Pengukuran Kadar Nitric Oxide (No) Dalam Saliva Perokok Berat Sebagai Potensi Terjadinya Kanker Rongga Mulut Pada Tukang Becak Di Sekitar Kampus Usu

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kebiasaan merokok merupakan masalah kesehatan dunia. World Health
Organitation (WHO) memperkirakan jumlah perokok didunia sebanyak 2,5 milyar
orang dengan dua pertiganya dijumpai di negara berkembang dan paling sedikit satu
dari empat orang dewasa. Prevalensi perokok lebih tinggi di negara dengan
pendapatan perkapita yang rendah dan terbanyak pada kelompok penduduk dewasa
muda dengan perbandingan 27% laki-laki dan 21% perempuan. Prevalensi perokok di
Amerika Serikat sebesar 26% laki- laki dan 21% perempuan. Sedangkan di Inggris
sekitar 27% laki-laki dan 25% perempuan.1
Merokok sudah menjadi gaya hidup bagi 36,3% masyarakat Indonesia yang
termasuk negara berkembang dengan jumlah perokok terbesar di dunia.2,3 Rokok
yang diisap di dunia mencapai 15 milyar setiap harinya. Indonesia menduduki
peringkat ke-5 dalam mengonsumsi rokok setelah Cina (1.643 milyar batang),
Amerika (451 milyar batang), Jepang (328 milyar batang), Rusia (258 milyar batang).
Data terakhir yang di publikasikan WHO tahun 2002 menyebutkan bahwa Indonesia
setiap tahunnya mengonsumsi 215 milyar batang rokok. Berdasarkan hasil survey

TCSC-IAKMI, konsumsi rokok di Indonesia tahun 2008 mencapai 240 milyar batang
atau 658 juta batang per hari.4
Pemerintah Indonesia sudah berupaya membatasi peredaran rokok, melalui
promosi kesehatan dalam media masa, namun prevalensi perokok tidak menurun dan
cenderung meningkat dari 34,2% ditahun 2007, 34,7% ditahun 2010 dan 36,3% di
tahun 2013.3 Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013, prevalensi
perokok aktif pada kelompok dewasa di Indonesia adalah 47,5 % laki-laki dan 1,1%
perempuan.3
Laporan WHO tahun 2009 berjudul The Global Tobacco Epidemic
menyebutkan bahwa rokok tembakau diperkirakan dapat menyebabkan kematian

Universitas Sumatera Utara

2

lebih dari 5 juta orang di setiap tahun diseluruh dunia dan umumnya terjadi di negara
dengan pendapatan perkapita rendah hingga sedang. Jika dibiarkan, pada tahun 2030
rokok diperkirakan akan membunuh lebih dari 8 juta orang setiap tahun diseluruh
dunia dan 80% terjadi pada negara dengan pendapatan perkapita rendah hingga
sedang.5

Saat ini banyak artikel ilmiah yang telah menunjukkan hubungan antara
penggunaan produk tembakau dengan terjadinya kanker pada rongga mulut, faring
dan laring, esofagus, paru-paru, pankreas, kandung kemih, penyakit jantung koroner,
aneurisma aorta, penyakit pembuluh darah perifer, arteriosklerosis, gangguan
pembuluh darah otak, bronkitis kronis, emfisema, tuberculosis paru, asma, radang
paru, dan penyakit saluran pernafasan lainnya. 6 Sebesar 75% insidensi kanker rongga
mulut dan bagian kepala dan leher disebabkan oleh kebiasaan merokok. 7
Kanker rongga mulut merupakan tumor ganas yang berkembang di bagian
rongga mulut. Kanker rongga mulut merupakan masalah yang serius di berbagai
negara, karena kanker ini berada pada peringkat keenam dari seluruh kasus kanker
yang terjadi. Sekitar 60% pasien yang telah didiagnosa menderita penyakit kanker
rongga mulut memiliki angka kelangsungan hidup selama lima tahun. 8 American
cancer society membuat perkiraan untuk Amerika Serikat terdapat 48.330 orang
yang menderita kanker rongga mulut dan kanker faring yang kematiannya sebanyak
9.570 orang pada tahun 2016 dan ini kebanyakan disebabkan oleh kebiasaan
merokok.9
Tembakau yang merupakan bahan dasar dari rokok akan meningkatkan
produksi radikal bebas seperti NO, anion superoksida dan lain-lain. Kebiasaan
merokok juga dapat menginduksi perubahan inflamasi di mukosa mulut. Peradangan
kronis akan menyebabkan kerusakan genetik dan menginduksi proliferasi jaringan.

Kerusakan tersebut disebabkan oleh kerusakan oksidatif dari produk DNA yang
berasal dari peradangan yang menginduksi enzim, seperti Nitrat Oksida Sintesa
(iNOS), yang akan menghasilkan Nitric Oxide (NO).10 NO ini juga dapat bereaksi
langsung dengan berbagai enzim dan protein lain baik mengaktifkan atau
menghambat fungsinya. iNOS mampu meningkatkan konsentrasi NO dalam kisaran

Universitas Sumatera Utara

3

mikromolar.10 NO berperan penting pada proses berbagai macam karsinogenesis yang
dijumpai pada manusia.11 NO merupakan gas radikal bebas yang dapat berdifusi
kedalam sel dan membran sel ketika bereaksi dengan molekul targetnya. NO dapat
bereaksi dengan radikal lain untuk membentuk senyawa sitotoksik, seperti
peroxynitrite, yang dapat menyebabkan kerusakan DNA dan protein oleh karena
pembentukan nitrosamin berupa karsinogenik serta menghambat mekanisme
perbaikan DNA.10,12
NO di dalam rongga mulut dapat dideteksi melalui pemeriksaan saliva. Saliva
sebagai cairan diagnostik dapat digunakan sebagai sarana deteksi pilihan karena
memiliki beberapa keunggulan secara diagnostik dan logistik. Hal ini karena teknik

pengumpulan saliva cukup aman, tanpa membuat pasien menderita. 13 Di dalam saliva
terdapat komponen-komponen tertentu yang dapat dijadikan sebagai biomarker
tertentu dalam menilai dan menentukan suatu kelainan patogen di rongga mulut,
termasuk kanker rongga mulut.13
Kadar NO meningkat secara signifikan pada saliva penyirih dan penyuntil
yang merupakan faktor predisposisi terjadinya kanker rongga mulut, kebiasaan
merokok juga termasuk faktor predisposisi terjadinya kanker rongga mulut. Hal ini
dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan Wadhwa dkk. pada tahun 2013 bahwa
adanya peningkatan kadar NO dalam saliva subjek

periodontitis kronis dengan

merokok dibandingkan subjek periodontitis kronis yang bukan perokok. Pada subjek
periodontitis kronis dengan merokok yaitu 153,84±44,04 µM
periodontitis kronis bukan perokok 79±24,88 µM

pada subjek

dan pada subjek sehat tidak


perokok 27,70±8,4 µM.14 Terdapat perbedaan kadar NO pada subjek periodontitis
kronis dengan merokok dengan subjek periodontitis bukan perokok.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai pengukuran kadar NO dalam saliva perokok berat pada tukang
becak di sekitar Kampus USU.

Universitas Sumatera Utara

4

1.2 Rumusan Masalah
1. Berapa kadar NO dalam saliva perokok berat sebagai potensi terjadinya
kanker rongga mulut pada tukang becak di sekitar Kampus USU?
2. Berapa kadar NO dalam saliva bukan perokok di sekitar Kampus USU?
3. Apakah ada perbedaan kadar NO pada saliva perokok berat dengan bukan
perokok?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kadar NO dalam saliva perokok berat pada tukang becak
di sekitar Kampus USU.
2. Untuk mengetahui kadar NO pada saliva bukan perokok di sekitar Kampus

USU.
3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan kadar NO pada saliva perokok
berat dan bukan perokok.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Sebagai informasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di
bidang kedokteran gigi mengenai peningkatan kadar NO dalam saliva perokok berat
sebagai deteksi dini kanker rongga mulut.
2. Sebagai informasi bagi masyarakat agar meningkatkan pengetahuan,
kesadaran, serta waspada terhadap efek negatif yang dapat terjadi akibat kebiasaan
merokok.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Sebagai informasi kepada penyelenggara kesehatan untuk program
penyuluhan kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat mengenai dampak dari
merokok sehingga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya
merokok.
2. Sebagai bahan informasi dan evaluasi bagi perencanaan rekomendasi
pencegahan kanker rongga mulut di masyarakat.

Universitas Sumatera Utara


5

1.5 Hipotesis Penelitian
Ho : Tidak Ada perbedaan kadar NO dalam saliva perokok berat dengan
bukan perokok pada tukang becak di sekitar Kampus USU.

Universitas Sumatera Utara