Peranan Mediator Dalam Sengketa Perceraian Menurut Perma No.1 Tahun 2008 (Studi Di Pengadilan Negeri Stabat)

(1)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku Literatur

Abbas, Syahrizal. 2009. Mediasi Dalam Presfektif Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum Nasional Kencana. Jakarta.

Asmin, 1986 , Status perkawinan antar agama ditinjau dari Undang-undang Perkawinan No. 1/74,Dian Rakyat, Jakarta, cetakan pertama.

HadikusumaHilman ,1986, Hukum perkawinan di Indonesia, Mandar maju, Bandung.

HadikusumaHilman , 2007 , Hukum Perkawinan Di Indonesia Menurut Perundangan, Hukum Adat, Hukum Agama, Mandar Maju, Bandung. HarahapM. Yahya, 2007, “Beberapa tinjauan mengenai sistem peradilan dan

penyelesaian sengketa”, PT Citra Aditya bakti, Bandung.

Nurnianingsih , 2011, Mediasi alternatif penyelesaian sengketa perdata di pengadilan, Rajawali pers.

ProdjodikoroR. Wirjono, 1960 , Hukum perkawinan di Indonesia, Sumur Bandung , Jakarta.

RahmanBakri A. dan Ahmad Sukardja, 1982 , Hukum Perkawinan menurut Islam Undang-Undang Perkawinan dan Hukum Perdata/BW, Hidakarya Agung, Jakarta.

SembiringJimmy Joses, 2011 , Cara menyelesaikan sengketa diluar pengadilan, Visi media, Jakarta.

SimanjuntakP.N.H.,2007, Pokok-Pokok Hukum Perdata Indonesia, Djambatan, Jakarta.

SitumorangVictor M., 1993 ,Perdamaian dan perwasitan dalam hukum acara perdata, PT rineke Cipta, Jakarta.

Sudarsono, 1991, Lampiran UUP Dengan Penjelasannya, Rineka Cipta, Jakarta. SukadanaMade, 2012, Mediasi Peradilan Mediasi dalam Sistem Peradilan

Perdata Indonesia Dalam Rangka Mewujudkan Proses Peradilan yang Sederhana, Cepat, dan Biaya Ringan, Prestasi Pustaka, Jakarta Cetakan Pertama.

SusiloBudi, 2007, Prosedur gugatan cerai, Pustaka yustisia,Jakarta.

ThalibSayuti, 1986, Hukum Kekeluargaan Indonesia, UI-Press,Jakarta,Cetakan kelima.

Winarta Frans Hendra , 2012 , Hukum penyelesaian sengketa arbitrase nasional indonesia dan internaisonal, Sinargrafika, Jakarta.

B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-undang No.4 Tahun 2004 “Tentang Kekuasaan Kehakiman”. Undang-undang No.1 Tahun 1974 “Tentang perkawinan”


(2)

Peraturan Mahkamah Agung No.1 Tahun 2008 “Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan”.

C. Artikel internet

http://id.wikipedia.org/wiki/Perceraiandiakses pada 12 juli 2013.

http://www.referensimakalah.com/2012/09/pengertian-mediasi-dalam-hukum-positif.html,diakses pada 15 juli 2013.

http://yoegipradana.blogspot.com/2013/05/bab-i-pendahuluan-a.html,diakses pada 15 juli 2013. (http://id.wikipedia.org/wiki/Mediasi),diakses pada 15 juli 2013.

http://www.referensimakalah.com/2012/09/pengertian-mediasi-dalam-hukum-positif.html, diakses pada 16 juli 2013.

http://yoegipradana.blogspot.com/2013/05/bab-i-pendahuluan-a.html,diakses pada 19 juli 2013.

http://www.melindahospital.com/modul/user/detail_artikel.php?id=2468_Hal-yang-Dapat-Menjadi-Penyebab-Perceraian-Rumahtangga,diakses pada 13 juli

2013.

http://perkaracerai.blogspot.com/2010/07/risalah-khalifah-umar-ibnu-al-khattab.html, diakses pada 14 juli 2013.

http://sahabathawa.com/hal-inilah-yang-biasanya-jadi-alasan-perceraian/,diakses pada 2 Oktober 2012.

http://kevinevolution.wordpress.com/2011/11/01/perceraian-menurut-uu-no-1-tahun-1974/,diakses pada 15 juli 2013.

http://www.sarjanaku.com/2013/01/penyebab-perceraian-pengertian-dampak.html, diakses pada 12 juli 2013.

http://id.wikipedia.org/wiki/Perceraian#Kristen.2FKatolik,diakses pada 12 juli 2013.

http://artikelbuddhist.com/2011/05/pandangan-buddhis-mengenai-perkawinan-dan-perceraian.html,diakses pada 12 juli 2013.

http://id.wikipedia.org/wiki/Mediasidiakses pada 11 Juli 2013.

http://id.wikipedia.org/wiki/Perkawinandiakses pada 11 Juli 2013.

http://id.wikipedia.org/wiki/Pernikahan_dalam_Islamdiakses pada 11 Juli 2013.

http://www.sarjanaku.com/2013/01/pengertian-perkawinan-makalah-masalah.htmldiakses pada 11 Juli 2013.

http://kuliahade.wordpress.com/2010/03/30/hukum-perdata-syarat-syarat-perkawinan/diakses pada 11 juli 2013.

http://kuliahade.wordpress.com/2010/04/02/hukum-perdata-akibat-hukum-perkawinan/diakses pada 12 Juli 2013. http://www.syariahonline.com/v2/component/content/article/70/2740.htmldiakses pada 12 juli 2013.


(3)

http://www.hsbc.co.id/1/2/miscellaneous_in_ID/others/mediasiperbankan diakses pada tanggal 13 januari 2014

http://www.hukumtenagakerja.com/mediasi-hubungan-industrial/ diakses pada tanggal 13 januari 2014

http://waktuterindah.blogspot.com/2012/04/sebuah-catatan-tentang-mediasi-di.html diakses pada tanggal 13 januari

http://urais-klaten.blogspot.com/2010/03/uu-no-1-th-1974.html diakses pada tanggal 13 januari 2014

http://lily-ahmad.blogspot.com/2009/04/kaukus-dalam-perkara-mediasi.html diakses pada tanggal 14 januari 2014

http://www.pn-stabat.go.id/userfiles/file/Mediasi/tahapan.pdf diakses pada tanggal 14 januari 2014

http://www.badilag.net/component/content/article/315-berita-kegiatan/17616-kenapa-mediasi-begitu-sukses-di-australia.htmldiakses pada tanggal 14 januari


(4)

BAB III TUJUAN MEDIASI A.Pengertian Mediasi

Proses penyelesaian sengketa yang sudah dikenal sejak lama adalah melalui proses litigasi di pengadilan. proses litigasi cenderung menghasilakn masalah baru karena sifatnya yang win-lose, tidak resposif , time consuming proses berperkaranya, dan terbuka untuk umum. Seiring perkembangan zaman, proses penyelesaian sengketa di luar pengadilan pun ikut berkembang.40

Seiring dengan perkembangan zaman, saat ini para pihak cenderung menggunakan alternatif penyelesaian sengketa, hal ini disebabkan oleh jangka waktu untuk menyelesaiakan sengketa di pengadilan yang lama sehingga dipandang tidak praktis dan membutuhkan biaya besar. Alternatif penyelesaian sengketa merupakan salah satu pilihan bagi para pihak yang hendak menyelesaian sengketa mereka dengan tidak melalui pengadilan maupun arbitrase. Pilihan tersebut sepenuhnya bergantung pada keinginan dari masing masing pihak yang bersengketa.41

Alternatif Dispute Resolution (ADR) merupakan lembaga lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli. ADR khususnya mediasi sebagaimana yang kita kenal di Indonesia, sudah populer di Amerika ( United states) di akhir

40

Frans hendra winarta , hukum penyelesaian sengketa arbitrase nasional indonesia dan internasional , Sinargrafika, Jakarta, 2012,halaman : 9.

41

Jimmy Joses Sembiring, Cara menyelesaikan sengketa diluar pengadilan ,Visi media , Jakarta, 2011, halaman : 25.


(5)

tahun 1970-an dan awal tahun 1980-an. Alasan yang sangat mendesak adanya ADR di USA adalah sebagai koreksi terhadap lambatnya serta tingginya biaya penyelesaian sengketa di Pengadilan, seperti yang dikemukakan oleh Lim Lan

Yuan “...The every reason for the emergency of ADR in the US, namely, the high

legar cost and undue dalays for the settlement of the court case...”42

Yang membuat alternatif penyelesaian sengketa lebih di inginkan para pihak adalah karena penyelesaian sengketa diluar pengadilan bersifat tertutup (close door session ) dan kerahasiaan para pihak terjamin (confidentiality), proses beracara lebih cepat dan efisien.proses penyelesaian sengketa di luar pengadilan menghindari kelambatan yang diakibatkan prosedural dan administratif sebagaimana beracara di pengadian umum dan win-win solution.43

Di dalam penyelesaian sengketa alternatif kita mengenal adanya mediasi. sebelum membahas tentang mediasi,ada baiknya jika kita mengetahui dahulu definisi dari mediasi. Mediasi merupakan kosakata atau istilah yang berasal dari kosakata Inggris, yaitu mediation. Para sarjana Indonesia kemudian lebih suka

mengindonesiakannya menjadi “mediasi”. Mediasi merupakan suatu prosedur penengahan dimana seseorang bertindak sebagai “kendaraan” untuk

berkomunikasi antarpara pihak, sehingga pandangan mereka yang berbeda atas sengketa tersebut dapat dipahami dan mungkin dapat dipahami dan mungkin

42

Made Sukadana, Mediasi Peradilan Mediasi dalam Sistem Peradilan Perdata Indonesia Dalam Rangka Mewujudkan Proses Peradilan yang Sederhana, Cepat, dan Biaya Ringan, Prestasi Pustaka, Jakarta, Cetakan Pertama, 2012, halaman : 9.

43


(6)

didamaikan, tetapi tanggung jawab utama tercapainya suatu perdamaian tetap berada ditangan para pihak sendiri44

Penyelesaian sengketa dengan mediasi, pada saat ini dibatasi hanya untuk sengketa di bidang keperdataan saja. Hal ini disebabkan oleh pandangan bahwa sengketa tersebut tidak merugikan masyarakat secara umum. Di indonesia terdapat beberapa sengketa yang dapat diselesaikan dengan mediasi, yakni sengketa di bidang perbankan, konsumen tenaga kerja, dan sengketa di pengadilan. Adanya altenatiff penyelesaian sengketa ini diharapakan dapat menekan jumlah perkara yang semakin menumpuk di pengadilan dan dapat memberikan rasa keadilan bagi masyarakat.45

Secara etimologi, istilah mediasi berasal dari bahasa latin, mediare yang berarti berada ditegah. Pengertian mediasi ini menunjukkan pada peran yang ditampilkan pihak ketiga sebagai mediator dalam menjalankan tugasnya

menengahi dan menyelesaikan perkara antara para pihak. “Berada di tengah” juga

bermakna mediator harus berada pada posisi netral dan tidak memihak dalam menyelesaikan perkara. Mediator harus mampu menjaga kepentingan para pihak yang berperkara secara adil dan sama, sehingga membutuhkan kepercayaan dari para pihak yang berperkara. Secara terminologi, pengertian mediasi adalah proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh para pihak dengan dibantu oleh pihak ketiga sebagai mediator. Secara luas, pengertian mediasi sebagai penyelesaian perkara yang dilakukan baik oleh pihak ketiga, di luar sistem

44Ibid

, halaman : 15-16.

