Perbedaan Ukuran Kamar Pulpa Molar Satu Rahang Bawah pada Pasien Diabetes Melitus dan Non-Diabetes Melitus Ditinjau dari Radiografi Periapikal

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Radiografi periapikal bertujuan untuk memperoleh gambaran dari seluruh gigi
dan struktur jaringan sekitarnya.1,2 Pada umumnya, pemeriksaan radiografi periapikal
merupakan teknik pemeriksaan radiografi yang paling rutin dikerjakan di Kedokteran
Gigi. Radiografi periapikal sangat berguna dalam mendeteksi karies, penyakit
periodontal, dan periapikal.3
Selain kondisi gigi geligi dan struktur jaringan sekitarnya, radiografi
periapikal juga bisa memberikan informasi kemungkinan adanya perubahan–
perubahan yang terjadi pada struktur dalam anatomi gigi yang diakibatkan faktor
penyakit sistemik yang tidak dapat dilihat secara klinis. Sebagai contoh, perubahan
ukuran kamar pulpa akibat penyakit diabetes melitus.4,5
Menurut American Diabetes Association (ADA), diabetes melitus merupakan
penyakit kelainan metabolik yang dikarakteristikan dengan hiperglikemia kronis serta
kelainan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang diakibatkan oleh kelainan
sekresi insulin, kerja insulin maupun keduanya. Hiperglikemia kronis pada diabetes
melitus akan disertai dengan kerusakan gangguan fungsi beberapa organ khususnya

mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah.6,7,8
Penelitian dari 91 negara digunakan dalam menghitung prevalensi diabetes
melitus berdasarkan usia dan jenis kelamin tertentu, untuk menentukan prevalensi
diabetes nasional. Pada 216 negara tahun 2010 dan 2030, penelitian dilakukan
berdasarkan kriteria Organisasi Kesehatan Dunia atau kriteria diagnostik American
Diabetic Assosiation (ADA) untuk 3 kelompok usia yang terpisah dalam rentang 2079 tahun. Prevalensi diabetes melitus di kalangan dunia pada orang dewasa (20-79
tahun) akan mencapai 6,4% yang mempengaruhi 285 juta orang dewasa. Pada tahun
2010 akan meningkat menjadi 7,7 % dan 439 juta orang dewasa pada tahun 2030.
Antara tahun 2010 dan 2030, akan ada peningkatan 69% dalam jumlah orang dewasa

Universitas Sumatera Utara

2

dengan diabetes melitus di negara berkembang dan meningkat 20% di negara-negara
maju.9
Prevalensi diabetes melitus di Indonesia untuk daerah perkotaan adalah 5,7%,
dan 73,7% tidak terdiagnosis serta tidak mengonsumsi obat. Prevalensi toleransi
glukosa terganggu adalah 10,2%. “Badan kesehatan dunia, World Health
Organization (WHO) memperkirakan pada tahun 2030 penyandang diabetes melitus

di Indonesia sebanyak 21,3 juta jiwa. Kondisi ini membuat peringkat ke-4 setelah
Amerika Serikat, China dan India.10,11
Dari penelitian Dilhan Ilguy, dkk., (2004), dilakukan di Istanbul, Turkey,
dengan melihat 80 gigi molar mandibula gambaran radiografi periapikal pada
penderita diabetes melitus dan dibandingkan dengan 43 gambaran radiografi
periapikal non-diabetes melitus pada kelompok umur yang sama, bahwa terdapat
perubahan kamar pulpa antara penderita diabetes melitus dan non-diabetes melitus.
Perubahan ditemukan pada lebar mahkota mesiodistal molar satu mandibula antara
penderita diabetes melitus dengan non-diabetes melitus dengan nilai rata-rata adalah
11,0 ± 0,69 dan 11,4 ± 0,57. Perubahan juga terjadi pada lebar mahkota hingga
serviks dan tinggi tanduk pulpa mesial molar satu mandibula pada penderita diabetes
melitus dan non-diabetes melitus, serta luas total pulpa molar satu mandibula lebih
besar pada non-diabetes melitus. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada
perubahan kamar pulpa antara penderita diabetes melitus dengan non-diabetes
melitus.4
Nindha, dkk., (2011), melakukan penelitian terhadap 30 sampel, dimana 15
sampel menderita penyakit diabetes melitus dan 15 sampel non-diabetes melitus. Dari
30 sampel dilakukan rontgen foto dengan menggunakan radiografi periapikal. Dari
hasil penelitian tersebut, ada perubahan nilai yang signifikan pada hasil pengukuran
tinggi kamar pulpa dan jarak atap pulpa dengan furkasi pada kelompok sampel,

karena terdapat perubahan ukuran kamar pulpa pada penderita diabetes melitus yang
diukur dalam 9 aspek sesuai dengan pengukuran kamar pulpa yang dilakukan oleh
Khojastepour, Rahimizadeh, dan Khayat pada tahun 2007. Maka, berdasarkan hasil

Universitas Sumatera Utara

3

uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai perbedaan ukuran
kamar pulpa pada diabetes melitus dan non-diabetes melitus.5

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan ukuran kamar pulpa pada molar satu rahang
bawah pasien diabetes melitus dan non-diabetes melitus ditinjau dari analisis
radiografi periapikal.
2. Bagaimanakah hasil dari pengukuran kamar pulpa pada pasien diabetes
melitus dan non-diabetes melitus ditinjau dari radiografi periapikal.


1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu
tujuan umum dan khusus.

1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan ukuran kamar pulpa molar satu
rahang bawah pada pasien diabetes melitus dan non-diabetes melitus.

1.3.2 Tujuan Khusus
Untuk mengetahui seberapa besar perbedaan ukuran kamar pulpa molar satu
rahang bawah pada pasien diabetes melitus dan non-diabetes melitus ditinjau dari
radiografi periapikal.

1.4 Hipotesis Penelitian
Terdapat perbedaan ukuran kamar pulpa gigi molar satu rahang bawah
ditinjau dari radiografi periapikal antara pasien diabetes melitus dan non-diabetes
melitus.

Universitas Sumatera Utara


4

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis
Hasil

penelitian

ini

diharapkan

dapat

memberi

kontribusi

dalam


perkembangan ilmu pengetahuan mengenai adanya perbedaan ukuran kamar pulpa
pada pasien diabetes melitus dan non-diabetes melitus.

1.5.2 Manfaat Praktis
Sebagai bahan informasi kepada dokter gigi agar lebih berhati-hati dalam
melakukan perawatan yang berhubungan dengan preparasi gigi dan saluran akar
dalam menangani pasien diabetes melitus.

Universitas Sumatera Utara