Peranan Mediator Dalam Sengketa Perceraian Menurut Perma No.1 Tahun 2008 (Studi Di Pengadilan Negeri Stabat)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang.
Sudah menjadi kodrat alam, bahwa

dua orang manusia dengan jenis

kelamin yang berlainan seorang laki laki dan seorang perempuan ada daya saling
menarik satu sama lain untuk hidup bersama. Dalam hal ini alam pikiran orang
tidaklah mesti atau selalu ditujukan pada hal bersetubuh antara dua orang manusia
tadi . Pada umumnya dapat dikatakan hal bersetubuh ini merupakan faktor
pendorong yang penting untuk hidup bersama tadi, baik dengan keinginan
mendapat anak turunannya sendiri , maupun hanya untuk memenuhi hawa nafsu
belaka1.
Perkawinan merupakan kebutuhan hidup seluruh umat manusia sejak
zaman dahulu sampai dengan saat ini, karena perkawinan merupakan masalah
aktual untuk dibicarakan dalam maupun diluar percaturan hukum. Pengerian
perkawinan menurut Undang Undang nomor 1 Tahun 1974 adalah ikatan lahir
batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa. Dari perkawinan akan timbul hubungan hukum antara

suami – isteri berupa ikatan yang menimbulkan hak dan kewajiban, kemudian
dengan lahirnya anak anak, menimbulkan hubungan hukum antara orang tua dan
anak anak mereka, dari perkawinan mereka memiliki harta kekayaan dan
timbulkan suatu hukum dengan antara mereka dengan harta kekayaan tersebut .
1

R. Wirjono Prodjodikoro , Hukum perkawinan di Indonesia , Sumur Bandung Jakarta,
1960, halaman : 6

Universitas Sumatera Utara

Umum nya setiap orang berniat untuk menikah sekali seumur hidupnya saja. tidak
pernah terbersit bila dikemudian hari harus bercerai lalu menikah lagi dengan
orang lain atau memilih untuk tetap sendiri, namun pada kenyataannya justru
tidak sedikit pasangan suami istri, yang akhirnya harus memilih berpisah atau
bercerai. Faktor ketidakcocokan dalam sejumlah hal, seperti berbeda persepsi
serta pandangan hidup, paling tidak menjadi beberapa penyebab terjadinya
perceraian.
Sebagai mahluk individu, seorang manusia selalu ingin berinteraksi satu
dengan yang lain untuk membentuk kerukunan, kedamaian satu dengan yang

lainya dan mempunyai suatu kepentingan yang dimiliki oleh masing masing
individu , dimana ada masyarakat disitu ada hukum (ibi societas ibi ius), terkait
dengan hukum yang ada dalam suatu masyarakat, dalam setiap hukum yang
dikenal oleh masyarakat seperti, hukum agama dan hukum adat serta hukum
positif, semua sudah mengatur tentang tata cara dan sah tidaknya suatu
perkawinan dan dalam beberapa beberapa hukum tersebut mengakui juga adanya
perceraian, dan membuat tata cara bercerai dan bagaimana cara penyelesaian
sengketa yang terjadi setelah perceraian, baik melalui jalur pengadilan maupun
diluar pengadilan.
Sebelum membahas lebih jauh, perlu diketahui bahwa dalam mengajukan
gugatan perceraian, alasan memilih bercerai menjadi pertimbangan penting bagi
pengadilan untuk menindak lanjuti gugatan cerai tersebut. Karena itu penggugat
harus memiliki alasan bercerai juga menjadi pertimbangan atau tolak ukur bagi
pengadilan dalam memutuskan sejumlah persoalan lain yang terkait erat dengan

Universitas Sumatera Utara

proses perceraian itu sendiri. Misalnya perebutan hak asuh anak , kebutuhan
perkembangan mental anak, tuntutan permohonan nafkah serta persengketaan
harta gono-gini, oleh karena itulah diperlukan suatu kemampuan untuk

menjembatani permasalahan-permasalahan tersebut agar dapat selesai dengan
sebagai mana mestinya.
Dalam pasal 38, Undang Undang No.1 tahun 1974 tentang Perkawinan
menentukan bahwa pada perjalanannya perkawinan dapat saja berakhir, yaitu
ketika jika disebabkan oleh kematian, perceraian, atau atas keputusan pengadilan.
Perceraian hanya dapat dilakukan di depan pengadilan, baik itu karena suami yang
telah menjatuhkan cerai (talak), ataupun karena isteri yang menggugat cerai adat
memohonkan hak talak sebab sighat taklik talak2.
Sebenarnya dalam agama islam ketika suami mengucapkan talak maka
saat itu juga lah terjadi perceraian antara suami dengan istrinya tetapi karena
masyarakat tersebut hidup dalam suatu negara maka, perceraian pun dilakukan
dengan ikut campurnya negara untuk mengawasi dan melihat serta mengatur tata
cara perceraian sesuai dengan yang telah diatur dala hukum positif yang berlaku
dalam suatu negara. Dan tujuan dari negara itu ikut serta dalam perceraian
tersebut adalah sebgai pelindung dari segala hal yang timbul baik hak maupun
kewajiban sebagai akibat hukum dari perceraian yang dialami oleh suami maupun
isteri, begitu juga anak yang telah ada selama perkawinan dan harta harta yang
dikumpulkan selama terikat dalam suatu perkawinan nya dan bagaimana tentang
perjanjian pra nikah sebelum menikah.


2

Budi Susilo, Prosedur gugatan cerai ,Pustaka yustisia , Jakarta, 2007, halaman : 17.

Universitas Sumatera Utara

Dalam hal sebelum penyelesaian sengketa perceraian di dalam pengadilan
maka pada sidang ke -1 ketika para pihak yang berperkara sudah dipanggil dan
berada didalam ruang sidang maka hakim ketua wajib memberikan kesempatan
pada para pihak untuk menyelesaikan sengketa diluar pengadilan (mediasi).
Mediasi adalah upaya penyelesaian konflik dengan melibatkan pihak ketiga yang
netral, yang tidak memiliki kewenangan mengambil keputusan yang membantu
pihak-pihak yang bersengketa mencapai penyelesaian (solusi) yang diterima oleh
kedua belah pihak3. Dan dalam proses mediasi para pihak akan dipimpin oleh
seorang mediator (mediator adalah orang yang dipilih oleh para pihak untuk
menjaddi penengah dalam proses mediasi) untuk menjembatani kepentingan
kepentingan para pihak, dalam pemilihan mediator para pihak berhak memilih
mediator diantara; hakim bukan pemeriksa perkara pada pengadilan yang
bersangkutan, dan advokat atau akademisi hukum. dalam salah satu fungsi hakim
sebagai mediator wajib memanggil kedua belah pihak baik secara pribadi (in

person) atau melebihi kuasanya duduk mendengar bersama kompromi
menyelesaikan maslah dengan baik dan menuangkan pendapat masing masing
dalam kesepakatan.4 Agar tercapainya suatu kesepakatan maka dalam proses
mediasi memakai asas itikad baik dalam perjalanan nya sesuai dengan Pasal 12
PERMA No 1 tahun 2008 “menempuh mediasi dengan itikad baik”. Jadi masing
masing pihak harus mau memulai proses damai tersebut sehingga kelanjutan dari
proses peradilan dapat berlanjut.

3

http://id.wikipedia.org/wiki/Mediasi. Diakses tanggal 11 Juli 2013, pada pukul 20.00

WIB.

. M. Yahya Harahap , “Beberapa tinjauan mengenai sistem peradilan dan penyelesaian
sengketa”, PT Citra Aditya bakti ,Bandung, 2007, halaman : 243.
4

Universitas Sumatera Utara


Mediasi sendiri berkembang di Indonesia karena melihat dan mengingat
proses peradilan yang tejadi di Indonesia cukup memakan waktu dalam
penyelesaian suatu kasus, dalam hal ini membahas tentang perceraian bisa
memakan waktu 1-5 tahun untuk proses perceraiannya, akibat dari banyaknya
kepentingan yang harus berpisah mulai dari harta sampai pada hak asuh anak
dalam perkawinan. Oleh karena itu sebenarnya mediasi sebagai salah satu
penyelesaian sengketa hadir untuk meminimalisir efek dari masalah yang hadir
dalam sengketa perceraian. Tujuan dari mediasi ini pun sudah jelas yaitu
menghasilkan suatu putusan perdamaian agar tidak ada lagi upaya hukum yang
dilakukan para pihak dalam penyelesaian sengketa. Seharusnya majelis hakim dan
advokat sebagai praktisi harus menduung lembaga damai ini. Sebenarnya banyak
yang dapat dilakukan oleh advokat dalam memediasi para pihak, tetapi peran
advokat dewasa ini kurang mendukung lembaga perdamaian ini, bahakan banyak
advokad menginginkan sekali perkara berjalan sesuai denga proses hukum secara
semaksimal mukngkin advokat sebagai pihak eksternal seharusnya dapat
memahami

penyeesaian

sengketa


alternatif,

walaupun

dengan

lembaga

perdamaian ini kemungkinan akan berkurang penghasilan nya, namun secara
profesionalisme telah menunjukan wibawa nya, karena dapat mendamaikan para
pihak yang bersengketa dan disisi lain hakim pun bekerja tidak begitu berat.5.
Penyelesaian sengketa alternatif ini sudah lama berkembang di beberapa negara
hanya saja di Indonesia berjalan sangat lambat namun bukan merupakan hal baru
dalam perkara perdata dan bisnis, dan penggunaan nya juga sangat efektif
5

. Victor M. Situmorang ,Perdamaian dan perwasitan dalam hukum acara perdata , PT
rineke Cipta , Jakarta, 1993, halaman :25.