45


(7)

peradilan maupun di dalam sistem peradilan, yang dilaksanakan di luar sistem peradilan ialah: mediasi, arbitrasi, dan lainnya.46

Pengertian mediasi menurut Perma No.1 Tahun 2008 mendefenisikan mediasi sebagai cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator.47 Dan ada juga beberapa pengertian mediasi menurut beberapa ahli yaiti

1. Prof. Takdir Rahmadi, mediasi adalah suatu proses penyelesaian sengketa antara dua pihak atau lebih melalui perundingan atau cara mufakat dengan bantuan pihak netral yang tidak memilih kewenangan memutus48

2. Pengertian mediasi menurut Priatna Abdurrasyid yaitu suatu proses damai dimana para pihak yang bersengketa menyerahkan penyelesaiannya kepada seorang mediator (seseorang yg mengatur pertemuan antara 2 pihak atau lebih yg bersengketa) untuk mencapai hasil akhir yang adil, tanpa biaya besar besar tetapi tetap efektif dan diterima sepenuhnya oleh kedua belah pihak yang bersengketa. Pihak ketiga (mediator) berperan sebagai pendamping dan penasihat49

3. Menurut John W. Head, yang dikutip dari bukunya Gatot Soemartono, pengertian mediasi adalah prosedur penegah seorang bertindak sebagai

“kendaraan” untuk berkomunikasi antara para pihak, sehingga pandangan

mereka yang berbeda atas perkara tersebut dapat dipahami dan sedapat

46

http://www.referensimakalah.com/2012/09/pengertian-mediasi-dalam-hukum-positif.html, diakses pada tanggal 15 Juli 2013 pada pukul 09.12 WIB.

47

Frans hendra winarta , Op,cit, halaman : 16.

48

http://yoegipradana.blogspot.com/2013/05/bab-i-pendahuluan-a.html, diakses pada tanggal 15 Juli 2013 pada pukul 09.15 WIB.

49

(http://id.wikipedia.org/wiki/Mediasi), diakses pada tanggal 15 Juli 2013 pada pukul 10.00 WIB.


(8)

mungkin didamaikan, tetapi tanggung jawab utama tercapainya suatu perdamaian tetap berada ditangan para pihak sendiri.50

Dari beberapa pengertian ahli tentang mendefeenisikan pengertian mediasi, mediasi merupakan penunjukan seorang yang dianggap netral bagi ke dua belah pihak dan dianggap mampu unurk menengahi sengketa yang para pihak alami

B.Pengaturan Mediasi Di Indonesia.

Sejarah penyelesaian konflik (perkara) secara damai telah dipraktikkan dalam kehidupan masyarakat Indonesia berabad-abad yang lalu. Masyarakat Indonesia merasakan penyelesaian perkara secara damai telah mengantarkan mereka kepada kehidupan yang harmonis, adil, seimbang dan terpeliharanya dari nilai-nilai kebersamaan (komunalitas) dalam masyarakat. Mengupayakan penyelesaian perkara masyarakat secara cepat dengan menjunjung tinggi kebersamaan dan tidak merampas atau menekan kebebasan individual.51 Jika melihat proses mediasi, akar-akar penyelesaian sengketa melalui cara ini sudah dikenal jauh sebelum kemerdekaan, dimana seseorang yang terlibat dalam persengketaan, cara menyelesaikan perkara penyelesaiannya dilakukan dengan cara damai dan melibatkan pihak ketiga. Pihak ketiga tersebut biasanya adalah tokoh masyarakat, tokoh agama atau pimpinan adat. Sebagai contoh dalam adat

karo jika terjadi permasalahan dalam suatu perkawinan maka “anak beru” akan

50

http://www.referensimakalah.com/2012/09/pengertian-mediasi-dalam-hukum-positif.html, diakses pada tanggal 16 Juli 2013 pada pukul 12.04 WIB.

51

Syahrizal Abbas, Mediasi dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum Nasional. Kencana, 2009. Halaman : 283.


(9)

bertugas sebagai penengah untuk menyelesaikan masalah perkawinan tersebut. Sebenarnya Di Indonesia penyelesaian konflik rumah tangga diselesaikan melalui Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4). Lembaga yang menjadi mitra Departemen Agama sejak tahun 1960 pada dasarnya adalah lembaga mediasi khusus sengketa rumah tangga. Suami dan istri yang sedang bersengketa diharapkan menggunakan BP4 sebelum mereka mendaftarkan perkaranya di pengadilan. Tetapi terdapat perbedaan antara BP4 dan lembaga mediasi. .

Dalam proses penyelesaian sengketa BP4 lebih cenderung menasehati dan mendoktrin pasangan rumah tangga yang berkonflik. Berbeda dengan mediasi, dimana mediator hanya sebagai fasilitator, tidak boleh menasehati, adil dan tidak memihak. Para pihak sebagai penentu untuk menyelesaikan masalahnya dan mencari solusinya. Proses mediasi pertama kali diperkenalkan oleh pemerintahan Hindia Belanda melalui Reglement op de burgerlijke Rechtvordering atau disingkat Rv pada tahun 1894. Disamping itu pemerintah Indonesia juga telah mengeluarkan beberapa aturan melalui surat edaran, peraturan-peraturan, dan perundangan-undangan. Tentang beberapa aturan tersebut dapat dibaca pada uraian tentang landasan yuridis mediasi di Indonesia. Penyelesaian non litigasi ini telah dirintis sejak lama oleh para ahli hukum. Kemudian berkembang dan menjadi Undang-Undang No. 30 Tahun 1999. Pengaturan mengenai mediasi dapat kita temukan dalam ketentuan Pasal 6 ayat 3 , 4, dan 5 Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Perkara adalah merupakan suatu proses sebagai kelanjutan gagalnya negosiasi yang dilakukan


(10)

para pihak menurut ketentuan Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Perkara. Mahkamah Agung sebagai lembaga tinggi negara merasa paling bertanggungjawab untuk merealisasikan undang-undang tentang mediasi. MA menggelar beberapa Rapat Kerja Nasional pada September 2001 di Yogyakarta yang membahas secara khusus penerapan upaya damai di lembaga peradilan. Hasil Rakernas ini adalah SEMA No. 1 tahun 2002 tentang Pemberdayaan Pengadilan Tingkat Pertama Menerapkan Lembaga Damai.

MA juga menyelenggarakan temu karya tentang mediasi pada Januari 2003. Hasil temu karya tersebut adalah Perma No. 2 tahun 2003. Semangat untuk menciptakan lembaga mediasi sudah ada sejak Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia, Bagir Manan menyampaikan pidatonya pada 7 Januari 2003 dalam temu karya mediasi. Bagir Manan mendorong pembentukan Pusat Mediasi Nasional (National Mediation Center). Delapan bulan kemudian, tepatnya 4 September 2003 Pusat Mediasi Nasional resmi berdiri, sesaat sebelum Mahkamah Agung mengeluarkan Perma No. 2 tahun 2003. Hukum tertulis lainnya yang mengatur tentang mediasi adalah UU RI No. 14 Tahun 1970 jo UU RI No. 4 Tahun 2004 tentang Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman mengenai penyelesaian perkara perdata di luar pengadilan atas dasar perdamaian. Peraturan Mahkamah Agung mengenai mediasi ini mengalami perubahan yakni dengan diterbitkannya Perma RI No. 01 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan yang berlaku sampai saat ini.


(11)

Seperti yang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya penyelesaian sengketa alternatif melalui mediasi hanya dibatasi untuk kasus perdata yang tidak menggangu kepentingan orang banyak, seperti bidang perbankan, konsumen, tenaga kerja, dan sengketa di pengadilan. Pada sengketa sengketa ini saja mediasi dapat dilakukan.

Saat ini dalam bidang tertentu, mediasi sudah mulai diterapkan untuk menyelesaikan suatu sengketa sebagai berikut

1. Mediasi diluar pengadilan a. Mediasi perbankan

Dunia perbankan memiliki peranan pentin bagi masyarakat. Peranan tersebut adalah sebagai penyimpan dan penyalur dana bagi masyarakat. Suatu bank tentunya memiliki sistem yang sudah standar terhadap nasabahnya. Namun, tidak tertutup kemungkinan pelayanan yang diberikan bank kepada nasabahnya tidak memberikan hasil yan memuaskan bagi nasabahnya sehingga sering kali nasabah merasa dirugikan. Nasabah sering kali menjadi tidak berdaya pada saat harus berhadapan dengan bank di pengadilan dan hanya bisa pasrah apabila bersengketa dengan bank.

Agar nasabah dapat terlindungi hak-haknya, dibentuklah mediasi perbankan yang berfungsi sebagai lembaga penyelesaian sengketa. Pada penyelesaian sengketa tersebut, para pihak, yakni bank indonesia. Hal ini


(12)

bertujuan agar nasabah dapat telindungi hak-haknya sebagai nasabah.52 Dan mediasi ini Sesuai Peraturan Bank Indonesia No. 8/5/PBI/2006 tentang mediasi perbankan, penyelenggaraan mediasi dilakukan apabila sengketa antara nasabah dengan Bank yang disebabkan tidak dipenuhinya tuntutan finansial nasabah oleh Bank dalam penyelesaian pengaduan nasabah dapat diupayakan penyelesaiannya melalui mediasi perbankan.53 b. Mediasi hubungan industrial

Hubungan yang terjadi antara pengusaha dan pekerja adalah hubungan yang bersifat labil. Dalam arti sangat mudah terjadi pertentangan antara pengusaha dan pekerja yang disebabkan oleh berbagai macam hal yang berkaitan dengan ketenagakerjaan. Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian

Perselisihan Hubungan Industrial (“UU PHI”), yang dimaksud perselisihan hubungan industrial adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh karena adanya perselisihan mengenai hak perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan. Apabila terjadi perselisihan hubungan industrial, maka ada 2 (dua) cara untuk menyelesaikan perselisihan hubungan industrial tersebut yaitu dengan perundingan bipatrit

52

Jimmy Joses Sembiring, Cara menyelesaikan sengketa diluar pengadilan ,Visi media , Jakarta, 2011, halaman : 30

53

http://www.hsbc.co.id/1/2/miscellaneous_in_ID/others/mediasiperbankan diakses pada tanggal 13 januari 2014 pada pukul 10.12 WIB


(13)

(perundingan antara pekerja atau serikat perkerja dengan pengusaha) dan perundingan tripatrit. Jika ternyata penyelesaian perselisihan hubungan industrial tidak dapat diselesaikan melalui perundingan bipatrit, maka tahap yang dipakai untuk menyelesaikan perselisihan adalah penyelesaian melalui tripatrit yaitu secara mediasi54

Seringkali pihak pekerja ketika berhadapan dengan pengusaha berada dalam posisi yang lemah yang di sebabkan oleh berbagai macam faktor. Oleh karena itu, diperlukan suatu cara yang dapat mengakomodasi kepentingan suatu keputusan yang dapat diterima oleh masing masing pihak sehingga dibentuklah mediasi untuk perselisihan hubungan industrial.55

c. Mediasi asuransi

Saat ini masyarakat sudah semakin paham manfaat dari asuransi, sehingga secara tidak langsung ikut menjadi peserta pada program yang diselenggarakan oleh asuransi, baik asiransi kesehatan , asuransi kebakaran, maupun jenis asuransi lainnya. Asuransi berperan untuk mengalihkan resiko yang seharusya ditanggung oleh nasabah asuransi

