MEMAHAMI SURAT DAKWAAN

Association of Ini tiative Developing an nd People Advocacy

  Jl. Lalamentik, R RT.32RW.10, Kel. Fatu ululi, Kec. Oebobo,

  Kota Kupa ang, Nusa Tenggara T Timur, 85000 Telp: 0380 827917; E-mail: piar.n nttgmail.com

  © Ha ak Cipta pada Penulis dan Penerbit Hak Cipta dilindung gi undang-undang. Diperb olehkan mengutip atau

  menggandakan sebagia n isi buku selama tidak un ntuk kepentingan komersia al.

  Pe enganta ar

  Terbitnya buk ku Memahami S Surat Dakwaan ini, d dilatar belakangi oleh keprihatinan Pe erkumpulan Peng gem- bangan Inisiatif f dan Advokasi Ra akyat (PIAR NTT) terhadap: perta ama, rendahnya pem mahaman masyar rakat adat, kaum misk kin, kelompok per rem- puan korban ke ekerasan, dan kel lom- pok marginal l lainnya tentang s surat

  da akwaan; kedua, P Penuntut Umum terkadang secara a se- ng gaja maupun tida ak sengaja, serin gkali membuat s surat

  da akwaan yang tidak k sempurna. Se ecara substansial, materi buku Mem mahami Surat Dakw waan

  ini i menjelaskan te ntang arti pentin ngnya surat dakw

  da alam proses pene egakan hukum su atu kasus pidana, , se- ka aligus menguraika an seluk-beluk su urat dakwaan dan ba-

  ga aimana mengkritis sinya. Bu uku ini diterbitka an secara khusus s dalam rangka p pen-

  di dikan hukum kr ritis untuk Comm munity Organizer y yang miliki oleh PIAR R NTT, yang tanp pa pamrih selalu s setia melakukan kerja-ke m erja advokasi di ko omunitas damping gan.

  Bu uku ini dimaksud dkan juga untuk m membangun pem aha- man hukum dari pa m ara pihak yang be erkepentingan den ngan

  v v

  Atas terbitnya buku Memahami Surat Dakwaan ini, PIAR NTT menyampaikan ucapan terimakasih dan penghar- gaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak ber- kenaan dengan kontribusinya, mulai dari menggagas sampai dengan selesainya penerbitan.

  Pada akhirnya, buku ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang ingin memahami tentang surat dakwaan.

  Kupang, Januari 2015

  Ir. Sarah Lery Mboeik

  Direktur Eksekutif PIAR NTT

  vi

  Prakata

  Surat dakwaan merupakan salah satu dokumen penting dan penentu dalam proses penegakan hukum kasus pidana. Surat dakwaan yang dibuat oleh Jaksa dalam kedudukannya sebagai Penuntut Umum adalah dasar pemeriksaan perkara dalam persidangan di pengadilan. Hakim (majelis hakim) dalam hal putusan berkaitan pemidanaan suatu perkara pun harus berpijak pada surat dakwaan.

  Mengingat pentingnya surat dakwaan sebagai dokumen penentu dalam proses beracara di pengadilan dan fakta bahwa sampai dengan saat ini masih banyak pihak (terutama masyarakat adat, kaum miskin, kelompok perempuan korban kekerasan dan kelompok marginal lainnya) yang belum memahami tentang surat dakwaan, maka penulis tergerak untuk menulis buku berjudul: MEMAHAMI SURAT DAKWAAN.

  Bahan-bahan yang dipergunakan untuk penulisan buku ini, selain berasal dari berbagai referensi sebagaimana la- zimnya sebuah karya akademik, juga bersumber dari hasil diskusi lepas penulis dengan teman-teman advokat dan jaksa di Kota Kupang, pada saat penulis melakukan pemantauan kinerja dan perilaku jaksa di Pengadilan

  vii

  Negeri Kupang serta Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Nusa Tenggara Timur.

  Buku Memahami Surat Dakwaan ini, disusun secara prak- tis dan khusus untuk kepentingan penguatan kapasitas dari Community Organizer yang dimiliki oleh Perkumpulan Pengembangan Inisiatif dan Advokasi Rakyat (PIAR NTT).

  Kendati demikian, substansi dari buku ini dapat juga dimanfaatkan oleh para pihak yang berkepentingan dengan proses penegakan hukum suatu kasus pidana. Karena kemanfaatan itulah penulis merasa perlu mengkomunikasikan kepada sidang pembaca.

  Akan tetapi, ketika buku ini dibaca oleh mereka yang betul-betul memahami tentang surat dakwan dan terlibat dalam perjuangan untuk tegaknya supremasi hukum di Indonesia, otomatis mereka akan segera mengetahui ke- lemahan dan kekurangan dari buku ini. Karenanya, kritik dan saran demi penyempurnaannya sangat diharapkan. Untuk itu sebelumnya diucapkan terima kasih.

  Ucapan terima kasih yang tak terhingga, penulis sam- paikan kepada teman-teman seperjuangan di PIAR NTT, yakni: Sarah Lery Mboeik, Yuliana Ramideta, Adi Nange, Zevan Aome, Yusak Bilaut dan Eston Sanam, yang telah berkontribusi dalam segala hal berkaitan dengan penyelesaian buku ini.

  Terimakasih juga tak lupa penulis ucapkan kepada Friedom Radjah, SH (advokat), Alex Frans, SH (advo- kat), Philipus Fernandez, SH (advokat), Ridwan Angsar, SH (jaksa) dan Danny Salmon, SH (jaksa), yang telah bersedia menjadi teman diskusi untuk memperkaya wawasan penulis tentang surat dakwaan.

  viii

  Secara khusus, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Pdt. Dr. Merry Kolimon dan Jaringan Perempuan Indonesia Timur (JPIT), karena atas kontribusi dan dukungan merekalah buku ini dapat diterbitkan.

  Sebagai penutup, buku ini diharapkan dapat menjadi ba- caan alternatif yang bermanfaat bagi setiap individu yang ingin memahami tentang surat dakwaan.

  Tarus Raya, Desember 2014

  Penulis

  ix

  Daftar Isi

  Pengantar – v Prakata – vii Daftar isi – x

Bagian I Pengertian Surat Dakwaan – 1

Bagian II Syarat-syarat Surat Dakwaan – 5

Bagian III Teknik Pembuatan Surat Dakwaan – 9

Bagian IV Bentuk Surat Dakwaan – 21

Bagian V Perubahan Surat Dakwaan – 31

Bagian VI Mengkritisi Surat Dakwaan – 37

  Lampiran-lampiran – 53 Kepustakaan – 65 Tentang Penulis – 68

  x

  Bagian I

Pengertian Surat Dakwaan

  Surat Dakwaan menempati posisi sentral, strategis dan merupakan dasar dalam pemeriksaan perkara pidana di pengadilan. Dalam proses penegakan hukum suatu tindak pidana, terdakwa hanya dapat dipidana ber- dasarkan apa yang terbukti mengenai kualifikasi tindak pidana yang dilakukan oleh seorang terdakwa menurut rumusan surat dakwaan. Jadi walaupun terdakwa ter- bukti melakukan tindak pidana dalam pemeriksaan persidangan tetapi tidak didakwakan dalam surat dak- waan, maka terdakwa tidak dapat dijatuhi hukuman dan hakim jadinya akan membebaskan terdakwa.

  Surat Dakwaan (telastelegging) oleh kebanyakan pa- kar hukum di Indonesia, diartikan sebagai sebuah akta yang dibuat oleh Penuntut Umum, yang berisi peru- musan tindak pidana yang didakwakan kepada ter- dakwa, berdasarkan kesimpulan dari hasil penyidikan.

