Efek Gel Minyak Kelapa Murni Hasil Hidrolisis Terhadap Penyembuhan Luka Bakar Pada Kelinci

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kulit

Kulit tersusunoleh banyak jaringan termasuk pembuluh darah, kelenjar lemak, kelenjar keringat, organ pembuluh perasa dan urat syaraf, jaringan pengikat otot polos dan lemak.Kulit manusia terdiri dari 3 lapisan yang berbeda, yaitu epidermis, dermis, dan jaringan subkutan yang berlemak.Permukaan kulit terdiri dari lapisan tanduk (stratum corneum) yang dapat terkelupas.Di bawah lapisan tanduk secara teratur ada lapisan rintangan (stratum lucidum), lapisan berbutir (stratum granulosum), lapisan sel duri (stratum spinosum), dan lapisan sel basal (stratum germanitivum).Fungsi epidermis adalah sebagai pelindung terhadap bakteri, iritasi kimia alergi, dan lain sebagainya.Pembuluh darah kapiler dan serabut-serabut saraf timbul dari jaringan lemak subkutan masuk ke dalam dermis dan sampai epidermis.Kelenjar keringat berada pada jaringan subkutan menghasilkan produknya dengan cara pembuluh keringat menemukan jalannya ke permukaan kulit. (Ansel, 1989).

Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7-3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5- 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ektoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari


(2)

mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat (Perdanakusuma, 2007).

Gambar 1.Struktur skematis kulit (Sumber: Yahya. 2008). 2.1.1 Epidermis

Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan tidak terdapat pembuluh darah.Terdiri dari epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel.Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak tangan dan kaki.Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit.Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu.

Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini tergantung letak, usia dan faktor lain. Merupakan satu lapis sel yang mengandung melanosit. Fungsi Epidermis: Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan sel Langerhans (Arisanty, 2013).


(3)

Menurut Arisanty (2013), Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam):

a. Stratum Korneum: terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.

b. Stratum Lusidum: biasanya terdapat pada kulit tebal telapak kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.

c. Stratum Granulosum: ditandai oleh 3-5 lapis sel poligonal gepeng yang intinya ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan granula keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin. Terdapat sel Langerhans.

d. Stratum Spinosum: terdapat berkas-berkas filamen yang dinamakan tonofibril, dianggap filamen-filamen tersebut memegang peranan penting untuk mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi. e. Stratum Basale (Stratum Germinativum): terdapat aktifitas mitosis yang

hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan.

2.1.2 Dermis

Merupakan bagian yang paling penting di kulit.Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan menghubungkannya dengan jaringan subkutis.Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm. Dermis terdiri dari dua lapisan:

a. Lapisan papiler: tipis mengandung jaringan ikat jarang. b. Lapisan retikuler: tebal terdiri dari jaringan ikat padat.


(4)

Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan bertambahnya usia. Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah.Dermis juga mengandung beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat.Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya derivat epidermis di dalam dermis. Fungsi dermis adalah sebagai struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi, menahan shearing forces dan respon inflamasi (Arisanty,2013).

2.1.3 Subkutis

Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan lemak.Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar dengan jaringan di bawahnya.Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu.Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi. Fungsi subkutis/hipodermis adalah sebagai pelekat ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber

2.1.4 Fisiologi kulit

Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai barier infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan metabolisme.Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari elektrolit, trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi mikroorganisme patogen.Sensasi telah diketahui merupakan salah satu fungsi kulit dalam merespon rangsang raba karena banyaknya akhiran saraf seperti pada daerah bibir, puting dan ujung jari.Kulit berperan pada pengaturan suhu dan


(5)

keseimbangan cairan elektrolit.Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus. Temperatur perifer mengalami proses keseimbangan melalui keringat, insensible loss dari kulit, paru-paru dan mukosa bukal. Temperatur kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit. Bila temperatur meningkat terjadi vasodilatasi pembuluh darah, kemudian tubuh akan mengurangi temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal kimia yang dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur yang menurun, pembuluh darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan panas (Arisanty,2013).

2.2 Luka Bakar

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi yang memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal sampai fase lanjut (Moenadjat, 2003).

Luka bakar dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan penyebab dan kerusakan jaringan, yaitu: berdasarkan penyebabnya, luka bakar dibedakan menjadi: luka bakar karena api, luka bakar karena air panas, luka bakar karena bahan kimia, luka bakar karena listrik dan petir, luka bakar karena radiasi.

Berdasarkan kedalaman kerusakan jaringan luka dibedakan atas beberapa jenis, yaitu: luka bakar derajat I, luka bakar derajat II, dan luka bakar derajat III. 1. Luka bakar derajat I

Kerusakan terbatas pada bagian superfisial epidermis.Kulit kering hiperemik, memberikan eflorosensi berupa eritema.Tidak dijumpai bula.Nyeri karena


(6)

ujung-ujung saraf sensori teriritasi.Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 5-10 hari.Contohnya adalah luka bakar akibat sengatan matahari (Moenadjat, 2003).

2. Luka bakar derajat II

Luka bakar derajat dua, yaitu mencapai kedalaman dermis tetapi masih ada elemen epitel sehat yang tersisa.Elemen epitel tersebut, misalnya epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan pangkal rambut.Dengan adanya sisa sel epitel ini, luka dapat sembuh sendiri dalam 2-3 minggu.Gejala yang timbul adalah nyeri, gelembung atau bula berisi cairan eksudat yang keluar dari pembuluh karena permeabilitas dindingnya meninggi (Sjamsuhidajat, 1997). 3. Luka bakar derajat III

Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan lapisan yang lebih dalam.Apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea mengalami kerusakan.Tidak dijumpai rasa nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik mengalami kerusakan (kematian). Penyembuhan terjadi lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan baik dari dasar luka, tepi luka, maupun apendises kulit (Moenadjat, 2003).

2.2.1 Proses Penyembuhan Luka Bakar

Proses penyembuhan luka bakar dibagi dalam tiga fase, yaitu: fase inflamasi, fase proliferasi, fase terminasi.

Fase inflamasi berlangsung sejak terjadinya luka.Pembuluh darah yang terputus pada luka menyebabkan pendarahan dan tubuh berusaha menghentikannya dengan vasokonstriksi, retraksi, dan reaksi hemostatis.Sel mast dalam jaringan ikat menghasilkan serotonin dan histamin yang meningkatkan


(7)

permeabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi cairan, pembentukan sel radang disertai vasodilatasi setempat menyebabkan pembengkakan (Sjamsuhidajat, 1997).

Fase profilerasi disebut juga fase fibroplasia karena yang menonjol adalah proses proliferasi fibroblas. Fase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai kira-kira akhir minggu ketiga (Sjamsuhidajat, 1997).

Fase terminasi terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan kembali jaringan yang berlebih dan pembentukan jaringan baru. Fase ini dapat berlangsung berbulan-bulan dan dinyatakan berakhir jika semua tanda radang hilang (Sjamsuhidajat, 1997).

2.2.2 Obat Yang dapat digunakan

Proses penyembuhan luka bakar dibutuhkan adanya suatu zat dalam obat yang dapat mempercepat regenerasi sel serta antibiotik topikal (Moenadjat, 2003). Obat-obatan yangdigunakan dalam pengobatan luka bakar sekarang ini sudah tersedia dalam bentuk sediaan topikal yaitu cream, salap, dan gel yang dijual dipasaran seperti:

Bioplacenton® :Mengandung placenta extract 10% dan neomycin sulfate 0,5%Farmakologi : Ekstrak placenta bekerja memicu pembentukan jaringan baru dan untuk wound healing, sedangkan neomycin untuk mencegah atau mengatasi infeksi bakteri gram negatif pada are luka (kalbemed.com).

Burnazine cream®: Mengandung silver sulfadiazine , Mebo salep® : Mengandung


(8)

dan lain-lain. Sedangkan tanaman obat tradisional yang juga sering digunakan dalam penyembuhan luka bakar antara lain: lidah buaya, tapak dara, minyak kelapa murni, gambir, dan lain-lain (Agoes, 2010).

2.3 Sediaan Yang Dapat Digunakan Sebagai Obat Luka Bakar

Salep, krim, sistem pemberian pemberian obat melalui kulit, lotio, larutan topikal dan tinktur menggambarkan bentuk sediaan dermatologi yang paling sering dipkai, tetapi bagaimanapun preparat lain seperti pasta, liniment, serbuk dan aerosol (juga bisa digunakan) (Ansel, 1989)

Bentuk sediaan setengah padat lain selain salep adalah gel, gel merupakan sistem semipadat yang terdiri dari suspensi partikel anorganik kecil atau molekul organik besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Sediaan dalam bentuk gel lebih banyak digunakan karena rasa dingin dikulit, mudah mengering membentuk lapisan film sehingga mudah dicuci (Suardi, dkk., 2008)

Absorpsi bahan dari luar kulit keposisi dibawah kulit tercakup masuk kedalam aliran darah, disebut sebagai absorpsi perkutan. Kulit merupakan perintang yang efektif terhadap penetrasi perkutan dan senyawa eksternal. Pada umumnya, absorpsi perkutan dari bahan obat ada pada preparat dermatologi seperti cairan, gel, salep, krim atau pastatidak hanya tergantung pada sifat kimia dan fisika dari bahan obat saja, tapi juga padasifat apabila dimasukkan kedalam pembawa farmasetika dan pada kondisi dari kulit. Pada pemakaian obat secara topikal, obat berdifusi dalam pembawanya dan kontak dengan permukaan kulit (stratum korneum dan sebum) serta obat selanjutnya menembus epidermis (Ansel,1989).


(9)

2.4 Metode Pengukuran Diameter Luka Bakar

Sesaat setelah induksi luka bakar, diameter luka awal diukur dan diberi perlakuan sesuai kelompok masing-masing sekali sehari. Kelompok I dibiarkan tanpa perlakuan, kelompok II diberi Bioplacenton® 0,1 gr dan kelompok III, IV, V, VI diberi 0,1 grsediaan gel minyak kelapa murni hasil hidrolisis bahan uji sesuai kelompoknya, dioleskan merata pada bagian luka bakar dengan cottonbud. Pemberian semua perlakuan topikal dilakukan setiap hari sampai luka sembuh, yang dinyatakan jika diameter luka nol.

Luka bakar yang terbentuk diukur menggunakan jangka sorong, dengan cara mengukur diameter luka bakar seperti pada Gambar 3.1.


(10)

dx(1)

dx(2)

dx(3) dx(4)

Gambar 3.1 Cara mengukur diameter luka bakar

kemudian dihitung diameter luka bakar setiap hari sampai sembuh (diameter = 0)dihitung dengan rumus (Suratman, dkk., 1996) sebagai berikut:

4 d d d d

dx= 1 + 2 + 3 + 4

Dimana: dx = diameter luka hari ke-x d1 = diameter 1 (cm)

d2 = diameter 2 (cm) d3 = diameter 3 (cm) d4 = diameter 4 (cm)

2.5 Sifat Antibakteri Minyak Kelapa Murni

Minyak kelapa juga bersifat antimikroba dan antivirus.Sifat antimikroba dari minyak kelapa terutama tergantung pada adanya monogliserida, dan asam lemak bebas.Monogliserida aktif sebagai antimikroba tetapi digliserida dan trigliserida tidak.Asam lemak yang paling aktif adalah asam laurat. Asam laurat akan diubah menjadi senyawa monogliserida yang disebut mono-laurin. Senyawa ini merupakan bahan dalam sistem kekebalan tubuh. Senyawa ini berfungsi menghancurkan bibit penyakit yang pada umumnya memiliki dinding sel yang terbuat dari lipid dan merusak DNA dan RNA dari virus yang dilapisi oleh lipida. Oleh karena itu mono-laurin mampu menghambat virus HIV, herpes, influenza. Sistem kekebalan tubuh dapat dengan mudah menghancurkan mikroba-mikroba


(11)

dengan bantuan mono-laurin tersebut. Selain itu, beberapa penelitian juga telah memperlihatkan efek antimikrobial dari asam laurat itu sendiri tanpa diubah menjadi mono-laurin (Sutarmi, 2005; Darmoyuwono, 2006; Lieberman, et al., 2006).