Universitas Sumatera Utara

dibandingkan dengan litigasi kepengadilan yang dianggap telalu formalistik dan
terlalu berbiaya mahal. Dan oleh karena pemikiran pemikiran tersebut diatas,
judul skripsi ini menyangkut tentang hal hal yang berkaitan dengan peranan
mediator dalam suatu perkara tentang perceraian di pengadilan yang sesuai
dengan aturan hukum yang berlaku.
Adapun judul skripsi ini adalah “PERANAN MEDIATOR DALAM
SENGKETA PERCERAIAN MENURUT PERMA NO.1 TAHUN 2008”
B. Rumusan masalah.
Berdasarkan atas uraian tersebut pada latar belakang maka rumusan
permasalahan yang akan dibahas serta dianalisis dengan bertitik tolak pada
peraturan-peraturan yang berlaku, pendapat para sarjana, serta asas- asas hukum
guna melengkapi pembahasan secara lengkap dan menyeluruh.
Adapun permasalahan yang akan diangkat didalam skripsi ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana proses penyelesaian sengketa perceraian oleh mediasi oleh
mediator.
2. Bagaimana faktor penunjang keberhasilan mediator dalam sengketa perceraian.
3. Apa yang menjadi faktor hambatan yang dihadapi oleh mediator dalam

sengketa perceraian.
C. Tujuan dan manfaat penulisan.
Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah :
1.

Untuk mengetahui alur proses dalam penyelesaian sengketa perceraian oleh
mediator.

Universitas Sumatera Utara

2.

Untuk

mengetahui

faktor

penunjang


keberhasilan

mediator

dalam

menyelesaikan sengketa perceraian.
3.

Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi oleh mediator dalam
menyelesaikan sengketa perceraian.

Selanjutnya penulisan skripsi ini, diharapkan bermanfaat untuk :
1.

Manfaat secara teori
Penulisan skripsi ini kiranya dapat bermanfaat untuk dapat
memberikan masukan sekaligus menambah khasanah ilmu pengetahuan da
literatur dalam dunia akademis, khususnya tentang hal-hal yang berhubungan
dengan peranan mediator dalam penyelesaian sengketa perceraian menurut

perma no 1 tahun 2008. Skripsi ini juga mendorong mahasiswa untuk
mencoba mengembangkan teori yang pernah diperoleh di masa perkuliahan
dengan fakta fakta yang ada didalam praktek peradilan perdata.

2.

Manfaat secara praktis
Secara prakstis penulisan skripsi ini dapat memberikan pengetahuan
tentang pengertian, syarat-syarat perkawinan dan akibat yang timbul dari
suatu perkawinan serta tentang pengertian, alasan, akibat perceraian secara
umum.
Peranan mediator dalam sengketa perceraian, dan sejauh mana
perananan merdiator dalam memberikan solusi untuk berdamai dalam
sengketa perceraian dan sejauh mana kewenangan dan kuasa dari medaiator

Universitas Sumatera Utara

tersebut dalam memediasi para pihak yang bersengketa dalam kasus
perceraian.
D. Keaslian penulisan.
Pembahasan skripsi ini dengan judul : “PERANAN MEDIATOR DALAM
PENYELESAIAN SENGKETA PERCERAIAN MENURUT PERMA NO 1
TAHUN 2008 ( Studi di Pengadilan Negeri Stabat)” belum pernah ditulis dan
belum pernah ada pembahasan sebelumnya .
Hal ini didasarkan pada penelusuran yang dilakukan pada perpustakaan
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan Perpustakaan Universitas
Sumatera Utara , akan tetapi ada hasil penelitian yang terdahulu yang bahasan nya
hampir sama yaitu :
1. Skripsi yang disusun oleh Selly Herwina, dengan judul PERAN HAKIM
MEDIATOR

DALAM

MENYELESAIKAN

PERKARA

PERDATA

MENURUT PERMA NOMOR 1 TAHUN 2008.
2. Skripsi yang disusun oleh Achmad Fadil, dengan judul PERAN DAN
PELAKSANAAN MEDIASI DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA
PERDATA DI PENGADILAN NEGERI MEDAN (Analisis terhadap perkara
yang diselesaikan melalui mediasi di Pengadilan Negeri Medan )
3. Skripsi yang disusun oleh fanny dwi lestari, dengan judul EFEKTIFITAS
MEDIATOR

DALAM

PENYELESAIAN

SENGKETA

PERDATA

DI

PENGADILAN NEGERI (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Medan)”.

E. Metode Penelitian

Universitas Sumatera Utara

1. Jenis dan sifat penelitian
Jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah dilakukan secara yuridis
normatif. Penelitian yang dilakukan secara yuridis normatif ini

merupakan

penelitian yang dilakukan dan ditujukan pada peraturan perundang-undangan
yang mengatur tentang topik yang penulis angkat, kemudian melihat kesesuaian
antara

hal

yang

ditentukan

dalam

peraturan

hukum

tersebut

dengan

pelaksanaannya di lapangan berlakunya (dalam ini efektif atau tidak antara
Peraturan Mahkamah Agung No.1 Tahun 2008 dengan mediasi sengketa
perceraian

yang

dilaksanakan

oleh

mediator

di

Pengadilan

dengan

pelaksanaannya di Pengadilan Negeri Stabat) dengan melakukan wawancara
langsung dengan hakim mediator Pengadilan Negeri Stabat.
2. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian skripsi ini, penulis melakukan penelitian di Pengadilan
Negeri Stabat di Langkat, sebagai instansi yang wajib mematuhi peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan topik yang penulis bahas dalam skripsi
ini. Penulis memilih tempat tersebut sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan
tempat tersebut memenuhi karakteristik bagi penulis untuk mendapatkan gambaran
mengenai masalah yang akan ditulis.
3. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini upaya pengumpulan data dilakukan dengan data primer dan
data sekunder dengan menggunakan metode sebagai berikut :
A. Data primer
Wawancara yaitu melakukan penelitian langsung ke lapangan mengenai
efektivitas dari peraturan hukum yang berkaitan dengan topik skripsi penulis terhadap

Universitas Sumatera Utara

praktek di lapangan. Wawancara dilakukan antara penulis dengan hakim mediator
yang melakukan mediasi dalam penyelesaian perkara perdata di Pengadilan Negeri
Stabat.
B. Data Sekunder
Dilakukan dengan mempelajari dan meneliti berbagai sumber bacaan yang
berkaitan dengan topik yang diangkat dalam skripsi ini. Seperti : buku-buku hukum,
makalah hukum, majalah hukum, surat kabar, artikel hukum di internet, pendapat
para sarjana yang di dunia hukum, dan bahan-bahan lainnya
4. Metode pengumpulan data
Cara yang dipakai untuk mengumpulkan data yang berguna dalam penulisan
skripsi yaitu dengan cara:
A. Studi kepustakaan
B. Studi lapangan
5. Alat pengumpulan data yang dilakukan penulis yaitu dengan wawancara dan
kemudian pedoman wawancara analisa data dan kemudian dilakukan dengan
kualitatif
6. Analisa Data yang dipakai adalah analisis kualitatif.
Analisis kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan

cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan
makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif.
Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian
sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat
untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai
bahan pembahasan hasil penelitian. Penelitian kualitatif jauh lebih
subyektif daripada penelitian atau survei kuantitatif dan menggunakan

Universitas Sumatera Utara

metode sangat berbeda dari mengumpulkan informasi, terutama individu,
dalam menggunakan wawancara secara mendalam dan grup fokus. Sifat
dari jenis penelitian ini adalah penelitian dan penjelajahan terbuka berakhir
dilakukan dalam jumlah relatif kelompok kecil yang diwawancarai secara
mendalam. Kualitas hasil temuan dari penelitian kualitatif secara langsung
tergantung pada kemampuan, pengalaman dan kepekaan dari interviewer
atau moderator group
F. Sistematika penulisan.
Untuk mepermudah di dalam pembahasan skripsi mengenai peranan
mediator dalam penyelesaian sengketa perceraian menurut PERMA No 1 Tahun
2008, maka dalam hal ini akan dibagi kan dalam beberapa bab sistematika
penulisan tersebut dibagi dalam 5 bab, yaitu sebagai berikut:
Bab I.

Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, permasalahan, tujuan dan
manfaat penulisan, tinjauan kerpustakaan, metode penelitian, keaslian
penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II

Pengertian, syarat dan akibat perkawinan secara umum serta pengertian,
alasan, akibat dari percerian secara umum akan dibahas.

Bab III

Mediasi pada umunya yang terdiri atas pengertian mediasi, mediasi
sebagai sarana penyelesaian sengketa para pihak, dan fungsi mediasi
dalam sengketa perceraian.

Bab IV

Proses penyelesaian sengketa oleh mediator dan, hambatan apa yg
dihadapai oleh mediator dalam mendamaikan dan aspek apek hukum
apa yang dipakai dalam sengketa perceraian melalui mediator.

Universitas Sumatera Utara

BAB V

Kesimpulan dan Saran
Memuat kesimpulan dan saran atas hal yang dibahas dan diuraikan dalam
bab-bab sebelumnya sebagai hasil analisis penulisan atas permasalahan
dalam skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara