Analisis Pengaruh Komitmen Pimpinan Mengimplementasikan Total Quality Management Dalam Peningkatan Kinerja Perusahaan
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Total Quality Management (TQM) merupakan filosofi dan praktik manajemen
terbaik yang dapat membantu para manajer dalam mengelola organisasi perusahaan
agar efektivitas operasi dan kinerja perusahaan lebih meningkat. Karena itu, tingkat
kesadaran terhadap Total Quality Management (TQM) telah meningkat dan tumbuh
menjadi bidang penelitian yang well-established. Meningkatnya kompetisi global yang
didukung oleh regulasi yang pro bisnis, telah memotivasi setiap organisasi perusahaan
untuk mengadopsi Total Quality Management (TQM) sebagai strategi dalam memenuhi
persyaratan pelanggan. TQM telah dipandang sebagai filosofi manajemen dalam
mencapai keunggulan perusahaan dalam semua aspek bisnis melalui perbaikan secara
terus menerus pada organisasi secara luas. Karena itu, TQM diyakini memberikan
kontribusi terhadap daya saing dan kinerja organisasi (Chase et al., 2005).
Beberapa hasil penelitian menunjukan, banyak perusahaan mengalami masalah
dalam pengembangan TQM dan masalah yang teridentifikasi bahwa perubahan budaya
organisasi menjadi penghalang utama penerapan TQM, antara lain lemahnya hubungan
kerja sama pada tingkat fungsional (Plowman, 1990). Untuk itu dapat diduga penerapan
TQM akan mengalami masalah apabila tidak di dukung komitmen dari pimpinan serta
dapat dilaksanakan seluruh anggota untuk perubahan dan perbaikan
berkelanjutan.
secara
PT.Perkebunan Nusantara III telah memperoleh sertifikat Indonesian Industries
Standard Certificate (IIS), International Quality Certificate ISO 9001:2000 dan
14001:1996, serta pabrik pengolahan sawit khususnya PKS Rambutan PTPN III telah
tersertifikasi dan menghasilkan produksi CPO tingkat tracebility serta melaksanakan
implementasi Total Quality Management (TQM).
Total Quality Management (TQM) merupakan filosofi dan praktik manajemen
terbaik (best management practices) yang dapat membantu pengelolaan organisasi agar
lebih efektif dalam upaya peningkatan mutu dan kinerja perusahaan. Karena itu, TQM
juga dianggap sebagai salah satu kunci sukses dalam upaya memasuki pasar global bagi
perusahaan bisnis di era global. ISO 9000 merupakan suatu kumpulan standar
manajemen mutu dan standar proses, bukan standar produk. ISO 9000 merupakan
fondasi dari TQM, atau sebuah kerangka kerja dimana TQM bisa dikembangkan.
Karena itu, manfaat yang bisa didapatkan setiap perusahaan dengan mengadopsi ISO
9000 adalah sebagai mekanisme kontrol untuk membantu kesuksesan transisi dari ISO
9000 ke praktik TQM yang lebih baik. Keduanya dapat diadopsi secara parsial maupun
secara simultan, karena baik TQM maupun ISO 9000 dapat berjalan sendiri-sendiri atau
dapat juga saling melengkapi dalam mendorong usaha pencapaian kinerja bisnis yang
lebih baik.
PKS Rambutan mengolah bahan baku tandan buah segar (TBS) kelapa sawit
dari kebun seinduk (PTPN III) untuk menghasilkan crude palm oil (CPO) dan inti sawit
(Kernel). Pencapaian kinerja perusahaan selama 4 (empat) tahun terakhir mulai tahun
2010 sampai dengan 2013 pada perolehan produksi minyak sawit (CPO) dengan tren
penurunan dan perolehan produksi inti sawit (Kernal) dengan tren penurunan, seperti
ditunjukkan pada Gambar 1.1.
(Sumber: Data PKS.Rambutan)
Gambar 1.1. Data Produksi CPO dan Kernel PKS Rambutan
Pada Gambar 1.1 memperlihatkan perolehan produksi hasil pengolahan pabrik
kelapa sawit (PKS) Rambutan dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 mengalami
penurunan antara lain: produksi minyak sawit (CPO) sebesar 5.189.640 Kg atau 9,93%
sedangkan produksi Inti sawit (Kernel) selisih lebih sebesar 143.812 Kg atau 1,45%, hal
tersebut tidak menggambarkan perbaikan berkelanjutan (contiunius improvement) yang
seharusnya untuk perusahaan yang telah implementasi Total Quality Management
(TQM) perolehan produksi minyak (CPO) dan inti sawit (Kernel) menunjukan
peningkatan secara garis lurus.
