Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perjudian Online Di Indonesia (Studi Putusan Pn Binjai No.268/PID.B/2015/PN/BNJ)

(1)

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku

Ali, Mahrus. Dasar-Dasar Hukum Pidana, Jakarta : Sinar Grafika, 2015

Arief, Barda Nawawi. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Bandung : Citra aditya Bakti, 1996

__________. Masalah Penegakan Hukum dan kebijakan penanggulangan kejahatan,Bandung : Citra Aditya Bakti, 2001

__________. Beberapa Masalah Perbandingan Hukum Pidana , Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2003

__________. Kapita Selekta Hukum Pidana, Bandung : Citra Aditya Bakti , 2003 __________. Tindak Pidana Mayantara, Perkembangan Kajian Cyber Crime di

Indonesia”, Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2006

__________. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana: Perkembangan

Penyususnan Konsep KUHP Baru, Jakarta: Kencana, 2008

Chazawi, Adami. Tindak Pidana Mengenai Kesopanan, Jakarta :PT Raja Grafindo Persada, 2005

__________.Pelajaran Hukum Pidana I, Jakarta: Raja Grafindo, 2008 Ekaputra, Mohammad. Dasar – Dasar Hukum Pidana, Medan : USU Press, 2015 Hamzah, Andi.Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta :Rineka Cipta, 1994

__________. KUHP & KUHAP Edisi Revisi, Jakarta : Rineka Cipta, 2008

Huda, Chairul. Dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan, Menuju Kepada Tiada

Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana, Jakarta: Prenada Media, 2006

__________. Dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan Menuju Kepada Tiada Pertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan, cet.2, Jakarta:Kencana,2006

Ibrahim, Johnny. Teori dan metodologi penelitian hukum normatif, Malang : Bayu Publishing, 2006

Kusumah, Mulyana W. Kejahatan Dan Penyimpangan,suatu perspektif kriminologi, Jakarta : Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia,1988


(2)

Marzuki, Peter Mahmud. Penelitian hukum, Jakarta : Kencana , 2011

Marlina. Peradilan Pidana Anak di Indonesia (Pengembangan Konsep Diversi

dan Restorative Justice), Bandung: Aditama, 2012

Moeljatno. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: Rineka, 2002

Ruslan, Miftahul Farida, Pertanggungjawaban pidana tindak pidana judi online di Indonesia, Surakarta : Universitas Sebelas Maret, 2011

Santoso, Topo dan Zulfa, Eva Achjani.Kriminologi, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2002.

Soesilo, R. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Bogor: Politeia ,1991 Suseno, Sigid. Yurisdiksi Tindak Pidana Siber, Bandung : Rafika Aditama, 2012

Sutanto, Sulistyo, Hermawan, dan Sugiarto, Tjuk. Cybercrime-Motif dan Penindakan, Jakarta : Pensil 324,2002

Wahid, Abdul dan Labib, Muhammad. Kejahatan Mayantara,Bandung : Rafika Aditama,2010

Widodo. Sistem Pemidanaan dalam Cyber crime, Alternatif Ancaman Pidana

Kerja Sosial dan Pidana Pengawasan Bagi Pelaku Cyber crime, Yogyakarta

: Laksbang Mediatama, 2009

2. Undang-Undang

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

UU. No 7 Tahun 1974 Tentang Penertiban Perjudian

UU. No. 11 Tahun 2008 Tentang Transaksi Dan Informasi Elektronik

Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1981 Tentang Pelaksanaan Penertiban perjudian


(3)

Putusan Pengadilan Negeri Binjai No. 268/Pid.B/2015/Pn.Bnj

3. Internet

Id,Wikipedia. Pengertian Metode,

M.Zayn Sychrullah, Penyebab Perjudian Dan Solusi Mencegahnya, 2011 diakses dari :


(4)

BAB III

UPAYA PENANGGULANGAN TERHADAP TINDAK PIDANA JUDI ONLINE DI INDONESIA

A. Faktor Penyebab Terjadinya Tindak Pidana Judi Online

Berbicara mengenai tindak pidana judi online maka terdapat banyak faktor penyebab terjadinya hal tersebut, salah satunya adalah ingin cepat menjadi kaya tanpa harus bekerja keras dan menunggu waktu lama, dalam arti ingin menjadi kaya dalam waktu yang singkat.

Dalam hal ini, segala cara dilakukan oleh masing-masing orang untuk mencapai kekayaan dalam waktu singkat ini, termasuk dengan melakukan tindakan judi online ini.

Selain faktor utama seperti diatas dapat dilihat juga faktor-faktor disekitar masyarakat sebagai berikut :

1. Faktor Sosial & Ekonomi

Bagi masyarakat dengan status sosial dan ekonomi yang rendah perjudian seringkali dianggap sebagai suatu sarana untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Karena mereka berfikir, dengan modal yang sangat kecil mereka akan mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya atau menjadi kaya dalam sekejab tanpa usaha yang besar. Selain itu kondisi sosial masyarakat yang menerima perilaku berjudi juga berperan besar terhadap tumbuhnya perilaku tersebut dalam komunitas.53

Masalah masyarakat akhir-akhir ini banyak dibicarakan, khususnya di Negara yang sedang berkembang tidak terkecuali di Indonesia. Hal ini tidak hanya pembicaraan dalam negeri saja akan tetapi menjadi pembicaraan di hampir seluruh dunia, sebab berbicara tentang masalah masyarakat pada

53

M.Zayn Sychrullah, Penyebab Perjudian Dan Solusi Mencegahnya, 2011 diakses dari : April 2017


(5)

hakekatnya sama dengan membicarakan kelangsungan hidup umat manusia yaitu, membicarakan apa saja yang harus dilaksanakan untuk menghindari pengaruh-pengaruh buruk yang bersumber dari masalah masyarakat tersebut, antara lain timbulnya proses kehidupan miskin, dimana hal tersebut merupakan penyakit masyarakat yang dapat meyebabkan munculnya indikasi orang untuk mengambil jalan pintas agar menjadi cepat kaya dengan melakukan perbuatan perjudian.

Masyarakat yang berjumlah besar sangat menguntungkan apabila di dukung oleh kualitasnya, sebab ia akan dapat menjadi aset pembangunan namun akan sangat membahayakan apabila yang ada hanya kuantitas belaka tanpa di dukung oleh kualitasnya. Hal ini didasarkan pada usaha yang paling mendasar yaitu :

a. Manusia selalu membutuhkan sandang, pangan untuk hidupnya b. Naluri seksual akan selalu ada, yang sifatnya tetap,

Hal inilah apabila kita perhatikan masalah masyarakat yang ada di Indonesia merupakan masalah yang sangat rumit untuk di tangani meingingat banyaknya urbanisasi dari desa. Dimana dengan meningkatnya penduduk akan bertambah pulalah pengangguran yang selanjutnya para penganggur ini akan menjadi gelandangan yang berusaha mencari jalan pintas dengan cara perjudian ini, baik itu judi biasa maupun judi online yang sangat marak pada era saat ini.


(6)

Setelah kita meninjau faktor masyarakat yang merupakan salah satu faktor tejadinya perjudian, maka faktor ekonomi merupakan faktor yang sangat utama dalam hal terjadinya perjudian online ini.

Justru itu perekonomian serupa dengan suatu nafas kehidupan umat manusia itu sendiri. Manusia selalu mengejar ketinggalannya maupun keterbelakangannya dalam bidang perekonomian tersebut, stabilitas dan kekokohan suatu Negara juga tidak luput dari perekonomian yang stabil.

Keterbelakangan perekonomian dapat di konotasikan dengan serangkaian fenomena yang berintegrasi secara kompleks sehingga menimbulkan ketimpangan yang menyolok di bidang kesejahteraan dan kemiskinan, stagnasi, maupun keterbelakangan relative dibandingkan dengan Negara – Negara lain maupun potensi produksi yang gagal mencapai kemajuan sebagai mana yang diharapkan baik dari sudut pandangan ekonomi, kebudayaan, politik, maupun teknologi.

Justru itu keadaan perekonomian yang mapan dan stabil merupakan tolak ukur utama bagi kesejahteraan. Sejahtera ataunya tidak seseorang atau masyarakat dapat dilihat dan diukur dari keadaan perekonomiannya, oleh karena itu kesengsaraan hidup dapat mempercepat timbulnya proses kehidupan yang berada bukan pada rel yang semestinya. Untuk menganalisa gejala kehidupan yang berada pada nilai yang tidak sejahtera yang berkaitan dengan perekonomian masyarakat dapat dilihat dari sudut subyektif kondisional yang artinya faktor kepribadian seseorang itu untuk hidup, yang pada dasar alamiahnya berkaitan erat dengan karakter yang dimilikinya,


(7)

misalnya pemalas, boros, sifat pasrah pada nasib secara langsung merupakan faktor yang mendorong mereka pada kehidupan yang pasif. Disamping itu dapat dilihat dari sudut obyektif kondisional yaitu merupakan faktor ekstern yang mempengaruhi kehidupan seseorang sehingga ia berbuat perbuatan negatif termasuk berjudi.

2. Faktor Situasional

Situasi yang bisa dikategorikan sebagai pemicu perilaku berjudi, diantaranya adalah tekanan dari teman-teman atau kelompok atau lingkungan untuk berpartisipasi dalam perjudian dan metode-metode pemasaran yang dilakukan oleh pengelola perjudian. Tekanan kelompok membuat sang calon penjudi merasa tidak enak jika tidak menuruti apa yang diinginkan oleh kelompoknya. Sementara metode pemasaran yang dilakukan oleh para pengelola perjudian dengan selalu mengekspose para penjudi yang berhasil, sehingga memberikan kesan kepada calon penjudi bahwa kemenangan dalam perjudian adalah sesuatu yang biasa, mudah dan dapat terjadi pada siapa saja. padahal kenyataannya kemungkinan menang sangatlah kecil.54

3. Faktor Belajar

Demikian juga terjadinya pembentukan diri terhadap diri seseorang, senantiasa dipengaruhi oleh lingkungannya. Apabila seseorang bergaul dan berada di lingkungan yang sehat maka secara langsung akan berpengaruh pada sehatnya jiwa seseorang, tetapi apabila sebaliknya maka secara berbalik pula jiwa seseorang tersebut juga akan mempengaruhi termasuk pula dengan hal judi ini.

Sangatlah masuk akal jika faktor belajar memiliki efek yang besar terhadap perilaku berjudi, terutama menyangkut keinginan untuk terus berjudi. Yang memang pada awalnya ia hanya ingin mencoba, akan tetapi karena penasaran dan berkayakinana bahwa kemenangan bisa terjadi kepada siapapun, termasuk dirinya dan berkeyakinan bahwa dirinya suatu saat akan menang atau berhasil, sehingga membuatnya melakukan perjudian berulang kali.55

54

Ibid.,2011 diakses tanggal 19 April 2017 55


(8)

Rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan yang minim mengakibatkan seseorang itu tidak berpikir panjang untuk melakukan perbuatan termasuk halnya perbuatan judi ini.

4. Faktor Persepsi tentang Probabilitas Kemenangan

Persepsi yang dimaksudkan disini adalah persepsi pelaku dalam membuat evaluasi terhadap peluang menang yang akan diperolehnya jika ia melakukan perjudian. Para penjudi yang sulit meninggalkan perjudian biasanya cenderung memiliki persepsi yang keliru tentang kemungkinan untuk menang. Mereka pada umumnya merasa sangat yakin akan kemenangan yang akan diperolehnya, meski pada kenyataannya peluang tersebut amatlah kecil karena keyakinan yang ada hanyalah suatu ilusi yang diperoleh dari evaluasi peluang berdasarkan sesuatu situasi atau kejadian yang tidak menentu dan sangat subyektif. Dalam benak mereka selalu tertanam pikiran: "kalau sekarang

belum menang pasti di kesempatan berikutnya akan menang, begitu seterusnya" .56

5. Faktor Persepsi terhadap Ketrampilan

Penjudi yang merasa dirinya sangat terampil dalam salah satu atau beberapa jenis permainan judi akan cenderung menganggap bahwa keberhasilan/kemenangan dalam permainan judi adalah karena ketrampilan yang dimilikinya. Mereka seringkali tidak dapat membedakan mana kemenangan yang diperoleh karena ketrampilan dan mana yang hanya kebetulan semata. Bagi mereka kekalahan dalam perjudian tidak pernah dihitung sebagai kekalahan tetapi dianggap sebagai "hampir menang", sehingga mereka terus memburu kemenangan yang menurut mereka pasti akan didapatkan.57

B. Upaya Penanggulangan Tindak Pidana Judi Online di Indonesia.

Bentuk hambatan pihak berwajib dalam menanggulangi perjudian online di kalangan masyarakat. Dalam segala lapangan yang dapat dipikirkan senantiasa terdapat masalah, dan tidak jarang di dalam melakukan suatu pekerjaan kita dihadapkan dengan berbagai masalah yang sebelumnya belum pernah terbayangkan. Untuk itu, upaya penanggulangan tindak pidana judi online itu terdiri dari :

56

Ibid.,2011 diakses tanggal 19 April 2017 57


(9)

1. Upaya Penal

Dalam perkara tindak pidana perjudian, upaya penal yang dilakukan sesuai dengan penerapan Pasal 303 dan/atau 303 bis KUHP kepada pelaku-pelakunya kemudian memeriksa mereka menurut KUHAP dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serupa dengan tindak pidana perjudian melalui jaringan internet (online) yang telah jelas diatur pada Pasal 27 ayat (2) juncto Pasal 45 ayat (1) Undang-undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Tugas polisi58 dalam hal ini dimulai dengan adanya laporan dari masyarakat setempat bahwa telah terjadi suatu peristiwa yang diduga perjudian baik itu perjudian melalui internet (online) ataupun perjudian pada umumnya. Setelah mendengar dan menerima laportan tersebut, beberapa anggota kepolisian langsung melakukan penyelidikan. Kebanyakan laporan yang diterima oleh pihak kepolisian ialah berupa laporan lisan ataupun melalui ponsel (jaringan telepon), dan sesuai dengan ketentuan yang ada pada Pasal 103 ayat (2) KUHAP, maka laporan tersebut kemudian dicatat oleh penyelidik dan ditandatangani oleh pelapor dan penyelidik.59

58

Wawancara dengan bapak Bripka Asrul Zainal Rambe,SH pada Polsek Percut Sei Tuan 59

Wawancara dengan bapak Bripka Asrul Zainal Rambe,SH pada Polsek Percut Sei Tuan Dalam melakukan penyelidikan, polisi segera terjun ke lokasi kejadian untuk mencari tahu apakah laporan masyarakat itu benar, mengenai telah terjadinya tindak pidana perjudian, maka selanjutnya polisi melakukan penangkapan terhadap orang-orang yang terlibat dalam tindak pidana perjudian itu dan kemudian mengumpulkan barang-barang bukti serta para saksi. Dalam hal ini pelaku perjudian tertangkap tangan. Yang dimaksud dengan tertangkap


(10)

tangan/kedapatan berbuat sebagaimana diatur pada Pasal 1 ayat 19 KUHAP adalah :

a. Tertangkapnya seseorang pada waktu sedang melakukan tindak pidana atau dengan segera sesudah beberapa saat tindak pidana itu dilakukan. b. Tertangkapnya seseorang apabila sesaat kemudian ditemukan benda

yang diduga keras telah dipergunakan untuk melakukan tindak pidana itu yang menunjukkan bahwa ia adalah pelakunya atau turut melakukan atau membantu melakukan tindak pidana itu.

Segera setelah tersangka ditangkap dan barang bukti beserta saksi telah dikumpulkan, tersangka beserta barang bukti yang ada kemudian diserahkan kepada penyidik guna kepentingan penyidikan.

Masalah yang ditemukan dalam melaksanakan penanggulangan terhadap kejahatan melalui jalur penal menitikberatkan pada sifat repressive (penindasan/penumpasan/pemberantasan) sesudah kejahatan itu terjadi. Dengan kata lain seseorang dapat dihukum setelah ia terbukti melakukan suatu kejahatan tersebut.

Dua masalah sentral dalam kebijakan kriminal dengan menggunakan upaya

Penal (hukum pidana) ialah masalah penentuan:60

a. Perbuatan apa yang seharusnya dijadikan tindak pidana dan;

b. Sanksi apa yang sebaiknya digunakan atau dikenakan kepada si pelanggar.

60

Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana,(Bandung : Citra aditya Bakti) 1996 ,hal .32


(11)

Masalah menentukan perbuatan apa yang seharusnya dijadikan tindak pidana merupakan suatu kebijakan dalam menetapkan suatu perbuatan yang semula bukan tindak pidana (tidak di pidana) menjadi suatu tindak pidana (perbuatan yang dapat dipidana). Hakikatnya kebijakan kriminalisasi merupakan bagian dari kebijakan kriminal (kriminal policy) dengan menggunakan sarana hukum pidana (penal) dan oleh karena itu termasuk bagian dari kebijakan hukum pidana (penal

policy).61

Penggunaan hukum pidana sebagai suatu upaya untuk mengatasi maslaah sosial (kejahatan) termasuk dalam bidang penegakan hukum (khususnya penegakan hukum pidana). Oleh karena itu sering dikatakan bahwa politik atau kebijakan hukum pidana merupakan bagian dari kebijakan penegakan hukum(law

enforcement policy).

Upaya penanggulangan terhadap tindak pidana haruslah senantiasa dilakukan, kebijakan hukum pidana yang selama ini ditempuh selama ini tidak lain merupakan langkah yang terus menerus digali dan dikaji agar upaya penanggulangan kejahatan tersebut mampu mengantisipasi secara maksimal tindak pidana yang secara faktual terus meningkat.

62

Selanjutnya barda nawawi arief mengungkapkan sebagai berikut :

Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa politik kriminal pada hakikatnya juga merupakan bagian integral dari politik sosial.

63

“Usaha penanggulangan kejahatan lewat pembuatan undang-undang (hukum) pidana pada hakekatnya juga merupakan bagian integral dari usaha perlindungan masyarakat dan usaha mencapat kesejahteraan masyarakat. Dan oleh karena itu wajar pulalah apabila kebijakan atau politik hukum pidana juga merupakan bagian integral dari kebijakan atau politik sosial. Kebijakan sosial dapat diartikan sebagai segala usaha yang rasional untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Jadi di

61

Barda Nawawi Arief, Kapita Selekta Hukum Pidana, (Bandung : Citra Aditya Bakti) 2003 , hal. 24

62

Barda Nawawi Arief , Op.Cit, 1996 , hal.26 63


(12)

dalam pengertian “social policy” sekaligus tercakup didalamnya “social welfare

policy” dan “social defence policy”.

Kebijakan atau upaya penanggulangan kejahatan perjudian, pada hakekatnya merupakan bagian intergral kesejahteraan masyarakat (social welfare). Oleh karena itu dapat dikatakan, bahwa tujuan akhir atau tujuan utama dari politik kriminal ialah “perlindungan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan masyarakat”.

Kebijakan hukum pidana (penal policy) atau penal-law enforcement policy operasionalisasinya melalui beberapa tahap yaitu tahap formulasi (kebijakan legislatif), tahap aplikasi (kebijakan yudikatif/yudisial) dan tahap eksekusi (kebijakan eksekutif / administratif). Dari ketiga tahap tersebut, tahap formulasi merupakan tahap yang paling strategis dari upaya pencegahan dan penanggulangan kejahatan melalui kebijakan hukum pidana. Kesalahan/kelemahan kebijakan legislatif merupakan kesalahan strategis yang dapat menjadi penghambat upaya pencegahan dan penanggulangan kejahatan pada tahap aplikasi dan eksekusi.64

Maka didalam pemberantasan tindak pidana judi online di dalam masyarakat sangat dibutuhkan adanya kebijakan hukum pidana (penal policy). Kebijakan tersebut harus dikonsentrasikan pada dua arah, yang pertama mengarah pada kebijkan aplikatif yaitu kebijakan untuk bagaimana mengoperasionalisasikan peranturan perundang-undangan hukum pidana yang berlaku pada saat ini dalam rangka mengenai masalah perjudian melalui jaringan internet (online). Sedangkan yang kedua adalah kebijakan formulatif atau kebijakan yang mengarah pada pembaharuan hukum pidana (penal law enforcement) yaitu kebijakan untuk bagaimana merumuskan peraturan pada undang-undang hukum pidana yang baru.

64

Barda Nawawi Arief,Masalah Penegakan Hukum dan kebijakan penanggulangan kejahatan,(Bandung : Citra Aditya Bakti), 2001 , hal. 75


(13)

Kemudian, penanggulangan cyber crime melalui sarana penal itu sendiri tidak mudah karena adanya hambatan-hambatan sebagaimana diakui dalam dokumen Kongres PBB X/2000, antara lain:65

a. Perbuatan kejahatan yang dilakukan berada di lingkungan elektronik. Olehkarena itu, penanggulangan cyber crime memerlukan keahlian khusus,prosedur investigasi dan kekuatan/dasar hukum yang mungkin tidakbersedia pada aparat penegak hukum di negara yang bersangkutan.

b. Cyber crime melampaui batas-batas negara, sedangkan upaya

penyidikan dan penegakan hukum selama ini dibatasi dalam wilayah territorial negaranya sendiri.

c. Struktur terbuka dari jaringan komputer internasional memberi peluang kepada pengguna untuk memilih lingkungan hukum (negara) yang belum mengkriminalisasikan cyber crime.

Keterbatasan/kelemahan hukum pidana dalam menanggulangi cyber crime juga dapat dilihat dari pendapat Aman Nursusila, sebagaimana dikutip Widodo,66

a. Kendala yuridis, yaitu belum ada peraturan perundang-undangan yangsecara khusus mengatur tentang cyber crime, terbatasnya pengertianalat bukti sebagaimana diatur dalam Pasal 184 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), dan belum adanya kewenangan penyidik untuk menggeledah sistem komputer yang diduga menjadi alat atau sasaran kejahatan.

yang mengemukakan bahwa Polri menghadapi kendala yuridis dannonyuridis dalam melakukan penyidikan cyber crime sebagai berikut:

b. Kendala non yuridis, yaitu keterbatasan kemampuan dan jumlahanggota Polri yang menguasai bidang teknologi komputer, barangbukti dalam cyber crime mudah dihilangkan atau dihapus, adanyakesulitan mendeteksi kejahatan di bidang perbankan yang menggunakan sarana komputer. Kesulitan pendeteksian kejahatantersebut disebabkan oleh kurang tersedianya peralatan yang memadai,keengganan dari beberapa korban untuk melapor kepada Polisi, sistem keamanan dari pemiliki asset/sistem yang relatif lemah, sulit melacakkeberadaan/domisili pelaku kejahatan.

65

Barda Nawawi Arief,Tindak Pidana Mayantara, Perkembangan Kajian Cyber crime di Indonesia”, (Jakarta : Rajagrafindo Persada), 2006, hal. 9

66

Widodo, Sistem Pemidanaan dalam Cyber crime, Alternatif Ancaman Pidana Kerja Sosial dan Pidana Pengawasan Bagi Pelaku Cyber crime,(Yogyakarta : Laksbang Mediatama), 2009, hal . 31.


(14)

2. Upaya Non-Penal

Sesuai dengan keberadaan peraturan pemerintah Nomor 9 tahun 1981 tentang Pelaksanaan Penertiban Perjudian, ditemukan masalah dan hambatan di dalamnya, hambatan itu terbagi menjadi 3 bagian besar yakni:

a. Dalam menerapkan sanksi pidana yang berat terhadap terdakwa selalu dihadapkan dengan usia muda dan perekonomian yang rendah,

b. Belum terdapatnya keseragaman tindakan dalam melakukan penanggulangan perjudian sehingga ada kalanya antara aparat penegak hukum tidak jarang berbeda pendapat dalam penerapan mengenai pasal dari peraturan pemerintah tersebut.

c. Selama ini di dalam masyarakat kita memang ada semacam dua sikap dalam memandang perjudian. Sikap pertama sebagaimana terwakili oleh kalangan berwajib atau kepolisian, memandang pelaku adalah pelanggar hukum maka mereka dicurigai, jika perlu ditangkap, masyarakat yang terwakili oleh kalangan medis memandang pelaku perjudian adalah orang yang sakit dan perlu diobati.

Bentuk upaya yang dapat dilakukan dalam upaya non-penal adalah : a. Upaya pencegahan (Preventif)

Sejak di canangkannya perang terhadap perjudian, yang dalam hal ini peran dari kepolisian perlu lebih ditingkatkan agar sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.67

67

Mulyana W. Kusumah, Kejahatan Dan Penyimpangan,suatu perspektif kriminologi, (Jakarta : Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia),1988, hal. 45


(15)

Penanggulangan masalah perjudian online yang sangat membahayakan perekonomian masyarakat secara keseluruhan hampir sama dengan penanggulangan perjudian layaknya di dalam masyarakat Indonesia didasarkan pada cara-cara sebagai berikut:

Tujuan dari metode preventif adalah memberikan motivasi bimbingan serta pengarahan pada masyarakat terutama mengenai akibat-akibat perjudian demikian juga mengenai perundang-undangannya sehingga masyarakat memahami dan menyadarinya. Tujuan dari preventif adalah mencegah atau melindungi masyarakat luas dari perjudian serta menyadarkan mereka tentang dampak yang ditimbulkan dari bahaya dari perjudian tersebut.

Dalam metode ini yang dimaksudkan adalah bagaimana cara-cara mencegah timbulnya sarana perjudian sebelum perjudian itu sendiri terjadi. Pengawasan dalam hal ini dimaksudkan adalah suatu control untuk menekan timbulnya atau menjalarkan perjudian tersebut dalam suatu lingkungan kehidupan sosial yang sudah mapan. Seperti halnya dalam dunia kedokteran, kita sering dianjurkan untuk mencegah timbulnya penyakit daripada mengobatinya.

Justru itu dalam hal ini apa yang seharusnya kita lakukan sebelum perjudian tersebut berjangkit dan mewabah, tentunya sebelum kita berbuat terlebih dahulu kita mengadakan terapi dan diagnosa penyebab-penyebabnya. Untuk itulah dalam hal menguraikan metode ini dikenal suatu prinsip yang kelak akan menjadi pegangan pokok yaitu suatu prinsip prevensi. Adapun yang dimaksudkan prinsip ini yaitu suatu prinsip yang penekanannya bahwa perjudian harus di cegah sebelum ia semakin meluas. Bagaimanapun usaha preventif (pencegahan) ini


(16)

adalah lebih utama daripada usaha repressive (penindakan). Dikarenakan itulah banyak benih-benih penyakit masyarakat tersebut ada bersemi di tengah-tengah masyarakat maka usaha pencegahan ini ditemui dan direalisir dalam masyarakat juga, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Dalam hal ini upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk merealisir metode ini adalah antara lain :

1) Menekan pertumbuhan penduduk dan urbanisasi.

Masalah pertumbuhan penduduk dan urbanisasi adalah suatu masalah yang berkaitan dengan masalah kesejahteraan.Untuk itu pertumbuhan penduduk perlu ditekan serendah mungkin sehingga keseimbangan dengan pertambahan produksi pangan sebagai bahan yang dibutuhkan. Cara seperti ini adalah dengan cara mengefektifkan program KB (Keluarga Berencana) yaitu dengan cara memberikan penyuluhan pada masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengatur jarak dan jumlah kehamilan secara sengaja dalam keluarga yang bersifat manusiawi dan tidak bertentangan dengan hukuman agama maupun dengan hukum Negara. Urbanisasi yang merupakan perpindahan penduduk dari desa ke kota dengan maksud untuk memperbaiki taraf kehidupan yang telah diiringi anggapan bahwa mencari uang di kota lebih mudah.

2) Meningkatkan usaha pendidikan

Pendidikan yang merupakan sarana perngembangan kualitas manusia perlu ditingkatkan. Manusia yang berpendidikan akan tumbuh harga dirinya sehingga tidak mungkin terpikirkan olehnya untuk mengadu hidup dengan


(17)

judi. Tindak lanjut dari pendidikan tersebut adalah melahirkan keterampilan sebagai bekal untuk kehidupan mandiri. Kita sering kehilangan real capacity(kapasitas asli) karena kita tidak mempunyai tenaga ahli untuk mengolah potensi yang kita miliki dan lain sebagainya. 3) Memperluas lapangan pekerjaan

Masalah lapangan kerja yang kian terbatas telah lama menjadi permasalahan baik di Negara maju maupun di Negara yang belum maju. Khususnya di Indonesia dimana angka pengangguran tiap tahun kian bertambah. Apabila mentalitas budaya bangsa kita cenderung untuk menjadi pegawai negeri atau dengan kata lain masih cenderung untuk menjadi upahan.

4) Peningkatan usaha penerangan dan pengawasan.

Upaya untuk menghindarkan perbuatan judi, dapat kiranya dilakukan pemberian informasi yang up to date (terbaru) dan konkrit serta penyuluhan-penyuluhan tentang berbagai hal yang menyangkut realitas dan kejadian kehidupan yang terjadi dan perkiraan yang mungkin akan terjadi.

Apa yang dikemukakan dalam metode preventif ini hanyalah sebagian kecil saja yang masih banyak hal lain lagi yang dapat kita perbuat untuk menghindari timbulnya atau bertambahnya jumlah para pelaku perjudian baik online ataupun perjudian pada umumnya.

Tetapi yang paling utama dalam hal ini adalah faktor manusianya juga. Kehidupan memang bukan sehari tetapi ia merupakan jalan panjang yang


(18)

memerlukan berbagai bekal untuk melaluinya atau setidak-tidaknya nasehat untuk melihat kearah mana jalan yang harus ditempuh sehingga ia tidak terjerumus ke kehidupan yang gelap.

Sebagai tindak lanjut dari metode preventif ini maka pihak kepolisian berupaya untuk menanggulangi menjalarnya perjudian tersebut dengan cara misalnya meningkatkan ketaatan beragama, dan meningkatkan kesadaran hukum. b. Upaya Penanggulangan (Repressive)

Yang dimaksud dalam metode ini adalah bagaimana caranya dan usaha-usaha apa yang mesti dilakukan agar mereka kembali ke tengah-tengah masyarakat untuk hidup layak dan manusiawi sebagaimana sebelumnya.

Dalam rangka penanggulangan penyakit masyarakat ini secara reformasi pihak yang terkait telah membuat program penanggulangan dengan usaha repressive yang meliputi :

1) Razia

Razia dalam hal ini merupakan penindakan secara hukum terhadap pelaku perjudian online untuk selanjutnya diproses dengan ketentuan yang berlaku. Dimana dalam razia ini dilakukan operasi rutin oleh aparat penegak hukum terkhususnya polisi terhadap warung internet yang ada, 2) Pemblokiran situs-situs Judi online

Dalam hal ini pemblokiran situs-situs judi online dinilai merupakan cara yang sangat ampuh dalam mengurangi angka kriminalitas dibidang Transaksi elektronik yakni di bidang tindak pidana perjudian online , dimana membuat situs-situs perjudian online tersebut tidak dapat diakses


(19)

merupakan suatu tindakan yang dinilai sangat efektif untuk mengurangi angka perjudian online di Indonesia , namun seiring perkembangan jaman, semakin canggih pemerintah untuk menggalang pemblokiran terhadap situs-situs perjudian tersebut, semakin banyak dan canggih pula sistem ataupun aplikasi yang digunakan untuk membuka pemblokiran tersebut yang membuat dapat diaksesnya situs-situs tersebut.

3) Pemberian Keterampilan

Perjudian tumbuh dan berkembang pada dasarnya ditujukan bagi pencarian uang secara cepat dan fleksibel dengan cara mengadu nasib. Hal ini ditopang dengan sebab ekonomi yang pas-pasan. Kehidupan perekonomian yang pas-pasan tersebut dikarenakan belum adanya mata pencaharian yang tetap dan juga tidak ada keterampilan sehingga dengan hal tersebut perlu dilakukan pemberian keterampilan agar perjudian sebagai bentuk perwujudan ingin cepat kaya menjadi terhalang karena pelakunya telah memiliki keterampilan, sehingga ia dapat bekerja secara layak.


(20)

BAB IV

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PERJUDIANONLINE DI INDONESIA (BERDASARKAN

PUTUSAN PN.BINJAI NO.268/PID.B/2015/PN.BNJ)

A. Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Tindak Pidana Judi Online Di Indonesia (Berdasarkan Putusan PN.Binjai No.268/Pid.B/2015/Pn.Bnj) 1. Kasus Posisi

Tommy T Afung adalah seorang laki – laki, berumur 27 tahun, pekerjaan sales kosmetik, kebangsaan indonesia, agama Kristen, bertempat tinggal di jalan dewi sartika No.14 Lingkungan II Kelurahan Pekan Binjai Kecamatan Binjai Kota. Kesatu;

Bahwa ia terdakwa TOMMY T Als AFUNG pada hari Kamis tanggal 23 April 2015 sekira pukul 16.30 wib atau setidak-tidaknya pada suatu waktu lain dalam bulan April tahun 2015, bertempat di Jl. Seroja Lingk. VII Kel. Pahlawan, Kec. Binjai Utara atau setidak-tidaknya di suatu tempat lain yang termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Binjai, dengan sengaja menawarkan atau memberi kesempatan kepada khalayak umum untuk bermain judi atau dengan sengaja turut serta dalam perusahaan untuk itu, dengan tidak peduli perbuatan mana dilakukan terdakwa dengan cara sebagai berikut:

a. Bahwa pada hari kamis tanggal 23 April 2015 sekitar pukul 17.00 wib bertempat di jln. Seroja Lingkungan VII, Kel. Pahlawan, Kec. Binjai Utara, Kota Binjai melakukan permainan judi online dengan menggunakan laptop.

b. Bahwa permainan itu dilakukan dengan cara: apabila ada orang membeli nomor angka tebakan togel, pembeli bukan datang langsung membeli


(21)

kepada terdakwa, pembeli harus mendaftar terlebih dahulu di Situs ION4D.com milik ANDI (Dpo), lalu pembeli mengisi deposit dengan cara mengirim nomor angka tebakan undian togel yang diinginkannya di kotak taruhan website ION4D.com. Setelah member/pemasang, memang nomor angka tebakan itu, lalu nomor angka tebakan itu disuruh ANDI (dpo) untuk dipasangkan lagi ke situs BANDARLAMA.COM dan setelah itu terdakwa menunggu sampai pengumuman nomor Togel keluar pada pukul 17.45 wib, dan apabila nomor pasangan member/pemasang beruntung lalu terdakwa langsung menambah saldo member/pemasang sesuai kemenangan member/pemasang.

c. Bahwa ketika terdakwa membuka laptop untuk melakukan permainan judi

online datang saksi Julianto dan saksi Suyanto (masing-masing anggota

Polsek Binjai Utara) melakukan penangkapan terhadap terdakwa dan menyita barang bukti 1 unit Laptop merk Axioo, warna hitam, ukuran 14 inci, 1 unit modem untuk membuka situs internet, 1 buah kartu ATM BCA Cab. Binjai, nomor rekening: 1234-5678-90 untuk menarik dan mentransfer saldo member/pemasang, 1 buah tas laptop merek acer, warna hitam, uang tunai Rp.850.000,- (Delapan ratus lima puluh ribu rupiah) yangditarik dari sisa saldo deposit di situ bandar.com dari rekening/ATM BCA Cab. Binjai milik tersangka Tommy T Als AFUNG dengan nomor rekening : 1234-5678-90. Selanjutnya membawa terdakwa dan barang bukti ke Polsek Binjai Utara.68

68


(22)

Kedua :

Bahwa ia terdakwa TOMMY T Als AFUNG pada hari Kamis tanggal 23 April 2015 sekira pukul 17.00 wib atau setidak-tidaknya pada suatu waktu lain dalam bulan April tahun 2015, bertempat di Jl.Seroja Lingk.VII Kel. Pahlawan, Kec. Binjai Utara atau setidak-tidaknya di suatu tempat lain yang termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Binjai, menggunakan kesempatan main judi, yang diadakan dengan melanggar kententuan Pasal 303, perbuatan mana dilakukan terdakwa dengan cara sebagai berikut :

a. Bahwa pada hari kamis tanggal 23 April 2015 sekitar pukul 17.00 wib bertempat di jln. Seroja Lingkungan VII, Kel. Pahlawan, Kec.Binjai Utara, Kota Binjai melakukan permainan judi online dengan menggunakan laptop.

b. Bahwa permainan itu dilakukan dengan cara: apabila ada orang membeli nomor angka tebakan togel, pembeli bukan datang langsung membeli kepada terdakwa, pembeli harus mendaftar terlebih dahulu di Situs ION4D.com milik ANDI (Dpo), lalu pembeli mengisi deposit dengan cara mengirim nomor angka tebakan undian togel yang diinginkannya di kotak taruhan Website ION4D.com. Setelah member/pemasang, memasang nomor angka tebakan itu, lalu nomor angka tebakan itu disuruh ANDI (dpo) untuk dipasangkan lagi ke situ BANDARLAMA.COM.dan setelah itu terdakwa menunggu sampai pengumuman nomor Togel keluar pada pukul 17.45 wib, dan apabila nomor pasangan member/pemasang


(23)

beruntung lalu terdakwa langsung menambah saldo member/pemasang sesuai kemenangan member/pemasang.69

c. Bahwa ketika terdakwa membuka laptop untuk melakukan permainan judi online datang saksi Julianto dan saksi Suyanto (masing-masing anggota Polsek Binjai Utara) melakukan penangkapan terhadap terdakwa dan menyita barang bukti 1 unit Laptop merk Axioo, warna hitam, ukuran 14 inci, 1 unit modem untuk membuka situs internet, 1 buah kartu ATM BCA Cab.Binjai, nomor rekening: 1234-5678-90 untuk menarik dan mentransfer saldo member/pemasang, 1 buah tas laptop merek acer, warna hitam, uang tunai Rp.850.000,- (Delapan ratus lima puluh ribu rupiah) yang ditarik dari sisa saldo deposit di situ bandar.com dari rekening/ATM BCA Cab. Binjai milik tersangka Tommy T Als AFUNG dengan nomor rekening : 1234-5678-90. Selanjutnya membawa terdakwa dan barang bukti ke Polsek Binjai Utara.70

2. Dakwaan

Perbuatan terdakwa dalam hal ini diatur dan diancam pidana Pasal 303 ayat (1) ke-2 KUH Pidana yang berisi “dengan sengaja menawarkan atau memberi kesempatan kepada khalayak umum untuk bermain judi atau dengan sengaja turut serta dalam perusahaan untuk itu”.

Perbuatan terdakwa juga di atur dan diancam pidana didalam Pasal 303 bis ayat (1) ke – 1 KUHP yang berisi “barang siapa mempergunakan kesempatan main judi yang diadakan dengan melanggar peraturan Pasal 303”.

69

Ibid, hal. 4 70


(24)

Dalam hal ini, terdakwa di ajukan ke persidangan oleh penuntut umum dengan dakwaan alternatif yaitu :

Kesatu : Pasal 303 ayat (1) ke – 2 KUHP. Atau

Kedua : Pasal 303 bis ayat (1) ke – 1 KUHP.71

3. Tuntutan

Dalam hal ini Jaksa Penuntut Umum membacakan tuntutan sebagai berikut : a. Menyatakan terdakwa Tommy T Als Afung bersalah melakukan tindak

pidana dengan sengaja menawarkan atau memberi kesempatan kepada khalayak umum untuk bermain judi, atau dengan sengaja turut serta dalam perusahaan untuk itu dengan tidak peduli apakah untuk menggunakan kesempatan adanya sesuatu syarat atau dipenuhinya sesuatu tata cara sebagaimana diatur dalam dakwaan Kesatu Pasal 303 ayat (1) ke-2 KUHP dalam dakwaan Penuntut Umum.

b. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa berupa pidana penjara selama 8 (delapan) bulan dikruangi selama terdakwa berada dalam tahanan.

c. Menyatakan barang bukti : 1 (satu) unit Laptop Merk Axioo warna hitam Ukuran 14 Inci, 1(satu) unit modem, 1(satu) buah kartu ATM BCA Cab.Binjai. no. rek. 1234-5678-90, 1 (satu) buah tas Laptop Merek Acer warna hitam, dirampas untuk dimusnahkan, uang tunai sebesar Rp.850.000, ditarik dari rekening ATM BCA, Dirampas untuk Negara.

71


(25)

d. Menetapkan agar terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp.2.000,-(dua ribu rupiah).

4. Putusan

Didalam putusan ini dijelaskan bahwasanya, hakim dalam persidangan ini telah mempertimbangkan hal yang memberatkan dan meringankan dalam perkara ini, antara lain sebagai berikut :

a. Hal-hal yang memberatkan:

1) Bahwa perbuatan Terdakwa bertentangan dengan program pemerintah dalam pemberantasan tindak pidana perjudian;

2) Perjudian adalah penyakit masyarakat yang harus diberantas sampai ke akar-akarnya karena menyengsarakan masyarakat;

b. Hal-hal yang meringankan:

1) Terdakwa bersikap sopan selama dalam persidangan; 2) Terdakwa mengakui perbuatannya;

3) Terdakwa sangat menyesali perbuatannya; 4) Terdakwa belum pernah dihukum

Setelah melihat pertimbangan tersebut maka majelis hakim menjatuhkan putusan sesuai dengan ketentuan lain dalam KUHP dan Peraturan – peraturan yang berkaitan dengan perkara ini:

MENGADILI:

a. Menyatakan terdakwa TOMMY T. AFUNG telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana ”Turut serta dalam perusahaan permainan judi”;


(26)

b. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama : 6 (Enam) Bulan;

c. Menetapkan lamanya masa penahanan yang dijalani terdakwa dikurangiseluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;

d. Memerintahkan terdakwa tetap ditahan;

e. Menetapkan barang bukti dalam perkara ini berupa :

1) 1 (satu) unit Laptop Merk Axioo warna hitam Ukuran 14 Inci; 2) 1 (satu) unit modem;

3) 1 (satu) buah kartu ATM BCA Cab.Binjai. no. rek. 1234-5678-90, 1 (satu) buah tas Laptop Merek Acer warna hitam;Dirampas untuk dimusnahkan;

4) Uang tunai sebesar Rp.850.000, ditarik dari rekening ATM BCA, Dirampas untuk Negara;

5) Membebankan terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 2.000,-. (dua ribu Rupiah).72

B. Analisis Kasus 1. Dakwaan

Pada putusan dengan No. 268/Pid.B/2015/PN.Bnj. perbuatan terdakwa dalam hal ini diatur dan diancam pidana Pasal 303 ayat (1) ke-2 KUH Pidana yang berisi “dengan sengaja menawarkan atau memberi kesempatan kepada khalayak umum untuk bermain judi atau dengan sengaja turut serta dalam perusahaan untuk itu”.

72


(27)

Dan perbuatan terdakwa juga diatur dan diancam pidana didalam Pasal 303 bis ayat (1) ke-1 KUH Pidana yang berisi “barang siapa mempergunakan kesempatan main judi yang diadakan dengan melanggar peraturan Pasal 303”.

Dalam hal ini, terdakwa di ajukan ke persidangan oleh penuntut umum dengan dakwaan alternatif yaitu :

Kesatu : Pasal 303 ayat (1) ke-2 KUH Pidana. Atau

Kedua : Pasal 303 bis ayat (1) ke-1 KUH Pidana.

Namun menurut analisis yang dilakukan hal ini kurang sesuai, dikarenakan telah ada undang-undang yang lebih tegas dan lebih rinci mengatur masalah perjudian ini, apalagi yang berkaitan dengan jaringan internet (online).

Seharusnya dakwaan yang diberikan oleh jaksa penuntut umum ialah dakwaan yang lebih rinci melalui undang-undang yang lebih khusus untuk pengaturannya (lex specialis) yakni penulis berpendapat bahwasanya dalam kasus ini lebih tepat di berlakukan Pasal 27 ayat (2) yang pengaturan hukumannya terdapat dalam Pasal 45 ayat (1) UU No.11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik. Dimana seharusnya dakwaan yang diajukan di persidangan oleh jaksa penuntut umum ialah berupa pidana Penjara selama 6 (enam) tahun dan denda sebesar Rp. 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah). Dimana penulis beranggapan dalam putusan ini pihak jaksa penuntut umum kurang serius dalam memberikan dakwaan tersebut.


(28)

2. Tuntutan

Dikaitkan dengan pasal yang didakwaan jaksa penuntut umum untuk melimpahkan perkara ke pengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim dalam sidang.73

73

Andi Hamzah ,KUHP & KUHAP Edisi Revisi,(Jakarta :Rineka Cipta) 2008, hal. 230 Pasal 137 KUHAP menentukan bahwa penuntut umum berwenang melakukan penuntutan terhadap siapapun yang didakwa melakukan suatu delik dalam daerah hukumnya dengan melimpahkan perkara ke pengadilan yang berwenang mengadili. Untuk itu penulis berpendapat bahwasanya tuntutan yang diberikan oleh Jaksa Penuntut Umum ialah kurang tepat, dikarenakan dalam hal ini, terdakwa telah terbukti dengan sengaja melakukan tindakan untuk mengajak serta mempersilahkan khalayak ramai untuk melakukan tindak pidana perjudian online ini, dimana sesuai dengan dakwaan pertama Jaksa Penuntut Umum yaitu Pasal 303 Ayat (1) ke-2 dan dakwaan kedua Jaksa Penuntut Umum yaitu Pasal 303 bis Ayat (1) ke-1, dimana pada pasal pertama yakni Pasal 303 ayat (1) ke-2 KUHP terdakwa seharusnya dituntut dengan pidana pejara maksimal selama 10 (sepuluh) tahun kurungan penjara dan dengan denda maksimal sebesar Rp.25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah), dan pada pasal kedua yakni pada Pasal 303 bis ayat (1) ke-1 terdakwa seharusnya di tuntut dengan pidana pejara maksimal selama 4 (empat) tahun dan denda maksimal sebesar Rp.10.000.000,- (sepuluh juta rupiah), untuk itu penulis menilai tuntutan jaksa pada kasus ini ialah sangat ringan, dinilai dari tindakan terdakwa sudah sepantasnya tuntutan yang diberikan terhadap terdakwa ialah tidak kurang


(29)

dari pidana penjara selama 2 (dua) tahun dan denda minimal sebesar Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah), dimana pada putusan ini Jaksa Penuntut Umum hanya menuntut terdakwa dengan pidana penjara selama 8 (delapan) bulan saja. Hal inilah yang penulis anggap sudah tidak tepat untuk diterapkan pada saat ini dimana pelaku tindak pidana judi online maupun tindak pidana judi pada umumnya haruslah diberikan sanksi yang berat, untuk menimbulkan efek jera kepada seluruh masyarakat yang ikut serta melakukan permainan judi online ini. Terlebih lagi penulis berpendapat bahwa selain merupakan tindak pidana yang dapat merugikan diri sendiri, perjudian ini merupakan suatu penyakit yang sudah sepatutnya sama-sama kita cari jalan ataupun cara untuk kita basmi bersama-sama. Misalnya apabila seseorang pejudi telah kehabisan modal untuk bermain judi, maka seseorang tersebut akan berusaha untuk mecari modal untuk melakukan perjudian tersebut, tentunya dapat menimbulkan tindak pidana lain, seperti munculnya banyak pencurian yang dilakukan oleh pelaku tindak pidana judi online ini. Sudah melakukan tindak pidana judi, ia melakukan tindak pidana pencurian, tentu hal ini semakin meresahkan masyarakat. Karena dapat diyakini perbuatan judi ini merupakan induk dari suatu tindak kriminal lain, baik itu pencurian, miras, narkoba, pemerkosaan, dll yang berkaitan dengan masalah uang (financial).

3. Putusan

Dalam kasus tersebut hakim memutus terdakwa dengan pasal yang sama dengan pasal yang dituntut oleh JPU, yaitu Pasal 303 ayat (1) ke-2 namun dengan pidana penjara yang lebih ringan dari yang dituntut di dalam dakwaan oleh Jaksa


(30)

Penuntut Umum, dimana majelis hakim menjatuhkan vonis kepada terdakwa yakni pidana penjara selama 6 (enam) bulan kurungan penjara, dimana hal ini lebih ringan dari tuntutan yang diberikan oleh jaksa penuntut umum, dalam hal ini penulis berpendapat, bahwa majelis hakim seharusnya dapat menjatuhkan pidana penjara setidaknya sama dengan tuntutan yang diberikan oleh jaksa penuntut umum, yakni selama 8 (delapan) bulan atau bahkan lebih dari yang dituntutkan oleh jaksa penuntut umum. Dikarenakan alasan-alasan yang menjadi pertimbangan oleh hakim dalam persidangan, yakni pada hal yang memberatkan “perbuatan terdakwa bertentangan dengan program pemerintah dalam pemberantasan tindak pidana perjudian”. Untuk itu penulis berfikir seharusnya majelis hakim dapat menjatuhkan vonis yang lebih berat kepada si terdakwa, untuk dapat di mengerti bahwasanya tindak pidana perjudian ini sangat dilarang pada saat ini. Selain itu tindak pidana perjudian ini merupakan penyakit masyarakat yang harus di basmi hingga ke akar-akarnya, maka dari itu perlu diberikan sanksi yang berat terhadap pelaku tindak pidana ini, agar dapat menimbulkan efek jera kepada siapapun yang melakukan dan akan melakukan tindak pidana perjudian online ini, ataupun tindak pidana perjudian pada umumnya.


(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN

Dari penelitian yang dilakukan dapat ditarik 3 kesimpulan yakni :

1. Pengaturan tentang tindak pidana judi online di atur didalam Undang-undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik tepatnya pada Pasal 27 ayat (2) dan untuk pengaturan tindak pidananya di atur pada Pasal 45 Undang-undang Informasi dan transaksi elektronik tersebut. Dalam hal pengaturan tindak pidana judi online ini tidak dapat dilepaskan dari pengaturan tindak pidana judi (konvensional) yang sudah lebih dahulu dikenal di masyarakat, untuk itu peranan dari peraturan-peraturan yang telah ada sebelumnya sangat dibutuhkan, seperti pengaturan tindak pidana di dalam Pasal 303 dan 303 bis KUHP, Undang-undang No. 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian, dan Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1981 tentang Perintah Pelaksanaan terhadap undang-undang No. 7 Tahun 1974.

2. Upaya penanggulangan terhadap tindak pidana perjudian online di Indonesia ini terbagi menjadi dua, yaitu: upaya penal (melalui hukum) dan upaya non-penal (diluar hukum yang berlaku), dalam kedua upaya tersebut dipandang sudah cukup baik di dalam peraturan ataupun hukum yang berlaku, namun dipandang masih kurangnya upaya penanggulangan yang dilakukan oleh pihak penegak hukum sendiri, penegak hukum masih menggunakan peraturan-peraturan yang lama untuk menjatuhi pidana terhadap pelaku perjudian online ini, sementara sudah ada peraturan khusus yang mengatur mengenai tindak


(32)

pidana perjudian online ini. Peran masyarakat yang merupakan peran utama untuk membasmi ataupun menghapuskan tindak pidana perjudian online ini dipandang masih kurang, dikarenakan masih banyak di kalangan masyarakat yang menganggap perbuatan judi online ini merupakan suatu hal yang tidak berbahaya bagi masyarakat ataupun merupakan hal yang lumrah dimasyarakat, dimana dapat diketahui dari tindak pidana judi ini dapat berakibat terjadinya tindak pidana lain.

3. Pertanggungjawaban terhadap pelaku tindak pidana judi online (berdasarkan putusan PN.Binjai no.268/Pid.B/2015/PN.Bnj), dapat disimpulkan bahwa pelaku tindak pidana perjudian online di Indonesia dihukum sangatlah ringan, berdasarkan putusan yang telah di analisa, dimana hukuman yang diberikan terhadap pelaku tindak pidana perjudian online ini sangatlah ringan yakni hanya 6 bulan kurungan penjara, dari yang dituntut oleh jaksa penuntut umum ialah hanya selama 8 bulan kurungan penjara. Dari sini dapat disimpulkan bahwasanya peran penegak hukum untuk melakukan penerapan terhadap peraturan yang telah ada didalam hal perjudian ini perlu diperjelas lagi, dikarenakan di dalam ancamannya yang sangat ringan tersebut dianggap akan sulit untuk mengurangi ataupun menghapuskan tindak pidana perjudian tersebut, sementara di dalam pengaturannya sendiri di dalam UU No. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik tepatnya pada Pasal 45 di atur bahwasanya pelaku tindak pidana perjudian online di hukum maksimal 6 tahun penjara dan denda maksimal Rp.1.000.000.000,- (satu miliar rupiah). Diharapkan dengan penjatuhan hukuman yang lebih berat terhadap pelaku


(33)

tindak pidana perjudian online ini akan berdampak pada berkurangnya pelaku tindak pidana perjudian online ini, bahkan bukan tidak mungkin untuk dapat dihapuskan.

B. SARAN

Sebagai saran terhadap dunia ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu hukum pidana, maka dapat diberikan saran sebagai berikut :

1. Pengaturan terhadap kejahatan tindak pidana perjudian online di Indonesia ini perlu diberlakukan undang-undang yang lebih tepat, yakni undang-undang yang khusus mengatur tentang tindak pidana perjudian online itu sendiri, yakni sesuai dengan Undang-undang No. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

2. Upaya yang dilakukan dalam memberantas masalah perjudian online ini sudah ada, tetapi harus lebih dimaksimalkan lagi oleh aparat penegak hukum yang berwenang terhadap pelaku kejahatan tindak pidana perjudian online ini. 3. Pertanggungjawaban pidana pelaku tindak pidana perjudian online ini

haruslah diterapkan sanksi yang berat terhadap pelaku tindak pidana ini, penerapan sanksi yang berat ini dipandang penting untuk membuat efek jera terhadap pelaku tindak pidana perjudian online ini.


(34)

BAB II

PENGATURAN TINDAK PIDANA JUDI ONLINE DI INDONESIA A. Pengaturan Tindak Pidana Judi

1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Tentang Kitab Undang -Undang Hukum Pidana ( KUHP )

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dalam Bab XIV tentang kejahatan terhadap kesopanan pada Pasal 303 dan Pasal 303 bis menetapkan perjudian sebagai perbuatan yang dilarang. Kejahatan mengenai perjudian yang pertama dirumuskan dalam Pasal 303 KUHP yang rumusannya yaitu:

a. Pasal 303 KUHP

(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun atau pidana denda paling banyak dua puluh lima juta rupiah, barang siapa tanpa mendapat izin: a) dengan sengaja menawarkan atau memberikan kesempatan untuk

permainan judi dan menjadikannya sebagai pencaharian, atau dengan sengaja turut serta dalam suatu perusahaan untuk itu.

b) dengan sengaja menawarkan atau memberi kesempatan kepada khalayak umum untuk bermain judi atau dengan sengaja turut serta dalam perusahaan untuk itu, dengan tidak peduli apakah untuk menggunakan kesempatan adanya sesuatu syarat atau dipenuhinya sesuatu tata cara; c) menjadikan turut serta pada permainan judi sebagai pencarian.

(2) Kalau yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencahariannya, maka dapat dicabut haknya untuk menjalankan pencarian itu.


(35)

(3) Yang disebut permainan judi adalah tiap-tiap permainan, di mana pada umumnya kemungkinan mendapat untung bergantung pada peruntungan belaka, juga karena pemainnya lebih terlatih atau lebih mahir. Di situ termasuk segala pertaruhan tentang keputusan perlombaan atau permainan lain-lainnya yang tidak diadakan antara mereka yang turut berlomba atau bermain, demikian juga segala pertaruhan lainnya.

Rumusan kejahatan dalam Pasal 303 KUHP tersebut diatas, ada lima macam kejahatan mengenai hal perjudian (hazardspel), dimuat dalam ayat (1) :

a) butir 1 ada dua macam kejahatan; b) butir 2 ada dua macam kejahatan; c) butir 3 ada satu macam kejahatan.

Pasal 303 ayat (2) KUHP memuat tentang dasar pemberatan pidana, dan Pasal 303 ayat (3) KUHP menerangkan tentang pengertian permainan judi yang dimaksudkan oleh ayat (1). KUHP sendiri tidak memuat tentang bentuk-bentuk permainan judi tersebut secara rinci.

Menurut R.Soesilo42

42

R. Soesilo, Op.Cit., hal. 222

dalam bukunya Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal memberikan komentar terhadap Pasal ini mengenai yang biasa disebut sebagai hazardspel ialah seperti permainan dadu, selikuran, jemeh, roulette, bakarat, kemping keles, keplek, tombola.Juga termasuk totalisator pada pacuan kuda, pertandingan sepakbola dan sebagainya. Namun tidak termasuk hazardspel seperti domino, bridge, ceki, yang biasa digunakan untuk hiburan. Lima macam kejahatan


(36)

mengenai perjudian tersebut diatas, dalam Pasal 303 KUHP mengandung unsur tanpa izin. Pada unsur tanpa izin inilah melekat sifat melawan hukum dari semua perbuatan dalam lima macam kejahatan mengenai perjudian itu. Artinya tidak adanya unsur tanpa izin, atau jika telah ada izin dari pejabat atau instansi yang berhak memberikan izin, semua perbuatan dalam rumusan tersebut hapus sifat melawan hukumnya, sehingga tidak dipidana. Untuk itu dimaksudkan agar pemerintah atau pejabat pemerintah tetap melakukan pengawasan dan pengaturan tentang perjudian.

b. Pasal 303 bis KUHP

Semula rumusan kejahatan Pasal 303 bis KUHP berupa pelanggaran dan dirumuskan dalam Pasal 542 KUHP tentang judi di jalanan umum.Namun melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974 Tentang Penertiban Perjudian.Diubah menjadi kejahatan dan diletakkan pada Pasal 303 bis KUHP. Dengan adanya perubahan tersebut, ancaman pidana yang semula yang berupa kurungan maksimum satu bulan atau denda maksimum Rp. 4.500,00 dinaikkan menjadi pidana penjara maksimum empat tahun atau denda maksimum Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah). Kejahatan mengenai perjudian yang kedua dirumuskan dalam Pasal 303 bis KUHP yang rumusannya yaitu:

1. Diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau pidanadenda paling banyak sepuluh juta rupiah:

2. Barang siapa menggunakan kesempatan main judi, yang diadakan dengan melanggar ketentuan Pasal 303;


(37)

3. Barang siapa ikut serta main judi di jalan umum atau di pinggir jalan umum atau di tempat yang dapat dikunjungi umum, kecuali kalau adaizin dari penguasa yang berwenang yang telah memberi izin untuk mengadakan perjudian itu.

Jika ketika melakukan pelanggaran belum lewat dua tahun sejak adapemidanaan yang menjadi tetap karena salah satu dari pelanggaran ini, dapat dikenakan pidana penjara paling lama enam tahun atau pidana denda paling banyak lima belas juta rupiah.Mengenai kejahatan perjudian yang dimuat dalam ayat (1), ada dua bentuk kejahatan sebagaimana yang dirumuskan pada butir 1 dan 2, yaitu:

1. Kejahatan Pertama

Kejahatan pertama yang dimuat dalam Pasal 303 bis ayat (1) butir 1 KUHP, terdapat unsur-unsur sebagai berikut:

a. Perbuatannya: bermain judi;

b. Dengan menggunakan kesempatan yang diadakan dengan melanggar Pasal 303 KUHP.

Diantara lima bentuk kejahatan mengenai perjudian dalam Pasal 303 ayat (1), ada dua bentuk kejahatan yang perbuatan materilnya berupa menawarkan kesempatan dan memberikan kesempatan, yakni:

1. Perbuatan menawarkan kesempatan dan memberikan kesempatan untuk bermain judi sebagai mata pencaharian.

2. Perbuatan menawarkan kesempatan dan memberikan kesempatan kepada khalayak umum untuk bermain judi.


(38)

Dengan telah dilakukannya dua kejahatan diatas, terbukalah kesempatan untuk bermain judi untuk siapa saja. Oleh sebab itu, barang siapa yang menggunakan kesempatan itu untuk bermain judi, dia telah melakukan kejahatan Pasal 303 bis KUHP yang pertama ini. Kejahatan Pasal 303 bis KUHP tidak berdiri sendiri, melainkan bergantung pada terwujudnya kejahatan Pasal 303 KUHP. Tanpa terjadinya kejahatan Pasal 303 KUHP, kejahatan Pasal 303 bis KUHP tidak mungkin terjadi. Kejahatan memberi kesempatan seperti Pasal 303 KUHP diatas, bisa saja dilakukan oleh satu orang, karena si pelaku bukanlah orang yang bermain judi. Akan tetapi, padakejahatan Pasal 303 bis KUHP, tidaklah dapat dilakukan oleh satu orang, karena perbuatan bermain judi tidak mungkin terwujud tanpa hadirnyaminimal dua orang. Kejahatan ini termasuk penyertaan mutlak. Penyertaan mutlak adalah suatu tindak pidana yang karena sifatnya untuk terjadi mutlak diperlukan dua orang. Dalam kejahatan permainan judi ini, kedua-duanya dipertanggungjawabkan dan dapat dipidana.

2. Kejahatan Kedua

Kejahatan kedua yang dimuat dalam Pasal 303 bis ayat (1) butir 2 KUHP, terdapat unsur-unsur sebagai berikut:

a) Perbuatannya: ikut serta bermain judi; b) Tempatnya:

1. di jalan umum;

2. di pinggir jalan umum;

3. di tempat yang dapat dikunjungi umum.


(39)

Apabila pada bentuk kejahatan kedua dan keempat pada Pasal 303 KUHP, perbuatan turut serta dalam menjalankan usaha menawarkan kesempatan atau memberikan perjudian, yang artinya si pelaku tidak ikut bermain judi. Akan tetapi dalam Pasal 303 bis KUHP yang melakukan turut serta bermain judi adalah si pelaku sendiri. Ikut serta bermain judi disini adalah ikut serta yang lain dari Pasal 303 KUHP. Maksudnya dalam Pasal 303 bis KUHP ini, pelaku harus terdapat dua orang yang bersama-sama bermain judi ditempat yang disebutkan dalam bentuk kejahatan kedua ini seperti di jalan umum, dipinggir jalan umum atau ditempat yang dapat dikunjungi umum, yang telah memenuhi semua unsur tindak pidana maka dapatlah disebut dua orang itu sama yakni turut serta bermain judi. Turut serta yang dimaksud Pasal 303 bis KUHP tidak sama pengertiannya dengan orang yang turut serta (medepleger) menurut Pasal 55 ayat (1) butir 1 KUHP dalam pengertian luas, melainkan turut serta dalam arti sempit. Menurut Pasal 55 ayat (1) butir 1 KUHP terdapat pembuat peserta (medepleger) dan pembuat pelaksana (pleger), sedangkan menurut Pasal 303 bis KUHP ini ukurannya ialah tanpa adanya dua orang yang perbuatannya memenuhi semua rumusan tindak pidana itu tidaklah mungkin tindak pidana itu terwujud secara sempurna atau dengan kata lain kedua orang itu kualitasnya sama sebagai turut serta bermain judi.43

43

Adami Chazawi,Tindak Pidana Mengenai Kesopanan,(PT Raja Grafindo Persada, Jakarta),2005,hal. 171

Pengertian di pinggir jalan umum adalah di tepi jalan, misalnya di trotoar atau beberapa meter dari jalan. Di tempat lain yang dapat dikunjungi oleh umum, misalnya di lapangan bola, atau di warung dan lain sebagainya. Dapat dikunjungi umum, artinya untuk sampai dan datang ke suatu tempat permainan judi dapat


(40)

dilakukan oleh setiap orang tanpa ada kesukaran atau hambatan.Dalam kejahatan pertama tidak disebutkan adanya unsur tanpa mendapatkan izin, karena menurut Pasal 303 KUHP perbuatan menawarkan kesempatan atau memberikan kesempatan bermain judi itu sendiri memang harus tanpa izin, sudah tentu orang yang menggunakan kesempatan yang diadakan menurut Pasal 303 KUHP, juga dengan sendirinya sudah tanpa izin. Lain halnya dengan kejahatan kedua menurut Pasal 303 bis KUHP ini, harus disebutkan tanpa izin, walaupun rumusannya dengan kalimat yang lain yakni kecuali ada izin. Sebab jika tidak ditambahkan unsur demikian, setiap bentuk pemainan judi maka dijatuhi pidana, dan ini tidak sesuai dengan konsep perjudian menurut KUHP, karena permainan judi hanya menjadi larangan apabila tanpa izin. Pasal 303 ayat (2) bis KUHP adalah mengenai residive perjudian, maka setiap orang yang menjadi residivis tindak pidana perjudian dikenakan pidana penjara paling lama enam tahun atau pidana denda paling banyak lima belas juta rupiah.Pemberian izin oleh Pemerintah di masa lalu inilah yang membuat praktik perjudian itu semakin lama semakin berkembang dan sulit untuk dikordinir, sehingga membuat keresahan dan ketidaktertiban di masyarakat selain daripada akses-akses negatif lainnya. Konsep mengenai perjudian menurut KUHP aslinya adalah konsep orang Belanda yang berbeda dengan konsep mengenai perjudian menurut nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat Indonesia yang kuat dipengaruhi oleh norma-norma agama dan norma lain yang hidup menurut masyarakat Indonesia. Setelah Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No 7 Tahun 1974 Tentang Penertiban Perjudian, sesuai dengan asas hukum Lex posteriori derogat lex priori yang berarti Undang-Undang atau


(41)

peraturan yang baru mengenyampingkan Undang-Undang atau peraturan yang lama, maka ketentuan yang ada dalam KUHP itu dapat dikesampingkan demi tercapainya keamanan dan ketertiban masyarakat.

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974 Tentang Penertiban Perjudian Pengaturan mengenai tindak pidana perjudian yang kedua dalam hukum positif di Indonesia diatur dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1974 Tentang Penertiban Perjudian. Undang-undang ini menyatakan semua tindak pidana perjudian adalah sebagai kejahatan. Pemerintah mengeluarkan undang-undang ini dimaksudkan menggunakan kebijaksanaan-kebijaksanaan untuk menertibkan perjudian, hingga akhirnya menuju kepenghapusan perjudian sama sekali dari seluruh wilayah Indonesia. Dalam KUHP tidak ada menjelaskan secara rinci apa yang dimaksud sebagai kejahatan, tetapi dimuat dalam Buku II KUHP Pasal 104 sampai dengan Pasal 488 KUHP. Semua jenis kejahatan diatur dalam Buku ke- II KUHP. Meski demikian, masih ada jenis kejahatan yang diatur di luar KUHP, yang dikenal dengan tindak pidana khusus misalnya tindak pidana korupsi, narkotika, terorisme, tindak pidana ekonomi. Bonger menayatakan bahwa kejahatan adalah merupakan perbuatan anti sosial yang secara sadar mendapat reaksi dari negara berupa berupa pemberian derita dan kemudian sebagai reaksi terhadap rumusan-rumusan hukum (legal definitions) mengenai kejahatan.44

Dengan undang-undang ini diatur beberapa perubahan beberapa Pasal dalam KUHP yang berkaitan dengan tindak pidana perjudian yaitu :

44

Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, Kriminologi, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada), 2002.hal. 2.


(42)

a. Semua tindak pidana perjudian dianggap sebagai kejahatan.Dengan ketentuan ini, maka Pasal 542 KUHP tentang tindak pidana pelanggaran perjudian yang diatur dalam Buku III tentang Pelanggaran dimasukkan dalam Buku II tentang Kejahatan dan ditempatkan dalam Buku II setelah Pasal 303 KUHP dengan sebutan Pasal 303 bis KUHP. b. Memperberat ancaman pidana bagi pelaku bandar perjudian dalam Pasal

303 ayat (1) KUHP dari pidana penjara maksimal 2 tahun 8 bulan atau denda maksimal Rp. 90.000,- menjadi pidana penjara maksimal 10 tahun dan denda maksimal Rp. 25.000.000,-. Di samping pidana dipertinggi jumlahnya (2 tahun 8 bulan menjadi 10 tahun dan Rp. 90.000,- menjadi Rp. 25.000.000,-) sanksi pidana juga diubah dari bersifat alternatif (penjara atau denda) menjadi bersifat kumulatif (penjara dan denda).

c. Memperberat ancaman pidana dalam Pasal 542 ayat (1) tentang perjudian dalam KUHP dari pidana kurungan maksimal 1 bulan atau denda maksimal Rp. 4.500,- menjadi pidana penjara maksimal 4 tahun atau denda maksimal Rp. 10.000.000,-. Pasal ini kemudian menjadi Pasal 303 bis ayat (1) KUHP.

d. Memperberat ancaman pidana dalam Pasal 542 ayat (2) KUHP tentang

residive perjudian dalam KUHP dari pidana kurungan maksimal 3 bulan

atau denda maksimal Rp. 7.500,- menjadi pidana penjara maksimal 6 tahun atau denda maksimal Rp. 15.000.000,-. Pasal ini kemudian menjadi Pasal 303 bis ayat (2) KUHP.


(43)

Maksud diberlakukannya undang-undang tersebut ialah dikarenakan pengaturan yang ada di dalam KUHP lama sudah tidak relevan lagi diberlakukan dikarenakan hukuman yang diberikan tidak dapat membuat efek jera seiring berkembangnya jaman.

3. Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1981 tentang pelaksanaan Undang – undang no. 7 tahun 1974 tentang penertiban perjudian

Di dalam peraturan pemerintah ini bahwasanya penertiban perjudian sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3040) di maksudkan untuk membatasi perjudian sampai lingkungan sekecil-kecilnya untuk akhirnya menuju ke penghapusan sama sekali dari seluruh Wilayah Indonesia, dan berdasarkan perkembangan keadaan pada saat sekarang ini dipandang sudah tiba waktunya untuk mengupayakan penghapusan segala bentuk dan jenis perjudian di seluruh Wilayah Indonesia, untuk maksud tersebut dan dalam rangka mengatur tentang 75 pelaksanaan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian dipandang perlu untuk melarang pemberian izin penyelenggaraan perjudian dalam suatu Peraturan Pemerintah.

Sesuai dengan peraturan pemerintah ini di dalam Pasal 1 ayat (1) dan (2) dijelaskan bahwa :

(1) Pemberian izin penyelenggaraan segala bentuk dan jenis perjudian dilarang, baik perjudian yang diselenggarakan di kasino, di tempat-tempat keramaian, maupun yang dikaitkan dengan alasan-alasan lain.


(44)

(2) lzin penyelenggaraan perjudian yang sudah diberikan, dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi sejak tanggal 31 Maret 1981.45

Dengan diberlakukannya peraturan pemerintah ini segala peraturan pemerintah yang bertentangan dengan peraturan ini dianggap sudah tidak berlaku lagi, dan diharapkan dapat menekan angka perjudian yang ada di Indonesia.

Menurut penjelasan yang ada pada peraturan pemerintah tersebut yakni pada Pasal 1 ayat (1) Bentuk dan jenis perjudian yang dimaksud dalam Pasal ini, meliput i : a. Perjudian di Kasino, antara lain terdiri dari :

1) Roulette; 2) Blackjack; 3) Baccarat; 4) Creps; 5) Keno; 6) Tombola;

7) Super Ping-pong; 8) Lotto Fair; 9) S a t a n; 10) Paykyu;

11) Slot machine (Jackpot); 12) Ji Si Kie;

13) Big Six Wheel; 14) Chuc a Luck

45

Peraturan pemerintah No 9 tahun 1981 tentang pelaksanaan undang-undang 7 tahun 1974 Tentang penertiban perjudian


(45)

15) Lempar paser/bulu ayam pada sasaran atau papan yang berputar (Paseran); 16) Pachinko;

17) Poker; 18) Twenty One; 19) Hwa-Hwe; 20) Kiu-kiu.

b. Perjudian di tempat-tempat keramaian, antara lain terdiri dari perjudian dengan:

1) Lempar paser atau bulu ayam pada papan atau sasaran yang tidak bergerak; 2) Lempar Gelang;

3) Lempar Uang (Coin); 4) Kim;

5) Pancingan;

6) Menembak sasaran yang tidak berputar; 7) Lempar bola;

8) Adu ayam; 9) Adu sapi; 10) Adu kerbau;

11) Adu domba/kambing; 12) Pacu kuda;

13) Karapan sapi; 14) Pacu anjing; 15) Hailai;


(46)

16) Mayong/Macak; 17) Erek-erek.

c. Perjudian yang dikaitkan dengan alasan-alasan lain, antara lain perjudian yang dikaitkan dengan kebiasaan;

1) Adu ayam; 2) Adu sapi; 3) Adu kerbau; 4) Pacu kuda; 5) Karapan sapi;

6) Adu domba/kambing.

d. Tidak termasuk dalam perngertian penjelasan Pasal 1 huruf c termaksud diatas, apabila kebiasaan yang bersangkutan berkaitan dengan upacara keagamaan, dan sepanjang hal itu tidak merupakan perjudian.

Pasal 1 ayat (2):

Izin penyelenggaraan perjudian yang dimaksud dalam ayat ini baik yang diberikan oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangan masing-masing. Termasuk dalam ketentuan pasal ini segala bentuk judi buntut sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Presiden Nomor 133 Tahun 1965 yang menetapkan permainan judi buntut sebagai kegiatan subversi. Ketentuan pasal ini mencakup pula bentuk dan jenis perjudian yang mungkin akan timbul di masa yang akan datang sepanjang termasuk katagori perjudian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 303 ayat (3) Kitab Undang-undang Hukum Pidana.


(47)

B. Pengaturan Tindak Pidana Judi Online.

Undang – Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik.

Pengaturan tindak pidana judi online di atur dalam Undang-undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Perkembangan dunia teknologi informasi dengan adanya internet menimbulkan banyak bentuk kejahatan baru yang merubah kejahatan konvensional menjadi lebih modern, termasuk dalam perjudian yakni perjudian melalui internet (internet gambling).

Dalam Undang-undang ini diatur pada Pasal 27 yang terdiri dari empat ayat dan masing- masing ayat mengatur tindak pidana yang berbeda. Pasal 27 ayat (1) mengatur perbuatan “dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau menstransmisikan dan/atau membuat dapat di aksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan”. Pasal 27 ayat (2) mengatur perbuatan “dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau menstransmisikan dan/atau membuat dapat di aksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan perjudian”. Pasal 27 ayat (3) mengatur perbuatan “dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau menstransmisikan dan/atau membuat dapat di aksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik”. Pasal 27 ayat (4) mengatur perbuatan” dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau menstransmisikan dan/atau membuat dapat di aksesnya informasi elektronik


(48)

dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan pemerasan dan/atau pengancaman”.46

Berdasarkan rumusan tersebut, ketentuan Pasal 27 merupakan ketentuan yang mengatur content-related offences yaitu tindak pidana yang memiliki muatan beberapa tindak pidana kesusilaan (Pasal 282 dan Pasal 283 KUHP), perjudian (Pasal 303 KUHP), penghinaan atau pencemaran nama baik (Pasal 310 dan Pasal 311 KUHP), dan pemerasan atau pengancaman (Pasal 368 dan Pasal 369 KUHP).47

a. Ada taruhan;

Perumusan perbuatan dalam Pasal 27 pada dasarnya merupakan revormulasi tindak pidana yang terdapat dalam pasal-pasal KUHP tersebut. Perjudian dalam KUHP diartikan sebagai tiap-tiap permainan, diamana pada umumnya kemungkinan mendapat untung tergantung pada peruntungan belaka, juga karena pemainnya lebih terlatih atau lebih mahir. Dengan mengacu pada pengertian tersebut , kriteria suatu permainan termasuk perjudian adalah :

b. Ada hadiah;

c. Kesempatan ada menang karena peruntungan; d. Berdasarkan pada keahlian pemain.48

Pada Pasal 45 dalam Undang-undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik ini dijelaskan bahwa pengaturan tindak pidana perjudian

online ini dapat diberikan sanksi berupa kurungan maksimal selama 6 (enam)

46

Sigid Suseno ,Yurisdiksi Tindak Pidana Siber, (Bandung : Rafika Aditama), 2012,hal.166

47

Ibid hal. 166 48


(49)

tahun penjara dan denda maksimal sebesar Rp.1.000.000.000,- (satu miliar rupiah).

C. Korelasi Antara KUHP dan UU No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik Dalam Pengaturan Tindak Pidana Judi Online Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik tidak dapat lepas dari pelaksanaan undang-undang atau peraturannya lainnya. Karena Undang-undang ini hanya mengkualifikasikan tindak pidana dan melakukan ancaman terhadap pelaku tindak pidana, dan beberapa pengertian khusus (misalnya pengertian dokumen elektronik, telekomunikasi). Sedangkan pengertian-pengertian umum harus mengacu pada ketentuan KUHP sebagai pengaturan umum.49

Hukum pidana material yang berlaku di Indonesia saat ini terdiri atas keseluruhan sistem peraturan perundang-undangan (statutory rules) yang ada dalam KUHP (sebagai induk aturan umum), dan undang-undang di luar KUHP. Dalam KUHP terdiri atas aturan umum (general rules), yaitu dalam Buku I, dan aturan khusus (special rules), yaitu dalam Buku II dan Buku III. Selain itu, aturan khusus juga ada dalam undang-undang pidana yang tersebar di luar KUHP.50

49

Miftahul Farida Ruslan, Op.Cit, 2013 ,hal.62 50

Barda Nawawi Arief, Beberapa Masalah Perbandingan Hukum Pidana , (Jakarta : Raja Grafindo Persada), 2003 hal. 260

Dalam menerapkan Undang-undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik ini banyak ketentuan hukum yang terkait, karena undang-undang tersebut merupakan undang-undang khusus di luar KUHP yang mengatur tindak pidana perjudian online ini. Kensekuensinya adalah


(50)

ketentuan-ketentuan umum untuk menerapkan Undang-undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik ini harus merujuk pada undang-undang yang bersifat umum yaitu KUHP dan undang-undang-undang-undang lainnya. Lebih jelasnya dapat diuraikan mengenai penjabaran tentang unsur “setiap orang” dan “tanpa hak” pada Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Pengertian tentang “setiap orang” dan “tanpa hak” merujuk pada Buku I KUHP. Sedangkan pengertian unsur “muatan perjudian” merujuk pada Buku II KUHP (Pasal 303 dan Pasal 303 bis). Selanjutnya pengaturan tentang pidana dan penjatuhannya sebagaimana diatur dalam Pasal 45 ayat (1) Undang-undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik merujuk pada Buku I KUHP.51

1. Pasal 303

Selanjutnya, untuk memahami tentang “unsur-unsur perjudian dan ancaman pidananya perlu dipahami sebagai perbandingan bukan dikaitkan (juncto), karena dalam Undang-undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik sudah ada ancaman pidana sendiri.

Unsur-unsur tindak pidana perjudian itu sendiri tidak diatur didalam Undang-undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, melainkan diatur didalam KUHP, untuk mengetahui tentang unsur “muatan perjudian,” harus dirujuk Pasal 303 dan 303 bis didalam KUHP diatur sebagai berikut :

(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun atau pidana denda paling banyak dua puluh lima juta rupiah, barang siapa tanpa mendapat izin :

51


(51)

a) Dengan sengaja menawarkan atau memberikan kesempatan untuk permainan judi dan menjadikannya sebagai pencaharian, atau dengan sengaja turut serta dalam suatu perusahaan untuk itu;

b) Dengan sengaja menawarkan atau memberi kesempatan

c) kepada khalayak umum untuk bermain judi atau dengan sengaja turut serta dalam perusahaan untuk itu, dengan tidak peduli apakah untuk menggunakan kesempatan adanya sesuatu syarat atau dipenuhinya sesuatu tata cara menjadikan turut serta pada permainan judi sebagai mata pencaharian.

(2) Kalau yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam melakukan pencahariannya, maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencaharian itu. (3) Yang disebut permainan judi adalah tiap-tiap permainan, di mana pada umumnya kemungkinan mendapat untung bergantung pada peruntungan belaka, juga karena permainannya lebih terlatih atau lebih mahir. Di situ termasuk segala pertaruhan tentang keputusan perlombaan atau permainan lainnya yang tidak diadakan antara mereka yang turut berlomba atau bermain, demikian juga segala pertaruhan lainnya.

2. Pasal 303 bis

(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak sepuluh juta rupiah :

a) Barang siapa menggunakan kesempatan main judi, yang diadakan dengan melanggar Pasal 303;


(52)

b) Barang siapa ikut serta main judi di jalan umum atau di pinggir jalan umum atau di tempat yang dapat dikunjungi umum, kecuali kalau ada izin dari penguasa yang berwenang yang telah memberi izin untuk mengadakan perjudian itu.

(2) Jika ketika melakukan pelanggaran belum lewat dua tahun sejak ada pemidanaan yang menjadi tetap karena salah satu dari pelanggaran ini, dapat dikenakan pidana penjara paling lama enam tahun atau pidana denda paling banyak lima belas juta rupiah.

Kemudian ketentuan yang ada pada Undang-undang No. 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian. Menitikberatkan mengenai pencabutan segala perizinan terhadap tindak pidana perjudian yang mulanya diperbolehkan apabila telah mendapatkan izin, sesuai dengan Pasal 1 Undang-undang No. 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian yang memiliki isi sebagai berikut, menyatakan semua tindak pidana perjudian sebagai kejahatan. Kemudian didalam Pasal 2 Undang-undang No 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian tersebut dijelaskan berbagai perubahan terhadap peraturan yang ada didalam KUHP yakni:

1) Mengubah ancaman hukuman dalam Pasal 303 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, dari hukuman penjara selama-lamanya dua (2) tahun delapan bulan atau denda sebanyak-banyaknya sembilan puluh ribu rupiah menjadi hukuman penjara selama-lamanya sepuluh tahun atau denda sebanyak-banyaknya dua puluh lima juta rupiah;

2) Mengubah ancaman hukuman dalam Pasal 542 ayat (1) Kitab Undang- Undang Hukum Pidana, dari hukuman kurungan selama-lamanya satu


(53)

bulan atau denda sebanyak-banyaknya empat ribu lima ratus rupiah, menajadi hukuman penjara selama-lamanya empat tahun atau denda sebanyak-banyaknya sepuluh juta rupiah;

3) Mengubah ancaman hukuman dalam Pasal 542 ayat (2) Kitab Undang- Undang Hukum Pidana, dari hukuman kurungan selama-lamanya tiga bulan atau denda sebanyak-banyaknya tujuh ribu lima ratus rupiah menjadi hukuman penjara selama-lamanya enam tahun atau denda sebanyak- banyaknya lima belas juta rupiah;

4) Mengubah sebutan Pasal 542 menjadi Pasal 303 bis.

Untuk mengetahui jenis-jenis perjudian, wajib dikaitkan dengan isi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 9 Tahun 1981 tentang Pelaksanaan Penertiban Perjudian, yaitu pada Penjelasan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 9 Tahun 1981 tentang Pelaksanaan Penertiban Perjudian tersebut, sehingga dapat disimpulkan, meskipun Undang-undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik sudah diberlakukan, namun undang-undang ini masih bergantung dengan peraturan hukum lainnya.52

52


(54)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Arus globalisasi yang diikuti oleh perkembangan ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak positif pesatnya perkembangan antara lain terciptanya berbagai macam produk yang berkualitas dan berteknologi, terbukanya informasi yang diperoleh melalui satelit dan meningkatnya pendapatan masyarakat. Dampak negatif antara lain semakin meningkatnya krisis nilai moral di masyarakat yang berpotensi meningkatnya jumlah orang melawan hukum pidana dalam berbagai bentuk.1

Perusahaan multimedia pada saat ini misalnya, mereka sedang terlibat kompetisi memperebutkan pasar global. Mereka bersaing untuk menguasai dunia informasi, yang bisa dijual ke pasar internasional. Bangsa-bangsa lain yang belum banyak mengenal informasi baru kemudian bersaing untuk membeli atau mengaksesnya dengan harga yang mahal, baik harga dengan pengertian ekonomi maupun dengan “harga” moral, ideologi, dan agama sebagai fenomena baru, era globalisasi belum memiliki definisi yang mapan.2

1

Marlina, Peradilan Pidana Anak di Indonesia, (Pengembangan Konsep Diversi dan Restorative Justice), (Bandung: Aditama, 2012), hal. 1

2

Abdul wahid, Muhammad Labib, Kejahatan Mayantara, (Bandung : Rafika Aditama,2010),hal. 4

Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial atau proses sejarah. Atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan Negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan konsistensi dengan menyingkirkan batas-batas gegrafis, ekonomi dan bahkan budaya masyarakat.


(55)

Sekat-sekat yang membedakan antara satu bangsa dengan bangsa lain telah digeser oleh pola lintas komunikasi global. Manusia dan bangsa-bangsa di muka bumi ini telah dibangunkan “rumah baru” oleh kemajuan teknologi informasi. “rumah baru” yang dibangun melalui keunggulan teknologi satelit telah menjadi konstruksi yang berisi multi pluralitas bangsa-bangsa di muka bumi. Kita bisa berkenalan dengan mengadakan komunikasi dengan mudah.

Ketika sistem informasi dibantu dengan satelit, maka planet bumi seakan menjadi kecil. Barangkali hampir seluruh sudut bumi, bahkan perut bumi dapat di potret oleh manusia dan dalam waktu yang singkat bersamaan gambar dan berbagai penjelasan detailnya bisa di sebarluaskan ke seluruh penjuru dunia

a. Teknologi sebagai pembebas, ketika teknologi merupakan faktor utama penentu kemajuan dan kesejahteraan hidup manusia;

. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi mempunyai peranan yang tidak dapat dipandang sebelah mata .perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah merambah di berbagai bidang, mulai dari pendidikan, perdagangan, sosial, politik, kebudayaan dan pertahanan keamanan nasional. Teknologi dalam perkembangan masyarakat, secara filosofi juga dapat di pandang sebagai “tombak bermata tiga”yakni :

b. Teknologi sebagai ancaman, ketika teknologi mempunyai sifat dasar yang bertentangan dengan kepenuhan hidup manusia;

c. Teknologi sebagai alat kekuasaan, ketika teknologi memiliki sifat yang mendua (baik dan buruk) tergantung dari konteks sosial yang melingkunginya.3

3


(56)

Pertumbuhan penggunaan internet di dunia sangatlah pesat, terutama di Indonesia, lebih dari 55 juta jiwa yang aktif menggunakan internet di masa ini. Dilihat dari hal tersebut sangat banyak penduduk Indonesia kita ini merupakan pengguna aktif saat ini. Dalam kehidupan sehari-hari dapat dirasakan banyaknya manfaat dari internet ini. contoh saja, seseorang dapat melakukan belanja hanya dengan melalui internet tanpa melakukan interaksi langsung dengan penjual di lapangan. Hal ini merubah kehidupan yang lebih sering berada di dunia nyata menjadi lebih sering di dunia maya hal ini jelas mempermudah konsumen untuk menentukan barang yang akan di beli terlebih lagi harga yang diberikan telah tertera dan jauh lebih murah dari pada toko-toko yang ada, namun dibalik banyaknya manfaat yang di tawarkan oleh internet ini adapula hal buruk ataupun bagian negatif dari internet ini.

Menurut Sutanto,4

a. Kejahatan yang menggunakan teknologi informasi sebagai fasilitas.

cyber crime secara garis besar terdiri dari 2 jenis yaitu:

Contoh-contoh dari aktivitas ini adalah pembajakan (copyright atau hak cipta intelektual, dan lain-lain); pornografi; pemalsuan dan pencurian kartu kredit (carding); penipuan lewat e-mail; penipuan dan pembobolan rekening bank; perjudian online; terorisme; situs sesat; materi-materi internet yang berkaitan dengan isu SARA (seperti menyebarkan kebencian etnik dan ras atau agama), transaksi dan penyebaran obat terlarang; transaksi seks; dan lain-lain.

b. Kejahatan yang menjadikan sistem dan fasilitas teknologi informasi sebagai sasaran.

Cyber crime jenis ini bukan memanfaatkan komputer dan internet sebagai

media atau sarana tindak pidana, melainkan menjadikannya sebagai sasaran. Contoh dari kejahatan ini adalah pengaksesan suatu sistem secara illegal (hacking), perusakan situs internet dan server data (cracking), serta

defacting.

4

Sutanto, Hermawan Sulistyo, dan Tjuk Sugiarto, Cybercrime-Motif dan Penindakan, (Jakarta; Pensil 324),2002, hal. 21.


(1)

11. Andiany Putri Merdekawaty, S.H, yang selalu setia menemani dan mengoreksi ketika pembuatan skripsi saya ini.

12. Yogi Triyono Selaku KABID PT&KP komisariat yang menemani saya ketika pembuatan outline skripsi ini, dan tak lupa pula M.Fazli Lbs yang membantu saya dalam menyelesaikan analisis putusan saya.

13. Keluarga besar HMI Fakultas Hukum USU yang telah memberikan pembelajaran dalam organisasi berteman lebih dari saudara serta ilmu yang saya dapatkan dari abangda dan kakanda melalui KSIC. Terlebih kepada kakanda Ray Bachtiar yang selalu mau diajak untuk berdiskusi, bg Fairuz Hsb, bg Kayaruddin Hsb, bg M.Risky, bg adit, kak fika, kak nanda , dan pengurus HMI komisariat FH USU periode 2015-2016 yang telah memberikan arti penting dari sebuah proses kepada diri saya.

14. Kepada Presidium HMI Komisariat FH USU periode 2016-2017 , Fadli , Fikri, Ryan, Yogi, Dina A, Siti, Dana, Galuh, Rayyanda, Fairly, Gazali, Liza, Riska, Wina, Arif, Ariful dan Bagus. kepada Pengurus adinda-adinda stambuk 14 dan 15

15. Kepada Panitia LK-1 Cab.Medan Dengan panpel HMI Koms. FH USU, terutama kepada Sekretaris dan bendahara yang telah sabar menghadapi saya, yakni Khalila mumtaz dan Mella Puspita Lubis. Jajaran kepanitiaan adik-adik 14, Risky, Syauqi, Mahmud, Nuli, Pijai, Regin, Ashri, Ica, Nazla, Freddy, Jasmine, Hajar, adik-adik 15, Faridah, Alviami, Nanda, Adhany, Diwa, Bayu, Nazli, UAN, Dana yang selalu bisa penulis banggakan dalam kinerjanya selama kepanitiaan berlangsung.


(2)

16. Team Klinis Pidana, PTUN, dan Klinis Perdata

17. Teman-teman Grup G, Dan Grup B Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara stb 2013, Jaka kelana, Zikri, Eldi, Irvin, Deni, Doni Dll

18. Pasukan Sesepuh, Edwin Hot Basana, Abdi Dwi Wibowo, Immanuel Sembiring, Siti Madina, Juliani Sapitri, Dewi Mahrani, Dan Joice Jesica, 19. Team Dota 2, Addy Tampubolon Als. Akuntabi, Roni Lahagu Als.

Otongs, Evan Pranata Als. TeamRem, Jimmy sun Als. AKB48 Fans. Yang juga ikut gabung ada Arvin Als VinViper dan Agung Als.Mbahmu

Medan, 04 April 2017 Penulis

NIM : 130200169


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

ABSTRAK ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian... 4

D. Keaslian Penulisan ... 7

E. Tinjauan Kepustakaan ... 7

F. Metode Penelitian ... 19

G. Sistematika Penulisan... 24

BAB II PENGATURAN TENTANG TINDAK PIDANA JUDI ONLINE DI INDONESIA ... 26

A. Pengaturan Tindak Pidana Judi ... 26

B. Pengaturan Tindak Pidana Judi Online ... 39


(4)

BAB III UPAYA PENANGGULANGAN TERHADAP TINDAK

PIDANA JUDI ONLINE DI INDONESIA... 46

A. Faktor Penyebab Terjadinya Tindak Pidana Judi Online ... 46

B. Upaya Penanggulangan Terhadap Tindak Pidana Judi Online di Indonesia ...50

1. Upaya Penal... 50

2. Upaya Non-Penal ... 55

BAB IV PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PERJUDIAN ONLINE DI INDONESIA(BERDASARKAN PUTUSAN PN.BINJAI NO.268/PID.B/2015/PN.BNJ) ... 62

A. Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Tindak Pidana Perjudian Online Di Indonesia (Berdasarkan Putusan PN.Binjai No.268/Pid.B/2015/Pn.Bnj) 1. Kasus Posisi ... 62

2. Dakwaan ... 65

3. Tuntutan ... 66

4. Putusan ... 67

B. Analisa Kasus 1. Dakwaan ... 68

2. Tuntutan ... 70

3. Putusan ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 73


(5)

B. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76


(6)

ABSTRAK

Ilkhamuddin Ramadhany Siregar (* Muhammad Hamdan (** Mohammad Ekaputra (***

Hukum Positif Indonesia memandang tidak semua perbuatan yang mengandung pertaruhan ataupun perbuatan yang merupakan lucky draw (pengharapan terhadap keberuntungan) yang mengandung unsur uang didalamnya merupakan suatu tindak perbuatan yang merugikan bagi diri sendiri ataupun orang lain. Untuk itu di dalam masyarakat tidak semua mengetahui bahwa tindakan berbau lucky draw (pengharapan terhadap keberuntungan) yang mengandung unsur uang didalamnya sebagai suatu perbuatan yang di anggap dan dapat di golongkan kedalam tindak pidana perjudian. Untuk itu perlu dilakukan suatu penyuluhan ataupun tindakan yang jelas dari pemerintah pembuat undang-undang mengenai bahaya dan kerugian apa yang didapatkan dari perbuatan ini. Lebih lagi semakin maraknya tindak pidana perjudian melalui internet (judi online) terutama dalam hal Judi TOGEL Online (Toto Gelap melalui internet).

Pada penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian hukum normatif melalui studi pustaka (Library search). Sumber hukum dalam penulisan skripsi ini adalah bahan hukum primer, yaitu Undang-undang, bahan hukum sekunder yaitu buku yang relevan dan putusan pengadilan, serta bahan hukum sekunder yang bersumber dari skripsi, artikel, tesis, majalah, internet, dan lain-lain.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwasanya terhadap pelaku tindak pidana judi online masih diberlakukan pengaturan yang sama dengan perbuatan perjudian pada umumnya (konvensional), yakni pada Pasal 303 dan Pasal 303 bis KUHP. Sementara seperti yang kita ketahui bersama bahwasanya telah ada undang-undang yang lebih khusus mengatur mengenai tindak pidana perjudian online ini, yakni yang telah diatur dalam Pasal 27 ayat (2) dan pidananya didalam Pasal 45 UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaki Elektronik, penerapan suatu hukuman pada tindak pidana perjudian ini perlu diberikan hukuman yang berat, yang akan berakibat timbulnya efek jera bagi pelaku maupun masyarakat lain agar tidak terjadinya tindak pidana perjudian ini. Maka dari itu peran pengadilan terkhususnya pada jaksa dan hakim dituntut lebih bijaksana, adil dan jeli dalam memberikan tuntutan dan penjatuhan sanksi pidana terhadap pelaku tindak pidana perjudian online ini, tidak hanya melihat dari sisi pelaku saja, namun dari sisi berkelanjutannya tindak pidana ini, terlebih lagi perjudian ini dapat menimbulkan tindak pidana lain apabila telah menjadi maniak didalam perjudian.

Kata Kunci : Perjudian online , TOGEL Online, Pertanggungjawaban Pidana

*) Mahasiswa Fakultas Hukum USU **) Dosen Pembimbing I


Dokumen yang terkait

Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Tindak Pidana Pencabulan (Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Negeri Boyolali No. 142/Pid.Sus/2011/Pn-Bi)

5 92 87

Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Kejahatan Terhadap Ketertiban Umum Di Dalam Kuhp (Studi Putusan Ma No. 1914/K/Pid/2012)

2 116 124

Pertanggungjawaban Pidana Bagi Terdakwa Anak Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan Sesuai Dengan PASAL 340 KUHP(Studi Kasus Putusan No. 3.682 / Pid.B / 2009 / PN. Mdn)

5 97 123

Pertanggungjawaban Pidana Anggota Polri Terhadap Penggunaan Senjata Api Tanpa Prosedur (Studi Terhadap Putusan PN BINJAI No.239/Pid.B/2007/PN-Binjai)

1 52 120

Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perjudian Online Di Indonesia (Studi Putusan Pn Binjai No.268 PID.B 2015 PN BNJ)

0 0 10

Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perjudian Online Di Indonesia (Studi Putusan Pn Binjai No.268 PID.B 2015 PN BNJ)

0 0 1

Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perjudian Online Di Indonesia (Studi Putusan Pn Binjai No.268 PID.B 2015 PN BNJ)

0 0 25

Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perjudian Online Di Indonesia (Studi Putusan Pn Binjai No.268 PID.B 2015 PN BNJ)

0 1 20

Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perjudian Online Di Indonesia (Studi Putusan Pn Binjai No.268 PID.B 2015 PN BNJ) Chapter III V

0 0 30

Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perjudian Online Di Indonesia (Studi Putusan Pn Binjai No.268 PID.B 2015 PN BNJ)

0 0 3