Perbedaan Ukuran Kamar Pulpa Molar Satu Rahang Bawah pada Pasien Diabetes Melitus dan Non-Diabetes Melitus Ditinjau dari Radiografi Periapikal

(1)

PERBEDAAN UKURAN KAMAR PULPA MOLAR SATU

RAHANG BAWAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS

DAN NON-DIABETES MELITUS DITINJAU DARI

RADIOGRAFI PERIAPIKAL

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

Enni Mulianingsih

110600102

Pembimbing :

Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp.RKG (K)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Unit Radiologi Kedokteran Gigi Tahun 2014

Enni Mulianingsih

Perbedaan Ukuran Kamar Pulpa Molar Satu Rahang Bawah pada Pasien Diabetes Melitus dan Non-Diabetes Melitus Ditinjau dari Radiografi Periapikal

xi + 41 halaman

Diabetes melitus adalah suatu penyakit yang mengakibatkan tidak seimbangnya kemampuan tubuh dalam mengolah makanan secara efisien yang disebabkan oleh pankreas gagal memproduksi insulin atau terjadi kesalahan fungsi tubuh yang tidak bisa menggunakan insulin secara tepat. Diabetes melitus menyebabkan gangguan peredaran darah hingga sampai ke bagian pulpa gigi. Perubahan kamar pulpa pasien diabetes melitus menjadi lebih kecil dibandingkan non-diabetes melitus diakibatkan adanya gangguan peredaran darah. Radiografi periapikal dapat digunakan untuk melihat perbedaan ukuran kamar pulpa pada pasien diabetes melitus dan non-diabetes melitus.

Metode penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional dan uji statistik T- Independent test. Penelitian ini dilakukan di kota Medan dengan total jumlah sampel 60 orang, pada pasien diabetes melitus berjumlah 30 sampel dari RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN, dan pasien non-diabetes melitus berjumlah 30 sampel dari lingkungan FKG USU.

Diperoleh hasil dari sampel terdapat adanya perbedaaan yang signifikan p < 0,05 pada jarak dinding mesial dan distal ditengah kamar pulpa antara pasien non-diabetes melitus dan non-diabetes melitus dengan hasil rata-rata adalah 4,45 ± 0,46 dan 3,93 ± 0,38, jarak antara mesial dan distal pada orifice dengan hasil 4,86 ± 0,45 dan 4,46 ± 0,36, tinggi kamar pulpa dengan hasil 2,26 ± 0,40 dan 1,40 ± 0,30, dan atap pulpa dengan furkasi dengan hasil 5,53 ± 0,76 dan 4,75 ± 0,66. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan ukuran kamar pulpa antara pasien diabetes melitus dan non-diabetes melitus.


(3)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah dipersetujui untuk dipertahankan Dihadapan tim penguji skripsi

Medan, 29 Desember 2014

Pembimbing: Tanda tangan

Dr. Trelia Boel, drg., M. Kes, Sp. RKG(K) ……….. NIP. 19650214 198203 2 004


(4)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji pada tanggal 29 Desember 2014

TIM PENGUJI

KETUA : Dr. Trelia Boel, drg., M. Kes, Sp. RKG (K) ANGGOTA : 1. H. Amrin Thahir, drg.

2. Cek Dara Manja, drg., Sp.RKG.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunianya yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini untuk memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat untuk memperolah gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada ayahanda H. Muhammad Ayub SE. dan Ibunda Hj. Juliana atas segala kasih sayang, doa, dan dukungan serta segala bantuan baik moril maupun materil yang tidak akan terbalas oleh penulis. Serta tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada adinda Irmaliana. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp. RKG(K), sebagai pembimbing penulis yang telah banyak membantu penulis dan telah bersedia meluangkan waktu, memberikan semangat, motivasi serta bimbingan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi penelitian ini dengan baik.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Nazruddin, drg., C. Ort., Ph. D., Sp. Ort., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. H . Amrin Thahir, drg., Cek Dara Manja, drg., Sp. RKG., Dewi Kartika, drg., Maria Novita H. Sitanggang, drg., dan Lidya Irani Nainggolan, drg., Sp.RKG atas segala masukan dan saran yang telah diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

3. Armia Syahputra, drg., selaku penasihat akademik yang telah memberikan nasihat selama penulis menjalankan pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.


(6)

4. Ibu Maya selaku dosen di Fakultas Kesehatan Masyarakat Bidang Statistik yang telah banyak membantu dalam penyempurnaan hasil penelitian ini.

5. Pegawai Unit Radiologi Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara (Kak Rani, Kak Tetty, dan Bang Ari).

6. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membimbing dan memberikan ilmunya kepada penulis selama menjalani masa pendidikan.

7. Sahabat-sahabat tersayang (Farra Ramadhani, Dara Aidilla, Cindy Amallia Aryetta, Karina Yusanda Putri) yang selalu memberikan dukungan moril kepada penulis dalam penelitian ini.

8. Semua teman-teman Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. 9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu dalam pengantar ini.

Akhir kata dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi Fakultas Kedokteran Gigi dan seluruhnya.

Medan, 29 Desember 2014 Penulis,

Enni Mulianingsih 110600102


(7)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PENGESAHAN JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1 Tujuan Umum ... 3

1.3.2 Tujuan Khusus ... 3

1.4 Hipotesis Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

1.5.1 Manfaat Teoritis ... 4

1.5.2 Manfaat Praktis ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Periapikal ... 5

2.1.1 Indikasi Radiografi Periapikal ... 5

2.1.2 Persyaratan Posisi Film dan Sinar-X ... 5

2.1.3 Teknik Periapikal Paralleling ... 6

2.1.4 Teknik Periapikal Bisecting ... 8

2.2 Diabetes Melitus ... 10


(8)

2.2.2 Prevalensi Diabetes Melitus ... 12

2.2.3 Gambaran Klinis ... 13

2.2.4 Diagnosis ... 13

2.2.5 Patogenesis Diabetes Melitus Tipe-1 ... 13

2.2.6 Patogenesis Diabetes Melitus Tipe-2 ... 14

2.2.7 Terapi Diabetes Melitus ... 14

2.3 Perubahan pada Rongga Mulut dan Gigi-geligi ... 15

2.3.1 Perubahan pada Rongga Mulut Akibat Diabetes Melitus ... 15

2.3.2 Perubahan pada Gigi Geligi Akibat Diabetes Melitus ... 19

2.4 Kerangka Teori ... 22

2.5 Kerangka Konsep ... 23

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 24

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian... 24

3.4 Besar Sampel ... 25

3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 26

3.5.1 Kriteria Inklusi ... 26

3.5.2 Kriteria Eksklusi ... 26

3.6 Alat dan Bahan Penelitian ... 26

3.7 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 27

3.7.1 Variabel Penelitian ... 27

3.7.2 Definisi Operasional ... 27

3.8 Cara Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian ... 28

3.8.1 Cara Pengumpulan Data ... 28

3.8.2 Prosedur Penelitian ... 28

3.9 Cara Pengukuran ... 29

3.10 Pengolahan dan Analisis Data ... 30

3.10.1 Pengolahan Data ... 30

3.10.2 Analisis Data ... 30

3.11 Etika Penelitian ... 30

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Data Umur Sampel ... 31

4.2 Data Demografis Sampel ... 31

BAB 5 PEMBAHASAN ... 34

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 38


(9)

DAFTAR PUSTAKA ... 39 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Gambar radiografi periapikal dengan teknik paralelling ... 7

2. Gambar radiografi periapikal dengan teknik bisecting ... 9

3. Gambar prevalensi populasi Amerika Serikat yang terkena diabetes melitus pada tahun 2010-2012 ... 12

4. Gambar patogenesis pada diabetes melitus tipe-1 ... 14

5. Gambar penurunan densitas tulang pada radiografi periapikal ... 16

6. Gambar kehilangan tulang akibat periodontitis ditinjau dari radiografi periapikal ... 17

7. Gambar Oral Trush atau Oral Candida ... 18

8. Gambar Xerostomia ... 18

9. Gambar keadaan kamar pulpa gigi pada radiografi periapikal ... 20

10.Gambar karies gigi ditinjau dari radiografi periapikal ... 21

11.Gambar cara pengukuran ... 29

12.Gambar perbedaan ukuran kamar pulpa pada pasien non-DM dan DM ditinjau dari radiografi periapikal ... 33


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Data statistik sampel penelitian ... 31 2. Data perbedaan ukuran kamar pulpa diabetes melitus dan


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Ethical clearance 2. Kuesioner penelitian 3. Data uji statistik

4. Lembar penjelasan kepada calon responden

5. Surat pernyataan persetujuan subjek penelitian (Informed Consent) 6. Jadwal pelaksanaan penelitian

7. Rincian biaya penelitian 8. Data personalia peneliti


(13)

Fakultas Kedokteran Gigi

Unit Radiologi Kedokteran Gigi Tahun 2014

Enni Mulianingsih

Perbedaan Ukuran Kamar Pulpa Molar Satu Rahang Bawah pada Pasien Diabetes Melitus dan Non-Diabetes Melitus Ditinjau dari Radiografi Periapikal

xi + 41 halaman

Diabetes melitus adalah suatu penyakit yang mengakibatkan tidak seimbangnya kemampuan tubuh dalam mengolah makanan secara efisien yang disebabkan oleh pankreas gagal memproduksi insulin atau terjadi kesalahan fungsi tubuh yang tidak bisa menggunakan insulin secara tepat. Diabetes melitus menyebabkan gangguan peredaran darah hingga sampai ke bagian pulpa gigi. Perubahan kamar pulpa pasien diabetes melitus menjadi lebih kecil dibandingkan non-diabetes melitus diakibatkan adanya gangguan peredaran darah. Radiografi periapikal dapat digunakan untuk melihat perbedaan ukuran kamar pulpa pada pasien diabetes melitus dan non-diabetes melitus.

Metode penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional dan uji statistik T- Independent test. Penelitian ini dilakukan di kota Medan dengan total jumlah sampel 60 orang, pada pasien diabetes melitus berjumlah 30 sampel dari RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN, dan pasien non-diabetes melitus berjumlah 30 sampel dari lingkungan FKG USU.

Diperoleh hasil dari sampel terdapat adanya perbedaaan yang signifikan p < 0,05 pada jarak dinding mesial dan distal ditengah kamar pulpa antara pasien non-diabetes melitus dan non-diabetes melitus dengan hasil rata-rata adalah 4,45 ± 0,46 dan 3,93 ± 0,38, jarak antara mesial dan distal pada orifice dengan hasil 4,86 ± 0,45 dan 4,46 ± 0,36, tinggi kamar pulpa dengan hasil 2,26 ± 0,40 dan 1,40 ± 0,30, dan atap pulpa dengan furkasi dengan hasil 5,53 ± 0,76 dan 4,75 ± 0,66. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan ukuran kamar pulpa antara pasien diabetes melitus dan non-diabetes melitus.


(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Radiografi periapikal bertujuan untuk memperoleh gambaran dari seluruh gigi dan struktur jaringan sekitarnya.1,2 Pada umumnya, pemeriksaan radiografi periapikal merupakan teknik pemeriksaan radiografi yang paling rutin dikerjakan di Kedokteran Gigi. Radiografi periapikal sangat berguna dalam mendeteksi karies, penyakit periodontal, dan periapikal.3

Selain kondisi gigi geligi dan struktur jaringan sekitarnya, radiografi periapikal juga bisa memberikan informasi kemungkinan adanya perubahan– perubahan yang terjadi pada struktur dalam anatomi gigi yang diakibatkan faktor penyakit sistemik yang tidak dapat dilihat secara klinis. Sebagai contoh, perubahan ukuran kamar pulpa akibat penyakit diabetes melitus.4,5

Menurut American Diabetes Association (ADA), diabetes melitus merupakan penyakit kelainan metabolik yang dikarakteristikan dengan hiperglikemia kronis serta kelainan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang diakibatkan oleh kelainan sekresi insulin, kerja insulin maupun keduanya. Hiperglikemia kronis pada diabetes melitus akan disertai dengan kerusakan gangguan fungsi beberapa organ khususnya mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah.6,7,8

Penelitian dari 91 negara digunakan dalam menghitung prevalensi diabetes melitus berdasarkan usia dan jenis kelamin tertentu, untuk menentukan prevalensi diabetes nasional. Pada 216 negara tahun 2010 dan 2030, penelitian dilakukan berdasarkan kriteria Organisasi Kesehatan Dunia atau kriteria diagnostik American Diabetic Assosiation (ADA) untuk 3 kelompok usia yang terpisah dalam rentang 20-79 tahun. Prevalensi diabetes melitus di kalangan dunia pada orang dewasa (20-20-79 tahun) akan mencapai 6,4% yang mempengaruhi 285 juta orang dewasa. Pada tahun 2010 akan meningkat menjadi 7,7 % dan 439 juta orang dewasa pada tahun 2030. Antara tahun 2010 dan 2030, akan ada peningkatan 69% dalam jumlah orang dewasa


(15)

dengan diabetes melitus di negara berkembang dan meningkat 20% di negara-negara maju.9

Prevalensi diabetes melitus di Indonesia untuk daerah perkotaan adalah 5,7%, dan 73,7% tidak terdiagnosis serta tidak mengonsumsi obat. Prevalensi toleransi glukosa terganggu adalah 10,2%. “Badan kesehatan dunia, World Health Organization (WHO) memperkirakan pada tahun 2030 penyandang diabetes melitus di Indonesia sebanyak 21,3 juta jiwa. Kondisi ini membuat peringkat ke-4 setelah Amerika Serikat, China dan India.10,11

Dari penelitian Dilhan Ilguy, dkk., (2004), dilakukan di Istanbul, Turkey, dengan melihat 80 gigi molar mandibula gambaran radiografi periapikal pada penderita diabetes melitus dan dibandingkan dengan 43 gambaran radiografi periapikal non-diabetes melitus pada kelompok umur yang sama, bahwa terdapat perubahan kamar pulpa antara penderita diabetes melitus dan non-diabetes melitus. Perubahan ditemukan pada lebar mahkota mesiodistal molar satu mandibula antara penderita diabetes melitus dengan non-diabetes melitus dengan nilai rata-rata adalah 11,0 ± 0,69 dan 11,4 ± 0,57. Perubahan juga terjadi pada lebar mahkota hingga serviks dan tinggi tanduk pulpa mesial molar satu mandibula pada penderita diabetes melitus dan non-diabetes melitus, serta luas total pulpa molar satu mandibula lebih besar pada non-diabetes melitus. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada perubahan kamar pulpa antara penderita diabetes melitus dengan non-diabetes melitus.4

Nindha, dkk., (2011), melakukan penelitian terhadap 30 sampel, dimana 15 sampel menderita penyakit diabetes melitus dan 15 sampel non-diabetes melitus. Dari 30 sampel dilakukan rontgen foto dengan menggunakan radiografi periapikal. Dari hasil penelitian tersebut, ada perubahan nilai yang signifikan pada hasil pengukuran tinggi kamar pulpa dan jarak atap pulpa dengan furkasi pada kelompok sampel, karena terdapat perubahan ukuran kamar pulpa pada penderita diabetes melitus yang diukur dalam 9 aspek sesuai dengan pengukuran kamar pulpa yang dilakukan oleh Khojastepour, Rahimizadeh, dan Khayat pada tahun 2007. Maka, berdasarkan hasil


(16)

uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai perbedaan ukuran kamar pulpa pada diabetes melitus dan non-diabetes melitus.5

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan ukuran kamar pulpa pada molar satu rahang bawah pasien diabetes melitus dan non-diabetes melitus ditinjau dari analisis radiografi periapikal.

2. Bagaimanakah hasil dari pengukuran kamar pulpa pada pasien diabetes melitus dan non-diabetes melitus ditinjau dari radiografi periapikal.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan khusus.

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui apakah ada perbedaan ukuran kamar pulpa molar satu rahang bawah pada pasien diabetes melitus dan non-diabetes melitus.

1.3.2 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui seberapa besar perbedaan ukuran kamar pulpa molar satu rahang bawah pada pasien diabetes melitus dan non-diabetes melitus ditinjau dari radiografi periapikal.

1.4 Hipotesis Penelitian

Terdapat perbedaan ukuran kamar pulpa gigi molar satu rahang bawah ditinjau dari radiografi periapikal antara pasien diabetes melitus dan non-diabetes melitus.


(17)

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan mengenai adanya perbedaan ukuran kamar pulpa pada pasien diabetes melitus dan non-diabetes melitus.

1.5.2 Manfaat Praktis

Sebagai bahan informasi kepada dokter gigi agar lebih berhati-hati dalam melakukan perawatan yang berhubungan dengan preparasi gigi dan saluran akar dalam menangani pasien diabetes melitus.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Radiografi Periapikal

Radiografi periapikal adalah komponen penunjang diagnostik yang menghasilkan gambar radiografi dari beberapa gigi dan jaringan apeks sekitarnya.2 Radiografi periapikal menggunakan film yang berukuran 3x4 cm.1 Setiap film biasanya menunjukkan 2-4 gigi dan dapat memberikan gambaran secara rinci tentang gigi dan jaringan sekitarnya. Pada radiografi periapikal, terdapat dua teknik proyeksi yang biasa dapat digunakan, yaitu teknik paralleling dan teknik bisecting.1,2,3

2.1.1 Indikasi Radiografi Periapikal

Indikasi utama dalam menggunakan radiografi periapikal, yaitu: 1. Deteksi infeksi apikal atau peradangan.

2. Penilaian status periodontal.

3. Apabila terjadi trauma pada gigi dan tulang alveolar.

4. Penilaian terhadap keberadaan dan posisi gigi yang tidak erupsi. 5. Penilaian morfologi akar sebelum ekstraksi.

6. Selama perawatan endodontik.

7. Penilaian pra-operasi dan pasca operasi apikal.

8. Mengevaluasi kista apikal dan lesi di dalam tulang alveolar. 9. Mengevaluasi pasca operasi implan.2

2.1.2 Persyaratan Posisi Film dan Sinar-X

Persyaratan posisi film dari sinar-x yang ideal, yaitu: 1. Gigi dan film harus berkontak.

2. Gigi dan film harus sejajar satu sama lain. 3. Untuk gigi anterior, film diletakkan vertikal. 4. Untuk gigi posterior, film diletakkan horizontal.2


(19)

2.1.3 Teknik Periapikal Paralel

Prinsip pemotretan teknik paralel, yaitu:

a. Film diletakkan pada film holder dan ditempatkan dalam mulut, pada posisi paralel terhadap sumbu panjang gigi yang diperiksa.

b. Tube head (cone) diarahkan tegak lurus terhadap gigi dan film.

c. Dengan menggunakan film holder yang memiliki pemegang film dan penentu arah tube head, teknik ini dapat diulang dengan posisi dan kondisi yang sama pada waktu yang berbeda (reproducible).2

Prinsip pengambilan radiografi periapikal paralel, yaitu:

a. Untuk pemeriksaan gigi insisivus dan kaninus rahang atas dan bawah gunakan film holder khusus untuk regio anterior, dengan film ditempatkan secara vertikal. Sedangkan untuk gigi premolar dan molar gunakan film holder khusus untuk regio posterior, film ditempatkan secara horizontal. Harus diperhatikan sisi film yang berwarna putih dan tonjol identifikasi menghadap ke arah datangnya sinar-x.

b. Kepala pasien bersandar pada kursi, bidang oklusal horizontal sejajar dengan lantai.1,2


(20)

d.

Gambar 1. Teknik paralel pada molar mandibula a. Posisi pasien; b. Diagram posisi; c. Posisi film; d. Gambaran radiografi gigi molar rahang bawah2

Kelebihan dari teknik periapikal paralel, yaitu:

a. Gambaran yang dihasilkan lebih geometris dengan sedikit sekali kemungkinan terjadinya pembesaran gambar. Tulang zygomaticus berada di atas apeks gigi molar atas.

b. Tinggi puncak tulang periodontal dapat terlihat jelas. c. Jaringan periapikal tampak dengan jelas.

d. Mahkota gigi tampak dengan jelas sehingga karies proksimal dapat dideteksi dengan baik.

e. Sudut vertikal dan horizontal, dari tabung sinar-x secara otomatis dapat ditentukan posisinya dengan tepat.

f. Arah sinar-x sudah ditentukan pada pertengahan film sehingga dapat menghindari cone cutting.

g. Dapat membuat beberapa foto radiografi dengan posisi dan kondisi yang sama pada waktu yang berbeda.2

Inferior

dental canal

Gigi molar 3 Tulang

interdental


(21)

Kekurangan dari teknik periapikal paralel, yaitu:

a. Penggunaan film holder dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada pasien, terutama regio posterior, karena dapat menyebabkan rasa ingin muntah.

b. Film holder sulit penggunaannya bagi operator yang tidak

berpengalaman.

c. Kondisi anatomis dalam rongga mulut sering menyulitkan teknik ini, misalnya: palatum yang datar dan dangkal.

d. Apeks gigi kadang tampak sangat dekat dengan tepi film. e. Sulit menggunakan film holder untuk regio M3 rahang bawah.

f. Bila menggunakan short cone, tidak dapat menghasilkan gambaran radiografi yang baik.

g. Film holder harus selalu disterilisasi dengan autoclave.2

2.1.4 Teknik Periapikal Bisecting

Prinsip teknik pengambilan foto bisecting, yaitu:

a. Sudut yang dibentuk antara sumbu panjang gigi dan sumbu panjang film dibagi dua sama besar yang disebut garis bagi.

b. Tabung sinar-x diarahkan tegak lurus pada garis bagi ini, dengan titik pusat sinar-x diarahkan ke daerah apikal gigi.

c. Dengan menggunakan prinsip segitiga sama sisi, panjang gigi sebenarnya dapat terproyeksi sama besarnya pada film.

- Penentuan sudut vertikal tabung sinar-x adalah sudut yang dibentuk dengan menarik garis lurus titik sinar-x terhadap bidang oklusal.

- Penentuan sudut horizontal tabung sinar-x ditentukan oleh bentuk lengkung rahang dan posisi gigi. Dalam bidang horizontal, titik pusat sinar-x diarahkan melalui titik kontak interproksimal untuk menghindari tumpang tindih satu gigi dengan gigi sebelahnya.

d. Film diletakkan sedekat mungkin dengan gigi yang diperiksa tanpa menyebabkan film tertekuk.2


(22)

Prinsip penentuan posisi dalam pengambilan foto bisecting, yaitu:

a. Film diletakkan sedemikian rupa sehingga gigi yang diperiksa ada di pertengahan film untuk gigi rahang atas dan rahang bawah.

b. Film harus dilebihkan kurang lebih 2 mm diatas permukaan oklusal/insisal untuk memastikan seluruh gigi tercakup didalam film. Perlu diperhatikan juga sisi yang menghadap tabung sinar-x adalah sisi yang menghadap gigi dengan tonjol orientasi menghadap ke arah mahkota gigi.

c. Pasien diminta untuk menahan film dengan perlahan tanpa tekanan, dengan ibu jari atau telunjuk (menahan film dengan tekanan yang berlebihan dapat menyebabkan film menjadi distorsi pada gambar yang dihasilkan).

d. Tabung sinar-x diarahkan ke gigi dengan sudut vertikal dan horizontal yang tepat.

e. Lakukan penyinaran dengan kondisi yang telah ditentukan.2

Gambar 2. Teknik bisecting pada molar mandibula. Ibu jari sebagai pemegang film; b. Menggunakan film holder;c. Posisi film, gigi dan x-ray2


(23)

Kelebihan teknik periapikal bisecting, yaitu:

a. Relatif nyaman untuk pasien, karena tidak ada alat tambahan lain kecuali film.

b. Penentuan posisi relatif lebih sederhana dan cepat.

c. Bila penentuan sudut horizontal dan vertikalnya benar, gambaran radiografi yang dihasilkan akan sama besar dengan yang sebenarnya.2

Kekurangan teknik periapikal bisecting, yaitu:

a. Kemungkinan distorsi pada gambaran radiografi yang dihasilkan sangat besar.

b. Kesalahan sudut vertikal mengakibatkan pemanjangan atau pemendekan gambar.

c. Tinggi tulang periodontal, tidak dapat dilihat dan dinilai dengan baik. d. Bayangan tulang zygomaticus sering tampak menutupi regio akar gigi molar.

e. Sudut vertikal dan horizontal dapat berbeda-beda pada setiap pasien, dengan demikian untuk menghasilkan gambaran yang baik, diperlukan operator yang terampil dan berpengalaman.

f. Tidak bisa mendapatkan gambaran dengan kondisi dan posisi yang sama. g. Dapat terjadi cone cutting bila titik pusat sinar-x tidak tepat di pertengahan film.

h. Sulit mendeteksi karies proksimal, pada gambar radiografi mahkota gigi yang mengalami distorsi.

i. Gambar radiografi pada akar bukal gigi premolar dan molar rahang atas sering mengalami pemendekan.2

2.2 Diabetes Melitus

Diabetes melitus ditandai dengan adanya peningkatan konsentrasi glukosa yang beredar terkait dengan kelainan pada karbohidrat, lemak, dan metabolisme protein serta berbagai komplikasi mikrovaskular dan makrovaskular.12 Diabetes


(24)

melitus adalah kelainan sistemik akibat gangguan metabolisme glukosa yang ditandai dengan hiperglikemia kronis. Keadaan tersebut disebabkan kerusakan sel beta pankreas baik oleh proses autoimun maupun idiopatik sehingga produksi insulin berkurang bahkan sampai berhenti.13

2.2.1 Klasifikasi Penyakit Diabetes Melitus

Klasifikasi diabetes melitus berdasarkan modifikasi ADA (2011), yaitu: 1. Diabetes melitus tipe-1

Defisiensi insulin absolut akibat destruksi sel beta, etiologi: autoimun dan idiopatik.

2. Diabetes melitus tipe-2 Defisiensi insulin relatif :

a. Defek sekresi insulin lebih dominan dari pada resistensi insulin. b. Resistensi insulin lebih dominan dari pada defek sekresi insulin. 3. Diabetes melitus tipe lain

a. Defek genetik fungsi sel beta. b. Defek genetik kerja insulin. c. Penyakit eksokrin pankreas.

d. Endokrinopati: akromegali, hipertiroidisme.

e. Karena obat atau zat kimia: glukokortikoid, hipertiroidisme. f. Imunologi (jarang): antibodi anti insulin.

g. Sindroma genetik lain: down sindrom, klinefelter. 4. Diabetes melitus kehamilan (gestasional)

Diabetes melitus yang muncul pada saat kehamilan, umumnya sementara. Diabetes melitus gestasional adalah salah satu sub-tipe dari diabetes melitus, dimana perempuan yang tidak pernah terdiagnosis penyakit diabetes sebelumnya namun menunjukkan kadar glukosa darah yang tinggi selama kehamilan. Diabetes gestasional merupakan diabetes melitus yang terjadi hanya selama kehamilan dan kembali normal setelah melahirkan. Khususnya pada usia kandungan diatas 6 bulan, tingkat glukosa dalam darah akan meningkat melebihi batas normal.6


(25)

2.2.2 Prevalensi Diabetes Melitus

Prevalensi tahun 2012 di Amerika yang penduduknya mencapai 29.100.000 atau 9,3% dari populasi telah terdiagnosis menderita penyakit diabetes melitus. Pada tahun 2010 angka tersebut 25,8 juta dan 8,3%. Tingkat prevalensi meningkat untuk orang dewasa usia 20 tahun atau lebih tua pada tahun 2012 adalah 12,3%, dibandingkan dengan 11,3% pada tahun 2010. Hasil diagnosis dari 29.100.000 penduduk Amerika 21,0 juta terdiagnosis dan 8,1 juta yang tidak terdiagnosis. Pada tahun 2010 angka tersebut 18,8 juta dan 7,0 juta. Prevalensi persentase orang Amerika yang berusia 65 atau lebih tua tetap tinggi 25,9% atau 11,8 juta senior yang terdiagnosis maupun tidak terdiagnosis. Kasus baru pada insiden diabetes melitus pada tahun 2012 adalah 1,7 juta per tahun, sedangkan pada tahun 2010 sebesar 1,9 juta per tahun.14

Gambar 3. Prevalensi populasi Amerika Serikat yang terkena diabetes melitus pada tahun 2010-201214

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, angka prevalensi diabetes melitus tertinggi di Indonesia terdapat pada provinsi Kalimantan Barat dan Maluku Utara (masing-masing 11,1%), diikuti Riau 10,4% dan NAD 8,5%. Sementara itu, prevalensi diabetes melitus terendah ada di provinsi Papua 1,7%, diikuti NTT 1,8%. Prevalensi Toleransi Glukosa Terganggu tertinggi di Papua Barat 21,8%, Sulawesi Barat 17,6%, dan Sulawesi Utara 17,3%, sedangkan terendah di Jambi 4%.11,15


(26)

2.2.3 Gambaran Klinis

Sebagian besar penderita diabetes melitus tipe-1 mempunyai riwayat perjalanan klinis yang akut. Biasa gejalanya seperti poliuria, polidipsia, polifagia, dan berat badan yang menurun terjadi antara 1-2 minggu sebelum diagnosis ditegakkan. Apabila gejala klinis ditegakkan dengan hiperglikemia, maka diagnosis diabetes melitus tidak diragukan lagi. Perjalanan penyakit diabetes melitus tipe-1 ditandai dengan adanya fase remisi (parsial/total) yang dikenal dengan honeymoon periode. Fase ini terjadi akibat berfungsinya kembali jaringan residual pankreas, sehingga pankreas mensekresikan kembali sisa insulin. Fase ini akan berakhir apabila pankreas sudah menghabiskan seluruh sisa insulin. Secara klinis, ada tidaknya fase ini harus dicurigai apabila seorang penderita baru terkena diabetes melitus tipe-1 sering mengalami serangan hipoglikemia sehingga kebutuhan insulin harus dikurangi untuk menghindari hipoglikemia. Apabila dosis insulin yang dibutuhkan sudah mencapai < 0,25 U/kgBB/hari, maka dapat dikatakan penderita berada pada fase “remisi total”.16

2.2.4 Diagnosis

Diagnosis pada pasien diabetes melitus ditegakkan apabila, yaitu:

1. Ditemukannya gejala klinis poliuria, polidipsia, polifagia, berat badan menurun, dan kadar glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl.

2. Pada penderita asimptomatis ditemukan kadar glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl atau kadar glukosa darah puasa lebih tinggi dari normal dengan tes toleransi glukosa yang terganggu lebih dari 1 kali pemeriksaan.1

2.2.5 Patogenesis Diabetes Melitus Tipe-1

Patogenesis diabetes melitus tipe-1 adalah hasil interaksi dari genetik, lingkungan, dan faktor imunologi yang menyebabkan kerusakan dari sel beta pankreas serta kekurangan insulin. Kerusakan sel beta pankreas ini dimulai oleh sistem dan batas kekebalan tubuh yang dapat menghilangkan produksi dari sekresi insulin.Individu yang mudah terserang kelainan genetik mempunyai massa sel beta yang normal pada saat lahir dan mulai kehilangan massa sel beta secara sekunder


(27)

karena ada proses autoimun yang terjadi dalam hitungan bulan dan tahun. Proses autoimun ini terjadi diakibatkan oleh adanya infeksi atau stimulus lingkungan dan terjadi secara spesifik pada molekul sel beta.17

Gambar 4. Patogenesis pada diabetes melitus tipe-117

2.2.6 Patogenesis Diabetes Melitus Tipe-2

Patogenesis DM tipe-2 adalah adanya gen predisposisi dari obesitas dan kapasitas sel beta maka terjadi resistensi insulin dan akibat adanya pengaruh lingkungan seperti tidak ada aktivitas fisik dan intake makanan yang berlebihan. Adanya resistensi insulin akan menyebabkan keadaan hiperglikemia ringan dan terjadi dekompensasi sel beta, sehingga akhirnya mengakibatkan diabetes melitus menjadi hiperglikemia berat.17

2.2.7 Terapi Diabetes Melitus

Terapi pada pasien diabetes melitus, yaitu: 1. Edukasi

Perubahan gaya hidup dan perilaku dimulai dari menghindari merokok, alkohol, makan berlebihan terutama tinggi lemak, dan karbohidrat sampai keteraturan minum obat, serta pemakaian insulin.18,1


(28)

2. Terapi gizi medis

Karbohidrat 45%-60%, protein 10%-20%, lemak 20%-25% dengan jumlah kalori dihitung dari Body Mass Index ((TB-100)-10%) dikali kalori basal 30kkal/kgbb untuk laki-laki, 25kkal/kgbb untuk wanita dan ditambah kalori untuk aktifitas lalu dibagi 3 porsi besar makan pagi 20%, makan siang 30%, dan sore 25%.18

3. Latihan jasmani

Dianjurkan latihan teratur 3-4 kali/minggu selama ± 30 menit. Pada diabetes melitus tidak terkendali, dimana gula darah < 250mg/dl karena olahraga kadar glukosa darah juga dapat meningkat.18,19

4. Terapi insulin

Insulin adalah hormon pengatur glukosa darah yang menstimulasi pemasukan glukosa kedalam sel untuk digunakan sebagai sumber energi, dan diproduksi oleh sel beta pulau langerhans kelenjar pankreas. Pada pasien diabetes melitus tipe-1, terapi insulin diberikan setelah diagnosis ditegakkan dan dianjurkan injeksi harian multiple untuk mengendalikan kadar glukosa darah yang baik.18,19

2.3 Perubahan pada Rongga Mulut dan Gigi Geligi

2.3.1 Perubahan pada Rongga Mulut Akibat Diabetes Melitus

Pada pasien diabetes melitus banyak manifestasi yang terjadi pada rongga mulut, yaitu:

1. Resorbsi tulang alveolar

Tulang alveolar adalah bagian dari maksila dan mandibula yang mendukung dan membentuk soket gigi (alveoli).20 Pada penderita diabetes melitus sering dijumpai periodontitis kronis. Resorbsi tulang alveolar berhubungan dengan adanya faktor lokal dan faktor sistemik. Selain resorbsi tulang alveolar, pada penderita diabetes melitus juga terjadi penurunan densitas tulang. Kondisi sistemik yang menyebabkan kepadatan tulang berkurang akan berkaitan dengan terjadinya resorbsi tulang alveolar. Perlu diketahui, bahwa insulin dan regulasi diabetes melitus mempunyai pengaruh pada metabolisme tulang. Hal ini disebabkan karena insulin meningkatkan uptake asam amino dan sintesis kolagen pada sel tulang. Regulasi


(29)

tubuh yang buruk pada kondisi diabetes melitus menyebabkan peningkatan hormon paratiroid sehingga proses resorbsi tulang akan meningkat dan merangsang makrofag untuk sintesis beberapa sitokin yang akan meningkatkan resorbsi tulang.21

Resorbsi tulang alveolar terjadi bersamaan dengan kehilangan perlekatan dan pembentukan saku. Radiografi telah menunjukkan dua pola kerusakan tulang yang berbeda. Dimana, kehilangan tulang horizontal ketika seluruh lebar tulang interdental diserap. Pada kehilangan tulang vertikal, ketika tulang interdental berdekatan dengan permukaan dimana akar akan lebih cepat diserap.22 Kehilangan tulang horizontal adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan radiografi pada ketinggian dari kehilangan tulang alveolar, dimana puncak masih horizontal tetapi diposisikan apikal lebih dari beberapa milimeter dari Cementum Enamel Junction (CEJ).3 Ruangan didalam tulang alveolar yang menampung akar gigi disebut alveoli. Pada radiografi, alveolar bone seperti garis putih yang disebut lamina dura. Lapisan tulang dalam keadaan sehat juga tampak sebagai lapisan putih yang padat pada puncak tulang interproksimal yang dikenal secara radiografi sebagai crestal lamina dura.20

Gambar 5. Penurunan densitas tulang pada radiografi periapikal23

2. Periodontitis dan gingivitis

Periodontitis ialah radang pada jaringan pendukung gigi atau gusi dan tulang. Diabetes melitus telah lama dianggap sebagai faktor risiko untuk penyakit periodontal


(30)

karena meningkatkan kerentanan pasien terhadap jenis infeksi. Pada pasien insulin-dependent diabetes mellitus (IDDM), sel ligamen periodontal kurang mampu dalam faktor respon pertumbuhan sehingga respon inflamasi yang diperlukan untuk mempertahankan dan menumbuhkan periodonsium selama penyembuhan akan menjadi kurang baik.24 Selain merusak sel darah putih, komplikasi lain dari diabetes melitus adalah menebalnya pembuluh darah sehingga memperlambat aliran nutrisi dan memperlambat aliran darah untuk menurunkan kemampuan tubuh dalam mengurangi infeksi. Rusaknya jaringan periodontal membuat gigi yang melekat pada gusi mengakibatkan resorbsi tulang alveolar dan lama kelamaan gigi menjadi mobiliti.25,26

Gambar 6. Kehilangan tulang diakibatkan periodontitis ditinjau dari radiografi periapikal2

3. Oral trush (Oral candida)

Oral trush atau oral candida adalah infeksi yang disebabkan oleh jamur yang terdapat di dalam mulut. Pada penderita diabetes melitus, tubuh rentan terhadap infeksi dan sering mengonsumsi antibiotik sehingga dapat mengganggu keseimbangan kuman di rongga mulut yang mengakibatkan jamur candida berkembang sehingga menyebabkan oral trush.25,26


(31)

Gambar 7. Oral trush atau oral candida27

4. Burning mouth syndrome

Penderita diabetes melitus biasanya mengeluh tentang rasa terbakar atau mati rasa pada mulutnya.25,26

5. Xerostomia (mulut kering)

Diabetes melitus yang tidak terkontrol menyebabkan penurunan aliran saliva atau air liur sehingga mulut terasa kering. Saliva memiliki efek self cleansing, dimana alirannya dapat berfungsi sebagai pembersih sisa-sisa makanan dan kotoran dari dalam mulut. Bila aliran saliva menurun, maka akan menyebabkan timbulnya rasa tidak nyaman dan rentan terhadap ulserasi (luka), karies gigi, dan bisa menjadi perkumpulan bakteri untuk tumbuh dan berkembang.25,26,28


(32)

2.3.2 Perubahan pada Gigi Geligi Akibat Diabetes Melitus

1. Pulpa gigi

Pulpa gigi terdiri dari jaringan penghubung vaskular yang terdapat di dalam dinding dentin yang keras. Perluasan dentin menciptakan suatu lingkungan khusus bagi pulpa. Kamar pulpa menjadi terbatas oleh pembentukan dentin sampai suatu volume rata-rata 0,024 ml pada gigi permanen orang dewasa. Pembatasan anatomi penempatan dentin pada pulpa membuat pulpa menjadi suatu organ peredaran terminal, dengan pintu masuk dan keluar yang terbatas bagi foramen apikal dan aksesori. Ciri-ciri ini membatasi suplai vaskular serta drainase pulpa akan membatasi sirkulasi kolateral.30

Pada gigi molar pertama mandibula panjang rata-rata giginya adalah 21,9 mm. Atap kamar pulpa gigi molar sering berbentuk empat persegi panjang, bagian dinding mesial lurus, dinding distal bulat, dan dinding bukal serta lingual berbentuk jajaran genjang. Atap kamar pulpa mempunyai empat tanduk pulpa yaitu, mesiobukal, mesiolingual, distobukal, dan distolingual. Atap kamar pulpa terletak pada sepertiga servikal mahkota tepat di atas daerah serviks gigi dan dasar terletak pada servikal akar.30

Radiografi digunakan dalam mendeteksi pulpa untuk memberikan interpretasi adanya karies yang dapat merusak pulpa. Radiografi juga dapat menunjukkan jumlah, bagian, bentuk, panjang, lebar pulpa, dan kamar pulpa serta perluasan perusakan periapikal dan tulang alveolar.30 Pada kamar pulpa terlihat gambaran radiografi sebagai daerah radiolusen karena mengandung bahan noncalcified dan struktur gigi kurang padat mengelilingi kamar pulpa. Ukuran dan bentuk normal kamar pulpa dan saluran akar berubah seiring bertambahnya usia, adanya anomali perkembangan tertentu, dan iritasi lokal. Densitas radiografi kamar pulpa dan saluran akar berbeda akibat dari segi ukuran, posisi gigi, dan angulasi radiografi tapi bukan akibat dari vitalitas gigi. Pengurangan bertahap dalam ukuran dan bentuk kamar pulpa serta saluran ditandai dengan terbentuknya dentin sekunder pada dinding kamar pulpa.31

Pada pasien yang menderita diabetes melitus sangat rentan terhadap infeksi bakteri. Kerentanan ini disebabkan oleh gangguan peredaran darah umum, dimana


(33)

pembuluh darah rusak akibat akumulasi deposito ateromatosa dalam jaringan pembuluh darah. Pada pulpa gigi yang terbatas atau tidak ada sirkulasi kolateral, akan lebih rentan berada pada risiko infeksi. Pemeriksaan klinis dan radiografi oleh peneliti telah menunjukan bahwa ada prevalensi yang lebih besar dari lesi periapikal pada penderita diabetes melitus dibanding non-diabetes melitus.32

Gambar 9. Keadaan kamar pulpa gigi pada radiografi periapikal31

2. Karies gigi

Diabetes melitus bisa merupakan faktor predisposisi bagi kenaikan terjadinya jumlah dari karies. Keadaan tersebut dikarenakan pada penderita diabetes melitus mempunyai aliran cairan darah yang mengandung banyak glukosa yang berperan sebagai substrat kariogenik. Pada penderita diabetes melitus, jumlah air liur berkurang sehingga makanan mudah melekat pada permukaan gigi dan apabila yang melekat adalah makanan dari golongan karbohidrat bercampur dengan kuman yang ada pada permukaan gigi dan tidak langsung dibersihkan dapat mengakibatkan keasaman di dalam mulut menurun sehingga dapat mengakibatkan terjadinya lubang atau karies gigi.25

Radiografi berguna untuk mendeteksi lesi karies karena proses karies menyebabkan demineralisasi enamel dan dentin. Karies terlihat pada radiografi sebagai radiolusen.2,3 Radiografi adalah alat yang digunakan untuk pemeriksaan


(34)

klinis yang menyeluruh untuk mendeteksi karies. Radiografi periapikal sangat berguna untuk menunjukkan semua gigi dan tulang disekitarnya serta berguna untuk menunjukkan adanya karies, penyakit periodontal, dan penyakit periapikal.3

Gambar 10. Karies gigi ditinjau dari radiografi periapikal33

Karies gigi


(35)

2.4 Kerangka Teori

Radiografi periapikal

Teknik paralelling

 Teori dasar prinsip pemotretan

 Teori pemotretan

 Keuntungan

 Kerugian Teknik bisecting

 Teori dasar prinsip pemotretan

 Teori pemotretan

 Keuntungan

 Kerugian

Perbedaan ukuran kamar pulpa, dilihat dari : 1. Jarak antara mesial dan distal tanduk pulpa 2. Jarak antara dinding mesial dan distal di tengah

ruang pulpa

3. Jarak antara mesial dan distal pada orifice 4. Jarak antara ujung tanduk pulpa bagian mesial

dan mesial cusp

5. Jarak antara ujung tanduk pulpa bagian distal dan distal cusp

6. Tinggi ruang pulpa

7. Jarak antara dasar ruang pulpa dengan furkasi 8. Jarak antara atap pulpa dengan furkasi 9. Jarak ujung cusp dengan furkasi Pada gigi geligi :

 Karies gigi

 Perubahan ukuran kamar pulpa Pada rongga mulut :

 Resorbsi tulang alveolar

 Periodontitis dan gingivitis

Oral trush

atau oral

candida Burning mouth

syndrome Xerostomia

 Diabetes melitus tipe-1

 Diabetes melitus tipe-2

 Diabetes melitus tipe lain

 Diabetes melitus pada waktu kehamilan

Perubahan pada rongga mulut dan gigi geligi


(36)

2.5 Kerangka Konsep

Perbedaan ukuran kamar pulpa Radiografi intraoral periapikal

Pasien non-diabetes melitus Pasien diabetes melitus


(37)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik untuk mengumpulkan data mengenai perbedaan ukuran kamar pulpa pada pasien diabetes melitus dan non-diabetes melitus. Pada penelitian ini memakai tipe cross sectional.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian untuk pasien diabetes melitus dan non-diabetes melitus dilakukan di Unit Radiologi Kedokteran Gigi RSGM-P FKG USU di Jalan Alumni No.2 USU, Medan. Waktu yang diperlukan pada penelitian adalah selama bulan September hingga November 2014.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah kumpulan semua individu dalam suatu batas tertentu. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien diabetes melitus yang ada di RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN dan pasien non-diabetes melitus adalah masyarakat yang ada di lingkungan FKG USU.

Sampel pada penelitian ini adalah pasien yang menderita penyakit diabetes melitus dan non-diabetes melitus yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pemilihan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling.


(38)

3.4 Besar Sampel

Besar sampel penelitian di hitung melalui rumus:

� =2.σ

2 (zα+ zβ)2

0−μa)2

Keterangan :

n = Besar Sampel Penelitian

Zα = Taraf Signifikan 10% = 1,64

Zβ = Taraf Signifikan 20% = 0,842

σ2

= 0,48 ( Nindha, 2011)

μ0−μa = Selisih Rata-Rata = 45% Sehingga dalam pemakaian rumus:

2.0,48 (1,64 + 0,842)2 n =

(0,45)2

2.0,48 . 6,160324 n =

0,2025 5,913911 n =

0,2025

n = 29.2044988 n = 30

Jadi, minimal sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 sampel. Dalam penelitian yang akan dilakukan, digunakan sampel sebanyak 60


(39)

sampel, dimana pada sampel pasien diabetes melitus sebanyak 30 sampel dan pasien non-diabetes melitus sebanyak 30 sampel.

3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.5.1 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi pada sampel penelitian, yaitu: 1. Pasien diabetes melitus

2. Pasien sehat atau non-diabetes melitus

3. Pasien diabetes melitus dan non-diabetes melitus berusia sekitar 35-45 tahun.

4. Pasien diabetes melitus yang sudah menderita > 3 tahun dan terkontrol.

3.5.2 Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi pada sampel penelitian, yaitu:

1. Pasien diabetes melitus dan non-diabetes melitus yang mempunyai penyakit sistemik lain atau sedang mengonsumsi obat-obatan

2. Pasien sedang mengalami masa menopause

3. Pasien dengan keadaan gigi molar satu rahang bawah yang buruk, diakibatkan adanya karies, penambalan, perawatan saluran akar dan gigi dengan struktur abnormal.

3.6 Alat dan Bahan Penelitian

Alat:

a. Pesawat radiografi intraoral periapikal dengan teknik paralel.

b. Viewer box untuk melihat foto rontgen.

c. Komputer Acer dengan Os Microsoft XP Professional. d. Pulpen merk Standart hitam.

e. Tes kadar gula darah (stik KGD).

f. Jangka merk Joyko dan penggaris merk Kenko. Bahan:


(40)

Lembar pencatatan hasil pemeriksaan.

3.7 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.7.1 Variabel Penelitian

Adapun variabel-variabel penelitian yang ada pada penelitian ini, yaitu: 1. Variabel dependent  Hasil radiografi dari pasien diabetes melitus 2. Variabel independent  Perubahan ukuran kamar pulpa

3.7.2 Definisi Operasional

Variabel

Penelitian Definisi Operasional

Cara Pengukuran Hasil Pengukuran Skala Diabetes melitus Kamar pulpa pada radiografi periapikal penyakit sistemik akibat gangguan metabolisme glukosa, yang ditandai dengan hiperglikemia kronis. Suatu ruangan dimana tempat saluran akar dan tempat pembuluh darah serta saraf gigi

berada. Kuesioner dan pemeriksaan klinis Manual dan komputerisasi (+) Diabetes melitus (-) Diabetes melitus Dalam satuan milimeter (mm) Nominal Numerik


(41)

3.8 Cara Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian

3.8.1 Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mendatangi pasien diabetes melitus di RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN yang memenuhi kriteria inklusi dan memberi penjelasan tentang penelitian serta diberi informed consent. Data dikumpulkan dengan alat bantu kuesioner, wawancara, dan pemeriksaan klinis (Test KGD), serta pemeriksaan radiografi periapikal.

3.8.2 Prosedur Penelitian

Skema Alur Penelitian

Kuesioner, wawancara, dan pemeriksaan klinis

Radiografi periapikal pada subjek penelitian

Interpretasi hasil radiografi periapikal pada ukuran kamar pulpa

Pencatatan hasil dan pengolahan data


(42)

3.9 Cara Pengukuran

Cara pengukuran untuk penelitian ini dengan menggunakan jangka merk Joyko dan menggunakan penggaris merk Kenko untuk mengukur kamar pulpa, dimana pengukurannya dengan cara mengukur 9 aspek sesuai pengukuran yang dilakukan pada penelitian sebelumnya oleh Khojastepour, Rahimizadeh, dan Khayat pada tahun 2007 (Gambar 11.).

Gambar 11. Cara pengukuran pada kamar pulpa34 Ket:

a. Jarak antara mesial dan distal tanduk pulpa;

b. Jarak antara dinding mesial dan distal di tengah kamar pulpa; c. Jarak antara mesial dan distal pada orifice;

d. Jarak antara ujung tanduk pulpa bagian mesial dan mesial pada cusp;

e. Jarak antara ujung tanduk pulpa bagian distal dan distal cusp; f. Tinggi kamar pulpa;

g. Jarak antara dasar kamar pulpa dengan furkasi; h. Jarak antara atap pulpa dengan furkasi;


(43)

3.10 Pengolahan dan Analisis Data

3.10.1 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi, yaitu data dimasukkan ke dalam program komputer untuk dianalisis dengan uji statistik T- Independent test. Kemudian data yang telah dianalisa disajikan dalam bentuk tabel.

3.10.2 Analisis Data

Analisis data diperoleh dengan menghitung perubahan ukuran kamar pulpa pada masing-masing kelompok sampel.

3.11 Etika Penelitian

Etika penelitian dalam penelitian ini terdiri dari hal-hal sebagai berikut: 1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Peneliti meminta izin dan menjelaskan tujuan dari penelitian kepada pasien diabetes melitus di RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN dan non-diabetes melitus pada masyarakat di lingkungan FKG USU yang termasuk kriteria inklusi untuk meminta agar berpartisipasi dalam penelitian yang akan diteliti oleh peneliti. Bagi responden yang setuju, dimohon untuk menandatangani lembar persetujuan responden penelitian untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian.

2. Ethical Clearance

Ethical Clearance adalah keterangan tertulis yang menyatakan bahwa penelitian layak dilaksanakan setelah memenuhi persyaratan tertentu. Peneliti mengajukan surat permohonan atas ethical clearance disertai dengan proposal penelitian kepada Ketua Tim Ethical Clearance di Fakultas Kedokteran USU. Nomor surat Ethical clearance : 443/KOMET/FK USU/2014.


(44)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Data Umur Sampel

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 60 orang dengan kelompok penderita diabetes melitus dan non-diabetes melitus. Penderita diabetes melitus sebanyak 30 orang dan non-diabetes melitus sebanyak 30 orang. Data yang didapat dari penelitian menunjukkan bahwa umur minimum sampel adalah 35 tahun dan maksimal umur adalah 45 tahun.

Tabel 1. Data Statistik Umur Sampel Penelitian

Kategori Frekuensi Minimum Maximum Min Standar Deviasi

Umur 60 35 45 40.73 3.550

Valid N (listwise)

60

Dari Tabel 1., dapat dilihat mean dari umur sampel adalah 40,73 tahun dari total 60 orang sampel.

4.2 Data Demografis Sampel

Sampel pada penelitian ini sebanyak 60 orang yang telah dipilih untuk dilihat perbedaan ukuran kamar pulpa ditinjau dari radiografi periapikal terhadap pasien diabetes melitus dan non-diabetes melitus. Dimana, pada pasien diabetes melitus 30 orang dan non-diabetes melitus 30 orang.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji T-independent test. Dengan memakai uji T-independent test, maka hasil data yang didapat menunjukkan ada perbedaan ukuran kamar pulpa antara pasien diabetes melitus dan non-diabetes melitus yang ditinjau dari radiografi periapikal. Pengamatan dilakukan dengan


(45)

mengukur kamar pulpa yang dilihat dari hasil radiografi yang telah dilakukan pada pasien diabetes melitus dan non-diabetes melitus.

Tabel 2. Data Perbedaan Ukuran Kamar Pulpa antara Pasien Diabetes melitus dan Non-Diabetes melitus ( Mean ± standar deviasi)

Cara Pengukuran Non- diabetes melitus

Diabetes melitus

Asymp. Sig. (2-tailed)

Jarak mesial dan distal tanduk pulpa

4,88 ± 0,44 4,47 ± 0,47 .001 Jarak dinding mesial dan distal

ditengah kamar pulpa

4,45 ± 0.46 3,93 ± 0,38 .000

Jarak mesial dan distal pada orifice

4,86 ± 0,45 4,46 ± 0,36 .000 Jarak ujung tanduk pulpa

bagian mesial dan mesial pada cusp

5,40 ± 0,72 5,35 ± 0,88 .811

Jarak ujung tanduk pulpa bagian distal dan distal cusp

5,36 ± 0,61 5,20 ± 0,83 .383

Jarak tinggi kamar pulpa 2,26 ± 0,40 1,40 ± 0,30 .000 Jarak dasar kamar pulpa

dengan furkasi

3,33 ± 0,62 3,40 ± 0,51 .652 Jarak atap pulpa dengan furkasi 5,53 ± 0,76 4,75 ± 0,66 .000 Jarak ujung cusp dengan

furkasi

10,01 ± 0,34 9,62 ± 0,69 .009

Berdasarkan Tabel 2., dapat dilihat bahwa pada pengamatan ukuran kamar pulpa pada pasien diabetes melitus sebanyak 30 orang dan pasien non-diabetes melitus sebanyak 30 orang terdapat perbedaan yang signifikan p < 0,05 pada jarak mesial dan distal tanduk pulpa, dan jarak ujung cusp dengan furkasi, serta terdapat hasil yang paling bermakna pada jarak dinding mesial dan distal di tengah kamar pulpa antara pasien non-diabetes melitus dan diabetes melitus dengan hasil adalah 4,45 ± 0.46 dan 3,93 ± 0,38, perbedaan pada jarak mesial dan distal pada orifice dengan hasil 4,86 ± 0,45 dan 4,46 ± 0,36, perbedaan terhadap tinggi kamar pulpa


(46)

dengan hasil 2,26 ± 0,40 dan 1,40 ± 0,30, dan perbedaan juga terjadi pada jarak atap pulpa dengan furkasi antara pasien non-diabetes melitus dan diabetes melitus dengan hasil 5,53 ± 0,76 dan 4,75 ± 0,66. Sedangkan pada jarak ujung tanduk pulpa bagian mesial dan mesial pada cusp; jarak ujung tanduk pulpa bagian distal dan distal pada cusp; dan jarak dasar kamar pulpa dengan furkasi antara pasien diabetes melitus dan non-diabetes melitus tidak ada perbedaan.

(1) (2)

Gambar 12. Perbedaan ukuran kamar pulpa pada pasien diabetes melitus (1) dan non- diabetes melitus (2) ditinjau dari radiografi periapikal


(47)

BAB 5 PEMBAHASAN

Diabetes melitus adalah suatu penyakit yang mengakibatkan tidak seimbangnya kemampuan tubuh dalam mengolah makanan secara efisien yang disebabkan oleh pankreas gagal memproduksi insulin atau terjadi kesalahan fungsi tubuh yang tidak bisa menggunakan insulin secara tepat. Penyebab utama diabetes melitus adalah pankreas tidak mampu memproduksi insulin.36

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan ukuran kamar pulpa molar satu rahang bawah pada pasien diabetes melitus dan non-diabetes melitus, dan mengetahui seberapa besar perbedaan ukuran kamar pulpa molar satu rahang bawah pada pasien diabetes melitus dan non-diabetes melitus ditinjau dari radiografi periapikal.

Pada penelitian ini, dilakukan pengambilan sampel pada pasien diabetes melitus yang berada di RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN dan pengambilan sampel pada pasien non-diabetes melitus berada di lingkungan FKG USU medan. Sampel yang digunakan berumur sekitar 35 - 45 tahun, dikarenakan pasien diabetes melitus yang tekontrol berumur sekitaran 35 - 45 tahun. Apabila pasien sudah melebihi umur tersebut, maka termasuk kriteria eksklusi karena ada faktor lain yang menyebabkan terjadinya perubahan ukuran kamar pulpa salah satunya karna faktor usia khususnya pada lansia. Lansia juga mengalami perubahan ukuran kamar pulpa diakibatkan adanya proses terbentuknya dentin sekunder pada gigi. Dentin sekunder diakibatkan adanya penebalan dentin pada lansia yang mengakibatkan ukuran kamar pulpa mengecil.

Dalam memperoleh identitas dan riwayat medis responden dilakukan wawancara dan pengisian kuesioner. Setelah dilakukan penyeleksian sampel, dilakukan pemeriksaan intraoral untuk melihat apakah gigi molar bawah responden memenuhi kriteria inklusi. Setelah dilakukan pemeriksaan intraoral, maka pasien yang sudah menyetujui dan menandatangani informed consent serta memenuhi


(48)

kriteria inklusi, akan dilakukan penelitian terhadap dirinya. Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan radiografi periapikal. Dimana, radiografi periapikal untuk melihat keadaan kamar pulpa yang ada pada gigi. Kamar pulpa hanya dapat dilihat dari rontgen foto, sehingga untuk melihat dan mengukur apakah ada perbedaan ukuran kamar pulpa antara pasien diabetes melitus dan non-diabetes melitus melalui hasil rontgen foto.

Pengukuran kamar pulpa dilakukan langsung pada hasil radiografi periapikal, yang hasilnya diukur dari 9 aspek. Pengukuran dilakukan secara visual dengan menggunakan viewer box, penggaris merk kenko dan jangka merk joyco. Ukuran normal kamar pulpa diukur dari jarak dasar kamar pulpa ke furkasi rata-rata 3,0 mm pada molar satu rahang atas dan rahang bawah, rata-rata tinggi kamar pulpa adalah antara 1,5 sampai 2,0 mm, dan jarak ujung tanduk pulpa dengan ujung cusp adalah sekitar 6,5 mm.37

Dari penelitian ini, telah didapat hasil yang signifikan, dimana terdapat perbedaan ukuran kamar pulpa pada pasien diabetes melitus dan non-diabetes melitus diukur dari 9 aspek pengukuran menurut Khojastepour, Rahimizadeh, dan Khayat pada tahun 2007, terdapat 6 aspek yang membuktikan adanya perbedaan. Ke-6 aspek pengukuran tersebut, yaitu: mesial dan distal tanduk pulpa, dinding mesial dan distal ditengah kamar pulpa, mesial dan distal pada orifice, tinggi kamar pulpa, atap pulpa dengan furkasi, dan ujung cusp dengan furkasi.

Berdasarkan hasil dari penelitian ini terdapat nilai yang signifikan p < 0,05 pada pasien diabetes melitus diukur dari jarak antara mesial dan distal tanduk pulpa dan ujung cusp dengan furkasi terdapat perbedaan dengan pasien non-diabetes melitus, serta terdapat juga hasil yang bermakna pada perbedaan ukuran kamar pulpa yang diukur dari jarak bagian dinding mesial dan distal di tengah kamar pulpa antara pasien non-diabetes melitus dan diabetes melitus dengan hasil adalah 4,45 ± 0.46 dan 3,93 ± 0,38, perbedaan pada jarak mesial dan distal pada orifice dengan hasil 4,86 ± 0,45 dan 4,46 ± 0,36, perbedaan terhadap tinggi kamar pulpa dengan hasil 2,26 ± 0,40 dan 1,40 ± 0,30, dan atap pulpa dengan furkasi antara pasien non-diabetes melitus dan diabetes melitus dengan hasil 5,53 ± 0,76 dan 4,75 ± 0,66 (tabel 2).


(49)

Bila dibandingkan dengan penelitian sebelumnya dari penelitian Dilhan Ilguy, dkk., (2004), dengan melihat 80 gigi molar mandibula gambaran radiografi periapikal pada penderita diabetes melitus dan 43 non-diabetes melitus, terdapat adanya perubahan kamar pulpa. Perubahan ditemukan pada lebar mahkota mesiodistal molar satu mandibula antara penderita diabetes melitus dengan non-diabetes melitus dengan nilai rata-rata adalah 11,0 ± 0,69 dan 11,4 ± 0,57. Perubahan juga terjadi pada lebar mahkota hingga serviks dan tinggi tanduk pulpa mesial molar satu mandibula pada penderita diabetes melitus dan non-diabetes melitus, serta luas total pulpa molar satu mandibula lebih besar pada non-diabetes melitus.4

Penelitian sebelumnya juga dilakukan oleh Nindha, dkk., (2011), dengan menggunakan sampel sebanyak 30 orang yang terbagi atas 15 pasien diabetes melitus dan 15 pasien non-diabetes melitus. Penelitian ini menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil pengukuran tinggi kamar pulpa dan jarak atap pulpa dengan furkasi pada kelompok sampel.5

Dari hasil penelitian yang didapat apabila dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, terdapat hasil yang sama pada penelitian Dilhan Ilguy, dkk., dan penelitian Nindha, dkk., bahwa terdapat perubahan ukuran kamar pulpa pada tinggi kamar pulpa. Pada penelitian ini juga terdapat persamaan hasil dengan penelitian Nindha, dkk., bahwa terdapat perubahan pada jarak atap pulpa dengan furkasi.

Perbedaan ukuran kamar pulpa pada pasien diabetes melitus dan non-diabetes melitus, disebabkan karena adanya gangguan sistem peredaran darah pada pasien diabetes melitus yang terjadi hingga mencapai pulpa gigi. Penyempitan kamar pulpa tersebut berhubungan dengan vaskularisasi pembuluh darah dalam pulpa. Penyakit diabetes melitus berpengaruh terhadap seluruh ukuran pembuluh darah dalam tubuh dari aorta hingga ke pembuluh darah kapiler terkecil dan venula. Pembuluh darah tersebut rusak karena penumpukan deposit atheromatosa (deposit kolestrol yang mengeras) pada jaringan di dalam lumen pembuluh darah.5

Keadaan hiperglikemia dapat meningkatkan kadar kolestrol dalam darah dikarenakan kurangnya insulin dapat menghambat kerja lipase yang berperan untuk menghancurkan lemak dalam darah. Jadi, pada penderita diabetes yang kurang insulin


(50)

dapat terbentuk plak pada pembuluh darahnya. Oleh karena itu, pada hasil penelitian ini dapat dilihat dari hasil radiografi terdapat penyempitan kamar pulpa diakibatkan adanya gangguan peredaran pembuluh darah.5


(51)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Penelitian ini dapat memberikan kesimpulan bahwa penyakit diabetes melitus mengalami perubahan ukuran kamar pulpa dimana kamar pulpa pada pasien diabetes melitus mengalami pengecilan dibandingkan pasien non-diabetes melitus yang ditinjau dari radiografi periapikal.

Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa :

1. Dilihat dari hasil uji statistik terdapat perbedaan ukuran kamar pulpa antara pasien diabetes melitus dan non-diabetes melitus, sedangkan belum ada teori yang menyatakan hal ini.

2. Perbedaan ukuran kamar pulpa yang bermakna antara pasien non-diabetes melitus dan diabetes melitus terlihat pada jarak dinding mesial dan distal ditengah kamar pulpa dengan hasil rata-rata adalah 4,45 ± 0.46 dan 3,93 ± 0,38, jarak mesial dan distal pada orifice dengan hasil 4,86 ± 0,45 dan 4,46 ± 0,36, jarak tinggi kamar pulpa dengan hasil 2,26 ± 0,40 dan 1,40 ± 0,30, dan jarak atap pulpa dengan furkasi dengan hasil 5,53 ± 0,76 dan 4,75 ± 0,66.

6.2 Saran

1. Saran yang dapat diberikan yaitu dibutuhkan penelitian yang lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih banyak.

2. Diperlukan penelitian dengan melihat perubahan kamar pulpa pada penyakit sistemik lainnya.

3. Disarankan peneliti selanjutnya dapat lebih meneliti khusus antara Diabetes tipe-1 saja atau diabetes tipe-2 saja.


(52)

DAFTAR PUSTAKA

1. Farman AG, Kolsom SA, ADAA Council On Education. Intraoral radiographic techniques. 2011.

2. Whaites Eric. Radiography and radiology for dental care professionals. 2nd ed. London: Churchill Livingstone, 2009.

3. White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology: Principles and interpretation. 6th ed. St.Louis: Mosby, 2009.

4. Ilguy D, Ilguy M, Bayirli G. The size of dental pulp chamber in adult diabetic patients. Turkey: OHMBSC, 2004: 3(3): 38-41.

5. Chorisna N, Noerjanto RPB, Wahyuni OR. Perubahan ukuran ruang pulpa pada diabetes mellitus (pemeriksaan radiografi). Journal Dental Dentomaxillofacaial Radiology 2011: 2(1): 28-32.

6. American Diabetes Association. Diagnosis and classification of diabetes mellitus. 2011: 34(1): 562-9.

7. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadribata MK, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 4th ed., Jakarta: Dept. Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2007: 1852-9.

8. Kardika IBW, Herawati S, Yasa IWPS. Preanalitik dan intrepretasi glukosa

darah untuk diagnosis diabetes mellitus.

(Juli 19.2014)

9. Shaw JE, Sicree RA, Zimmet PZ. Prevalences of diabetes mellitus. Australia: Baker IDI Heart and Diabetes Institute, 2009.

10.Kompas Online. Diabetes jadi ancaman serius di Indonesia.

11.Persi. RI ranking keempat jumlah penderita diabetes terbanyak dunia.


(53)

(Juli 20.2014)

12.Inzucchi S, Porte D, Sherwin RS, Baron A. The diabetes mellitus manual. USA: Mc Graw Hill Companies. 6th ed. 2005.

13.Pulungan A, Herqutanto. Diabetes mellitus tipe 1: Penyakit baru yang akan makin akrab dengan kita. 2009: 59(10): 455-8.

14.National Diabetes Statistics. Statistics about diabetes. (Juli 23.2014)

15.Jane S, Sunaryadi, Zulkarnain I, Kurniasih N, Kurniawan R, et al. Indonesia health profile 2008. Jakarta: Ministry of Health RI, 2010.

16.Ikatan Dokter Anak Indonesia. Konsensus nasional pengelolaan diabetes mellitus tipe I. 2009.

17.Sumantri AF. Patogenesis diabetes mellitus.

18.Eko V. Terapi diabetes mellitus. 182nd ed. 2011: 13-20.

19.Sumantri AF. Penatalaksanaan diabetes mellitus tipe I.

(Juli 23.2014)

20.Zubardiah L. Jaringan periodonsium, anatomis, klinis & histologis. Jakarta: Universitas Trisakti, 2011: 65-70.

21.Epsilawati L. Hubungan penurunan tulang alveolar dan penipisan tulang kortikal mandibula pada penderita periodontitis disertai diabetes mellitus tipe-2 menggunakan radiografi cone beam computed tomografi-3D. tipe-201tipe-2: tipe-2(tipe-2): 86-9.

22.Heasman Peter. Restorative dentistry, paediatric dentistry and orthodontics. 2nd ed., USA: Churchill Livingstone Elsevier, 2008: (2).

23.Newman MG, Takei HH, Carranza FA, Klokkevold PR. Carranza's clinical periodontology. 11th ed., St.Louis: Saunders Elsevier. 2006.

24.Perry DA, Beemsterboer PL. Periodontology for the dental hygienist. 3rd ed., St. Louis: Saunders Elsevier, 2007:135-6.

25.Irwati. Manifestasi diabetes mellitus dalam rongga mulut.


(54)

(Juli 25.2014)

26.Sproat C, Georgina B, McGurk M. Essential human disease for dentist. 2006: 115-9.

27.Paparella C. Oral candidiasis, oral trus

(Agustus 5.2014)

28.Walukow WG. Gambaran xerostomia pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Poliklinik Endokrin RSUP. Prof dr. R.D. Kandou Manado. (Juli 25.2014) 29.Lembo Gabriel. Xerostomia pode prejudicara saude bucal.

30.Grossman LI, Olite S, Del CER. Ilmu endodontik dalam praktek. 11st ed. 31.Frommer HH, Stabulas-savage JJ. Radiology for the dental professional. 8th

ed., St. Louis: Elsevier Mosby. 2005.

32.Bender IB, Bender IB. Diabetes mellitus and the dent pulp. Journal Endod. 2003: 29(6): 383-9.

33.Almeida C.D., Regina M.L., Muller K.R., dkk. Clinical use of photodynamic antimicrobial chemotherapy for the treatment of deep carious lesions. 2011: 16(8).

34.Khojestapeur L, Rahimizadeh N, Khayat A. Morphologic measurements of anatomic landmarks in pulp chamber in human first molar: a Study of bitewing radiographs. Iranian Endodontic Journal. 2008: 2(4): 147-151.

35.Budiarto Eko. Biostatistika untuk kedokteran dan kesehatan masyarakat. Jakarta: EGC, 2012.

36.Adnan M., Mulyati T., Isworo J.T. Hubungan Indeks massa tubuh (IMT) dengan kadar glukosa darah penderita diabetes melitus tipe-2 rawat jalan di RS Tugurejo Semarang. Jurnal Gizi Universitas Muhammadiyah Semarang. 2013: 2(1): 18-24.

37. Deutsch A.S


(55)

(56)

LAMPIRAN 2

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIT RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI

PERBEDAAN UKURAN KAMAR PULPA GIGI MOLAR SATU RAHANG BAWAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS DAN

NON-DIABETES MELITUS DITINJAU DARI RADIOGRAFI PERIAPIKAL

No. Kartu: Data Identitas Responden

Nama : ... TTL : ..., ... - ...- ... Usia : ... tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan*

Alamat : ... *coret yang tidak perlu


(57)

Kuesioner Riwayat Diabetes Melitus

Berilah tanda (X) pada jawaban yang dirasa paling sesuai dengan kondisi Bapak/Ibu. 1. Apakah anda mempunyai riwayat penyakit diabetes melitus (kencing manis)?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu.

2. Apakah keluarga anda mempunyai riwayat penyakit diabetes melitus (kencing manis)?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu.

3. Jika ada riwayat diabetes melitus (kencing manis), sudah berapa lama anda menderita penyakit tersebut?

a. Antara 6-1 tahun b. Antara 1-3 tahun c. > 3 tahun.

4. Kapan anda mengecek kadar glukosa darah ( penyakit diabetes melitus) anda ke dokter untuk terakhir kalinya?

a. Antara 1-3 bulan b. Antara 3-6 bulan c. > 6 bulan


(58)

5. Jika anda memiliki penyakit diabetes melitus (kencing manis), terapi apa yang anda lakukan untuk mengontrol gula darah anda?

a. Meminum obat b. Terapi insulin

c. Hanya mengontrol makanan

d. Minum obat, terapi insulin dan mengontol makanan.

6. Apakah anda mempunyai penyakit sistemik selain diabetes melitus (kencing manis)?

a. Ya b. Tidak

c. Jika ya, penyakit apakah itu? ………

7. Jika anda tidak memiliki riwayat penyakit diabetes melitus (kencing manis), apakah anda mempunyai penyakit sistemik lain?

a. Ya b. Tidak


(59)

LAMPIRAN 3

Descriptives

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Umur 60 35 45 40.73 3.550

Valid N (listwise) 60

T- independent Test

Group Statistics

NonDMDM N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Aspek 1

Non DM 30 4.88 .449 .082

DM 30 4.47 .472 .086

aspek2

Non DM 30 4.4500 .46144 .08425

DM 30 3.9333 .38804 .07085

aspek3

Non DM 30 4.8667 .45359 .08281

DM 30 4.4667 .36984 .06752

aspek4

Non DM 30 5.4000 .72397 .13218

DM 30 5.3500 .88230 .16108

aspek5

Non DM 30 5.3667 .61495 .11227

DM 30 5.2000 .83666 .15275

aspek6

Non DM 30 2.2667 .40965 .07479

DM 30 1.4000 .30513 .05571

aspek7

Non DM 30 3.3333 .62053 .11329


(60)

aspek8

Non DM 30 5.5333 .76489 .13965

DM 30 4.7500 .66631 .12165

aspek9

Non DM 30 10.0117 .34807 .06355

DM 30 9.6233 .69910 .12764

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df

aspek1

Equal variances assumed .741 .393 3.503 58

Equal variances not

assumed 3.503 57.851

aspek2

Equal variances assumed 1.314 .256 4.694 58

Equal variances not

assumed 4.694 56.342

aspek3

Equal variances assumed 1.965 .166 3.743 58

Equal variances not

assumed 3.743 55.740

aspek4

Equal variances assumed .605 .440 .240 58

Equal variances not

assumed .240 55.870


(61)

Equal variances not

assumed .879 53.255

aspek6

Equal variances assumed 5.018 .029 9.293 58

Equal variances not

assumed 9.293 53.605

aspek7

Equal variances assumed 2.412 .126 -.453 58

Equal variances not

assumed -.453 56.106

aspek8

Equal variances assumed .152 .698 4.230 58

Equal variances not

assumed 4.230 56.930

aspek9 Equal variances assumed 21.472 .000 2.724 58

Independent Samples Test

t-test for Equality of Means

Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the

Difference

Lower

aspek1

Equal variances

assumed .001 .417 .119 .179

Equal variances not

assumed .001 .417 .119 .179

aspek2 Equal variances


(62)

Equal variances not

assumed .000 .51667 .11008 .29619

aspek3

Equal variances

assumed .000 .40000 .10685 .18611

Equal variances not

assumed .000 .40000 .10685 .18593

aspek4

Equal variances

assumed .811 .05000 .20837 -.36710

Equal variances not

assumed .811 .05000 .20837 -.36744

aspek5

Equal variances

assumed .383 .16667 .18958 -.21281

Equal variances not

assumed .383 .16667 .18958 -.21353

aspek6

Equal variances

assumed .000 .86667 .09326 .67999

Equal variances not

assumed .000 .86667 .09326 .67966

aspek7

Equal variances

assumed .652 -.06667 .14726 -.36144

Equal variances not

assumed .653 -.06667 .14726 -.36165

aspek8

Equal variances

assumed .000 .78333 .18520 .41261

Equal variances not

assumed .000 .78333 .18520 .41246

aspek9 Equal variances


(63)

Independent Samples Test

t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the Difference

Upper

aspek1

Equal variances assumed .655

Equal variances not assumed .655

aspek2

Equal variances assumed .73701

Equal variances not assumed .73715

aspek3

Equal variances assumed .61389

Equal variances not assumed .61407

aspek4

Equal variances assumed .46710

Equal variances not assumed .46744

aspek5

Equal variances assumed .54614

Equal variances not assumed .54686

aspek6

Equal variances assumed 1.05335

Equal variances not assumed 1.05367

aspek7

Equal variances assumed .22811

Equal variances not assumed .22832

aspek8

Equal variances assumed 1.15406

Equal variances not assumed 1.15421


(64)

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df

aspek9 Equal variances not

assumed 2.724 42.545

Independent Samples Test

t-test for Equality of Means

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower

aspek9 Equal variances not

assumed .009 .38833 .14258 .10070

Independent Samples Test

t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the Difference

Upper

aspek9 Equal variances not assumed .67597

Kesimpulan ; Ho ditolak artinya ada perbedaan antara pasien diabetes melitus dan non-diabetes melitus terhadap perubahan ukuran kamar pulpa dimana nilai p<0,05 (p=0,0001)


(65)

LAMPIRAN 4

LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Selamat pagi,

Dalam rangka menyelesaikan studi Kedokteran Gigi, saya akan melakukan penelitian yang berjudul “Perbedaan ukuran kamar pulpa molar satu rahang

bawah pada pasien diabetes melitus dan non-diabetes melitus ditinjau dari radiografi periapikal”.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan ukuran kamar pulpapada penderita diabetes melitus (kencing manis) dan non-diabetes melitus (sehat). Kamar pulpa adalah rongga yang berisi pembuluh darah dan saraf pada gigi.

Manfaat penelitian ini untuk melihat perubahan yang terjadi pada kamar pulpa pasien diabetes melitus (kencing manis), apabila terjadi perubahan yang besar pada kamar pulpa, dapat berpengaruh dalam perawatan gigi yang ingin dilakukan. Dokter gigi akan lebih berhati-hati dalam melakukan perawatan gigi seperti penambalan dan perawatan saluran akar. Untuk mengetahui perubahan ukuran kamar pulpa ini, akan dilakukan rontgen foto pada gigi.

Pembuatan rontgen foto tidak berbahaya, tetapi apabila ada keluhan karena tindakan ini, seperti bercak merah pada kulit, maka silahkan menghubungi saya (Enni Mulianingsih, 085276310420).

Bapak/Ibu Yth, saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi subjek penelitian, dimana Bapak/Ibu berperan sebagai responden. Responden diminta untuk mengisi kuesioner sesuai petunjuk yang diberikan. Pada penelitian ini Bapak/Ibu tidak akan dikenakan biaya (gratis), dan mendapatkan souvenir sebagai ucapan terima kasih dari peneliti. Apabila Bapak/Ibu sudah setuju setelah membaca keterangan diatas, mohon untuk menandatangani persetujuan pada lembaran berikutnya.


(66)

Demikian surat penjelasan penelitian, mudah-mudahan penjelasan ini dapat dimengerti, dan atas bantuan, partisipasi, serta kesediaan atas waktu yang telah diberikan dalam penelitian saya, saya ucapkan terima kasih.

Peneliti,


(67)

LAMPIRAN 5

LEMBAR PERSETUJUAN SUBJEK PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

Kepada Yth.

Bapak/Ibu di RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN. Bapak/Ibu di lingkungan FKG USU.

Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama :

Alamat :

Dengan ini, menyatakan bersedia ikut berpartisipasi menjadi salah satu responden dan subjek penelitian dalam penelitian “Perbedaan ukuran kamar pulpa molar 1 rahang bawah pada pasien diabetes melitus dan non-diabetes melitus ditinjau dari radiografi periapikal”, dan bersedia mengisi kuesioner serta dilakukan foto rontgen terhadap Bapak/Ibu dengan sebaik-baiknya.

Medan, September 2014


(68)

LAMPIRAN 6

JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN

N o.

Kegiatan

Waktu Penelitian

Agustus September Oktober November Desember

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Penyusunan proposal 2. Seminar

proposal 3. Persiapan

lapangan 4. Pengumpulan

data

5. Pengolahan dan analisis data

6. Penyusunan laporan


(69)

LAMPIRAN 7

RINCIAN ANGGARAN PENELITIAN

Perbedaan ukuran kamar pulpa molar 1 rahang bawah pada pasien diabetes melitus dan non-diabetes melitus ditinjau dari radiografi periapikal

Rincian biaya yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian, yaitu:

• Biaya persiapan proposal : Rp. 250.000

• Biaya print perbanyak proposal Rp.15.000 @ 6 rangkap : Rp. 90.000

• CD : Rp. 10.000

PENGUMPULAN DATA

• Transportasi : Rp. 400.000

• Kuesioner Rp. 500 @ 100 rangkap : Rp. 50.000

• Foto Periapikal Rp. 25.000 @ 60 orang : Rp. 1.500.000 ANALISIS DATA DAN PENYUSUNAN LAPORAN

• Fotocopy laporan penelitian : Rp. 300.000

• Penjilidan dan penggandaan laporan : Rp. 300.000

• CD : Rp. 10.000

• Souvenir Rp. 20.000 @ 60 orang

Rp. 4.160.000 : Rp. 1.200.000


(70)

LAMPIRAN 8

DATA PERSONALIA PENELITI

Riwayat Peneliti

Nama : Enni Mulianingsih

Tempat dan Tanggal Lahir : Rantau Prapat, 12 April 1993 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Anak ke : 1 (satu) dari 2 (dua) bersaudara

Alamat : Jalan. Abdul Hakim Pasar 1 Setia Budi, Komp. Classic Residence 1 Blok: E1, Medan

No. Telepon : 085276310420

Alamat e-mail : ennimulianingsih@yahoo.com

Riwayat Pendidikan

1999-2005 : SD PPR Rantau Prapat 2005-2008 : SMP Negeri 2 Rantau Utara 2008-2011 : SMA Negeri 1 Medan

2011-sekarang : Program Sarjana-1 Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara


(1)

LAMPIRAN 4

LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Selamat pagi,

Dalam rangka menyelesaikan studi Kedokteran Gigi, saya akan melakukan penelitian yang berjudul “Perbedaan ukuran kamar pulpa molar satu rahang

bawah pada pasien diabetes melitus dan non-diabetes melitus ditinjau dari radiografi periapikal”.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan ukuran kamar pulpapada penderita diabetes melitus (kencing manis) dan non-diabetes melitus (sehat). Kamar pulpa adalah rongga yang berisi pembuluh darah dan saraf pada gigi.

Manfaat penelitian ini untuk melihat perubahan yang terjadi pada kamar pulpa pasien diabetes melitus (kencing manis), apabila terjadi perubahan yang besar pada kamar pulpa, dapat berpengaruh dalam perawatan gigi yang ingin dilakukan. Dokter gigi akan lebih berhati-hati dalam melakukan perawatan gigi seperti penambalan dan perawatan saluran akar. Untuk mengetahui perubahan ukuran kamar pulpa ini, akan dilakukan rontgen foto pada gigi.

Pembuatan rontgen foto tidak berbahaya, tetapi apabila ada keluhan karena tindakan ini, seperti bercak merah pada kulit, maka silahkan menghubungi saya (Enni Mulianingsih, 085276310420).

Bapak/Ibu Yth, saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi subjek penelitian, dimana Bapak/Ibu berperan sebagai responden. Responden diminta untuk mengisi kuesioner sesuai petunjuk yang diberikan. Pada penelitian ini Bapak/Ibu tidak akan dikenakan biaya (gratis), dan mendapatkan souvenir sebagai ucapan terima kasih dari peneliti. Apabila Bapak/Ibu sudah setuju setelah membaca keterangan diatas, mohon untuk menandatangani persetujuan pada lembaran berikutnya.


(2)

diberikan dalam penelitian saya, saya ucapkan terima kasih.

Peneliti,


(3)

LAMPIRAN 5

LEMBAR PERSETUJUAN SUBJEK PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

Kepada Yth.

Bapak/Ibu di RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN. Bapak/Ibu di lingkungan FKG USU.

Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama :

Alamat :

Dengan ini, menyatakan bersedia ikut berpartisipasi menjadi salah satu responden dan subjek penelitian dalam penelitian “Perbedaan ukuran kamar pulpa molar 1 rahang bawah pada pasien diabetes melitus dan non-diabetes melitus ditinjau dari radiografi periapikal”, dan bersedia mengisi kuesioner serta dilakukan foto rontgen terhadap Bapak/Ibu dengan sebaik-baiknya.

Medan, September 2014

(...….…………..)


(4)

JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN

N o.

Kegiatan

Waktu Penelitian

Agustus September Oktober November Desember

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Penyusunan proposal 2. Seminar

proposal 3. Persiapan

lapangan 4. Pengumpulan

data

5. Pengolahan dan analisis data

6. Penyusunan laporan


(5)

LAMPIRAN 7

RINCIAN ANGGARAN PENELITIAN

Perbedaan ukuran kamar pulpa molar 1 rahang bawah pada pasien diabetes melitus dan non-diabetes melitus ditinjau dari radiografi periapikal

Rincian biaya yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian, yaitu:

• Biaya persiapan proposal : Rp. 250.000

• Biaya print perbanyak proposal Rp.15.000 @ 6 rangkap : Rp. 90.000

• CD : Rp. 10.000

PENGUMPULAN DATA

• Transportasi : Rp. 400.000

• Kuesioner Rp. 500 @ 100 rangkap : Rp. 50.000

• Foto Periapikal Rp. 25.000 @ 60 orang : Rp. 1.500.000 ANALISIS DATA DAN PENYUSUNAN LAPORAN

• Fotocopy laporan penelitian : Rp. 300.000

• Penjilidan dan penggandaan laporan : Rp. 300.000

• CD : Rp. 10.000

• Souvenir Rp. 20.000 @ 60 orang

Rp. 4.160.000 : Rp. 1.200.000

Rincian biaya ditanggung oleh peneliti sendiri.


(6)

DATA PERSONALIA PENELITI

Riwayat Peneliti

Nama : Enni Mulianingsih

Tempat dan Tanggal Lahir : Rantau Prapat, 12 April 1993 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Anak ke : 1 (satu) dari 2 (dua) bersaudara

Alamat : Jalan. Abdul Hakim Pasar 1 Setia Budi, Komp. Classic Residence 1 Blok: E1, Medan

No. Telepon : 085276310420

Alamat e-mail : ennimulianingsih@yahoo.com

Riwayat Pendidikan

1999-2005 : SD PPR Rantau Prapat 2005-2008 : SMP Negeri 2 Rantau Utara 2008-2011 : SMA Negeri 1 Medan

2011-sekarang : Program Sarjana-1 Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera