Kedudukan Mediator Dalam Penyelesaian Sengketa Di Pengadilan Negeri Medan (Studi Terhadap Efektivitas Perma Nomor 1 Tahun 2016)

ABSTRAK
Husna Iffah Afrida 1
Muhammad Husni, SH, M.H**
Maria Kaban, SH, M.Hum***

Manusia sebagai makhluk sosial, tidak bisa terhindar dari suatu sengketa.
Timbulnya sengketa diakibatkan bilamana salah satu pihak merasa dirugikan oleh
pihak tertentu. Penyelesaian sengketa melalui pengadilan terkadang tidak
memberikan penyelesaian sebagaimana yang diharapkan oleh para pihak.
Penyelesaian dengan cara ini juga dikenal memakan waktu yang cukup lama dan
mengeluarkan biaya yang cukup mahal. Salah satu yang menjadi pilihan
penyelesaian sengketa adalah mediasi yang merupakan suatu proses yang
dilaksanakan untuk menyelesaikan sengketa antara para pihak yang dilakukan
oleh pihak ketiga yang bersifat netral dan imparsial. Pihak ketiga inilah yang
disebut mediator yang dipilih berdasarkan kesepakatan para pihak. Permasalahan
yang dibahas dalam skripsi ini antara lain tentang kedudukan mediator dalam
penyelesaian sengketa di Pengadilan, bagaimana efektivitas Perma Nomor 1
Tahun 2016 di Pengadilan, dan kendala-kendala apa saja yang dialami mediator
dalam pelaksanaan mediasi di Pengadilan. Metode penelitian yang digunakan
penulis dalam skripsi ini adalah penelitian yuridis normatif dan yuridis empiris,
dimana penulis mengambil bahan dari kepustakaan serta meneliti langsung

efektivitas Perma Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan.
Berdasarkan hasil penelitian penulis dapat diketahui bahwa Kedudukan mediator
sebagai pihak ketiga dalam mediasi harus bersifat netral dalam melayani berbagai
kepentingan para pihak. Mediator harus mampu menelusuri apa saja kepentingan
para pihak itu, agar dapat menawarkan pilihan kepada para pihak demi memenuhi
kepentingan mereka. Sebagai pihak ketiga yang memimpin pertemuan yang
dihadiri para pihak, mediator harus mampu mengarahkan para pihak untuk
komunikasi yang positif demi memudahkan jalannya proses mediasi. Adapun
efektivitas Perma Nomor 1 Tahun 2016 belum dirasakan perubahan yang nyata,
sehingga penerapan Perma Nomor 1 Tahun 2016 ini dapat dikatakan belum
efektif melihat penumpukan perkara di Pegadilan negeri yang menjadi kendala
bagi mediator hakim yang hanya memiliki waktu terbatas dalam menjalankan
proses mediasi. Kendala yang dialami mediator dalam mediasi ini dapat dilihat
dari para pihak, dimana jika para pihak tidak mempunyai itikad baik maka akan
mempersulit mediator dalam mencari dan menemukan solusi yang tepat untuk
menyelesaikan proses mediasi. Bahwa akta perdamaian itu mempunyai kekuatan
hukum yang mengikat para pihak. Oleh karena itu, para pihak harus
melaksanakan isi yang tercantum didalamnya. Para pihak tidak dapat
membatalkan putusan perdamaian secara sepihak.
Kata Kunci


: Mediator, Pengadilan, Perma No. 1 Tahun 2016

1

Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Dosen Pembimbing I, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
***
Dosen Pembimbing II, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
**

vii
Universitas Sumatera Utara