan beberapa kelompok penekan tidak menghendaki masalah
Timor-Timur dihentikan. Kepentingan media Australia tampaknya bertemu dengan aspirasi dari
kelompok-kelompok orang Timor-Timur yang bermukim di Australia yang menentang
penggabungan Timor-Timur ke wilayah Indonesia. Mereka menggunakan hampir seluruh pers
Australia yang berpengaruh untuk melaksanakan kampanye mengecam penggabungan TimorTimur yang oleh mereka diistilahkan dengan pendudukan atau pencaplokkan ke dalam wilayah
Indonesia. Genjarnya kecaman kelompok tersebut dan media Australia menimbulkan persepsi
yang keliru dari pemerintah Indonesia. Sikap pemerintah Australia yang membiarkan kecamankecaman pers Australia terhadap persoalan Timor-Timur dipandang pemerintah Indonesia
sebagai sikap yang tidak bersahabat serta mendukung kepentingan kelompok anti Indonesia.
Akibatnya, hubungan kedua negara memburuk antara 1980-1983, pemerintah Indonesia

mengambil langkah keras terhadap perwakilan media Australia di Indonesia. Kunjungan para
pejabat tinggi kedua negara ditunda selama beberapa waktu, yang mengakibatkan pembicaraan
Timor Gap mengambang. Hubungan kedua negara membaik kembali setelah Australia
memberikan suara mendukung Indonesia dalam pemungutan suara untuk menghapus persoalan
Timor-Timur dari agenda sidang umum PBB bulan Oktober 1983.
Kenyataan bahwa Timor-Timur bergerak menuju kemerdekaan dan Indonesia mereformasi
dirinya sebagai sebuah negara demokrasi dinamis haruslah menjadi elemen untuk sebuah
hubungan yang dekat dan produktif antara Australia dan Indonesia. Namun, hubungan bilateral
masih dalam kondisi yang rentan ini adalah sebuah ironi yang menyedihkan. Perubahan
pemerintahan John Howard di Timor-Timur dikendalikan oleh tujuan strategis guna
memindahkan isu yang telah terdistorsi, terkompromi dan merusak hubungan selama
seperempat abad. Howard menggunakan kesempatan yang muncul dengan jatuhnya Soeharto
dan minat Habibie untuk mencari bentuk penyelesaian di Timor-Timur. Namun kepemimpinan
Australia atas intervensi internasional di Timor-Timur telah menjadi fokus sakit hati Indonesia
yang sangat pahit. Duta besar Australia John McCarhty optimis kalau hubungan akan membaik
6

dengan adanya pemerintahan yang demokratis di Canberra dan Jakarta, serta keluarnya TimorTimur dari agenda prioritas kedua negara. Sulit untuk menepis pendapat bahwa sebuah negara
Timor Leste yang independen dan berakhirnya penguasa otoriter di Jakarta merupakan
perkembangan dalam kepentingan nasional jangka panjang Australia.

Dinamika politik dalam negeri Indonesia telah berubah secara dramatis sejak jatuhnya
pemerintahan mantan Presiden Soeharto. Pada tanggal 30 Agustus 1999, melalui jajak pendapat,
rakyat Timor Timur memilih merdeka (78,5%). Pengumuman hasil pemilihan umum tersebut
diikuti dengan kekerasan yang meluas oleh unsur-unsur pro-integrasi. Australia kemudian
diminta oleh PBB untuk memimpin kekuatan internasional di Timor Timur atau International
Force in East Timor (INTERFET) dalam menjalankan tugasnya untuk mengembalikan
perdamaian dan keamanan di kawasan tersebut. Pada tanggal 20 Oktober 1999, Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) mencabut keputusan penyatuan Timor Timur dengan
Indonesia. Peristiwa-peristiwa ini telah menimbulkan ketegangan dalam hubungan AustraliaIndonesia dalam jangka pendek tersebut. Namun, kedua negara telah sepakat untuk terus
membangun hubungan yang saling menguntungkan.

B. Penyelesaian Masalah Timor Timur
Upaya penanganan masalah Timor Timur adalah usaha cepat presiden Habibie yang kala itu
menggantikan Soeharto karena dipaksa mundur oleh rakyat. Tuntutan rakyat Timor Timur
adalah diberikannya otonomi luas saja, tetapi oleh Habibie, rakyat Timor Timur malah mendapat
sebuah pilihan yang lebih menggiurkan, yaitu sebuah “Kemerdekaan”. Tanggal 29 Januari 1999
itu merupakan hari yang menentukan bagi rakyat Timor Timur. Secara politik, keputusan
Habibie itu adalah salah, karena tugas utama seorang Presiden adalah mejaga keutuhan suatu
Negara. Dan dengan keputusan Habibie tersebut banyak pihak yang kecewa dan menanggapi
dengan isu bahwa Habibie hanya mengincar nobel perdamaian dari PBB.

Lepas dari tindakannya yang kontroversial tersebut, sebenarnya keputusan penyelesaian
konflik dari Habibie tersebut tidaklah salah. Selama 32 tahun pemerintahan Indonesia telah
berada di bawah rezim Soeharto, di masa itu segala tindakan yang dianggap membahayakan
rezim yang berkuasa langsung ditindak tegas oleh hukum karena segala tindakan tersebut
langsung dicap sebagai tindakan maker dan haram berkembang di wilayah NKRI. Segala

7

sesuatu dikontrol secara “overload”, sehingga kebebasan berpendapat menjadi hal yang langka
dan sangat berharga. Berbagai aktivis yang menentang pemerintah langsung ditindak secara
hukum dengan sangat tegas, sementara pada masa Orde Baru praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme sangat kental dalam setiap sendi pemerintahan. Pada masa itu, masyarakat berada
pada kesenjangan sosial yang sangat parah. Orang yang kaya semakin kaya, dan yang miskin
seperti tidak diberi peluang untuk memperbaiki kehidupan.
Dengan mundurnya Soeharto, angin segar demokrasi seperti berhembus dan memberikan
badai bagi Habibie untuk menuntaskan agenda reformasi. Dalam masa yang penuh tekanan
inilah, Habibie harus bijak dalam memberikan respon dari rakyat Timor Timur. Dan akhirnya
referendum dengan opsi merdeka inilah yang diambil oleh Habibie. Jika dilihat dari satu sisi,
keputusan Habibie atas tuntutan Rakyat Timor Timur tersebut memang ekstrim. Setelah
bertahun-tahun berbagai pihak yang bergerak atas nama Indonesia berusaha untuk

mempertahankan kesatuan dan persatuan negara ini, keputusannya memang terlihat seperti
menganggap remeh segala yang telah diusahakan. Bahkan dari pihak TNI mengemukakan
kekecewaannya secara terbuka atas keputusan itu. Hal ini dikarenakan TNI selama ini telah
berusaha meredam gerakan-gerakan separatis yang ada secara langsung dan bahkan berkorban
jiwa demi meredam separatism di Timor Timur, sementara pemerintah melakukannya melalui
jalan diplomasi.
Tapi mari kita lihat dari sisi lain, keputusan Habibie tersebut ternyata ingin menghilangkan
tekanan dari dunia internasional terhadap Indonesia. Dunia internasional dan PBB menekan
Indonesia dengan anggapan bahwa Indonesia memaksakan kehendak atas keputusan integrasi
Timor Timur terdahulu. PBB mendesak pemerintah Indonesia untuk segera memberikan solusi
terbaik bagi masalah Timor Timur. Sehingga keputusan Habibie inilah keputusan yang paling
tepat dalam menyelesaikan konflik di Timor Timur.
Melepas Timor Timur memang menyelesaikan permasalahan konflik antara masyarakat
Timor Timur dengan pemerintah pusat, tetapi konflik tersebut tidak sepenuhnya hilang dan
lenyap begitu saja, dalam teorinya sebuah konflik tidak akan benar-benar hilang, tetapi hanya
akan mereda saja, dan kemungkinan untuk timbul lagi karena sesuatu hal sangatlah besar.

C. Hubungan Indonesia dengan Australia Pasca Lepasnya Timor Timur

8

Setelah lepasnya Timor Timur dari NKRI kerja sama antara Pemerintah Australia-Indonesia
dan hubungan antara kedua bangsa semakin ditingkatkan. Pemerintah kedua negara harus
bekerja keras untuk membina hubungan bertetangga yang baik, dengan menegakkan prinsipprinsip saling menghormati kedaulatan negara masing-masing dan saling pengertian antara
bangsa Indonesia dan Australia.
Ada 2 alasan pentingnya hubungan diplomatik Indonesia-Australia tetap terjalin. Pertama,
Indonesia dengan Australia sama-sama berada di wilayah bagian Timur dunia ini. Karena itu,
tidak ada pilihan bagi kedua negara untuk tetap sebagai tetangga negara yang abadi (Indonesia
and Australia are Neighbour Forever). Perbedaan latar belakang sejarah dan budaya serta politik
bukan sesuatu yang harus dipertentangkan, melainkan sama-sama dipelajari sehingga kedua
negara dapat memperoleh keuntungan dari perbedaan tersebut. Kedua, pemerintah Indonesia
dengan Australia harus lebih memilih memperbaiki pola dan mekanisme hubungan bilateral dan
multilateral daripada memutuskan hubungan diplomasi. Dilihat dari segi kedaulatan kedua
negara, sama-sama memiliki kesetaraan dalam hukum internasional, yang menjadikan PBB
sebagai pemerintahan global (global government).
Sehubungan dengan itu, sedang dikembangkan hubungan yang lebih akrab dalam
perniagaan, politik, pendidikan, kesenian, media dan komunikasi, olahraga dan profesi. Maka
dibangunlah Lembaga Australia-Indonesia pada tahun 1989 yang bertujuan untuk ikut
mengembangkan hubungan yang stabil antara kedua negara, memberikan informasi kepada
kedua negara mengenai keanekaragaman budaya masing-masing negara, serta pendidikan, ilmu
pengetahuan, teknologi, media, perniagaan, dan juga olah raga.
Seiring dengan berjalannya waktu, Indonesia menjadi mitra dagang yang berharga bagi
Australia. Ekonomi industri Indonesia yang berkembang pesat dan tenaga kerja yang besar,
digabung dengan teknologi tinggi Australia dan sumber daya alamnya telah memberikan banyak
peluang usaha. Perdagangan dua-arah telah meningkat menjadi 25,2% selama tahun 2000-2002.
Lebih dari 400 perusahaan Australia sedang melakukan perniagaan di Indonesia, mulai dari
usaha pertambangan sampai telekomunikasi. Perusahaan-perusahaan ini bekerja sebagai mitra
dagang dengan perusahaan dan pemerintah Indonesia. Bidang terbaru dalam perdagangan yang
semakin meningkat tersebut adalah bidang jasa. Australia menyediakan berbagai ragam jasa bagi
usaha perniagaan di Indonesia. Beberapa dari jenis jasa yang disediakan oleh perusahaan

9

Australia mencakup: jasa perbankan dan keuangan, pendidikan dan pelatihan, perencanaan
perkotaan, dan rancangan arsitektur.
Pada tahun 2001–2002 Australia menyediakan bantuan pembangunan kepada negara-negara
lain sejumlah 1.725 juta dolar Australia. Indonesia akan menerima kira-kira 7,04% dari dana
bantuan ini, yang berjumlah 121,5 juta dolar, melalui Program Kerjasama Pembangunan.
Banyak sumbangan Australia yang diarahkan ke Indonesia bagian timur, terutama ke Nusa
Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Irian Jaya sebab daerah-daerah ini merupakan daerah
yang paling miskin dan paling ketinggalan di Indonesia. Kebanyakan bantuan Australia
berbentuk program pendidikan dan pelatihan. Dalam sektor pendidikan di Indonesia, Australia
menyediakan program beasiswa yang terbesar.

BAB III
10

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hubungan antara Indonesia dan Australia kerap kali mengalami berbagai persoalan, salah
satunya yakni masalah Timor Timur. Ketegangan kerap terjadi terkait tuntutan dunia
internasional agar Timor Timur diberikan hak untuk merdeka karena banyaknya berbagai
konflik yang mengorbankan rakyat sipil. Pihak Indonesia berusaha mempertahankan Timor
Timur agar tetap menjadi bagian NKRI, namun di sisi lain, pihak Australia dan kelompok kontra
integrasi Indonesia menginginkan untuk menentukan nasib mereka sendiri dan melepas diri dari
NKRI. Kini, Timor Timur telah menjadi negara yang merdeka, dari NKRI dan berganti nama
menjadi Timor Leste.
Penyelesaiaan konflik antara masyarakat Timor Timur dengan pemerintah pusat tidak
sepenuhnya hilang dan lenyap begitu saja, dalam teorinya sebuah konflik tidak akan benar-benar
hilang, tetapi hanya akan mereda saja, dan kemungkinan untuk timbul lagi karena sesuatu hal
sangatlah besar. Masalah Timor Timur memang telah mengakibatkan ketegangan hubungan
Indonesia-Australia, namun kedua negara ini tetap berusaha menjalin hubungan kekerabatan
yang lebih baik lagi untuk masa mendatang.

B. Saran
Semoga kejadian terlepasnya Timor Timur dari NKRI tidak akan terulang pada daerah lain,
walau kini di beberapa wilayah sudah banyak gerakan yang menginginkan lepas dari Indonesia
seperti misalnya Aceh dengan GAM-nya dan Papua dengan OPM-nya, bahkan Maluku pun ikutikutan dengan gerakan RMS-nya. Sekiranya pemerintah mampu dan kita semua juga harus sadar
akan pentingnya bersatu dan persatuan, dalam perbedaaan dan jadikan itu adalah kebanggaan.

BAB IV
11

DAFTAR PUSTAKA



http://komunitaspecintasejarah.blogspot.com/2011/10/fluaktif-hubungan-indonesiadengan.html



http://omahkucink.blogspot.com/2010/03/integrasi-timor-timur-dari-1976-sampai.html



http://jurnalohjurnal.blogspot.com/2011/08/hubungan-indonesia-dengan-australia-dan.html



http://alldienow.blogspot.com/2011/01/konflik-negara-vs-masyarakat-nkri.html



http://edy-the.blogspot.com/2012/05/sejarah-timor-leste.html



http://dc203.4shared.com/doc/b6zBAy8-/preview.html

12

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

Hubungan Antara Kepercayaan Diri DenganMotivasi Berprestasi Remaja Panti Asuhan

17 116 2

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan Antara Kompetensi Pendidik Dengan Kecerdasan Jamak Anak Usia Dini di PAUD As Shobier Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember

4 116 4

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103