Review Seminar Nasional Rezim Kesejahate

Review Seminar Nasional Rezim Kesejahateraan dan Populisme Politik di Indonesia
Mata Kuliah: Konsensus dan Konflik Politik
Novensya Pranasa / F1D015038
Hasil seminar nasional yang diadakan pada hari Kamis 16 November 2017 di Gedung
Sumardjito bertemakan “Rezim Kesejahteraan dan Populisme Politik di Indonesia”, yang
dibuka oleh Prof. Dr. Ir Mas Yedi Sumaryadi, M. S. Selaku wakil rektor bidang akademik.
Saat pembukaan, beliau mengatakan bahwa kesenjangan ekonomi adalah akar permasalahan
yang sering menimbulkan konflik hal ini berlaku bukan hanya di Indonesia tetapi juga dunia
Internasional.
MEA telah berlangsung sejak 2015. Adanya MEA menuai persaingan lapangan kerja
ketat (dibutuhkan sistem TIK untuk membuka info lapangan kerja). Karena akan
menimbulkan permasalahan mengenai pengangguran. Persentase pengangguran di angka
5,7%, menurut pendapat Bpk. Chairil Anwar angka tersebut sudah dapat dikatakan angka
yang lumayan kecil dibandingkan dengan sebelumnya. Dengan dicapainya angka tersebut
beliau juga berspekulasi bahwa pembangunan sudah mencapai-capaian yang cukup baik.
Chairil Anwar datang untuk mewakili Bpk. Hanif Dhakiri selaku Menteri ketenagakerjaan
Republik Indonesia Kabinet Kerja Periode 2014-2019.Menteri Ketenagakerjaan berupaya
untuk memberikan sumbangsih terhadap persolalan-persoalan di dalam ketenagakerjaan.
Salah satu faktor adanya pengangguran adalah tingkat pendidikan yang minim, salah satu
contohnya adalah masih banyaknya anak dibawah umur yang putus sekolah. Dengan tingkat
pendidikan yang rendah tentu nantinya akan berpengaruh terhadap pola pikir serta kualitas

pekerjaan seseorang.
Chairil Anwar menyatakan bahwa angka pengangguran tertinggi ada dikalangan tamatan
SLTA. Sehingga diperlukan upaya peningkatan keterampilan dan skill yang dilakukan oleh
Menteri Ketenagakerjaan. Seperti yang kita tahu bahwa kita akan menghadapi persaingan
yang sangat ketat di era globalisasi ini. Jumlah tenaga kerja yang bekerja di luar negeri
sangatlah banyak, namun mereka bekerja di sektor-sektor pekerjaan fisik seperti pembantu
rumah tangga (PRT), pabrik, supir, dan pekerjaan lain yang lebih menggunakan otot
ketimbang otak mereka. Oleh sebab itu peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) sedang
diupayakan oleh Menteri Ketenagakerjaan, yang akan memberikan pendidikan dan pelatihan

berbasis advokasi. Jadi berorientasi bukan pada apa yang bisa dilakukan, melainkan berbasis
atau berorientasi pada permintaan pasar.

Peluang mengenai ketenagakerjaan di Indonesia diramalkan menjadi negara ke-tujuh
terbesar di dunia, akan tetapi kita harus memenuhi beberapa syarat, salah satunya adalah
kulaitas Sumber Daya Manuisa (SDM) yang mumpuni. Jika hal ini tidak dibenahi, maka
ramalan tersebut tidak akan terwujud. Oleh karena itu menteri ketenagakerjaan memiliki
program Balai Pelatihan Kerja (BLK), program ini tentunya harus berorientasi pada
permintaan pasar. Sedangkan untuk di Banyumas sendiri BLK terbanyak dikuasai oleh
swasta.

Selanjutnya hasil catatan saya pada seminar nasional yang saya catat dalam bentuk poinpoinnya saja oleh Bapak Purwo Santoso:
Post - reformasi, terjebak dalam dektralisme.
Kesenjangan fantasi:
1. Wacana
2. Teks books barat - ilmuan dan elit jadi implementasi (rakyat jadi sasaran)
3. Demokrasi deliberatif
4. Pancasila harga mati, harus menjunjung tinggi pernusyawaratan
5. Mimpi orang kampus harus seimbang dengan mimpi masyarakat
6. Rezim kesejahteraan, tanggung jawab publik bersama