  Memahami Surat Dakwaan

  Surat Dakwaan bisa dipahami juga sebagai upaya pe- nataan konstruksi yuridis atas fakta-fakta perbuatan terdakwa, yang terungkap sebagai hasil dari suatu penyidikan, dengan cara merangkai perpaduan antara fakta-fakta perbuatan terdakwa dengan unsur-unsur tindak pidana sesuai ketentuan undang-undang.

  Tujuan utama pembuatan surat dakwaan ialah untuk menentukan batas-batas pemeriksaan di sidang penga- dilan, yang menjadi dasar dari Penuntut Umum mela- kukan penuntutan terhadap terdakwa atau orang yang diduga sebagai pelaku kejahatan.

  Ditinjau dari berbagai kepentingan para pihak yang berkepentingan dengan pemeriksaan perkara pidana, maka surat dakwaan berfungsi untuk:

  1. Pengadilanhakim, surat dakwaan merupakan dasar dan sekaligus membatasi ruang lingkup pemerik- saan, sebagai dasar melakukan pemeriksaan di si- dang pengadilan, dan dasar pertimbangan dalam penjatuhan keputusan.

  2. Penuntut Umum, surat dakwaan merupakan dasar pembuktian, dasar melakukan penuntutan, dasar pembahasan yuridis dalam requisitoir , dasar mela- kukan upaya hukum.

  3. Terdakwapenasehat hukum, surat dakwaan meru- pakan dasar utama untuk mempersiapkan pembe- laan dalam pledoi, dasar mengajukan bukti meri- ngankan, dasar mengajukan upaya hukum.

  4. Pemantau peradilanmasyarakat sipil, surat dakwa- an merupakan dasar untuk menilai kinerja penegak hukum dalam proses penegakan hukum.

  2 | Pengertian Surat Dakwaan

  Paul SinlaEloE

  Menurut Pasal 14 huruf d KUHAP, yang berwenang membuat surat dakwaan adalah Penuntut Umum. Pe- nuntut Umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-Undang untuk melakukan penuntutan dan me- laksanakan penetapan hakim. (Pasal 1 angka 1 UU No.

  16 Tahun 2004, Tentang Kejaksaan Republik Indone- sia). Pembuatan surat dakwaan dilakukan oleh Penun- tut Umum bila ia berpendapat bahwa dari hasil penyi- dikan dapat dilakukan penuntutan (Pasal 140 ayat (1) KUHAP).

  Surat dakwaan yang telah dibuat oleh Penuntut Umum dilimpahkan ke pengadilan dengan segera (Pasal 143 ayat (1) KUHAP). Turunan surat pelimpahan perkara beserta surat dakwaan, harus disampaikan kepada ter- sangka atau kuasa hukumnya atau penasehat hukum- nya dan penyidik, pada saat bersamaan penyampaian surat pelimpahan perkara ke pengadilan (Pasal 143 ayat (4) KUHAP).

  Dengan posisi surat dakwaan yang sentral dan strate- gis ini, maka tidaklah mengherankan apabila dalam proses pembuatannya seringkali terjadi proses nego- siasi perkara yang berimplikasi pada terjadinya korupsi dalam proses peradilan (Judicial Corruption).

  Pengalaman PIAR NTT dalam melakukan advokasi un- tuk membongkar mafia peradilan, menemukan sejum- lah modus korupsi dalam pembuatan surat dakwaan, di antaranya: Pertama, pola utamanya adalah pengu- rangan tuntutan dengan modus Jaksa akan menawar- kan pada tersangka pasal apa yang akan diterapkan kalau ingin tuntutan yang ringan dan konsekwensinya, tersangka harus menyerahkan uang kepada Jaksa. Ak- tor dari modus ini adalah Jaksa, Penasehat Hukum dan

  Pengertian Surat Dakwaan | 3

  Memahami Surat Dakwaan

  tersangka. Kedua, pola yang dipergunakan adalah melepaskan tersangka. Modus yang dipergunakan ada- lah membuat dakwaan yang kabur (Obscuur Libel) sehingga tersangka bisa bebas. Dengan demikian, ter- sangka akan dibebaskan melalui pengadilan yang sah dan JaksaPenuntut Umum dan akan diberi imbalan sesuai kesepakatan. Pada modus sepeti ini, JaksaPe- nuntut Umum dan Penasehat Hukum-lah yang men- jadi aktornya.

  4 | Pengertian Surat Dakwaan

  Bagian II

Syarat-syarat Surat Dakwaan

  Surat dakwaan merupakan senjata yang hanya bisa di- gunakan oleh Penuntut Umum berdasarkan atas asas oportunitas yang memberikan hak kepada Jaksa Pe- nuntut Umum sebagai wakil dari negara untuk melaku- kan penuntutan kepada terdakwa atau pelaku tindak pidana.

  Penuntut Umum dalam menyusun surat dakwaan ha- rus membuatnya dengan sebaik-baiknya, sehingga su- rat dakwaan dapat tersusun secara sempurna karena telah memenuhi syarat-syarat sebagaimana yang ter- dapat dalam Pasal 143 ayat (2) KUHAP, yakni:

A. Syarat Formil

  Syarat formil yang harus dipenuhi atau terdapat dalam suatu surat dakwaan adalah:

1. Diberi tanggal

  Pencantuman tanggal dalam surat dakwaan diperlukan guna memenuhi syarat sebagai suatu aktesurat. Se-

  Memahami Surat Dakwaan

  lain itu, pencantuman tanggal dalam surat dakwaan sangat bermanfaat untuk mengantisipasi terjadinya pembuatan surat dakwaan mendahului terjadinya suatu peristiwa pidana.

2. Ditandatangani oleh penuntut umum

  Surat dakwaan harus ditanda tangani oleh Penuntut Umum dalam rangka memenuhi syarat sebagai suatu aktesurat. Alasan lain dalam kaitannya dengan surat dakwaan harus ditanda tangani oleh Penuntut Umum adalah untuk menunjukan identitas dari pihak yang bertanggung jawab atas surat dakwaan dan merupa- kan penegasan tentang pihak yang berwenang (Pasal

  14 huruf d KUHAP) untuk menandatangai suatu surat dakwaan.

3. Berisi identitas terdakwapara terdakwa

  Meliputi nama lengkap, tempat lahir, umur atau tang- gal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan terdakwa (Pasal 143 ayat (2) huruf a KUHAP). Identitas tersebut dimaksudkan agar orang yang didakwa dan diperiksa di depan sidang pengadilan adalah benar-benar terdakwa yang sebe- narnya dan bukan orang lain ( Error in Persona ). Apabila syarat formil ini tidak seluruhnya dipenuhi maka dapat dibatalkan oleh hakim ( Vernietigbaar ), karena dinilai tidak jelas terhadap siapa dakwaan tersebut ditujukan.

B. Syarat Materil

  Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP, mengamanatkan bahwa surat dakwaan harus memuat secara cermat, jelas, dan lengkap mengenai tindak pidana yang di- dakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tin-

  6 | Syarat‐syarat Surat Dakwaan

  Paul SinlaEloE

  dak pidana dilakukan oleh terdakwa. Jika syarat ma- teril ini tidak dipenuhi, maka dakwaan dinyatakan tidak dapat diterima (niet onvanklijk verklaard) dan batal demi hukum (absolut nietig) .

  Dalam KUHAP tidak dijelaskan tentang apa yang di- maksud dengan istilah cermat, jelas, dan lengkap. Namun oleh kebanyakan pakar hukum pidana, pe- ngertian cermat, jelas dan lengkap dimaknai sebagai berikut:

1. Uraian harus cermat

  Cermat yang dimaksud di sini adalah ketelitian Jaksa Penuntut Umum dalam mempersiapkan surat dakwaan yang didasarkan undang-undang yang berlaku bagi terdakwa, serta tidak terdapat kekurangan dan atau kekeliruan yang dapat mengakibatkan batalnya surat dakwaan atau tidak dapat dibuktikan. Dengan kata lain, Jaksa Penuntut Umum diharuskan untuk bersikap teliti dengan semua hal yang berhubungan dengan keberhasilan penuntutan perkara di persidangan, di antaranya: (a) apa ada pengaduan dalam hal delik khusus atau tindak pidana umum?; (b) apa penerapan hukumnya sudah tepat?; (c) apa terdakwa dapat di- minta pertanggungjawaban dalam suatu tindak pidana; (d) apakah tindak pidana tersebut belum atau sudah daluwarsa; (e) apakah tindak pidana yang didakwakan itu tidak nebis in idem, yakni terdakwa diadili lebih dari satu kali atas satu perbuatan kalau sudah ada keputu- san yang menghukum atau membebaskannya.

2. Uraian harus jelas

  Uraian yang jelas dan mudah dimengerti dengan cara menyusun redaksi yang mempertemukan fakta-fakta (perbuatan material) terdakwa dengan unsur-unsur

  Syarat‐syarat Surat Dakwaan | 7

  Memahami Surat Dakwaan

  tindak pidana yang didakwakan, sehingga terdakwa atau penasehat hukum yang mendengar atau mem- bacanya akan mengerti dan mendapatkan gambaran tentang: (a) siapa yang melakukan tindak pidana; (b) tindak pidana apa yang dilakukan; (c) kapan dan di mana tindak pidana tersebut dilakukan; (d) apa akibat yang ditimbulkan; dan (e) mengapa terdakwa melaku- kan tindak pidana itu. Uraian komponen-komponen tersebut disusun secara sistematik dan kronologis dengan bahasa yang sederhana. Hal ini dimaksudkan untuk para pihak yang terlibat dalam berperkara dapat mengetahui secara jelas, apakah terdakwa dalam me- lakukan tindak pidana yang didakwakan tersebut da- lam kapasitas sebagai pelaku (dader) dengan peran: Orang yang Melakukan (pleger), Orang yang Menyuruh Melakukan (doenpleger), Orang yang Turut Serta Melakukan (medepleger), Orang yang Menganjurkan untuk Melakukan (uitlokker), atau hanya sebagai Pem- bantu Melakukan (medeplichting). Apakah unsur yang diuraikan tersebut sebagai tindak pidana dengan kualifikasi, misalnya penipuan atau penggelapan atau pencurian, dsb.

3. Uraian harus lengkap

  Uraian harus lengkap adalah bahwa dalam menyusun surat dakwaan uraian surat dakwaan harus mencakup semua unsur yang ditentukan secara lengkap. Jangan sampai terjadi ada unsur delik yang tidak dirumuskan secara lengkap atau tidak diuraikan perbuatan ma- terilnya secara tegas dalam dakwaan, sehingga ber- akibat perbuatan itu bukan merupakan tindak pidana menurut undang-undang.

  8 | Syarat‐syarat Surat Dakwaan

  Bagian III

Teknik Pembuatan Surat Dakwaan

  Surat dakwaan harus dibuat sedemikian rupa di mana semua harus diuraikan, baik unsur tindak pidana yang didakwakan, perbuatan materiil, waktu dan tempat di mana tindak pidana dilakukan sehingga tidak satu pun yang diperlukan dalam rangka usaha pembuktian di dalam sidang pengadilan yang ketinggalan atau tidak diuraikan.

  Teknik pembuatan surat dakwaan berkenaan dengan pemilihan bentuk surat dakwaan dan redaksi yang dipergunakan dalam merumuskan tindak pidana yang didakwakan.

Pemilihan Bentuk Surat Dakwaan

  Bentuk surat dakwaan disesuaikan dengan jenis tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa. Apabila terdak- wa hanya melakukan satu tindak pidana, maka diguna- kan dakwaan tunggal. Dalam hal terdakwa melakukan

  Memahami Surat Dakwaan

  satu tindak pidana yang menyentuh beberapa perumu- san tindak pidana dalam undang undang dan belum dapat dipastikan tentang kualifikasi dan ketentuan pi- dana yang dilanggar, dipergunakan dakwaan alternatif atau subsidair. Dalam hal terdakwa melakukan bebe- rapa tindak pidana yang masing-masing merupakan tindak pidana yang berdiri sendiri, digunakan bentuk dakwaan kumulatif.

Teknis Redaksional

  Hal ini berkenaan dengan cara merumuskan fakta- fakta dan perbuatan terdakwa yang dipadukan dengan unsur-unsur tindak pidana sesuai perumusan keten- tuan pidana yang dilanggar, sehingga nampak dengan jelas bahwa fakta-fakta perbuatan terdakwa memenuhi segenap unsur tindak pidana sebagaimana dirumuskan dalam ketentuan pidana yang bersangkutan. Perumu- san dimaksud harus dilengkapi dengan uraian tentang waktu dan tempat tindak pidana dilakukan. Uraian ke- dua komponen tersebut dilakukan secara sistematis dengan menggunakan bahasa yang sederhana dan kalimat-kalimat yang efektif.

  Box 1. Rumus Penyusunan Surat Dakwaan

S+W+T+UUTP+K+Psl

  Keterangan: S = Subjek HukumTerdakwa

  W = WaktuTempus Delicti

  T = Tempat Locus Delicti UUTP = Unsur-Unsur Tindak Pidana yang Didakwakan kepada

  Terdakwa K = Keterangan mengenai keadaan yang meliputi uraian kejadian serta

  hal-hal yang memberatkan dan meringankan terdakwa Psl = Pasal Undang-Undang yang Didakwakan

  10 | Teknik Pembuatan Surat Dakwaan

  Paul SinlaEloE

  Logika sederhana yang dapat dipergunakan oleh Pe- nuntut Umum dalam membuat surat dakwaan yang cermat, jelas dan lengkap dapat mengikuti rumus di atas.

  Dalam menyusun surat dakwaan yang cermat, jelas dan lengkap sesuai dengan syarat formil dan materiil yang diatur dalam Pasal 143 ayat (2) huruf a dan huruf

  b KUHAP, maka ada 2 (dua) hal yang wajib diper- hatikan oleh Penuntut Umum sebelum menyusun surat dakwaan, yaitu:

A. Penguasaan atas Materi Perkara

  Sebelum Penuntut Umum mulai membuat surat dak- waan, terlebih dahulu haruslah dengan seksama mem- baca seluruh berkas perkara yang ada agar materi per- kara bisa dikuasai. Menguasai materi perkara berarti mengetahui siapa yang diduga melakukan tindak pidana, kapan tindak pidana tersebut dilakukan, di ma- na terjadinya tindak pidana tersebut, cara bagaimana tindak pidana itu dilakukan dan dengan alat apa tindak pidana dimaksud dilakukan. Selanjutnya, yang harus diketahui oleh Penuntut Umum adalah apa akibat dari tindak pidana tersebut: siapa yang menjadi korban atau siapa yang dirugikan. Semua itu harus didukung oleh bukti-bukti yang cukup sesuai ketentuan undang- undang.

  Penguasaan materi perkara ini bisa dilakukan dengan cara melakukan penelitan berkas perkara. Penelitian berkas perkara harus difokuskan pada terpenuhinya kelengkapan formil dan materil, sehingga bisa diketa- hui sejauh mana fakta-fakta hasil penyidikan dapat mendukung perumusan surat dakwaan beserta upaya pembuktian.

  Teknik Pembuatan Surat Dakwaan | 11

  Memahami Surat Dakwaan

  12 | Teknik Pembuatan Surat Dakwaan

  Paul SinlaEloE

  Dalam praktek, penelitian berkas perkara dari penyidik dikenal dengan istilah ”tugas prapenuntutan” yang di- lakukan oleh Jaksa Penuntut dengan bentuk formulir dengan kode P-16. Uraian selengkapnya berkaitan dengan kode formulir yang digunakan dalam proses penanganan dan penyelesaian perkara tindak pidana, dapat dilihat dalam tabel 1.

