Karakteristik Keluarga dan Pemberian ASI Eksklusif di Kampung Kemili Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah

(1)

KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEMBERIAN ASI

EKSKLUSIF DI KAMPUNG KEMILI KECAMATAN

BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH

SKRIPSI

KHAIRUL NOPANDI

091101008

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Karakteristik Keluarga dan Pemberian ASI Eksklusif di Kampung Kemili Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah” untuk memenuhi salah satu persyaratan mencapai gelar kesarjanaan pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak dengan memberikan butir-butir pemikiran yang sangat berharga bagi penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Ibu Nur Asnah S. S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen pembimbing akademik.

2. Siti Zahara Nst, S.Kp, MNS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.

3. Nur Afi Darti, SKp., MKep. selaku penguji I dan selaku penguji II yang telah memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Pengajar S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak mendidik penulis selama proses perkuliahan dan


(3)

juga kepada seluruh staf pengajar beserta staf administrasi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

5. Kepala Puskesmas Bebesen, Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah, Kepala Kampung Kemili Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah, Kepala Kampung Blang Kolak I Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah, yang telah memberikan izin kepada penulis dalam melaksanakan penelitian.

6. Teristimewa penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada ayahanda Drs. MS. Midarman U. dan ibunda Dra. Sumarni yang menjadi tempat untuk berbagi keluh kesah, adik-adikku Khaira Wahdaini dan Miftahul Huda yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil dan segala yang terbaik untuk penulis.

7. Napisah selaku bibik peneliti, bidan desa Kampung Kemili, bidan desa Kampung Blang Kolak I, yang telah memberi masukan dan membantu peneliti dalam melakukan penelitian.

8. Teman-teman yang istimewa di kampus Fkep Irwana Fenata, Viyattalya Polina, Tengku Amin Putra, kak Irma Sarah Pohan, Lukas Franzona, Dendi Purnama, Muhammad Candra, teman sebimbingan Miranti Lubis dan Adelia Utari Arsa, teman kos Irfan Allhadi.

9. Teman-teman senasib seperjuangan stambuk 2009 Reguler A Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.


(4)

Semoga Allah SWT selalu mencurahkan kasih dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Harapan penulis skripsi bermanfaat demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya profesi keperawatan.

Medan, Juli 2013


(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PENGESAHAN ii

ABSTRAK iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI vii

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR SKEMA xi

DAFTAR TABEL xii

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang 1

2. Tujuan Penelitian 4

3. Pertanyaan Penelitian 4

4. Manfaat Penelitian 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ASI Eksklusif 6

2.1.1. Pengertian ASI Eksklusif 6

2.1.2. Anatomi Payudara dan fisiologi Laktasi 7

2.1.3. Komposisi ASI 10

2.1.4. Manfaat Pemberian ASI 15

2.1.5. Cara Memberikan ASI 18

2.1.6. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pemberian

ASI Eksklusif 19

2.1.7. Faktor yang Mempengaruhi Ibu tidak Memberikan

ASI Eksklusif 21

2.2. Keluarga 24

2.2.1. Defenisi Keluarga 24

2.2.2. Tipe Keluarga 25

2.3. Karakteristik Keluarga 26

2.3.1. Umur Ibu 26

2.3.2. Tingkat Pendidikan Ibu 27

2.3.3. Pekerjaan 28

2.3.4. Pendapatan Keluarga 29

2.3.5. Jumlah Anggota Keluarga 30

2.3.6. Suku Keluarga 31

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Penelitian 32


(6)

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian 38

2. Populasi dan Sampel 38

3. Lokasi dan Waktu Penelitian 40

4. Pertimbangan Etik penelitian 40

5. Instrumen Penelitian 41

6. Uji Reliabilitas dan Validitas 41

7. Pengumpulan Data 42

8. Analisa Data 43

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian 44

1.1. Karakteristik Keluarga 44

1.1.1. Umur Ibu 44

1.1.2. Tingkat Pendidikan Ibu 45

1.1.3. Pekerjaan Kepala Keluarga 46

1.1.4. Pekerjaan Ibu 47

1.1.5. Penghasilan Keluarga 47

1.1.6. Jumlah Anggota Keluarga 48

1.1.7. Tipe Keluarga 48

1.1.8. Suku 49

1.1.9. Jumlah Anak 50

1.2. Pemberian ASI Eksklusif 50

1.3.Sumber Informasi ASI Eksklusif 54

2. Pembahasan 55

2.1.Umur Ibu 55

2.2. Tingkat Pendidikan Ibu 56

2.3. Pekerjaan Kepala Keluarga 57

2.4. Pekerjaan Ibu 58

2.5. Penghasilan Keluarga 59

2.6. Jumlah Anggota Keluarga 60

2.7. Tipe Keluarga 61

2.8. Suku 62

2.9. Jumlah Anak 62

2.10. Pemberian ASI Eksklusif 63

2.11. Sumber Informasi ASI Eksklusif 67

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan 70

2. Saran 70

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

3. Taksasi Dana 4. Instrumen Penelitian 5.Surat Izin Survey Awal 6. Surat Izin Penelitan

7. Lembar Bukti Bimbingan Skripsi

8. Hasil Pengolahan Data dengan Komputerisasi 9. Riwayat Hidup


(8)

DAFTAR GAMBAR


(9)

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Kerangka Penelitian karakteristik keluarga dan pemberian ASI Eksklusif di Kampung Kemili Kecamatan Bebesen


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Jawaban dari Kuesioner Mengenai

Karakteristik Umur Ibu 45

Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Jawaban dari Kuesioner Mengenai Karakteristik Tingkat Pendidikan Ibu 46 Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Jawaban dari Kuesioner Mengenai

Karakteristik Pekerjaan Kepala Keluarga 46 Tabel 4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Jawaban dari Kuesioner Mengenai

Karakteristik Status Pekerjaan Ibu 48

Tabel 5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Jawaban dari Kuesioner Mengenai

Karakteristik Penghasilan Keluarga 48

Tabel 6. Distribusi Frekuensi dan Persentase Jawaban dari Kuesioner Mengenai Karakteristik jumlah anggota keluarga 48 Tabel7. Distribusi Frekuensi dan Persentase Jawaban dari Kuesioner Mengenai

Karakteristik tipe keluarga 49

Tabel 8. Distribusi Frekuensi dan Persentase Jawaban dari Kuesioner Mengenai

Karakteristik suku 49

Tabel 9. Distribusi Frekuensi dan Persentase Jawaban dari Kuesioner Mengenai

Karakteristik Jumlah Anak 50

Tabel 10. Distribusi Frekuensi dan Persentase Jawaban dari Kuesioner Mengenai

Pemberian Kolostrum 51

Tabel 11. Distribusi Frekuensi dan Persentase Jawaban dari Kuesioner Mengenai

Pemberian ASI Enam Bulan 51

Tabel 12. Distribusi Frekuensi dan Persentase Jawaban dari Kuesioner Mengenai Pemberian Makanan Tambahan Selain ASI 52 Tabel 13. Distribusi Frekuensi dan Persentase Jawaban dari Kuesioner Mengenai

Usia Pemberian Makanan Lain Selain ASI 53 Tabel 14. Distribusi Frekuensi dan Persentase Jawaban dari Kuesioner

Mengenai Pemberian ASI Eksklusif 53 Tabel 15. Distribusi Frekuensi dan Persentase Jawaban dari Kuesioner


(11)

Judul : Karakteristik Keluarga dan Pemberian ASI Eksklusif di Kampung Kemili Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh tengah

Nama Mahasiswa : Khairul Nopandi

Nim : 091101008

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2013

ABSTRAK

Prevalensi pemberian ASI eksklusif di Kampung Kemili Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah masih rendah yakni sebesar 18%, dibandingkan dengan target nasional pemberian ASI Eksklusif sebesar 80%. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan karakteristik keluarga dan pemberian ASI eksklusif di Kampung Kemili Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh tengah. Desain penelitian adalah deskriptif. Pengambilan sampel dengan teknik insidental

sampling. Sampel sebanyak 67 responden yang terdiri dari keluarga yang

mempunyai anak berusia 6 bulan sampai 2 tahun di Kampung Kemili. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berada pada usia 20-35 tahun (79,4%), tingkat pendidikan SMA (45,6%), pekerjaan kepala keluarga sebagai wiraswasta (58,8%), ibu bekerja (51,5%), penghasilan keluarga Rp. 1.400.000-Rp. 2.800.000 (41,2%), anggota keluarga kurang dari empat orang (50%), tipe keluarga inti (79,4%), suku Gayo (58,8%), anak kurang dari dua anak (57,4%). Memberikan kolostrum (86,8%), tidak memberikan ASI enam bulan (64,7%), memberikan makanan tambahan selain ASI (69,1%), memberikan makanan lain selain ASI kepada anak pada usia 1-4 bulan (44,1%), tidak memberikan ASI Eksklusif (74,6%), mendapatkan informasi tentang ASI Eksklusif hanya dari pelayanan kesehatan (32,4%). Untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan karakteristik keluarga dan pemberian ASI Eksklusif, dipandang perlu meneliti karakteristik suami terhadap dukungan pemberian ASI Eksklusif.


(12)

Title : The Family Characteristics and Giving Exclusive ASI at Kemili Village, Bebesan Subdistrict, Central Aceh District

Name : Khairul Nopandi Std. ID Number : 091101008 Study Program : Nursing Academic Year : 2013

Abstract

The prevalence of giving exclusive ASI (breast milk) at Kemili Village, Bebesan Subdistrict, Central Aceh District, is still low (18%), compared to the national target of giving exclusive ASI of 80%. The objective of the study was to describe the characteristics of family and giving exclusive ASI at Kemili Village, Bebesan Subdistrict, Central Aceh District. The study used descriptive design. The samples consisted of 67 families who had six month to two year-old children at Kemili Village, using incidental sampling technique. The study was conducted in March, 2013. The result of the study showed that the majority of respondent (79.4%) was 20-35 years old, High School graduates (45.6%), the head of families were entrepreneurs (58.8%), working mothers (51.5%), family’s income was Rp. 1,400,000 – Rp. 2,800,000 (41.2%), family members fewer than four (50%), core family type (79.4%), Gayonese (58.8%), having fewer than two children (57.4%), giving colostrums (86.8%), not giving ASI (69.1%), giving food supplement to one to four month-old babies (44.1%), not giving exclusive ASI (74.6%) and getting information about exclusive ASI from health service (32.4%). It is suggested that the next studies related to family characteristics and giving exclusive ASI should study on the characteristics of husbands in supporting to give exclusive ASI.


(13)

Judul : Karakteristik Keluarga dan Pemberian ASI Eksklusif di Kampung Kemili Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh tengah

Nama Mahasiswa : Khairul Nopandi

Nim : 091101008

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2013

ABSTRAK

Prevalensi pemberian ASI eksklusif di Kampung Kemili Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah masih rendah yakni sebesar 18%, dibandingkan dengan target nasional pemberian ASI Eksklusif sebesar 80%. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan karakteristik keluarga dan pemberian ASI eksklusif di Kampung Kemili Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh tengah. Desain penelitian adalah deskriptif. Pengambilan sampel dengan teknik insidental

sampling. Sampel sebanyak 67 responden yang terdiri dari keluarga yang

mempunyai anak berusia 6 bulan sampai 2 tahun di Kampung Kemili. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berada pada usia 20-35 tahun (79,4%), tingkat pendidikan SMA (45,6%), pekerjaan kepala keluarga sebagai wiraswasta (58,8%), ibu bekerja (51,5%), penghasilan keluarga Rp. 1.400.000-Rp. 2.800.000 (41,2%), anggota keluarga kurang dari empat orang (50%), tipe keluarga inti (79,4%), suku Gayo (58,8%), anak kurang dari dua anak (57,4%). Memberikan kolostrum (86,8%), tidak memberikan ASI enam bulan (64,7%), memberikan makanan tambahan selain ASI (69,1%), memberikan makanan lain selain ASI kepada anak pada usia 1-4 bulan (44,1%), tidak memberikan ASI Eksklusif (74,6%), mendapatkan informasi tentang ASI Eksklusif hanya dari pelayanan kesehatan (32,4%). Untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan karakteristik keluarga dan pemberian ASI Eksklusif, dipandang perlu meneliti karakteristik suami terhadap dukungan pemberian ASI Eksklusif.


(14)

Title : The Family Characteristics and Giving Exclusive ASI at Kemili Village, Bebesan Subdistrict, Central Aceh District

Name : Khairul Nopandi Std. ID Number : 091101008 Study Program : Nursing Academic Year : 2013

Abstract

The prevalence of giving exclusive ASI (breast milk) at Kemili Village, Bebesan Subdistrict, Central Aceh District, is still low (18%), compared to the national target of giving exclusive ASI of 80%. The objective of the study was to describe the characteristics of family and giving exclusive ASI at Kemili Village, Bebesan Subdistrict, Central Aceh District. The study used descriptive design. The samples consisted of 67 families who had six month to two year-old children at Kemili Village, using incidental sampling technique. The study was conducted in March, 2013. The result of the study showed that the majority of respondent (79.4%) was 20-35 years old, High School graduates (45.6%), the head of families were entrepreneurs (58.8%), working mothers (51.5%), family’s income was Rp. 1,400,000 – Rp. 2,800,000 (41.2%), family members fewer than four (50%), core family type (79.4%), Gayonese (58.8%), having fewer than two children (57.4%), giving colostrums (86.8%), not giving ASI (69.1%), giving food supplement to one to four month-old babies (44.1%), not giving exclusive ASI (74.6%) and getting information about exclusive ASI from health service (32.4%). It is suggested that the next studies related to family characteristics and giving exclusive ASI should study on the characteristics of husbands in supporting to give exclusive ASI.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi, karena mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi yang sedang dalam tahap percepatan tumbuh kembang (IDAI, 2008).

Kementerian Kesehatan RI, World Health Organization (WHO) dan United Nations Children’s Fund (UNICEF) menganjurkan pemberian ASI secara eksklusif, yaitu pemberian ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan, tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain selain ASI (Depkes, 2012). Target pencapaian pemberian ASI Eksklusif tahun 2010-2014 sebesar 80% yang tertuang dalam rencana Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat oleh Direktorat Jendral Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan RI (Depkes 2012).

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menunjukkan capaian pemberian ASI di Indonesia sangat rendah, persentase bayi yang diberi ASI secara Eksklusif sampai dengan bayi berusia 6 bulan hanya 15,3 persen. Hal ini disebabkan kesadaran masyarakat dalam mendorong peningkatan pemberian ASI masih relatif rendah (Depkes, 2011).

ASI berperan dalam sistem pertahanan tubuh bayi untuk mencegah berbagai penyakit. Setiap tetes ASI juga mengandung mineral dan enzim untuk pencegahan penyakit dan antibodi yang lebih efektif dibandingkan dengan kandungan yang terdapat dalam susu formula (Depkes, 2011). Air Susu Ibu (ASI)


(16)

merupakan makanan tunggal dan alamiah untuk bayi karena ASI memiliki kandungan zat gizi yang lengkap antara lain 88,1% air, 3,8% lemak, 0,9% protein, 7% laktosa, serta 0,2% berupa DHA, DAA, Shpynogelin dan zat gizi lainnya. Selain itu, ASI juga mudah dicerna, memberikan perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih dan siap untuk diminum. Dengan demikian pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan juga berdasarkan jumlah ASI yang diperoleh (Sarwono, 2008; Elinofia, dkk, 2011).

Menurut Dirjen Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak masalah utama masih rendahnya penggunaan ASI di Indonesia adalah faktor sosial budaya, kurangnya pengetahuan ibu, keluarga dan masyarakat akan pentingnya ASI, serta jajaran petugas kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung peningkatan pemberian ASI (Depkes, 2011).

Alasan ibu-ibu tidak memberikan ASI karena ibu merasa ASI yang mereka hasilkan tidak cukup, merasa ASI mereka encer, atau tidak keluar sama sekali (Widjaya, 2004; Elinofia, dkk 2011). Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan berpendapat, faktor sosial budaya merupakan faktor utama yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif pada bayi dan balita di Indonesia, seperti ketidaktahuan ibu, gencarnya promosi susu formula, minimnya dukungan keluarga. Pemahaman yang rendah juga mengakibatkan munculnya pendapat bahwa ASI ibu tidak cukup, menyusui mengurangi keindahan tubuh dan nilai-nilai yang mendorong untuk tidak memberikan ASI eksklusif (Elinofia, dkk, 2011).


(17)

Ibu tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya dalam periode 6 bulan pertama dikarenakan kepercayaan dan sikap yang salah terhadap pemberian ASI eksklusif. Alasan ibu tidak memberikan ASI eksklusif meliputi: rasa takut ASI yang mereka hasilkan tidak cukup atau ASI yang mereka hasilkan memiliki mutu yang jelek, ASI terlambat diberikan kepada bayi dan praktik membuang kolostrum, teknik pemberian ASI yang salah, kepercayaan bahwa bayi mereka memerlukan cairan tambahan selain ASI, kurangnya dukungan dari pelayanan kesehatan, dan gencarnya pemasaran susu formula (Gibney, dkk, 2005).

Menurut Meiliasari (2002), bahwa sukses pemberian ASI eksklusif adalah hasil kerja tim, yang beranggotakan paling sedikit dua orang, ayah dan ibu (Elizaberh, 2010). Menurut Roesli (2008), pemberian ASI Eksklusif merupakan aktivitas keluarga, peran keluarga dalam keberhasilan pemberian ASI Eksklusif sangat besar khususnya dalam mendukung keberhasilan pemberikan ASI Eksklusif.

Menurut salah satu petugas kesehatan Puskesmas Bebesen, alasan yang menyebabkan beberapa orang tua tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayi di daerah itu karena ada anggapan bahwa ASI menyebabkan gatal-gatal pada bayi yang disebut penyakit dena oleh masyarakat, beberapa ibu merasa ASI yang mereka hasilkan tidak cukup, tidak ingin direpotkan dengan memberi ASI eksklusif, kemudian karena alasan bekerja.

Berdasarkan data Puskesmas Bebesen Kecamatan Bebesen capaian pemberian ASI Eksklusif di Desa Kemili Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah keadaan tahun berjalan 2012 adalah 18 %, capaian ini lebih rendah


(18)

dibandingkan dengan capaian pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten Aceh Tengah tahun 2011 yaitu 39.7 % dan sangat jauh dari target pencapaian pemberian ASI Eksklusif tahun 2010-2014 sebesar 80%.

Dari uraian di atas peneliti tertarik meneliti karakteristik keluarga (umur ibu, tingkat pendidikan ibu, pekerjaan kepala keluarga, pekerjaan ibu, penghasilan keluarga/bulan, jumlah anggota keluarga, tipe keluarga, suku, jumlah anak) dan pemberian ASI eksklusif di Kampung Kemili, Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh tengah sebagai salah satu kampung yang berada di lingkup Puskesmas Bebesen Kecamatan Bebesen.

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah: menggambarkan karakteristik keluarga dan pemberian ASI Eksklusif di Kampung Kemili Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah.

2. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan dari penelitian ini adalah: bagaimana gambaran karakteristik keluarga dan pemberian ASI Eksklusif di Kampung Kemili Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah.

3. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak.


(19)

a. Pendidik Keperawatan

Hasil ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pendidik keperawatan tentang karakteristik keluarga dan pemberian ASI Eksklusif. b. Bagi Peneliti Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan atau sumber data bagi peneliti selanjutnya untuk dapat melakukan penelitian yang sejenis pada masa yang akan datang.

c. Pelayanan Keperawatan

Sebagai sumber informasi tambahan dalam meningkatkan pemberian ASI Eksklusif.


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ASI Eksklusif

2.1.1. Pengertian ASI Eksklusif

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang pemberian ASI Eksklusif, ASI adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu.

Menurut Farrer (2001), ASI merupakan makanan yang paling cocok untuk kemampuan pencernaan bayi, karena bayi dapat menyerapnya dengan baik, tidak menyebabkan sembelit, dan bayi merasa puas, ASI juga bebas dari kuman, ASI mengandung anti bodi sehingga bayi yang mendapatkan ASI umumnya jarang terserang penyakit dan jarang menderita alergi jika dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan susu formula (Rohani, 2007).

WHO merekomendasikan untuk memberikan ASI Eksklusif Sebelum tahun 2001 selama 4-6 bulan, namun pada tahun 2001 setelah melakukan telaah tentang pemberian ASI, WHO merevisi rekomendasi ASI Eksklusif tersebut dari 4-6 bulan menjadi 6 bulan (Fikawati & Syafiq, 2010).

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang pemberian ASI Eksklusif, ASI Eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada Bayi sejak dilahirkan sampai bayi berusia 6 bulan, tanpa tambahan makanan atau minuman lain.


(21)

ASI eksklusif adalah pemberian ASI (air susu ibu) sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air putih, sampai bayi berumur 6 bulan (Purwanti, 2004).

Menurut WHO ASI Eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja tanpa cairan atau makanan padat apapun kecuali vitamin, mineral, atau obat dalam bentuk tetes atau sirup sampai usia 6 bulan (Fikawati & Syafiq, 2010).

2.1.2. Anatomi Payudara dan Fisiologi Laktasi

Payudara terdiri dari bagian luar atau eksternal dan bagian dalam atau internal. Bagian luar payudara terdiri dari sepasang buah dada yang terletak di dada, putting susu, dan daerah kecoklatan di sekitar putting susu atau areola mammae. Bagian dalam payudara terdiri dari kelenjar susu atau mammary alveoli yang merupakan tempat ASI diproduksi atau dibuat, gudang susu atau sinus lactiferous yang berfungsi menampung ASI, yang terletak di bawah daerah kecoklatan di sekitar putting susu, saluran susu atau ductus lactiferous yang mengalirkan susu dari pabrik susu ke gudang susu, serta jaringan penunjang dan pelindung seperti jaringan ikat dan sel lemak yang melindungi kelenjar payudara (Roesli, 2000).


