Kekuatan Hukum Pembuktian Peralihan Hak Ganti Rugi (PHGR) Notaris Sebagai Syarat untuk Pendaftaran Haknya Chapter III V
46
BAB III
PROSEDUR PENDAFTARAN HAK ATAS TANAH DENGAN DASAR
AKTA PERALIHAN HAK DENGAN GANTI RUGI YANG
DIBUAT DI HADAPAN NOTARIS
A. Subyek dan Obyek Pendaftaran Tanah
Subyek hak atas tanah merupakan perseorangan atau badan hukum yag dapat
memperoleh hak atas tanah, sehingga namanya dicantumkan dalam buku tanah selaku
pemegang sertipikat hak atas tanah yang mempunyai hak, kehendak dan dapat
melakukan perbuatan hukum untuk mengambil manfaat bagi kepentingan dirinya,
keluarganya, bangsa dan Negara. Orang perseorangan atau pribadi selaku subyek hak
atas tanah, yaitu setiap orang yang identitasnya terdaftar selaku Warga Negara
Indonesia yang berdomisili di dalam maupun di luar wilayah Republik Indonesia dan
tidak kehilangan hak memperoleh sesuatu hak atas tanah.55
Badan hukum selaku subyek hak atas tanah antara lain badan usaha yang
didirikan menurut hukum Indonesia berkedudukan di Indonesia atau badan hukum
asing melalui penanaman modal asing di Indonesia, lembaga pemerintahan Indonesia,
badan usaha milik Negara, badan otorita, lembaga perwakilan Negara asing, lembaga
perwakilan Internasional, badan keagamaan atau badan sosial lainnya yang disahkan
oleh pejabat yang berwenang. Obyek bidang tanah diseluruh wilayah Republik
Indonesia yang dapat dipunyai dengan sesuatu kepemilikan hak atas tanah oleh orang
55
Erman Rajagukguk, Hukum Agraria Pola Menguasaan Tanah dan Kebutuhan Hidup,
Jakarta : Candra Pratama, 2003, hal. 37
46
Universitas Sumatera Utara
47
atau badan hukum menurut ketentuan peraturang perundang-undangan yang
berlaku. Obyek hak ini merupakan sesuatu yang tidak mempunyai hak dan tidak
menjadi pihak dalam hukum namun semata-mata hanya diobyekkan bagi subyek hak.
Dalam hukum perdata yang menjadi obyek hak itu adalah benda, diantaranya
adalah benda tak bergerak yaitu tanah. Tanah yang dimaksud adalah daratan di
lapisan kulit bumi nusantara yang dapat dipunyai dengan sesuatu kepemilikan hak
atas tanah oleh perseorangan atau badan hukum.56
Menurut ketentuan hukum perdata bahwa tanah selaku obyek bukan saja
dipandang sebagai benda (zaak) tak bergerak berwujud yang dapat dilihat secara
nyata, juga dipandang terpisah sebagai benda tak bergerak dan tak bewujud, sehingga
jika terjadi peralihan haknya harus diikuti dengan penyerahan haknya ( levering),
sesuai ketentuan Pasal 612 Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
Pasal 9 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
mengatur tentang obyek Pendaftaran Tanah, yaitu :
1. Obyek Pendaftaran Tanah, meliputi :
a. Bidang-bidang tanah yang dipunyai dengan hak milik, hak guna usaha, hak
guna bangunan dan hak pakai;
b. Tanah hak pengelolaan;
c. Tanah wakaf
d. Hak milik atas satuan rumah susun;
e. Hak tanggungan
f. Tanah Negara
2. Dalam hal tanah Negara sebagai obyek pendaftaran tanah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf (f), pendaftarannya dilakukan dengan acara membukukan
bidang tanah yang merupakan tanah Negara dalam daftar tanah.
56
Yulianto Sarbini, Hukum Perjanjian dan Perikatan Berdasarkan KUH Perdata, Banyu
Media, Publishing, Malang, 2010, hal. 39
Universitas Sumatera Utara
48
B. Prosedur Pendaftaran Hak Dengan Dasar Akta PHGR yang Dibuat Di
hadapan Notaris
Di Indonesia masih banyak dijumpai tanah yang tidak jelas kepemilikannya.
terutama di dalam pembuktian penguasaan tanahnya, karena tanah-tanah tersebut
tidak terdaftar di Kantor Pertanahan. Banyak tanah-tanah yang tidak jelas
kepemilikannya dan penggunaanya, terjadinya peralihan scara terus menerus tanpa
melalui instansi yang berwenang. Ketidakjelasan tentang penguasaan tanah dan
penggunaan tanah mengakibatkan usaha pemerintah untuk melaksanakan pembagian
yang adil atas tanah dan hasil yang adil pula, tidak berhasil dengan baik.
Pasal 19 UUPA menyebutkan, bahwa untuk menjamin kepastian hukum hakhak atas tanah harus didaftarkan. Pendaftaran Tanah berfungsi untuk melindungi
pemilik, di samping itu pendaftaran tanah juga berfungsi untuk mengetahui status
bidang tanah, siapa pemiliknya, apa haknya, berapa luasnya, untuk apa dipergunakan
dan sebagainya.
1. Tujuan Pendaftaran Tanah
Kegiatan pendaftaran tanah mempunyai tujuan, yaitu untuk menjamin
kepastian hukum dan kepastian hak atas tanah. Hal ini dilakukan bagi kepentingan
pemegang hak atas tanah, agar dengan mudah dapat membuktikan bahwa dialah yang
berhak atas suatu bidang tanah tertentu, melalui pemberian Sertifikat Hak atas
tanah.57
57
Tehupeiory Aartje, Pentingnya Pendftaran Tanah Di Indonesia ,
Raih Asa Sukses,
2012,Hal. 9
Universitas Sumatera Utara
49
Tujuan pendaftaran tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 adalah sebagai berikut :
a. Untuk memberikan kepastian dan perlindungan hukum kepada pemegang
hak atas sebidang tanah, satuan rumah susun, dan hak-hak lain yang
terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai
pemegang hak yang bersdangkutan.
b. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan
termasuk pemerinah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang
diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang
tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar. Untuk
melaksanakan informasi tersebut, data fisik yuridis dan sebidang tanah
dan satuan rumah susun yang terdaftar terbuka untuk umum.
c. Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.
Dengan adanya pendaftaran tanah diharapkan adanya kepastian hukum bagi
pemegang hak atas tanah tersebut. Kepastian hukum yang dimaksud dalam kegiatan
pendafaran tanah adalah :
1) Kepastian hukum mengenai orang atau badan yang menjadi pemegang hak
(subjek hak )
2) Kepastian hukum mengenai lokasi, batas, serta luas suatu bidang tanah hak
(objek hak); dan
Universitas Sumatera Utara
50
3) Kepastian hukum mengenai haknya. 58
Kepastian objek dan subjek hak sangat diperlukan dalam lalu lintas hukum
mengenai hak-hak atas tanah, sehingga oleh pemerintah dikebanyakan Negara
diselenggarakan suatu sistem keterbukaan/pengumuman mengenai hak atas tanah
dalam sistem publisitas. Publisitas berarti prinsip di mana setiap orang dapat
mengetahui semua hak-hak atas tanah dan semua perbuatan hukum mengenai tanah.59
Tujuan pendaftaran tanah adalah untuk memperoleh alat pembuktian tentang
sahnya perbuatan hukum mengenai tanah. Alat bukti yang dimaksud adalah sertipikat
yang di dalamnya disebutkan adanya perbuatan hukum dan nama pemiliknya
sekarang menerima atau memperoleh peralihan haknya. 60
Dalam sistem pendaftaran tanah dikenal dua sistem pendaftaran tanah, yaitu :
a. Registration of Titles
Registration of Titles merupakan sistem pendaftaran hak.
Dalam registration of titles, setiap pencatatan hak harus dibuktikan
dengan di suatu akta atau alas hak, tetapi dalam penyelenggaraan pendaftaran
bukan aktanya yang didaftar, melainkan haknya yang diciptakan.
Awal mulanya diciptakan oleh Robert Richard Torrens. Sistem ini banyak diikuti
dan berlaku di Ausralia. Hal ini dikarenakan sistem ini dibuat lebih sederhana,
sehingga memungkinkan orang dapat memperoleh keterangan dengan mudah.
58
Berdasarkan wawancara dengan Syafrudin Chandra, Pegawai Badan Pertanahan Nasional
Medan Pada Tanggal 17 Juni 2016
59
Arba, Hukum Agraria Indonesia , Sinar Grafika, Jakarta, 2015, Hal. 153
60
Djoko Prakoso dan Budiman Adi Purwanto, Eksistensi Prona Sebagai Pelaksaan
Mekanisme Fungsi Agraria , Jakarta,Ghalia Indonesia 1985, hal. 145
Universitas Sumatera Utara
51
Dalam sistem ini pada setiap penciptaan, pemindahan, atau peralihan suatu hak
baru atau perbuatan-perbuatan hukum baru harus dibuktikan dengan akta. Tetapi
dalam praktek pelaksanaanya, bukan akta yang didaftar, melainkan haknya, akta
merupakan sumber datanya.
b. Registration of Deeds
Registration of Deeds adalah sistem pendaftaran akta. Dalam sistem ini, akta
merupakan data yuridis dan karenanya akta itulah yang didaftar Pejabat Pendaftaran
Tanah (PPT). Pejabat Pendaftaran Tanah bersifat pasif dan tidak melakukan
pengujian atas kebenaran data yang disebut dalam akta yang didaftar.
Belanda adalah salah satu contoh Negara yang menggunakan sistem
pendaftaran akta, yaitu bahwa apabila terjadi pemindahan hak yang dilakukan oleh
notaris, maka pembuatan serta pendaftaran haknya dilakukan oleh Pejabat pada hari
yang sama. Pembeli selaku pemegang mendapatkan salinan atau “grosse” akta, yang
berfungsi sebagai surat tanda bukti haknya. Sehingga setiap terjadi suatu perubahan
wajib dilakukan pembuatan akta sebagai buktinya, data yuridis yang diperlukan harus
dicari dalam akta-akta yang bersangkutan. Ketidaksesuaian atau cacat hukum dalam
suatu akta bisa menyebabkan tidak sahnya suatu perbuatan hukum yang dibuktikan
dengan akta yang dibuat kemudian.
Sistem pendaftaran tanah membahas serta mempermasalahkan mengenai
segala sesuatu hal apa yang didaftarkan, bagaimana bentuk penyimpanan datanya,
serta bentuk penyajian data yuridis dan yang terpenting lagi mengenai bentuk tanda
bukti haknya.
Universitas Sumatera Utara
52
2. Sistem publikasi dalam pendaftaran Tanah
Sistem publikasi dalam pendaftaran tanah merupakan salah satu hal yang
sangat menentukan kekuatan hukum bukti hak atas tanah yang dihasilkannya.
Terdapat 2 (dua) sistem publikasi pendaftaran tanah yang dianut dalam hukum
agraria, yaitu sistem publikasi positif dan sistem publikasi negatif.
a. Sistem publikasi positif.
Pada sistem ini hal-hal yang tercantum di dalam buku pendaftaran tanah dan
surat-surat bukti hak yang dikeluarkan merupakan alat pembuktian yang mutlak.
Pihak ketiga yang beritikad baik yang bertindak atas dasar-dasar bukti tersebut tidak
mendapat perlindungan mutlak biarpun kemudian ternyata bahwa keteranganketerangan yang tercantum di dalamnya tidak benar dan pihak yang dirugikan
mendapat kompensasi dalam bentuk lain.
Fungsi pendaftaran tanah dalam sistem ini adalah untuk memberikan jaminan
secara sempurna bahwa orang yang namanya terdaftar dalam buku tanah sudah tidak
dapat dibantah lagi sekalipun orang tersebut bukan pemilik yang sesungguhnya.
Berdasarkan hal tersebut pihak ketiga (yang beritikad baik) yang bertindak atas dasar
bukti tersebut mendapatkan jaminan walaupun kemudian ternyata bahwa keterangan
yang tercantum dalam surat tersebut adalah tidak benar.
Kuntungan dari penggunaan sistem pubilkasi positif adalah sertipikat
merupakan alat pembuktian yang mutlak, di samping itu adanya jaminan orang yang
Universitas Sumatera Utara
53
namanya terdaftar dalam buku tanah tidak dapat dibantah lagi sedangkan kelemahan
sistem pendaftaran tanah dalam publikasi positif adalah :61
1. Memakan waktu yang lama karena adanya peran aktif dari pejabat balik nama
tanah;
2. Pemilik sesungguhnya yang berhak atas tanah dapat kehilangan haknya oleh
karena kepastian dari buku tanah itu sendiri;
3. Wewenang pengadilan diletakkan dalam wewenang admnistratif.
b. Sistem publikasi Negatif
Dalam publikasi negatif surat-surat tanda bukti hak itu berlaku sebagai alat
pembuktian yang kuat, berarti bahwa keterangan-keterangan yang tercantum di
dalamnya mempunyai kekuatan hukum dan harus diterima oleh hakim sebagai
keterangan yang benar, selama dan sepanjang tidak ada alat pembuktian sebaliknya. 62
Jika keterangan dari pendaftaran tanahnya benar, diadakan perubahan dan
pembetulan yang sepenuhnya. Ciri pokok sistem ini adalah bahwa pendaftaran tidak
menjamin sebagai pemilik hak atas tanah dan oleh karenanya nama yang terdaftar
dalam buku tanah dapat dibantah sekalipun ia beritikad baik. Menurut Budi Harsono
“seseorang yang merasa lebih berhak atas tanah dapat membantah kebenaran surat
tanda bukti hak dengan perantara pengadilan, mana yang dianggap benar. Apa yang
diungkapkan Budi Harsono tersebut menurut pendapat penulis sekaligus merupakan
keuntungan penggunaan sistem publikasi negatif, yaitu masih terbukanya kesempatan
61
Bahtiar Effendi, Pendafaran Tanah Di Indonesia dan Peraturan Pelaksanaannya ,
Bandung, 1983, Hal. 5
62
Djoko Prakoso dan Budiman Adi Purwanto, Op.Cit, Hal. 24
Universitas Sumatera Utara
54
bagi pemilik sesungguhnya melakukan sanggahan. Sedangkan yang menjadi
kelemahan penggunaan sistem pendaftaran tanah negatif ini adalah :
1. Terjadinya tumpang tindih sertipikat hak atas tanah karena adanya peran pasif
pejabat balik nama tanah;
2. Mekanisme kerja dalam proses penerbitan sertipikat hak tanah menjadi
sedemikian rupa sehingga kurang dimengerti oleh orang awam.
Berdasarkan
Peraturan
Pemerintah
tentang
pendaftaran
tanah,
cara
pendaftaran hak yang digunakan adalah sistem publikasi negatif, yaitu pembukuan
sesuatu hak dalam daftar buku tanah atas nama seseorang tidak mengakibatkan orang
yang sebenarnya berhak atas tanah itu kehilangan haknya, melainkan yang
bersangkutan masih dapat menggugat haknya kepada orang yang terdaftar dalam
buku tanah.
Mengenai sistem publikasi pendaftaran tanah yang dipakai, Budi Harsono
mengatakan bahwa sistem pendaftaran tanah yang dianut di Indonesia bukan sistem
negatif murni, tetapi sistem negatif yang mengandung unsur positif. Sistem negatif
yang mengandung unsur positif terlihat karena akan dihasilkannya surat-surat tanda
bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat. Karena Negara menganut
sistem publikasi negatif, maka memungkinkan adanya tuntutan dari pihak yang lain
yang merasa berwenang atas tanah tersebut.
3. Pelaksanaan pendaftaran tanah
Dalam rangka memberikan kepastian hukum atas hak dan batas tanah
tersebut, Pasal 19 UUPA menugaskan pemerintah menyelenggarakan pendaftaran
Universitas Sumatera Utara
55
tanah yang sangat penting artinya untuk mendapat ketenangan dan kepastian hukum
bagi masyarakat yang mempunyai hak atas tanah. Pedaftaran tanah pertama kali yang
meliputi kegiatan pengukuran dan pemetaan, pembukuan tanah, dan penerbitan
sertipikat memerlukan biaya yang relatif tinggi, sehingga untuk percepatan kegiatan
tersebut pemerintah mendapat pinjaman dari bank dunia.
Seiring dengan reformasi di bidang agraria, maka proses pendaftaran hak atas
tanah tersebut juga berubah. Menurut Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 1997,
pelaksanaan pendaftaran hak atas tanah, meliputi kegiatan pendaftaran tanah untuk
pertama kali dan pemeliharaan data pendaftaran tanah. Pendaftaran tanah untuk
pertama kali dilaksanakan melalui pendaftaran tanah secara sistematik dan
pendaftaran tanah secara sporadik.63
a) Pendaftaran tanah secara sistematik
Pendaftaran tanah secara sistematik merupakan kegiatan pendaftaran
tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak yang meliputi semua
objek pendaftaran tanah yang belum didaftarkan dalam wilayah suatu desa atau
kelurahan. Pendaftaran ini dilaksanakan atas prakarsa pemerintah berdasarkan
pada suatu rencana kerja jangka panjang dan tahunan serta dilaksanakan di
wilayah-wilayah yang ditetapkan oleh menteri agraria atau Kepala BPN.
63
Artje Tehupei, Pentingnya Pendaftaran Tanah Di Indonesia Raih, Asa Sukses, Jakarta,
2012, hal. 14
Universitas Sumatera Utara
56
b) Pendaftaran tanah secara sporadik
Pendaftaran tanah secara sporadik merupakan pendaftaran tanah untuk
pertama kali mengenai satu atau beberapa objek pendaftaran tanah dalam wilayah
atau bagian wilayah suatu desa atau kelurahan secara individual atau massal.
Pendaftaran tanah secara sporadik dilaksanakan atas permintaan pihak yang
berkepentingan, yaitu pihak yang berhak atas objek pendaftaran tanah yang
bersangkutan atau kuasanya.
Ada kesamaan antara sistem pendaftaran secara sistematik dan
pendaftaran secara sporadik, yaitu keduanya merupakan pendaftaran yang
dilakukan untuk pertama kali. Prosedur pendaftaran yang pertama kali diatur oleh
Pasal 19 ayat (2) UUPA adalah pengukuran, pemetaan dan pembukuan. Adapun
rangkaian kegiatan dari pendaftaran tanah yang dilakukan untuk pertama kali
tersebut menurut PP No.24 Tahun 1997 meliputi:
1) Pengumpulan dan pengolahan data fisik dan data yuridis;
2) Pembuktian hak dan pembukuannya;
3) Penerbitan Sertipikat;
4) Penyajian Data fisik dan data yuridis;
5) Penyimpanan daftar umum dan dokumen.
Pembuktian tanah hak milik adat dilakukan melalui alat-alat bukti megenai
adaya hak tersebut berupa bukti-bukti tertulis, keterangan saksi dan atau pernyataan
yang bersangkutan yang kadar kebenarannya dianggap cukup oleh pejabat yang
berwenang.
Universitas Sumatera Utara
57
Dalam hal tidak lagi tersedia secara lengkap alat-alat pembuktian tersebut,
pembukuan hak dapat dilakukan berdasarkan kenyataan penguasaaan fisik selama 20
(dua puluh) tahun atau lebih secara berturut-turut dengan syarat :
1) Penguasaan tersebut dilakukan dengan itikad baik dan secara terbuka serta
diperkuat oleh kesaksian yag dapat dipercaya;
2) Penguasaan tersebut tidak dipermasalahkan oleh masyarakat hukum adat
atau desa atau kelurahan yang bersangkutan atau pihak lain.
Dalam rangka menilai kebenaran alat bukti tersebut dilakukan pengumpulan
dan penelitian data fisik dan data yuridis atas anah yang bersangkutan. Data fisik dan
data yuridis tersebut kemudian diumumkan di kantor desa atau kelurahan, kantor
kecamatan, kantor ajudikasi, kantor pertanahan, dan tempat-tempat lain yang
dianggap perlu selama 60 (enam puluh) hari untuk permohonan rutin (sporadik) dan
30 (tiga puluh) hari untuk pendaftaran melalui proyek ajudikasi (sistematik).
Apabila melewati pengumuman tidak terdapat keberatan atau gugatan dari
pihak manapun, pembukuan hak dapat dilakukan dan sertipikat hak atas tanah dapat
diterbitkan
oleh
kantor
Badan
Pertanahan
Nasional.
Sedangkan
kegiatan
pemeliharaan data tanah adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk menyesuaikan data
fisik dan data yuridis dalam peta pendaftaran, daftar tanah, daftar nama, surat ukur,
buku tanah dan sertipikat dengan perubahan-perubahan yang terjadi kemudian,
sebagai akibat dari beralihnya, dibebaninya atau berubahnya nama pemegang hak
yang telah didaftar, hapusnya atau diperpanjangnya jangka waktu yang sudah
Universitas Sumatera Utara
58
berakhir, pemecahan, pemisahan dan penggabungan bidang tanah yang haknya sudah
didaftar.64
4. Peralihan dan pendaftaran hak atas tanah.
Peralihan hak atas tanah adalah memindahkan atau beralihnya penguasaan
tanah yang semula milik seseorang atau sekelompok masyarakat ke masyarakat
lainnya. Pengertian lain tentang peralihan hak atas tanah adalah beralihnya atau
berpindahnya hak kepemilikan sebidang tanah atau beberapa bidang tanah dari
pemilik semula kepada pemilik yang baru karena sesuatu atau perbuatan hukum
tertentu. Perbuatan hukum pemindahan hak bertujuan untuk memindahkan hak atas
tanah kepada pihak lain.65
Perbuatan hukum yang bertujuan mengalihkan hak atas tanah dapat berupa
jual beli, tukar menukar, hibah, penyertaan dalam modal perusahaan (inbreng),
pemberian dengan wasiat, dan lelang. Dalam proses peralihan atau pemindahan hak,
pihak yang mengalihkan atau memindahkan hak harus mempunyai hak dan
kewenangan untuk memindahkan hak, sedang bagi pihak yang memperoleh hak harus
memenuhi syarat sebagai pemegang hak atas tanah yang baru.
Syarat utama peralihan adalah adanya alat bukti hak atas tanah, yakni bukti
kepemilikan secara tertulis (formil) yang berupa “sertipikat” (untuk tanah yang telah
didaftarkan), maupun “bukti pendukung” (untuk tanah yang belum didaftarkan atau
64
Maria S W Sumardjono, Kebijakan Pertanahan Antara Regulasi Dan Implementasi,
Jakarta, 2001, hal. 119
65
CST Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia , Balai Pustaka, Jakarta,
1986, Hal. 119
Universitas Sumatera Utara
59
belum bersertipikat). Bukti yang dimaksud dapat berupa akta jual beli, hibah, maupun
yang sedang penulis bahas yaitu peralihan hak dengan ganti rugi yang dibuat oleh
notaris ataupun yang dibuat oleh camat.
Pasal 19 ayat (2) huruf c PP No. 24 Tahun 1997 menyatakan bahwa, :Surat
tanda bukti hak yang akan dikeluarkan berlaku sebagai pembuktian yang kuat”. Ayat
tersebut tidak menyatakan bahwa surat-surat tanda bukti hak itu berlaku sebagai alat
pembuktian yang mutlak. Yang perlu diperhatikan oleh notaris adalah memeriksa dan
meneliti kelengkapan surat-surat yang menyatakan kepemilikan seseorang terhadap
tanah tersebut. Tanah-tanah yang belum terdaftar hendaknya diperhatikan apakah
tanah tersebut mempunyai alas hak yang menyatakan seseorang itu adalah pemilik
tanah yang sah. Juga perlu diperiksa kesesuaian nama yang tercantum dalam surat
keterangan dan nama pemilik yang menyatakan hak atas tanah itu sebagai
kepunyaannya. Selanjutnya apabila kelengkapan surat telah diperiksa oleh calon
pembeli dan calon penjual, pihak calon penjual dan pembeli dapat melakukan
penwaran atau transaksi harga untuk mencapai kesepakatan tentang harga tanah yang
diperjualbelikan.
Menurut keterangan dari Notaris Naomi Febri terdapat beberapa syarat yang
harus diserahkan kepada notaris untuk pembuatan akta PHGR.
1. Tanda pengenal atau identitas para pihak
Identitas penghadap harus dikenal notairs, apabila terjadi pemalsuan
mengenai diri seseorang di hadapan notaris akan berakibat akta tersebut menjadi batal
Universitas Sumatera Utara
60
secara relatif.66 Beberapa notaris selain KTP, juga untuk meyakinkan identitas para
pihak, mengunakan surat izin mengemudi sebagai alat untuk identitas guna
memastikan subjek yang datang menghadap notaris. Hal ini disebabkan karena dalam
proses pembuatannya permohonan SIM langsung menghadap petugas polisi untuk
langsung di foto dan tidak dapat diwakilkan.67
2. Tanda Bukti Hak Atas Tanah
Pemegang hak atas tanah harus menyerahkan tanda bukti hak atas tanah,
berupa sertipikat akta atau surat-surat yang dibuat oleh pejabat yang berwenang, salah
satunya dengan menyerahkan surat keterangan Silang sengketa. Surat Silang
Sengketa ini dikeluarkan oleh lurah setempat dan diketahui oleh camat sebagai bukti
bahwa tanah yang akan dijual berada dalam keadaan tidak bersengketa, namun hal ini
tidak ada diatur dalam UU, hanya sebagai syarat tambahan.
3. Bukti Setoran Pajak
Surat setoran PBB ini sangat diperlukan untuk dijadikan dasar penentuan
besarnya harga transaksi dari objek tanah yang akan dijual yaitu berdasarkan
besarnya nilai jual objek pajak yang tertera. Para pihak dapat dengan mudah
menentukan besarnya harga transaksi jual beli tanah tersebut. Bukti Setoran PBB ini
juga membantu para pihak baik bagi pembeli maupun notaris untuk mengetahui
bahwa pihak penjual telah membayar kewajiban perpajakannya kepada kas negara.
Juga untuk mengetahui ukuran luas tanah dan bangunannya sehingga akan lebih
66
R. Soegondo Notodisuryo, Hukum Notariat di Indonesia Suatu Penjelasan , Jakarta, 1993,
67
Syahril Sofyan, Materi Kuliah, TPA III, 2015
hal.
Universitas Sumatera Utara
61
menguatkan kebenaran bukti lainnya.68 Setelah semua persyaratan telah dipenuhi
maka notaris dapat membuat aktanya dengan memperhatikan subtansi yang penting
dari isi aktanya kesesuaian dengan tanggal pembuatan akta tersebut, identitas dan
kedudukan para pihak di dalam akta tersebut, keadaan objek dari jual beli.
Setelah notaris selesai membuat aktanya, di hadapan para pihak yang dihadiri
oleh dua orang saksi notaris membacakan dan menjelaskan isi dari akta pelepasan hak
dan ganti rugi ini dengan maksud para pihak dan saksi-saksi dapat mengetahui isi
akta yang telah dibuat notaris.69 Selanjutnya untuk pendaftaran haknya, dari akta
PHGR notaris dapat langsung dilanjutkan ke kantor pertanahan. BPN menerima
permohonan pendaftaran ini, dengan terlebih dahulu melengkapi : 70
1. KTP pemohon
2. SPPT PBB tahun berjalan
3. Akta PHGR notaris
C. Tanggung Jawab Notaris Atas Akta PHGR Yang Dibuatnya
Pada dasarnya akta yang dibuat di hadapan notaris adalah atas dasar
permintaan undang-undang dan demi kepentingan pihak-pihak yang membutuhkan
jasa notaris. Sehingga menurut penulis dapat dikatakan bahwa notaris sebagai pejabat
umum dalam menjelaskan tugasnya mengemban amanat yang berasal dari 2 (dua)
sumber, yaitu :
68
Harun Al-Rasyid, Sekilas tentang Jual Beli Hak Atas Tanah (berikut peraturannya ), Ghalia
Indonesia, Jakarta, 1989, hal. 56
69
Hasil wawancara dengan Naomi Febri Estomisi, Notaris Deli Serdang, pada tanggal 21
Juni 2016
70
Hasil wawancara dengan Syafrudin Chandra, Pegawai Kantor BPN Medan, tanggal 17 Juni
2016
Universitas Sumatera Utara
62
1. Masyarakat yang menjadi klien notaries
2. Perintah dari peraturan perundang-undangan kepada notaris agar perbuatan
hukum tertentu dituangkan dan dinyatakan dengan suatu akta otentik.
Jadi dapat diketahui notaris diangkat oleh pemerintah bukan hanya sekedar
untuk kepentingan diri sendiri akan tetapi bertugas untuk kepentingan masyarakat dan
Negara. Notaris dalam menjalankan jabatannya harus memperhatikan 4 (empat) hal
yang menyangkut kewenangannya, yaitu :
1. Notaris berwenang sepanjang yang menyangkut akta yang dibuat
2. Notaris berwenang sepanjang orang orang untuk kepentingan siapa akta itu
dibuat.
3. Notaris berwenang sepanjang mengenai tempat, dimana akta itu dibuat
4. Notaris berwenang sepanjang mengenai waktu pembuatan akta itu.71
Menurut pendapat notaris, notaris tidak berwenang untuk mengkonstatir
dalam akta otentik penyerahan uang atau melunasi harga pembelian barang ataupun
uang yang dipinjam, yang dilakukan oleh pihak yang satu kepada pihak yang lain.
Notaris juga tidak berwenang untuk mengkoastatir dalam akta sedemikian
penyerahan yang benar (fietlijke levering) dari barang-barang yang dilakukan di
hadapan notaris dan para pihak. Sedangkan menurut pendapat luas, bahwa notaris
berwenang untuk mengkonstatir hal-hal tersebut dalam akta otentik, asal saja notaris
dapat menyaksikannya (waarnemen). Menurut pendapat ini, notaris memperoleh
wewenang dari Pasal 1 Peraturan Jabatan Notaris untuk mengkonstatir dalam akta
71
G.H.S. Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, Erlangga, Jakarta, 2010, hal. 49
Universitas Sumatera Utara
63
“pembuatan hukum (rechtsandeling)” dan perbuatan nyata (feitelijke handelingen)
yang bukan merupakan perbuatan hukum, perjanjian dan ketetapan. 72
Begitu juga dengan tanggung jawab notaris terhadap pembuatan akta PHGR,
dimana akta tersebut dapat dijadikan sebagai bukti untuk memastikan suatu peristiwa
hukum dengan tujuan untuk menghindari suatu sengketa di kemudian hari. Oleh
karena itu pembuatan akta harus dibuat sedemikian rupa sehingga apa-apa yang ingin
dibuktikan itu dapat diketahui dengan mudah dari akta yang telah dibuat.
D. Kepastian Hukum Alat Bukti Hak Atas Tanah Yang Dibuat Dihadapan
Notaris
Dalam pendaftaran hak sebagai hasil akhir proses pendaftaran tanah termasuk
perubahan - perubahan menyangkut subjek, status hak dan perbuatan – perbuatan
yang dilakukan terhadap tanahnya merupakan alat pembuktian yang kuat.
Pembuktian kepemilikan hak atas tanah dilakukan atau ditunjukkan dengan berbagai
macam alat bukti. Namun pembuktian yang terkuat adalah sertipikat tanah yang
merupakan tanda bukti hak yang kuat bagi kepemilikan hak atas tanah.73 Bila hak atas
tanah berupa sertipikat maka terbitnya sertipikat merupakan pemberi rasa aman
kepada pemilik tanah.74 Maka akta yang dibuat di hadapan notaris juga merupakan
suatu alat pembuktian, sehingga dalam membuat suatu akta, seorang notaris harus
72
Budi Untung, Perjanjian Kredit Dalam Bentuk Akta Notaris, Pradnya Paramita, Bandung,
2010, hal. 33
73
J. Andy Hartanto, Problematika Hukum Jual Beli Tanah, Laksbang Mediatama,
Yogyakarta, 2009, hal. 16
74
Ibid, hal. 17
Universitas Sumatera Utara
64
memperhatikan norma-norma tersebut disamping kode etik dan ketentuan perundangundangan lainnya.
Pada Pasal 1888 KUH Perdata bahwa kekuatan pembuktian dari surat-surat
bukti terletak pada aktanya yang asli. Maka menurut pasal ini, kekuatan pembuktian
dari akta notaris terletak dalam minuta aktanya. Menurut Pasal 16 UUJN No. 30
Tahun 2004 jo UUJN No. 2 Tahun 2014 menyebutkan bahwa, “Minuta akta notaris
itu tetap disimpan oleh notaris dan tidak akan diberikan kepada siapapun kecuali
udnang-undang menentukan lain”.
Hal ini adalah penting, sebab sebagaimana telah diketahui bahwa tujuan
utama pembuatan akta otentik (akta notaris) adalah untuk dipergunakan sebagai alat
pembuktian dari grosse dan salinan dari akta notaris tersebut, telah diatur dalam Pasal
203 RBg, yang menyatakan antara lain bahwa, “grosse-grosse dan salinan-salinan
pertama mengandung kekuatan bukti yang setaraf dengan aktanya”. 75
Akta notaris sengaja dibuat untuk dijadikan bukti tentang suatu peristiwa
hukum dan ditandatangani. Hal ini sesuai dengan Pasal 1867 KUH perdata yang
menyatakan bahwa akta itu dibuat sebagai tanda bukti berfungsi untuk memastikan
suatu peristiwa hukum atau perbuatan dengan tujuan menghindari sengketa, maka
pembuatan akta harus sedemikian rupa sehingga apa yang diinginkan untuk
dibuktikan itu dapat diketahui dengan mudah dari akta yang dibuat. 76
75
Victor M. Situmorang dan Cormentyana Sitanggang, Grosse Akta Dalam Pembuktian dan
Eksekusi, Rineka Cipta, Jakarta, 1993, hal. 115
76
Hasil wawancara dengan Feby, Adli Yanti, Notaris Deli Serdang, pada tanggal 21 Juni
2016
Universitas Sumatera Utara
65
Akta yang dibuat di hadapan notaris adalah akta otentik, hal itu sesuai dengan
Pasal 1 UUJN No. 30 Tahun 2004 jo UUJN No. 2 Tahun 2014, akta otentik akan
menjadi sah karena hukum apabila akta tersebut memenuhi persyaratan sebagai alat
bukti dan mempunyai kekuatan pembuktian hukum yang sempurna. Maksudnya
adalah akta tersebut telah mempunyai kekuatan pembuktian keluar, baik dalam
bentuk formil maupun materil, karena kedudukannya sama dengan undang-undang
yaitu apabila suatu pihak mengajukan sebuah akta resmi, maka apa yang tertulis di
dalam akta itu harus dipercayai oleh hakim. Kecuali jika ada bukti-bukti lain yang
mempunyai derajat atau nilai yang mempunyai kekuatan yang melumpuhkan.
Universitas Sumatera Utara
66
BAB IV
KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN ATAS AKTA PHGR YANG
DIBUAT DIHADAPAN NOTARIS
A. Kasus Posisi Dalam Gugatan Perkara Perdata Nomor 16/Pdt.G/2012/PN.Stb
Tanggal 12 September 2013 dan Putusan Banding Pengadilan Tinggi Medan
Nomor 76/Pdt/2014/PT-Mdn
Pengadilan Negeri Stabat menerima gugatan dari pihak- pihak yaitu Herbert
Benyamin Pasaribu, dkk (Penggugat I s/d VII) yang semuanya diwakili oleh kuasa
hukumnya yaitu Panangian Sinambela, SH dan Ricky P Sihombing, SH. Melawan
Ahmad Suwandi, Wagimun dan Yenti (Tergugat dan Penggugat Intervensi I dan II).
Adapun dalil-dalil Penggugat adalah sebagai berikut :
1. Para Penggugat memiliki, menguasai dan mengusahai tanah seluas 254.905
M2 (dua ratus lima puluh empat ribu sembilan ratus lima meter persegi), jadi
jika dibulatkan kira - kira 25 hektar, dan data – data tersebut ada pada
sertifikat hak milik sebanyak 13 sertifikat yang terletak di Desa Telaga Tujuh,
Kecamatan Labuhan Deli, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara ;
2. Tanah tersebut telah dikuasai oleh Para Penggugat sejak tahun 1993 sampai
dengan sekarang ini dan telah dikerjakan dengan cara menanam pada, jagung
dan tanaman lainnya ;
3. Pada tahun 2008 terbitlah Sertifikat hak Milik atas nama para penggugat
sebanyak 13 Sertifikat Hak Milik yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan
66
Universitas Sumatera Utara
67
Nasional cq. Kantor Pertanahan kabupaten Deli Serdang yang mana tanah
tersebut sampai saat ini juga dalam penguasaan para penggugat.
4. Tanah yang dimiliki Para Penggugat seluas ± 25 hektar seperti tersebut diatas,
dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Tanah atas nama HERBERT BENYAMIN PASARIBU, No. Sertifikat
Hak Milik 599 luas 19.608 m2, surat ukur tanggal 17/12/2008 No. 452/
Telaga Tujuh / 2008, yang diterbitkan tanggal 22 Desember 2008.
2. Tanah atas nama HERBERT BENYAMIN PASARIBU, No. Sertifikat
Hak Milik 450 luas 19.608 m2, surat ukur tanggal 17/12/2008 No. 579/
Telaga Tujuh / 2008, yang diterbitkan tanggal 11 Desember 2008.
3. Tanah atas nama SITTA ULINA MARPAUNG, No. Sertifikat Hak Milik
597 luas 19.608 m2, surat ukur tanggal 17/12/2008 No. 450 / Telaga
Tujuh / 2008, yang diterbitkan tanggal 22 Desember 2008.
4. Tanah atas nama SITTA ULINA MARPAUNG, No. Sertifikat Hak Milik
448 luas 19.608 m2, surat ukur tanggal 17/12/2008 No. 577 / Telaga
Tujuh / 2008, yang diterbitkan tanggal 11 Desember 2008.
5. Tanah atas nama ABRAHAM P. PASARIBU, No. Sertifikat Hak Milik
598 luas 19.609 m2, surat ukur tanggal 17/12/2008 No. 451 / Telaga
Tujuh / 2008, yang diterbitkan tanggal 22 Desember 2008.
6. Tanah atas nama ABRAHAM P. PASARIBU, No. Sertifikat Hak Milik 70
luas 19.608 m2, surat ukur tanggal 31/10/2008 No. 450 / Telaga Tujuh /
2008, yang diterbitkan tanggal 14 Nopember 2008.
Universitas Sumatera Utara
68
7. Tanah atas nama PESTA B. SIMANJUNTAK, No. Sertifikat Hak Milik
321 luas 19.608 m2, surat ukur tanggal 21/11/2008 No. 313 / Telaga
Tujuh / 2008, yang diterbitkan tanggal 01 Desember 2008.
8. Tanah atas nama PESTA B. SIMANJUNTAK, No. Sertifikat Hak Milik
483
luas 19.608 m2, surat ukur tanggal 17/12/2008 No. 612 /
TelagaTujuh / 2008, yang diterbitkan tanggal 11 Desember 2008.
9. Tanah atas nama HENDRIK L. PASARIBU, No. Sertifikat Hak Milik 600
luas 19.608 m2, surat ukur tanggal 17/12/2008 No. 453 / Telaga Tujuh /
2008, yang diterbitkan tanggal 22 Desember 2008.
10. Tanah atas nama HENDRIK L. PASARIBU, No. Sertifikat Hak Milik 449
luas 19.608 m2, surat ukur tanggal 17/12/2008 No. 578 / Telaga Tujuh /
2008, yang diterbitkan tanggal 11 Desember 2008.
11. Tanah atas nama FREDDY S. PASARIBU, No. Sertifikat Hak Milik 447
luas 19.608 m2, surat ukur tanggal 17/12/2008 No. 576 / Telaga Tujuh /
2008, yang diterbitkan tanggal 11 Desember 2008.
12. Tanah atas nama RUMONDANG A. SIAHAAN, No. Sertifikat Hak Milik
322 luas 19.608 m2, surat ukur tanggal 21/11/2008 No. 314 / Telaga
Tujuh / 2008, yang diterbitkan tanggal 01 Desember 2008.
13. Tanah atas nama RUMONDANG A. SIAHAAN, No. Sertifikat Hak Milik
484 luas 19.608 m2, surat ukur tanggal 17/12/2008 No. 613 /Telaga Tujuh
/ 2008, yang diterbitkan tanggal 11 Desember 2008.
Universitas Sumatera Utara
69
5. Pada tanggal 11 Februari 2010, Tergugat menguasai dan mengerjakan tanah
milik Para Penggugat tanpa izin dari Para Penggugat atau kuasanya yang sah,
sebagaimana terlihat dari Pengaduan HERBERT PASARIBU (Penggugat No.
Urut 1) kepada POLRES KP3 Belawan dengan Surat Tanda Penerimaan
Laporan No. Pol.
STPL / 54 / II / 2010 / SPK ”C” tertanggal 11 Februari
2010.
6. Dan tergugat melakukan pembatasan dengan mendirikan benteng dari tanah
yang dikerok pakai beko (Escavator) yang secara nyata adalah milik Para
Penggugat, kemudian menanami sawit di tanah milik Para Penggugat tersebut.
7. Terhadap tindakan yang dilakukan oleh Tergugat, Para Penggugat melalui
Kuasanya telah berusaha menegur Tergugat melalui surat dengan No. 65 /
P&P / Som / VII / 2010, agar Tergugat menghentikan pengerjakan dan
meninggalkan tanah milik Para Penggugat tersebut, namun hal tersebut tidak
diindahkan oleh Tergugat dan tetap melakukan penguasaan dan pengerjaan di
atas tanah milik Para Penggugat.
8. Para penggugat melalui Perpu Nomor 51 tahun 1960 tentang Larangan
Pemakaian tanah tanpa izin yang berhak atau kuasanya telah dengan jelas
melarang orang memakai tanah tanpa izin dari yang berhak atau kuasanya
yang sah, yang mana berarti juga melarang dengan nyata milik para
penggugat tanpa izin dari Para Penggugat atau kuasanya yang sah;
9. Tergugat mengajukan upaya hukum Banding ke Pengadilan Tinggi Medan
(meskipun menurut KUHAP pasal 205 untuk kasus Tindak Pidana Ringan
Universitas Sumatera Utara
70
tidak diperbolehkan banding) dan oleh Pengadilan Tinggi Medan menguatkan
putusan Pengadilan Negeri Lubuk Pakam dengan merubah lamanya masa
hukuman dari 5 bulan penjara dengan percobaan 10 bulan menjadi 3 bulan
penjara dengan percobaan 6 bulan, seperti terlihat dari putusan Pengadlan
Tinggi Medan Nomor : 627 / Pid / 2011 /PT. Mdn tertanggal 01 Desember
2011. Dikarenakan perbuatan yang dilakukan Tergugat adalah perbuatan
melawan hukum (vide Putusan Pengadilan Negeri Lubuk Pakam jo. Putusan
Pengadilan Tinggi Medan) dan merugikan orang lain (ic. Para Penggugat),
maka sangat berdasar bagi Majelis Hakim untuk menghukum Tergugat untuk
membayar kerugian yang dialami Para Penggugat baik materil maupun moril
yang keseluruhannya Rp. 1.300.000.000,- (satu milyar tiga ratus juta rupiah) +
Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) = Rp. 11.300.000.000,- (sebelas
milyar tiga ratus juta rupiah) ;
Berdasarkan uraian di atas para penggugat mengajukan permohonan kepada
majelis hakim untuk memanggil para pihak dan penggugat menuntut agar :
1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya ;
2. Menyatakan Para Penggugat adalah milik yang sah atas tanah seluas 254.905 m2
(dua ratus lima puluh empat ribu sembilan ratus lima meter persegi) sesuai
dengan data 13 buah Sertifikat Hak Milik Tanah
3. Menyatakan perbuatan Tergugat yang menguasai dan mengerjakan tanah milik
Para Penggugat bahkan menanam pohon kelapa sawit, juga melakukan
pembatasan dengan mendirikan benteng dari tanah yang dikerok pakai beko
Universitas Sumatera Utara
71
(escavator) yang secara nyata adalah milik Para Penggugat adalah merupakan
perbuatan melawan hukum (Onrechtmatige Daad ) ;
4.
Menghukum Tergugat untuk membayar ganti rugi kepada Para Penggugat baik
moril maupun materil yang keseluruhan berjumlah Rp. 1.300.000.000,- (satu
milyar tiga ratus juta rupiah) + Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) =
Rp. 11.300.000.000,- (sebelas milyar tiga ratusjuta rupiah) ;
Lalu kemudian Wagiman dan Yenti masuk sebagai Penggugat Intervensi I dan
II dengan surat gugatan Intervensinya tertanggal 19 Juni 2012, dengan mengajukan
gugatan Intervensi terhadap para Tergugat Intervensi sebagai berikut :
a. Penggugat Intervensi I menguasai dan memiliki tanah – tanah seluas ± 120.000
M2 (seratus dua puluh ribu meter persegi) yang terletak dan berlokasi serta
dikenal dengan dusun V, Desa Karang Gading, Kecamatan Labuhan Deli,
Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara dan lainnya sesuain dengan
Akta Pelepasan Hak Dengan Ganti Rugi (APHGR) yang diperbuat dihadapan
Wenny Adytia Kurniawan, SH, SPN, Notaris di Stabat.