Minyak kelapa murni hasil hidrolisis mampu meningkatkan aktivitas antibakteri dibandingkan minyak kelapa tanpa hidrolisis.Semakin tinggi tingkat hidrolisis minyak kelapa murni maka semakin besar daya hambatnya terhadap bakteri patogen daripada bakteri probiotik (Permata, 2012; Hasibuan, 2012). 2.6 Minyak Kelapa Murni sebagai Obat Luka Bakar

Penyembuhan luka bakar meliputi pembentukan jaringan baru, mencegah infeksi serta mengurangi inflamasi. Minyak kelapa murni memiliki sifat antimikroba dari minyak kelapa tergantung pada adanya monogliserida dan asam lemak bebas.MCFA (Medium Chain Fatty Acid) yang merupakan salah satu kandungan dari minyak kelapa yang meningkatkan metabolisme, sehingga sel-sel akan bekerja lebih efisien membentuk sel-sel baru serta mengganti sel yang rusak dengan lebih cepat. Serta memiliki kandungan fitosterol untuk mengurangi inflamasi.Minyak kelapa murni efektif dan aman bila digunakan sebagai pelembab, dengan tidak adanya efek samping.Dalam beberapa hal dapat memperbaiki kulit yang rusak atau yang sakit.MCFA dengan cepat memberi sumber energi pada sel-sel, yang membantu meningkatkan metabolik dan kemampuan penyembuhannya.Oleh karena itu minyak kelapa murni dapat

memperpendek waktu sembuh luka bakar (Hutagalung, 2012; Srivastava, dkk; 2008).


(12)

Minyak kelapa hasil hidrolisis meningkatkan kandungan asam lemak bebas dan menghasilkan monogliserida yang aktif sebagai antimikroba. Semakin tinggi tingkat hidrolisis minyak kelapa murni maka semakin besar daya hambatnya terhadap bakteri patogen dibandingkan bakteri probiotik (Permata, 2012; Hasibuan 2012).

2.7Minyak Kelapa Murni

Pohon kelapa telah mendampingi kehidupan bangsa Indonesia sejak jaman nenek moyang ribuan tahun yang lalu. Pohon kelapa adalah pohon yang memiliki daya guna yang sangat tinggi. Pohon kelapa termasuk keluarga Palmae merupakan tanaman tropis yang penyebarannya di pantai (habitat asli).Namun dalam pengembangan budidaya,akhirnya pohon kelapa dapat ditemui sampai di pegunungan.Semua bagian pohon kelapa memberikan manfaat bagi kehidupan sehari-hari, termasuk buah kelapa yang digunakan sebagai minyak makan atau santan dalam sayur-sayuran. Namun, saat ini telah ditemukan sebagai obat. Minyak kelapa yang dijadikan sebagai obat biasanya disebut minyak kelapa murni (virgin coconut oil/VCO) (Sutarmi, 2005).

Buah kelapa berbentuk bulat lonjong dengan ukuran bervariasi, tergantung pada keadaan tanah, iklim, dan varietasnya. Warna luar kelapa juga bervariasi, mulai dari kuning sampai hijau muda, dan setelah masak berubah menjadi cokelat.Adapun struktur buah kelapa terdiri dari sabut (35%), daging buah (28%), air kelapa (15%), tempurung (12%), serta beberapa bagian lainnya. Hampir semua bagian kelapa tersebut bisa dimanfaatkan, tetapi daging buah merupakan bagian yang paling banyak dimanfaatkan untuk bahan makanan dan bahan baku industri (Setiaji dan Surip, 2002).


(13)

Minyak kelapa murni (Virgin Coconut Oil, VCO) merupakan salah satu hasil olahan dari buah kelapa (Cocos nucifera) yang tidak mengalami perubahan kimiawi. Agar tidak mengalami proses perubahan kimiawi, maka ekstraksi minyak kelapa tersebut dilakukan dengan proses dingin. Misalnya, secara fermentasi, pancingan, sentrifugasi, pemanasan tidak lebih dari 60 °C, pengeringan parutan kelapa secara cepat, dan lain-lain (Sutarmi, 2005; Darmoyuwono, 2006). Pada Tabel 2.1 dapat dilihat standar mutu VCO untuk beberapa karakteristik berdasarkan SNI (7381:2008).

Tabel 2.1 Standar mutu (Virgin Coconut Oil, VCO)

N Jenis uji Satuan Persyaratan

1

2 3 4 5

6

Keadaan: 1.1 Bau 1.2 Rasa 1.3 Warna

Air dan senyawa menguap Bilangan penyabunan Bilangan iod

Asam lemak bebas (dihitung sebagai asam laurat)

Asam lemak:

%

Mg KOH/g minyak G iod/100 gram

%

khas kelapa segar,tidak tengik normal,khas minyak

kelapa tidak berwarna hingga

pucat

Maks 0,2 250,07-260,67 4,1-11,0 Maks 0,2


(14)

6.1 Asam kaproat (C6:0) 6.2 Asam kaprilat (C8:0) 6.3 Asam kaprat (C10:0) 6.4 Asam laurat (C12:0)

6.5 Asam miristat (C14:0) 6.6 Asam

palmitat(C1 6:0)

6.7 Asam stearat (C18) 6.8 Asam oleat (C18:1) 6.9 Asam linoleat

(C18:2) 6.10 Asam linolenat

(C18:3) % % % % % % % % % % ND-0,7 4,6-10,0 5,0-8,0 45,1-53,2 16,8-21 7,5-10,2 2,0-4,0 5,0-10,0 1,0-2,5 ND-0,2

Sumber: SNI, 2008

VCO dapat diperoleh dari daging buah kelapa segar. VCO terbuat dari kelapa tua yang masih segar. Proses pengolahannya tidak menggunakan bahan kimia dan pemanasan tinggi. Pada umumnya pembuatan VCO dibedakan atas cara kering dan cara basah. Pada cara kering, daging buah diekstrak tanpa penambahan air, sedangkan cara basah, parutan daging buah kelapa diekstrak dengan penambahan air untuk mendapatkan santan kemudian diolah menjadi VCO (Syah, 2005).


(15)

Minyak kelapa murni disebut juga sebagai obat segala penyakit. Hal ini karena minyak kelapa murni dapat mengatasi berbagai macam penyakit akibat virus, mikroba, protozoa, jamur dan cacing. Selain itu, juga terdapat manfaat-manfaat yang lain seperti sebagai sumber energi tubuh dan kebugaran, sebagai bahan kecantikan dan lain-lain (Darmoyuwono, (2006).

2.7.1 Komposisi Minyak Kelapa Murni

Komponen minyak kelapa terdiri dari asam lemak jenuh (90%) dan minyak tak jenuh (10%).Asam lemak jenuh VCO didominasi oleh asam laurat VCO mengandung ± 53% asam laurat dan sekitar 7% asam kaprilat.Keduanya merupakan asam lemak rantai sedang yang biasa disebut Medium Chain Fatty Acid (MCFA).MCFA merupakan komponen asam lemak berantai sedang yang memiliki banyak fungsi, antara lain mampu merangsang produksi insulin sehingga proses metabolisme glukosa dapat berjalan normal. Selain itu, MCFA juga bermanfaat dalam mengubah protein menjadi sumber energi.Asam laurat dan asam lemak jenuh berantai pendek, seperti asam kaprat, kaprilat dan miristat yang terkandung dalam minyak kelapa murni dapat berperan positif dalam proses pembakaran nutrisi makanan menjadi energi. Fungsi lain zat ini, antara lain sebagai antivirus, antibakteri dan antiprotozoa(Sutarmi, 2005).Komposisi asam lemak minyak kelapa murni dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Murni

Asam Lemak Simbol asam lemak

Rumus Kimia

Jumlah( % )


(16)

Asam Lemak Jenuh: Asam kaproat Asam kaprilat Asam kaprat Asam laurat Asam miristat Asam palmitat Asam stearat Asam arachidat

C6 : 0 C8 : 0 C10 : 0 C12 : 0 C14 : 0 C16 : 0 C18 : 0 C20 : 0

C5 H11 COOH C7 H15 COOH C9 H19 COOH C11 H23COOH C13H27 COOH C15 H31 COOH C17 H35 COOH C19 H39 COOH

0,2 6,1 8,6 50,5 16,18 7,5 1,5 0,02 Asam Lemak Tak Jenuh:

Asam palmitoleat Asam oleat Asam linoleat

C16 : 1 (9) C18 : 1 (9) C18 : 2 (9,12)

C15 H29 COOH C17 H33 COOH C17 H31 COOH

0,2 6,5 2,7 Sumber: Syah, 2005

Lemak merupakan senyawa kimia yang tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik yang padat pada suhu kamar. Sedangkan Minyak merupakan suatu lipid yang cair pada suhu kamar. Asam lemak terdiri dari elemen karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O) yang tersusun berupa rantai karbon dengan gugus karboksil (-COOH) pada salah satu ujungnya. Gliserol adalah alkohol trihidrat (mengandung tiga gugus hidroksil, atau -OH) yang dapat bergabung dengan sampai tiga asam lemak sehinnga membantuk monogliserida, digliserida dan trigliserida.Asam lemak dapat bergabung dengan ketiga gugus hidroksil sehingga menghasilkan berbagai macam senyawa kimia. Monogliserida, digliserida dan trigliserida digolongkan sebagai senyawa ester yaitu senyawa yang


(17)

terbentuk dari reaksi antara asam dan alkohol yang melepaskan air (H2O) sebagai hasil samping (Darmoyuwono, 2006; Gani, dkk., 2006).

Trigliserida adalah komponen utama minyak nabati dan lemak hewan, trigliserida memiliki berat jenis lebih rendah dibandingkan air dan pada suhu kamar normal dapat berada dalam keadaan padat atau cair.Apabila padat maka disebut lemak atau mentega, sedangkan apabila cair disebut minyak.Trigliserida juga disebut triasilgliserol (TAG), yaitu senyawa kimia yang terbentuk dari satu molekul gliserol dan tiga molekul asam lemak(Darmoyuwono, 2006).

Sifat dan daya tahan minyak terhadap kerusakan sangat bergantung pada komponen penyusunnya, terutama kandungan asam lemak.Minyak kelapa murni mengandung sekitar 90% asam lemak jenuh sehingga cenderung lebih mudah mengalami ketengikan (Ketaren, 2005).

2.8 Hidrolisis Lemak dengan Alkali

Lemak yang dihidrolisis dengan alkali seperti NaOH dan KOH akan menghasilkan gliserol dan sabun yang reaksinya dapat dilihat pada Gambar 2.1. Jumlah NaOH dan KOH yang digunakan untuk menghidrolisis lemak disebut dengan bilangan penyabunan.

OCR''' "RCO

OCR' O

O

O

+ 3 NaOH

OH HO

OH

+

R'COO- Na+

R''COO- Na+

R'''COO- Na+

Gambar 2.1. Persamaan reaksi hidrolisis menggunakan NaOH (Penyabunan) Bilangan penyabunan adalah jumlah miligram KOH yang diperlukan untuk menyabunkan (menghidrolisis) satu gram minyak. Apabila sejumlah gram minyak disabunkan dengan larutan NaOH atau KOH berlebih maka NaOH akan


(18)

bereaksi dengan trigliserida, yaitu tiga molekul NaOH bereaksi dengan satu molekul minyak. Larutan alkali yang berlebih ditentukan dengan titrasi menggunakan asam sehingga jumlah alkali yang turut bereaksi dapat diketahui (Ketaren, 2005).

Menurut Ketaren (2005), bilangan penyabunan dapat ditetapkan dengan jalan mengurangkan jumlah miliequivalen larutan alkali yang dipergunakan dikalikan dengan berat molekul dari larutan alkali tersebut dibagi dengan berat gram minyak. Maka bilangan penyabunan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Bilangan Penyabunan=(������������)− (����������)

���� ������ ������� Bilangan penyabunan yang tinggi menunjukkan bahwa minyak tersebut memiliki berat molekul yang rendah.Bilangan peroksida yang rendah menunjukkan VCO mempunyai stabilitas oksidasi yang tinggi.Bilangan iod yang rendah menunjukkan bahwa VCO mempunyai asam lemak tak jenuh dalam jumlah yang rendah (Ketaren, 2005; Marina, 2009).

2.9 Penentuan Bilangan Asam

Asam lemak bebas merupakan salah satu standar mutu VCO dinyatakan sebagai persen asam lemak. Berdasarkan SNI 7381:2008, asam lemak bebas (dihitung sebagai asam laurat) maksimum adalah 0,2 %. Prinsip kerja penentuan asam lemak bebas adalah pelarutan contoh minyak/lemak dalam pelarut organik tertentu (alkohol 95% netral) dilanjutkan dengan titrasi menggunakan basa NaOH atau KOH. Bilangan asam adalah ukuran dari jumlah asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak, serta kadar asam dihitung berdasarkan berat molekul


(19)

dari asam lemak atau campuran asam lemak. Bilangan asam dapat dihitung pada rumus di bawah ini:

������������ =����������������

����������

Bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah miligram KOH yang digunakan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak atau lemak (Ketaren, 2005).


(1)

6.1 Asam kaproat (C6:0) 6.2 Asam kaprilat (C8:0) 6.3 Asam kaprat (C10:0) 6.4 Asam laurat (C12:0)

6.5 Asam miristat (C14:0) 6.6 Asam

palmitat(C1 6:0)

6.7 Asam stearat (C18) 6.8 Asam oleat (C18:1) 6.9 Asam linoleat

(C18:2) 6.10 Asam linolenat

(C18:3)

% % % % %

%

% % %

%

ND-0,7 4,6-10,0 5,0-8,0 45,1-53,2

16,8-21

7,5-10,2

2,0-4,0 5,0-10,0

1,0-2,5

ND-0,2

Sumber: SNI, 2008

VCO dapat diperoleh dari daging buah kelapa segar. VCO terbuat dari kelapa tua yang masih segar. Proses pengolahannya tidak menggunakan bahan kimia dan pemanasan tinggi. Pada umumnya pembuatan VCO dibedakan atas cara kering dan cara basah. Pada cara kering, daging buah diekstrak tanpa penambahan air, sedangkan cara basah, parutan daging buah kelapa diekstrak dengan penambahan air untuk mendapatkan santan kemudian diolah menjadi VCO (Syah, 2005).


(2)

Minyak kelapa murni disebut juga sebagai obat segala penyakit. Hal ini karena minyak kelapa murni dapat mengatasi berbagai macam penyakit akibat virus, mikroba, protozoa, jamur dan cacing. Selain itu, juga terdapat manfaat-manfaat yang lain seperti sebagai sumber energi tubuh dan kebugaran, sebagai bahan kecantikan dan lain-lain (Darmoyuwono, (2006).

2.7.1 Komposisi Minyak Kelapa Murni

Komponen minyak kelapa terdiri dari asam lemak jenuh (90%) dan minyak tak jenuh (10%).Asam lemak jenuh VCO didominasi oleh asam laurat VCO mengandung ± 53% asam laurat dan sekitar 7% asam kaprilat.Keduanya merupakan asam lemak rantai sedang yang biasa disebut Medium Chain Fatty

Acid (MCFA).MCFA merupakan komponen asam lemak berantai sedang yang

memiliki banyak fungsi, antara lain mampu merangsang produksi insulin sehingga proses metabolisme glukosa dapat berjalan normal. Selain itu, MCFA juga bermanfaat dalam mengubah protein menjadi sumber energi.Asam laurat dan asam lemak jenuh berantai pendek, seperti asam kaprat, kaprilat dan miristat yang terkandung dalam minyak kelapa murni dapat berperan positif dalam proses pembakaran nutrisi makanan menjadi energi. Fungsi lain zat ini, antara lain sebagai antivirus, antibakteri dan antiprotozoa(Sutarmi, 2005).Komposisi asam lemak minyak kelapa murni dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Murni

Asam Lemak Simbol

asam lemak

Rumus Kimia

Jumlah( % )


(3)

Asam Lemak Jenuh: Asam kaproat Asam kaprilat Asam kaprat Asam laurat Asam miristat Asam palmitat Asam stearat Asam arachidat

C6 : 0 C8 : 0 C10 : 0 C12 : 0 C14 : 0 C16 : 0 C18 : 0 C20 : 0

C5 H11 COOH C7 H15 COOH C9 H19 COOH C11 H23COOH C13H27 COOH C15 H31 COOH C17 H35 COOH C19 H39 COOH

0,2 6,1 8,6 50,5 16,18 7,5 1,5 0,02 Asam Lemak Tak Jenuh:

Asam palmitoleat Asam oleat Asam linoleat

C16 : 1 (9) C18 : 1 (9) C18 : 2 (9,12)

C15 H29 COOH C17 H33 COOH C17 H31 COOH

0,2 6,5 2,7 Sumber: Syah, 2005

Lemak merupakan senyawa kimia yang tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik yang padat pada suhu kamar. Sedangkan Minyak merupakan suatu lipid yang cair pada suhu kamar. Asam lemak terdiri dari elemen karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O) yang tersusun berupa rantai karbon dengan gugus karboksil (-COOH) pada salah satu ujungnya. Gliserol adalah alkohol trihidrat (mengandung tiga gugus hidroksil, atau -OH) yang dapat bergabung dengan sampai tiga asam lemak sehinnga membantuk monogliserida, digliserida dan trigliserida.Asam lemak dapat bergabung dengan ketiga gugus hidroksil sehingga menghasilkan berbagai macam senyawa kimia. Monogliserida, digliserida dan trigliserida digolongkan sebagai senyawa ester yaitu senyawa yang


(4)

terbentuk dari reaksi antara asam dan alkohol yang melepaskan air (H2O) sebagai hasil samping (Darmoyuwono, 2006; Gani, dkk., 2006).

Trigliserida adalah komponen utama minyak nabati dan lemak hewan, trigliserida memiliki berat jenis lebih rendah dibandingkan air dan pada suhu kamar normal dapat berada dalam keadaan padat atau cair.Apabila padat maka disebut lemak atau mentega, sedangkan apabila cair disebut minyak.Trigliserida juga disebut triasilgliserol (TAG), yaitu senyawa kimia yang terbentuk dari satu molekul gliserol dan tiga molekul asam lemak(Darmoyuwono, 2006).

Sifat dan daya tahan minyak terhadap kerusakan sangat bergantung pada komponen penyusunnya, terutama kandungan asam lemak.Minyak kelapa murni mengandung sekitar 90% asam lemak jenuh sehingga cenderung lebih mudah mengalami ketengikan (Ketaren, 2005).

2.8 Hidrolisis Lemak dengan Alkali

Lemak yang dihidrolisis dengan alkali seperti NaOH dan KOH akan menghasilkan gliserol dan sabun yang reaksinya dapat dilihat pada Gambar 2.1. Jumlah NaOH dan KOH yang digunakan untuk menghidrolisis lemak disebut dengan bilangan penyabunan.

OCR''' "RCO

OCR' O

O

O

+ 3 NaOH

OH HO

OH

+

R'COO- Na+

R''COO- Na+

R'''COO- Na+

Gambar 2.1. Persamaan reaksi hidrolisis menggunakan NaOH (Penyabunan) Bilangan penyabunan adalah jumlah miligram KOH yang diperlukan untuk menyabunkan (menghidrolisis) satu gram minyak. Apabila sejumlah gram


(5)

bereaksi dengan trigliserida, yaitu tiga molekul NaOH bereaksi dengan satu molekul minyak. Larutan alkali yang berlebih ditentukan dengan titrasi menggunakan asam sehingga jumlah alkali yang turut bereaksi dapat diketahui (Ketaren, 2005).

Menurut Ketaren (2005), bilangan penyabunan dapat ditetapkan dengan jalan mengurangkan jumlah miliequivalen larutan alkali yang dipergunakan dikalikan dengan berat molekul dari larutan alkali tersebut dibagi dengan berat gram minyak. Maka bilangan penyabunan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Bilangan Penyabunan=(������������)− (����������)

���� ������ �������

Bilangan penyabunan yang tinggi menunjukkan bahwa minyak tersebut memiliki berat molekul yang rendah.Bilangan peroksida yang rendah menunjukkan VCO mempunyai stabilitas oksidasi yang tinggi.Bilangan iod yang rendah menunjukkan bahwa VCO mempunyai asam lemak tak jenuh dalam jumlah yang rendah (Ketaren, 2005; Marina, 2009).

2.9 Penentuan Bilangan Asam

Asam lemak bebas merupakan salah satu standar mutu VCO dinyatakan sebagai persen asam lemak. Berdasarkan SNI 7381:2008, asam lemak bebas (dihitung sebagai asam laurat) maksimum adalah 0,2 %. Prinsip kerja penentuan asam lemak bebas adalah pelarutan contoh minyak/lemak dalam pelarut organik tertentu (alkohol 95% netral) dilanjutkan dengan titrasi menggunakan basa NaOH atau KOH. Bilangan asam adalah ukuran dari jumlah asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak, serta kadar asam dihitung berdasarkan berat molekul


(6)

dari asam lemak atau campuran asam lemak. Bilangan asam dapat dihitung pada rumus di bawah ini:

������������ =����������������

����������

Bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah miligram KOH yang digunakan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak atau lemak (Ketaren, 2005).