Sering terjadinya peristiwa yang mewajibkan asuransi untuk membayar klaim, tetapi perusahaan asurasi menolak untuk membayar klain tersebut dengan berbagai macam alasan. Akubatnya, menimbulkan

54

http://www.hukumtenagakerja.com/mediasi-hubungan-industrial/ diakses pada tanggal 13 januari 2014 pada pukul 10.56 WIB

55

Jimmy Joses Sembiring, Cara menyelesaikan sengketa diluar pengadilan ,Visi media , Jakarta, 2011, halaman : 31


(14)

sengketa antara perusahaan asuransi dan nasabahnya. Masyarakat seeriingnya mengetahui asuransi hanya dari sisi manfaatnya, tetapi tidak mengetahui secara detail akan asuransi itu sendiri dan sering kali mengakibatkan terjadinya sengketa yang berbeli-belit antara perusaahannya asuransi dan nasabahnya

Agar sengketa dalam bidang asuransi dapat diselesaikan dengan baik dan dapat mengakomodasi kepentingan dari masing masing pihak, dibentuklah lembaga mediasi asuransi dengan harapan masing masing pihak dapat menerima keputusan yang dianggap adil.56

2. Mediasi di pengadilan

Mediasi di pengadilan sudah sejak lama dikenal. Para pihak yang mengajukan perkaranya ke pengadilan, diwajibkan untuk menempuh prosedur mediasi terlebih dahulu sebelum dilakukan pemeriksaan pokok perkara. Mediasi diharapkan sebagai salah satu proses penyelesaian sengketa yang lebih cepat dan murah, serta dapat memberikan akses yang lebih besar kepada para pihak menemukan penyelesaian yang memuaskan dan memenuhi rasa keadilan. pengintegrasian mediasi ke dalam proses beracara di pengadilan dapat menjadi salah satu instrumen efektif mengatasi masalah penumpukan perkara di pengadilan serta memperkuat dan memaksimalkan fungsi lembaga pengadilan dalam penyelesaian sengketa di samping proses pengadilan yang bersifat memutus (ajudikatif).57

56

Jimmy Joses Sembiring, Cara menyelesaikan sengketa diluar pengadilan ,Visi media , Jakarta, 2011, halaman : 31.

57

http://waktuterindah.blogspot.com/2012/04/sebuah-catatan-tentang-mediasi-di.html diakses pada tanggal 13 januari 2014 pada pukul 11.15 WIB


(15)

Perkara yang menumpuk di pengadilan semakin hari semakin banyak. Akibatnya, sering kali para pihak yang mengajukan sengketa di pengadilan harus menunggu dalam jangka waktu yang lama untuk mendapatkan putusan Sebagaimana diketahui prosedur beracara di pengadilan tidak menentukan jangka waktu untuk dapat menyelesaikan suatu perkara, mengakibatkan proses pemeriksaan suatu perkara dari pendaftaran, pemeriksaan, hingga putusan memakan waktu yang sangat lama. Untuk mangurangi banyaknya perkara yang ditangani oleh pengadilan, pada saat ini dibuat suatu proses, yakni proses mediasi.

Proses mediasi di pengadilan berdasarkan pasal 7 ayat (1) peraturan Mahkamah Agung Nomor 1tahun 2008 tentang prosedur Mediasi di pengadilan Mahkamah Agung republik Indonesia (peraturan Mahkamah Agung Nomor 1tahun 2008) merupakan proses yang wajib dijalankan para pihak yang berperkara. Pasal ini menentukan bahwa “pada hari sidang yang telah ditentukan

yang dihadiri kedua belah pihak, hakim mewajibkan para pihak untuk menempuh mediasi.”

Pada pasal 130 ayat (1) HIR menentukan bahwa “jika pada hari yang

ditentukan itu kedua belah pihak datang maka pengadilan negeri dengan pertolongan ketua mencoba akan memperdamaikan mereka.” Hal mengenai mediasi sebelumnya telah diatur dalam surat edaran Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2002 tentang pemberdayaan pengadilan tingkat pertama menerapkan lembaga damai. Pada Surat Edaran tersebut, hakim tidak diberikan kewenangan yang bersifat memaaksa kepada para pihak untuk melakukan penyelesaian melalui


(16)

perdamaian. Sehingga Surat Edaran ini dianggap hampir sama dengan Pasal 130 HIR, yang hanya menyarankan para pihak untuk dapat berdamai.

Berdasarkan hal diatas, surat edaran tersebut kemudian diganti oleh Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2003 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan ()Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2003). Berlakunya peraturan tersebut membuat upaya perdamaian di pengadilan, sehingga tidak lagi hanya mampu bertumpu pada Pasal 130 HIR. Peraturan tersebut mengalami perubahan dengan diterbitkan nya Peraturan Mahkamah Agung Tahun 2008tentang prosedur Mediasi di pengadilan Mahkamah Agung Republik Indonesia.

Pada hari sidang yang telah ditentukan dan para pihak hadir di persidangan makan terlebih dahulu hakim akan menanyakan persoalan yang akan terjadi dan menyaran kan para pihak untuk menempuh upaya mediasi terlebih dahulu58

Sebelum mediasi dilaksanakan, para pihak hadir di persidangan telebih dahulu hakim akan menanyakan persoalan yang terjadi dan menyarankan para pihak untuk menempuh upaya damai. Hakim kemudian menyarankan para pihak untuk menempuh upaya mediasi terlebih dahulu.

Sebelum mediasi dilaksanakan, para pihak terlebih dahulu harus memilih mediator merupakan hak para pihak. Selain berhak memilih mediator, para pihak juga dapat menentukan menggunakan hanya satu mediator, hal ini ditentukan pada Pasal Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008 sebagai berikut.

1. Para pihak berhak memilih mediator diantara pilihan pilihan berikut:

58


(17)

a. Hakim bukan pemeriksa perkara pada pengadilan yang bersangkutan; b. Advokat atau akademisi hukum;

c. Profesi bukan hukum yang dianggap para pihak menguasai atau berpengalaman dalam pokok sengketa;

d. Hakim majelis perkara;

e. Gabungan antara mediator yang diseut dalam butir a dan d, atau gabungan butir b dan d, atau gabungan butir c dan d;

2. Jika dalam sebuah prses mediasi terdapat lebih dari satu orang mediator, Pembagian tugas meditor ditentukan oleh para mediator sendiri.

Mediator yang jadi penengah dalam suatu perkara yang sedang diperiksa di pengadilan yang ada di pilih oleh para pihak berdasarkan daftar mediator yang ada di setiap pengadilan.

Tidak setiap orang dapat menjadi mediator di pengadilan. Persyaratan yang harus di penuhi agar seseorang dapat bertindak sebgai mediator diatur pada pasal 5 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008 sebagai berikut.

1. Kecuali keadaan sebagai mana dimaksud pada pasal 9 ayat (3) dan pasal 11 ayat (6), stiap orang yang menjalankan fungsi mediator, pada asasnya wajib memiliki sertifikat mediator yang di peroleh setelah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh lembaga yang telah memperoleh akreditasi dari mahkamah agung repbulik Indonesia.


(18)

2. Jika dalam wilayah sebuah pengadilan tidak ada hakim, advokat, akademisi hukum dan profesi bukan hukum yang bersertifikat mediator, hakim dilingkungan pengadilan yang bersangkutan berwenang menjalankan fungsi mediator.

Dari ketentuan pasal ini, dapat diketahui bahwa mediator terdiri atas mediator hakim dan non hakim. Mediator nonhakim terlebih dahulu harus mengikuti pelatihan untuk mendapatkan sertifikasi sebagai mediator dari lembaga yang sudah terakreditasi oleh Mahkamah Agung. Persyaratan yang harus dipenuhi agar suatu lembaga dapat memperolehakreditasi dari Mahkamah Agung. Persyaratan yang harus dipenuhi agar suatu lembaga dapat memperoleh akrditasi dari mahkamah Agung sebagai berikut. a. Mengajukan permohonan kepada Ketua Mahkamah Agung Republik

Indonesia.

b. Memiliki instruktur atau pelatih yang memiliki sertifikattelah mengikuti pendidikan atau pelatihan mediasi dan pendidikan atau pelatihan sebagi instruktur untuk pendidikan atau pelatihan mediasi. c. Sekurang-kurangnya telah dua kali melaksanakan pelatihan mediasi

bukan utuk mediator bersertifikat di pengadilan.

Para pihak yang bersengketa di pengadilan dan sengketa tersebut dalam proses mediasi memiliki tenggat waktu dalam memilih dan menentukan mediator. Para pihak dalam jangka waktu dua hari berunding untuk menentukan mediator yang akan menengahi perkara yang sedang terjadi. Apabila dalam jangka waktu tersebut para pihaktelah menentukan mediator, para pihak menyampaikan hal


(19)

tersebut kepada majelis hakim. Atas pilihan mediator tersebut , ketua majelis hakim memberitahukan kepada mediator yang terpiih untuk segera melaksanakan tugasnya pada perkara yang sedang diperiksa.

Sebaiknya apabila para pihak tidak dapat menentukan hakim mediator yang menagani perkara tersebut, mereka wajib menyampaikan hal tersebut kepada ketua majelis hakim. Dengan adanya kegagalan dalam memilih mediator, ketua majelis hakim akan segera menunjuk hakim yang bukan menangani perkara dan hakim tersebut memiliki sertifikat sebagai mediator untuk menjadi mediator.

Apabila dalam suatu pengadilan tidak terdapat hakim yang tidak memiliki sertifikat sebagai mediator, ketua majelis akan memilih hakim pemeriksa untuk menjalankan perkara untuk menjalankan fungsi sebgai mediator.

Setelah mediator yang akan menangani perkara telah dipilih, para pihakyang bersengketa akan menempuh proses mediasi. Tahap tahap dari proses mediasi yang akandijalankan oleh para pihak adlah sebgaimana yang ditentukan pada pasal 13 Perma No 1 tahun 2008.59

1. Dalam waktu paling lama lima hari kerja setlah para pihak menunjuk mediator yang disepakati, masing-masing pihak dapat menyeerahkan resume perkara kepada satu sama lain dan kepada mediator.

2. Dalam waktu paling lama lima hari kerja setelah ppara pihak gagal memilih mediator, masing-masing pihak dapat menyerahkan resume perkara kepada hakim mediator yang ditunjuk.

59


(20)

3. Proses mediasi yang berlangsung paling lama empat puluh hari kerja sejak mediator dipilih oleh pihak atau ditunjuk oleh ketua majelis hakim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11ayat 5 dan 6

4. Atas dasar kesespakatan para pihak, jangka waktu mediasi dapat diperpanjang paling lama empat belas hari kerja sejak berakhir masa empat puluh hari sebagai mana dimaksud dalam ayat 3.

5. Jangka waktu proses meediasi tidak termasuk jangka waktupemeriksaan perkara .

6. Jika diperlukan dan atas dasar kesepakatan para pihak, mediasi dapat dilakukan secara jarak jauh dengan menggunakan alat komunikasi

Mediasi yang dijalankan oleh para pihak, dapat dilaksanakan di pengadilan atau diluar pengadilan. Hal ini bergantung pada kehendak dari para pihak yang erperkara. Namun, kebebeasan untuk melaksanakan mediasi ini tidak sepenuhnya dapat ditentukan oleh para pihak karena apabila mediator yang menangani perkara tersebut adalah hakim pengadilan ,proses mediasi harus dipengadilan.

Pada saat menjalankan fungsinya, mediator memiliki kewenangan untuk menyatakan bahwa mediasi yang sedang dijalakan dinyatakan gagal dengan mendasarkan alasan kegagalan tersebut pada hal-hal sebagai berikut.60

1. Jika para pihak atau kuasa hukumnya telah dua kali berturut turut tidak menghadiri pertemuan mediasi meskipun telah dipanggil secara patut

60


(21)

2. Mediator memahami bahwa dalam sengketa yang sedang diperiksa melibatkan aset, harta kekayaan atau kepentingan yang nyata-nyata berkaitan dengan pihak lain yang tidak disebutkan dalam surat gugatan sehingga para pihak dianggap tidak llengkap

Tugas-tugas mediator dam menjalan kan fungsinya dalam proses mediasi adalah sebgai mana yang ditentukan dalam Perma No 1 Tahun 2008 sebagai berikut.

a. Mediator wajib mempersiapkan usulan jadwal pertemuan mediasi kepada para pihak untuk dibahas dan di sepakati.

b. Mediator wajib mendorong para pihak untuk seccara langsung berperan dalam proses mediasi.

c. Apabila dianggapperlu mediator dapat melakukan kaukus

d. Mediator wajib mendorong para pihak untuk menelusuri dan menggali kepentingan dan mencari berbagai pilihan penyelesaian yang terbaik bagi para pihak.

Sengketa bisa terjadi disebabkan oleh kurangnya pemahaman dari para pihak akan transaksi ataupun hubungan hukum yang terjadi diantara para pihak sehinggga dengan adanya ketidakpahaman atas hubungan tersebut pendapat dari orang lain yang dianggap sebagai ahli dalam hal hubungan hukum ataupun transaksi yang terjadi di antara para pihak.

Sebagaimana yang telah diketahui sebelumnya, mediasi merupakan cara untuk dapat memecahkan masalah yang terjadi diantara para pihak, sehingga


(22)

dianggap wajar apabila pihak lain dilibatkan dalam suatu sengketa yang sedang terjadi. Pihak lain dalam hal ini adalah mereka yang merupakan ahli di bidang perkara yang sedang melalui proses mediasi tersebut. Pasal 16 Perma No 1 tahun 2008 mengatur tentang di perbolehkan nya ahli dilibatkan dalam proses mediasi, yang mengatur sebagai berikut.

1. Atas persetujuan atau kuasa hukum mediator dapat mengundang seorang ahli atau lebih ahli hukum dalam bidang tertentu untuk memberikan penjelasan atau pertimbangan yang dapat membantu menyelesaikan perbedaan pendapat di antara para pihak

2. Segera setelah menerima pemberitahuan tersebut, hakim melanjutkan pemeriksaan perkara sesuai ketentuan hukum acara yang berlaku.

3. Pada tiap tahapan pemeriksaan perkara, hakim pemeriksa perkara tetap berwenang untuk mendorong atau mengusahakan perdamaian hingga sebelum pengucapan putusan.

4. Upaya perdamaian sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) berlangsung paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak hari para pihak menyampaikan keinginan berdamai kepada hakim pemeriksa perkara yang bersangkutan.

Gagalnya proses mediasi tentu menyebabkan para pihak harus menjalani proses persidangan. Dalam proses persidangan para pihak akan mengajukan bukti bukti dan saksi-saksi yang dipergunakan sebagai sarana memperkuat argumen-argumen yang di sampaikan di persidangan. Para pihak tidak di perkenankan


(23)

mengajukan bukti buti yang diperoleh dari proses mediasi. Hal ini secara tegas diatur pada pasal 19 Perma No1 tahun 2008 sebgai berikut

1. Jika para pihak gagal mencapai kesepakatan, pernyataan dan pengakuan para pihak dalam proses mediasi tidak dapat digunakan sebagai alat bukti dalam proses persidangan perkara yang bersangkutan atau perkara lain.

2. Catatan mediator wajib dimusnahkan.

3. Mediator tidak boleh diminta menjadi saksi dalam proses persidangan perkara yang bersangkutan.

4. Mediator tidak dapat dikenai pertanggungjawaban pidana maupun perdata atas isi kesepakatan perdamaian hasil proses mediasi.

Apabila para pihak telah gagal untuk bersepakat dalam mediasi,para pihak menjalankan proses berperkara di pengadilan , dengan dijalankan nya proses berperkara di pengadilan, bagi para pihak telah tertutup upaya untuk berdamai.

D.Fungsi Mediasi Dalam Penyelesaian Sengketa Perceraian.

Penggunaaan mediasi sebagai salah satu cara penyelesaian sengketa dengan damai ini dilatar belakangi oleh banyak faktor, seperti mengurangi menumpuknya perkara di pengadilan, kecenderungan manusia untuk menyelesaikan masalahnya dengan cara damai (win-win solution), mempercepat proses penyelesaian sengketa dan lain sebagainya. Sehingga dengan cara mediasi kepentingan dan keinginan para pihak dapat terkompromikan dengan kesepakatan-kesepakatan yang dapat menguntungkan kedua belah pihak. Dan


(24)

pada dasarnya mediasi dapat laksanakan di luar proses persidangan di pengadilan.

Namun dalam masalah perceraian tidak mungkin harus menggunakanan sistem penyelesaian sengketa di luar pengadilan secara menyeluruh, akan tetapi mau tidak mau harus tetap mengikuti tahapan proses beperkara di persidangan pengadilan, Asas mempersulit perceraian Untuk memungkinkan terjadinya perceraian harus ada alasan-alasan terntentu dan harus dilakukan di depan sidang pengadilan.61 Untuk proses pelaksanaan perceraian sendiri harus dilaksanakan di pengadilan bukan di tempat lain.

Walapun demikian dalam sengketa perceraian, kewajiban mendamaikan para pihak bersifat imperatif, dan Majelis Hakim harus memberi kesempatan para pihak untuk melakukan upaya damai di luar persidangan. Bentuk perdamaian dalam sengketa yang menyangkut hukum kebendaan (zaken recht), akan dengan sendirinya menghentikan sengketa, dan perdamaian yang telah disepakati oleh kedua belah pihak dapat dikukuhkan dengan putusan perdamaian yang mempunyai kekuatan eksekutorial.

Hal ini juga untuk menghindari tidak diterimanya perkara (NO; Niet Onvankelijk Verklaat) berdasarkan azas nebis in idem.2 Berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut di atas, maka kesepakatan yang ingin dicapai adalah kesepakatan untuk rukun dan damai, bukan kesepakatan untuk melakukan

61

http://urais-klaten.blogspot.com/2010/03/uu-no-1-th-1974.html diakses pada tanggal 13 januari 2014 pada pukul 11.32 WIB


(25)

perceraian secara damai. Untuk itu, dalam mewujudkan keinginan perdamaian dalam perkara perceraian adalah dengan jalan mencabut perkara tersebut62

Mediator sebagai pihak ketiga di dalam menyelesaikan penyelesaian sengketa alternatif memilki beberapa fungsi. Menurut Fuller, fungsi mediator yakni sebagai katalisator, pendidik, penerjemah, narasumber, penyandang berita jelek,agen realitas, dan sebagai kambing hitam (scapegoat).

1. Fungsi sebagai “katalisator”, diperlihatkan dengan kemampuan mendorong lahirnya suasana yang konstruktif bagi dialog atau komunikasi diantara para pihak dan bukan sebaliknya, yakni menyebarkan terjadinya salah pengertian dari polarisasi diantara para pihak;

2. Sebagai “pendidik”, dimaksudkan berusaha memahami kehendak, aspirasi, prosedur kerja, keterbatasan politis, dan kendala usaha dari para pihak;

3. Sebagai “penerjemah”, mediator harus berusaha menyampaikan dan merumuskan usulan pihak yang satu kepada pihak lainnya melalui bahasa, atau ungkapan yang enak didengar oleh pihak lainnya, tetapi tanpa mengurangi maksud atau sasaran yang hendak dicapai oleh sipengusul.

4. Sebagai “narasumber”, mediator harus mampu mendayagunakan dan melipatgandakan kemanfaatan sumber-sumber informasi yang tersedia.

62

Pasal 83 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 jo. Pasal 32 Peraturan Permerintah

Nomor 9 Tahun 1975.


(26)

5 . Sebagai “penyandang berita jelek”, mediator harus menyadari bahwa para pihak dalam proses perundingan dapat bersikap emosional, maka mediator harus siap menerima perkataan dan ungkapan yang tidak enak dan kasar dari salah satu pihak

6. Sebagai “agen realitas”, mediator harus memberitahu atau memberi pengerian secara terus terang kepada satu atau para pihak, bahwa sasarannya tidak mungkin atau tidak masuk akal untuk dicapai melalui sebuah proses perundingan.

7. Sebagai “kambing hitam”, mediator harus siap menjadi pihak yang dipersalahkan apabila orang-orang yang dimediasi tidak merasa sepenuhnya puas terhadap prasyarat-prasyarat dalam kesepakatan.63

Ini fungsi dari mediasi menurut fuller, Berbeda dengan perkara yang menyangkut status seseorang (personal recht) seperti dalam hal perkara perceraian, maka apabila terjadi perdamaian tidak perlu dibuat akta perdamaian yang dikuatkan dengan putusan perdamaian, karena tidak mungkin dibuat suatu perjanjian / ketentuan yang melarang seseorang melakukan perbuatan tertentu, seperti melarang salah satu pihak meninggalkan tempat tinggal bersama, memerintahkan supaya tetap mencintai dan menyayangi, tetap setia, melarang supaya tidak mencaci maki dan lain sebagainya, karena hal-hal tersebut apabila diperjanjikan dalam suatu akta perdamaian dan kemudian dilanggar oleh salah satu pihak, maka akta perdamaian tersebut tidak dapat dieksekusi, selain itu akibat

63

http://yoegipradana.blogspot.com/2013/05/bab-i-pendahuluan-a.html, diakses pada tanggal 19 Juli 2013 pada pukul 14.00 WIB.


(27)

dari perbuatan itu dan tidak berbuatnya, tidak akan akan mengakibatkan terputusnya perkawinan, kecuali salah satu pihak mengajukan gugatan baru untuk perceraiannya.

Ini lah yang dianggap sebagai fungsi dalam mediasi dalam perceraian dimana mediator dituntut untuk dapat menengahi sengketa yang terjadi dan khususnya dalam sengketa perceraian dimana pencabutan perkara adalah ujung dari keberhasilan mediasi yang dilakukan oleh para pihak yg bersengketa


(28)

BAB IV

PERANAN MEDIATOR DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERCERAIAN

A. Proses Penyelesaian Sengketa Perceraian Oleh Mediator

Secara institusional proses mediasi di pengadilan dilembagakan melalui Peraturan Mahkamah Agung No. 2 tahun 2003 tentang Proses Mediasi Di Pengadilan, yang kemudian disempurnakan dengan Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi Di Pengadilan, dengan tujuan memperkuat dan memaksimalkan mediasi yang terkait dengan proses berperkara di pengadilan untuk menemukan penyelesaian yang memuaskan, dan memenuhi rasa keadilan, serta memaksimalkan fungsi lembaga pengadilan dalam menyelesaikan sengketa di samping proses pengadilan yang bersifat memutus. Untuk itu lah dalam proses mediasi sudah diatur dalam Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi Di Pengadilan sebagai berikut:

TAHAPAN PROSES MEDIASI

1.Pernyataan Pembukaan oleh mediator. a. Ucapan selamat datang;

b. Perkenalkan diri;

c. Penjelasan peran mediator; membantu proses dan tidak berpihak;

Menerangkan urutan kejadian, Meyakinkan para pihak yang masih ragu, Menerangkan peran mediator dan para pihak, Menegaskan bahwa para pihak


(29)

Menyusun aturan dasar dalam menjalankan tahapan, Member kesempatan mediator untuk membangun kepercayaan dan menunjukan kendali atas proses, Mengonfirmasi komitmen para pihak terhadap proses.

d. Penjelasan proses; sifat tidak formal, kesepakatan aturan-aturan mediasi 1) tidak boleh menyerang pribadi,

2) kerahasiaan, segala sesuatu dalam mediasi tidak dapat menjadi alat bukti litigasi, dan

3) melakukan kaukus.

Kaukus adalah pertemuan yang dilakukan oleh mediator yang dimana pertemuan ini dilakukan secara terpisah antara tergugat dan penggugat. Pertemuan ini dilakukan untuk mendengar pendapat dari kedua bela pihak. Dengan kaukus, persoalan yang dead lock, diharapkan ada titik temunya. Karena dengan kaukus, pihak-pihak lebih leluasa untuk menyatakan pendapat, karena pada saat "kaukus" pihak lawan tidak hadir dan mendengar pembicaraan. Pada saat kaukus, pihak yang mengadakan pertemuan, juga bisa secara terbuka mengungkapkan "kepentingan yang tersembunyi", sehingga lebih mudah mediator mendorong pihak-pihak untuk menemukan solusi pemecahan dari mereka.64 Kaukus merupakan salah satu ciri utama yang membedakan proses mediasi dari proses litigasi. Kaukus merupakan teknik pendekatan yang sering kali digunakan dalam proses mediasi. Kaukus merupakan pengecualian dari prinsip umum yang

64

http://lily-ahmad.blogspot.com/2009/04/kaukus-dalam-perkara-mediasi.html diakses pada tanggal 14 januari 2014 pada pukul 16.32 WIB


(30)

mengharuskan setiap pertemuan mesti dihadiri para pihak yang berperkara.65

2.Pernyataan Pembukaan Para Pihak.

a. Mengungkapkan riwayat masalah / sengketa

Pengungkapan semua masalah yang terjadi dalam rumah tangga agar dicatat oleh mediator sebagai penengah dalam sengketa perceraian, agar dapat dijadikan poin-poin untuk mendamaikan para pihak sengketa perceraian. Dan juga salah satu peran yang penting bagi mediator adalah mengidentifikasi hal-hal yang telah disepakatiantara para piahk sebagai landasan untuk melanjutkan proses negosiasi.

b. Mengungkapkan posisi-posisi dan kepentingan

Pengungkapan masalah yang terjadi apabila perceraian benar-benar terjadi, biasanya tentang harta, dan hak asuh anak serta hal lain yang berhubungan dengan perkawinan dan harus diatur ulang bila perceraian itu benar terjadi. 3.Merancang Proses Pemecahan Masalah.

a. Menyusun jadwal.

Menyatukan jadwal antar para pihak yang bersengketa agar dapat hadir bersamaan dalam mediasi yang dilakukan oleh pengadilan, agar mediasi tidak sia-sia dilaksanakan akibat tidak hadirnya para pihak yang bersengketa


(31)

b. Menyusun agenda (masalah-masalah yang harus diperundingkan) disimpulkan dari pernyataan para pihak.

Mediator perlu membuat suatu “struktur” dalam pertemuan mediasi yang

meliputi masalah-masalah yang sedang diperselisihkan dan sedang berkembang. Dikonsultasikan dengan para pihak, sehingga tersusun

“daftar permasalahan” menjadi suatu agenda. Dan membuat kesimpulan

masalah-masalah yang terjadi dalam sengketa perceraian dicatat dan didapatkam dari keluhan-keluhan para pihak selama menjalani perkawinan dan dijadikan poin untuk bertindak untuk menyelesaikan sengketa perceraian.

c. Menyusun rencana pembahasan untuk tiap masalah.

4.Pemecahan Masalah.

a. Mengetahui dan mengkaji posisi dan kepentingan para pihak. b. Menggali berbagai opsi untuk tiap masalah.

c. Membahas tiap opsi.

d. Memilih opsi terbaik dari berbagai opsi.

5.Tawar Menawar.

a. Mengadakan perubahan-perubahan dari opsi. b. Kesepakatan awal.

c. Trade off, mengembangkan rencana, pelaksanaan.

6.Penyiapan Draft.


(32)

b. Bahas ulang draft, perubahan jika perlu.

7.Kesepakatan Akhir

Formalisir :Serahkan kepada majelis hakim untuk dijadikan akta perdamaian.66 Setelah menyelesaikan tugasnya,mediator kemudian melaporkan kepada majelis hakim yang memeriksa perkara, dan menyerahkan laporan hasil tersebut berupa laoran tertulis, serta melampirkan hasil kesepakatan kedua bela pihak yang telah ditandatangani kedua bela pihak jika proses mediasi itu berhasil dilaksanakan. Hasil proses mediasi di pengadilan yang menghasilkan kesepakatan perdamaian dituangkan dalam bentuk tertulis seperti yang diatur dalam Pasal 17 ayat (1) dan ayat (2) PERMA Nomor 1 Tahun 2008 yang menyatakan jika mediasi menghasilkan kesepakatan perdamaian, para pihak dengan bantuan mediator wajib merumuskan secara tertulis kesepakatan yang dicapai dan ditandatangani oleh para pihak dan mediator. Ayat (2) jika dalam proses mediasi para pihak diwakili oleh kuasa hukum, para pihak wajib menyatakan secara tertulis persetujuan atas kesepakatan yang terjadi.

Dengan adanya kesepakatan perdamaian secara tertulis tersebut, maka terdapat bukti tertulis bahwa di antara para pihak yang bersengketa tersebut telah mencapai kesepakatan perdamaian melalui mediasi, sehingga tidak ada pihak yang dapat mengingkari adanya kesepakatan damai tersebut.

Tetapi sedikit berbeda dengan perkara yang menyangkut status seseorang seperti dalam hal perkara perceraian, perdamaian tidak perlu dibuat akta perdamaian yang dikuatkan dengan putusan perdamaian, karena tidak mungkin

66

http://www.pn-stabat.go.id/userfiles/file/Mediasi/tahapan.pdf diakses pada tanggal 14 januari 2014 pada pukul 16.40 WIB


(33)

dibuat suatu perjanjian yang melarang seseorang melakukan perbuatan tertentu, seperti melarang salah satu pihak meninggalkan tempat tinggal bersama, harus setia, memerintahkan supaya tetap mencintai dan menyayangi, dan lain sebagainya, karena hal-hal tersebut apabila diperjanjikan dalam suatu akta perdamaian dan kemudian dilanggar oleh salah satu pihak, maka akta perdamaian tersebut tidak dapat dieksekusi, selain itu akibat dari perbuatan itu dan tidak berbuatnya, tidak akan akan mengakibatkan terputusnya perkawinan, kecuali jika salah satu pihak membuat gugatan baru untuk perceraiannya.67

B.Hambatan Yang Di Hadapi Mediator Dalam Menyelesaikan Sengketa Perceraian.

Mediasi adalah suatu cara untuk menyelesaikan suatu sengketa dimana mediator yang sebagai penengah dalam suatu sengketa tersebut. Untuk mensukses kan suatu jalanya mediasi banyak hambatan yang terjadi dimana ketika penulis mengadakan wawancara dengan salah seorang hakim yang ada di pengadilan stabat yang bernama darminto SH yang juga sebagai salah seorang mediator di pengadilan stabat

Mahkamah agung RI dengan keputusan Mahkamah Agung RI No:KMA/059/SK/2003 yang berlaku sejak 30 Desember 2003 dan berlaku efektif sejak 18 september-nobember 2004, telah menunjuk beberapa pengadilan negeri yang perlu dibina dan diamati secara khusus dalam rangka penerapan PERMA

67

Wawancara dengan bapak darminto sh selaku mediator hakim dalam pengadilan langkat 3 oktober 2013


(34)

No.2 tahun 2003 yaitu pengadilan Negeri Surabaya, pengadilan Negeri bengkalis dan pengadilan Negeri batusangkar. Keempat Pengadilan Negeri tersebut bertugas menjalankan kegiatan mediasi berupa:

1. Mengadakan pelaksanaan dan sosialisasi program percontohan mediasi. 2. Mengadakan pelatihan bagi Hakim-Hakim, wakil advokat, pemuka adat,

wakil pengusaha, dan para dosen mengenai pelaksanaan mediasi, dan 3. Hal lain yang dipandang perlu.

Dengan berakhirnya masa pembinaan tersebut, ternyata terdapat hambatan yang dijumpai dalam pelaksanaan mediasi berdasarkan Perma No.2 Tahun 2003tersebut.68

Dalam perma menimbang baik Pasal 130 HIR maupun Pasal 154 RBg, mendorong para pihak untuk menempuh proses perdamaian yang dapat diintensifkan dengan cara mengintegrasikan proses mediasi ke dalam prosedur berperkara di Pengadilan Negeri, dan dalam Perma no 2 tahun 2003 itu masih dilakukan tetapi tidak bersifat memaksa , tetapi hanya bersifat disarankan supaya para pihak berdamai69 kemudian lahir lah Perma no. 1 tahun 2008 yang diharap kan dapat mengatasi kekurangan Perma no. 2 tahun 2003. Akan tetapi , meski peraturan telah diganti, hambatan pelaksanaan tetap ada sebagai sebagai mana dibawah ini beberapa yang menghambat pelaksanaan mediasi

1. Ketidakadaan Mekanisme yang dapat memaksa salah satu pihak atau para pihak yang tidak menghadiri pertemuan mediasi

68

Nurnianingsih , Mediasi alternatif penyelesaian sengketa perdata di pengadilan , Rajawali Pers, 2011, halaman: 154.

69

Wawancara dengan bapak darminto sh selaku mediator hakim dalam pengadilan langkat 3 oktober 2013.


(35)

Memang dalam PERMA No1 tahun 2008 ada perubahan yang betul-betul membuat proses mediasi dalam pelaksanaan menjadi suatu hal yang wajib dilaksanakan tidak seperti dalam 130 HIR dan 154 RBg dan juga dalam PERMA no2 tahun 2003 yang hanya menyarankan para pihak untuk berdamai. Dalam PERMA no 11 tahun 2008 jika dalam suatu proses peradilan perdata tidak ada dilakukan upaya mediasi maka, putusan dari peradilan tersebut batal demi hukum.70 Dalam proses persidangan biasa jika salah satu pihak tidak hadir pada sidang pertama setelah dipanggil secara patut maka hakim dapat menjatuhkan putusan verstek, yang mengalahkan pihak yang tidak hadir. Ketentuan ini mendorong bagi para pihak untuk memenuhi panggilan di pengadilan.71 Tetapi tidak ada yang menjamin atau membuat suatu mekanisme dimana para pihak harus hadir dalam proses mediasi. oleh karena salah seorang atau para pihak tidak hadir dalam mediasi maka proses peradilan akan berlanjut sesuai dengan ketentuan yang reguler tentunya , dengan demikian proses mediasi dinyatakan gagal72 jadi dalam proses mediasi bila ada para pihak yang tidak hadir setelah ditentukan pertemuan mediasi, berarti ia sebenarnya tidak berkehendak untuk berdamai, sehingga mereka sengaja bermain main dengan waktu empat puluh hari yang diwajibkan untuk proses mediasi.73

2. Jumlah mediator dan jumlah hakim yang terbatas

70

Wawancara dengan bapak darminto sh selaku mediator hakim dalam pengadilan langkat 3 oktober 2013

71

Nurnianingsih , Opcit, halaman : 155.