Penggugat intervensi I menguasai dan memiliki tanah-tanah seluas +/120.000 M2 berdasarkan jual beli dengan APHGR :
1. APHGR Nomor : 13 A tertanggal 19 Desember 2006.
2. APHGR Nomor : 15 tertanggal 10 Oktober 2007.
3. APHGR Nomor : 16 tertanggal 10 Oktober 2007.
4. APHGR Nomor : 17 tertanggal 10 Oktober 2007.
5. APHGR Nomor : 18 tertanggal 10 Oktober 2007.
Universitas Sumatera Utara
72
6. APHGR Nomor : 26 tertanggal 10 Oktober 2007
Penggugat Intervensi II juga menguasai dan memiliki tanah – tanah seluas ±
140.000 M2 (seratus empat puluh ribu meter persegi), tersebut diatas berdasarkan jual
beli dengan dasar APHGR yang diperbuat dihadapan Wenny Adytia Kurniawan, SH,
SPN, Notaris di Stabat, yaitu :
1.
APHGR Nomor : 19 tertanggal 10 Oktober 2007.
2.
APHGR Nomor : 20 tertanggal 10 Oktober 2007.
3.
APHGR Nomor : 21 tertanggal 10 Oktober 2007
4.
APHGR Nomor: 22 tertanggal 10 Oktober 2007
5.
APHGR Nomor : 23 tertanggal 10 Oktober 2007
6.
APHGR Nomor : 24 tertanggal 10 Oktober 2007
7.
APHGR Nomor : 25 tertanggal 10 Oktober 2007
Lalu belakangan Penggugat Intervensi I dan II ketahui ternyata tanah milik
Penggugat Intervensi I dan II seluas ± 260.000 M2 yang terletak dan berlokasi serta
dikenal dengan Dusun V, Desa Karang Gading, Kecamatan Labuhan Deli, Kabupaten
Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara tersebut diatas telah dijadikan objek sengketa
dan atau dipersengketakan antara Tergugat Intervensi I sampai dengan Tergugat VII
melawan Tergugat Intervensi VIII di Pengadilan Negeri Stabat yang
terdaftar
dibawah register perkara Nomor : 16 / Pdt. G / 2012 / PN. Stb ;
Oleh karena itu Penggugat Intervensi I dan II merasa sangat keberatan dan
sangat berkepentingan untuk menjadi pihak dalam perkara perdata Nomor : 16 / Pdt.
G / 2012 / PN. Stb tertanggal 11 Mei 2012 tersebut, karena yang menjadi pokok
Universitas Sumatera Utara
73
permasalahan dalam perkara a quo adalah tanah yang nyata - nyata secara hukum
seluruhnya adalah pemilik yang sah Penggugat Intervensi I dan II yang terletak dan
berlokasi serta dikenal dengan Dusun V, Desa Karang Gading, Kecamatan Labuhan
Deli, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara.
Berdasarkan hal - hal yang telah dikemukakan tersebut diatas, Penggugat
Intervensi I dan II mohon kehadapan yang terhormat Ketua Majelis Hakim yang
memeriksa dan mengadili perkara intervensi ini mengambil dan memberikan
keputusan hukum dengan amarnya berbunyi sebagai berikut :
1. Mengabulkan gugatan Intervensi dari Penggugat Intervensi I dan II seluruhnya ;
2. Menyatakan Penggugat Intervensi I dan II adalah Penggugat Intervensi yang baik;
3. Menerima Penggugat Intervensi I dan II sebagai pihak dalam Perkara Perdata
Nomor :16 / Pdt. G / 2012 / PN. Stb ;
4. Menyatakan Tergugat Intervensi I s/d VII telah melakukan perbuatan melawan
hukum ;
5. Menyatakan demi hukum :
a. Agar mengabulkan bahwa Penggugat Intervensi I adalah pemilik sah bidang
tanah seluas ± 120.000 M2 (seratus dua puluh ribu meter persegi), yang terletak
dan berlokasi serta dikenal dengan Dusun V, Desa Karang Gading, Kecamatan
Labuhan Deli, Kabupaten Deli Serdang, Priopinsi Sumatera Utara, satu dan
lainnya sesuai dengan Akta Pelepasan Hak Dengan Ganti Rugi yang diperbuat
dihadapan Wenny Adytia Kurniawan, SH, SPN, Notaris di Stabat atas nama
Penggugat Intervensi I (Wagimun).
Universitas Sumatera Utara
74
b. Penggugat Intervensi II adalah pemilik sah bidang - bidang tanah ± 140.000
M2 (seratus empat puluh ribu meter persegi), yang terletak dan berlokasi serta
dikenal dengan Dusun V, Desa Karang Gading, Kecamatan Labuhan Deli,
Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara, satu dan lainnya sesuai
dengan Akta Pelepasan Hak Dengan Ganti Rugi yang diperbuat dihadapan
Wenny Adytia Kurniawan, SH, SPN, Notaris di Stabat atas nama Penggugat
Intervensi II (Yenti)
6. Agar Menyatakan tidak sah atau setidak - tidaknya dinyatakan tidak
berkekuatan hukum perikatan - perikatan atau surat - surat yang timbul dari
sertifikat hak milik sebagaimana tersebut pada angka 4.1 s/d 4.13 gugatan
Penggugat I s/d VIII Tergugat Intervensi I s/d VII tertanggal 11 Mei 2012
sepanjang terhadap bidang tanah milik Penggugat Intervensi I dan II, yang
terletak dan berlokasi serta dikenal dengan Dusun V, Desa Karang Gading,
Kecamatan Labuhan Deli, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara ;
7. Menyatakan secara hukum Penggugat Intervensi I dan II tanpa halangan dan
hambatan dari pihak - pihak Tergugat - Tergugat Intervensi maupun pihak
ketiga yang tidak mempunyai dasar, secara leluasa dapat mengolah dan
mengerjakan, serta mengalih dan menjual kepada pihak ketiga dalam arti
seluas - luasnya atas tanah milik Penggugat Intervensi I dan II dimaksud ;
8. Menghukum Tergugat Intervensi I s/d VII atau orang lain yang mendapatkan
hak atas tanah dengan cara melawan hukum sepanjang tanah yang diambil
dan dikuasai tersebut adalah milik Penggugat Intervensi I dan II dalam
Universitas Sumatera Utara
75
mengosongkan dan menyerahkan kepada Penggugat Intervensi I dan II dalam
kondisi baik tanpa halangan dan hambatan dari pihak manapun juga ;
9. Menyatakan putusan dalam perkara ini dapat dijalankan serta merta
(Uitvoerbaar bij voorraad) meskipun ada perlawanan, banding maupun kasasi
Dalam menimbang gugatan intervensi tersebut, Hakim Pengadilan Negeri
Stabat telah menjatuhkan Putusan Sela pada tanggal 26 Juli 2012 Nomor
16/Pdt.G/2012/PN.Stb/Int kemudian mengadili yaitu :
Mengabulkan permohonan Para Penggugat Intervensi untuk menggabungkan
diri pada perkara Perdata Register Nomor :16/Pdt.G/2012/PN. Stb;
Memerintahkan pihak-pihak yang berperkara melanjutkan pemeriksaan
perkara;
Menangguhkan besarnya biaya perkara sampai putusan akhir;
Tergugat dalam jawabannya juga telah mengajukan gugatan Rekonvensi yang
pada pokoknya sebagai berikut :
Sebagaimana dalam jawaban yang disampaikan Penggugat d.r /Tergugat d.k
dahulu ada memiliki tanah seluas ± 26 hektar tanah yang terletak di Dusun V, Desa
Karang Gading, Kecamatan Labuhan Deli, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi
Sumatera Utara diperoleh dari yang bernama M. MISRAN berdasarkan alas hak
yakni Surat Pernyataan Melepaskan Hak atas Tanah Dengan Cara Ganti Rugi
tertanggal 27 Desember 2006.
Universitas Sumatera Utara
76
Pada tahun 2007, tanah seluas ± 26 hektar tersebut telah Penggugat
d.r /
Tergugat dialihkan / jual kepada Turut Tergugat d.r /Penggugat Intervensi I, dan
Intervensi II pada tanggal 10 Oktober 2007,dimana pengalihan hak atas tanah tersebut
diperbuat dihadapan Wenny Adytia, Notaris di Stabat dengan Akta Pelepasan Hak
Dengan Ganti Rugi Nomor : 10, tertanggal 10 Oktober 2007.
Penggugat d.r / Tergugat d.k mengerjakan tanah seluas ± 26 hektar yang
terletak di Dusun V, Desa Karang Gading milik Turut Tergugat d.r / Penggugat
Intervensi I dan II tersebut, adalah atas suruhan atau kedudukan Penggugat d.r /
Tergugat d.k sebagai pekerja yang menerima gaji dari Turut Tergugat d.r / Penggugat
Intervensi I dan II.
Pada bulan Februari 2010 ketika Penggugat d.r / Tergugat d.k sedang
mengerjakan lahan tanah tersebut, Tergugat d.r / Penggugat d.k telah mengadukan
Penggugat d.r / Tergugat d.k ke Polres Pelabuhan Belawan (d/h Polres KP3 Belawan)
dengan tuduhan menguasai tanah tanpa hak atas tanah yang terletak di Pulau Benta,
Desa Karang Gading yakni tanah milik Turut Tergugat d.r / Penggugat Intervensi I
dan II yang di klaim Tergugat d.r / Penggugat d.k sebagai miliknya yang terletak
tanahnya di Desa Telaga Tujuh.
Atas laporan dan tuduhan tersebut, Penggugat d.r / Tergugat d.k, telah
dipanggil oleh Penyidik Kepolisian Resort Pelabuhan Belawan guna menjalani
pemeriksaan sebagai tersangka hingga diajukan sebagai Terdakwa Tipiring pada
persidangan Pengadilan Negeri Lubuk Pakam, dan oleh Pengadilan Negeri Lubuk
Universitas Sumatera Utara
77
Pakam telah memvonis Penggugat d.r / Tergugat d.k, dengan dinyatakan bersalah
telah menguasai tanpa hak atas tanah dengan hukuman 5 bulan penjara.
Penggugat d.r / Tergugat d.k ulangi yakni diperiksa sebagai Terdakwa
dihadapan persidangan, Penggugat d.r / tergugat d.k tidak diberi kesempatan untuk
melakukan pembelaan hukum baik mengajukan bukti bukti maupun saksi - saksi
seperti Kepala Desa Karang Gading, Camat Labuhan Deli, Pejabat dari Pemda Tk II
Deli Serdang dan yang lainnya yang dapat membuat terang dan jelas duduk perkara
dimaksud.
Sejak Tergugat d.r / Penggugat d.k, mengajukan Penggugat d.r /Tergugat d.k
dengan cara membuat laporan yang tidak benar dan berusaha agar Penggugat d.r /
Tergugat menjadi terhukum mengakibatkan tertindasnya hak azasi Penggugat d.r /
Tergugat d.k, serta mengakibatkan penderitaan yang sangat mendalam, disamping
Penggugat d.r / Tergugat d.k mengalami kehilangan pekerjaan dan juga Penggugat d.r
/ Tergugat d.k tidak lagi menafkahi terlebih sejak dipanggil berkali kali oleh penyidik
hingga sampai kepengadilan dengan memakan waktu yang lama sehingga menjadi
beban pikiran yang berlarut - larut hingga Penggugat d.r / Terghugat d.k tidak dapat
mencari nafkah lagi.
Bahwa akibat perbuatan Tergugat d.r / Penggugat d.k yang telah merekayasa
pengaduannya hingga Penggugat d.r / Tergugat d.k menjadi terpidana sedangkan
diketahui bahwa Penggugat d.r / Tergugat d.k hanyalah sebagai pekerja atau mandor
yang makan gaji dari Penggugat Intervensi I dan II, menimbulkan kerugian materil
yakni telah kehilangan pekerjaan dengan penghasilan sebesar Rp. 8.000.000,-
Universitas Sumatera Utara
78
(delapan juta rupiah) perbulan hingga sampai sekarang, dan akibat adanya gugatan
ganti rugi yang diajukan Tergugat d.r / Penggugat d.k yang tidak berdasarkan hukum
menimbulkan kerugian bagi Penggugat d.r / Tergugat d.k yakni sebesar Rp.
100.000.000,- (seratus juta rupiah).
Bahwa selain dari pada itu karena Tergugat d.r / Penggugat d.k telah
mengkondisikan Penggugat d.r / Tergugat d.k untuk dihukum dengan sengaja tipu
dayanya sedang diketahui Tergugat d.r / Penggugat d.k bahwa yang menguasai tanah
dimaksud adalah Turut Tergugat d.r / Penggugat Intervensi I dan II (bukti surat dari
Tergugat d.r / Penggugat d.k kepada Turut Tergugat Intervensi I, tentang
pengosongan lahan akan diajukan sebagai bukti), oleh karena itu bahwa harkat dan
martabat Penggugat d.r / Tergugat d.k sebagai manusia tidak terukur dengan uang
namun pantaslah dan sangat beralasan hukum jika Tergugat d.r / Penggugat dihukum
membayar ganti-rugi Moril sebesar Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) ;
Apabila diperhitungkan maka diduga kerugian yang dialami Penggugat d.r /
Tergugat d.k yakni :
1. Kerugian materil sejak bulan Februari 2010 akibat hilangnya penghasilan dari
pekrjaan Penggugat d.r / Tergugat d.k hinggadiajukannya gugatan ganti rugi
oleh Tergugat d.r / Penggugat d.k adalah 32 bulan x Rp. 8.000.000,- sebesar
Rp. 256.000.000,- (dua ratus lima puluh enam juta rupiah) ;
2. Kerugian materil berupa uang yang dikeluarkan Penggugat d.r /Tergugat d.k
selama proses pedana yang diajukan Penyidik Polres KP3 Belawan dan
Universitas Sumatera Utara
79
hingga pengajuan perkara gugatan ganti rugi di Pengadilan Negeri stabat
adalah sebesar Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) ;
3. Kerugian moril adalah sebesar Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) ;
Jadi keseluruhan kerugian yang dialami Penggugat d.r / Tergugat d.k adalah
sebesar Rp. 10.356.000.000,- (sepuluh milyar tiga ratus lima puluh enam juta rupiah)
Berdasarkan hal - hal atau alasan yang kemukakan diatas, Penggugat d.r/
Tergugat mengajukan permohonan kepada hakim sebagai berikut :
1. Mengabulkan Gugatan Rekonpensi Penggugat d.r / Tergugat d.k untuk
seluruhnya.
2. Menyatakan perbuatan Tergugat d.r / Penggugat d.k yang telah mengajukan
Penggugat d.r / Tergugat d.k ke ranah hukum pidana dengan tuduhan telah
menguasai tanpa hak atas tanah yang tidak ada kaitan hukumnya atas
kepemilikan tanah seluas 26 hektar yang terletak di Pulau Benta, Dusun V,
Desa Karang Gading, Kecamatan Labuhan Deli, adalah perbuatan yang
bertentangan dengan hukum ;
3. Menyatakan bahwa perbuatan Tergugat d.r / Penggugat d.k, yang mengklaim
tanah objek perkara aqou hingga menyeret Penggugat d.r / Tergugat d.k
kepada persoalan hukum dengan tuduhan menguasai tanpa hak hingga
dirampasnya hak kemerdekaan Penggugat d.r / Tergugat d.k adalah perbuatan
yang
BAB III
PROSEDUR PENDAFTARAN HAK ATAS TANAH DENGAN DASAR
AKTA PERALIHAN HAK DENGAN GANTI RUGI YANG
DIBUAT DI HADAPAN NOTARIS
A. Subyek dan Obyek Pendaftaran Tanah
Subyek hak atas tanah merupakan perseorangan atau badan hukum yag dapat
memperoleh hak atas tanah, sehingga namanya dicantumkan dalam buku tanah selaku
pemegang sertipikat hak atas tanah yang mempunyai hak, kehendak dan dapat
melakukan perbuatan hukum untuk mengambil manfaat bagi kepentingan dirinya,
keluarganya, bangsa dan Negara. Orang perseorangan atau pribadi selaku subyek hak
atas tanah, yaitu setiap orang yang identitasnya terdaftar selaku Warga Negara
Indonesia yang berdomisili di dalam maupun di luar wilayah Republik Indonesia dan
tidak kehilangan hak memperoleh sesuatu hak atas tanah.55
Badan hukum selaku subyek hak atas tanah antara lain badan usaha yang
didirikan menurut hukum Indonesia berkedudukan di Indonesia atau badan hukum
asing melalui penanaman modal asing di Indonesia, lembaga pemerintahan Indonesia,
badan usaha milik Negara, badan otorita, lembaga perwakilan Negara asing, lembaga
perwakilan Internasional, badan keagamaan atau badan sosial lainnya yang disahkan
oleh pejabat yang berwenang. Obyek bidang tanah diseluruh wilayah Republik
Indonesia yang dapat dipunyai dengan sesuatu kepemilikan hak atas tanah oleh orang
55
Erman Rajagukguk, Hukum Agraria Pola Menguasaan Tanah dan Kebutuhan Hidup,
Jakarta : Candra Pratama, 2003, hal. 37
46
Universitas Sumatera Utara
47
atau badan hukum menurut ketentuan peraturang perundang-undangan yang
berlaku. Obyek hak ini merupakan sesuatu yang tidak mempunyai hak dan tidak
menjadi pihak dalam hukum namun semata-mata hanya diobyekkan bagi subyek hak.
Dalam hukum perdata yang menjadi obyek hak itu adalah benda, diantaranya
adalah benda tak bergerak yaitu tanah. Tanah yang dimaksud adalah daratan di
lapisan kulit bumi nusantara yang dapat dipunyai dengan sesuatu kepemilikan hak
atas tanah oleh perseorangan atau badan hukum.56
Menurut ketentuan hukum perdata bahwa tanah selaku obyek bukan saja
dipandang sebagai benda (zaak) tak bergerak berwujud yang dapat dilihat secara
nyata, juga dipandang terpisah sebagai benda tak bergerak dan tak bewujud, sehingga
jika terjadi peralihan haknya harus diikuti dengan penyerahan haknya ( levering),
sesuai ketentuan Pasal 612 Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
Pasal 9 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
mengatur tentang obyek Pendaftaran Tanah, yaitu :
1. Obyek Pendaftaran Tanah, meliputi :
a. Bidang-bidang tanah yang dipunyai dengan hak milik, hak guna usaha, hak
guna bangunan dan hak pakai;
b. Tanah hak pengelolaan;
c. Tanah wakaf
d. Hak milik atas satuan rumah susun;
e. Hak tanggungan
f. Tanah Negara
2. Dalam hal tanah Negara sebagai obyek pendaftaran tanah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf (f), pendaftarannya dilakukan dengan acara membukukan
bidang tanah yang merupakan tanah Negara dalam daftar tanah.
56
Yulianto Sarbini, Hukum Perjanjian dan Perikatan Berdasarkan KUH Perdata, Banyu
Media, Publishing, Malang, 2010, hal. 39
Universitas Sumatera Utara
48
B. Prosedur Pendaftaran Hak Dengan Dasar Akta PHGR yang Dibuat Di
hadapan Notaris
Di Indonesia masih banyak dijumpai tanah yang tidak jelas kepemilikannya.
terutama di dalam pembuktian penguasaan tanahnya, karena tanah-tanah tersebut
tidak terdaftar di Kantor Pertanahan. Banyak tanah-tanah yang tidak jelas
kepemilikannya dan penggunaanya, terjadinya peralihan scara terus menerus tanpa
melalui instansi yang berwenang. Ketidakjelasan tentang penguasaan tanah dan
penggunaan tanah mengakibatkan usaha pemerintah untuk melaksanakan pembagian
yang adil atas tanah dan hasil yang adil pula, tidak berhasil dengan baik.
Pasal 19 UUPA menyebutkan, bahwa untuk menjamin kepastian hukum hakhak atas tanah harus didaftarkan. Pendaftaran Tanah berfungsi untuk melindungi
pemilik, di samping itu pendaftaran tanah juga berfungsi untuk mengetahui status
bidang tanah, siapa pemiliknya, apa haknya, berapa luasnya, untuk apa dipergunakan
dan sebagainya.
1. Tujuan Pendaftaran Tanah
Kegiatan pendaftaran tanah mempunyai tujuan, yaitu untuk menjamin
kepastian hukum dan kepastian hak atas tanah. Hal ini dilakukan bagi kepentingan
pemegang hak atas tanah, agar dengan mudah dapat membuktikan bahwa dialah yang
berhak atas suatu bidang tanah tertentu, melalui pemberian Sertifikat Hak atas
tanah.57
57
Tehupeiory Aartje, Pentingnya Pendftaran Tanah Di Indonesia ,
Raih Asa Sukses,
2012,Hal. 9
Universitas Sumatera Utara
49
Tujuan pendaftaran tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 adalah sebagai berikut :
a. Untuk memberikan kepastian dan perlindungan hukum kepada pemegang
hak atas sebidang tanah, satuan rumah susun, dan hak-hak lain yang
terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai
pemegang hak yang bersdangkutan.
b. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan
termasuk pemerinah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang
diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang
tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar. Untuk
melaksanakan informasi tersebut, data fisik yuridis dan sebidang tanah
dan satuan rumah susun yang terdaftar terbuka untuk umum.
c. Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.
Dengan adanya pendaftaran tanah diharapkan adanya kepastian hukum bagi
pemegang hak atas tanah tersebut. Kepastian hukum yang dimaksud dalam kegiatan
pendafaran tanah adalah :
1) Kepastian hukum mengenai orang atau badan yang menjadi pemegang hak
(subjek hak )
2) Kepastian hukum mengenai lokasi, batas, serta luas suatu bidang tanah hak
(objek hak); dan
Universitas Sumatera Utara
50
3) Kepastian hukum mengenai haknya. 58
Kepastian objek dan subjek hak sangat diperlukan dalam lalu lintas hukum
mengenai hak-hak atas tanah, sehingga oleh pemerintah dikebanyakan Negara
diselenggarakan suatu sistem keterbukaan/pengumuman mengenai hak atas tanah
dalam sistem publisitas. Publisitas berarti prinsip di mana setiap orang dapat
mengetahui semua hak-hak atas tanah dan semua perbuatan hukum mengenai tanah.59
Tujuan pendaftaran tanah adalah untuk memperoleh alat pembuktian tentang
sahnya perbuatan hukum mengenai tanah. Alat bukti yang dimaksud adalah sertipikat
yang di dalamnya disebutkan adanya perbuatan hukum dan nama pemiliknya
sekarang menerima atau memperoleh peralihan haknya. 60
Dalam sistem pendaftaran tanah dikenal dua sistem pendaftaran tanah, yaitu :
a. Registration of Titles
Registration of Titles merupakan sistem pendaftaran hak.
Dalam registration of titles, setiap pencatatan hak harus dibuktikan
dengan di suatu akta atau alas hak, tetapi dalam penyelenggaraan pendaftaran
bukan aktanya yang didaftar, melainkan haknya yang diciptakan.
Awal mulanya diciptakan oleh Robert Richard Torrens. Sistem ini banyak diikuti
dan berlaku di Ausralia. Hal ini dikarenakan sistem ini dibuat lebih sederhana,
sehingga memungkinkan orang dapat memperoleh keterangan dengan mudah.
58
Berdasarkan wawancara dengan Syafrudin Chandra, Pegawai Badan Pertanahan Nasional
Medan Pada Tanggal 17 Juni 2016
59
Arba, Hukum Agraria Indonesia , Sinar Grafika, Jakarta, 2015, Hal. 153
60
Djoko Prakoso dan Budiman Adi Purwanto, Eksistensi Prona Sebagai Pelaksaan
Mekanisme Fungsi Agraria , Jakarta,Ghalia Indonesia 1985, hal. 145
Universitas Sumatera Utara
51
Dalam sistem ini pada setiap penciptaan, pemindahan, atau peralihan suatu hak
baru atau perbuatan-perbuatan hukum baru harus dibuktikan dengan akta. Tetapi
dalam praktek pelaksanaanya, bukan akta yang didaftar, melainkan haknya, akta
merupakan sumber datanya.
b. Registration of Deeds
Registration of Deeds adalah sistem pendaftaran akta. Dalam sistem ini, akta
merupakan data yuridis dan karenanya akta itulah yang didaftar Pejabat Pendaftaran
Tanah (PPT). Pejabat Pendaftaran Tanah bersifat pasif dan tidak melakukan
pengujian atas kebenaran data yang disebut dalam akta yang didaftar.
Belanda adalah salah satu contoh Negara yang menggunakan sistem
pendaftaran akta, yaitu bahwa apabila terjadi pemindahan hak yang dilakukan oleh
notaris, maka pembuatan serta pendaftaran haknya dilakukan oleh Pejabat pada hari
yang sama. Pembeli selaku pemegang mendapatkan salinan atau “grosse” akta, yang
berfungsi sebagai surat tanda bukti haknya. Sehingga setiap terjadi suatu perubahan
wajib dilakukan pembuatan akta sebagai buktinya, data yuridis yang diperlukan harus
dicari dalam akta-akta yang bersangkutan. Ketidaksesuaian atau cacat hukum dalam
suatu akta bisa menyebabkan tidak sahnya suatu perbuatan hukum yang dibuktikan
dengan akta yang dibuat kemudian.
Sistem pendaftaran tanah membahas serta mempermasalahkan mengenai
segala sesuatu hal apa yang didaftarkan, bagaimana bentuk penyimpanan datanya,
serta bentuk penyajian data yuridis dan yang terpenting lagi mengenai bentuk tanda
bukti haknya.
Universitas Sumatera Utara
52
2. Sistem publikasi dalam pendaftaran Tanah
Sistem publikasi dalam pendaftaran tanah merupakan salah satu hal yang
sangat menentukan kekuatan hukum bukti hak atas tanah yang dihasilkannya.
Terdapat 2 (dua) sistem publikasi pendaftaran tanah yang dianut dalam hukum
agraria, yaitu sistem publikasi positif dan sistem publikasi negatif.
a. Sistem publikasi positif.
Pada sistem ini hal-hal yang tercantum di dalam buku pendaftaran tanah dan
surat-surat bukti hak yang dikeluarkan merupakan alat pembuktian yang mutlak.
Pihak ketiga yang beritikad baik yang bertindak atas dasar-dasar bukti tersebut tidak
mendapat perlindungan mutlak biarpun kemudian ternyata bahwa keteranganketerangan yang tercantum di dalamnya tidak benar dan pihak yang dirugikan
mendapat kompensasi dalam bentuk lain.
Fungsi pendaftaran tanah dalam sistem ini adalah untuk memberikan jaminan
secara sempurna bahwa orang yang namanya terdaftar dalam buku tanah sudah tidak
dapat dibantah lagi sekalipun orang tersebut bukan pemilik yang sesungguhnya.
Berdasarkan hal tersebut pihak ketiga (yang beritikad baik) yang bertindak atas dasar
bukti tersebut mendapatkan jaminan walaupun kemudian ternyata bahwa keterangan
yang tercantum dalam surat tersebut adalah tidak benar.
Kuntungan dari penggunaan sistem pubilkasi positif adalah sertipikat
merupakan alat pembuktian yang mutlak, di samping itu adanya jaminan orang yang
Universitas Sumatera Utara
53
namanya terdaftar dalam buku tanah tidak dapat dibantah lagi sedangkan kelemahan
sistem pendaftaran tanah dalam publikasi positif adalah :61
1. Memakan waktu yang lama karena adanya peran aktif dari pejabat balik nama
tanah;
2. Pemilik sesungguhnya yang berhak atas tanah dapat kehilangan haknya oleh
karena kepastian dari buku tanah itu sendiri;
3. Wewenang pengadilan diletakkan dalam wewenang admnistratif.
b. Sistem publikasi Negatif
Dalam publikasi negatif surat-surat tanda bukti hak itu berlaku sebagai alat
pembuktian yang kuat, berarti bahwa keterangan-keterangan yang tercantum di
dalamnya mempunyai kekuatan hukum dan harus diterima oleh hakim sebagai
keterangan yang benar, selama dan sepanjang tidak ada alat pembuktian sebaliknya. 62
Jika keterangan dari pendaftaran tanahnya benar, diadakan perubahan dan
pembetulan yang sepenuhnya. Ciri pokok sistem ini adalah bahwa pendaftaran tidak
menjamin sebagai pemilik hak atas tanah dan oleh karenanya nama yang terdaftar
dalam buku tanah dapat dibantah sekalipun ia beritikad baik. Menurut Budi Harsono
“seseorang yang merasa lebih berhak atas tanah dapat membantah kebenaran surat
tanda bukti hak dengan perantara pengadilan, mana yang dianggap benar. Apa yang
diungkapkan Budi Harsono tersebut menurut pendapat penulis sekaligus merupakan
keuntungan penggunaan sistem publikasi negatif, yaitu masih terbukanya kesempatan
61
Bahtiar Effendi, Pendafaran Tanah Di Indonesia dan Peraturan Pelaksanaannya ,
Bandung, 1983, Hal. 5
62
Djoko Prakoso dan Budiman Adi Purwanto, Op.Cit, Hal. 24
Universitas Sumatera Utara
54
bagi pemilik sesungguhnya melakukan sanggahan. Sedangkan yang menjadi
kelemahan penggunaan sistem pendaftaran tanah negatif ini adalah :
1. Terjadinya tumpang tindih sertipikat hak atas tanah karena adanya peran pasif
pejabat balik nama tanah;
2. Mekanisme kerja dalam proses penerbitan sertipikat hak tanah menjadi
sedemikian rupa sehingga kurang dimengerti oleh orang awam.
Berdasarkan
Peraturan
Pemerintah
tentang
pendaftaran
tanah,
cara
pendaftaran hak yang digunakan adalah sistem publikasi negatif, yaitu pembukuan
sesuatu hak dalam daftar buku tanah atas nama seseorang tidak mengakibatkan orang
yang sebenarnya berhak atas tanah itu kehilangan haknya, melainkan yang
bersangkutan masih dapat menggugat haknya kepada orang yang terdaftar dalam
buku tanah.
Mengenai sistem publikasi pendaftaran tanah yang dipakai, Budi Harsono
mengatakan bahwa sistem pendaftaran tanah yang dianut di Indonesia bukan sistem
negatif murni, tetapi sistem negatif yang mengandung unsur positif. Sistem negatif
yang mengandung unsur positif terlihat karena akan dihasilkannya surat-surat tanda
bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat. Karena Negara menganut
sistem publikasi negatif, maka memungkinkan adanya tuntutan dari pihak yang lain
yang merasa berwenang atas tanah tersebut.
3. Pelaksanaan pendaftaran tanah
Dalam rangka memberikan kepastian hukum atas hak dan batas tanah
tersebut, Pasal 19 UUPA menugaskan pemerintah menyelenggarakan pendaftaran
Universitas Sumatera Utara
55
tanah yang sangat penting artinya untuk mendapat ketenangan dan kepastian hukum
bagi masyarakat yang mempunyai hak atas tanah. Pedaftaran tanah pertama kali yang
meliputi kegiatan pengukuran dan pemetaan, pembukuan tanah, dan penerbitan
sertipikat memerlukan biaya yang relatif tinggi, sehingga untuk percepatan kegiatan
tersebut pemerintah mendapat pinjaman dari bank dunia.
Seiring dengan reformasi di bidang agraria, maka proses pendaftaran hak atas
tanah tersebut juga berubah. Menurut Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 1997,
pelaksanaan pendaftaran hak atas tanah, meliputi kegiatan pendaftaran tanah untuk
pertama kali dan pemeliharaan data pendaftaran tanah. Pendaftaran tanah untuk
pertama kali dilaksanakan melalui pendaftaran tanah secara sistematik dan
pendaftaran tanah secara sporadik.63
a) Pendaftaran tanah secara sistematik
Pendaftaran tanah secara sistematik merupakan kegiatan pendaftaran
tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak yang meliputi semua
objek pendaftaran tanah yang belum didaftarkan dalam wilayah suatu desa atau
kelurahan. Pendaftaran ini dilaksanakan atas prakarsa pemerintah berdasarkan
pada suatu rencana kerja jangka panjang dan tahunan serta dilaksanakan di
wilayah-wilayah yang ditetapkan oleh menteri agraria atau Kepala BPN.
63
Artje Tehupei, Pentingnya Pendaftaran Tanah Di Indonesia Raih, Asa Sukses, Jakarta,
2012, hal. 14
Universitas Sumatera Utara
56
b) Pendaftaran tanah secara sporadik
Pendaftaran tanah secara sporadik merupakan pendaftaran tanah untuk
pertama kali mengenai satu atau beberapa objek pendaftaran tanah dalam wilayah
atau bagian wilayah suatu desa atau kelurahan secara individual atau massal.
Pendaftaran tanah secara sporadik dilaksanakan atas permintaan pihak yang
berkepentingan, yaitu pihak yang berhak atas objek pendaftaran tanah yang
bersangkutan atau kuasanya.
Ada kesamaan antara sistem pendaftaran secara sistematik dan
pendaftaran secara sporadik, yaitu keduanya merupakan pendaftaran yang
dilakukan untuk pertama kali. Prosedur pendaftaran yang pertama kali diatur oleh
Pasal 19 ayat (2) UUPA adalah pengukuran, pemetaan dan pembukuan. Adapun
rangkaian kegiatan dari pendaftaran tanah yang dilakukan untuk pertama kali
tersebut menurut PP No.24 Tahun 1997 meliputi:
1) Pengumpulan dan pengolahan data fisik dan data yuridis;
2) Pembuktian hak dan pembukuannya;
3) Penerbitan Sertipikat;
4) Penyajian Data fisik dan data yuridis;
5) Penyimpanan daftar umum dan dokumen.
Pembuktian tanah hak milik adat dilakukan melalui alat-alat bukti megenai
adaya hak tersebut berupa bukti-bukti tertulis, keterangan saksi dan atau pernyataan
yang bersangkutan yang kadar kebenarannya dianggap cukup oleh pejabat yang
berwenang.
Universitas Sumatera Utara
57
Dalam hal tidak lagi tersedia secara lengkap alat-alat pembuktian tersebut,
pembukuan hak dapat dilakukan berdasarkan kenyataan penguasaaan fisik selama 20
(dua puluh) tahun atau lebih secara berturut-turut dengan syarat :
1) Penguasaan tersebut dilakukan dengan itikad baik dan secara terbuka serta
diperkuat oleh kesaksian yag dapat dipercaya;
2) Penguasaan tersebut tidak dipermasalahkan oleh masyarakat hukum adat
atau desa atau kelurahan yang bersangkutan atau pihak lain.
Dalam rangka menilai kebenaran alat bukti tersebut dilakukan pengumpulan
dan penelitian data fisik dan data yuridis atas anah yang bersangkutan. Data fisik dan
data yuridis tersebut kemudian diumumkan di kantor desa atau kelurahan, kantor
kecamatan, kantor ajudikasi, kantor pertanahan, dan tempat-tempat lain yang
dianggap perlu selama 60 (enam puluh) hari untuk permohonan rutin (sporadik) dan
30 (tiga puluh) hari untuk pendaftaran melalui proyek ajudikasi (sistematik).
Apabila melewati pengumuman tidak terdapat keberatan atau gugatan dari
pihak manapun, pembukuan hak dapat dilakukan dan sertipikat hak atas tanah dapat
diterbitkan
oleh
kantor
Badan
Pertanahan
Nasional.
Sedangkan
kegiatan
pemeliharaan data tanah adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk menyesuaikan data
fisik dan data yuridis dalam peta pendaftaran, daftar tanah, daftar nama, surat ukur,
buku tanah dan sertipikat dengan perubahan-perubahan yang terjadi kemudian,
sebagai akibat dari beralihnya, dibebaninya atau berubahnya nama pemegang hak
yang telah didaftar, hapusnya atau diperpanjangnya jangka waktu yang sudah
Universitas Sumatera Utara
58
berakhir, pemecahan, pemisahan dan penggabungan bidang tanah yang haknya sudah
didaftar.64
4. Peralihan dan pendaftaran hak atas tanah.
Peralihan hak atas tanah adalah memindahkan atau beralihnya penguasaan
tanah yang semula milik seseorang atau sekelompok masyarakat ke masyarakat
lainnya. Pengertian lain tentang peralihan hak atas tanah adalah beralihnya atau
berpindahnya hak kepemilikan sebidang tanah atau beberapa bidang tanah dari
pemilik semula kepada pemilik yang baru karena sesuatu atau perbuatan hukum
tertentu. Perbuatan hukum pemindahan hak bertujuan untuk memindahkan hak atas
tanah kepada pihak lain.65
Perbuatan hukum yang bertujuan mengalihkan hak atas tanah dapat berupa
jual beli, tukar menukar, hibah, penyertaan dalam modal perusahaan (inbreng),
pemberian dengan wasiat, dan lelang. Dalam proses peralihan atau pemindahan hak,
pihak yang mengalihkan atau memindahkan hak harus mempunyai hak dan
kewenangan untuk memindahkan hak, sedang bagi pihak yang memperoleh hak harus
memenuhi syarat sebagai pemegang hak atas tanah yang baru.
Syarat utama peralihan adalah adanya alat bukti hak atas tanah, yakni bukti
kepemilikan secara tertulis (formil) yang berupa “sertipikat” (untuk tanah yang telah
didaftarkan), maupun “bukti pendukung” (untuk tanah yang belum didaftarkan atau
64
Maria S W Sumardjono, Kebijakan Pertanahan Antara Regulasi Dan Implementasi,
Jakarta, 2001, hal. 119
65
CST Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia , Balai Pustaka, Jakarta,
1986, Hal. 119
Universitas Sumatera Utara
59
belum bersertipikat). Bukti yang dimaksud dapat berupa akta jual beli, hibah, maupun
yang sedang penulis bahas yaitu peralihan hak dengan ganti rugi yang dibuat oleh
notaris ataupun yang dibuat oleh camat.
Pasal 19 ayat (2) huruf c PP No. 24 Tahun 1997 menyatakan bahwa, :Surat
tanda bukti hak yang akan dikeluarkan berlaku sebagai pembuktian yang kuat”. Ayat
tersebut tidak menyatakan bahwa surat-surat tanda bukti hak itu berlaku sebagai alat
pembuktian yang mutlak. Yang perlu diperhatikan oleh notaris adalah memeriksa dan
meneliti kelengkapan surat-surat yang menyatakan kepemilikan seseorang terhadap
tanah tersebut. Tanah-tanah yang belum terdaftar hendaknya diperhatikan apakah
tanah tersebut mempunyai alas hak yang menyatakan seseorang itu adalah pemilik
tanah yang sah. Juga perlu diperiksa kesesuaian nama yang tercantum dalam surat
keterangan dan nama pemilik yang menyatakan hak atas tanah itu sebagai
kepunyaannya. Selanjutnya apabila kelengkapan surat telah diperiksa oleh calon
pembeli dan calon penjual, pihak calon penjual dan pembeli dapat melakukan
penwaran atau transaksi harga untuk mencapai kesepakatan tentang harga tanah yang
diperjualbelikan.
Menurut keterangan dari Notaris Naomi Febri terdapat beberapa syarat yang
harus diserahkan kepada notaris untuk pembuatan akta PHGR.
1. Tanda pengenal atau identitas para pihak
Identitas penghadap harus dikenal notairs, apabila terjadi pemalsuan
mengenai diri seseorang di hadapan notaris akan berakibat akta tersebut menjadi batal
Universitas Sumatera Utara
60
secara relatif.66 Beberapa notaris selain KTP, juga untuk meyakinkan identitas para
pihak, mengunakan surat izin mengemudi sebagai alat untuk identitas guna
memastikan subjek yang datang menghadap notaris. Hal ini disebabkan karena dalam
proses pembuatannya permohonan SIM langsung menghadap petugas polisi untuk
langsung di foto dan tidak dapat diwakilkan.67
2. Tanda Bukti Hak Atas Tanah
Pemegang hak atas tanah harus menyerahkan tanda bukti hak atas tanah,
berupa sertipikat akta atau surat-surat yang dibuat oleh pejabat yang berwenang, salah
satunya dengan menyerahkan surat keterangan Silang sengketa. Surat Silang
Sengketa ini dikeluarkan oleh lurah setempat dan diketahui oleh camat sebagai bukti
bahwa tanah yang akan dijual berada dalam keadaan tidak bersengketa, namun hal ini
tidak ada diatur dalam UU, hanya sebagai syarat tambahan.
3. Bukti Setoran Pajak
Surat setoran PBB ini sangat diperlukan untuk dijadikan dasar penentuan
besarnya harga transaksi dari objek tanah yang akan dijual yaitu berdasarkan
besarnya nilai jual objek pajak yang tertera. Para pihak dapat dengan mudah
menentukan besarnya harga transaksi jual beli tanah tersebut. Bukti Setoran PBB ini
juga membantu para pihak baik bagi pembeli maupun notaris untuk mengetahui
bahwa pihak penjual telah membayar kewajiban perpajakannya kepada kas negara.
Juga untuk mengetahui ukuran luas tanah dan bangunannya sehingga akan lebih
66
R. Soegondo Notodisuryo, Hukum Notariat di Indonesia Suatu Penjelasan , Jakarta, 1993,
67
Syahril Sofyan, Materi Kuliah, TPA III, 2015
hal.
Universitas Sumatera Utara
61
menguatkan kebenaran bukti lainnya.68 Setelah semua persyaratan telah dipenuhi
maka notaris dapat membuat aktanya dengan memperhatikan subtansi yang penting
dari isi aktanya kesesuaian dengan tanggal pembuatan akta tersebut, identitas dan
kedudukan para pihak di dalam akta tersebut, keadaan objek dari jual beli.
Setelah notaris selesai membuat aktanya, di hadapan para pihak yang dihadiri
oleh dua orang saksi notaris membacakan dan menjelaskan isi dari akta pelepasan hak
dan ganti rugi ini dengan maksud para pihak dan saksi-saksi dapat mengetahui isi
akta yang telah dibuat notaris.69 Selanjutnya untuk pendaftaran haknya, dari akta
PHGR notaris dapat langsung dilanjutkan ke kantor pertanahan. BPN menerima
permohonan pendaftaran ini, dengan terlebih dahulu melengkapi : 70
1. KTP pemohon
2. SPPT PBB tahun berjalan
3. Akta PHGR notaris
C. Tanggung Jawab Notaris Atas Akta PHGR Yang Dibuatnya
Pada dasarnya akta yang dibuat di hadapan notaris adalah atas dasar
permintaan undang-undang dan demi kepentingan pihak-pihak yang membutuhkan
jasa notaris. Sehingga menurut penulis dapat dikatakan bahwa notaris sebagai pejabat
umum dalam menjelaskan tugasnya mengemban amanat yang berasal dari 2 (dua)
sumber, yaitu :
68
Harun Al-Rasyid, Sekilas tentang Jual Beli Hak Atas Tanah (berikut peraturannya ), Ghalia
Indonesia, Jakarta, 1989, hal. 56
69
Hasil wawancara dengan Naomi Febri Estomisi, Notaris Deli Serdang, pada tanggal 21
Juni 2016
70
Hasil wawancara dengan Syafrudin Chandra, Pegawai Kantor BPN Medan, tanggal 17 Juni
2016
Universitas Sumatera Utara
62
1. Masyarakat yang menjadi klien notaries
2. Perintah dari peraturan perundang-undangan kepada notaris agar perbuatan
hukum tertentu dituangkan dan dinyatakan dengan suatu akta otentik.
Jadi dapat diketahui notaris diangkat oleh pemerintah bukan hanya sekedar
untuk kepentingan diri sendiri akan tetapi bertugas untuk kepentingan masyarakat dan
Negara. Notaris dalam menjalankan jabatannya harus memperhatikan 4 (empat) hal
yang menyangkut kewenangannya, yaitu :
1. Notaris berwenang sepanjang yang menyangkut akta yang dibuat
2. Notaris berwenang sepanjang orang orang untuk kepentingan siapa akta itu
dibuat.
3. Notaris berwenang sepanjang mengenai tempat, dimana akta itu dibuat
4. Notaris berwenang sepanjang mengenai waktu pembuatan akta itu.71
Menurut pendapat notaris, notaris tidak berwenang untuk mengkonstatir
dalam akta otentik penyerahan uang atau melunasi harga pembelian barang ataupun
uang yang dipinjam, yang dilakukan oleh pihak yang satu kepada pihak yang lain.
Notaris juga tidak berwenang untuk mengkoastatir dalam akta sedemikian
penyerahan yang benar (fietlijke levering) dari barang-barang yang dilakukan di
hadapan notaris dan para pihak. Sedangkan menurut pendapat luas, bahwa notaris
berwenang untuk mengkonstatir hal-hal tersebut dalam akta otentik, asal saja notaris
dapat menyaksikannya (waarnemen). Menurut pendapat ini, notaris memperoleh
wewenang dari Pasal 1 Peraturan Jabatan Notaris untuk mengkonstatir dalam akta
71
G.H.S. Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, Erlangga, Jakarta, 2010, hal. 49
Universitas Sumatera Utara
63
“pembuatan hukum (rechtsandeling)” dan perbuatan nyata (feitelijke handelingen)
yang bukan merupakan perbuatan hukum, perjanjian dan ketetapan. 72
Begitu juga dengan tanggung jawab notaris terhadap pembuatan akta PHGR,
dimana akta tersebut dapat dijadikan sebagai bukti untuk memastikan suatu peristiwa
hukum dengan tujuan untuk menghindari suatu sengketa di kemudian hari. Oleh
karena itu pembuatan akta harus dibuat sedemikian rupa sehingga apa-apa yang ingin
dibuktikan itu dapat diketahui dengan mudah dari akta yang telah dibuat.
D. Kepastian Hukum Alat Bukti Hak Atas Tanah Yang Dibuat Dihadapan
Notaris
Dalam pendaftaran hak sebagai hasil akhir proses pendaftaran tanah termasuk
perubahan - perubahan menyangkut subjek, status hak dan perbuatan – perbuatan
yang dilakukan terhadap tanahnya merupakan alat pembuktian yang kuat.
Pembuktian kepemilikan hak atas tanah dilakukan atau ditunjukkan dengan berbagai
macam alat bukti. Namun pembuktian yang terkuat adalah sertipikat tanah yang
merupakan tanda bukti hak yang kuat bagi kepemilikan hak atas tanah.73 Bila hak atas
tanah berupa sertipikat maka terbitnya sertipikat merupakan pemberi rasa aman
kepada pemilik tanah.74 Maka akta yang dibuat di hadapan notaris juga merupakan
suatu alat pembuktian, sehingga dalam membuat suatu akta, seorang notaris harus
72
Budi Untung, Perjanjian Kredit Dalam Bentuk Akta Notaris, Pradnya Paramita, Bandung,
2010, hal. 33
73
J. Andy Hartanto, Problematika Hukum Jual Beli Tanah, Laksbang Mediatama,
Yogyakarta, 2009, hal. 16
74
Ibid, hal. 17
Universitas Sumatera Utara
64
memperhatikan norma-norma tersebut disamping kode etik dan ketentuan perundangundangan lainnya.
Pada Pasal 1888 KUH Perdata bahwa kekuatan pembuktian dari surat-surat
bukti terletak pada aktanya yang asli. Maka menurut pasal ini, kekuatan pembuktian
dari akta notaris terletak dalam minuta aktanya. Menurut Pasal 16 UUJN No. 30
Tahun 2004 jo UUJN No. 2 Tahun 2014 menyebutkan bahwa, “Minuta akta notaris
itu tetap disimpan oleh notaris dan tidak akan diberikan kepada siapapun kecuali
udnang-undang menentukan lain”.
Hal ini adalah penting, sebab sebagaimana telah diketahui bahwa tujuan
utama pembuatan akta otentik (akta notaris) adalah untuk dipergunakan sebagai alat
pembuktian dari grosse dan salinan dari akta notaris tersebut, telah diatur dalam Pasal
203 RBg, yang menyatakan antara lain bahwa, “grosse-grosse dan salinan-salinan
pertama mengandung kekuatan bukti yang setaraf dengan aktanya”. 75
Akta notaris sengaja dibuat untuk dijadikan bukti tentang suatu peristiwa
hukum dan ditandatangani. Hal ini sesuai dengan Pasal 1867 KUH perdata yang
menyatakan bahwa akta itu dibuat sebagai tanda bukti berfungsi untuk memastikan
suatu peristiwa hukum atau perbuatan dengan tujuan menghindari sengketa, maka
pembuatan akta harus sedemikian rupa sehingga apa yang diinginkan untuk
dibuktikan itu dapat diketahui dengan mudah dari akta yang dibuat. 76
75
Victor M. Situmorang dan Cormentyana Sitanggang, Grosse Akta Dalam Pembuktian dan
Eksekusi, Rineka Cipta, Jakarta, 1993, hal. 115
76
Hasil wawancara dengan Feby, Adli Yanti, Notaris Deli Serdang, pada tanggal 21 Juni
2016
Universitas Sumatera Utara
65
Akta yang dibuat di hadapan notaris adalah akta otentik, hal itu sesuai dengan
Pasal 1 UUJN No. 30 Tahun 2004 jo UUJN No. 2 Tahun 2014, akta otentik akan
menjadi sah karena hukum apabila akta tersebut memenuhi persyaratan sebagai alat
bukti dan mempunyai kekuatan pembuktian hukum yang sempurna. Maksudnya
adalah akta tersebut telah mempunyai kekuatan pembuktian keluar, baik dalam
bentuk formil maupun materil, karena kedudukannya sama dengan undang-undang
yaitu apabila suatu pihak mengajukan sebuah akta resmi, maka apa yang tertulis di
dalam akta itu harus dipercayai oleh hakim. Kecuali jika ada bukti-bukti lain yang
mempunyai derajat atau nilai yang mempunyai kekuatan yang melumpuhkan.
Universitas Sumatera Utara
66
BAB IV
KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN ATAS AKTA PHGR YANG
DIBUAT DIHADAPAN NOTARIS
A. Kasus Posisi Dalam Gugatan Perkara Perdata Nomor 16/Pdt.G/2012/PN.Stb
Tanggal 12 September 2013 dan Putusan Banding Pengadilan Tinggi Medan
Nomor 76/Pdt/2014/PT-Mdn
Pengadilan Negeri Stabat menerima gugatan dari pihak- pihak yaitu Herbert
Benyamin Pasaribu, dkk (Penggugat I s/d VII) yang semuanya diwakili oleh kuasa
hukumnya yaitu Panangian Sinambela, SH dan Ricky P Sihombing, SH. Melawan
Ahmad Suwandi, Wagimun dan Yenti (Tergugat dan Penggugat Intervensi I dan II).
Adapun dalil-dalil Penggugat adalah sebagai berikut :
1. Para Penggugat memiliki, menguasai dan mengusahai tanah seluas 254.905
M2 (dua ratus lima puluh empat ribu sembilan ratus lima meter persegi), jadi
jika dibulatkan kira - kira 25 hektar, dan data – data tersebut ada pada
sertifikat hak milik sebanyak 13 sertifikat yang terletak di Desa Telaga Tujuh,
Kecamatan Labuhan Deli, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara ;
2. Tanah tersebut telah dikuasai oleh Para Penggugat sejak tahun 1993 sampai
dengan sekarang ini dan telah dikerjakan dengan cara menanam pada, jagung
dan tanaman lainnya ;
3. Pada tahun 2008 terbitlah Sertifikat hak Milik atas nama para penggugat
sebanyak 13 Sertifikat Hak Milik yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan
66
Universitas Sumatera Utara
67
Nasional cq. Kantor Pertanahan kabupaten Deli Serdang yang mana tanah
tersebut sampai saat ini juga dalam penguasaan para penggugat.
4. Tanah yang dimiliki Para Penggugat seluas ± 25 hektar seperti tersebut diatas,
dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Tanah atas nama HERBERT BENYAMIN PASARIBU, No. Sertifikat
Hak Milik 599 luas 19.608 m2, surat ukur tanggal 17/12/2008 No. 452/
Telaga Tujuh / 2008, yang diterbitkan tanggal 22 Desember 2008.
2. Tanah atas nama HERBERT BENYAMIN PASARIBU, No. Sertifikat
Hak Milik 450 luas 19.608 m2, surat ukur tanggal 17/12/2008 No. 579/
Telaga Tujuh / 2008, yang diterbitkan tanggal 11 Desember 2008.
3. Tanah atas nama SITTA ULINA MARPAUNG, No. Sertifikat Hak Milik
597 luas 19.608 m2, surat ukur tanggal 17/12/2008 No. 450 / Telaga
Tujuh / 2008, yang diterbitkan tanggal 22 Desember 2008.
4. Tanah atas nama SITTA ULINA MARPAUNG, No. Sertifikat Hak Milik
448 luas 19.608 m2, surat ukur tanggal 17/12/2008 No. 577 / Telaga
Tujuh / 2008, yang diterbitkan tanggal 11 Desember 2008.
5. Tanah atas nama ABRAHAM P. PASARIBU, No. Sertifikat Hak Milik
598 luas 19.609 m2, surat ukur tanggal 17/12/2008 No. 451 / Telaga
Tujuh / 2008, yang diterbitkan tanggal 22 Desember 2008.
6. Tanah atas nama ABRAHAM P. PASARIBU, No. Sertifikat Hak Milik 70
luas 19.608 m2, surat ukur tanggal 31/10/2008 No. 450 / Telaga Tujuh /
2008, yang diterbitkan tanggal 14 Nopember 2008.
Universitas Sumatera Utara
68
7. Tanah atas nama PESTA B. SIMANJUNTAK, No. Sertifikat Hak Milik
321 luas 19.608 m2, surat ukur tanggal 21/11/2008 No. 313 / Telaga
Tujuh / 2008, yang diterbitkan tanggal 01 Desember 2008.
8. Tanah atas nama PESTA B. SIMANJUNTAK, No. Sertifikat Hak Milik
483
luas 19.608 m2, surat ukur tanggal 17/12/2008 No. 612 /
TelagaTujuh / 2008, yang diterbitkan tanggal 11 Desember 2008.
9. Tanah atas nama HENDRIK L. PASARIBU, No. Sertifikat Hak Milik 600
luas 19.608 m2, surat ukur tanggal 17/12/2008 No. 453 / Telaga Tujuh /
2008, yang diterbitkan tanggal 22 Desember 2008.
10. Tanah atas nama HENDRIK L. PASARIBU, No. Sertifikat Hak Milik 449
luas 19.608 m2, surat ukur tanggal 17/12/2008 No. 578 / Telaga Tujuh /
2008, yang diterbitkan tanggal 11 Desember 2008.
11. Tanah atas nama FREDDY S. PASARIBU, No. Sertifikat Hak Milik 447
luas 19.608 m2, surat ukur tanggal 17/12/2008 No. 576 / Telaga Tujuh /
2008, yang diterbitkan tanggal 11 Desember 2008.
12. Tanah atas nama RUMONDANG A. SIAHAAN, No. Sertifikat Hak Milik
322 luas 19.608 m2, surat ukur tanggal 21/11/2008 No. 314 / Telaga
Tujuh / 2008, yang diterbitkan tanggal 01 Desember 2008.
13. Tanah atas nama RUMONDANG A. SIAHAAN, No. Sertifikat Hak Milik
484 luas 19.608 m2, surat ukur tanggal 17/12/2008 No. 613 /Telaga Tujuh
/ 2008, yang diterbitkan tanggal 11 Desember 2008.
Universitas Sumatera Utara
69
5. Pada tanggal 11 Februari 2010, Tergugat menguasai dan mengerjakan tanah
milik Para Penggugat tanpa izin dari Para Penggugat atau kuasanya yang sah,
sebagaimana terlihat dari Pengaduan HERBERT PASARIBU (Penggugat No.
Urut 1) kepada POLRES KP3 Belawan dengan Surat Tanda Penerimaan
Laporan No. Pol.
STPL / 54 / II / 2010 / SPK ”C” tertanggal 11 Februari
2010.
6. Dan tergugat melakukan pembatasan dengan mendirikan benteng dari tanah
yang dikerok pakai beko (Escavator) yang secara nyata adalah milik Para
Penggugat, kemudian menanami sawit di tanah milik Para Penggugat tersebut.
7. Terhadap tindakan yang dilakukan oleh Tergugat, Para Penggugat melalui
Kuasanya telah berusaha menegur Tergugat melalui surat dengan No. 65 /
P&P / Som / VII / 2010, agar Tergugat menghentikan pengerjakan dan
meninggalkan tanah milik Para Penggugat tersebut, namun hal tersebut tidak
diindahkan oleh Tergugat dan tetap melakukan penguasaan dan pengerjaan di
atas tanah milik Para Penggugat.
8. Para penggugat melalui Perpu Nomor 51 tahun 1960 tentang Larangan
Pemakaian tanah tanpa izin yang berhak atau kuasanya telah dengan jelas
melarang orang memakai tanah tanpa izin dari yang berhak atau kuasanya
yang sah, yang mana berarti juga melarang dengan nyata milik para
penggugat tanpa izin dari Para Penggugat atau kuasanya yang sah;
9. Tergugat mengajukan upaya hukum Banding ke Pengadilan Tinggi Medan
(meskipun menurut KUHAP pasal 205 untuk kasus Tindak Pidana Ringan
Universitas Sumatera Utara
70
tidak diperbolehkan banding) dan oleh Pengadilan Tinggi Medan menguatkan
putusan Pengadilan Negeri Lubuk Pakam dengan merubah lamanya masa
hukuman dari 5 bulan penjara dengan percobaan 10 bulan menjadi 3 bulan
penjara dengan percobaan 6 bulan, seperti terlihat dari putusan Pengadlan
Tinggi Medan Nomor : 627 / Pid / 2011 /PT. Mdn tertanggal 01 Desember
2011. Dikarenakan perbuatan yang dilakukan Tergugat adalah perbuatan
melawan hukum (vide Putusan Pengadilan Negeri Lubuk Pakam jo. Putusan
Pengadilan Tinggi Medan) dan merugikan orang lain (ic. Para Penggugat),
maka sangat berdasar bagi Majelis Hakim untuk menghukum Tergugat untuk
membayar kerugian yang dialami Para Penggugat baik materil maupun moril
yang keseluruhannya Rp. 1.300.000.000,- (satu milyar tiga ratus juta rupiah) +
Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) = Rp. 11.300.000.000,- (sebelas
milyar tiga ratus juta rupiah) ;
Berdasarkan uraian di atas para penggugat mengajukan permohonan kepada
majelis hakim untuk memanggil para pihak dan penggugat menuntut agar :
1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya ;
2. Menyatakan Para Penggugat adalah milik yang sah atas tanah seluas 254.905 m2
(dua ratus lima puluh empat ribu sembilan ratus lima meter persegi) sesuai
dengan data 13 buah Sertifikat Hak Milik Tanah
3. Menyatakan perbuatan Tergugat yang menguasai dan mengerjakan tanah milik
Para Penggugat bahkan menanam pohon kelapa sawit, juga melakukan
pembatasan dengan mendirikan benteng dari tanah yang dikerok pakai beko
Universitas Sumatera Utara
71
(escavator) yang secara nyata adalah milik Para Penggugat adalah merupakan
perbuatan melawan hukum (Onrechtmatige Daad ) ;
4.
Menghukum Tergugat untuk membayar ganti rugi kepada Para Penggugat baik
moril maupun materil yang keseluruhan berjumlah Rp. 1.300.000.000,- (satu
milyar tiga ratus juta rupiah) + Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) =
Rp. 11.300.000.000,- (sebelas milyar tiga ratusjuta rupiah) ;
Lalu kemudian Wagiman dan Yenti masuk sebagai Penggugat Intervensi I dan
II dengan surat gugatan Intervensinya tertanggal 19 Juni 2012, dengan mengajukan
gugatan Intervensi terhadap para Tergugat Intervensi sebagai berikut :
a. Penggugat Intervensi I menguasai dan memiliki tanah – tanah seluas ± 120.000
M2 (seratus dua puluh ribu meter persegi) yang terletak dan berlokasi serta
dikenal dengan dusun V, Desa Karang Gading, Kecamatan Labuhan Deli,
Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara dan lainnya sesuain dengan
Akta Pelepasan Hak Dengan Ganti Rugi (APHGR) yang diperbuat dihadapan
Wenny Adytia Kurniawan, SH, SPN, Notaris di Stabat.
Penggugat intervensi I menguasai dan memiliki tanah-tanah seluas +/120.000 M2 berdasarkan jual beli dengan APHGR :
1. APHGR Nomor : 13 A tertanggal 19 Desember 2006.
2. APHGR Nomor : 15 tertanggal 10 Oktober 2007.
3. APHGR Nomor : 16 tertanggal 10 Oktober 2007.
4. APHGR Nomor : 17 tertanggal 10 Oktober 2007.
5. APHGR Nomor : 18 tertanggal 10 Oktober 2007.
Universitas Sumatera Utara
72
6. APHGR Nomor : 26 tertanggal 10 Oktober 2007
Penggugat Intervensi II juga menguasai dan memiliki tanah – tanah seluas ±
140.000 M2 (seratus empat puluh ribu meter persegi), tersebut diatas berdasarkan jual
beli dengan dasar APHGR yang diperbuat dihadapan Wenny Adytia Kurniawan, SH,
SPN, Notaris di Stabat, yaitu :
1.
APHGR Nomor : 19 tertanggal 10 Oktober 2007.
2.
APHGR Nomor : 20 tertanggal 10 Oktober 2007.
3.
APHGR Nomor : 21 tertanggal 10 Oktober 2007
4.
APHGR Nomor: 22 tertanggal 10 Oktober 2007
5.
APHGR Nomor : 23 tertanggal 10 Oktober 2007
6.
APHGR Nomor : 24 tertanggal 10 Oktober 2007
7.
APHGR Nomor : 25 tertanggal 10 Oktober 2007
Lalu belakangan Penggugat Intervensi I dan II ketahui ternyata tanah milik
Penggugat Intervensi I dan II seluas ± 260.000 M2 yang terletak dan berlokasi serta
dikenal dengan Dusun V, Desa Karang Gading, Kecamatan Labuhan Deli, Kabupaten
Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara tersebut diatas telah dijadikan objek sengketa
dan atau dipersengketakan antara Tergugat Intervensi I sampai dengan Tergugat VII
melawan Tergugat Intervensi VIII di Pengadilan Negeri Stabat yang
terdaftar
dibawah register perkara Nomor : 16 / Pdt. G / 2012 / PN. Stb ;
Oleh karena itu Penggugat Intervensi I dan II merasa sangat keberatan dan
sangat berkepentingan untuk menjadi pihak dalam perkara perdata Nomor : 16 / Pdt.
G / 2012 / PN. Stb tertanggal 11 Mei 2012 tersebut, karena yang menjadi pokok
Universitas Sumatera Utara
73
permasalahan dalam perkara a quo adalah tanah yang nyata - nyata secara hukum
seluruhnya adalah pemilik yang sah Penggugat Intervensi I dan II yang terletak dan
berlokasi serta dikenal dengan Dusun V, Desa Karang Gading, Kecamatan Labuhan
Deli, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara.
Berdasarkan hal - hal yang telah dikemukakan tersebut diatas, Penggugat
Intervensi I dan II mohon kehadapan yang terhormat Ketua Majelis Hakim yang
memeriksa dan mengadili perkara intervensi ini mengambil dan memberikan
keputusan hukum dengan amarnya berbunyi sebagai berikut :
1. Mengabulkan gugatan Intervensi dari Penggugat Intervensi I dan II seluruhnya ;
2. Menyatakan Penggugat Intervensi I dan II adalah Penggugat Intervensi yang baik;
3. Menerima Penggugat Intervensi I dan II sebagai pihak dalam Perkara Perdata
Nomor :16 / Pdt. G / 2012 / PN. Stb ;
4. Menyatakan Tergugat Intervensi I s/d VII telah melakukan perbuatan melawan
hukum ;
5. Menyatakan demi hukum :
a. Agar mengabulkan bahwa Penggugat Intervensi I adalah pemilik sah bidang
tanah seluas ± 120.000 M2 (seratus dua puluh ribu meter persegi), yang terletak
dan berlokasi serta dikenal dengan Dusun V, Desa Karang Gading, Kecamatan
Labuhan Deli, Kabupaten Deli Serdang, Priopinsi Sumatera Utara, satu dan
lainnya sesuai dengan Akta Pelepasan Hak Dengan Ganti Rugi yang diperbuat
dihadapan Wenny Adytia Kurniawan, SH, SPN, Notaris di Stabat atas nama
Penggugat Intervensi I (Wagimun).
Universitas Sumatera Utara
74
b. Penggugat Intervensi II adalah pemilik sah bidang - bidang tanah ± 140.000
M2 (seratus empat puluh ribu meter persegi), yang terletak dan berlokasi serta
dikenal dengan Dusun V, Desa Karang Gading, Kecamatan Labuhan Deli,
Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara, satu dan lainnya sesuai
dengan Akta Pelepasan Hak Dengan Ganti Rugi yang diperbuat dihadapan
Wenny Adytia Kurniawan, SH, SPN, Notaris di Stabat atas nama Penggugat
Intervensi II (Yenti)
6. Agar Menyatakan tidak sah atau setidak - tidaknya dinyatakan tidak
berkekuatan hukum perikatan - perikatan atau surat - surat yang timbul dari
sertifikat hak milik sebagaimana tersebut pada angka 4.1 s/d 4.13 gugatan
Penggugat I s/d VIII Tergugat Intervensi I s/d VII tertanggal 11 Mei 2012
sepanjang terhadap bidang tanah milik Penggugat Intervensi I dan II, yang
terletak dan berlokasi serta dikenal dengan Dusun V, Desa Karang Gading,
Kecamatan Labuhan Deli, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara ;
7. Menyatakan secara hukum Penggugat Intervensi I dan II tanpa halangan dan
hambatan dari pihak - pihak Tergugat - Tergugat Intervensi maupun pihak
ketiga yang tidak mempunyai dasar, secara leluasa dapat mengolah dan
mengerjakan, serta mengalih dan menjual kepada pihak ketiga dalam arti
seluas - luasnya atas tanah milik Penggugat Intervensi I dan II dimaksud ;
8. Menghukum Tergugat Intervensi I s/d VII atau orang lain yang mendapatkan
hak atas tanah dengan cara melawan hukum sepanjang tanah yang diambil
dan dikuasai tersebut adalah milik Penggugat Intervensi I dan II dalam
Universitas Sumatera Utara
75
mengosongkan dan menyerahkan kepada Penggugat Intervensi I dan II dalam
kondisi baik tanpa halangan dan hambatan dari pihak manapun juga ;
9. Menyatakan putusan dalam perkara ini dapat dijalankan serta merta
(Uitvoerbaar bij voorraad) meskipun ada perlawanan, banding maupun kasasi
Dalam menimbang gugatan intervensi tersebut, Hakim Pengadilan Negeri
Stabat telah menjatuhkan Putusan Sela pada tanggal 26 Juli 2012 Nomor
16/Pdt.G/2012/PN.Stb/Int kemudian mengadili yaitu :
Mengabulkan permohonan Para Penggugat Intervensi untuk menggabungkan
diri pada perkara Perdata Register Nomor :16/Pdt.G/2012/PN. Stb;
Memerintahkan pihak-pihak yang berperkara melanjutkan pemeriksaan
perkara;
Menangguhkan besarnya biaya perkara sampai putusan akhir;
Tergugat dalam jawabannya juga telah mengajukan gugatan Rekonvensi yang
pada pokoknya sebagai berikut :
Sebagaimana dalam jawaban yang disampaikan Penggugat d.r /Tergugat d.k
dahulu ada memiliki tanah seluas ± 26 hektar tanah yang terletak di Dusun V, Desa
Karang Gading, Kecamatan Labuhan Deli, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi
Sumatera Utara diperoleh dari yang bernama M. MISRAN berdasarkan alas hak
yakni Surat Pernyataan Melepaskan Hak atas Tanah Dengan Cara Ganti Rugi
tertanggal 27 Desember 2006.
Universitas Sumatera Utara
76
Pada tahun 2007, tanah seluas ± 26 hektar tersebut telah Penggugat
d.r /
Tergugat dialihkan / jual kepada Turut Tergugat d.r /Penggugat Intervensi I, dan
Intervensi II pada tanggal 10 Oktober 2007,dimana pengalihan hak atas tanah tersebut
diperbuat dihadapan Wenny Adytia, Notaris di Stabat dengan Akta Pelepasan Hak
Dengan Ganti Rugi Nomor : 10, tertanggal 10 Oktober 2007.
Penggugat d.r / Tergugat d.k mengerjakan tanah seluas ± 26 hektar yang
terletak di Dusun V, Desa Karang Gading milik Turut Tergugat d.r / Penggugat
Intervensi I dan II tersebut, adalah atas suruhan atau kedudukan Penggugat d.r /
Tergugat d.k sebagai pekerja yang menerima gaji dari Turut Tergugat d.r / Penggugat
Intervensi I dan II.
Pada bulan Februari 2010 ketika Penggugat d.r / Tergugat d.k sedang
mengerjakan lahan tanah tersebut, Tergugat d.r / Penggugat d.k telah mengadukan
Penggugat d.r / Tergugat d.k ke Polres Pelabuhan Belawan (d/h Polres KP3 Belawan)
dengan tuduhan menguasai tanah tanpa hak atas tanah yang terletak di Pulau Benta,
Desa Karang Gading yakni tanah milik Turut Tergugat d.r / Penggugat Intervensi I
dan II yang di klaim Tergugat d.r / Penggugat d.k sebagai miliknya yang terletak
tanahnya di Desa Telaga Tujuh.
Atas laporan dan tuduhan tersebut, Penggugat d.r / Tergugat d.k, telah
dipanggil oleh Penyidik Kepolisian Resort Pelabuhan Belawan guna menjalani
pemeriksaan sebagai tersangka hingga diajukan sebagai Terdakwa Tipiring pada
persidangan Pengadilan Negeri Lubuk Pakam, dan oleh Pengadilan Negeri Lubuk
Universitas Sumatera Utara
77
Pakam telah memvonis Penggugat d.r / Tergugat d.k, dengan dinyatakan bersalah
telah menguasai tanpa hak atas tanah dengan hukuman 5 bulan penjara.
Penggugat d.r / Tergugat d.k ulangi yakni diperiksa sebagai Terdakwa
dihadapan persidangan, Penggugat d.r / tergugat d.k tidak diberi kesempatan untuk
melakukan pembelaan hukum baik mengajukan bukti bukti maupun saksi - saksi
seperti Kepala Desa Karang Gading, Camat Labuhan Deli, Pejabat dari Pemda Tk II
Deli Serdang dan yang lainnya yang dapat membuat terang dan jelas duduk perkara
dimaksud.
Sejak Tergugat d.r / Penggugat d.k, mengajukan Penggugat d.r /Tergugat d.k
dengan cara membuat laporan yang tidak benar dan berusaha agar Penggugat d.r /
Tergugat menjadi terhukum mengakibatkan tertindasnya hak azasi Penggugat d.r /
Tergugat d.k, serta mengakibatkan penderitaan yang sangat mendalam, disamping
Penggugat d.r / Tergugat d.k mengalami kehilangan pekerjaan dan juga Penggugat d.r
/ Tergugat d.k tidak lagi menafkahi terlebih sejak dipanggil berkali kali oleh penyidik
hingga sampai kepengadilan dengan memakan waktu yang lama sehingga menjadi
beban pikiran yang berlarut - larut hingga Penggugat d.r / Terghugat d.k tidak dapat
mencari nafkah lagi.
Bahwa akibat perbuatan Tergugat d.r / Penggugat d.k yang telah merekayasa
pengaduannya hingga Penggugat d.r / Tergugat d.k menjadi terpidana sedangkan
diketahui bahwa Penggugat d.r / Tergugat d.k hanyalah sebagai pekerja atau mandor
yang makan gaji dari Penggugat Intervensi I dan II, menimbulkan kerugian materil
yakni telah kehilangan pekerjaan dengan penghasilan sebesar Rp. 8.000.000,-
Universitas Sumatera Utara
78
(delapan juta rupiah) perbulan hingga sampai sekarang, dan akibat adanya gugatan
ganti rugi yang diajukan Tergugat d.r / Penggugat d.k yang tidak berdasarkan hukum
menimbulkan kerugian bagi Penggugat d.r / Tergugat d.k yakni sebesar Rp.
100.000.000,- (seratus juta rupiah).
Bahwa selain dari pada itu karena Tergugat d.r / Penggugat d.k telah
mengkondisikan Penggugat d.r / Tergugat d.k untuk dihukum dengan sengaja tipu
dayanya sedang diketahui Tergugat d.r / Penggugat d.k bahwa yang menguasai tanah
dimaksud adalah Turut Tergugat d.r / Penggugat Intervensi I dan II (bukti surat dari
Tergugat d.r / Penggugat d.k kepada Turut Tergugat Intervensi I, tentang
pengosongan lahan akan diajukan sebagai bukti), oleh karena itu bahwa harkat dan
martabat Penggugat d.r / Tergugat d.k sebagai manusia tidak terukur dengan uang
namun pantaslah dan sangat beralasan hukum jika Tergugat d.r / Penggugat dihukum
membayar ganti-rugi Moril sebesar Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) ;
Apabila diperhitungkan maka diduga kerugian yang dialami Penggugat d.r /
Tergugat d.k yakni :
1. Kerugian materil sejak bulan Februari 2010 akibat hilangnya penghasilan dari
pekrjaan Penggugat d.r / Tergugat d.k hinggadiajukannya gugatan ganti rugi
oleh Tergugat d.r / Penggugat d.k adalah 32 bulan x Rp. 8.000.000,- sebesar
Rp. 256.000.000,- (dua ratus lima puluh enam juta rupiah) ;
2. Kerugian materil berupa uang yang dikeluarkan Penggugat d.r /Tergugat d.k
selama proses pedana yang diajukan Penyidik Polres KP3 Belawan dan
Universitas Sumatera Utara
79
hingga pengajuan perkara gugatan ganti rugi di Pengadilan Negeri stabat
adalah sebesar Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) ;
3. Kerugian moril adalah sebesar Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) ;
Jadi keseluruhan kerugian yang dialami Penggugat d.r / Tergugat d.k adalah
sebesar Rp. 10.356.000.000,- (sepuluh milyar tiga ratus lima puluh enam juta rupiah)
Berdasarkan hal - hal atau alasan yang kemukakan diatas, Penggugat d.r/
Tergugat mengajukan permohonan kepada hakim sebagai berikut :
1. Mengabulkan Gugatan Rekonpensi Penggugat d.r / Tergugat d.k untuk
seluruhnya.
2. Menyatakan perbuatan Tergugat d.r / Penggugat d.k yang telah mengajukan
Penggugat d.r / Tergugat d.k ke ranah hukum pidana dengan tuduhan telah
menguasai tanpa hak atas tanah yang tidak ada kaitan hukumnya atas
kepemilikan tanah seluas 26 hektar yang terletak di Pulau Benta, Dusun V,
Desa Karang Gading, Kecamatan Labuhan Deli, adalah perbuatan yang
bertentangan dengan hukum ;
3. Menyatakan bahwa perbuatan Tergugat d.r / Penggugat d.k, yang mengklaim
tanah objek perkara aqou hingga menyeret Penggugat d.r / Tergugat d.k
kepada persoalan hukum dengan tuduhan menguasai tanpa hak hingga
dirampasnya hak kemerdekaan Penggugat d.r / Tergugat d.k adalah perbuatan
yang