Perolehan produksi minyak sawit dan inti sawit harus diimbangi dengan mutu
hasil proses pengolahan, dimana rata-rata mutu minyak sawit (CPO) sampai dengan
bulan oktober 2014, seperti ditunjukkan pada Gambar 1.2.
(Sumber: Data PKS.Rambutan)
Gambar 1.2. Data Mutu Produksi Minyak Sawit (CPO)
Pada Gambar 1.2 menunjukkan mutu produksi minyak sawit (CPO) masih
berfruktuatif yaitu asam lemak bebas (ALB) 2,51% hingga 3,62% (Norma 3,5%)
sedangkan kandungan air
0,10% hingga 0,20% (Norma 0,15%)
produksi inti sawit (kernel), seperti ditunjukkan pada Gambar 1.3.
sedangkan mutu
(Sumber: Data PKS.Rambutan)
Gambar 1.3. Data Mutu Produksi Inti Sawit (Kernel)
Pada Gambar 1.3 menunjukkan mutu produksi inti sawit (kernel) yaitu
kandungan kotoran 5,52% hingga 6,79% (Norma 6%) sedangkan kandungan air 5,36%
hingga 8,40% (Norma 7%) sehingga memerlukan komitmen bersama antara pimpinan
dan karyawan dalam mengawasi dan melaksanakan sistem operasional prosedur (SOP)
sesuai ketentuan sehingga tidak menimbulkan peningkatan biaya pada proses ulang atau
proses blending dengan mutu minyak sawit yang lebih baik untuk menghindari klaim
mutu dari pihak pemasok atau eksternal.
Pelaksanakan perbaikan/pemeliharaan peralatan permesinan di pabrik kelapa
sawit (PKS) Rambutan mengacu pada prosedur kerja (PK) dan instruksi kerja (IK)
PTPN3. Untuk pekerjaan corrective maintenance mengacu pada PK 3.02.02 tentang
Pelaksanaan Pekerjaan Bidang Teknik, dimana setiap pelaksanaan breakdown
maintenance harus mengacu pada Work Order yang diminta oleh pengguna alat. Untuk
pekerjaan preventive mengacu pada IK 3.02-01/03 tentang pemeliharaan/perawatan
mesin & Instalasi PKS. Sedangkan untuk pekerjaan Predictive Maintenance mengacu
pada PK 3.02-03 mengenai Monitoring Utilitas, Instalasi Proses dan Pekerjaan Bidang
Teknik. Namun demikian, dalam pelaksanaan pemeliharaan di PKS Rambutan lebih
sering dengan cara Breakdown Maintenance yaitu pemeliharaan yang dilakukan setelah
terjadi kerusakan. Sistem ini belum dapat memberikan data yang akurat tentang kapan
suatu mesin atau komponen akan mengalami kerusakan.
Biaya pemeliharaan peralatan dan permesinan pabrik (eksploitasi) dan biaya
penggantian permesinan (investasi) yang dikeluarkan perusahaan dalam pelaksanaan
perbaikan berkelanjutan mengalami peningkatan secara bersamaan yang seharusnya
dengan pelaksanaan preventif maintenance sesuai schedule dan life time peralatan akan
meminimalkan terjadinya breakdown maintenance sehingga biaya perbaikan dan
pemeliharaan dapat diperhitungkan dalam perencanaan biaya investasi dan eksploitasi.
Pada Gambar 1.4 menunjukkan kenaikan biaya investasi tidak mengurangi biaya
eksploitasi dalam melaksanakan pemeliharaan peralatan/permesinan pabrik stasiun
proses/lantai kerja pabrik pada stasiun clarifikasi dan stasiun pengutipan inti diuraikan
pada Tabel 1.1 dan 1.2.
(Sumber : Data PKS Rambutan)
Gambar 1.4. Biaya Investasi dan Eksploitasi Pabrik
Pada Tabel 1.1. menjelaskan kenaikkan biaya eksploitasi pada tiap lantai kerja
atau stasiun proses dipabrik dari tahun 2010-2014 mengalami peningkatan terutama
stasiun pressan, stasiun clarifikasi dan stasiun pengutipan inti.