(22)

Gambar 1. Anatomi Payudara

ASI diproduksi atas hasil kerja gabungan antara hormon dan refleks. Selama kehamilan, terjadi perubahan pada hormon yang berfungsi mempersiapkan jaringan kelenjar susu untuk menproduksi ASI, pada waktu bayi mulai menghisap ASI, akan terjadi dua refleks yang menyebabkan ASI keluar yaitu refleks pembentukan/produksi ASI atau refleks prolaktin yang diransang oleh hormon prolaktin dan refleks pengaliran/pelepasan ASI atau let down reflex (Roesli, 2000).

pada menjelang akhir kehamilan, hormon prolaktin memegang peranan penting untuk membuat kolostrum, namun jumlah kolostrum terbatas karena aktifitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang kadarnya tinggi. Setelah plasenta keluar, korpus luteum berkurang fungsinya sehingga kadar estrogen dan progesteron menurun, ditambah lagi dengan adanya isapan bayi yang merangsang puting susu dan areola. Rangsangan ini akan merangsang


(23)

ujung-ujung saraf sensori yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini kemudian dilanjutkan ke hipotalamus melalui medula spnalis dan mesensephalon. Hipotalamus akan menekan pengeluaran faktor-faktor yang menghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya akan merangsang pengeluaran faktor-faktor yang memicu sekresi prolaktin. Faktor-faktor ini kemudian akan merangsang hipofise anterior sehingga mengeluarkan prolaktin. Prolaktin kemudian dialirkan ke kelenjar payudara untuk merangsang pembutan ASI. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi membuat air susu (Soetjiningsih,1997).

Ditambahkan oleh Soetjiningsih bahwa pada ibu menyusui, prolaktin akan meningkat dalam keadaan-keadaan seperti: stres atau pengaruh psikis, anastesi, operasi, rangsangan puting susu, hubungan kelamin, obat-obatan tranqulizer seperti reserpin, klorpromazin, fenotiazid. Sedangkan keadaan-keadaan yang menghambat pengeluaran prolaktin adalah gizi ibu yang buruk dan konsumsi obat-obatan.

ASI yang telah di buat di alveoli akan dikeluarkan dan dialirkan ke sinus lactiferous yang merupakan gudang susu, pengeluaran ASI terjadi karena sel otot halus di sekitar kelenjar payudara mengkerut karena hormon oksitosin sehingga memeras ASI keluar (Roesli, 2000).

Ketika ada rangsangan dari isapan bayi, ujung saraf di sekitar payudara dirangsang, sehingga mengirim pesan ke hipotalamus untuk merangsang hipofise posterior menghasilkan hormon oksitosin, oksitosin kemudian akan masuk ke aliran darah menuju payudara sehingga menyebabkan sel otot halus di sekitar payudara berkontraksi. Kontraksi ini akan memeras air susu yang telah dibuat


(24)

keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktulus yang selanjutnya akan mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi (Soetjiningsih, 1997).

2.1.3. Komposisi ASI

Soetjiningsih (1997), menyatakan bahwa komposisi ASI ini ternyata tidak konstan dan tidak sama dari waktu ke waktu. Faktor-faktor yang mempengaruhi komposisi ASI adalah (1) stadium laktasi, (2) ras, (3) keadaan nutrisi, (4) diet ibu.

ASI menurut stadium laktasi menurut Purwanti (2004): a. Kolostrum

Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar payudara yang disekresi dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat. Kolostrum bewarna kekuning-kuningan di sebabkan oleh tingginya komposisi lemak dan sel-sel hidup. Kolostrum ini merupakan pembersih usus bayi yang ideal untuk membersihkan mekoneum sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera bersih dan siap menerima ASI.

Kolostrum mengandung lebih banyak protein dibandingkan dengan ASI matur dengan protein utamanya adalah globulin yang membuat konsistensi kolostrum menjadi pekat atau padat sehingga bayi lebih lama merasa kenyang meskipun hanya mendapat sedikit kolostrum. Kolostrum mengandung lebih banyak antibodi dibandingkan ASI matur sehingga dapat memberikan perlindungan bagi bayi ketika kondisi sangat lemah, kadar karbohidrat dalam kolostrum lebih rendah dibanding ASI matur karena aktivitas bayi pada tiga hari pertama masih sedikit dan tidak terlalu banyak memerlukan kalori. tetapi kadar


(25)

mineral terutama natrium, kalium dan kloridanya lebih tinggi. Vitamin yang larut dalam lemak lebih tinggi sedangkan vitamin yang larut dalam air lebih sedikit. b. ASI peralihan

ASI peralihan diproduksi dari hari ke-4 sampai hari ke-10. komposisi protein dalam ASI peralihan semakin merendah sedangkan kadar karbohidrat dan lemak semakin meninggi yang berguna untuk memenuhi aktivitas bayi yang mulai aktif karena bayi sudah beradaptasi terhadap lingkungan, pengeluaran ASI pada masa peralihan ini mulai setabil begitu juga kondisi fisik ibu.

c. ASI matur

ASI matur merupakan ASI yang disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya. Komposisi nutrisi ASI matur terus berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi samapai berumur 6 bulan.

Secara umun komposisi dari ASI menurut Soetjiningsih (1997) adalah: a. Protein

ASI mengandung protein lebih rendah dari susu sapi tetapi protein dalam ASI mempunyai nilai nutrisi yang tinggi dan mudah dicerna. ASI mengandung asam amino esensial taurin yang tinggi yang penting untuk pertumbuhan retina dan konjugasi bilirubin. Selain itu ASI juga mengandung sistin yang tinggi yang merupakan asam amino yang sangat penting untuk pertumbuhan otak bayi.

b. Karbohirat

ASI mengandung karbohidrat yang relatif lebih tinggi daripada susu sapi. Karbohidrat yang utama terdapat pada ASI adalah laktosa. Kadar laktosa yang tinggi ini sangat menguntungkan karena laktosa ini akan difermentasi menjadi


(26)

asam laktat yang akan memberian kondisi asam dalam usus bayi. Suasana asam ini akan memberikan beberapa keuntungan, yaitu: menghambat pertumbuhan bakteri yang patologis, memacu pertumbuhan mikoroorganisme yang memproduksi asam organik dan mensintesis vitamin, memudahkan terjadinya pengendapan dari Ca-caseinat, serta mempermudah absorpsi mineral seperti kalsium, fosfor dan magnesium.

Selain laktosa, juga terdapat glokosa, galaktosa, dan glukosamin. Galaktosa penting untuk pertumbuhan otak dan medula spinalis. Glukosamin merupakan bifidus faktor di samping laktosa, yang dapat memacu pertumbuhan Lactobacilus bifidus yang sangat menguntungkan bayi.

c. Lemak

Kadar lemak dalam ASI relatif sama dengan susu sapi dan merupakan sumber kalori utama bagi bayi, sumber vitamin larut lemak, dan sebagai sumber asam lemak esensial, tetapi lemak dalam ASI memiliki bentuk emulsi lebih sempurna karena ASI mengandung enzim lipase yang memecah trigiliserida menjadi monogliserida sebelum pencernaan di usus terjadi. Selain itu kadar asam lemak tidak jenuh dalam ASI 7-8 kali lebih banyak dari susu sapi.

d. Mineral

ASI mengandung mineral yang lengkap, walaupun kadarnya relatif rendah tetapi cukup untuk bayi sampai berumur 6 bulan. Total mineral selama masa laktasi adalah konstan tetapi beberapa mineral yang spesifik kadarnya tergantung diet ibu dan stadium laktasi. Garam oraganik yang terapat dalam ASI terutama adalah: kalsium, kalium, dan natrium dari asam klorida dan fosfat. Mineral yang


(27)

terbanyak adalah kalium sedangkan kadar Cu, Fe, dan Mn yang merupakan bahan pembuat darah relatif sedikit.

e. Air

Kira-kira 88% dari ASI terdiri dari air. Air ini berguna untuk melarutkan zat-zat yang terdapat di dalamnya. ASI merupakan sumber air yang secara metabilik adalah aman. Kadar ASI yang relatif tinggi dalam ASI ini akan meredakan rangsangan haus dari bayi.

f. Vitamin

Vitamin dalam ASI cukup lengkap. Vitamin A, D, dan C jumlahnya cukup, sedangkan golongan vitamin B kecuali riboflavin dan asam pantothenik tergolong kurang.

g. Kalori

Jumlah kalori dalam ASI relatif rendah, yaitu hanya 77 kal/100 ml ASI. Sekitar 90% dari jumlah kalori tersebut berasal dari karbohidrat dan lemak, sedangkan 10% berasal dari protein.

h. Unsur-unsur lainnya

Unsur-unsur lainnya yang terkandung dalam ASI adalah laktorom, kreatinin, urea, xanthin, amonia, dan asam sitrat.

ASI bukan hanya merupakan sumber nutrisi bagi bayi, tetapi juga zat anti melawan jasat renik, penelitian mengenai ASI membuktikan di dalam ASI terdapat IgA, IgM, dan IgG yang berfungsi melindungi bayi terhadap berbagai ancaman jasat renik penyebab infeksi, zat kebal tubuh yang terdapat di dalam ASI untuk melawan berbagai macam kuman (Alkatiri, 1996).


(28)

Menurut Alkatiri (1996), imunoglobulin di dalam ASI antara lain: a. Imunnuglobulin A (IgA)

Pada ASI kadar IgA jumlahnya tiga kali lebih besar bila dibandingkan dengan kadar IgG, sebaliknya di dalam serum kadar IgG empat sampai lima kali dari kadar IgA, kadar IgA di dalam ASI lebih tinggi dari pada kadar IgA serum karena berbeda tempat sintesa, fungsi IgA di dalam ASI adalah melindungi tubuh terhadap infeksi lokal atau mencegah masuknya jasat renik selain itu juga dapat menetralisir toksin dan meninggikan efek bakteriolitik dengan cara mengaktifkan komponen memalui jalur alternatif, IgA sebagai pelindung terhadap infeksi yang di sebabkan kuman, seperti menurunkan sifat melekat bakteri pada selaput mukosa, selain itu IgA berguna untuk melawan virus seperti virus polio dan virus lainnya dan juga berperan sebagai pelindung terhadap infeksi yang disebabkan oleh jamur seperti kandidiasis.

b. Imunnuglobulin M (IgM)

Imunoglobulin ini merupakan immunoglobulin dengan berat molekul terbesar di sentesa local pada jaringan sekresi, fungsi IgM di dalam ASI adalah mencegah gerakan jasat renik/antigen, selain itu IgM merupakan zat kebal tubuh yang dapat mengaktifkan komplemen lewat jalur klasik.

c. Imunnuglobulin G (IgG)

IgG di dalam ASI tidak mempunyai kemampuan untuk berikatan dengan komponen sekretoris, IgG berasal dari transudasi IgG serum, meskipun sintesa lokal dapat terjadi.


(29)

2.1.4. Manfaat Pemberian ASI

Manfaat pemberian ASI eksklusif bagi bayi antara lain: a. ASI sebagai nutrisi

ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang karena disesuaikan dengan kebutuhan bayi pada masa pertumbuhannya. ASI adalah makanan yang paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. Dengan melaksanakan tatalaksana menyusui yang tepat dan benar, produksi ASI seorang ibu akan cukup sebagai makanan tunggal bagi bayi normal sampai dengan usia enam bulan. Setelah usia enam bulan, bayi harus mulai diberi makanan padat, tetapi ASI masih dapat diteruskan sampai dua tahun atau lebih (Roesli, 2000).

b. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi

Bayi baru lahir secara alamiah mendapat immunoglobulin (zat kekebalan tubuh) dari ibunya melalui ari-ari. Namun, kadar zat ini akan cepat sekali menurun segera setelah bayi lahir. Pada saat kadar zat kekebalan menurun, sedangkan yang dibentuk oleh badan bayi belum mencukupi maka akan terjadi kesenjangan zat kekebalan pada bayi. Kesenjangan akan hilang apabila bayi diberi ASI, karena ASI adalah cairan hidup yang mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, parasit, dan jamur. Bagi bayi pemberian ASI eksklusif ternyata akan lebih sehat dan lebih jarang sakit dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif. Anak yang sehat tentu akan lebih berkembang kepandaiannya dibanding anak yang sering sakit terutama bila sakitnya berat (Roesli, 2000).


(30)

c. ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan

Faktor-faktor yang memengaruhi kecerdasan meliputi: (1) faktor genetik atau faktor bawaan yang menentukan potensi genetik atau bawaan yang diturunkan oleh orangtua. Faktor ini tidak dapat dimanipulasi atau direkayasa, (2) faktor lingkungan, adalah faktor yang menentukan apakah faktor genetik akan dapat tercapai secara optimal. Faktor ini mempunyai banyak aspek dan dapat dimanipulasi dan direkayasa (Roesli, 2000).

Secara garis besar ada 3 jenis kebutuhan untuk faktor lingkungan yaitu kebutuhan untuk pertumbuhan fisik-otak (asuh), kebutuhan untuk perkembangan emosional (asih), kebutuhan untuk perkembangan intelektual dan sosialisasi (asah). Dengan memberikan ASI secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan akan menjamin tercapainya pengembangan potensial kecerdasan anak secara optimal, hal ini karena selain sebagai nutrien yang ideal, dengan komposisi yang tepat, serta disesuaikan dengan kebutuhan bayi, ASI juga mengandung nutrien-nutrien yang diperlukan otak bayi agar tumbuh optimal, nutrien-nutrien-nutrien-nutrien khusus tersebut tidak terdapat atau hanya sedikit terdapat pada susu sapi seperti taurin, laktosa, asam lemak ikatan panjang (DHA, AA, omega-3, omega-6) (Roesli, 2000).

Hasil penelitian Lucas tahun 1993 terhadap 300 bayi prematur membuktikan bahwa bayi bayi prematur yang diberi ASI eksklusif mempunyai IQ yang lebih tinggi secara bermakna (8,3 point lebih tinggi) dibanding bayi prematur yang tidak diberi ASI. Pada penelitian Riva ditemukan bahwa bayi yang diberi ASI eksklusif, ketika berusia 9,5 tahun mempunyai tingkat IQ 12,9 point


(31)

lebih tinggi dibanding anak yang ketika bayi tidak diberi ASI eksklusif (dr. Utami R., SpA). Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif akan mempunyai kecerdasan yang lebih tinggi di masa dewasanya(Pedoman Kesehatan dan Perawatan Anak, 1996). Dari hasil pemeriksaan otak, ternyata otak bayi yang mendapatkan ASI eksklusif mempunyai kandungan asam lemak tak jejuh (DHA atau asam linoleat) yang lebih tinggi (Purwanti, 2004).

d. ASI eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang

Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusui akan merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan tentram, terutama karena masih dapat mendengar detak jantung ibunya yang telah ia kenal sejak dalam kandungan. Perasaan terlindung dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spritual yang baik (Roesli, 2000).

Manfaat pemberian ASI bagi ibu: pemberikan ASI menyebabkan uterus ibu berkontraksi sehingga pengembalian uterus ke keadaan fisiologis (sebelum kehamilan) lebih cepat, perdarahan setelah melahirkan tipe lambat berkurang, pemberian ASI akan mengurangi kemungkinan menderita kanker payudara pada masa mendatang, dengan memberikan ASI kesuburan ibu akan berkurang untuk beberapa bulan sehingga dapat membantu keluarga berencana (Soetjiningsih, 1997). Manfaat lain pemberian ASI bagi ibu menurut Roesli (2000), menyusui dapat mengurangi perdarahan setelah melahirkan, karena pada ibu yang menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna untuk penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti, menyusui dapat mengurangi


(32)

anemia bagi ibu karena kekurangan zat besi, menyusui dapat membuat ibu lebih cepat langsing karena menyusui memerlukan energi maka tubuh akan mengambilnya dari lemak yang tertimbun selama hamil, menyusui memberikan kepuasan bagi ibu.

Manfaat pemberian ASI eksklusif bagi ayah yaitu: Praktis dan tidak merepotkan karena tidak perlu membuat susu formula di malam hari, dan jika berpergian dengan bayi ASI eksklusif lebih mudah dan tidak perlu repot membawa bermacam peralatan menyusui (Roesli, 2000).

Keuntungan pemberian ASI bagi keluarga antara lain: menyusui menghemat biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli susu formula, menyusui juga mengurangi biaya untuk berobat karena bayi jarang sakit jika menyusui secara eksklusif, menyusui merupakan metode penjarangan kehamilan alami selama 6 bulan pertama, menyusui meningkatkan kehangatan dan kedekatan emosional antar-anggota keluarga (Fransiska, 2010).

2.1.5. Cara Memberikan ASI

Menurut Perinasia (2003), langkah-langkah memberikan ASI yang benar adalah: (a) Sebelum memberikan ASI, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu. (b) Bayi diletakkan menghadap perut ibu atau payudara. (c) Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di bawah. Jangan menekan puting susu saja atau areolanya saja. (d) Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut dengan cara


(33)

menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh sisi mulut bayi. (e) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dengan puting serta areola dimasukkan ke mulut bayi. (f) Usahakan sebagian besar areola dapat masuk ke dalam mulut bayi, sehingga puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI ke luar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah areola. (g) Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu disanggah lagi (simbolon, 2011).

Menurut Purwanti (2004), waktu menyusui bayi adalah :

1. Menyusui bayi tidak perlu dijadwal. Bila bayi membutuhkan atau menangis, ibu harus segera memberikan ASI

2. Bila bayi puas menyusu, bayi akan tertidur pulas.

3. Ketika bayi tertidur dalam keadaan masih menyusu, secara perlahan ibu dapat melepaskan puting susu dari mulut bayi, hal ini untuk menghindari puting susu lecet.

2.1.6. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif

Pemberian ASI secara eksklusif mempengaruhi seluruh keluarga, idealnya suami, kakek, nenek dan kakak dilibatkan dalam langkah keberhasilan pemberian ASI Eksklusif karena dukungan keluarga sangat berarti. Langkah penting dalam keberhasilan pemberian ASI Eksklusif adalah: (1) ibu mempersiapkan payudara, bila diperlukan, (2) ibu dan keluarga mempelajari ASI dan tatalaksana menyusui, (3) menciptakan dukungan keluarga, teman, dan sebagainya, (4) memilih tempat melahirkan di tempat pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, rumah bersalin, (5)


(34)

memilih tenaga kesehatan yang mendukung pemberian ASI secara Eksklusif, (6) konsultasi dengan ahli menyusui seperti berkunjung ke klinik laktasi untu persiapan apabila menemukan kesulitan dalam pemberian ASI, (7) menciptakan sikap yang positif tentang ASI dan menyusui (Roesli, 2000).

Ayah merupakan bagian yang vital dalam keberhasilan pemberian ASI Eksklusif, karena ayah akan menentukan kelancaran reflek pengeluaran ASI atau let down reflex, yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu. Ayah dapat berperan aktif dalam keberhasilan pemberian ASI dengan jalan memberikan dukungan secara emosional dan membantu dalam proses menyusui seperti ayah menyendawakan bayi, ayah memandikan bayi, ayah bermain, bergurau, dan mendendangkan bayi, ayah mengganti popok, ayah memijat bayi, dan ayah mengendong bayi (Roesli, 2008)

Faktor informasi ASI Eksklusif merupakan faktor penting dalam mendapatkan informasi tentang ASI Eksklusif. Faktor informasi ASI Eksklusif meliputi: (1) sumber tempat mendapatkan informasi tentang ASI eksklusif, yaitu mendapatkan informasi ASI Eksklusif di tempat pelayanan kesehatan (yankes) dan mendapatkan informasi ASI Eksklusif bukan di tempat pelayanan kesehatan (non-yankes), mendapatkan informasi tentang ASI eksklusif di tempat pelayanan kesehatan (yankes) seperti mendapatkan informasi ASI Eksklusif di puskesmas atau posyandu, mendapatkan informasi tentang ASI eksklusif bukan di tempat pelayanan kesehatan (non-yankes) seperti mendapatkan informasi ASI Eksklusif di rumah orang tua, saudara dan tetangga, (2) sumber mendapatkan informasi tentang ASI Eksklusif dari tenaga kesehatan, yaitu dari Dokter, paramedis, (3)


(35)

sumber mendapatkan informasi tentang ASI Eksklusif dari kontak interpersonal, yaitu dari keluarga dan dari nonkeluarga, keluarga seperti dari ibu kandung/ibu mertua dan suami, nonkeluarga seperti dari tetangga, kader posyandu. (4) jenis media informasi tentang ASI yang diterima, yaitu media cetak dan media elektronik, media cetak seperti koran, majalah, buku, dan poster, sedangkan media elektronik seperti TV dan radio (Hermina & Hidayat, 2011).

Keberhasilan pemberian ASI sangat penting untuk mecegah kekurangan gizi pada bayi, keberhasilah pemberian ASI tersebut dipengaruhi oleh pendidikan, pekerjaan, nilai-nilai budaya, penghasilan keluarga, dan kemudahan dalam mendapatkan akses ke pelayanan kesehatan (Agunbiade & Ogunleye, 2012).

2.1.7. Faktor yang Memengaruhi Ibu tidak Memberikan ASI Eksklusif

Menurut Roesli (2000), alasan ibu untuk tidak menyusui terutama secara eksklusif sangat bervariasi. Beberapa faktor yang menyebabkan ibu tidak mau memberikan ASI secara eksklusif, yaitu:

1. ASI tak cukup

Alasan ini merupakan alasan utama para ibu untuk tidak menyusui secara eksklusif. Walaupun banyak ibu yang merasa ASInya kurang, teapi hanya sedikit (2-5%) yang secara biologis memang kurang produksi ASI-nya. Selebihnya, ibu dapat menghasilkan ASI yang cukup untuk bayinya. Umumnya tidak ada ibu yang tidak dapat menyusui tetapi untuk menyusui dengan benar harus belajar.


(36)

2. Ibu bekerja dengan cuti hamil 3 bulan

Bekerja sebenarnya bukan alasan untuk tidak memberikan ASI eksklusif karena waktu ibu bekerja, bayi dapat diberikan ASI perah yang diperah sehari sebelumnya.

3. Takut ditinggal suami

Dari sebuah suvei yang dilakukan oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia tahun 1995 dalam Roesli (2000), diperoleh data bahwa alasan pertama berhenti memberikan ASI pada bayinya adalah “takut ditinggal suami”. Hal ini dikarenakan mitos yang mengatakan bahwa menyusui akan mengubah bentuk payudara menjadi jelek. Pada hal sebenarnya yang mengubah bentuk payudara adalah kehamilan bukan menyusui.

4. Pendapat bahwa tidak diberi ASI tetap berhasil “jadi orang”

Dengan diberi susu formula memang bayi dapat tumbuh besar, bahkan mungkin berhasil “jadi orang“. Namun, kalau bayi ini diberi ASI eksklusif akan menjadi lebih berhasil. Hal ini dikarenakan ASI memiliki semua yang dibutuhkan bayi untuk tumbuh secara optimal. Dengan menyusui berarti seorang ibu tidak hanya memberikan makanan yang optimal, tetapi juga rangsangan emosional, fisik dan neurologik yang optimal pula. Dengan demikian, dapat dimengerti mengapa bayi eksklusif akan lebih sehat, lebih tinggi kecerdasan intelektual maupun kecerdasan emosionalnya, lebih mudah bersosialisasi dan lebih baik spritualnya.


(37)

5. Bayi akan tumbuh menjadi anak yang tidak mandiri dan manja

Pendapat bahwa bayi akan tumbuh menjadi anak manja karena terlalu sering didekap dan dibelai ternyata salah. Anak menjadi kurang mandiri, manja, dan agresif karena kurang perhatian bukan karena terlalu diperhatikan oleh orang tuanya.

6. Susu formula lebih praktis

Pendapat ini justru tidak benar, karena untuk membuat susu formula diperlukan api atau listrik untuk memasak air, peralatan yang harus steril, dan perlu waktu untuk mendinginkan susu formula yang baru dibuat. Sementara itu, ASI yang siap pakai dengan suhu yang tepat setiap saat serta tidak memerlukan api, listrk, dan perlengkapan yang harus steril jauh lebih praktis dari pada susu formula.

7. Takut badan tetap gemuk

Pendapat bahwa ibu menyusui akan sukar menurunkan berat badan adalah tidak benar. Pada waktu hamil, badan telah mempersiapkan timbunan lemak untuk membuat ASI. Didapatkan bukti bahwa menyusui secara eksklusif akan membantu ibu menurunkan berat badan lebih cepat dari pada ibu yang tidak menyusui secara secara eksklusif. Timbunan lemak yang terjadi sewaktu sewaktu hamil akan dipergunakan untuk proses menyusui, sedangkan wanita yang tidak menyusui akan lebih sukar untuk menghilangkan timbunan lemak ini.

Kendala pemberian ASI Eksklusif berdasarkan penelitian Agunbiade & Ogunleye (2012), ialah adanya persepsi keluarga bahwa bayi akan terus merasa lapar setelah menyusui sehingga perlu makanan tambahan, karena masalah


(38)

kesehatan ibu, adanya ketakutan bayi akan kecanduan ASI, tekanan dari ibu mertua agar tidak memberikan ASI, nyeri pada payudara ketika memberikan ASI, kebutuhan ibu untuk bekerja, serta pemberian ASI Eksklusif terganggu karena jumlah anak yang banyak.

2.2. Keluarga

2.2.1. Defenisi Keluarga

Pengertian keluarga menurut beberapa pendapat dalam Ali (2009):

a. Menurut Duval, keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adaptasi, dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, dan emosional serta sosial individu yang ada di dalamnya.

b. Menurut departemen kesehatan RI, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung.

c. Menurut Bailon dan maglaya, keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan, dan adopsi dalam satu rumah tangga, yang berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.


(39)

2.2.2. Tipe Keluarga

Menurut Suprajitno (2004), secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1. Keluarga inti, adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.

2. Keluarga besar, adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah seperti kakek, nenek, paman, dan bibi.

Menurut Friedman dalam Ali (2009) membagi tipe keluarga seperti berikut:

1. Nuclear family (keluarga inti), terdiri dari orang tua dan anak yang menjadi tanggungan orang tua dan tinggal dalam satu rumah, terpisah dari sanak keluarga lainnya.

2. Extended family (keluarga besar), adalah satu keluarga yang terdiri dari satu atau dua keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah dan saling menunjang satu sama lain.

3. Single parent family, adalah satu keluarga yang dikepalai oleh satu kepala keluarga dan hidup bersama dengan anak-anak yang masih bergantung kepada kepala keluarga.

4. Nuclear dyed, adalah keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa anak, tinggal dalam satu rumah yang sama.

5. Blended family, adalah suatu keluarga yang terbentuk dari perkawinan pasangan, yang masing-masing pernah menikah dan membawa anak hasil perkawinan terdahulu.


(40)

6. Three generation family, adalah keluarga yang terdiri dari tiga generasi, yaitu kakek, nenek, bapak, ibu, dan anak dalam satu rumah.

7. Single adult living alone, adalah bentuk keluarga yang hanya terdiri dari satu orang dewasa yang hidup dalam rumah.

8. Middle age atau elderly couple, yaitu keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri paruh baya.

2.3. Karakteristik Keluarga

Karakteristik keluarga adalah segala hal yang melekat pada keluarga tersebut dan sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak yang berada dalam keluarga tersebut (Rahayu, 2011). Menurut Sudarman (2008), karakteristik keluarga dalam pelayanan kesehatan meliputi: umur, jumlah, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan suku bangsa di dalam keluarga. Selain itu menurut Gibney (2008), pemberian ASI Eksklusif berkaitan dengan sejumlah besar karakteristik latar belakang keluarga, karakteristik berhubungan dengan perkembangan anak, seperti tingkat pendidikan ibu, usia ibu, penghasilan keluarga, dan jumlah anggota keluarga.

2.3.1. Umur Ibu

Menurut Whitehead (1986), usia ibu melahirkan sangat berpengaruh pada kesehatan ibu, sehingga kondisi ibu yang sehat akan berpengaruh terhadap adanya ASI yang akan diberikan kepada bayinya. Paling baik untuk wanita untuk mempunyai anak pada usia 20 tahun dan berhenti melahirkan pada usia 35 tahun.


(41)

Wanita yang lebih muda mempunyai kemampuan laktasi yang lebih baik dibandingkan dengan wanita yang lebih tua (Husna, 2006).

2.3.2. Tingkat Pendidikan Ibu

Pendidikan merupakan salah satu sumber daya penting bagi keluarga untuk mendukung pengetahuan seseorang dalam menerima informasi yang pada akhirnya dapat membentuk perilaku (Elfrida, 2003)

Menurut Survei Sosial (2003), latar belakang pendidik seseorang merupakan salah satu unsur penting yang penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizi karena dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan pengetahuan atau informasi tentang gizi yang dimiliki menjadi lebih baik. Masalah gizi sering timbul karena ketidaktahuan atau kurang informasi tentang gizi yang memadai (Achadi, 2007; Munarni, 2012). Analisis data Susenas 2003, memberikan hasil bahwa pada masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah menunjukkan prevalensi gizi kurang yang cukup tinggi, dan sebaliknya pada masyarakat yang tingkat pendidikannya cukup tinggi prevalensi gizi kurangnya rendah. Ada dua sisi kemungkinan hubungan tingkat pendidikan orang tua dengan keadaan gizi anak balita. Pertama, tingkat pendidikan kepala keluarga secara langsung. Kedua, pendidikan ibu modal utama dalam menunjang perekonomian rumah tangga, juga berperan dalam pola penyusunan makanan rumah tangga maupun dalam pola pengasuhan anak (Munarni 2012).

Menurut Depkes (2004), makin tinggi pendidikan, pengetahuan, keterampilan terdapat kemungkinan makin baik tingkat ketahanan pangan


(42)

keluarga, makin baik pula pengasuhan anak, dan makin banyak keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada demikian juga sebaliknya (Nadeak, 2011).

Sangat ideal bila lingkungan terdekat ibu suportif dengan ASI eksklusif. Tapi bila kondisi ideal ini sulit atau tidak tercapai, satu-satunya benteng pertahanan ibu adalah membekali diri dan suami dengan ilmu dan pengetahuan yang benar tentang pemberian ASI. Dengan bekal pengetahuan yang benar, ibu berpeluang lebih besar untuk dapat menjaga motivasi dan percaya diri memberikan ASI eksklusif (Fitria, 2011).

.

2.3.3. Pekerjaan

Menurut Soetjiningsih (1997), pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan orang tua yang bersifat menghasilkan uang sehingga pendapatan keluarga dapat memadai kebutuhan anak guna pertumbuhan dan perkembangan anak (Husna, 2006).

Pekerjaan merupakan salah satu kendala ibu untuk memberikan asi eksklusif kepada bayi (Depkes, 2012). Pekerjaan merupakan alasan yang sering digunakan oleh ibu untuk berhenti menyusui bayinya. Di daerah perkotaan, ibu banyak turut bekerja mencari nafkah, sehingga tidak dapat menyusui bayinya secara teratur. Sebenarnya walaupun ibu bekerja, ibu masih bisa untuk dapat memberikan ASI kepada bayinya (Roesli, 2000).

banyak ibu-ibu yang bekerja menghentikan pemberian ASI eksklusif dengan alasan tidak memiliki banyak waktu. Padahal sebenarnya, bekerja


(43)

bukanlah alasan untuk menghentikan pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan. Dengan pengetahuan yang benar tentang menyusui, kelengkapan memompa ASI dan dukungan lingkungan kerja, seorang ibu yang bekerja dapat memberi ASI secara eksklusif (Elisabeth, 2010).

Jenis pekerjaan orangtua menentukan besarnya waktu yang digunakan oleh Ayah dan Ibu di luar rumah untuk mencari nafkah sehingga turut mempengaruhi besarnya waktu yang diberikan dalam mengasuh anak, termasuk di dalam jadwal pemberian ASI (Elfrida, 2003)

2.3.4. Pendapatan Keluarga

Menurut BPS (2009), tingkat pendapatan adalah rata-rata pendapatan per bulan keluarga yang dihitung dari total pengeluaran makanan dan non makanan kemudian dibagi dengan jumlah anggota keluarga. Dari data pendapatan per kapita dikelompokkan lagi berdasarkan batas garis kemiskinan untuk daerah pedesaan (Nadeak, 2011).

Dewi (2009) berpendapat bahwa rendahnya pendapatan merupakan rintangan yang menyebabkan orang tersebut tidak mampu membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan. Sebaliknya, semakin tinggi tingkat pendapatan dalam keluarga justru akan menyebabkan semakin rendahnya persentase dalam pemberian ASI, hal ini dijelaskan sebagai berikut semakin tinggi tingkat pendapatan ibu maka akan tinggi pula daya beli ibu terhadap susu formula, dan tambahan makanan pendamping ASI (Rahayu, 2010).


(44)

Keluarga menyediakan anggaran menyusui paling tidak untuk makanan tambahan ibu, suplemen, dan peralatan menyusui lainnya (bra menyusui, alat-alat menyimpan ASI perah, dll). Tetapi angkanya pasti jauh lebih kecil daripada bayi diberi susu formula(Elisabeth, 2010).

2.3.5. Jumlah Anggota Keluarga

Menurut Soetjiningsih (1995), jumlah anak dalam suatu keluarga turut mempengaruhi perhatian dan kasih sayang yang diberikan, terlebih jika jarak anak terlalu dekat. Apabila keluarga memiliki tingkat sosial ekonomi kurang maka jumlah anak tidak hanya menyebabkan berkurangnya kasih sayang tetapi juga mempengaruhi konsumsi keluarga yang akan berdampak pada status gizi anak (Rahayu, 2011).

Menurut Gunarsa (2003), makin besar anggota keluarga, maka jumlah interaksi interpersonal semakin banyak dan kompleks. Semakin besar anggota keluarga akan semakin sedikit perhatian yang diperoleh anak dari orangtuanya. Hal ini disebabkan semakin banyak anggota keluarga maka pembagian perhatian pada masing-masing anggota keluarga juga akan semakin sedikit, sehingga hal ini akan mempengaruhi ibu dalam pengasuhan dan perawatan anak-anaknya (Rahayu, 2011).

Harlock (2000) membagi besar keluarga ke dalam 4 (empat) kategori umum, seperti berikut : 1) Keluarga dengan satu anak, yaitu keluarga terdiri dari satu anak, 2) keluarga kecil, yaitu keluarga terdiri dari 2-3 anak, 3) keluarga


(45)

sedang, yaitu keluarga terdiri dari 4-5 anak, dan 4) keluarga besar, yaitu keluarga terdiri > 5 anak (Elfrida, 2003).

2.3.6. Suku Keluarga

Suku bangsa menurut koentjaningrat adalah suatu golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan kesatuan budaya, dan kesatuan bahasa Murdiyatmoko (2007).

Menurut Leininger (1984) dalam (2010), manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan kebudayaan pada setiap saat dimanapun dia berada, kebudayaan dapat menopang perilaku kesehatan maupun dapat memperburuk kesehatan. Menurut Swaswona dan meutia (1998) dalam Firanika (2010), bahwa perilaku pemberian ASI Eksklusif tidak terlepas dari pandangan budaya yang telah diwariskan turun-menurun dalam kebudayaan atau suku yang bersangkutan.


(46)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan karakteristik keluarga dan pemberian ASI Eksklusif di Kampung Kemili Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah.

Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Karakteristik Keluarga

• Umur Ibu

• Tingkat Pendidikan Ibu

• Pekerjaan Kepala Keluarga

• Pekerjaan Ibu • Pendapatan

Keluarga

• Jumlah Anggota Keluarga

• Tipe Keluarga • Suku

• Jumlah Anak

Pemberian ASI Eksklusif


(47)

2. Defenisi Oprasional Tabel 3. 1 Defenisi Oprasional. No Variabel Defenisi

oprasional

Alat ukur Skala Hasil ukur

1. Variabel Independen; Umur Ibu

Usia ibu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat usia berulang tahun terakhir ketika melahirkan. Kuisioner dengan memberi tanda check list (√) pada kolom yang

disediakan.

Ordinal 1. Usia remaja <20 tahun.

2. Usia dewasa awal 20-35 tahun.

3. Usia dewasa

tengah >35 tahun.

2. Variabel Independen; Tingkat pendidikan ibu Jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah ditamatkan oleh ibu. Kuisioner dengan memberi tanda check list (√) pada kolom yang

disediakan.

Nominal 1. tidak sekolah 2. SD

3. SMP 4. SMA.


(48)

3. Variabel Independen; Pekerjaan Kepala Keluarga suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan kepala keluarga secara rutin dengan mendapatkan imbalan berupa uang. Kuisioner dengan memberi tanda check list (√) pada kolom yang

disediakan.

Nominal 1. PNS 2. Petani 3. Wiraswasta 4. Lain-lain

4. Variabel Independen; Pekerjaan ibu

suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan ibu secara rutin dengan mendapatkan imbalan berupa uang. Kuisioner dengan memberi tanda check list (√) pada kolom yang

disediakan.

Nominal 1. Bekerja 2. Tidak bekerja

5. Variabel Independen; Pendapatan keluarga Jumlah pendapatan yang diterima suami dan istri dari kerja sebagai upah

Kuisioner dengan

memberi tanda check list (√) pada kolom

Ordinal 1. < Rp.1.400.000 2. Rp.1.400.000-

Rp.2.800.000


(49)

setiap bulannya. yang disediakan. 6. Variabel

Independen; jumlah anggota keluarga Jumlah individu yang tinggal/menetap bersama dalam satu rumah dan hidup dari penghasilan keluarga. Kuisioner dengan memberi tanda check list (√) pada kolom yang

disediakan.

Nominal 1. Kecil (≤ 4 anggota keluarga),

2. Besar (>4 anggota keluarga)

7. Variabel Independen; Tipe

Keluarga

Komposisi

anggota di dalam keluarga

Kuisioner dengan

memberi tanda check list (√) pada kolom yang

disediakan.

Nominal 1.Keluarga inti 2.Keluarga besar

8. Variabel Independen; Suku

Identitas budaya dan bahasa di dalam keluarga

Kuisioner dengan

memberi tanda check list (√) pada kolom

nominal 1.Gayo 2.Aceh 3.Jawa 4.Minang 5.Lain-lain


(50)

yang disediakan. 9. Variabel

Independen; Jumlah Anak

Kuisioner dengan

memberi tanda check list (√) pada kolom yang

disediakan.

Nominal 1.≤ 2 anak 2.> 2 anak

10. Variabel Dependen; Pemberian ASI Eksklusif

pemberian ASI (air susu ibu) sedini mungkin setelah persalinan (kolostrum),

diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, sampai bayi berumur 6 bulan.

Kuisioner dengan jumlah pertanyaan 5 item meliputi 3 pertanyaan menggunakan sekala gutmen, 1 pertanyaan dengan 4 pilihan berupa pilihan ganda, dan 1 pertanyaan Nominal Ordinal Pertanyaan Kolostrum,ASI terus menerus,makanan lain selain ASI 1. Ya

2. Tidak

Pertanyaan usia anak 1. 0 bulan

2. 1-4 bulan 3. 5-6 bulan


(51)

dengan 3 pilihan jawaban yang dapat memilih lebih dari 1 jawaban.

nominal

4. > 6 bulan

Pertanyaan informasi ASI

1. Tempat pelayanan kesehatan, dokter, bidan 2. Keluarga

3. Media (media cetak, media elektronik)


(52)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian (Setiadi, 2007). Desain penelitian ini adalah deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik keluarga dalam memberikan ASI Eksklusif di Kampung Kemili dan meneliti kejadian yang sudah berlangsung (retrospektif).

2. Populasi dan Sampel Penelitian 2. 1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian yang akan diteliti (Noto Atmojo, 1993, Setiadi, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah semua keluarga di desa Kemili yang mempunyai anak berusia 6 bulan sampai 2 tahun. Berdasarkan data puskesmas bebesen jumlah keluarga yang mempunyai anak berusia 6 bulan sampai 2 tahun pada bulan januari 2013 di Kampung Kemili sejumlah 198 keluarga.

2. 2 Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Noto Atmojo, 1993, Setiadi, 2007).


(53)

Tekhnik yang digunakan dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah

“insidental sampling“, yaitu metode penarikan sampel yang secara kebetulan

bertemu dengan peneliti yang dapat menjadi sampel, apabila sesuai sebagai sumber data (Setiadi,2007).

Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus :

Dimana: n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi

d2 = Presisi yang ditetapkan (10 %)

Berdasarkan rumus diatas didapatlah jumlah sampel sebanyak 67 orang. Yaitu: n = N

1 + N (d 2) = 198 1 + 198 (0,12) = 67 orang

Kriteria sampel yang diteliti adalah bersedia menjadi responden dan keluarga di desa Kemili yang mempunyai anak berusia 6 bulan sampai 2 tahun.

n = N 1 + N (d 2)


(54)

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kampung Kemili Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah. Adapun alasan peneliti mengenai pemilihan lokasi tersebut adalah dikarenakan rendahnya angka cakupan pemberian ASI Eksklusif yang hanya sebesar 18% dibandingkan dengan target nasional pemberian ASI Eksklusif sebesar 80%, lokasi penelitian mudah dijangkau peneliti dan penelitian karakteristik keluarga dan pemberian ASI Eksklusif belum pernah di lakukan sebelumnya. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2013.

4. Pertimbangan Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan proposal dari institusi pendidikan Fakultas Keperawatan USU dan mendapat izin dari Kepala Desa Kemili serta Kepala Puskesmas Kecamatan bebesen sebagai puskesmas yang melingkupi Desa kemili. Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu : memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka calon responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrumen penelitian, tetapi menggunakan inisial.


(55)

5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data adalah kuesioner. Kuesioner ini terdiri dari: (1) kuesioner karakteristik keluarga yang terdiri dari umur ibu, tingkat pendidikan ibu, pekerjaan kepala keluarga, pekerjaan ibu, penghasilan keluarga/bulan, jumlah anggota keluarga, tipe keluarga, suku, jumlah anak. Kuesioner ini terdiri dari pernyataan dengan memberikan tanda check list (√) pada kolom yang disediakan. (2) kuesioner pemberian ASI Eksklusif, dan sumber mendapatkan informasi tentang ASI Eksklusif yang terdiri dari lima pernyataan. Kuesioner pemberian ASI Eksklusif terdiri dari pernyataan tentang pemberian kolostrum, dan pemberian ASI secara terus menerus yang merupakan pernyataan positif, sedangkan pemberian makanan lain selain ASI merupakan pernyataan negatif, dan usia anak diberikan makanan lain selain ASI dengan empat pilihan berupa pilihan ganda. Pernyataan sumber mendapatkan informasi tentang ASI Eksklusif dengan 3 pilihan jawaban yang dapat memilih lebih dari 1 jawaban. Kuesioner ini terdiri dari pernyataan dengan memberikan tanda check list (√) pada kolom yang disediakan.

6. Uji Validitas dan Reliabilitas

Sebuah instrumen dianggap valid jika instrumen itu benar-benar dapat dijadikan alat untuk mengukur apa yang akan diukur (Setiadi, 2007). Uji validitas pada penelitian ini tidak dilakukan.

Uji reliabilitas adalah suatu kesamaan hasil apabila pengukuran dilaksanakan oleh orang yang berbeda ataupun waktu yang berbeda (Setiadi,


(56)

2007). Dalam penelitian ini dilakukan uji reliabilitas internal yaitu pembagian instrument penelitian hanya satu kali dengan satu bentuk instrument yang diuji cobakan kepada 10 Responden yang memenuhi kriteria (Azwar, 2003). Uji reabilitas untuk instrument ini di analisis dengan menggunakan rumus Kuder Richardson (K-R 20). Uji reabilitas dilakukan pada keluarga yang mempunyai bayi usia 6-12 bulan di Kampung Blang Kolak I yang letaknya bersebelahan dengan Kampung Kemili.

7. Pengumpulan Data

Peneliti terlebih dahulu mengajukan surat permohonan izin pelaksanaan penelitian melalui bagian pendidikan Fakultas Keperawatan USU. Setelah mendapat surat izin, peneliti menyampaikan surat izin penelitian ke kepala kampung kemudian diteruskan ke bagian puskesmas Kecamatan Bebesen. Setelah mendapat surat izin, peneliti mendatangi acara posyandu yang berlangsung di kampung kemili sekitar jam 08.00 dan meminta izin kepada bidan desa kemili untuk penelitian di posyandu yang sedang berlangsung, penelitian dilakukan kepada orang tua yang memiliki anak usia 6 bulan sampai 2 tahun yang sebelumnya peneliti terlebih dahulu menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian. Setelah itu, calon responden yang bersedia diminta untuk menandatangani surat persetujuan sebagai responden dalam penelitian. Waktu yang dibutuhkan peneliti saat mewawancara responden berkisar antara 15-20 menit. Setelah wawancara selesai, peneliti memeriksa kelengkapan jawaban seluruh kuisioner kemudian seluruh data dikumpulkan untuk dianalisa.


(57)

8. Analisa Data

Setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan analisa data melalui beberapa tahap yang dimulai dengan editing yaitu mengecek kelengkapan data responden serta memastikan semua jawaban telah diisi, kemudian data yang sesuai diberi kode (coading) untuk memudahkan peneliti melakukan tabulasi dan analisa data, selanjutnya memasukkan (entry) data ke komputer dan dilakukan pengolahan data dengan mengunakan tehnik komputerisasi. Pengolahan data identitas dan karakteristik keluarga dilakukan dengan mendeskripsikan frekuensi dan persentase. Untuk pengolahan data pemberian ASI Eksklusif yaitu pertanyaan, data yang telah terkumpul kemudian disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase dengan menggunakan teknik komputerisasi.


(58)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Peneliti menguraikan hasil penelitian dan pembahasan tentang karakteristik keluarga dan pemberian ASI eksklusif di Kampung Kemili Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh tengah dalam bab ini. Pengumpulan data dilakukan mulai tanggal 24 maret sampai 27 maret 2013 dengan jumlah responden sebanyak 67 orang responden. Hasil penelitian ini menguraikan deskripsi karakteristik keluarga yang terdiri dari umur ibu, tingkat pendidikan ibu, pekerjaan kepala keluarga, status pekerjaan ibu, penghasilan keluarga, jumlah anggota keluarga, tipe keluarga, suku, jumlah anak, dan deskripsi pemberian ASI Eksklusif yang terdiri dari pemberian kolostrum, pemberian ASI 6 bulan, pemberian makanan tambahan selain ASI, usia pemberian ASI, serta sumber mendapatkan informasi tentang ASI Eksklusif.

1.1. Karakteristik Keluarga

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat diketahui gambaran karakteristik keluarga yang dapat dilihat dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan.

1.1.1. Umur Ibu

Berdasarkan tabulasi data yang dikumpulkan peneliti mengenai umur ibu, diketahui bahwa mayoritas responden berada pada usia 20-35 tahun yaitu


(59)

sebanyak 54 responden (79,4%), sedangkan responden berusia lebih dari 35 tahun sebanyak 11 responden (16,2%), dan responden yang berusia kurang dari 20 tahun sebanyak 2 responden (2,9%).

Gambaran secara umum mengenai karakteristik umur ibu dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Jawaban dari Kuesioner Mengenai Karakteristik Umur Ibu (n=67).

Umur ibu Frekuensi persentase

<20 tahun 2 2.9

20-35 tahun 54 79.4

>35 tahun 11 16.2

1.1.2. Tingkat Pendidikan Ibu

Analisis yang dilakukan terhadap jawaban yang diberikan responden mengenai tingkat pendidikan ibu, diketahui bahwa mayoritas responden dengan tingkat pendidikan SMA sebanyak 31 responden (45,6%), sedangkan responden dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi sebanyak 23 responden (33,8%), responden dengan tingkat pendidikan SMP sebanyak 8 responden (11,8%), dan responden dengan tingkat pendidikan SD sebanyak 5 responden (7,4%).

Gambaran secara umum mengenai karakteristik tingkat pendidikan ibu dapat dilihat pada tabel berikut.


(60)

Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Jawaban dari Kuesioner Mengenai Karakteristik Tingkat Pendidikan Ibu (n=67).

Tingkat pendidikan ibu Frekuensi persentase

SD 5 7.4

SMP 8 11.8

SMA 31 45.6

PT 23 33.8

1.1.3. Pekerjaan Kepala Keluarga

Berdasarkan tabulasi data yang dikumpulkan peneliti mengenai pekerjaan kepala keluarga, diketahui mayoritas pekerjaan kepala keluarga responden sebagai wiraswasta sebanyak 40 responden (58,8%), sedangkan pekerjaan kepala keluarga responden sebagai pegawai negeri sipil sebanyak 18 responden (26,5%), pekerjaan kepala keluarga responden sebagai petani sebanyak 6 responden (8,8%), dan pekerjaan kepala keluarga lain-lain sebanyak 3 responden (4,4%).

Gambaran secara umum mengenai karakteristik pekerjaan kepala keluarga dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Jawaban dari Kuesioner Mengenai Karakteristik Pekerjaan Kepala Keluarga (n=67).

Pekerjaan kepala keluarga Frekuensi persentase

PNS 18 26.5

PETANI 6 8.8

WIRASWASTA 40 58.8


(61)

1.1.4. Pekerjaan Ibu

Berdasarkan tabulasi data yang dikumpulkan peneliti mengenai status pekerjaan ibu menunjukkan bahwa status pekerjaan ibu yang bekerja sebanyak 35 responden (51,5%), sedangkan status pekerjaan ibu yang tidak bekerja sebanyak 32 responden (47,1%).

Gambaran secara umum mengenai karakteristik status pekerjaan ibu dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Jawaban dari Kuesioner Mengenai Karakteristik Status Pekerjaan Ibu (n=67).

Status pekerjaan ibu Frekuensi persentase

Bekerja 35 51.5

Tidak bekerja 32 47.1

1.1.5. Penghasilan Keluarga

Analisis yang dilakukan terhadap jawaban yang diberikan responden mengenai penghasilan keluarga menunjukkan bahwa penghasilan keluarga responden Rp. 1.400.000-Rp. 2.800.000 sebanyak 28 responsen (41,2%), sedangkan penghasilan keluarga di bawah Rp. 1.400.000 sebanyak 24 responden (35,3%), dan penghasilan keluarga responden di atas Rp. 2.800.000 sebanyak 15 responden (22,1%).

Gambaran secara umum mengenai karakteristik penghasilan keluarga dapat dilihat pada tabel berikut.


(62)

Tabel 5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Jawaban dari Kuesioner Mengenai Karakteristik Penghasilan Keluarga (n=67).

Penghasilan keluarga Frekuensi persentase

<1.400.000 24 35.3

1.400.000-2.800.000 28 41.2

>2.800.000 15 22.1

1.1.6. Jumlah Anggota Keluarga

Analisis yang dilakukan terhadap jawaban yang diberikan responden mengenai jumlah anggota keluarga, diperoleh gambaran bahwa sebanyak 34 responden (50%) memiliki jumlah anggota keluarga kurang dari empat orang, sedangkan sebanyak 33 responden (48,5%) memiliki jumlah anggota keluarga lebih dari empat orang.

Gambaran secara umum mengenai karakteristik jumlah anggota keluarga dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6. Distribusi Frekuensi dan Persentase Jawaban dari Kuesioner Mengenai Karakteristik jumlah anggota keluarga (n=67).

jumlah anggota keluarga Frekuensi persentase

<4 34 50.0

>4 33 48.5

1.1.7. Tipe Keluarga

Analisis yang dilakukan terhadap jawaban yang diberikan responden mengenai tipe keluarga, diperoleh bahwa mayoritas tipe keluarga responden dengan tipe keluarga inti yaitu sebanyak 54 responden (79,4%), sedangkan tipe keluarga responden dengan tipe keluarga besar sebanyak 13 responden (19,1%).


(63)

Gambaran secara umum mengenai karakteristik tipe keluarga dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 7. Distribusi Frekuensi dan Persentase Jawaban dari Kuesioner Mengenai Karakteristik tipe keluarga (n=67).

Tipe keluarga Frekuensi persentase

Keluarga inti 54 79.4

Keluarga besar 13 19.1

1.1.8. Suku

Analisis yang dilakukan terhadap jawaban yang diberikan responden mengenai suku responden, mayoritas responden bersuku Gayo yaitu sebanyak 40 responden (58,8%), sedangkan responden bersuku Jawa sebanyak 12 responden (17,6%), responden bersuku Aceh sebanyak 10 responden (17,7%), responden bersuku Minang sebanyak tiga responden (4,4%), dan bersuku Batak sebanyak dua responden (2,9%).

Gambaran secara umum mengenai karakteristik suku responden dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 8. Distribusi Frekuensi dan Persentase Jawaban dari Kuesioner Mengenai Karakteristik suku (n=67).

Suku Frekuensi persentase

Gayo 40 58.8

Aceh 10 14.7

Jawa 12 17.6

Minang 3 4.4


(64)

1.1.9. Jumlah Anak

Analisis yang dilakukan terhadap jawaban yang diberikan responden mengenai jumlah anak, diketahui 39 responden memiliki anak kurang dari dua anak (57,4%), sedangkan 28 responden memiliki anak lebih dari dua anak (41,2%).

Gambaran secara umum mengenai karakteristik jumlah anak dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 9. Distribusi Frekuensi dan Persentase Jawaban dari Kuesioner Mengenai Karakteristik Jumlah Anak (n=67).

jumlah anak Frekuensi persentase

<2 anak 39 57.4

> 2 anak 28 41.2

1.2. Pemberian ASI Eksklusif

Variabel pemberian ASI Eksklusif dilihat dari empat indikator, yaitu pemberian kolostrum, pemberian ASI secara terus menerus, pemberian makanan lain selain ASI, dan usia anak diberikan makanan lain selain ASI. Gambaran pemberian ASI eksklusif di Kampung Kemili Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh tengah dinilai dari jawaban-jawaban responden pada kuesioner yang telah disebarkan peneliti.

1. Pemberian Kolostrum

Analisis yang dilakukan terhadap jawaban yang diberikan responden mengenai pemberian kolostrum, diketahui mayoritas ibu memberikan kolostrum kepada bayi mereka yaitu sebanyak 59 responden (86,8%), sedangkan delapan responden (11,8%) tidak memberikan kolostrum kepada bayi mereka.


(65)

Gambaran secara umum mengenai pemberian kolostrum dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 10. Distribusi Frekuensi dan Persentase Jawaban dari Kuesioner Mengenai Pemberian Kolostrum (n=67).

Pemberian Kolostrum Frekuensi persentase

Ya 59 86.8

Tidak 8 11.8

2. Pemberian ASI Enam Bulan

Analisis yang dilakukan terhadap jawaban yang diberikan responden mengenai pemberian ASI enam bulan, diketahui mayoritas responden tidak memberikan ASI enam bulan yaitu sebanyak 44 responden (64,7%), sedangkan 23 responden (33,8%) memberikan ASI selama enam bulan.

Gambaran secara umum mengenai pemberian ASI enam bulan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 11. Distribusi Frekuensi dan Persentase Jawaban dari Kuesioner Mengenai Pemberian ASI Enam Bulan (n=67).

Pemberian ASI 6 bulan Frekuensi persentase

Ya 23 33.8

Tidak 44 64.7

3. Pemberian Makanan Tambahan Selain ASI

Analisis yang dilakukan terhadap jawaban yang diberikan responden mengenai pemberian makanan tambahan selain ASI, diketahui mayoritas responden memberikan makanan tambahan selain ASI sebelum usia enam bulan


(66)

yaitu sebanyak 47 responden (69,1%), sedangkan 20 responden tidak memberikan makanan tambahan selain ASI sebelum usia enam bulan.

Gambaran secara umum mengenai pemberian makanan tambahan selain ASI dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 12. Distribusi Frekuensi dan Persentase Jawaban dari Kuesioner Mengenai Pemberian Makanan Tambahan Selain ASI (n=67).

Pemberian makanan tambahan selain asi

Frekuensi persentase

Ya 47 69.1

Tidak 20 29.4

4. Usia Anak diberikan Makanan Lain Selain ASI

Analisis yang dilakukan terhadap jawaban yang diberikan responden mengenai usia pemberian makanan lain selain ASI, diketahui 30 responden (44,1%) memberikan makanan lain selain ASI kepada bayi pada usia 1-4 bulan, sedangkan 17 responden (25%) memberikan makanan lain selain ASI kepada bayi pada usia di atas enam bulan, 13 responden (19,1%) memberikan makanan lain selain ASI kepada bayi pada usia 5-6 bulan, dan tujuh responden (10,3%) memberikan makanan lain selain ASI kepada bayi pada usia nol bulan.

Gambaran secara umum mengenai usia pemberian makanan lain selain ASI dapat dilihat pada tabel berikut.


(67)

Tabel 13. Distribusi Frekuensi dan Persentase Jawaban dari Kuesioner Mengenai Usia Pemberian Makanan Lain Selain ASI (n=67).

Usia anak diberikan makanan lain selain ASI

Frekuensi persentase

0 bulan 7 10.3

1-4 bulan 30 44.1

5-6 bulan 13 19.1

> 6 bulan 17 25.0

Hasil analisa keseluruhan indikator pemberian ASI Eksklusif, yaitu tentang pemberian kolostrum, pemberian ASI secara terus menerus, pemberian makanan lain selain ASI, dan usia anak diberikan makanan lain selain ASI, maka variabel pemberian ASI Eksklusif dapat dikategorikan menjadi ASI Eksklusif dan ASI tidak Eksklusif. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden tidak memberikan ASI Eksklusif yaitu sebanyak 50 responden (74,6%), sedangkan responden yang memberikan ASI Eksklusif sebanyak 17 responden (25,4%).

Gambaran secara umum mengenai pemberian ASI Eksklusif dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 14. Distribusi Frekuensi dan Persentase Jawaban dari Kuesioner pemberian ASI Eksklusif (n=67).

Frekuensi persentase

ASI Eksklusif 17 25,4


(68)

1.3. Sumber Informasi ASI Eksklusif

Analisis yang dilakukan terhadap jawaban yang diberikan responden mengenai sumber mendapatkan informasi tentang ASI Eksklusif, diketahui 22 responden (32,4%) mendapatkan informasi tentang ASI Eksklusif hanya dari pelayanan kesehatan (tempat pelayanan kesehatan, dokter, dan bidan), sedangkan sebanyak 13 responden ( 19,1%) tidak pernah mendapatkan informasi tentang ASI Eksklusif, sebanyak 11 responden (16,2%) mendapatkan informasi tentang ASI Eksklusif dari pelayanan kesehatan (tempat pelayanan kesehatan, dokter, bidan), dan keluarga, sebanyak 10 responden (14,7%) mendapatkan informasi tentang ASI Eksklusif dari pelayanan kesehatan (tempat pelayanan kesehatan, dokter, bidan), keluarga, dan media (media cetak, media elektronik), sebanyak enam responden (8,8%) mendapatkan informasi tentang ASI Eksklusif hanya dari media (media cetak, media elektronik), sebanyak tiga responden (4,4%) mendapatkan informasi tentang ASI Eksklusif dari pelayanan kesehatan (tempat pelayanan kesehatan, dokter, bidan), dan media (media cetak, media elektronik), seorang responden (1,5%) mendapatkan informasi tentang ASI Eksklusif dari keluarga dan media (media cetak, media elektronik), dan seorang responden lagi hanya mendapatkan informasi tentang ASI Eksklusif dari keluarga.

Gambaran secara umum mengenai sumber mendapatkan informasi tentang ASI Eksklusif dapat dilihat pada tabel berikut.


(69)

Tabel 15. Distribusi Frekuensi dan Persentase Jawaban dari Kuesioner Mengenai Sumber Informasi ASI Eksklusif (n=67).

Sumber informasi ASI Eksklusif Frequency Percent Pelayanan kesehatan (tempat pelayanan

kesehatan, Dokter, Bidan)

22 32.4

Keluarga 1 1.5

Media (media cetak, media elektronik) 6 8.8

Pelayanan kesehatan (tempat pelayanan kesehatan, Dokter, Bidan), keluarga, media (media cetak, media elektronik)

10 14.7

Pelayanan kesehatan (tempat pelayanan kesehatan, Dokter, Bidan), & keluarga

11 16.2

Pelayanan kesehatan (tempat pelayanan kesehatan, Dokter, Bidan), & media (media cetak, media elektronik)

3 4.4

Keluarga & media (media cetak, media elektronik)

1 1.5

Tidak pernah mendapat informasi tentang ASI Eksklusif

13 19.1

2. Pembahasan

Pembahasan berikut ini ditujukan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang gambaran karakteristik keluarga dan pemberian ASI eksklusif di Kampung Kemili Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh tengah.

2.1. Umur ibu

Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti, mengenai umur ibu, menunjukkan bahwa mayoritas responden berada pada usia 20-35 tahun yaitu sebanyak 54 responden (79,4%). Hasil penelitian tersebut menggambarkan secara umum responden berada pada usia yang dianggap memiliki kemampuan laktasi


(1)

pekerjaan kepala keluarga

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid PNS 18 26.5 26.9 26.9

PETANI 6 8.8 9.0 35.8

WIRASWASTA 40 58.8 59.7 95.5

LAIN-LAIN 3 4.4 4.5 100.0

Total 67 98.5 100.0

Missing System 1 1.5

Total 68 100.0

status pekerjaan ibu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid BEKERJA 35 51.5 52.2 52.2

TIDAK BEKERJA 32 47.1 47.8 100.0

Total 67 98.5 100.0

Missing System 1 1.5

Total 68 100.0

penghasilan keluarga

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid >1.400.000 24 35.3 35.8 35.8

1.400.000-2.800.000 28 41.2 41.8 77.6

>2.800.000 15 22.1 22.4 100.0

Total 67 98.5 100.0

Missing System 1 1.5


(2)

jumlah anggota keluarga

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <4 34 50.0 50.7 50.7

>4 33 48.5 49.3 100.0

Total 67 98.5 100.0

Missing System 1 1.5

Total 68 100.0

tipe keluarga

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid KELUARGA INTI 54 79.4 80.6 80.6

KELUARGA BESAR 13 19.1 19.4 100.0

Total 67 98.5 100.0

Missing System 1 1.5

Total 68 100.0

suku

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid GAYO 40 58.8 59.7 59.7

ACEH 10 14.7 14.9 74.6

JAWA 12 17.6 17.9 92.5

MINANG 3 4.4 4.5 97.0

LAIN-LAIN 2 2.9 3.0 100.0

Total 67 98.5 100.0

Missing System 1 1.5


(3)

jumlah anak

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <2 ANAK 39 57.4 58.2 58.2

> 2 ANAK 28 41.2 41.8 100.0

Total 67 98.5 100.0

Missing System 1 1.5

Total 68 100.0

pemberian Kolostrum

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid YA 59 86.8 88.1 88.1

TIDAK 8 11.8 11.9 100.0

Total 67 98.5 100.0

Missing System 1 1.5

Total 68 100.0

pemberian ASI 6 bulan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid YA 23 33.8 34.3 34.3

TIDAK 44 64.7 65.7 100.0

Total 67 98.5 100.0

Missing System 1 1.5


(4)

pemberian makanan tambahan selain asi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid YA 47 69.1 70.1 70.1

TIDAK 20 29.4 29.9 100.0

Total 67 98.5 100.0

Missing System 1 1.5

Total 68 100.0

usia pemberian makanan lain selain ASI

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 BULAN 7 10.3 10.4 10.4

1-4 BULAN 30 44.1 44.8 55.2

5-6 BULAN 13 19.1 19.4 74.6

> 6 BULAN 17 25.0 25.4 100.0

Total 67 98.5 100.0

Missing System 1 1.5

Total 68 100.0

ASI Eksklusif

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tdk eksklusif(0-3) 50 74.6 74.6 74.6

eksklusif(4) 17 25.4 25.4 100.0


(5)

sumber informasi ASI Eksklusif

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid TEMPAT PELAYANAN

KESEHATAN,DOKTER,BIDA N

22 32.4 32.8 32.8

KELUARGA 1 1.5 1.5 34.3

MEDIA (MEDIA CETAK, MEDIA ELEKTRONIK )

6 8.8 9.0 43.3

TEMPAT PELAYANAN KESEHATAN, DOKTER, BIDAN, KELUARGA, & MEDIA (MEDIA CETAK, MEDIA ELEKTRONIK)

10 14.7 14.9 58.2

TEMPAT PELAYANAN KESEHATAN & KELUARGA

11 16.2 16.4 74.6

TEMPAT PELAYANAN KESEHATAN & MEDIA (MEDIA CETAK, MEDIA ELEKTRONIK)

3 4.4 4.5 79.1

KELUARGA & MEDIA (CETAK, ELEKTRONIK)

1 1.5 1.5 80.6

TIDAK PERNAH MENDAPAT INFORMASI TENTANG ASI EKSKLUSIF

13 19.1 19.4 100.0

Total 67 98.5 100.0

Missing System 1 1.5


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

: Khairul Nopandi

Tempat/Tanggal Lahir

: Takengon, 20 Nopember 1991

Jenis Kelamin

: laki-laki

Agama

: Islam

Alamat

: Jl.Setia, gg. Warga, no. 7F1

Pendidikan

: 1. SD Negeri 2 Takengon Tahun 1997-2003

2. SLTP Negeri 3 Takengon Tahun 2003-2006

3. SMA Negeri 8 Takengon Tahun 2006-2009