Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perjudian Online Di Indonesia (Studi Putusan Pn Binjai No.268 PID.B 2015 PN BNJ) Chapter III V

BAB III
UPAYA PENANGGULANGAN TERHADAP TINDAK PIDANA JUDI
ONLINE DI INDONESIA
A. Faktor Penyebab Terjadinya Tindak Pidana Judi Online
Berbicara mengenai tindak pidana judi online maka terdapat banyak faktor
penyebab terjadinya hal tersebut, salah satunya adalah ingin cepat menjadi kaya
tanpa harus bekerja keras dan menunggu waktu lama, dalam arti ingin menjadi
kaya dalam waktu yang singkat.
Dalam hal ini, segala cara dilakukan oleh masing-masing orang untuk
mencapai kekayaan dalam waktu singkat ini, termasuk dengan melakukan
tindakan judi online ini.
Selain faktor utama seperti diatas dapat dilihat juga faktor-faktor disekitar
masyarakat sebagai berikut :
1. Faktor Sosial & Ekonomi
Bagi masyarakat dengan status sosial dan ekonomi yang rendah perjudian
seringkali dianggap sebagai suatu sarana untuk meningkatkan taraf hidup
mereka. Karena mereka berfikir, dengan modal yang sangat kecil mereka akan
mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya atau menjadi kaya dalam
sekejab tanpa usaha yang besar. Selain itu kondisi sosial masyarakat yang
menerima perilaku berjudi juga berperan besar terhadap tumbuhnya perilaku
tersebut dalam komunitas. 53

Masalah masyarakat akhir-akhir ini banyak dibicarakan, khususnya di
Negara yang sedang berkembang tidak terkecuali di Indonesia. Hal ini tidak
hanya pembicaraan dalam negeri saja akan tetapi menjadi pembicaraan di
hampir seluruh dunia, sebab berbicara tentang masalah masyarakat pada

53

M.Zayn Sychrullah, Penyebab Perjudian Dan Solusi Mencegahnya, 2011 diakses dari :
http://zenuciha.blogspot.co.id/2011/12/penyebab-perjudian-dan-solusi-mecegahya.html tanggal 19
April 2017

Universitas Sumatera Utara

hakekatnya sama dengan membicarakan kelangsungan hidup umat manusia
yaitu, membicarakan apa saja yang harus dilaksanakan untuk menghindari
pengaruh-pengaruh buruk yang bersumber dari masalah masyarakat tersebut,
antara lain timbulnya proses kehidupan miskin, dimana hal tersebut
merupakan penyakit masyarakat yang dapat meyebabkan munculnya indikasi
orang untuk mengambil jalan pintas agar menjadi cepat kaya dengan
melakukan perbuatan perjudian.

Masyarakat yang berjumlah besar sangat menguntungkan apabila di
dukung oleh kualitasnya, sebab ia akan dapat menjadi aset pembangunan
namun akan sangat membahayakan apabila yang ada hanya kuantitas belaka
tanpa di dukung oleh kualitasnya. Hal ini didasarkan pada usaha yang paling
mendasar yaitu :
a. Manusia selalu membutuhkan sandang, pangan untuk hidupnya
b. Naluri seksual akan selalu ada, yang sifatnya tetap,
Hal inilah apabila kita perhatikan masalah masyarakat yang ada di
Indonesia merupakan masalah yang sangat rumit untuk di tangani meingingat
banyaknya urbanisasi dari desa. Dimana dengan meningkatnya penduduk akan
bertambah pulalah pengangguran yang selanjutnya para penganggur ini akan
menjadi gelandangan yang berusaha mencari jalan pintas dengan cara
perjudian ini, baik itu judi biasa maupun judi online yang sangat marak pada
era saat ini.

Universitas Sumatera Utara

Setelah kita meninjau faktor masyarakat yang merupakan salah satu faktor
tejadinya perjudian, maka faktor ekonomi merupakan faktor yang sangat
utama dalam hal terjadinya perjudian online ini.

Justru itu perekonomian serupa dengan suatu nafas kehidupan umat
manusia itu sendiri. Manusia selalu mengejar ketinggalannya maupun
keterbelakangannya dalam bidang perekonomian tersebut, stabilitas dan
kekokohan suatu Negara juga tidak luput dari perekonomian yang stabil.
Keterbelakangan perekonomian dapat di konotasikan dengan serangkaian
fenomena yang berintegrasi secara kompleks sehingga menimbulkan
ketimpangan yang menyolok di bidang kesejahteraan dan kemiskinan,
stagnasi, maupun keterbelakangan relative dibandingkan dengan Negara –
Negara lain maupun potensi produksi yang gagal mencapai kemajuan sebagai
mana yang diharapkan baik dari sudut pandangan ekonomi, kebudayaan,
politik, maupun teknologi.
Justru itu keadaan perekonomian yang mapan dan stabil merupakan tolak
ukur utama bagi kesejahteraan. Sejahtera ataunya tidak seseorang atau
masyarakat dapat dilihat dan diukur dari keadaan perekonomiannya, oleh
karena itu kesengsaraan hidup dapat mempercepat timbulnya proses
kehidupan yang berada bukan pada rel yang semestinya. Untuk menganalisa
gejala kehidupan yang berada pada nilai yang tidak sejahtera yang berkaitan
dengan perekonomian masyarakat dapat dilihat dari sudut subyektif
kondisional yang artinya faktor kepribadian seseorang itu untuk hidup, yang
pada dasar alamiahnya berkaitan erat dengan karakter yang dimilikinya,


Universitas Sumatera Utara

misalnya pemalas, boros, sifat pasrah pada nasib secara langsung merupakan
faktor yang mendorong mereka pada kehidupan yang pasif. Disamping itu
dapat dilihat dari sudut obyektif kondisional yaitu merupakan faktor ekstern
yang mempengaruhi kehidupan seseorang sehingga ia berbuat perbuatan
negatif termasuk berjudi.
2. Faktor Situasional
Situasi yang bisa dikategorikan sebagai pemicu perilaku berjudi,
diantaranya adalah tekanan dari teman-teman atau kelompok atau lingkungan
untuk berpartisipasi dalam perjudian dan metode-metode pemasaran yang
dilakukan oleh pengelola perjudian. Tekanan kelompok membuat sang calon
penjudi merasa tidak enak jika tidak menuruti apa yang diinginkan oleh
kelompoknya. Sementara metode pemasaran yang dilakukan oleh para
pengelola perjudian dengan selalu mengekspose para penjudi yang berhasil,
sehingga memberikan kesan kepada calon penjudi bahwa kemenangan dalam
perjudian adalah sesuatu yang biasa, mudah dan dapat terjadi pada siapa saja.
padahal kenyataannya kemungkinan menang sangatlah kecil. 54
Demikian juga terjadinya pembentukan diri terhadap diri seseorang,

senantiasa dipengaruhi oleh lingkungannya. Apabila seseorang bergaul dan
berada di lingkungan yang sehat maka secara langsung akan berpengaruh pada
sehatnya jiwa seseorang, tetapi apabila sebaliknya maka secara berbalik pula
jiwa seseorang tersebut juga akan mempengaruhi termasuk pula dengan hal
judi ini.
3. Faktor Belajar
Sangatlah masuk akal jika faktor belajar memiliki efek yang besar
terhadap perilaku berjudi, terutama menyangkut keinginan untuk terus berjudi.
Yang memang pada awalnya ia hanya ingin mencoba, akan tetapi karena
penasaran dan berkayakinana bahwa kemenangan bisa terjadi kepada
siapapun, termasuk dirinya dan berkeyakinan bahwa dirinya suatu saat akan
menang atau berhasil, sehingga membuatnya melakukan perjudian berulang
kali. 55