B. Penguasaan atas Materi Ketentuan Perundang-undangan

  Penguasaan materi ketentuan perundang-undangan ini berarti pembuat surat dakwaan harus mengetahui se- cara tepat dan rinci dari pasal yang direncanakan akan didakwakan, di mana unsur-unsur tersebut cocok de- ngan perbuatan pidana yang dilakukan oleh terdakwa.

  Menurut Pasal 141 KUHAP, Penuntut Umum dalam penyusunan surat dakwaan dapat melakukan peng- gabungan perkara dan membuatnya dalam satu surat dakwaan, apabila pada waktu yang sama atau hampir bersamaan ia menerima berkas perkara dalam hal:

  a. Beberapa tindak pidana yang dilakukan oleh se- orang yang sama dan kepentingan pemeriksaan tidak menjadikan halangan terhadap penggabu- ngannya.

  b. Beberapa tindak pidana yang bersangkut-paut satu dengan yang lain. (NB: Suatu tindak pidana dianggap memiliki sangkut-paut satu dengan lain- nya apabila: pertama, lebih dari seorang yang be- kerja sama dan dilakukan pada saat yang bersa- maan. kedua, lebih dari seorang pada saat dan tempat yang berbeda, akan tetapi merupakan pe- laksanaan dan pemufakatan jahat yang dibuat oleh mereka sebelumnya. ketiga, seorang atau le-

  Teknik Pembuatan Surat Dakwaan | 13

  Memahami Surat Dakwaan

  bih dengan maksud mendapat alat yang akan di- pergunakan untuk melakukan tindak pidana lain atau menghindarkan diri dari pemidanaan karena tindak pidana lain).

  c. Beberapa tindak pidana yang tidak bersangkut- paut satu dengan yang lain, akan tetapi yang satu dengan yang lain itu ada hubungannya, yang da- lam hal ini penggabungan tersebut perlu bagi ke- pentingan pemeriksaan.

  Substansi dari Pasal 141 KUHAP ini pada dasarnya me- ngatur tentang semenloop atau concursus, dalam ba- hasa Indonesia diterjemahkan menjadi ‘Perbarengan’.

  Berdasarkan bentuknya, Perbarengan dalam ilmu hu- kum pidana dapat dibagi menjadi:

1. Perbarengan Peraturan (Concursus Idealis)

  Perbarengan peraturan ini terjadi dalam hal se- seorang yang melakukan satu perbuatan, tetapi perbuatan yang dilakukan tersebut telah melanggar beberapa peraturan (Pasal 63 KUHP).

2. Perbarengan Perbuatan (Concursus Realis)

  Perbarengan perbuatan ini terjadi dalam hal sesorang melakukan beberapa perbuatan, yakni perbuatan- perbuatan tersebut merupakan perbuatan sendiri- sendiri. Dalam KUHP, Concursus Realis dibedakan menjadi perbarengan perbuatan atas kejahatan (Pasal 65 KUHP dan Pasal 66 KUHP) dan perbarengan perbuatan atas kejahatan (Pasal 70 KUHP).

3. Perbuatan Berlanjut (Voortgezette Handeling)

  Perbuatan berlanjut terjadi dalam hal seseorang me- lakukan beberapa perbuatan pidana yang masing-

  14 | Teknik Pembuatan Surat Dakwaan

  Paul SinlaEloE

  masing berdiri sendiri, akan tetapi perbuatan-perbua- tan tersebut ada hubungannya sedemikian rupa erat- nya yang satu dengan yang lain, sehingga beberapa perbuatan tersebut harus dianggap satu perbuatan berlanjut (Pasal 64 KUHP).

  Dasar pemikiran penggabungan perkara-perkara pida- na ini ialah meringkaskan serta memudahkan pemerik- saan di dalam suatu sidang pengadilan. Penggabungan perkara-perkara ini dimaksudkan agar pemeriksaan be- berapa macam perkara dapat dilaksanakan dengan cepat dan lancar sehingga hubungan atau keberkaitan yang ada dalam beberapa perkara itu menjadi lebih mudah diketahui.

  Dalam penangan perkara, Penuntut Umum diperke- nankan untuk memecah perkara (spiltsing) menjadi beberapa perkara dengan surat dakwaan tersendiri pula. Menurut Pasal 142 KUHAP, dalam hal Penuntut Umum menerima satu berkas perkara yang memuat beberapa tindak pidana yang tidak masuk dalam Pasal 141 KUHAP, Penuntut Umum dapat melakukan penun- tutan terhadap masing-masing terdakwa secara ter- pisah.

  Splitsing bisanya dilakukan dengan membuat berkas perkara di mana para tersangka saling menjadi saksi. Sehingga untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan baru, baik terhadap tersangka maupun saksi.

  Secara teknis, pembuat splitsing perkara adalah pe- nyidik atas petunjuk Penuntut Umum, karena masalah splitsing ini adalah masih tahap persiapan tindakan penuntutan dan belum sampai pada tahap persida- ngan perkara di pengadilan.

  Teknik Pembuatan Surat Dakwaan | 15

  Memahami Surat Dakwaan

  Dalam hal Penuntut Umum menerima hasil penyidikan dari penyidik, harus segera diteliti dan dipelajari apa- kah perlu tidaknya di- split . Bilamana jaksa yang di- percayakan untuk meneliti berpendapat bahwa perkara tersebut perlu untuk dilakukan splitsing, maka dalam waktu tujuh hari wajib memberitahukan kepada pe- nyidik untuk dilengkapi dan disempurnakan dengan di- berikan petunjuk seperlunya. Dalam waktu empatbelas hari sejak tanggal penerimaan berkas, penyidik harus sudah menyampaikan berkas perkara yang telah di- split itu kepada Penuntut Umum (kaitan dengan makna ketentuan materi Pasal 138 ayat (1) (2) KUHAP).

  Dengan demikian, petunjuk mengenai splitsing itu di- berikan dalam rangka prapenuntutan yang merupakan wewenang Penuntut Umum sebagaimana tersebut dalam Pasal 14 huruf b Jo. Pasal 110 Jo. Pasal 138 KUHAP.

  Tabel 2

  Contoh Matriks Verifikasi Surat Dakwaan

  (contoh pengisian matriks terlampir)

  NAMA KORBAN: NAMA JAKSA PENUNTUT UMUM: NOMOR PERKARA:

  Syarat Formil

  Syarat Materiil

  Catatan: matriks ini dapat juga digunakan oleh pihak lain yang berkepentingan untuk menilai surat dakwaan

  16 | Teknik Pembuatan Surat Dakwaan

  Paul SinlaEloE

  Mengingat pasal 143 ayat (3) KUHP yang mengama- natkan bahwa surat dakwaan terancam batal apabila tidak memenuhi Pasal 143 ayat (2) huruf a dan huruf b KUHAP, maka matriks berikut ini dapat dipergunakan untuk mempermudah Penuntut Umum dalam menilai kembali surat dakwaannya yang sudah disusun (lihat tabel 2).

  Uraian dalam rangka pengisian matriks verifikasi surat dakwaan di atas adalah:

1. Identitas TersangkaTerdakwa

  Dalam menyusun urutan identitas tersangka atau terdakwa disesuaikan dengan urutan yang diatur dalam Pasal 143 ayat (2) huruf a KUHAP.

2. Locus Delictie dan Tempus Delictie

  Tempat dan waktu terjadinya delik harus dinyatakan secara jelas: pertama, tempat disebutkan kam- pung, kelurahan, kecamatan dan kabupaten; kedua, waktu harus dijelaskan jam, hari, tanggal, bulan dan tahun dan juga disebutkan waktu yang lain apabila dalam undang-undang itu ditentukan.

  • Manfaat diketahuidiuraikannya waktu terjadinya

  tindak pidana (Tempus Delictie) , (1) untuk me-

  ngetahui usia pelaku (Pasal 47 KUHP) dan usia korban untuk delik susila (Pasal 287 ayat (2) KUHP, Pasal 290 KUHP dan Pasal 291 KUHP) pada saat peristiwa pidana itu terjadi; (2) untuk me- ngetahui apakah pelaku tindak pidana tersebut adalah recidive atau bukan (Pasal 486 KUHP, Pasal 487 KUHP dan Pasal 488 KUHP); (3) untuk me- ngetahui apakah tindak pidana yang dilakukan sudah daluarsa dalam penuntutan dan menjalani hukuman ataukah belum daluarsa . (Pasal 78 KUHP

  Teknik Pembuatan Surat Dakwaan | 17

  Memahami Surat Dakwaan

  sd Pasal 82 KUHP); (4) untuk memastikan bahwa hukum tidak berlaku surut (asas legalitas) yang artinya tidak ada hukuman jika tidak ada aturan yang mengatur (Pasal 1 ayat (1) KUHP); (5) untuk mengetahui apakah aturan berkaitan dengan tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa sudah ada perubahanpergantian atau belum (Pasal 1 ayat (2) KUHP); (6) untuk mengetahui alibi dari terdakwa; (7) untuk mengetahui keadaan-keada- an yang memberatkan pidana (Pasal 363 KUHP); (8) untuk mengetahui terdakwa dapat dipidana atau tidak. (Pasal 123 KUHP); (9) sebagai syarat mutlak sahnya surat dakwaan. (Pasal 143 KUHAP).

  • Tempat kejadian perkara tindak pidana ( Locus

  Delictie ) menjadi sesuatu yang harus diketahui dan ditentukan secara benar karena bermanfaat untuk: (1) menentukan ruang lingkup berlakunya undang-undang pidana nasional dalam hal konkret (Pasal 2 KUHP sd Pasal 9 KUHP); (2) untuk me- mastikan kewenangan mengadili perkara seba- gaimana yang diatur dalam Pasal 84 KUHAP, Pasal 137 KUHAP dan untuk mengetahui berwenang atau tidaknya suatu pengadilan mengadili suatu perkara ( kompetensi relative ) serta memastikan berlakunya kewenangan mengadili terhadap pe- laku yang melakukan tindak pidana di luar negeri (Pasal 86 KUHAP); (3) untuk mengetahui apakah tindak pidana tersebut dilakukan di muka umum atau tidak (Pasal 154 KUHP, Pasal 156 KUHP dan Pasal 160 KUHP); (4) sebagai salah satu syarat mutlak sahnya surat dakwaan (Pasal 143 ayat (2) KUHAP).

  18 | Teknik Pembuatan Surat Dakwaan

  Paul SinlaEloE

3. Pasal Delik yang Dilanggar

  Pasal dari delik ini memiliki keterkaitan erat dengan kualifikasi tindak pidana. Karenanya pasal dari delik yang didakwakan pada terdakwa harus disebutkan ditulis secara cermat, jelas dan lengkap.

4. Unsur Delik

  Unsur delik disusun sesuai dengan bunyi undang- undangnya, unsur delik ditulis dengan terperinci dan unsur dari satu tindak pidana tidak boleh lebih dan ti- dak boleh satupun ketinggalan. Dalam menguraikan unsur delik harus juga disebutkan kualifikasi atau nama tindak pidana yang dilakukan oleh pelaku atau orang yang diduga sebagai pelaku. Artinya, pengu- raian unsur delik harus dilakukan secara cermat, jelas dan lengkap.

5. Perbuatan Materiil atau Fakta

  Uraian dari tiap unsur delik harus dibuat secara jelas dan wajib dibuat terpisah antar unsur delik yang satu dengan unsur delik yang lainnya.

6. Alat Bukti dan Barang Bukti

  Alat bukti di sini adalah semua alat bukti yang sah menurut hukum (Pasal 184 Ayat (1) KUHAP) dan barang bukti sebagai mana diatur dalam Pasal 39 ayat (1) KUHAP, yang terdapat dalam berita acara dan mendukung pembuktian tindak pidana yang didakwakan.

7. Kualifikasi Tindak Pidana

  Berdasarkan uraian perbuatan materiil yang didukung oleh alat bukti dapat ditentukan kualifikasi tindak pi- dana yang akan dibuktikan di muka sidang penga- dilan. Atau dengan kata lain, kualifikasi tindak pidana

  Teknik Pembuatan Surat Dakwaan | 19

  Memahami Surat Dakwaan

  BOX. 2

  Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam ini merupakan kesimpulan sementara yang harus di- pembuatan surat dakwaan buktikan dalam persidangan. A. Pengertian Perbuatan (Feit)

  1. Perbuatan dilihat dari sudut "Materiele Feiten" yaitu perbuatan yang dilakukan oleh manusia (Menslijke Handelingen). Perbuatan materiil ini adalah perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana oleh undang-undang serta harus dirumuskan secara jelas dan tegas dalam dakwaan.

  2. Perbuatan dilihat dari sudut unsur-unsurnya, dapat diketgorikan atas 2 unsur yakni, unsur obyektif dan unsur subyektif. Kedua unsur tersebut harus dirumuskan secara jelas dan tegas dalam surat dakwaan. Unsur obyektif adalah unsur yang berkenaan dengan bentuk, jenis, sifat tindak pidana tersebut. sedangkan unsur subyektif berkenaan dengan diri pelaku dan hal ini menyangkut pertanggung jawaban pidana.

  B. Penggunaan Istilah Lapisan Dakwaan

  Dalam praktek digunakan istilah-istilah ‘pertama’, ‘kedua’ dan seterusnya atau kesatu; kedua dan seterusnya; primair; subsidair dan seterusnya

  C. Uraian Dalam Masing-Masing Lapisan Dakwaan

  Dalam menguraikan tindak pidana yang didakwakan agar diupayakan jangan sampai terjadi: pertama, uraian yang bertentangan satu sama lain atau uraian yang kabursamar-samar; kedua, bentuk surat dakwaan tidak sesuai dengan hasil penyidikan; ketiga, uraian dakwaan yang ha- nya menunjuk kepada uraian dakwaan terdahulu, sedang tindak pidana yang didakwakan secara prinsipil berbeda satu sama lain; keempat, menggabungkan uraian unsur-unsur tindak pidana yang satu dengan yang lain sehingga secara konkrit tindak pidana yang didakwakan tidak tergambar secara jelas, seperti menggabungkan unsur-unsur penipuan dan penggelapan dalam satu lapisan dakwaan; kelima, menggabungkan dakwaan tindak pidana yang harus diperiksa dengan Acara Pemeriksaan BiasaAcara Pemeriksaan Singkat dengan dakwaan tindak pidana yang diperiksa dengan Acara Pemeriksaan Cepat, seperti menggabungkan dakwaan pasal 359 KUHP dengan dakwaan pelanggaran Lalu Lintas; keenam, dalam hal beberapa orang terdakwa melakukan beberapa Tindak Pidana harus jelas kwalitas dari peranannya masing-masing.

  D. Penggabungan dakwaan Tindak Pidana Khusus dan Tindak Pidana Umum.

  Penggabungan demikian dapat dibenarkan dan hendaknya kita berpe- gang pada dasar peradilan yang cepat, sederhana dan biaya ringan. Bila Tindak Pidana Khusus tersebut disidik sendiri oleh Kejaksaan, kemudian di persidangan dakwaan yang terbukti adalah dakwaan Tindak Pidana Umum, maka berkas perkara tersebut diregister sebagai perkara Tindak Pidana Umum.

  20 | Teknik Pembuatan Surat Dakwaan

  Bagian IV

Bentuk Surat Dakwaan

  KUHAP tidak mengatur bentuk, susunan ataupun sis- tematika dari surat dakwaan. Pada prakteknya, Pe- nuntut Umum dalam menyusun surat dakwaan selalu berpijak pada strategi dan rasa seni sesuai dengan pe- ngalaman prakteknya masing-masing. Meski demikian, Penuntut Umum dalam menyusun dakwaannya tetap harus berdasarkan pada persyaratan yang diatur dalam Pasal 143 ayat (2) KUHAP.

  Dalam praktek hukum dikenal beberapa bentuk surat dakwaan yakni:

1. Surat Dakwaan TunggalBiasa

  Penyusunan dakwaan tunggalbiasa merupakan penyu- sunan surat dakwaan yang mudah disusun, jika diban- dingkan dengan penyusunan dakwaan yang memper- gunakan bentuk surat dakwaan lainnya. Penyusunan surat dakwaan ini dapat dikatakan sederhana, yaitu

  Memahami Surat Dakwaan

  sederhana dalam perumusannya dan sederhana pula dalam pembuktian dan penerapan hukumnya.

  Surat dakwaan biasanya disusun secara tunggal, jika seseorang atau lebih terdakwa melakukan hanya satu perbuatan pidana saja. Misalnya, Penuntut Umum me- rasa yakin apabila terdakwa telah melakukan perbua- tan ‘pencurian’ sebagaimana diatur dalam Pasal 362 KUHP, maka terdakwa hanya didakwa dengan Pasal 362 KUHP.

  Box 3 KerangkaPola Surat Dakwaan TunggalBiasa

  1. Identitas terdakwapara terdakwa

  2. Status tahanan (tidak harus)

  3. Dakwaan

  4. Jumlah dan peran masing-masing terdakwa

  5. Waktu terjadinya tindak pidana

  6. Tempat terjadinya tindak pidana

  7. Uraian lengkap unsur delik

  8. Dirangkaikan dengan faktakeadaan yang mendukung masing-masing unsur delik (cara tindak pidana dilakukan dan akibat yang ditimbulkan – delik materil)

  9. Diberi tanggal pembuatan surat dakwaan

  10. Ditandatangani penuntut umum

  Seorang terdakwa yang melakukan perbuatan ber- lanjut (Voorgezette Handeling) atau beberapa orang terdakwa secara bersama-sama (Medeplegen) melaku- kan satu tindak pidana, dapat juga diadili dengan dak- waan tunggalbiasa. Substansi dari dakwaan tunggal biasa adalah jika (para) terdakwa hanya melakukan

  22 | Bentuk Surat Dakwaan

  Paul SinlaEloE

  satu perbuatan pidana saja dan tidak terdapat ke- mungkinan-kemungkinan alternatif, atau kemungkinan untuk merumuskan tindak pidana lain sebagai peng- gantinya, maupun kemungkinan untuk mengakumulasi atau mengkombinasikan tindak pidana dalam surat dakwaan.

2. Surat Dakwaan Alternatif

  Surat dakwaan alternatif dipergunakan oleh Penuntut Umum apabila tindak pidana yang akan didakwakan pada terdakwa hanya satu tindak pidana, akan tetapi Penuntut Umum belum yakin benar tentang tindak pidana apa yang paling tepat didakwakan pada ter- dakwa.

  Tentang kualifikasi atau pasal yang tepat untuk di- terapkan pada tindak pidana tersebut dan untuk mem- perkecil peluang lolosnya terdakwa dari pertanggung- jawaban pidana, maka digunakanlah bentuk dakwaan alternatif. Penggunaan dakwaan alternatif oleh Penun- tut Umum, dimaksudkan juga untuk memberikan pili- han kepada hakim dalam menerapkan hukum yang lebih tepat

  Ciri dari dakwaan alternatif adalah dalam penulisannya menggunakan kata ‘atau’. Dakwaan alternatif ini diper- gunakan dalam hal antara kualifikasi tindak pidana yang satu dengan kualifikasi tindak pidana yang lain menunjukan corakciri yang sama atau hampir sama. Misalnya, pencurian atau penadahan, penipuan atau penggelapan, pembunuhan atau penganiayaan yang mengakibatkan mati, dsb.

  Cara pemeriksaanpembuktian suatu tindak pidana yang didakwakan dengan dakwaan alternatif adalah

  Bentuk Surat Dakwaan | 23

  Memahami Surat Dakwaan

  semua dakwaan harus diperiksa terlebih dahulu. Dari hasil pemeriksaan ini, Penuntut Umum dan hakim ke- mudian memilih satu dakwaan yang paling tepat dan terbukti.

  Surat dakwaan yang berbentuk alternatif, rumusannya mirip dengan bentuk surat dakwaan subsidair, yaitu terdakwa secara faktual didakwakan lebih dari satu tindak pidanadelik, tetapi sesungguhnya dakwaan yang dituju dan yang harus dibuktikan hanya satu tindak pidana.

  Dalam praktek contoh dakwaan alternatif disusun sebagai berikut:

Pertama:

  Bahwa ia terdakwa … dst (melanggar Pasal 362 KUHP— tentang pencurian).

Atau Kedua:

  Bahwa ia terdakwa … dst (melanggar Pasal 372 KUHP— tentang penggelapan).

Atau Ketiga:

  Bahwa ia terdakwa … dst (melanggar Pasal 378 KUHP— tentang penipuan).

3. Surat Dakwaan SubsidairBerlapis

  Penuntut Umum akan mempergunakan bentuk dak- waan subsidairberlapis, apabila suatu akibat yang di- timbulkan oleh suatu tindak pidana menyentuh atau menyinggung beberapa ketentuan pidana. Selain itu, bentuk dakwaan subsidairberlapis dapat dipergunakan apabila dalam satu tindak pidana terdapat titik per-

  24 | Bentuk Surat Dakwaan

  Paul SinlaEloE

  singgungan antara ketentuan pidana yang satu dengan lainnya. Keadaan yang demikian dapat menimbulkan keraguan pada Penuntut Umum, baik mengenai kuali- fikasi tindak pidananya maupun mengenai pasal yang dilanggarnya.

  Dalam dakwaan yang berbentuk subsidairberlapis, ter- dakwa hanya didakwakan satu tindak pidana saja, di mana tindak pidana yang diancam dengan pidana pokok terberat ditempatkan pada lapisan atas dan tindak pidana yang diancam pidana yang lebih ringan ditempatkan di bawahnya.

  Konsekuensi pembuktian dari dipergunakannya dak- waan berbentuk subsidairberlapis adalah jika satu dakwaan telah terbukti, maka dakwaan selebihnya tidak perlu dibuktikan lagi.

  Dalam praktek hukum, biasanya pertama-tama yang dibuktikan adalah dakwaan utamaprimair. Kalau dak- waan primair terbukti, dakwaan penggantisubsidair tidak perlu dibuktikan. Dakwaan subsidair dibuktikan, jika dakwaan primair tidak terbukti.

4. Surat Dakwaan Kumulatif

  Dakwaan kumulatif dipergunakan oleh Penuntut Umum jika seorang atau lebih terdakwa melakukan lebih dari satu perbuatan pidana yang harus dianggap berdiri sendiri atau pun tindak pidana tersebut tidak mem- punyai kaitan yang satu dengan lainnya (Concursus Realis) . Contohnya, terdakwa didakwakan melakukan kejahatan pemerasan dalam jabatan, membawa pula senjata api tanpa izin.

  Jika terjadi hal yang demikian, maka terhadap masing- masing kejahatan dibuat dakwaannya secara terpisah dalam sebuah surat dakwaan. Misalnya:

  Bentuk Surat Dakwaan | 25

  Memahami Surat Dakwaan

Dakwaan ke-I

  Bahwa ia terdakwa…dst (melanggar Pasal 12 huruf e UU TIPIKOR—tentang pemerasan dalam jabatan).

DAN Dakwaan ke-II

  Bahwa ia terdakwa…dst (melanggar Pasal 1 ayat (1) UU No. 12DRT1951—tentang kepemilikan senjata api).

  Dalam hal pembuktian berkaitan dengan dakwaan yang berbentuk kumulatif, setiap dakwaan harus di- buktikan secara tersendiri, namun hukumannya hanya satu saja, yakni ancaman hukuman yang terberat ditambah dengan sepertiganya sebagaimana maksud dari Pasal 63 KUHP sampai dengan Pasal 71 KUHP.

  Sifatciri dari dakwaan kumulatif adalah (a) terdiri dari lebih dari satu tindak pidana; (b) antara dakwaan yang satu dengan yang lain dihubungkan dengan kata peng- hubung ‘DAN’; (c) tidak boleh mengkumulasikan antara delik yang diperiksa dengan acara pemeriksaan biasa singkat dengan delik yang diperiksa dengan acara pe- meriksaan cepat.

5. Surat Dakwaan Kombinasi

  Bentuk dakwaan kombinasi ini merupakan perkemba- ngan terbaru dalam praktek hukum. Penuntut Umum mempergunakan dakwaan berbentuk kombinasi untuk merespon pesat dan variatifnya peristiwa pidana baik dalam bentukjenisnya maupun dalam modus operandi yang digunakan.

  Surat dakwaan kombinasi biasanya dipakai oleh Pe- nuntut Umum untuk menjerat seseorang atau lebih terdakwa yang melakukan satu perbuatan pidana

  26 | Bentuk Surat Dakwaan

  Paul SinlaEloE

  tetapi perbuatan yang dilakukan tersebut telah me- langgar beberapa peraturan (Concursus Idealis) .

  Surat dakwaan yang berbentuk kombinasi ini dasarnya adalah surat dakwaan kumulatif. Artinya, dalam dak- waan kombinasi salah satu atau setiap dakwaan kumu- latif, terdapat bentuk dakwaan alternatif atau dakwaan subsidair. Atau dengan kata lain, dalam surat dakwaan kombinasi, seorang atau lebih terdakwa didakwa de- ngan beberapa delik secara kumulatif yang terdiri dari dakwaan subsider dan dakwaan alternatif secara se- rempaksekaligus, yang dalam praktik disusun sebagai berikut:

Kesatu : Primair:

  Bahwa ia terdakwa…dst (melanggar Pasal 340 KUHP— tentang pembunuhan berencana).

Subsidair:

  Bahwa ia terdakwa...dst (melanggar Pasal 338 KUHP— tentang pembunuhan).

Kedua : Pertama:

  Bahwa ia terdakwa…dst (melanggar Pasal 368 KUHP— tentang pemerasan dengan ancaman).

ATAU Kedua:

  Bahwa ia terdakwa…dst (melanggar Pasal 378 KUHP— tentang penipuan).

ATAU Ketiga:

  Bahwa ia terdakwa…dst (melanggar Pasal 372 KUHP— tentang penggelapan).

  Bentuk Surat Dakwaan | 27

  Memahami Surat Dakwaan

  Pembuktian berkaitan dengan suatu perbuatan pidana yang terdakwanya oleh Penuntut Umum didakwa de- ngan dakwaan berbentuk gabungankombinasi, maka dakwaan kesatu primair lebih dahulu dibuktikan. Kalau sudah terbukti, dakwaan subsidair tidak perlu dibukti- kan lagi. Kemudian dakwaan kedua juga harus dibukti- kan, dst.

  Box 4

  Sifat dan Ciri Dakwaan Subsidairberlapis

  1. Tindak pidana yang satu dengan yang lain sejenis atau menimbulkan akibat yang sama. Contohnya, Pembunuhan berencana (pasal 340 KUHP); Pembunuhan biasa (pasal 338 KUHP); Penganiayaan berencana mengakibatkan kematian (pasal 351 ayat (3) KUHP)

  2. Terdapat titik singgung antara ketentuan pidana yang satu dengan lainnya.

  3. Susunan dimulai dari ancaman pidana terberat sebagai dakwaan primair baru yang ringan sebagai dakwaan subsidair, dan seterusnya lebih subsidair. Contoh:

Primair:

  Bahwa ia terdakwa...dst (melanggar pasal 340 KUHP).

Subsidair:

  Bahwa ia terdakwa....dst (melanggar pasal 338 KUHP).

  Lebih Subsidair:

  Bahwa ia terdakwa....dst (melanggar pasal 353 ayat (3) KUHP)

Lebih-lebih Subsidair:

  Bahwa ia terdakwa....dst (melanggar pasal 351 ayat (3) KUHP).

  28 | Bentuk Surat Dakwaan

  Bagian V

Perubahan Surat Dakwaan

  Surat dakwaan adalah pijakan dasar bagi proses per- sidangan pidana. Tetapi ada kalanya surat dakwaan itu mempunyai kesalahan pada saat pembuatannya se- hingga diperlukan suatu perubahan surat dakwaan.

  Menurut Pasal 144 KUHAP, langkah-langkah hukum yang dapat dilakukan oleh Penuntut Umum jika ada suatu perubahan surat dakwaan ialah (1) Penuntut Umum dapat mengubah surat dakwaan sebelum pe- ngadilan menetapkan hari sidang, baik dengan tujuan untuk menyempurnakan ataupun untuk tidak melanjut- kan penuntutannya (Pasal 144 ayat (1) KUHAP); (2) pengubahan surat dakwaan tersebut dapat dilakukan hanya satu kali selambat-lambatnya tujuh hari sebelum sidang dimulai (Pasal 144 ayat (2) KUHAP); (3) dalam hal Penuntut Umum mengubah surat dakwaan, maka turunannya wajib disampaikan kepada tersangka atau penasihat hukum dan penyidik (Pasal 144 ayat (3) KUHAP).

  Memahami Surat Dakwaan

  Dalam teknis berperkara, jika perubahan surat dakwa- an dilakukan tidak sesuai waktu yang telah disebutkan di atas, terdakwa memperoleh hak untuk menolak di- sidangkan dengan dasar dakwaan yang telah dirubah tidak sesuai Pasal 144 KUHAP. Alur perubahan surat dakwaan sebagaimana yang diamanatkan oleh KUHAP (lihat bagan).

  Bagan alur perubahan surat dakwaan menjelaskan bahwa kewenangan Penuntut Umum dalam suatu per- kara pidana adalah mulai dari menerima dan meme- riksa berkas perkara penyidikan dari penyidik sampai melaksanakan penetapan hakim (Pasal 14 KUHAP).

  Tetapi, apabila sebelum pembuatan surat dakwaan, Penuntut Umum berpendapat bahwa dari hasil pe- nyidikan dapat dilakukan penuntutan, maka dalam waktu secepatnya Penuntut Umum harus membuat surat dakwaan (Pasal 140 ayat (1) KUHAP).

  Jika surat dakwaan sudah selesai dipersiapkan, tinda- kan selanjutnya adalah melaksanakan ketentuan Pasal 143 ayat (1) KUHAP, yaitu melimpahkan berkas per- kara ke pengadilan dan segera dilanjutkan dengan pe- netapan hari sidang. Akan tetapi apabila surat dak- waan tersebut dianggap kurang sempurna baik dari unsur formil maupun materiil karena ketidakcermatan Jaksa Penuntut Umum dalam memasukkan salah satu unsur, maka Penuntut Umum masih mempunyai ke- sempatan mengubah surat dakwaan, baik melengkapi maupun untuk memperbaiki dan menyempurnakan su- rat dakwaan yang ketentuannya diatur dalam Pasal 144 KUHAP.