Tabel 1.1. Biaya Eksploitasi Peralatan Pabrik
No
1
Uraian
2010
202.728.570
Stasiun Penerimaan
TBS
442.983.166
2
Stasiun Rebusan
435.155.766
3
Stasiun Hoisting
Crane
751.532.239
4
Stasiun Pressan
824.497.674
5
Stasiun Clarifikasi
54.686.712
6
Stasiun Empty
Bunch Hopper
19.938.395
7
Stasiun Tangki
Penimbunan Minyak
295.474.027
8
Stasiun
Depericarper
646.392.421
9
Stasiun Pengutipan
Inti
100.896.013
10 Stasiun Fat fit
68.108.540
11 Stasiun Instalasi
Listrik
3.842.393.723
Jumlah
Sumber: Olah data PKS Rambutan
2012
2013
2014
221.474.455
2011
184.047.383
156.443.561
199.640.236
652.957.136
364.052.180
516.651.509
347.379.583
384.139.767
189.425.631
491.307.466
257.906.834
680.090.395
618.982.472
44.658.189
750.728.635
881.578.479
70.776.406
646.531.199
446.254.955
55.495.746
766.432.967
828.662.559
55.501.600
22.555.592
58.848.661
38.010.308
31.654.041
87.609.815
209.714.830
169.803.240
286.237.073
738.154.222
434.781.066
331.977.069
515.556.429
87.799.282
104.451.723
79.114.165
80.559.627
70.780.875
76.207.809
48.309.846
59.664.779
3.622.785.461
3.614.220.344
2.565.070.160
3.540.873.830
Pada Tabel 1.2. menjelaskan biaya investasi pada tiap lantai kerja atau stasiun
proses dipabrik dari tahun 2010-2014 digunakan untuk pergantian mesin-mesin baru
terutama stasiun rebusan, stasiun hoisting crane, stasiun klarifikasi dan stasiun
pengutipan inti.
Tabel 1.2. Biaya Investasi Peralatan Pabrik
No
1
Uraian
2010
34.500.000
Stasiun Penerimaan
TBS
599.180.700
2
Stasiun Rebusan
27.812.500
3
Stasiun Hoisting Crane
633.434.983
4
Stasiun Pressan
1.118.969.150
5
Stasiun Clarifikasi
13.437.500
6
Stasiun Empty Bunch
Hopper
268.600.000
7
Stasiun Tangki
Penimbunan Minyak
1.241.534.660
8
Stasiun Depericarper
85.000.000
9
Stasiun Pengutipan Inti
10 Stasiun Fat fit
2.064.449.984
11 Stasiun Power Plant
46.409.000
12 Stasiun Boiler
13 Stasiun Instalasi Listrik
14 Stasiun Instalasi Air
6.133.237.477
Jumlah
Sumber: Olah data PKS Rambutan
2011
2012
2013
2014
-
112.092.500
68.475.000
-
2.591.132.410
1.316.870.100
1.827.189.550
172.149.350
845.310.700
21.100.320
265.900.000
146.315.000
-
1.258.703.421
1.044.503.550
495.630.000
9.500.000
-
1.033.106.490
1.260.743.485
712.554.494
269.037.930
190.300.000
-
-
-
266.942.500
37.709.640
1.498.989.683
100.774.300
1.802.477.280
816.175.000
10.620.709.813
621.300.270
265.003.500
419.827.800
964.312.940
310.965.400
152.292.200
4.124.420.630
99.140.000
773.610.270
815.707.200
4.565.269.441
12.852.000
1.054.227.710
73.050.000
205.330.750
770.241.036
179.154.740
652.039.772
6.222.338.407
Penelitian ini menggunakan komitmen pimpinan sebagai komitmen manajer dan
manajemen lini (asisten manajer) dalam pencapaian kinerja perusahan, ketaatan akan
peraturan dan prosedur kerja sehingga kualitas dan kuantitas produksi pabrik kelapa
sawit (PKS) mengalami perbaikan sistem kualitas dan peningkatan produksi serta
seberapa besar penerapan total quality management (TQM) mampu mengukur
efektifitas manajemen dalam bidang produksi, maintenace personalia dan lingkungan
eksternal/internal secara keseluruhan.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang terlihat bahwa pelaksanaan TQM belum berjalan
secara optimal sehingga perlu dilakukan penelitian dimana dapat dirumuskan masalah:
“ Seberapa besar komitmen pimpinan (manajer) mengimplementasikan pilar
total quality management (TQM) sehingga
meningkatkan kinerja PKS Rambutan,
PTPN III (persero)”.
Sehubungan dengan masalah diatas maka beberapa pertanyaan yang perlu
ditemukan jawabannya ialah:
1.
Seberapa besar hubungan antara komitmen pimpinan, implementasi pilar
TQM dan kualitas produk terhadap kinerja perusahaan?
2.
Seberapa besar hubungan antara komitmen pimpinan terhadap implementasi
pilar TQM?
3.
Seberapa besar hubungan antara komitmen pimpinan dan implementasi pilar
TQM terhadap kualitas produk?
1.3.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris tingkat hubungan
apakah memberi pengaruh signifikan antara komitmen pimpinan dan implementasi
pilar Total Quality Management terhadap kualitas produk dalam kinerja perusahaan di
PKS Rambutan, PTPN III (persero).
1.4.
Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi perusahaan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan/rekomendasi
dalam perbaikan berkelanjutan sistem maintenace, pencapaian kualitas dan
kuantitas produksi serta konsistensi pada implementasi pilar Total Quality
Management di PKS Rambutan PTPN III (persero).
2. Bagi mahasiswa akan berguna untuk menambah pengetahuan dan
pengalaman dalam pemanfaatan metoda ilmiah pada implementasi pilar Total
Quality Management di Pabrik Kelapa Sawit.
3. Bagi Perguruan Tinggi hasil penelitian ini dapat sebagai tambahan literatur
yang dapat dimanfaatkan oleh para peneliti di bidang industri sejenis.
1.5.
Batasan Penelitian
Batasan-batasan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Penelitian hanya dilakukan pada PKS Rambutan, PTPN III (persero) meliputi
pimpinan puncak (Manajer), departemen Administrasi umum, departemen
laboratorium, departemen teknik dan departemen produksi melalui pengisian
quisioner kepada karyawan dalam menilai komitmen pimpinan (manajer)
terhadap implementasi pilar Total Quality Management dalam peningkatan
mutu produk dan peningkatan kinerja perusahaan.
2. Penelitian hanya pada tahap penilaian hubungan signifikan antara komitmen
pimpinan, implementasi pilar TQM terhadap kualitas produk dan kinerja
perusahaan.
1.6.
Sistematika Penulisan Laporan
Agar lebih mudah untuk dipahami dan ditelusuri, maka penulisan tesis ini
disusun ke dalam tujuh bab.
Bab 1 (Pendahuluan) menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi yang digunakan dan sistematika
penulisan laporan. Bab 2 (Landasan Teori) memaparkan tinjauan-tinjauan kepustakaan
yang berisi teori-teori dan pemikiran-pemikiran yang digunakan sebagai landasan dalam
pembahasan serta pemecahan masalah. Landasan
teori yang digunakan adalah
bertujuan untuk menguatkan metode dan teknik yang dipakai untuk memecahkan
permasalahan dalam penelitian di perusahaan. Bab 3 (Kerangka Konseptual)
menjelaskan konsep penelitian yang dilaksanakan. Dilanjutkan dengan penjelasan
tentang definisi variabel yang harus dipakai pada saat penelitian dan tahapan-tahapan
yang dilakukan pada saat penelitian hingga hipotesa penelitian. Bab 4 (Metodologi
Penelitian dan Hipotesis Penelitian) menguraikan tahapan-tahapan yang harus dilakukan
pada saat penelitian. Selain itu, pada Bab ini membahas mengenai penjelasan secara
ringkas tiap tahapan penelitian dengan disertai diagram alirannya.
Bab 5 (Pengumpulan dan Pengolahan Data) mengidentifikasi data penelitian
yang diperoleh dari hasil pengamatan dan dokumen perusahaan sebagai bahan untuk
melakukan pengolahan data yang akan dilakukan. Hasil pengolahan data tersebut
digunakan sebagai dasar dalam analisis dan pemecahan masalah. Bab 6 (Analisis dan
Perbaikan) hasil pengolahan data akan dianalisis hubungan korelasi variabel terhadap
hipotesis
yang
telah
dilakukan
apakah
terdapat
hubungan
yang
signifikan
mempengaruhi antara variabel. Bab 7 (Kesimpulan dan Saran) memberikan tanggapan
hasil pemecahan masalah dari pengolahan data yang telah dilakukan dan saran
perbaikan untuk masa akan datang.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Total Quality Management (TQM) merupakan filosofi dan praktik manajemen
terbaik yang dapat membantu para manajer dalam mengelola organisasi perusahaan
agar efektivitas operasi dan kinerja perusahaan lebih meningkat. Karena itu, tingkat
kesadaran terhadap Total Quality Management (TQM) telah meningkat dan tumbuh
menjadi bidang penelitian yang well-established. Meningkatnya kompetisi global yang
didukung oleh regulasi yang pro bisnis, telah memotivasi setiap organisasi perusahaan
untuk mengadopsi Total Quality Management (TQM) sebagai strategi dalam memenuhi
persyaratan pelanggan. TQM telah dipandang sebagai filosofi manajemen dalam
mencapai keunggulan perusahaan dalam semua aspek bisnis melalui perbaikan secara
terus menerus pada organisasi secara luas. Karena itu, TQM diyakini memberikan
kontribusi terhadap daya saing dan kinerja organisasi (Chase et al., 2005).
Beberapa hasil penelitian menunjukan, banyak perusahaan mengalami masalah
dalam pengembangan TQM dan masalah yang teridentifikasi bahwa perubahan budaya
organisasi menjadi penghalang utama penerapan TQM, antara lain lemahnya hubungan
kerja sama pada tingkat fungsional (Plowman, 1990). Untuk itu dapat diduga penerapan
TQM akan mengalami masalah apabila tidak di dukung komitmen dari pimpinan serta
dapat dilaksanakan seluruh anggota untuk perubahan dan perbaikan
berkelanjutan.
secara
PT.Perkebunan Nusantara III telah memperoleh sertifikat Indonesian Industries
Standard Certificate (IIS), International Quality Certificate ISO 9001:2000 dan
14001:1996, serta pabrik pengolahan sawit khususnya PKS Rambutan PTPN III telah
tersertifikasi dan menghasilkan produksi CPO tingkat tracebility serta melaksanakan
implementasi Total Quality Management (TQM).
Total Quality Management (TQM) merupakan filosofi dan praktik manajemen
terbaik (best management practices) yang dapat membantu pengelolaan organisasi agar
lebih efektif dalam upaya peningkatan mutu dan kinerja perusahaan. Karena itu, TQM
juga dianggap sebagai salah satu kunci sukses dalam upaya memasuki pasar global bagi
perusahaan bisnis di era global. ISO 9000 merupakan suatu kumpulan standar
manajemen mutu dan standar proses, bukan standar produk. ISO 9000 merupakan
fondasi dari TQM, atau sebuah kerangka kerja dimana TQM bisa dikembangkan.
Karena itu, manfaat yang bisa didapatkan setiap perusahaan dengan mengadopsi ISO
9000 adalah sebagai mekanisme kontrol untuk membantu kesuksesan transisi dari ISO
9000 ke praktik TQM yang lebih baik. Keduanya dapat diadopsi secara parsial maupun
secara simultan, karena baik TQM maupun ISO 9000 dapat berjalan sendiri-sendiri atau
dapat juga saling melengkapi dalam mendorong usaha pencapaian kinerja bisnis yang
lebih baik.
PKS Rambutan mengolah bahan baku tandan buah segar (TBS) kelapa sawit
dari kebun seinduk (PTPN III) untuk menghasilkan crude palm oil (CPO) dan inti sawit
(Kernel). Pencapaian kinerja perusahaan selama 4 (empat) tahun terakhir mulai tahun
2010 sampai dengan 2013 pada perolehan produksi minyak sawit (CPO) dengan tren
penurunan dan perolehan produksi inti sawit (Kernal) dengan tren penurunan, seperti
ditunjukkan pada Gambar 1.1.
(Sumber: Data PKS.Rambutan)
Gambar 1.1. Data Produksi CPO dan Kernel PKS Rambutan
Pada Gambar 1.1 memperlihatkan perolehan produksi hasil pengolahan pabrik
kelapa sawit (PKS) Rambutan dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 mengalami
penurunan antara lain: produksi minyak sawit (CPO) sebesar 5.189.640 Kg atau 9,93%
sedangkan produksi Inti sawit (Kernel) selisih lebih sebesar 143.812 Kg atau 1,45%, hal
tersebut tidak menggambarkan perbaikan berkelanjutan (contiunius improvement) yang
seharusnya untuk perusahaan yang telah implementasi Total Quality Management
(TQM) perolehan produksi minyak (CPO) dan inti sawit (Kernel) menunjukan
peningkatan secara garis lurus.
Perolehan produksi minyak sawit dan inti sawit harus diimbangi dengan mutu
hasil proses pengolahan, dimana rata-rata mutu minyak sawit (CPO) sampai dengan
bulan oktober 2014, seperti ditunjukkan pada Gambar 1.2.
(Sumber: Data PKS.Rambutan)
Gambar 1.2. Data Mutu Produksi Minyak Sawit (CPO)
Pada Gambar 1.2 menunjukkan mutu produksi minyak sawit (CPO) masih
berfruktuatif yaitu asam lemak bebas (ALB) 2,51% hingga 3,62% (Norma 3,5%)
sedangkan kandungan air
0,10% hingga 0,20% (Norma 0,15%)
produksi inti sawit (kernel), seperti ditunjukkan pada Gambar 1.3.
sedangkan mutu
(Sumber: Data PKS.Rambutan)
Gambar 1.3. Data Mutu Produksi Inti Sawit (Kernel)
Pada Gambar 1.3 menunjukkan mutu produksi inti sawit (kernel) yaitu
kandungan kotoran 5,52% hingga 6,79% (Norma 6%) sedangkan kandungan air 5,36%
hingga 8,40% (Norma 7%) sehingga memerlukan komitmen bersama antara pimpinan
dan karyawan dalam mengawasi dan melaksanakan sistem operasional prosedur (SOP)
sesuai ketentuan sehingga tidak menimbulkan peningkatan biaya pada proses ulang atau
proses blending dengan mutu minyak sawit yang lebih baik untuk menghindari klaim
mutu dari pihak pemasok atau eksternal.
Pelaksanakan perbaikan/pemeliharaan peralatan permesinan di pabrik kelapa
sawit (PKS) Rambutan mengacu pada prosedur kerja (PK) dan instruksi kerja (IK)
PTPN3. Untuk pekerjaan corrective maintenance mengacu pada PK 3.02.02 tentang
Pelaksanaan Pekerjaan Bidang Teknik, dimana setiap pelaksanaan breakdown
maintenance harus mengacu pada Work Order yang diminta oleh pengguna alat. Untuk
pekerjaan preventive mengacu pada IK 3.02-01/03 tentang pemeliharaan/perawatan
mesin & Instalasi PKS. Sedangkan untuk pekerjaan Predictive Maintenance mengacu
pada PK 3.02-03 mengenai Monitoring Utilitas, Instalasi Proses dan Pekerjaan Bidang
Teknik. Namun demikian, dalam pelaksanaan pemeliharaan di PKS Rambutan lebih
sering dengan cara Breakdown Maintenance yaitu pemeliharaan yang dilakukan setelah
terjadi kerusakan. Sistem ini belum dapat memberikan data yang akurat tentang kapan
suatu mesin atau komponen akan mengalami kerusakan.
Biaya pemeliharaan peralatan dan permesinan pabrik (eksploitasi) dan biaya
penggantian permesinan (investasi) yang dikeluarkan perusahaan dalam pelaksanaan
perbaikan berkelanjutan mengalami peningkatan secara bersamaan yang seharusnya
dengan pelaksanaan preventif maintenance sesuai schedule dan life time peralatan akan
meminimalkan terjadinya breakdown maintenance sehingga biaya perbaikan dan
pemeliharaan dapat diperhitungkan dalam perencanaan biaya investasi dan eksploitasi.
Pada Gambar 1.4 menunjukkan kenaikan biaya investasi tidak mengurangi biaya
eksploitasi dalam melaksanakan pemeliharaan peralatan/permesinan pabrik stasiun
proses/lantai kerja pabrik pada stasiun clarifikasi dan stasiun pengutipan inti diuraikan
pada Tabel 1.1 dan 1.2.
(Sumber : Data PKS Rambutan)
Gambar 1.4. Biaya Investasi dan Eksploitasi Pabrik
Pada Tabel 1.1. menjelaskan kenaikkan biaya eksploitasi pada tiap lantai kerja
atau stasiun proses dipabrik dari tahun 2010-2014 mengalami peningkatan terutama
stasiun pressan, stasiun clarifikasi dan stasiun pengutipan inti.
Tabel 1.1. Biaya Eksploitasi Peralatan Pabrik
No
1
Uraian
2010
202.728.570
Stasiun Penerimaan
TBS
442.983.166
2
Stasiun Rebusan
435.155.766
3
Stasiun Hoisting
Crane
751.532.239
4
Stasiun Pressan
824.497.674
5
Stasiun Clarifikasi
54.686.712
6
Stasiun Empty
Bunch Hopper
19.938.395
7
Stasiun Tangki
Penimbunan Minyak
295.474.027
8
Stasiun
Depericarper
646.392.421
9
Stasiun Pengutipan
Inti
100.896.013
10 Stasiun Fat fit
68.108.540
11 Stasiun Instalasi
Listrik
3.842.393.723
Jumlah
Sumber: Olah data PKS Rambutan
2012
2013
2014
221.474.455
2011
184.047.383
156.443.561
199.640.236
652.957.136
364.052.180
516.651.509
347.379.583
384.139.767
189.425.631
491.307.466
257.906.834
680.090.395
618.982.472
44.658.189
750.728.635
881.578.479
70.776.406
646.531.199
446.254.955
55.495.746
766.432.967
828.662.559
55.501.600
22.555.592
58.848.661
38.010.308
31.654.041
87.609.815
209.714.830
169.803.240
286.237.073
738.154.222
434.781.066
331.977.069
515.556.429
87.799.282
104.451.723
79.114.165
80.559.627
70.780.875
76.207.809
48.309.846
59.664.779
3.622.785.461
3.614.220.344
2.565.070.160
3.540.873.830
Pada Tabel 1.2. menjelaskan biaya investasi pada tiap lantai kerja atau stasiun
proses dipabrik dari tahun 2010-2014 digunakan untuk pergantian mesin-mesin baru
terutama stasiun rebusan, stasiun hoisting crane, stasiun klarifikasi dan stasiun
pengutipan inti.
Tabel 1.2. Biaya Investasi Peralatan Pabrik
No
1
Uraian
2010
34.500.000
Stasiun Penerimaan
TBS
599.180.700
2
Stasiun Rebusan
27.812.500
3
Stasiun Hoisting Crane
633.434.983
4
Stasiun Pressan
1.118.969.150
5
Stasiun Clarifikasi
13.437.500
6
Stasiun Empty Bunch
Hopper
268.600.000
7
Stasiun Tangki
Penimbunan Minyak
1.241.534.660
8
Stasiun Depericarper
85.000.000
9
Stasiun Pengutipan Inti
10 Stasiun Fat fit
2.064.449.984
11 Stasiun Power Plant
46.409.000
12 Stasiun Boiler
13 Stasiun Instalasi Listrik
14 Stasiun Instalasi Air
6.133.237.477
Jumlah
Sumber: Olah data PKS Rambutan
2011
2012
2013
2014
-
112.092.500
68.475.000
-
2.591.132.410
1.316.870.100
1.827.189.550
172.149.350
845.310.700
21.100.320
265.900.000
146.315.000
-
1.258.703.421
1.044.503.550
495.630.000
9.500.000
-
1.033.106.490
1.260.743.485
712.554.494
269.037.930
190.300.000
-
-
-
266.942.500
37.709.640
1.498.989.683
100.774.300
1.802.477.280
816.175.000
10.620.709.813
621.300.270
265.003.500
419.827.800
964.312.940
310.965.400
152.292.200
4.124.420.630
99.140.000
773.610.270
815.707.200
4.565.269.441
12.852.000
1.054.227.710
73.050.000
205.330.750
770.241.036
179.154.740
652.039.772
6.222.338.407
Penelitian ini menggunakan komitmen pimpinan sebagai komitmen manajer dan
manajemen lini (asisten manajer) dalam pencapaian kinerja perusahan, ketaatan akan
peraturan dan prosedur kerja sehingga kualitas dan kuantitas produksi pabrik kelapa
sawit (PKS) mengalami perbaikan sistem kualitas dan peningkatan produksi serta
seberapa besar penerapan total quality management (TQM) mampu mengukur
efektifitas manajemen dalam bidang produksi, maintenace personalia dan lingkungan
eksternal/internal secara keseluruhan.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang terlihat bahwa pelaksanaan TQM belum berjalan
secara optimal sehingga perlu dilakukan penelitian dimana dapat dirumuskan masalah:
“ Seberapa besar komitmen pimpinan (manajer) mengimplementasikan pilar
total quality management (TQM) sehingga
meningkatkan kinerja PKS Rambutan,
PTPN III (persero)”.
Sehubungan dengan masalah diatas maka beberapa pertanyaan yang perlu
ditemukan jawabannya ialah:
1.
Seberapa besar hubungan antara komitmen pimpinan, implementasi pilar
TQM dan kualitas produk terhadap kinerja perusahaan?
2.
Seberapa besar hubungan antara komitmen pimpinan terhadap implementasi
pilar TQM?
3.
Seberapa besar hubungan antara komitmen pimpinan dan implementasi pilar
TQM terhadap kualitas produk?
1.3.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris tingkat hubungan
apakah memberi pengaruh signifikan antara komitmen pimpinan dan implementasi
pilar Total Quality Management terhadap kualitas produk dalam kinerja perusahaan di
PKS Rambutan, PTPN III (persero).
1.4.
Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi perusahaan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan/rekomendasi
dalam perbaikan berkelanjutan sistem maintenace, pencapaian kualitas dan
kuantitas produksi serta konsistensi pada implementasi pilar Total Quality
Management di PKS Rambutan PTPN III (persero).
2. Bagi mahasiswa akan berguna untuk menambah pengetahuan dan
pengalaman dalam pemanfaatan metoda ilmiah pada implementasi pilar Total
Quality Management di Pabrik Kelapa Sawit.
3. Bagi Perguruan Tinggi hasil penelitian ini dapat sebagai tambahan literatur
yang dapat dimanfaatkan oleh para peneliti di bidang industri sejenis.
1.5.
Batasan Penelitian
Batasan-batasan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Penelitian hanya dilakukan pada PKS Rambutan, PTPN III (persero) meliputi
pimpinan puncak (Manajer), departemen Administrasi umum, departemen
laboratorium, departemen teknik dan departemen produksi melalui pengisian
quisioner kepada karyawan dalam menilai komitmen pimpinan (manajer)
terhadap implementasi pilar Total Quality Management dalam peningkatan
mutu produk dan peningkatan kinerja perusahaan.
2. Penelitian hanya pada tahap penilaian hubungan signifikan antara komitmen
pimpinan, implementasi pilar TQM terhadap kualitas produk dan kinerja
perusahaan.
1.6.
Sistematika Penulisan Laporan
Agar lebih mudah untuk dipahami dan ditelusuri, maka penulisan tesis ini
disusun ke dalam tujuh bab.
Bab 1 (Pendahuluan) menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi yang digunakan dan sistematika
penulisan laporan. Bab 2 (Landasan Teori) memaparkan tinjauan-tinjauan kepustakaan
yang berisi teori-teori dan pemikiran-pemikiran yang digunakan sebagai landasan dalam
pembahasan serta pemecahan masalah. Landasan
teori yang digunakan adalah
bertujuan untuk menguatkan metode dan teknik yang dipakai untuk memecahkan
permasalahan dalam penelitian di perusahaan. Bab 3 (Kerangka Konseptual)
menjelaskan konsep penelitian yang dilaksanakan. Dilanjutkan dengan penjelasan
tentang definisi variabel yang harus dipakai pada saat penelitian dan tahapan-tahapan
yang dilakukan pada saat penelitian hingga hipotesa penelitian. Bab 4 (Metodologi
Penelitian dan Hipotesis Penelitian) menguraikan tahapan-tahapan yang harus dilakukan
pada saat penelitian. Selain itu, pada Bab ini membahas mengenai penjelasan secara
ringkas tiap tahapan penelitian dengan disertai diagram alirannya.
Bab 5 (Pengumpulan dan Pengolahan Data) mengidentifikasi data penelitian
yang diperoleh dari hasil pengamatan dan dokumen perusahaan sebagai bahan untuk
melakukan pengolahan data yang akan dilakukan. Hasil pengolahan data tersebut
digunakan sebagai dasar dalam analisis dan pemecahan masalah. Bab 6 (Analisis dan
Perbaikan) hasil pengolahan data akan dianalisis hubungan korelasi variabel terhadap
hipotesis
yang
telah
dilakukan
apakah
terdapat
hubungan
yang
signifikan
mempengaruhi antara variabel. Bab 7 (Kesimpulan dan Saran) memberikan tanggapan
hasil pemecahan masalah dari pengolahan data yang telah dilakukan dan saran
perbaikan untuk masa akan datang.