54
55

Ibid.,2011 diakses tanggal 19 April 2017
Ibid.,2011 diakses tanggal 19 April 2017


Universitas Sumatera Utara

Rendahnya

tingkat

pendidikan

dan

pengetahuan

yang

minim

mengakibatkan seseorang itu tidak berpikir panjang untuk melakukan
perbuatan termasuk halnya perbuatan judi ini.
4. Faktor Persepsi tentang Probabilitas Kemenangan
Persepsi yang dimaksudkan disini adalah persepsi pelaku dalam membuat

evaluasi terhadap peluang menang yang akan diperolehnya jika ia melakukan
perjudian. Para penjudi yang sulit meninggalkan perjudian biasanya cenderung
memiliki persepsi yang keliru tentang kemungkinan untuk menang. Mereka
pada umumnya merasa sangat yakin akan kemenangan yang akan
diperolehnya, meski pada kenyataannya peluang tersebut amatlah kecil karena
keyakinan yang ada hanyalah suatu ilusi yang diperoleh dari evaluasi peluang
berdasarkan sesuatu situasi atau kejadian yang tidak menentu dan sangat
subyektif. Dalam benak mereka selalu tertanam pikiran: "kalau sekarang
belum menang pasti di kesempatan berikutnya akan menang, begitu
seterusnya" . 56
5. Faktor Persepsi terhadap Ketrampilan
Penjudi yang merasa dirinya sangat terampil dalam salah satu atau beberapa
jenis
permainan
judi
akan
cenderung
menganggap
bahwa
keberhasilan/kemenangan dalam permainan judi adalah karena ketrampilan

yang dimilikinya. Mereka seringkali tidak dapat membedakan mana
kemenangan yang diperoleh karena ketrampilan dan mana yang hanya
kebetulan semata. Bagi mereka kekalahan dalam perjudian tidak pernah
dihitung sebagai kekalahan tetapi dianggap sebagai "hampir menang", sehingga
mereka terus memburu kemenangan yang menurut mereka pasti akan
didapatkan. 57

B. Upaya Penanggulangan Tindak Pidana Judi Online di Indonesia.
Bentuk hambatan pihak berwajib dalam menanggulangi perjudian online di
kalangan masyarakat. Dalam segala lapangan yang dapat dipikirkan senantiasa
terdapat masalah, dan tidak jarang di dalam melakukan suatu pekerjaan kita
dihadapkan dengan

berbagai masalah yang

sebelumnya

belum pernah

terbayangkan. Untuk itu, upaya penanggulangan tindak pidana judi online itu

terdiri dari :
56
57

Ibid.,2011 diakses tanggal 19 April 2017
Ibid.,2011 diakses tanggal 19 April 2017

Universitas Sumatera Utara

1. Upaya Penal
Dalam perkara tindak pidana perjudian, upaya penal yang dilakukan sesuai
dengan penerapan Pasal 303 dan/atau 303 bis KUHP kepada pelaku-pelakunya
kemudian memeriksa mereka menurut KUHAP dan peraturan perundangundangan yang berlaku, serupa dengan tindak pidana perjudian melalui
jaringan internet (online) yang telah jelas diatur pada Pasal 27 ayat (2) juncto
Pasal 45 ayat (1) Undang-undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik. Tugas polisi 58 dalam hal ini dimulai dengan adanya
laporan dari masyarakat setempat bahwa telah terjadi suatu peristiwa yang
diduga perjudian baik itu perjudian melalui internet (online) ataupun perjudian
pada umumnya. Setelah mendengar dan menerima laportan tersebut, beberapa
anggota kepolisian langsung melakukan penyelidikan. Kebanyakan laporan

yang diterima oleh pihak kepolisian ialah berupa laporan lisan ataupun melalui
ponsel (jaringan telepon), dan sesuai dengan ketentuan yang ada pada Pasal
103 ayat (2) KUHAP, maka laporan tersebut kemudian dicatat oleh penyelidik
dan ditandatangani oleh pelapor dan penyelidik. 59 Dalam melakukan
penyelidikan, polisi segera terjun ke lokasi kejadian untuk mencari tahu
apakah laporan masyarakat itu benar, mengenai telah terjadinya tindak pidana
perjudian, maka selanjutnya polisi melakukan penangkapan terhadap orangorang yang terlibat dalam tindak pidana perjudian itu dan kemudian
mengumpulkan barang-barang bukti serta para saksi. Dalam hal ini pelaku
perjudian
58
59

tertangkap

tangan.

Yang

dimaksud


dengan

tertangkap

Wawancara dengan bapak Bripka Asrul Zainal Rambe,SH pada Polsek Percut Sei Tuan
Wawancara dengan bapak Bripka Asrul Zainal Rambe,SH pada Polsek Percut Sei Tuan

Universitas Sumatera Utara

tangan/kedapatan berbuat sebagaimana diatur pada Pasal 1 ayat 19 KUHAP
adalah :
a. Tertangkapnya seseorang pada waktu sedang melakukan tindak pidana
atau dengan segera sesudah beberapa saat tindak pidana itu dilakukan.
b. Tertangkapnya seseorang apabila sesaat kemudian ditemukan benda
yang diduga keras telah dipergunakan untuk melakukan tindak pidana
itu yang menunjukkan bahwa ia adalah pelakunya atau turut
melakukan atau membantu melakukan tindak pidana itu.
Segera setelah tersangka ditangkap dan barang bukti beserta saksi telah
dikumpulkan, tersangka beserta barang bukti yang ada kemudian diserahkan
kepada penyidik guna kepentingan penyidikan.
Masalah yang ditemukan dalam melaksanakan penanggulangan terhadap
kejahatan

melalui

jalur

penal

menitikberatkan

pada

sifat

repressive

(penindasan/penumpasan/pemberantasan) sesudah kejahatan itu terjadi. Dengan
kata lain seseorang dapat dihukum setelah ia terbukti melakukan suatu kejahatan
tersebut.
Dua masalah sentral dalam kebijakan kriminal dengan menggunakan upaya
Penal (hukum pidana) ialah masalah penentuan: 60
a. Perbuatan apa yang seharusnya dijadikan tindak pidana dan;
b. Sanksi apa yang sebaiknya digunakan atau dikenakan kepada si
pelanggar.

60

Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana,(Bandung : Citra aditya
Bakti) 1996 ,hal .32

Universitas Sumatera Utara

Masalah menentukan perbuatan apa yang seharusnya dijadikan tindak pidana
merupakan suatu kebijakan dalam menetapkan suatu perbuatan yang semula
bukan tindak pidana (tidak di pidana) menjadi suatu tindak pidana (perbuatan
yang dapat dipidana). Hakikatnya kebijakan kriminalisasi merupakan bagian dari
kebijakan kriminal (kriminal policy) dengan menggunakan sarana hukum pidana
(penal) dan oleh karena itu termasuk bagian dari kebijakan hukum pidana (penal
policy).61 Upaya penanggulangan terhadap tindak pidana haruslah senantiasa
dilakukan, kebijakan hukum pidana yang selama ini ditempuh selama ini tidak
lain merupakan langkah yang terus menerus digali dan dikaji agar upaya
penanggulangan kejahatan tersebut mampu mengantisipasi secara maksimal
tindak pidana yang secara faktual terus meningkat.
Penggunaan hukum pidana sebagai suatu upaya untuk mengatasi maslaah
sosial (kejahatan) termasuk dalam bidang penegakan hukum (khususnya
penegakan hukum pidana). Oleh karena itu sering dikatakan bahwa politik atau
kebijakan hukum pidana merupakan bagian dari kebijakan penegakan hukum(law
enforcement policy). 62 Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa politik
kriminal pada hakikatnya juga merupakan bagian integral dari politik sosial.
Selanjutnya barda nawawi arief mengungkapkan sebagai berikut : 63
“Usaha penanggulangan kejahatan lewat pembuatan undang-undang (hukum)
pidana pada hakekatnya juga merupakan bagian integral dari usaha perlindungan
masyarakat dan usaha mencapat kesejahteraan masyarakat. Dan oleh karena itu
wajar pulalah apabila kebijakan atau politik hukum pidana juga merupakan bagian
integral dari kebijakan atau politik sosial. Kebijakan sosial dapat diartikan sebagai
segala usaha yang rasional untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Jadi di
61

Barda Nawawi Arief, Kapita Selekta Hukum Pidana, (Bandung : Citra Aditya Bakti)
2003 , hal. 24
62
Barda Nawawi Arief , Op.Cit, 1996 , hal.26
63
Ibid, hal.27

Universitas Sumatera Utara

dalam pengertian “social policy” sekaligus tercakup didalamnya “social welfare
policy” dan “social defence policy”.
Kebijakan atau upaya penanggulangan kejahatan perjudian, pada hakekatnya
merupakan bagian intergral kesejahteraan masyarakat (social welfare). Oleh
karena itu dapat dikatakan, bahwa tujuan akhir atau tujuan utama dari politik
kriminal ialah “perlindungan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan
masyarakat”.
Kebijakan hukum pidana (penal policy) atau penal-law enforcement policy
operasionalisasinya melalui beberapa tahap yaitu tahap formulasi (kebijakan
legislatif), tahap aplikasi (kebijakan yudikatif/yudisial) dan tahap eksekusi
(kebijakan eksekutif / administratif). Dari ketiga tahap tersebut, tahap formulasi
merupakan

tahap

penanggulangan

yang

paling

kejahatan

strategis
melalui

dari

upaya

kebijakan

pencegahan
hukum

dan

pidana.

Kesalahan/kelemahan kebijakan legislatif merupakan kesalahan strategis yang
dapat menjadi penghambat upaya pencegahan dan penanggulangan kejahatan
pada tahap aplikasi dan eksekusi. 64
Maka didalam pemberantasan tindak pidana judi online di dalam masyarakat
sangat dibutuhkan adanya kebijakan hukum pidana (penal policy). Kebijakan
tersebut harus dikonsentrasikan pada dua arah, yang pertama mengarah pada
kebijkan aplikatif yaitu kebijakan untuk bagaimana mengoperasionalisasikan
peranturan perundang-undangan hukum pidana yang berlaku pada saat ini dalam
rangka mengenai masalah perjudian melalui jaringan internet (online). Sedangkan
yang kedua adalah kebijakan formulatif atau kebijakan yang mengarah pada
pembaharuan hukum pidana (penal law enforcement) yaitu kebijakan untuk
bagaimana merumuskan peraturan pada undang-undang hukum pidana yang baru.
64

Barda Nawawi Arief,Masalah Penegakan Hukum dan kebijakan penanggulangan
kejahatan,(Bandung : Citra Aditya Bakti), 2001 , hal. 75

Universitas Sumatera Utara

Kemudian, penanggulangan cyber crime melalui sarana penal itu sendiri tidak
mudah karena adanya hambatan-hambatan sebagaimana diakui dalam dokumen
Kongres PBB X/2000, antara lain: 65
a. Perbuatan kejahatan yang dilakukan berada di lingkungan elektronik.
Olehkarena itu, penanggulangan cyber crime memerlukan keahlian
khusus,prosedur investigasi dan kekuatan/dasar hukum yang mungkin
tidakbersedia pada aparat penegak hukum di negara yang
bersangkutan.
b. Cyber crime melampaui batas-batas negara, sedangkan upaya
penyidikan dan penegakan hukum selama ini dibatasi dalam wilayah
territorial negaranya sendiri.
c. Struktur terbuka dari jaringan komputer internasional memberi peluang
kepada pengguna untuk memilih lingkungan hukum (negara) yang
belum mengkriminalisasikan cyber crime.
Keterbatasan/kelemahan hukum pidana dalam menanggulangi cyber crime juga
dapat dilihat dari pendapat Aman Nursusila, sebagaimana dikutip Widodo,66 yang
mengemukakan bahwa Polri menghadapi kendala yuridis dannonyuridis dalam
melakukan penyidikan cyber crime sebagai berikut:
a. Kendala yuridis, yaitu belum ada peraturan perundang-undangan
yangsecara khusus mengatur tentang cyber crime, terbatasnya
pengertianalat bukti sebagaimana diatur dalam Pasal 184 Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), dan belum adanya
kewenangan penyidik untuk menggeledah sistem komputer yang
diduga menjadi alat atau sasaran kejahatan.
b. Kendala non yuridis, yaitu keterbatasan kemampuan dan
jumlahanggota Polri yang menguasai bidang teknologi komputer,
barangbukti dalam cyber crime mudah dihilangkan atau dihapus,
adanyakesulitan mendeteksi kejahatan di bidang perbankan yang
menggunakan
sarana
komputer.
Kesulitan
pendeteksian
kejahatantersebut disebabkan oleh kurang tersedianya peralatan yang
memadai,keengganan dari beberapa korban untuk melapor kepada
Polisi, sistem keamanan dari pemiliki asset/sistem yang relatif lemah,
sulit melacakkeberadaan/domisili pelaku kejahatan.
65

Barda Nawawi Arief,Tindak Pidana Mayantara, Perkembangan Kajian Cyber crime di
Indonesia”, (Jakarta : Rajagrafindo Persada), 2006, hal. 9
66
Widodo, Sistem Pemidanaan dalam Cyber crime, Alternatif Ancaman Pidana Kerja
Sosial dan Pidana Pengawasan Bagi Pelaku Cyber crime,(Yogyakarta : Laksbang Mediatama),
2009, hal . 31.

Universitas Sumatera Utara

2. Upaya Non-Penal
Sesuai dengan keberadaan peraturan pemerintah Nomor 9 tahun 1981 tentang
Pelaksanaan Penertiban Perjudian, ditemukan masalah dan hambatan di dalamnya,
hambatan itu terbagi menjadi 3 bagian besar yakni:
a. Dalam menerapkan sanksi pidana yang berat terhadap terdakwa selalu
dihadapkan dengan usia muda dan perekonomian yang rendah,
b. Belum

terdapatnya

keseragaman

tindakan

dalam

melakukan

penanggulangan perjudian sehingga ada kalanya antara aparat penegak
hukum tidak jarang berbeda pendapat dalam penerapan mengenai pasal
dari peraturan pemerintah tersebut.
c. Selama ini di dalam masyarakat kita memang ada semacam dua sikap
dalam memandang perjudian. Sikap pertama sebagaimana terwakili oleh
kalangan berwajib atau kepolisian, memandang pelaku adalah pelanggar
hukum maka mereka dicurigai, jika perlu ditangkap, masyarakat yang
terwakili oleh kalangan medis memandang pelaku perjudian adalah orang
yang sakit dan perlu diobati.
Bentuk upaya yang dapat dilakukan dalam upaya non-penal adalah :
a. Upaya pencegahan (Preventif)
Sejak di canangkannya perang terhadap perjudian, yang dalam hal ini peran
dari kepolisian perlu lebih ditingkatkan agar sesuai dengan ketentuan hukum yang
berlaku. 67

67

Mulyana W. Kusumah, Kejahatan Dan Penyimpangan,suatu perspektif kriminologi,
(Jakarta : Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia),1988, hal. 45

Universitas Sumatera Utara

Penanggulangan masalah perjudian online yang sangat membahayakan
perekonomian

masyarakat

secara

keseluruhan

hampir

sama

dengan

penanggulangan perjudian layaknya di dalam masyarakat Indonesia didasarkan
pada cara-cara sebagai berikut:
Tujuan dari metode preventif adalah memberikan motivasi bimbingan serta
pengarahan pada masyarakat terutama mengenai akibat-akibat perjudian demikian
juga mengenai perundang-undangannya sehingga masyarakat memahami dan
menyadarinya. Tujuan dari preventif adalah mencegah atau melindungi
masyarakat luas dari perjudian serta menyadarkan mereka tentang dampak yang
ditimbulkan dari bahaya dari perjudian tersebut.
Dalam metode ini yang dimaksudkan adalah bagaimana cara-cara mencegah
timbulnya sarana perjudian sebelum perjudian itu sendiri terjadi. Pengawasan
dalam hal ini dimaksudkan adalah suatu control untuk menekan timbulnya atau
menjalarkan perjudian tersebut dalam suatu lingkungan kehidupan sosial yang
sudah mapan. Seperti halnya dalam dunia kedokteran, kita sering dianjurkan
untuk mencegah timbulnya penyakit daripada mengobatinya.
Justru itu dalam hal ini apa yang seharusnya kita lakukan sebelum perjudian
tersebut berjangkit dan mewabah, tentunya sebelum kita berbuat terlebih dahulu
kita mengadakan terapi dan diagnosa penyebab-penyebabnya. Untuk itulah dalam
hal menguraikan metode ini dikenal suatu prinsip yang kelak akan menjadi
pegangan pokok yaitu suatu prinsip prevensi. Adapun yang dimaksudkan prinsip
ini yaitu suatu prinsip yang penekanannya bahwa perjudian harus di cegah
sebelum ia semakin meluas. Bagaimanapun usaha preventif (pencegahan) ini

Universitas Sumatera Utara

adalah lebih utama daripada usaha repressive (penindakan). Dikarenakan itulah
banyak benih-benih penyakit masyarakat tersebut ada bersemi di tengah-tengah
masyarakat maka usaha pencegahan ini ditemui dan direalisir dalam masyarakat
juga, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam hal ini upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk merealisir
metode ini adalah antara lain :
1) Menekan pertumbuhan penduduk dan urbanisasi.
Masalah pertumbuhan penduduk dan urbanisasi adalah suatu masalah yang
berkaitan dengan masalah kesejahteraan.Untuk itu pertumbuhan penduduk
perlu ditekan serendah mungkin sehingga keseimbangan dengan
pertambahan produksi pangan sebagai bahan yang dibutuhkan. Cara
seperti ini adalah dengan cara mengefektifkan program KB (Keluarga
Berencana) yaitu dengan cara memberikan penyuluhan pada masyarakat.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengatur jarak dan jumlah kehamilan
secara sengaja dalam keluarga yang bersifat manusiawi dan tidak
bertentangan dengan hukuman agama maupun dengan hukum Negara.
Urbanisasi yang merupakan perpindahan penduduk dari desa ke kota
dengan maksud untuk memperbaiki taraf kehidupan yang telah diiringi
anggapan bahwa mencari uang di kota lebih mudah.
2) Meningkatkan usaha pendidikan
Pendidikan yang merupakan sarana perngembangan kualitas manusia perlu
ditingkatkan. Manusia yang berpendidikan akan tumbuh harga dirinya
sehingga tidak mungkin terpikirkan olehnya untuk mengadu hidup dengan

Universitas Sumatera Utara

judi. Tindak

lanjut

dari pendidikan tersebut

adalah melahirkan

keterampilan sebagai bekal untuk kehidupan mandiri. Kita sering
kehilangan real capacity(kapasitas asli) karena kita tidak mempunyai
tenaga ahli untuk mengolah potensi yang kita miliki dan lain sebagainya.
3) Memperluas lapangan pekerjaan
Masalah lapangan kerja yang kian terbatas telah lama menjadi
permasalahan baik di Negara maju maupun di Negara yang belum maju.
Khususnya di Indonesia dimana angka pengangguran tiap tahun kian
bertambah. Apabila mentalitas budaya bangsa kita cenderung untuk
menjadi pegawai negeri atau dengan kata lain masih cenderung untuk
menjadi upahan.
4) Peningkatan usaha penerangan dan pengawasan.
Upaya untuk menghindarkan perbuatan judi, dapat kiranya dilakukan
pemberian informasi yang up to date (terbaru) dan konkrit serta
penyuluhan-penyuluhan tentang berbagai hal yang menyangkut realitas
dan kejadian kehidupan yang terjadi dan perkiraan yang mungkin akan
terjadi.
Apa yang dikemukakan dalam metode preventif ini hanyalah sebagian kecil
saja yang masih banyak hal lain lagi yang dapat kita perbuat untuk menghindari
timbulnya atau bertambahnya jumlah para pelaku perjudian baik online ataupun
perjudian pada umumnya.
Tetapi yang paling utama dalam hal ini adalah faktor manusianya juga.
Kehidupan memang bukan sehari tetapi ia merupakan jalan panjang yang

Universitas Sumatera Utara

memerlukan berbagai bekal untuk melaluinya atau setidak-tidaknya nasehat untuk
melihat kearah mana jalan yang harus ditempuh sehingga ia tidak terjerumus ke
kehidupan yang gelap.
Sebagai tindak lanjut dari metode preventif ini maka pihak kepolisian
berupaya untuk menanggulangi menjalarnya perjudian tersebut dengan cara
misalnya meningkatkan ketaatan beragama, dan meningkatkan kesadaran hukum.
b. Upaya Penanggulangan (Repressive)
Yang dimaksud dalam metode ini adalah bagaimana caranya dan usaha-usaha
apa yang mesti dilakukan agar mereka kembali ke tengah-tengah masyarakat
untuk hidup layak dan manusiawi sebagaimana sebelumnya.
Dalam rangka penanggulangan penyakit masyarakat ini secara reformasi pihak
yang terkait telah membuat program penanggulangan dengan usaha repressive
yang meliputi :
1) Razia
Razia dalam hal ini merupakan penindakan secara hukum terhadap pelaku
perjudian online untuk selanjutnya diproses dengan ketentuan yang
berlaku. Dimana dalam razia ini dilakukan operasi rutin oleh aparat
penegak hukum terkhususnya polisi terhadap warung internet yang ada,
2) Pemblokiran situs-situs Judi online
Dalam hal ini pemblokiran situs-situs judi online dinilai merupakan cara
yang sangat ampuh dalam mengurangi angka kriminalitas dibidang
Transaksi elektronik yakni di bidang tindak pidana perjudian online ,
dimana membuat situs-situs perjudian online tersebut tidak dapat diakses

Universitas Sumatera Utara

merupakan suatu tindakan yang dinilai sangat efektif untuk mengurangi
angka perjudian online di Indonesia , namun seiring perkembangan jaman,
semakin canggih pemerintah untuk menggalang pemblokiran terhadap
situs-situs perjudian tersebut, semakin banyak dan canggih pula sistem
ataupun aplikasi yang digunakan untuk membuka pemblokiran tersebut
yang membuat dapat diaksesnya situs-situs tersebut.
3) Pemberian Keterampilan
Perjudian tumbuh dan berkembang pada dasarnya ditujukan bagi
pencarian uang secara cepat dan fleksibel dengan cara mengadu nasib. Hal
ini ditopang dengan sebab ekonomi yang pas-pasan. Kehidupan
perekonomian yang pas-pasan tersebut dikarenakan belum adanya mata
pencaharian yang tetap dan juga tidak ada keterampilan sehingga dengan
hal tersebut perlu dilakukan pemberian keterampilan agar perjudian
sebagai bentuk perwujudan ingin cepat kaya menjadi terhalang karena
pelakunya telah memiliki keterampilan, sehingga ia dapat bekerja secara
layak.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK
PIDANA PERJUDIANONLINE DI INDONESIA (BERDASARKAN
PUTUSAN PN.BINJAI NO.268/PID.B/2015/PN.BNJ)
A. Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Tindak Pidana Judi Online Di
Indonesia (Berdasarkan Putusan PN.Binjai No.268/Pid.B/2015/Pn.Bnj)
1. Kasus Posisi
Tommy T Afung adalah seorang laki – laki, berumur 27 tahun, pekerjaan sales
kosmetik, kebangsaan indonesia, agama Kristen, bertempat tinggal di jalan dewi
sartika No.14 Lingkungan II Kelurahan Pekan Binjai Kecamatan Binjai Kota.
Kesatu;
Bahwa ia terdakwa TOMMY T Als AFUNG pada hari Kamis tanggal 23 April
2015 sekira pukul 16.30 wib atau setidak-tidaknya pada suatu waktu lain dalam
bulan April tahun 2015, bertempat di Jl. Seroja Lingk. VII Kel. Pahlawan, Kec.
Binjai Utara atau setidak-tidaknya di suatu tempat lain yang termasuk dalam
daerah hukum Pengadilan Negeri Binjai, dengan sengaja menawarkan atau
memberi kesempatan kepada khalayak umum untuk bermain judi atau dengan
sengaja turut serta dalam perusahaan untuk itu, dengan tidak peduli perbuatan
mana dilakukan terdakwa dengan cara sebagai berikut:
a. Bahwa pada hari kamis tanggal 23 April 2015 sekitar pukul 17.00 wib
bertempat di jln. Seroja Lingkungan VII, Kel. Pahlawan, Kec. Binjai
Utara, Kota Binjai melakukan permainan judi online dengan menggunakan
laptop.
b. Bahwa permainan itu dilakukan dengan cara: apabila ada orang membeli
nomor angka tebakan togel, pembeli bukan datang langsung membeli

Universitas Sumatera Utara

kepada terdakwa, pembeli harus mendaftar terlebih dahulu di Situs
ION4D.com milik ANDI (Dpo), lalu pembeli mengisi deposit dengan cara
mengirim nomor angka tebakan undian togel yang diinginkannya di kotak
taruhan website ION4D.com. Setelah member/pemasang, memang nomor
angka tebakan itu, lalu nomor angka tebakan itu disuruh ANDI (dpo)
untuk dipasangkan lagi ke situs BANDARLAMA.COM dan setelah itu
terdakwa menunggu sampai pengumuman nomor Togel keluar pada pukul
17.45 wib, dan apabila nomor pasangan member/pemasang beruntung lalu
terdakwa

langsung

menambah

saldo

member/pemasang

sesuai

kemenangan member/pemasang.
c. Bahwa ketika terdakwa membuka laptop untuk melakukan permainan judi
online datang saksi Julianto dan saksi Suyanto (masing-masing anggota
Polsek Binjai Utara) melakukan penangkapan terhadap terdakwa dan
menyita barang bukti 1 unit Laptop merk Axioo, warna hitam, ukuran 14
inci, 1 unit modem untuk membuka situs internet, 1 buah kartu ATM BCA
Cab. Binjai, nomor rekening: 1234-5678-90 untuk menarik dan
mentransfer saldo member/pemasang, 1 buah tas laptop merek acer, warna
hitam, uang tunai Rp.850.000,- (Delapan ratus lima puluh ribu rupiah)
yangditarik dari sisa saldo deposit di situ bandar.com dari rekening/ATM
BCA Cab. Binjai milik tersangka Tommy T Als AFUNG dengan nomor
rekening : 1234-5678-90. Selanjutnya membawa terdakwa dan barang
bukti ke Polsek Binjai Utara.68

68

Putusan No. 268/Pid.B/2015/PN.Bnj, hal. 3

Universitas Sumatera Utara

Kedua :
Bahwa ia terdakwa TOMMY T Als AFUNG pada hari Kamis tanggal 23 April
2015 sekira pukul 17.00 wib atau setidak-tidaknya pada suatu waktu lain dalam
bulan April tahun 2015, bertempat di Jl.Seroja Lingk.VII Kel. Pahlawan, Kec.
Binjai Utara atau setidak-tidaknya di suatu tempat lain yang termasuk dalam
daerah hukum Pengadilan Negeri Binjai, menggunakan kesempatan main judi,
yang diadakan dengan melanggar kententuan Pasal 303, perbuatan mana
dilakukan terdakwa dengan cara sebagai berikut :
a. Bahwa pada hari kamis tanggal 23 April 2015 sekitar pukul 17.00 wib
bertempat di jln. Seroja Lingkungan VII, Kel. Pahlawan, Kec.Binjai Utara,
Kota Binjai melakukan permainan judi online dengan menggunakan
laptop.
b. Bahwa permainan itu dilakukan dengan cara: apabila ada orang membeli
nomor angka tebakan togel, pembeli bukan datang langsung membeli
kepada terdakwa, pembeli harus mendaftar terlebih dahulu di Situs
ION4D.com milik ANDI (Dpo), lalu pembeli mengisi deposit dengan cara
mengirim nomor angka tebakan undian togel yang diinginkannya di kotak
taruhan Website ION4D.com. Setelah member/pemasang, memasang
nomor angka tebakan itu, lalu nomor angka tebakan itu disuruh ANDI
(dpo) untuk dipasangkan lagi ke situ BANDARLAMA.COM.dan setelah
itu terdakwa menunggu sampai pengumuman nomor Togel keluar pada
pukul 17.45 wib, dan apabila nomor pasangan member/pemasang

Universitas Sumatera Utara

beruntung lalu terdakwa langsung menambah saldo member/pemasang
sesuai kemenangan member/pemasang. 69
c. Bahwa ketika terdakwa membuka laptop untuk melakukan permainan judi
online datang saksi Julianto dan saksi Suyanto (masing-masing anggota
Polsek Binjai Utara) melakukan penangkapan terhadap terdakwa dan
menyita barang bukti 1 unit Laptop merk Axioo, warna hitam, ukuran 14
inci, 1 unit modem untuk membuka situs internet, 1 buah kartu ATM BCA
Cab.Binjai,

nomor

rekening:

1234-5678-90

untuk

menarik

dan

mentransfer saldo member/pemasang, 1 buah tas laptop merek acer, warna
hitam, uang tunai Rp.850.000,- (Delapan ratus lima puluh ribu rupiah)
yang ditarik dari sisa saldo deposit di situ bandar.com dari rekening/ATM
BCA Cab. Binjai milik tersangka Tommy T Als AFUNG dengan nomor
rekening : 1234-5678-90. Selanjutnya membawa terdakwa dan barang
bukti ke Polsek Binjai Utara.70
2. Dakwaan
Perbuatan terdakwa dalam hal ini diatur dan diancam pidana Pasal 303 ayat
(1) ke-2 KUH Pidana yang berisi “dengan sengaja menawarkan atau memberi
kesempatan kepada khalayak umum untuk bermain judi atau dengan sengaja turut
serta dalam perusahaan untuk itu”.
Perbuatan terdakwa juga di atur dan diancam pidana didalam Pasal 303 bis
ayat (1) ke – 1 KUHP yang berisi “barang siapa mempergunakan kesempatan
main judi yang diadakan dengan melanggar peraturan Pasal 303”.
69
70

Ibid, hal. 4
Ibid, hal. 5

Universitas Sumatera Utara

Dalam hal ini, terdakwa di ajukan ke persidangan oleh penuntut umum dengan
dakwaan alternatif yaitu :
Kesatu

:

Pasal 303 ayat (1) ke – 2 KUHP.

:

Pasal 303 bis ayat (1) ke – 1 KUHP. 71

Atau
Kedua

3. Tuntutan
Dalam hal ini Jaksa Penuntut Umum membacakan tuntutan sebagai berikut :
a. Menyatakan terdakwa Tommy T Als Afung bersalah melakukan tindak
pidana dengan sengaja menawarkan atau memberi kesempatan kepada
khalayak umum untuk bermain judi, atau dengan sengaja turut serta dalam
perusahaan untuk itu dengan tidak peduli apakah untuk menggunakan
kesempatan adanya sesuatu syarat atau dipenuhinya sesuatu tata cara
sebagaimana diatur dalam dakwaan Kesatu Pasal 303 ayat (1) ke-2 KUHP
dalam dakwaan Penuntut Umum.
b. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa berupa pidana penjara selama 8
(delapan) bulan dikruangi selama terdakwa berada dalam tahanan.
c. Menyatakan barang bukti : 1 (satu) unit Laptop Merk Axioo warna hitam
Ukuran 14 Inci, 1(satu) unit modem, 1(satu) buah kartu ATM BCA
Cab.Binjai. no. rek. 1234-5678-90, 1 (satu) buah tas Laptop Merek Acer
warna hitam, dirampas untuk dimusnahkan, uang tunai sebesar
Rp.850.000, ditarik dari rekening ATM BCA, Dirampas untuk Negara.

71

Ibid, hal. 12

Universitas Sumatera Utara

d. Menetapkan agar terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp.2.000,(dua ribu rupiah).
4. Putusan
Didalam putusan ini dijelaskan bahwasanya, hakim dalam persidangan ini
telah mempertimbangkan hal yang memberatkan dan meringankan dalam perkara
ini, antara lain sebagai berikut :
a. Hal-hal yang memberatkan:
1) Bahwa perbuatan Terdakwa bertentangan dengan program pemerintah
dalam pemberantasan tindak pidana perjudian;
2) Perjudian adalah penyakit masyarakat yang harus diberantas sampai ke
akar-akarnya karena menyengsarakan masyarakat;
b. Hal-hal yang meringankan:
1) Terdakwa bersikap sopan selama dalam persidangan;
2) Terdakwa mengakui perbuatannya;
3) Terdakwa sangat menyesali perbuatannya;
4) Terdakwa belum pernah dihukum
Setelah melihat pertimbangan tersebut maka majelis hakim menjatuhkan
putusan sesuai dengan ketentuan lain dalam KUHP dan Peraturan – peraturan
yang berkaitan dengan perkara ini:
MENGADILI:
a. Menyatakan terdakwa TOMMY T. AFUNG telah terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana ”Turut serta dalam
perusahaan permainan judi”;

Universitas Sumatera Utara

b. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa oleh karena itu dengan pidana
penjara selama : 6 (Enam) Bulan;
c. Menetapkan

lamanya

masa

penahanan

yang

dijalani

terdakwa

dikurangiseluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;
d. Memerintahkan terdakwa tetap ditahan;
e. Menetapkan barang bukti dalam perkara ini berupa :
1) 1 (satu) unit Laptop Merk Axioo warna hitam Ukuran 14 Inci;
2) 1 (satu) unit modem;
3) 1 (satu) buah kartu ATM BCA Cab.Binjai. no. rek. 1234-5678-90, 1
(satu) buah tas Laptop Merek Acer warna hitam;Dirampas untuk
dimusnahkan;
4) Uang tunai sebesar Rp.850.000, ditarik dari rekening ATM BCA,
Dirampas untuk Negara;
5) Membebankan terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.
2.000,-. (dua ribu Rupiah). 72

B. Analisis Kasus
1. Dakwaan
Pada putusan dengan No. 268/Pid.B/2015/PN.Bnj. perbuatan terdakwa dalam
hal ini diatur dan diancam pidana Pasal 303 ayat (1) ke-2 KUH Pidana yang berisi
“dengan sengaja menawarkan atau memberi kesempatan kepada khalayak umum
untuk bermain judi atau dengan sengaja turut serta dalam perusahaan untuk itu”.

72

Ibid, hal. 17

Universitas Sumatera Utara

Dan perbuatan terdakwa juga diatur dan diancam pidana didalam Pasal 303 bis
ayat (1) ke-1 KUH Pidana yang berisi “barang siapa mempergunakan kesempatan
main judi yang diadakan dengan melanggar peraturan Pasal 303”.
Dalam hal ini, terdakwa di ajukan ke persidangan oleh penuntut umum dengan
dakwaan alternatif yaitu :
Kesatu

:

Pasal 303 ayat (1) ke-2 KUH Pidana.

:

Pasal 303 bis ayat (1) ke-1 KUH Pidana.

Atau
Kedua

Namun menurut analisis yang dilakukan hal ini kurang sesuai, dikarenakan
telah ada undang-undang yang lebih tegas dan lebih rinci mengatur masalah
perjudian ini, apalagi yang berkaitan dengan jaringan internet (online).
Seharusnya dakwaan yang diberikan oleh jaksa penuntut umum ialah dakwaan
yang lebih rinci melalui undang-undang yang lebih khusus untuk pengaturannya
(lex specialis) yakni penulis berpendapat bahwasanya dalam kasus ini lebih tepat
di berlakukan Pasal 27 ayat (2) yang pengaturan hukumannya terdapat dalam
Pasal 45 ayat (1) UU No.11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi
Elektronik. Dimana seharusnya dakwaan yang diajukan di persidangan oleh jaksa
penuntut umum ialah berupa pidana Penjara selama 6 (enam) tahun dan denda
sebesar Rp. 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah). Dimana penulis beranggapan
dalam putusan ini pihak jaksa penuntut umum kurang serius dalam memberikan
dakwaan tersebut.

Universitas Sumatera Utara

2. Tuntutan
Dikaitkan dengan pasal yang didakwaan jaksa penuntut umum untuk
melimpahkan perkara ke pengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan
menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini dengan permintaan supaya
diperiksa dan diputus oleh hakim dalam sidang. 73 Pasal 137 KUHAP menentukan
bahwa penuntut umum berwenang melakukan penuntutan terhadap siapapun yang
didakwa melakukan suatu delik dalam daerah hukumnya dengan melimpahkan
perkara ke pengadilan yang berwenang mengadili. Untuk itu penulis berpendapat
bahwasanya tuntutan yang diberikan oleh Jaksa Penuntut Umum ialah kurang
tepat, dikarenakan dalam hal ini, terdakwa telah terbukti dengan sengaja
melakukan tindakan untuk mengajak serta mempersilahkan khalayak ramai untuk
melakukan tindak pidana perjudian online ini, dimana sesuai dengan dakwaan
pertama Jaksa Penuntut Umum yaitu Pasal 303 Ayat (1) ke-2 dan dakwaan kedua
Jaksa Penuntut Umum yaitu Pasal 303 bis Ayat (1) ke-1, dimana pada pasal
pertama yakni Pasal 303 ayat (1) ke-2 KUHP terdakwa seharusnya dituntut
dengan pidana pejara maksimal selama 10 (sepuluh) tahun kurungan penjara dan
dengan denda maksimal sebesar Rp.25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah), dan
pada pasal kedua yakni pada Pasal 303 bis ayat (1) ke-1 terdakwa seharusnya di
tuntut dengan pidana pejara maksimal selama 4 (empat) tahun dan denda
maksimal sebesar Rp.10.000.000,- (sepuluh juta rupiah), untuk itu penulis menilai
tuntutan jaksa pada kasus ini ialah sangat ringan, dinilai dari tindakan terdakwa
sudah sepantasnya tuntutan yang diberikan terhadap terdakwa ialah tidak kurang

73

Andi Hamzah ,KUHP & KUHAP Edisi Revisi,(Jakarta :Rineka Cipta) 2008, hal. 230

Universitas Sumatera Utara

dari pidana penjara selama 2 (dua) tahun dan denda minimal sebesar
Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah), dimana pada putusan ini Jaksa Penuntut Umum
hanya menuntut terdakwa dengan pidana penjara selama 8 (delapan) bulan saja.
Hal inilah yang penulis anggap sudah tidak tepat untuk diterapkan pada saat ini
dimana pelaku tindak pidana judi online maupun tindak pidana judi pada
umumnya haruslah diberikan sanksi yang berat, untuk menimbulkan efek jera
kepada seluruh masyarakat yang ikut serta melakukan permainan judi online ini.
Terlebih lagi penulis berpendapat bahwa selain merupakan tindak pidana yang
dapat merugikan diri sendiri, perjudian ini merupakan suatu penyakit yang sudah
sepatutnya sama-sama kita cari jalan ataupun cara untuk kita basmi bersamasama. Misalnya apabila seseorang pejudi telah kehabisan modal untuk bermain
judi, maka seseorang tersebut akan berusaha untuk mecari modal untuk
melakukan perjudian tersebut, tentunya dapat menimbulkan tindak pidana lain,
seperti munculnya banyak pencurian yang dilakukan oleh pelaku tindak pidana
judi online ini. Sudah melakukan tindak pidana judi, ia melakukan tindak pidana
pencurian, tentu hal ini semakin meresahkan masyarakat. Karena dapat diyakini
perbuatan judi ini merupakan induk dari suatu tindak kriminal lain, baik itu
pencurian, miras, narkoba, pemerkosaan, dll yang berkaitan dengan masalah uang
(financial).
3. Putusan
Dalam kasus tersebut hakim memutus terdakwa dengan pasal yang sama
dengan pasal yang dituntut oleh JPU, yaitu Pasal 303 ayat (1) ke-2 namun dengan
pidana penjara yang lebih ringan dari yang dituntut di dalam dakwaan oleh Jaksa

Universitas Sumatera Utara

Penuntut Umum, dimana majelis hakim menjatuhkan vonis kepada terdakwa
yakni pidana penjara selama 6 (enam) bulan kurungan penjara, dimana hal ini
lebih ringan dari tuntutan yang diberikan oleh jaksa penuntut umum, dalam hal ini
penulis berpendapat, bahwa majelis hakim seharusnya dapat menjatuhkan pidana
penjara setidaknya sama dengan tuntutan yang diberikan oleh jaksa penuntut
umum, yakni selama 8 (delapan) bulan atau bahkan lebih dari yang dituntutkan
oleh

jaksa

penuntut

umum.

Dikarenakan

alasan-alasan

yang

menjadi

pertimbangan oleh hakim dalam persidangan, yakni pada hal yang memberatkan
“perbuatan

terdakwa

bertentangan

dengan

program

pemerintah

dalam

pemberantasan tindak pidana perjudian”. Untuk itu penulis berfikir seharusnya
majelis hakim dapat menjatuhkan vonis yang lebih berat kepada si terdakwa,
untuk dapat di mengerti bahwasanya tindak pidana perjudian ini sangat dilarang
pada saat ini. Selain itu tindak pidana perjudian ini merupakan penyakit
masyarakat yang harus di basmi hingga ke akar-akarnya, maka dari itu perlu
diberikan sanksi yang berat terhadap pelaku tindak pidana ini, agar dapat
menimbulkan efek jera kepada siapapun yang melakukan dan akan melakukan
tindak pidana perjudian online ini, ataupun tindak pidana perjudian pada
umumnya.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari penelitian yang dilakukan dapat ditarik 3 kesimpulan yakni :
1. Pengaturan tentang tindak pidana judi online di atur didalam Undang-undang
No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik tepatnya pada
Pasal 27 ayat (2) dan untuk pengaturan tindak pidananya di atur pada Pasal 45
Undang-undang Informasi dan transaksi elektronik tersebut. Dalam hal
pengaturan tindak pidana judi online ini tidak dapat dilepaskan dari
pengaturan tindak pidana judi (konvensional) yang sudah lebih dahulu dikenal
di masyarakat, untuk itu peranan dari peraturan-peraturan yang telah ada
sebelumnya sangat dibutuhkan, seperti pengaturan tindak pidana di dalam
Pasal 303 dan 303 bis KUHP, Undang-undang No. 7 Tahun 1974 tentang
Penertiban Perjudian, dan Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1981 tentang
Perintah Pelaksanaan terhadap undang-undang No. 7 Tahun 1974.
2. Upaya penanggulangan terhadap tindak pidana perjudian online di Indonesia
ini terbagi menjadi dua, yaitu: upaya penal (melalui hukum) dan upaya nonpenal (diluar hukum yang berlaku), dalam kedua upaya tersebut dipandang
sudah cukup baik di dalam peraturan ataupun hukum yang berlaku, namun
dipandang masih kurangnya upaya penanggulangan yang dilakukan oleh pihak
penegak hukum sendiri, penegak hukum masih menggunakan peraturanperaturan yang lama untuk menjatuhi pidana terhadap pelaku perjudian online
ini, sementara sudah ada peraturan khusus yang mengatur mengenai tindak

Universitas Sumatera Utara

pidana perjudian online ini. Peran masyarakat yang merupakan peran utama
untuk membasmi ataupun menghapuskan tindak pidana perjudian online ini
dipandang masih kurang, dikarenakan masih banyak di kalangan masyarakat
yang menganggap perbuatan judi online ini merupakan suatu hal yang tidak
berbahaya bagi masyarakat ataupun merupakan hal yang lumrah dimasyarakat,
dimana dapat diketahui dari tindak pidana judi ini dapat berakibat terjadinya
tindak pidana lain.
3. Pertanggungjawaban terhadap pelaku tindak pidana judi online (berdasarkan
putusan PN.Binjai no.268/Pid.B/2015/PN.Bnj), dapat disimpulkan bahwa
pelaku tindak pidana perjudian online di Indonesia dihukum sangatlah ringan,
berdasarkan putusan yang telah di analisa, dimana hukuman yang diberikan
terhadap pelaku tindak pidana perjudian online ini sangatlah ringan yakni
hanya 6 bulan kurungan penjara, dari yang dituntut oleh jaksa penuntut umum
ialah hanya selama 8 bulan kurungan penjara. Dari sini dapat disimpulkan
bahwasanya peran penegak hukum untuk melakukan penerapan terhadap
peraturan yang telah ada didalam hal perjudian ini perlu diperjelas lagi,
dikarenakan di dalam ancamannya yang sangat ringan tersebut dianggap akan
sulit untuk mengurangi ataupun menghapuskan tindak pidana perjudian
tersebut, sementara di dalam pengaturannya sendiri di dalam UU No. 11 tahun
2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik tepatnya pada Pasal 45 di
atur bahwasanya pelaku tindak pidana perjudian online di hukum maksimal 6
tahun penjara dan denda maksimal Rp.1.000.000.000,- (satu miliar rupiah).
Diharapkan dengan penjatuhan hukuman yang lebih berat terhadap pelaku

Universitas Sumatera Utara

tindak pidana perjudian online ini akan berdampak pada berkurangnya pelaku
tindak pidana perjudian online ini, bahkan bukan tidak mungkin untuk dapat
dihapuskan.

B. SARAN
Sebagai saran terhadap dunia ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu
hukum pidana, maka dapat diberikan saran sebagai berikut :
1. Pengaturan terhadap kejahatan tindak pidana perjudian online di Indonesia ini
perlu diberlakukan undang-undang yang lebih tepat, yakni undang-undang
yang khusus mengatur tentang tindak pidana perjudian online itu sendiri,
yakni sesuai dengan Undang-undang No. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik.
2. Upaya yang dilakukan dalam memberantas masalah perjudian online ini sudah
ada, tetapi harus lebih dimaksimalkan lagi oleh aparat penegak hukum yang
berwenang terhadap pelaku kejahatan tindak pidana perjudian online ini.
3. Pertanggungjawaban pidana pelaku tindak pidana perjudian online ini
haruslah diterapkan sanksi yang berat terhadap pelaku tindak pidana ini,
penerapan sanksi yang berat ini dipandang penting untuk membuat efek jera
terhadap pelaku tindak pidana perjudian online ini.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Tindak Pidana Pencabulan (Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Negeri Boyolali No. 142/Pid.Sus/2011/Pn-Bi)

5 92 87

Pertanggungjawaban Pidana Bagi Terdakwa Anak Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan Sesuai Dengan PASAL 340 KUHP(Studi Kasus Putusan No. 3.682 / Pid.B / 2009 / PN. Mdn)

5 97 123

Tindak Pidana Pemerkosaan Seorang Ayah Kepada Anak Kandung Ditinjau Dari Psikologi Kriminil (Studi Kasus Putusan NO.166/PID.B/2009/PN-KIS)

1 60 142

Pertanggungjawaban Pidana Anggota Polri Terhadap Penggunaan Senjata Api Tanpa Prosedur (Studi Terhadap Putusan PN BINJAI No.239/Pid.B/2007/PN-Binjai)

1 52 120

Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perjudian Online Di Indonesia (Studi Putusan Pn Binjai No.268/PID.B/2015/PN/BNJ)

0 13 89

Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perjudian Online Di Indonesia (Studi Putusan Pn Binjai No.268 PID.B 2015 PN BNJ)

0 0 10

Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perjudian Online Di Indonesia (Studi Putusan Pn Binjai No.268 PID.B 2015 PN BNJ)

0 0 1

Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perjudian Online Di Indonesia (Studi Putusan Pn Binjai No.268 PID.B 2015 PN BNJ)

0 0 25

Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perjudian Online Di Indonesia (Studi Putusan Pn Binjai No.268 PID.B 2015 PN BNJ)

0 1 20

Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perjudian Online Di Indonesia (Studi Putusan Pn Binjai No.268 PID.B 2015 PN BNJ)

0 0 3