  30 | Perubahan Surat Dakwaan

  Paul SinlaEloE

  Bagan Alu r Perubahan Sur rat Dakwaan

  Pe erubahan Surat Dakwaan n | 31

  Memahami Surat Dakwaan

  Pada sisi yang lain, Pasal 144 KUHAP tidak membatasi ruang lingkup substansi perubahan surat dakwaan, yang dibatasi hanyalah waktu pelaksanakan peruba- han. Artinya, bisa dipahami bahwa perubahan dak- waan dalam konteks substansi dapat dilakukan. Walau- pun demikian, perubahan surat dakwaan ini tidak bo- leh mengakibatkan unsur-unsur tindak pidana semula berubah menjadi tindak pidana baru.

  Dalam praktek beracara di pengadilan, perubahan su- rat dakwaan pada lingkup substansi maupun bentuk dakwaan, bisa dilakukan dalam hal:

1. Penyempurnaan Akibat Ketidakcermatan

  Dalam hal kesalahan dalam mencantumkan waktu dan tempat terjadinya delikperbuatan pidana da- lam surat dakwaan, perubahannya masih dapat dibenarkan. Artinya, dakwaan tetap menurut per- buatan yang sama dan hanya ada perbedaan me- ngenai delikperbuatan pidana, maka dapat diada- kan perubahan. Contoh: dakwaan mengenai pem- bunuhan yang terjadi pada tanggal 11 November 2014 menurut redaksional pertama dirubah men- jadi tanggal 12 November 2014, maka hal ini di- perbolehkan. Akan tetapi, jika disamping waktu ter- sebut diubah pula pembunuhan (Pasal 338 KUHP) menjadi penganiayaan yang mengakibatkan kema- tian (Pasal 351 ayat (3) KUHP), maka tidak dapat dibenarkan karena kualifikasi perbuatan (feit) telah diubah dari pembunuhan menjadi penganiayaan.

2. Penyempurnaan Redaksional Surat Dakwaan

  Perubahan dakwaan untuk penyempurnaan redak- sional dapat dilakukan dengan maksud agar mudah dimengerti oleh terdakwa dan atau penasehat hu-

  32 | Perubahan Surat Dakwaan

  Paul SinlaEloE

  kum. Artinya, perubahan kata-kata atau redaksio- nal bisa dilakukan asal tidak mengubah kualifikasi perbuatan pidananya. Contohnya, delik berkualifi- kasi pembunuhan sebagaimana diatur dalam Pasal 338 KUHP, tidak boleh dirubah menjadi delik ber- kualifikasi pembunuhan berencana yang diatur dalam Pasal 340 KUHP, dan lain-lain.

3. Penyempurnaan Bentuk Surat Dakwaan

  Perubahan bentuk surat dakwaan hanya dapat di- benarkan apabila perubahannya terjadi dari bentuk dakwaan biasatunggal menjadi bentuk dakwaan alternatif. Selain itu, perubahan dakwaan ini hanya dapat dibenarkan sepanjang kualifikasi perbuatan pidananya adalah sama dan jika ada keadaan yang memperberat pidana. Contoh, dakwaan tunggal biasa adalah Pasal 338 KUHP dirubah menjadi ben- tuk dakwaan alternatif dengan dakwaan primairnya adalah Pasal 340 KUHP (Pembunuhan Berencana), dakwaan subsidairnya adalah Pasal 338 KUHP (Pembunuhan).

  Perubahan Surat Dakwaan | 33

  Memahami Surat Dakwaan

Surat Dakwaan = Dokumen Publik

  Surat dakwaan adalah dokumen publik yang bisa diakses oleh siapa saja yang berkepentingan dengan suatu surat dakwaan, setelah dibacakan dalam persidangan yang bersifat terbuka. Argumen ini sejalan dengan perintah Pasal 16 ayat (1) huruf b PERJA RI No. PER-032AJA082010, tentang Pelayanan Informasi Publik di Kejaksaan, pada intinya mengamanatkan bahwa Surat Dakwaan sebelum dibacakan dalam persidangan yang bersifat terbuka merupakan informasi publik yang dikecualikan atau dirahasiakan. Hal ini dikarenakan apabila informasi publik ini dibuka atau diberikan ke publik, dapat menghambat proses penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan suatu tindak pidana.

  34 | Perubahan Surat Dakwaan

  Bagian VI

Mengkritisi Surat Dakwaan

  Dalam mengkritisi surat dakwaan, ada dua mekanisme yang bisa ditempuh oleh para pihak yang berke- pentingan dengan penegakan hukum suatu perkara. Kepentingan pertama berkaitan dengan keberatan dari terdakwapenasehat hukum terhadap dokumen dak- waan dalam proses peradilan. Kepentingan kedua ter- kait dengan pengawasanpemantauan terhadap kinerja dan perilaku dari JaksaPenuntut Umum. Mengkritisi surat dakwaan dengan kedua mekanisme ini bisa di- lakukan oleh publik maupun dilaksanakan oleh pihak internal kejaksaan. Kedua mekanisme ini dikenal de- ngan istilah Eksepsi dan Eksaminasi

Eksepsi

  Dalam proses berperkara di pengadilan, terdakwa memiliki hak untuk mengajukan keberatantangkisan terhadap dakwaan yang diajukan oleh Penuntut Umum, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 156 ayat

  Memahami Surat Dakwaan

  (1) KUHAP yang dalam praktek peradilan biasa disebut dengan ’Eksepsi’ (contoh eksepsi, terlampir).

  Keberatan diajukan setelah surat dakwaan dibacakan oleh Penuntut Umum, apabila keberatan diajukan di luar kesempatan tersebut tidak akan dijadikan bahan pertimbangan dalam proses persidangan untuk kasus dimaksud (Bagan Alur Mengadili Perkara Pidana Biasa pada Pengadilan Tingkat Pertama, terlampir).

  Untuk mengajukan keberatan tidak diatur bagaimana bentuk keberatan itu. Dalam undang-undang hanya di- jelaskan tentang jenis dari keberatan itu. Menurut Pa- sal 156 ayat (1) KUHAP, jenis keberatan ada 3 (tiga) dan terdakwapenasehat hukumnya dapat mengajukan

  3 (tiga) jenis sekaligus atau memilih salah satu yang ada relevansinya dengan materi surat dakwaan.

  Ketiga macam keberatan tersebut adalah:

1. Keberatan bahwa pengadilan tidak berwenang mengadili perkaranya ( exeptio litispendentia)

  Keberatan tentang wewenang pengadilan tersebut adalah berkenaan dengan kompetensi dari pengadilan tersebut, yaitu kompetensi absolut dan kompetensi relatif.

  a. Kompetensi absolut, adalah kewenangan yang berhubungan dengan kekuasaan mengadili dari sua- tu pengadilan, bahwa tidak setiap pengadilan mem- punyai kekuasaan mengadili satu kasus perkara. Pengadilan negeri tidak memiliki kekuasaan menga- dili jenis perkara tata usaha negara, pengadilan agama tidak memiliki kekuasaan mengadili jenis perkara tindak pidana korupsi.

  36 | Mengkritisi Surat Dakwaan

  Paul SinlaEloE

  b. Kompetensi Relatif, adalah tiap pengadilan itu mempunyai daerah hukum. Apabila suatu tindak pi- dana dilakukan setiap orang di daerah hukum Kota Kupang, maka yang memiliki kekuasaankewena- ngan mengadili adalah Pengadilan Negeri Kupang. Jadi apabila terdakwa melakukan tindak pidana di Kota Kupang, akan tetapi perkara tersebut diajukan ke Pengadilan Negeri Oelamasi, maka terdakwa penasehat hukumnya dapat mengajukan keberatan eksepsi dengan alasan bahwa Pengadilan Negeri Oelamasi tidak memiliki kewenangan untuk mengadili.

2. Keberatan bahwa surat dakwaan tidak dapat diterima ( exeptio rei judicatae)