72

Wawancara dengan bapak darminto sh selaku mediator hakim dalam pengadilan langkat 3 oktober 2013

73


(36)

Hal ini mempengaruhi pula terhadap pelaksanaan mediasi di pengadilan. Lembaga penyedia jasa yang ada di Indonesia masih sangat minim, padahal jumlah perkara perdata yang diajukan ke pengadilan terbilang banyak dan memerlukan mediator. Sampai saat ini jumlah mediator yang terdaftar di pengadilan masih sangat sedikit, bahkan tidak ada. Oleh karena itu guna pemberdayaan PERMA tersebut, maka jumlah tenaga mediator harus ditingkatkan yang didukung pula oleh lembaga penyedia jasa mediator.

Didalam pengadilan stabat ada dua ketentuan mengenai pengaturan tentang mediasi yaitu hakim yang telah mendapatkan sertifikat mediator dari mahkamah agung dan jika tidak ada hakim yang memiliki sertifikat dalam suatu pengadilan maka semua hakim berhak untuk menjadi hakim dalam proses mediasi tersebut. Dan yang kedua adalah dari golongan non hakim dimana didalam nya terdapat kalangan dosen dan pengacara atau pun praktisi praktisi hukum yang telah mendapatkan sertifikat mediator tersebut,

Tetapi di pengadilan stabat sendiri dari 15 hakim yang betugas , yang memiliki sertifikat mediator tersebut hanya ada satu hakim yang memilikinya yaitu pak Sohe SH MH selaku mediator hakim dalam pengadilan negeri stabat.74

Dengan adanya PERMA no 1 tahun 2008, pasal 8 ayat (1), mediator pada setiap pengadilan berasal dari kalangan hakim dan bukan hakim yang memiliki sertifikat. Hakim diberi tugas sebagai seorang mediator dimana mereka juga peru mendapatkan pelatihan mengenai mediasi. Hakim mediator dapat berupa hakim pemeriksa perkara dan hakim bukan pemeriksa perkara. Hanya saja timbul

74

Wawancara dengan bapak darminto sh selaku mediator hakim dalam pengadilan langkat 3 oktober 2013


(37)

kendala bahwa akankah berhasil pelaksanaan mediasi yang mediatornya adalah hakim pemeriksa perkara hal tersebut mustahil karena tentu hakim mediator tidak akan sungguh sungguh mengupayakan perdamaian karena akan mengurangi pekerjaanya, sebab terdapat juga kalangan hakim yang tidak berminat mewujudkan perdamaian para pihak.75

3. Itikad baik para pihak

Itikad baik sangat penting guna keberhasilan proses mediasi agar tercapai kepakatan win-win solution. Apabila para pihak tidak mau melihat kebutuhan mereka dan hanya mengejar keuntungan, maka perdamaian melalui mediasi akan sulit di tercapai76

Tercapai atau tidaknya kesepakatan sangat tergantung dari itikad baik para pihak untuk menyelesaikan sengketa dalam proses mediasi. Jika tidak ada itikad baik dalam proses mediasi dari kedua belah pihak, kesepakatan tidak akan pernah tercapai dan konflik pun tidak dapat terselesaikan. Selain itu dalam proses mediasi harus dimunculkan informasi yang cukup sebagai bahan perundingan. Informasi-informasi yang disampaikan oleh kedua belah pihak menjadi sangat penting bagi mediator untuk dapat segera memberikan pendapatnya terhadap konflik yang tengah terjadi. Selain itu kedua belah pihak harus memberikan kewenangan yang cukup bagi mediator untuk menjadi penengah dalam konflik yang sedang dihadapi oleh kedua pihak. Kepatuhan para pihak dalam menaati kesepakatan yang dibuat dan pengaruh mediator dalam proses mediasi sangat mempengauhi kesepakatan

75

Nurnianingsih, Opcit, halaman : 156

76


(38)

yang akan dicapai oleh pihak-pihak yang bersengketa.77 Tetapi jika melihat melihat mediasi dari pembahasan perceraian yang alasan-alasan perceraian itu sendiri biasanya adalah ketidak cocokan hubungan , kdrt, mempunyai wanita atau pria lain , masalah ekonomi karena menyangkut juga sengketa hati yang cukup dalam rasa nya cukup sulit untuk para pihak agar berdamai karena masing masing pihak sudah tidak ada itikad baik untuk berdamai, ini yang membuat sulit mediator untuk mendamaikan kedua belah pihak.

4. Dukungan para hakim

Para hakim pengadilan negeri berpendapat bahwa tgas pokok mereka adalah menyelesaikan sengketa secara memutus. Gaji yang diterima merupakan imbalan atas pelaksanaan tugas pokok itu. Pemberian tugas sebagai mediator intinya adalah mendamaikan adalah berbeda dari tugas pokok, dengan kata lain tugas tambahan, sehingga mereka berhak atas insentif. Hal ini terjadi karena hakim belum memiliki kesadaran idealis seperti itu. Tanpa dukungan dari hakim, maka penerapan mediasi yang diwajibkan itu tidak akan pernah berhasil.78

Dukungan dari hakim kurang untuk memediasi para pihak agar berdamai bisa jadi hakim tidak menjiwai mediasi dan hanya untuk sekedar formalitas tapi bukanya untuk menggali apa yang menjadi pokok permasalahan agar perceraian dapat dimediasi, tetapi hanya dilakukan secara formalitas sehingga mediasi yang hanya sekedarnya saja tidak akan berhasil tanpa hakim yang menjiwai perkara tersebut dan memberikan dukungan-dukungan kepada para pihak untuk

77

http://yoegipradana.blogspot.com/2013/05/bab-i-pendahuluan-a.html

78


(39)

meelanjutkan perkawinan mereka.79 Oleh karenanya perlu upaya penciptaan insentif yang jelas dan transparan bagi para hakim yang sukses mendamaikan, sehingga para hakim mendukung sepenuhnya proses mediasi. Memang dalam pasal 25 ayat (1) PERMA ini diatur bahwa hakim yang berhasil menjalankan fungsi mediator akan diberi insentif dan mahkamah agung menyediakan sarana yang dibutuhkan bagi proses mediasi, akan tetapi hingga tahun 2011 pengaturan tersebut belum terealisasi, hanya sekedar peraturan diatas kertas sehingga tidak meningkatkan kesadaran hakim untuk mendamaikan.80

5. Ruangan mediasi

Tersedianya ruangan khusus mediasi merupakan faktor penting untuk mendukung pelaksanaan mediasi tersebut. Disamping faktor kerahasiaan nya yang harus dijaga, rasa nyaman juga perlu diperhatikan agar para pihak lebih leluasa mengungkapkan masalahnya didengar orang lain.81 Hal ini juga yang telah dipikirkan oleh ketua pengadilan negeri langkat sehingga ,pengadilan negeri langkat tersebut memiliki ruangan mediasi yang cukup baik dan dapat menjaga privasi dari para pihak yang sedang bersengketa terlebih jika sengketa perceraian yang merupakan aib bagi suami maupunisteri82

6. Dukungan pengacara dalam proses mediasi Masalah pemberian honorarium kepada pengacara

79

Wawancara dengan bapak darminto sh selaku mediator hakim dalam pengadilan langkat 3 oktober 2013

80

Nurnianingsih ,Opcit, halaman : 158

81

Ibid, halaman :158.

82

Wawancara dengan bapak darminto sh selaku mediator hakim dalam pengadilan langkat 3 oktober 2013


(40)

hubungan antara pengacara dan kliennya sehingga tidak perlu dicampuri oleh mahkamah agung. Akan tetapi karena dukungan atau penolakan pengacara untuk menganjurkan klienya bermediasi akan berpengaruh pada pelaksanaan perma ini, hal ini perlu dibahas sebagai satu mata rantai yang saling berkaitan83

Pak darmito juga mengatakan ada juga hubungan antara proses mediasi dengan pengacara dimana pengacara mempunyai peran penting sebagai penasehat hukum bagi klienya yang seharusnya dapat digunakan secara maksimal tetapi jika itu dilakukan maka pengacara akan kehilangan atau kekuragan honor yang akan didapatnya tetapi pak darminto tidak ingin membahas terlalu dalam karena itu bukan bagian langsung dari tanggung jawab dia sebagai hakim.84

Pola honorarium terbagi atas tiga pola, yaitu : pertama pengacara mempunyai klien tetap dan menerima honor yang biasanya pertahun atau perbulan, kedua pengacara menerima honor berdasarkan penanganan kasus hingga selesai dan ketiga pengacara menerima honor dari klien berdasarkan jam kera atau frekuensi kunjungan ke persidangan. Pola yang terakhir ini lah yang menyebabkan pengacaracenderung untuk bersikap negatif terhhadap upaya pelembagaan mediasi di pengadilan negeri.karena jika kasus selesai dengan cepat, maka honornya kecil.

C. Keberhasilan dalam penyelesaian sengketa perceraian melalui mediasi

Keberhasilan pelaksanaan suatu mediasi di Pengadilan pada dasarnya bergantung pada para pihak yang bersengketa, karena pihak lain diluar dari pada

83

Nurnianingsih, Opcit, hal 159

84

Wawancara dengan bapak darminto sh selaku mediator hakim dalam pengadilan langkat 3 oktober 2013


(41)

pihak yang bersengketa hanya bertugas sebagai fasilitator dalam proses mediasi. Mengenai tentang bagaimana suatu mediasi bisa berhasil, apa saja yang diinginkan para pihak yang bersengketa sebagai jalan tengah yang diterima oleh para pihak, oleh karena itu di dalam hukum acara perdata diatur bahwa pada persidangan pertama bahwa hakim ketua wajib menegaskan kepada para pihak yang bersengketa untuk melakukan mediasi terlebih dahulu. Pelaksanaan mediasi merupakan kewajiban dalam hukum acara perdata, semua sengketa perdata wajib menjalankan mediasi kecuali perkara niaga, pengadilan hubungan industrial, keberatan atas putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dan Komisi Pengawasan Persaingan Usaha.85 Berhasil atau tidaknya mediasi mencapai kesepakatan damai dalam menyelesaikan sengketa perdata merupakan akhir dari pelaksanaan mediasi.

Tapi jika dibandingkan dengan mediasi di Negara lain, Australia contohnya, tepatnya di negara bagian New South Wales, mediasi yang dijalankan oleh Community Justice Center (CJC). Tingkat keberhasilan mediasi lembaga ini sangat tinggi, mencapai angka 80 %. CJC bukan bagian dari pengadilan tapi merupakan lembaga independen yang didirikan pemerintah bagian New South Wales. CJC secara penuh didanai oleh pemerintah. Sejak resmi berdiri pada tahun 1983, lembaga ini secara konsisten menunjukkan tingkat keberhasilan mediasi yang tinggi. Tingkat kepuasan masyarakat atas pelayanan yang diberikan juga .

85


(42)

Lantas, faktor apa sebenarnya yang membuat mediasi begitu sukses di Australia? Sedikitnya ada empat faktor yang memberikan kontribusi atas tingginya tingkat kesuksesan mediasi itu.

Pertama, pelayanan mediasi secara cuma-cuma. Dari sejumlah lembaga pelaksana mediasi yang dikunjungi, semuanya memberikan jasa pelayanan mediasi secara gratis. Lembaga-lembaga ini semuanya memang didanai oleh negara dan negara menentukan bahwa jasa yang diberikan harus bebas dari pungutan biaya.

Dengan gratisnya pelayanan mediasi yang diberikan, masyarakat benar-benar menjadikan mediasi dan juga konsiliasi menjadi alternatif penyelesaian sengketa yang sesungguhnya. Apalagi jika dihubungkan dengan faktor kedua, yakni mahalnya biaya berperkara di pengadilan Australia. Belum lagi jika harus membayar jasa pengacara yang mahal.

Masyarakat tentu akan memilih jasa pelayanan yang gratis dengan hasil yang sesuai dengan harapan mereka karena berdasarkan kesepakatan daripada

harus „menang dan kalah‟ oleh putusan pengadilan yang membutuhkan biaya

tinggi dan kemungkinan waktu yang cukup lama.

Ketiga, keterlibatan penuh dari eksekutif, legislatif dan yudikatif. Pemerintah Australia terlibat penuh dalam usaha tersedianya lembaga yang menangani alternatif penyelesaian sengketa. Baik di tingkat federal maupun di negara bagian, keterlibatan dan kepedulian pemerintah sangat nyata.

Hal itu dapat dilihat dari banyaknya lembaga penyelesaian alternatif sengketa yang didirikan dan didanai oleh pemerintah. Baik lembaga yang bersifat


(43)

publik maupun swasta. Alternatif penyelesaian sengketa menjadi sesuatu yang sangat familiar di telinga masyarakat.

Begitu juga dengan keterlibatan legislatif yang mendukung dengan dibuatkannya peraturan perundang-undangan yang mendukung komitmen pemerintah dan masyarakat. Yudikatifnya juga begitu, banyak bentuk alternatif penyelesaian sengketa yang dijalankan sebelum perkara disidangkan, tidak hanya mediasi.

Faktor terakhir adalah kultur masyarakat, aturan yang jelas dan penegakkan hukum yang baik. Budaya masayrakat yang rata-rata patuh pada hukum juga sangat mempengaruhi keberhasilan mediasi. Ditambah dengan aturan yang jelas dan penegakannya (law enforcement) yang begitu kuat.86

Berbicara soal tingkat keberhasilan di Indonesia tentu saja tidak melulu mengenai kegagalan. Buktinya, selama tahun 2011, tidak sedikit perkara yang berhasil diselesaikan melalui mediasi. Berdasarkan data yang diolah badilag.net

dari Laporan Tahunan Badilag 2011, perkara yang masuk ke PA/MS berjumlah 363.041. Sebanyak 68.538 perkara dimediasi. Dari jumlah itu, mediasi yang berhasil berjumlah 2.924. Dengan demikian, prosentase keberhasilan mediasi selama 2011 adalah 4,26 persen.

Dari segi jumlah, mediasi yang paling banyak menuai keberhasilan terjadi di PA-PA di Jawa Timur. Selama tahun 2011, mediasi yang berhasil di wilayah PTA Surabaya berjumlah 1.404 dari total 22.011 perkara yang dimediasi. Alhasil, keberhasilannya mencapai 6,38 persen. Diikuti PTA Semarang berjumlah 12.084

86

http://www.badilag.net/component/content/article/315-berita-kegiatan/17616-kenapa-mediasi-begitu-sukses-di-australia.html diakses pada tanggal 14 januari 2014 pada pukul 17.20 WIB


(44)

perkara dan 316 yang berhasil. Mediasi yang keberhasilannya paling sedikit terjadi di wilayah PTA Ambon dan PTA Kupang. PA-PA di kedua wilayah itu hanya berhasil memediasi 3 perkara. Bisa dimaklumi, perkara dimediasi juga tidak banyak. Selama 2011, PA-PA di wilayah PTA Ambon hanya memediasi 65 perkara dan PA-PA di wilayah PTA Kupang hanya memediasi 84 perkara.

Sementara itu, dari segi prosentase, PA-PA di wilayah Bangka Belitung berada di rangking pertama. Di wilayah ini, selama 2011 perkara yang dimediasi berjumlah 410 dan mediasi yang berhasil berjumlah 50. Dengan demikian, keberhasilan mediasi di wilayah PTA Bangka Belitung mencapai 12 persen. Diikuti PTA Maluku Utara yang menerima perkara sejumlah 283 perkara, 22 yang berhasil di mediasi dan alhasil mencapai prosentase 7,78 %.

Berikut ini data Menurut hasil mediasi dari penelitian yang dilakukan oleh penulis berrikut ini adalah nomor perkara perceraian masuk ke pengadilan Negeri stabat dari tahun 2011 sampai dengan 2013

No. 16/Pdt.G/2011/PN STB

Purnawati Br Tambunan Spd (penggugat) manangan harianja (tergugat)

keterangan : perkara ini gugur (karena para pihak tidak pernah datang pada persidangan selanjutnya tidak pernah datang)

No. 21/Pdt.G/2011/PN STB Romi wiliater sialoho (penggugat) Lince melda agustina sirait (tergugat)


(45)

keterangan : perkara ini N.O (karena pihak tergugat tidak pernah datang pada persidangan selanjutnya tidak pernah datang)

No. 22/Pdt.G/2011/PN STB

Lesti epidonta Br ginting (penggugat) Toni (tergugat)

keterangan: dikabulkan untuk bercerai No. 24/Pdt.G/2011/PN STB

Dessy astuti Br sembiring (penggugat) Surya darma perangin-angin (tergugat) keterangan: dikabulkan untuk bercerai

Dari 25 perkara yang masuk ke PN stabat 4 adalah kasus perceraian No. 02/Pdt.G/2012/PN STB

Mei lina wijaya(penggugat) Tuan harahap(tergugat)

keterangan:di kabulkan untuk bercerai No. 03/Pdt.G/2012/PN STB

Laidiah (penggugat)

B liong alias andy (tergugat)

keterangan:di kabulkan untuk bercerai No. 10/Pdt.G/2012/PN STB

Dima enda ria tarigan(penggugat) Edli syahputra sitepu (tergugat) keterangan:di kabulkan untuk bercerai


(46)

No. 13/Pdt.G/2012/PN STB Winny widya (penggugat) Hendra (tergugat)

keterangan:di kabulkan untuk bercerai No. 14/Pdt.G/2012/PN STB

Suryangen (penggugat) Susanto chia cita (tergugat)

keterangan:di kabulkan untuk bercerai No. 21/Pdt.G/2012/PN STB

Mnutur sinaga (penggugat) Rosmen Br damanik (tergugat) keterangan:N.O

No. 34/Pdt.G/2012/PN STB Esther Br ginting (penggugat) Rusmin sembiring (tergugat)

keterangan:gugatan dicabut (tetapi telah melewati proses mediasi yang gagal dan perkara dilanjutkan tetapi gugatan dicabut)

Dari 37 perkara yang masuk ke PN stabat 7 adalah kasus perceraian No. 05/Pdt.G/2013/PN STB

Naberi Br ginting (penggugat) Darmawan siitepu (tergugat)


(47)

No. 09/Pdt.G/2013/PN STB Richard nainggolan (penggugat) Nova trilasnawati(tergugat)

keterangan:di kabulkan untuk bercerai No. 16/Pdt.G/2013/PN STB

Suhari arifin (penggugat) Safri yati mala (tergugat)

keterangan:mediasi gagal tetapi belum ada putusan No. 17/Pdt.G/2013/PN STB

Eva desiana Br sembiring (penggugat) Sempa arista (tergugat)

keterangan:gugatan dicabut No. 23/Pdt.G/2013/PN STB Rini sihotang (penggugat)

Dian kurniawan surbakti (tergugat)

keterangan:mediasi gagal tetapi belum ada putusan No. 26/Pdt.G/2013/PN STB

David kurnianta kembaren(penggugat) Erlinte Br sitepu (tergugat)

keterangan:masih proses mediasi

Dari 30 perkara yang masuk ke PN stabat 6 adalah kasus perceraian

keterangan ini yang masuk sampai dengan tanggal 3 Oktober 2013 dari sini kita dapatkan data ada 8 kasus yang telah dikabulkan gugatan cerainya, kasus


(48)

yang N.O 2 kasus, masih dalam proses 1 kasus , perkara gugur karena para pihak tidak datang 1 kasus, mediasi telah gagal tetapi belum ada putusan 3 kasus dan 2 kasus yang gugatanya dicabut karena para pihak sepakat untuk mencabutnya walaupun proses mediasi sudah dilewati dan gagal, tetapi menurut hakim mediator yang saya wawancara mengatakan bahwa proses mediasi itu sebenarnya selama proses peradilan belum mendapatkan putusan, bukan hanya ketika mediasi dilakukan secara formal di pengadilan.

Untuk itu sebenarnya dapat saya simpulkan proses mediasi yang berjalan di pengadilan memang berjalan seturut dengan PERMA No.1Tahun 2008 tetapi karena kualitas dari proses mediasi dewasa ini mengakibatkan kebanyakan kasus perceraian gagal untuk dimediasi oleh para mediator di pengadilan negeri stabat oleh karena faktor- faktor yang telah dijelaskan sebelumnya


(49)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

1. Mediasi merupakan salah bentuk penyelesaian sengketa alternatif, yang berarti bahwa mediasi merupakan penyelesaian sengketa melalui jalan damai yang menggunakan orang ke tiga dalam proses penyelesaian sengketanya di pengadilan sebagai penghubung dan pencari solusi bagi sengketa yag sedang berlangsung terkhusus dalam kasus sengketa perceraian. Untuk menghindari penumpukan perkara di pengadilan maka sebelum persidangan di mulai para hakim menawarkan perdamaian atau mediasi ini. Dan karena kebutuhan akan mediasi ini membawa terus mediasi ini semakin berkembang karena semakin banyaknya sengketa yang masuk ke pengadilan dan terus mengalami perbaikan dari masa ke masa. pengaturan penyelesaian sengketa melalui prosesmediasi telah diatur dalam beberapa peraturan perundang-undangan, yaituHIR, RBG, KUHPerdata dan diformalkan melalui Undang-UndangKekuasaan Kehakiman serta ditegaskan lebih lanjut dengan Perma No. 1 Tahun 2008.

Tetapi ada perbedaan yang mendasar dalam putusan yang terjadi dalam sengketa perdata biasa dengan sengketa perceraian. Jika mediasi yang dilakukan para pihak dalam sengketa perdata berhasil maka keputusan dari mediasi tersebut akan dituangkan dalam akta van dading yang bersifat final dan binding, tetapi dalam sengketa perceraian ada perbedaan dengan


(50)

sengketa peradata lainnya yaitu jika mediasi dalam percerian berhasil prosesnya maka para pihak bukannya menuangkan putusan mereka dalam akta van dading tetapi hanya akan mencabut gugatan cerai mereka di pengadilan, karena khusus sengketa perceraian tidak mungkin membuat suatu akta yang membatasi salah satu pihak untuk tidak meninggalkan satu sama lain.

2. Pengadilan kurang bersikap pro-aktif untuk memproses dan memfasilitasi penyelesaian sengketa dengan lembaga mediasi yaitu dengan mengalokasikan waktu, tempat dan hakim mediator. Kurang sikap pro aktif dari pengadilan membuat proses mediasi akan sangat berkurang kekuatan dan efektifitasnya dan juga berpengaruh terhadap efektifitas mediator. Yang berjalan dalam pengadilan. Hakim juga harusnya aktif untuk menyampaikan kepada para pihak atas permasalahan yang disengketakan agar dapat menggunakan forum mediasi supaya para pihak tidak ada yang merasa dirugikan. Bagi hakim mediator mempunyai peran yang strategis serta mengendalikan proses persidangan (permusyawaratan) untuk menempatkan dan memutuskan kasus yang disengketakan sesuai dengan alternatif yang sudah menjadi pilihan para pihak yang bersengketa tersebut. Tetapi lagi-lagi ada masalah yang terjadi dimana memediasikan para pihak adalah tugas sekunder mereka dan bukan tugas pokok serta tidak ada insentifnya jika dilakukan.


(51)

3. Pada prinsipnya praktek mediasi yang berjalan di pengadilan Negeri Medan sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu berdasarkan PERMA No.1 Tahun 2008. Menurut salah satu hakim yang penulis wawancarai, proses mediasi sudah berjalan dengan baik dan benar sesuai dengan PERMA No.1 Tahun 2008. Yang dapat disimpulkan dari proses-proses pelaksanaan yang telah dijelaskan kepada penulis. Tetapi, dalam praktek mediasi yang terjadi di pengadilan Negeri langkat masih dirasa kurang dalam penerapan kualitas mediasinya , dimana para pihak yang bersengketa memiliki pengacara dan jika proses mediasi berhasil maka honor yang akan diterima oleh pengacara akan berkurang. Dukungan hakim yang kurang untuk memotivasi para pihak untuk berdamai dan hakim kurang menjiwai sengketa perceraian yang terjadi dan hanya dilakukan secara formalitas saja.kurangnya ruangan untuk melakukan mediasi. Serta kurangnya hakim mediator di pengadilan akibat kurangnya pelatihan yang dialkukan oleh instansi terkait agar hakim bisa mendapatkan sertifikat mediator.

B.Saran

1. Dalam pelaksanaan mediasi di pengadilan negri kedepannya harus banyak di lakukan perubahan agar proses dalam memediasi para pihak menjadi lebih lancar dan tidak banyak terganggu oleh kepentingan kepentingan orang lain misalnya mengenai atauran bahwa seorang kuasa hukum yang tidak perlu ikut dalam proses mediasi di pengadilan karena sebenarnya kuasa hukum atau


(52)

pengacara tersebut pasti ingin jika kasus tersebut lanjut dengan proses hukum dalam pengadilan, karena jika mediasi berhasil honornya akan terputus ataupun terhenti. Dan bagi hakim dibuatnya suatu peraturan dimana jika hakim berhasil memediasi suatu perkara maka akan diberikan insentif berupa uang ataupun prospek jabatan yang lebih tinggi agar hakim bersemangat untuk membuat berhasilnya suatu proses mediasi. Dan diatmbahkannya aturan agar para pihak dapat menghadiri mediasi sehingga tidak membuang waktu yang telah disediakan pengadilan untuk para pihak dimediasi

2. Perlu adanya dukungan pemerintah terhadap masalah mengenai mediasi, dimana dapat dilakukan nya pemberitahuan kepada masyarakat mengenai mediasi dengan cara seminar-seminar tentang pentingnya mediasi dalam suatu proses perkara perdata terkhusus masalah perceraian. Agar para pelaku hukum dapat mengetahui apa itu mediasi dan tata cara melakukan mediasi dan apa tujuan dari mediasi tersebut agar kedepannya mediasi buka hanya dianggap sebagai formalitas tetapi sudah menjadi bagian dari proses penyelesaian sengketa alternatif yang berkompeten untuk menyelesaikan masalah perkara perdata terkhusus masalah sengketa perceraian. Dan juga kepada hakim dalam pengadilan agar dapat memaikan peranan pentingnya dalam proses mediasi, sebagai orang yang menguasai permasalahan dan mengerti dan menterjemahkan masalah serta dapat mencarikan solusi bagi para pihak yang bersengketa.

3. Adanya penambahan kualitas mediasi dengan ditambahnya jumlah mediator di setiap pengadilan, dengan cara membuat pelatihan mediator oleh instansi yang berwenang agar jumlah mediator sekarang dapat bertambah secara signifikan,


(53)

karena jumlah mediator yang terbatasmembuat mediasi kurang efektif. Ruangan untuk proses mediasi agar dapat ditambahkan dan di buat senyaman dan privasi yang dijaga, dan kepada pengacara agar diberikan penambahan honor jika mediasi dapat dilakukan agar pengacara sendiri tidak melakukan tindakan penghasutan salah satu pihak agar tetap menjalankan persidangan dan menolak untuk memediasi kasus atau pun sengketanya tersebut

4. Oleh karena dalam sengketa perceraian ada sedikit perbedaan pemberian putusan mediasi maka penulis menganggap proses mediasi ini sebagai upaya perdamaian terakhir bagi para pihak yang bersengketa, oleh karena itu dalam pelaksanaan mediasi dalam kasus ini harus dilakukan dengan hati-hati dan teliti agar dapat mengurangi jumlah sengketa perceraian di pengadilan, dengan berhasilnya proses mediasi sengketa perceraian tersebut.


(54)

BAB II

TINJAUAN UMUM PERKAWINAN DAN PERCERAIAN

A. PENGERTIAN PERKAWINAN

Perkawinan merupakan ikatan suci antara pria dan wanita yang saling mencintai dan menyayangi. Sudah menjadi kebutuhan hidup mendasar bila setiap insan akan menikah. Umumnya , setiap orang berniat untuk menikah sekali seumur hidupnya saja.6 Berkenaan pengertian perkawinan terdapat beberapa pengertian perkawinan yaitu menurut Undang-Undang, BW, adat, Kompilasi Hukum Islam, dan pengertian menurut para ahli.

Perkawinan merupakan kebutuhan hidup seluruh masyarakat sejak zaman dahulu, sekarang dan masa yang akan datang sampai akhir zaman. Karena itu perkawinan adalah merupakan masalah yang selalu hangat di kalangan masyarakat dan di dalam pencaturan hukum. Dari perkawinan timbul hungungan suami istri dan kemudian hubungan antara orang tua dan anak-anaknya. Oleh karena itu perkawinan mempunyai pengaruh yang sangat luas, baik dalam hubungan kekeluargaan pada khususnya, maupun dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara pada umumnya.

Hukum perkawinan di Indonesia masih “berbhineka” atau beraneka ragam. Cara melangsungkan perkawinan saja ada yang menurut agama Islam, menurut agama Kristen, menurut agama Budha, menurut agama Hindu dan menurut Hukum adat yang berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah lainnya.

6


(1)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang karena anugerah dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini berjudul : PERANAN MEDIATOR DALAM SENGKETA PERCERAIAN MENURUT PERMA NO.1 TAHUN 2008”(Studi Di Pengadilan Negeri Stabat)

Disusun berkat bimbingan dan arahan serta petunjuk dari dosen pembimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak ditemukan kelemahan-kelemahan serta kekurangan-kekurangannya, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran-saran dan arahan-arahan yang bersifat membangun agar penulis dapat menjadi lebih baik lagi dikemudian hari.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum sebagai Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,

2. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum, sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,


(2)

3. Bapak Syafruddin Hasibuan, S.H.,M.H, DFM, sebagai Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,

4. Bapak Muhammad Husni, S.H., M.Hum sebagai Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,

5. Bapak Dr.Hasim Purba,S.H.,M.Hum sebagai Ketua Jurusan Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,

6. Ibu , Rabiatul Syarifah S.H., M.Hum sebagai Sekretaris Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,

7. Ibu Maria Kaban, S.H., M.Hum sebagai Dosen Pembimbing I, yang membimbing dan mendukung penulis dalam masa penulisan sampai penyelesaian skripsi ini, 8. Ibu Yefrizawaty .S.H,M.Hum, sebagai Dosen Pembimbing II, yang membimbing

dan mendukung penulis dalam masa penulisan sampai penyelesaian skripsi ini, Penulis juga mengucapkan rasa terimakasih untuk :

1. Kepada Orangtua saya ,Bapak Sinalsal Singarimbun SH dan Ibu Elsa Christian penulis dukungan yang diberikan baik moril dan materil untuk penulis. Buat saudara penulis Ebta Utama singarimbun untuk motivasinya, dan diharpkan agar dapat kuliah di tahun depan


(3)

4. Jefri Sihotang , Frans Sinarta, Julius Simanjuntak, Rony Pasha, Jonathan Sinaga, Rudi V,S , Scot, Fredrick, Frans Wardhana, Bobby, Arjuna, Mei , Merti, Defina, , yang selalu membantu penulis selama perkuliahan,

Demikianlah skripsi ini penulis selesaikan, semoga bermanfaat. Sekian dan terimakasih.

Medan, Januari 2014


(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

ABSTRAK

Halaman Bab I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 7

D. Keaslian Penulisan... 8

E. Metode Penelitian ... 9

F. Sistematika Penulisan ... 11

Bab II TINJAUAN UMUM PERKAWINAN DAN PERCERAIAN. A. Pengertian perkawinan ... 13

B. Syarat perkawinan ... 19


(5)

Bab III TUJUAN UMUM MEDIASI

A. Pengertian Mediasi ... 43

B. Pengaturan mediasi di Indonesia ... 47

C. Penyelesaian sengketa melalui mediasi ... 50

D. Fungsi mediasi dalam penyelesaian sengketa perceraian ... 63

Bab IV PERANAN MEDIATOR DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERCERAIAN. A. Proses penyelesaian sengketa perceraian oleh mediator ... 68

B. Hambatan yang di hadapi mediator dalam menyelesaikan sengketa perceraian ... 74

C. Keberhasilan dalam penyelesaian sengketa perceraian melalui mediasi ... 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 91

B. Saran ... 94


(6)

ABSTRAK

Mediasi sendiri berkembang di Indonesia karena melihat dan mengingat proses peradilan yang tejadi di Indonesia cukup memakan waktu dalam penyelesaian suatu kasus , dalam hal ini membahas tentang perceraian bisa memakan waktu 1-5 tahun untuk proses perceraiannya ,akibat dari banyaknya kepentingan yang harus berpisah mulai dari harta sampai pada hak asuh anak dalam perkawinan.

Secara institusional proses mediasi di pengadilan dilembagakan melalui Peraturan Mahkamah Agung No. 2 tahun 2003 tentang Proses Mediasi Di Pengadilan, yang kemudian disempurnakan dengan Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi Di Pengadilan, dengan tujuan memperkuat dan memaksimalkan mediasi yang terkait dengan proses berperkara di pengadilan untuk menemukan penyelesaian yang memuaskan, dan memenuhi rasa keadilan, serta memaksimalkan fungsi lembaga pengadilan dalam menyelesaikan sengketa di samping proses pengadilan yang bersifat memutus.

Tercapai atau tidaknya kesepakatan sangat tergantung dari itikad baik para pihak untuk menyelesaikan sengketa dalam proses mediasi. Jika tidak ada itikad baik dalam proses mediasi dari kedua belah pihak, kesepakatan tidak akan pernah tercapai dan konflik pun tidak dapat terselesaikan. Selain itu dalam proses mediasi harus dimunculkan informasi yang cukup sebagai bahan perundingan. Informasi-informasi yang disampaikan oleh kedua belah pihak menjadi sangat penting bagi mediator untuk dapat segera memberikan pendapatnya terhadap konflik yang tengah terjadi.

Keberhasilan pelaksanaan suatu mediasi di Pengadilan pada dasarnya bergantung pada para pihak yang bersengketa, karena pihak lain diluar dari pada pihak yang bersengketa hanya bertugas sebagai fasilitator dalam proses mediasi.

Penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian yuridis normatif. Penulis mengumpulkan bahan hukum primer yakni Undang-undang No.1 tahun 1974 tentang perkawinan, Perma No.1 tahun 2008 tentang proses mediasi.Untuk menemukan suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data dengan cara studi lapangan ataupun penelitian, yaitu mengumpulkan, mempelajari dan menganalisa serta mewawancarai hakim mediator dan bahan-bahan lain yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini.