Implementasi ASI Eksklusif di Desa Lalang Kecamatan Sunggal

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Tulisan ini bertujuan mendeskripsikan mengenai bagaimana pengetahuan
ibu menyusui mengenai pola pemberian ASI Eksklusif di Desa Lalang Kecamatan
Sunggal pada saat ini. Dalam penulisan ini, Desa Lalang dipilih sebagai lokasi
penelitian dikarenakan letak desa tersebut berdekatan dengan tempat tinggal
penulis. Hal ini dimaksudkan agar biaya yang diperlukan tidaklah terlalu banyak
dan tentu saja untuk tidak memakan waktu yang lama di dalam melakukan
penelitian lapangan.
Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari pembangunan nasional
diarahkan pada peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan
dilaksanakan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup
sehat bagi setiap penduduk agar dapat meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Kualitas SDM dapat dibangun jika kesehatan
SDM tidak mengalami penurunan karena kualitas SDM dapat dibentuk dari bayi
dengan cara memberikan ASI Eksklusif karena dapat mencegah berbagai penyakit
pada bayi.
Menyusui adalah suatu proses yang bersifat alami. Beragam ibu di seluruh
dunia berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku maupun literatur

lainnya mengenai ASI1 (Air Susu Ibu), bahkan ibu yang buta huruf sekalipun

1

Dalam penulisan ini untuk mempermudah maka air susu ibu akan ditulis dan disingkat dengan

1
Universitas Sumatera Utara

dapat menyusui anaknya dengan baik. Walaupun demikian, dalam lingkungan
kebudayaan kita saat ini melakukan hal yang alamiah tidaklah selalu mudah
terutama tentang menyusui, selalu terdapat beberapa kendala penunjang ketidak
berhasilan pemberian ASI oleh ibu terhadap bayi.
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2012 dilaporkan bahwa
65% populasi bayi di dunia berusia satu tahun atau kurang, hanya 35% bayi yang
diberikan ASI secara eksklusif pada usia 0-4 bulan. Pada tahun 2012 UNICEF
melaporkan bahwa 136,7 juta bayi lahir di dunia hanya 32,6% yang mendapatkan
ASI secara eksklusif sampai usia 6 bulan. Suatu angka yang mengingatkan
seluruh tenaga kesehatan akan pentingnya menyusun suatu strategi untuk
meyakinkan setiap perempuan mampu dan mau menyusui bayinya sejak lahir

hingga berusia 6 bulan.
Pada tahun 1999, setelah pengalaman selama 9 tahun UNICEF
memberikan klarifikasi mengenai rekomendasi jangka waktu Pemberian ASI
Eksklusif. Rekomendasi Eksklusif bersama World Health Assembly (WHA) dan
banyak negara lainnya adalah menetapkan jangka waktu pemberian ASI Eksklusif
selama 6 bulan.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 menunjukkan
pemberian ASI di Indonesia saat ini masih memprihatinkan. Persentasi bayi yang
menyusui secara eksklusif sampai dengan 6 bulan hanya 15,3%. Hal ini
disebabkan kesadaran masyarakat dalam mendorong peningkatan pemberian ASI
masih relatif rendah, terutama ibu bekerja sering mengabaikan pemberian ASI

ASI, sebagaimana istilah yang lazim dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari.

2
Universitas Sumatera Utara

dengan alasan kesibukan bekerja. Padahal tidak ada yang bisa menandingi
kualitas ASI, bahkan susu formula sekalipun.
Masih terdapat banyak kebiasaan memberi cairan pada bayi selama 6

bulan pertama yang masih dilakukan di banyak belahan dunia yang berakibat
buruk bagi gizi dan kesehatan bayi, rendahnya pemberian ASI Eksklusif
merupakan ancaman bagi tumbuh kembang anak. Seperti diketahui bayi yang
diberi ASI setidaknya usia 6 bulan lebih rentan mengalami kekurangan nutrisi,
walaupun secara kultural terdapat beragam pengetahuan masyarakat mengenai
sumber nutrisi lain yang dapat diberikan kepada bayi pada rentang usia 6 bulan
namun ketika hal ini dihadapkan pada aspek kesehatan menjadi suatu hal yang
kontradiksi karena memuat hal lain yang mempengaruhi tata cara berfikir dan
berbuat.
Para ahli menemukan bahwa manfaat ASI akan sangat meningkat bila bayi
hanya diberi ASI saja selama enam bulan pertama kehidupannya. Peningkatan
sesuai dengan lamanya pemberian ASI Eksklusif serta lamanya pemberian ASI
bersama – sama dengan makanan padat setelah bayi berumur enam bulan.
Saat ini penerapan pola pemberian makan terbaik untuk bayi sejak lahir
sampai anak berumur 2 (dua) tahun tersebut belum dilaksanakan dengan baik
khususnya dalam hal pemberian ASI Eksklusif. Beberapa kendala dalam hal
pemberian ASI Eksklusif karena ibu tidak percaya diri bahwa dirinya mampu
menyusui dengan baik sehingga mencukupi seluruh kebutuhan gizi Bayi. Hal ini
antara lain disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu, kurangnya dukungan
keluarga serta rendahnya kesadaran masyatakat tentang manfaat pemberian ASI


3
Universitas Sumatera Utara

Eksklusif. Selain itu kurangnya dukungan tenaga kesehatan, fasilitas, pelayanan
kesehatan, dan produsen makanan bayi menghambat keberhasilan ibu dalam
menyusui bayinya.
Di pedesaan, persentase pemberian makanan

prelakteal non-susu (air

putih, air gula, air tajin, air kelapa, sari buah, teh manis, madu, pisang, nasi/bubur,
dan lainnya) lebih tinggi dibandingkan di perkotaan. Menurut tingkat pendidikan
dan status ekonomi terdapat kecenderungan semakin tinggi tingkat pendidikan
dan status ekonomi, cenderung semakin tinggi persentase pemberian makanan
prelakteal berupa susu. Sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan dan status
ekonomi, semakin tinggi persentasi pemberian makanan prelakteal non-susu (air
putih, air gula, air tajin, air kelapa, sari buah, teh manis, madu, pisang, nasi/bubur,
dan lainnya).
Rendahnya pemberian ASI secara eksklusif maka pemerintah membuat

sebuah peraturan yaitu PP No. 33 tahun 2012, yang bertujuan agar bayi bisa
mendapatkan haknya untuk memperoleh ASI secara eksklusif. PP No. 33 tahun
2012 tentang ASI Eksklusif memiliki butir-butir di antaranya setiap ibu yang
melahirkan harus memberikan ASI Eksklusif kepada bayi yang dilahirkannya. Di
dalamnya juga disebutkan bahwa tenaga kesehatan wajib memberikan informasi
dan edukasi ASI Ekslusif pada ibu dan anggota keluarga bayi yang bersangkutan
sejak pemeriksaan kehamilan sampai dengan periode pemberian ASI Eksklusif
selesai. Dalam peraturan ini petugas kesehatan dilarang memberikan susu formula
bayi atau produk bayi lainya akan dikenakan sanksi administratif oleh pejabat
yang berwenang berupa teguran lisan atau teguran tertulis.

4
Universitas Sumatera Utara

Pemberian ASI Eksklusif dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya
faktor sosial budaya, pengaruh promosi susu formula, dukungan petugas
kesehatan, kesehatan ibu, status pekerjaan ibu, tingkat pendapatan keluarga,
tingkat pendidikan ibu dan pengetahuan serta sikap ibu. Pengaruh kebudayaan
barat, urbanisasi dan kemajuan teknologi menyebabkan pergeseran nilai sosial
budaya masyarakat.

Memberi ASI pada bayi dianggap tidak modern dan menempatkan ibu
pada kedudukan lebih rendah dibandingkan dengan ibu golongan atas.
Perkembangan industri susu formula yang pesat dengan berbagai promosi di
media massa dapat menyebabkan salah pengertian. Pemberian susu formula
dianggap lebih baik daripada ASI. Pengetahuan dan sikap petugas kesehatan
dalam memberikan penyuluhan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI
sangat menentukan keberhasilan ibu menyusui. Disamping itu kondisi kesehatan
bayi dan ibu

sangat berpengaruh dalam pemberian ASI. Bayi sehat, tidak

mengidap penyakit tertentu dan tidak mengalami kecacatan lebih mudah untuk
menyusu dan sebaliknya. ASI yang diproduksi jumlahnya cukup apabila kondisi
kesehatan ibu baik dan konsumsi makanannya cukup dari segi kualitas dan
kuantitas.
Keadaan sosial budaya masyarakat tidak saja seluruhnya bersifat negatif,
tetapi ada juga yang bersifat positif yang dapat dimanfaatkan dalam pembangunan
kesehatan. Pembangunan dalam suatu negara, selain berdampak positif juga
menimbulkan hal-hal yang negatif seperti banyak wanita karier yang tidak dapat
mengatur dan memberi ASI Eksklusif secara optimal kepada anaknya.


5
Universitas Sumatera Utara

Pendapat Sayogyo pada tahun 1994 yang menyatakan bahwa dengan
semakin meningkatnya sosial ekonomi keluarga akan menyebabkan terjadinya
perubahan-perubahan dalam susunan makanan baik jenis maupun jumlahnya.
Semakin meningkatnya pendapatan semakin bertambah pula persentase
pembelanjaan termasuk makanan pengganti ASI sehingga ibu cenderung tidak
memberikan ASI secara eksklusif. Tekanan ekonomi memaksa ibu bekerja untuk
mencari penghasilan sehingga tidak mempunyai kesempatan memeberikan ASI
secara eksklusif. Tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu berpengaruh dalam
praktek menyusui. Semakin tinggi tingakat pendidikan ibu, pengetahuan ibu
semakin baik. Hal ini akan memberi kecenderungan ibu dalam bersikap dengan
memberikan yang terbaik bagi bayi yaitu dengan memberikan ASI Eksklusif.

1.2 Tinjauan Pustaka
Untuk membuat sesuatu konstruksi pemikiran yang sejalan dengan
penelitian yang dilakukan, maka penelitian ini beranjak dari konsepsi kebudayaan
sebagai dasar dalam menjelaskan mengenai fenomen pengetahuan ibu tentang

pemberian ASI Eksklusif pada bayi, yang kemudian dilanjutkan dengan konsepsi
mengenai tema kesehatan dalam lingkup antropologi sebagai bagian deskripsi
mengenai pengetahuan dan perilaku ibu menyusui terhadap pemberian ASI
Eksklusif.

6
Universitas Sumatera Utara

1.2.1 Kebudayaan
Koentjaraningrat (1996:72-73) mengatakan kebudayaan adalah seluruh
sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam
kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar. Dimana
perkembangan si anak akan sangat berpengaruh dari bagaimana si ibu dapat
memenuhi kebutuhan makanan anaknya, karena sejak lahir anak langsung
berhadapan dengan keluarga terutama ibu, dalam sebuah keluarga ibu mempunyai
peranan penting dalam merawat dan memperhatikan kesehatan anaknya. Dengan
demikian hampir semua tindakan manusia adalah “kebudayaan” karena jumlah
tindakan yang dilakukannya dalam kehidupan bermasyarakat yang tidak
dibiasakannya dengan belajar (yaitu tindakan naluri, releksi, atau tindakantindakan yang dilakukan akibat suatu proses fisiologi, maupun berbagai tindakan
membabibuta), sangat terbatas. Bahkan berbagai tindakan yang merupakan

nalurinya (misalnya makan, minum, dan berjalan) juga telah banyak dirombak
oleh manusia sendiri sehingga terjadi tindakan kebudayaan.
Kebudayaan yang diungkapan Koentjaraningrat (1996) dalam penelitian
ini diaplikasikan pada bentuk deskripsi mengenai latar belakang pengetahuan dan
perilaku hingga tindakan ibu menyusui terhadap keberadaan ASI Eksklusif
sebagai nutrisi utama yang diberikan kepada bayi, latar belakang pengetahuan
tersebut juga mendeskripsikan secara lebih lanjut mengenai pemahaman secara
individual maupun pemahaman secara kultural mengenai pemberian nutrisi
terhadap bayi yang dimiliki oleh suatu kebudayaan. Hal ini sejalan dengan
pendapat Cohen (1975:45) bahwa kebudayaan adalah strategi adaptasi manusia

7
Universitas Sumatera Utara

yang digunakan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan tempat tinggal.
Lebih lanjut konsep kebudayaan sebagaimana pendapat E.B Tylor
(1871:1) yang mengatakan bahwa :
Culture or “ivilization ... is that “omplex whole
which includes knowledge, belief, art, morals, law,
custom, and any other capabilities and habits acquired

by man as a member of so“iety.
Terjemahan bebas :
"Budaya atau peradaban ... adalah bahwa keseluruhan
kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni,
moral, hukum, adat, dan setiap kemampuan lain dan
kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota
masyarakat."
Secara umum pendapat Tylor (1871:1) mengenai kebudayaan dapat
diartikan bahwa kebudayaan atau peradaban merupakan suatu bentuk secara
keseluruhan yang didalamnya terdapat aspek pengetahuan, kepercayaan, seni,
moral, hukum, norma, dan kemampuan lainnya serta perilaku yang diperlukan
oleh individu manusia sebagai anggota dari masyarakat.
Aspek pengetahuan dalam kebudayaan menurut Kottak (2007:42)
mengungkapkan bahwa ―On the basis of cultural learning, people create,
remember, and deal with ideas‖. Dalam hal ini, Kottak (2007:42) menyatakan

bahwa dasar dari suatu bentuk pembelajaran kebudayaan adalah penciptaan oleh
masyarakat, mengingat dan kesepakatan terhadap beragam ide dalam kehidupan.
Kottak (2007:43) juga menyatakan bahwa kebudayaan adalah suatu bentuk
yang dibagi diantara individu masyarakat pendukung kebudayaan, lebih lengkap

Kottak (2007:43) menyebutkan ―Culture is an attribute not of individuals person

8
Universitas Sumatera Utara

but of individuals as members of group. Culture is transmitted in society.‖ Secara

sederhana diartikan bahwa kebudayaan merupakan bentuk atribusi yang tidak
mewakili individu secara tunggal melainkan individu sebagai bagian dari
kelompok dan kebudayaan disebarluaskan melalui bentuk kehidupan masyarakat.
1.2.2 Antropologi Kesehatan
Kalangie (1994:101) mengatakan antropologi kesehatan adalah ilmu yang
mempelajari gejala-gejala sosiobudaya, biobudaya, dan ekologi budaya dari
kesehatan dan kesakitan yang dilihat dari segi fisik, jiwa, dan sosial serta
perawatannya masing-masing dan interaksi antara ketiga segi ini dalam kehidupan
masyarakat,

baik

pada

tingkat

individual

maupun

tingkat

kelompok

keseluruhannya.
Mengutip pendapat Winkelman (2009:2) yang mengatakan bahwa :
―Medical anthropology is the primary discipline addressing the
interfaces of medicine, culture, and health behavior and
incorporating cultural perspectives into clinical settings and public
health programs.‖
Secara singkat pendapat tersebut menitikberatkan pada korelasi antara
pengobatan, dan perilaku kesehatan dalam perspektif kebudayaan menuju
kesehatan klinis dan program kesehatan umum. Dalam penelitian ini pandangan
antropologi

kesehatan

dipergunakan

untuk

mendeksripsikan

mengenai

pengetahuan yang terdapat pada masyarakat mengenai pemberian ASI Eksklusif
oleh ibu menyusui dan juga pengetahuan masyarakat lainnya mengenai nutrisi
secara kultural diluar ASI.

1.3 Rumusan Masalah

9
Universitas Sumatera Utara

Memberikan ASI Ekslusif pada bayi sampai dengan usia enam bulan dan
diteruskan sampai usia dua tahun dapat menjamin kesehatan dan status gizi yang
optimal pada bayi.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang
menjadi rumusan masalah adalah :
1. Bagaimana pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif ?
2. Apa saja hambatan dalam pemberian ASI Eksklusif?

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan
bagaimana perkembangan ibu – ibu zaman sekarang terhadap pemberian ASI
Eksklusif kepada bayinya khususnya di Desa Lalang Kecamatan Sunggal
Kabupaten Deli Serdang.
Manfaat Penelitian :
1) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan wawasan keilmuan
dalam bidang Antropologi Sosial.
2) Penelitian ini diharapkan untuk menambah khasanah keilmuan tentang ASI
Eksklusif.
3) Bagi

peneliti,

sebagai

sarana

untuk

menambah

wawasan

dan

mengembangkan kemampuan dalam melakukan penelitian.

1.5 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang didasarkan upaya

10
Universitas Sumatera Utara

membangun pandangan masyarakat yang diteliti secara rinci dan runtut, dibentuk
dengan kata – kata dan gambaran holistik.
Melakukan rapport merupakan suatu hal yang mutlak di lapangan.
Rapport bertujuan untuk memperoleh data yang akurat di lapangan. Terjalinnya
rapport memudahkan peneliti dalam menggali data tertutama dengan informan-

informan. Sehingga hubungan yang baik dilakukan terlebih dahulu agar peneliti
tidak menemukan kesulitan karena tidak terjalinnya hubungan secara baik yang
membuat informan tidak dengan mudah memberikan informasi. Rapport yang
terjalin membuat informan tidak sungkan dan merasa curiga kepada peneliti yang
dapat menghambat dalam perolehan data. Sebagai seorang peneliti, peneliti adalah
orang yang sedang belajar yang memposisikan diri tidak tahu apa-apa terkait
permasalahan penelitian sehingga informan merupakan guru yang menjadi tempat
bertanya.
Untuk memperoleh data – data yang dibutuhkan, peneliti menggunakan
teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1.5.1 Teknik Observasi
Observasi adalah suatu tindakan untuk mengamati suatu gejala (tindakan
atau peristiwa atau peninjauan secara cermat dan langsung dilapangan maupun
lokasi penelitian).
Teknik observasi ini dilakukan peneliti untuk memperoleh gambaran
penuh mengenai aktivitas, tindakan, tingkah laku dan semua hal yang dapat
ditangkap panca indra. Disamping itu, peneliti juga mengumpulkan informasi dari

11
Universitas Sumatera Utara

teks atau bahan – bahan tertulis, baik itu jurnal, buku, koran, serta literatur yang
berasal dari internet. Sepanjang bahan tersebut relevan dengan topik penelitian,
menambah, memperdalam dan memperluas pemahaman, maka bahan tersebut
dapat dijadikan sumber informasi terkait topik yang dikaji.
Observasi yang dilakukan yaitu dengan melakukan kegiatan pengamatan
langsung dilapangan dan peneliti juga berusaha sedekat mungkin membangun
rapport dengan informan dengan menggunakan kacamata informan yang diteliti
atau emic view.
Ketika peneliti melakukan observasi, maka ketika hal itu berlangsung
peneliti mencatat apa saja yang ditangkap dan disaksikan. Catatan – catatan
lapangan ini berfungsi sebagi alat bantu dalam pengolahan data.
1.5.2 Teknik Wawancara
Selain teknik observasi, peneliti menggunakan teknik wawancara.
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan ini dilakukan
oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Wawancara
dilakukan secara langsung dan terbuka dengan informan yang diteliti. Wawancara
ini dilakukan dengan teknik wawancara mendalam (indepth interview).
Wawancara mendalam (indepth interview) merupakan wawancara yang
terstruktur dan mendalam. Wawancara mendalam menggali informasi secara
mendalam, terbuka, tegas dan bebas tetapi dengan tetap memperhatikan focus
dalam penelitian. Untuk menjaga agar wawancara berjalan sesuai dengan
strukturnya maka peneliti akan menggunakan pedoman wawancara yaitu berupa

12
Universitas Sumatera Utara

daftar pertanyaan yang disusun peneliti sebelum melakukan wawancara
dilapangan atau lebih dikenal dengan interview guide. Interview guide ini bersifat
terbuka. Maksudnya adalah apabila selama wawancara peneliti menemukan
jawaban – jawaban yang tidak dimengerti atau merupakan sebuah hal yang baru,
maka peneliti dapat mengubah dan mengembangkan pertanyaan di dalam
interview guide guna mempertajam data yang dicari.

Wawancara sambil lalu juga dilakukan peneliti dalam pengumpulan data.
Wawancara sambil lalu dilakukan melalui percakapan – percakapan biasa dan
sederhana. Tetapi dalam percakapan yang terjadi, peneliti juga tetap memfokuskan
pertanyaan – pertanyaan penelitian. Hal ini dilakukan agar percakapan yang
terjadi antara peneliti dengan subjek penelitian tidak terlalu kaku. Teknik
wawancara ini juga dilakukan untuk memperkuat data yang sebelumnya didapat
dari observasi dan wawancara mendalam.
Selain itu, proses pencarian data di lapangan didukung oleh alat
pendukung di lapangan yakni kamera foto. Kamera foto membantu peneliti ketika
melakukan wawancara sehingga data yang diperoleh ketika melakukan
wawancara tersimpan dengan baik dimana informasi-informasi tidak akan hilang.
Peneliti menyadari keterbatasan untuk dapat mengingat semua informasi yang
diperoleh. Kamera foto ini tentu sangat membantu terutama ketika melengkapi
catatan lapangan (fieldnote) sebagai dasar dalam pengolahan data yang dilakukan.
Kamera foto bermanfaat untuk mengabadikan peristiwa di lapangan guna
mendukung data dan bukti lapangan dan dapat juga memberikan gambaran
penelitian ini secara visual.

13
Universitas Sumatera Utara

1.5.3 Informan
Informan dalam penelitian ini adalah ibu menyusui sebagai informasi
kunci dengan kategorisasi ibu yang sedang melakukan proses pemberian ASI
Eksklusif pada bayi, ibu yang sudah pernah memberikan ASI Eksklusif.
Masyarakat secara umum dalam penelitian ini dikategorikan sebagai
informan biasa dan menambah pemahaman serta pengetahuan umum mengenai
pemberian ASI Eksklusif oleh ibu menyusui.
Selain itu, tenaga kesehatan (perawat, dokter dan lainnya) juga turut
menjadi informan penelitian, agar pendeskripsian data penelitian dilakukan secara
holistik.
1.5.4 Analisis Data
Seperti yang telah penulis jelaskan sebelumnya, bahwasanya dalam
penelitian ini penulis berusaha bersifat objektif terhadap data yang diperoleh
dilapangan. Dari semua data yang telah dikumpulkan, peneliti harus memilah dan
memeriksa kembali kelengkapan data lapangan dan hasil wawancara.

1.6 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di Desa Lalang Kecamatan Sunggal
Kabupaten Deli Serdang, penelitian ini akan difokuskan di dalam Komplek Abdul
Hamid Nasution. Pemilihan lokasi dilakukan dengan beberapa kriteria :
1. Jarak tempuh yang relatif dekat dengan tempat tinggal penulis,
2. Terdapat ibu menyusui dan ibu yang telah selesai menyusui anak,
3. Keanekaragaman pengetahuan masyarakat (ibu) tentang ASI Eksklusif

14
Universitas Sumatera Utara

maupun menyusui secara umum.

1.7 Pengalaman Penelitian
Penelitian ini sebenarnya sudah lama dimulai oleh penulis lebih tepatnya
semenjak tanggal 31 Juli 2015. Namun penelitian ini sempat tertunda
penyelesaiannya karena satu dan lain hal. Alasan pemilihan judul penelitian ini
dikarenakan penulis baru saja menjenguk sepupu yang melahirkan keponakan
berjenis kelamin perempuan di kota Siantar yang lahir pada tanggal 26 Juli 2015.
Sepulangnya dari kota Siantar itulah penulis memiliki ide untuk mengangkat judul
penelitian ini. Akan tetapi penelitian tidak dilakukan di kota Siantar, melainkan di
Desa Lalang agar tidak memakan waktu dan biaya yang banyak.
Pertama sekali sekitaran pukul 16.00, penulis mendatangi tetangga depan
rumah yang kebetulan memiliki anak bayi laki- laki sehat dan gendut berumur 8
bulan 15 hari. Namanya Kak Maria dan ia adalah seorang ibu rumah tangga.
Dulunya Kak Maria ini memang bekerja sebagai karyawan salon, namun setelah
melahirkan ia pun tidak melanjutkan pekerjaannya tersebut. Alasan Kak Maria
tidak melanjutkan pekerjaannya sebagai karyawan salon dikarenakan ia memang
ingin mengurus sendiri anaknya. Maklum saja, ia sudah lama menikah namun
baru ini diberikan anak oleh Yang Maha Kuasa. Jadi menurutnya, ia harus benarbenar mengawasi tumbuh kembang anaknya.
Kak Maria pada saat itu sedang duduk di depan rumah sembari memberi
makan dan bercanda dengan

anak bayinya. Hal seperti ini memang sering

dilakukan informan dan anaknya apabila sore hari tiba. Mulanya kami hanya

15
Universitas Sumatera Utara

wawancara biasa saja tanpa menjelaskan maksud dan tujuan penulis. Namun
setelah sekitar 10 menit kami berbincang, barulah penulis menjelaskan maksud
dan tujuan penulis melakukan wawancara ini. Kak Maria pun merespon dengan
baik dan memberikan informasi tentang pemberian ASI Eksklusif kepada penulis.
Menurut Kak Maria, ia memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya 6 bulan
lamanya tanpa diselingi makanan lainnya (hanya ASI saja), air putih pun tidak ia
berikan. Setelah wawancara dilakukan 45 menit, Kak Maria pun izin untuk
menyudahi wawancara dikarenakan anaknya sudah selesai makan dan gerah serta
ingin memandikannya. Penulis pun menyudahi wawancara dan mengucapkan
terima kasih. Kak Maria pun berpesan bila ada data yang masih kurang untuk
keperluan penelitian, penulis bisa kapan saja mendatangi rumahnya kembali.
Pada tanggal 24 Agustus 2015, penulis mengajukan judul kepada Bapak
Fikarwin Zuska sebagai ketua jurusan Antropologi Sosial Universitas Sumatera
Utara dan Alhamdulillah disetujui. Tiga hari setelahnya, surat untuk dosen atas
kesediaan menjadi pembimbing proposal skripsi pun keluar dan langsung penulis
menghubungi dosen pembimbing yang ditunjuk yaitu Bapak Nurman Achmad
yang sedang berada di luar kampus pada saat itu. Penulis langsung menuju tempat
yang dimaksud dosen pembimbing dengan tujuan mendapatkan tanda tangan
kesediaan beliau menjadi pembimbing penulis.
Selanjutnya pada tanggal 10 September 2015 pukul 13.30, penulis
mendatangi rumah informan kedua yaitu Kak Siti yang rumahnya berbeda satu
blok dengan penulis. Kak Siti mempunyai tiga orang anak dan satu diantaranya
bayi perempuan yang berumur 7 bulan 12 hari. Kak Siti kebetulan mempunyai

16
Universitas Sumatera Utara

usaha jualan bakso di depan rumahnya sendiri. Informan dengan tidak adanya
bantuan dari siapa – siapa ini tergolong giat dalam membantu suami memenuhi
kebutuhan ekonomi keluarga. Bagaimana tidak? Informan dengan memilik tiga
anak yang tergolong masih kecil ini menyiapkan segala sesuatu untuk urusan
jualan sendirian tanpa bantuan orang lain. Belum lagi ditambah untuk urusan
rumah tangga (membersihkan rumah, memasak, mengurus anak, dan lain-lain).
Pertama sekali penulis melakukan pendekatan dengan menjadi konsumen
informan. Sambil menikmati jajanan yang disajikan informan, penulis pun
mengutarakan niatnya untuk melakukan wawancara. Hal ini pun direspon sangat
baik oleh informan kedua.
Kak Siti yang pada saat itu sedang menidurkan anak bayinya di ayunan
pun mulai bercerita tentang pengalamannya memberikan ASI kepada anaknya.
Penulis pun menyimak dengan cermat apa yang diucapkan informan. Setelah
wawancara dilakukan selama satu jam lebih tiga puluh menit, penulis meminta
izin untuk menyudahi wawancara dikarenakan penulis sakit perut. Informan pun
mengizinkan penulis untuk pulang kerumah terlebih dahulu dan berjanji akan
memberikan data yang diperlukan lagi di lain waktu. Wawancara selanjutnya
dilakukan pada tanggal 12 September 2015 pukul 15.00 dengan informan yang
sama yaitu Kak Siti.
Pada tanggal 19 September 2015 pukul 16.30, penulis berjumpa dengan
informan ketiga bernama Kak Yuni. Kak Yuni kebetulan adalah ibu rumah tangga
yang baru memilik satu orang bayi laki – laki berumur 1 tahun 3 bulan. Tanpa
basa – basi penulis pun menyapa dan langsung saja mengutarakan niat untuk

17
Universitas Sumatera Utara

melakukan wawancara. Seperti informan lainnya, Kak Yuni pun menyambut baik
maksud dan tujuan penulis. Wawancara dilakukan selama sekitar satu jam dan
karena hari sudah semakin gelap, penulis meminta izin untuk menyudahi
wawancara dan melanjutkannya esok pagi.
Keesokan paginya pukul 09.00 disaat informan sedang membeli jamu
gendong yang kebetulan sering lewat di lokasi penelitian, penulis kembali
menyapa dan informan pun segera tahu maksud dan tujuan penulis. Langsung saja
penulis dibawa ke teras rumah guna melakukan wawancara yang sempat tertunda
kemarin. Kurang lebih 45 menit, wawancara pun dirasa cukup. Penulis pamit dan
mengucapkan terima kasih banyak.
Pada tanggal 28 September pukul 19.30, penulis menjumpai informan
keempat yang merupakan tetangga beda lima rumah dengan rumah penulis. Yang
juga kebetulan mempunyai usaha kedai sampah dan jajanan anak – anak.
Namanya Ibu Yanti. Hal ini dirasakan penulis sebagai suatu keuntungan
dikarenakan penulis sambil melakukan wawancara juga menjadikan dirinya
sebagai konsumen jajanan yang dijajakan Ibu Yanti tersebut. Dengan berbekal
Rp.5000,-, penulis pun melakukan wawancara. Tentu sebelumnya sudah
diberitahukan maksud dan tujuan dari wawancara yang dilakukan ini.
Ibu Yanti ini sendiri memang tergolong sudah berpengalaman, karena
umur yang sudah tidak muda lagi dan anaknya sudah tiga orang. Wawancara
dengan informan keempat ini dilakukan kurang lebih selama satu jam dan setelah
itu penulis pun pamit dan mengucapkan terima kasih.
Sejauh melakukan wawancara ini penulis tidak menemukan hambatan

18
Universitas Sumatera Utara

dengan para informan. Informan – informan penelitian selalu memberikan respon
yang baik dan bagus disaat penulis mengutarakan niatnya. Malah penulis semakin
berterima kasih kepada para informan yang berperan banyak dalam penyelesaian
penulisan ini. Dari informan lah penulis mendapat tambahan ilmu pengetahuan
tentang ASI Eksklusif.

19
Universitas Sumatera Utara