Karakterisasi Minyak Daun Cengkeh (Syzygium Aromaticum) Yang Beredar Di Pasaran

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Uraian Tumbuhan

2.1.1 Sistematikatumbuhan
Menurut Hapsoh dan Hasanah (2011), tanaman cengkeh memiliki
klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom

: Plantae

Divisio

: Spermatophyta

Sub-divisio

: Angiospermae


Klas

: Dicotyledonae

Ordo

: Myrtales

Famili

: Myrtaceae

Genus

: Eugenia

Spesies

: Eugeni aromatic ; Syzygium aromaticum


2.1.2 Nama daerah
Cengkeh (Syzygium aromaticum / Eugeni aromatic) memiliki beberapa
nama seperti cloves (Inggris); cengkeh (Indonesia, Jawa, sunda); wunga lawang
(Bali); cengkih (Lampung); sake (Nias); bungeu lawang (Gayo); cengke (Bugis);
sinke (Flores); canke (Ujung pandang); dan gomade (Halmahera, Tidore) (Agoes,
2010).
2.1.3 Deskripsi

Universitas Sumatera Utara

Tanaman cengkeh oleh Kuntze diberi nama ilmiah Eugenia aromatica,
tetapi Merrill dan Perrottet cenderung memisahkannya dari marga Eugenia dan
memberi nama Syzygium aromaticum. Selanjutnya dalam dunia tumbuhtumbuhan nama tersebut yang umumnya dipakai karena dianggap lebih tepat
(Lutony dan Rahmayati, 2002).
Asal Geografis yang tepat dari pohon cengkeh tidak diketahui. Ada
kemungkinan bahwa pohon tersebut berasal dari daerah tropik di Asia yang
beriklim panas dan lembap, mungkin di Kepulauan Maluku. Daerah-daerah lain
penghasil cengkeh berlokasi di Zanzibar, Madagarkar, Kepulauan Ceylon dan
Penang (Guenther, 1990).

Cengkeh termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat memiliki batang pohon
besar dan berkayu keras, cengkeh mampu bertahan hidup hingga puluhan bahkan
sampai ratusan tahun, tingginya dapat mencapai 20-30 meter dan cabangcabangnya cukup lebat. Cabang-cabang dari tumbuhan cengkeh tersebut pada
umumnya panjang dan dipenuhi oleh ranting-ranting kecil yang mudah patah.
Mahkotaataujuga

lazimdisebuttajukpohoncengkehberbentukkerucut.

cengkehberwarnahijauberbentukbulattelur

Daun

memanjangdenganbagian

ujung

danpangkalnyamenyudut,rata-ratamempunyaiukuranlebarberkisar2-3
cmdanpanjangdauntanpatangkaiberkisar7,5-12,5cm (Hapsoh dan Hasanah, 2011).
Bunga dan buah cengkeh akan muncul pada ujung
tangkaipendekserta

berwarna

merahjika

berdandan.
bunga

ranting

Tangkaibuahpadaawalnyaberwarna
sudahmekar.

daun dan
hijaudan

Cengkehakandipanenjika

sudah

mencapaipanjang1,5-2 cm (Hapsoh dan Hasanah, 2011).


Universitas Sumatera Utara

Padasaatmasih

mudabungacengkehberwarna

keungu-

unguan,kemudianberubahmenjadikuning kehijau-hijauandanberubah lagi menjadi
merah

muda

apabila

sudah

tua.


berwarnacoklatkehitamandanberasapedas

Bunga

cengkeh

kering

sebabmengandung

akan

minyakatsiri.

Umumnyacengkehpertama kali berbuahpada umur 4-7 tahun (Hapsoh dan
Hasanah, 2011).
Ada empat varietas unggul cengkeh, yaitu Siputih, Zanzibar, Ambon dan
Zambon. Tipe cengkeh sangat banyak dan antara tipe satu dengan lainnya sulit
dibedakan. Keanekaragaman varietas tersebut merupakan sumber genetika yang
sangat berharga dalam pengembangan cengkeh (Bustaman, 2011)

2.1.4 Syarat tumbuh
Tanamancengkehtumbuhbaikpadadaerahantara

200LU-200LS.

Suhu

udarayangcocokuntuktanamancengkehadalah21-350 Cdenganketinggian ideal200300

mdpl.

Tanaman

cengkeh

rendah,sedangkanpadadatarantinggi

tumbuhdan

berproduksipadadataran


tanamancengkehlambat

bahkantidakakan

berproduksi sama sekali.Tumbuhancengkehakan tumbuh dengan baik apabila
cukup air dan mendapatsinar mataharilangsung.DiIndonesia, cengkeh cocok
ditanam di daerah dataran rendah dekat pantaimaupun di pegunungan pada
ketinggian 900 meterdi atas permukaan laut (Hapsoh dan Hasanah, 2011).
Tanaman cengkeh menghendaki iklim dan curah hujan yang merata
sepanjang tahun karena tanaman ini tidak tahan terhadap musim kemarau yang
terlalu berkepanjangan. Curah hujan yang dikehendaki pada bulan kering berkisar
antara 60-80 mm/bulan atau dengan curah hujan berkisar antara 2000-4000
mm/tahun (Lutony dan Rahmayati, 2002).

Universitas Sumatera Utara

Tanaman cengkeh menghendaki kesuburan tanahyangsedangdan struktur
tanahgembursertaberdrainasebaik,denganpH5,5-6,5.Lahan
yangdipilihsebaiknyabertopografimiring,agarairtidaktergenang(Hapsoh


dan

Hasanah, 2011).
2.2

Minyak Atsiri
Banyak istilah yang digunakan untuk menyebut minyak atsiri. Misalnya

dalam bahasa inggris disebut esensial oils, etherial oils, dan volatile oils. Dalam
bahasa indonesia disebut minyak terbang atau minyak kabur karena minyak atsiri
mudah menguap dalam keadaan terbuka (Lutony dan Rahmayati, 2002).
Minyak atsiri dihasilkan dari bagian jaringan tanaman tertentu seperti akar,
batang, kulit, daun, bunga, buah dan biji. Sifat minyak atsiri yang menonjol antara
lain mudah menguap pada suhu kamar, mempunyai rasa getir, berbau wangi
sesuai aroma tanaman yang menghasilkannya, dan umumnya larut dalam pelarut
organik (Lutony dan Rahmayati, 2002).
Ditinjau dari segi kimia fisika, minyak atsiri hanya mengandung dua
golongan senyawa, yaitu oleoptena dan strearoptena. Oleoptena adalah bagian
hidrokarbon di dalam minyak atsiri dan berwujud cairan. Umumnya senyawa

golongan oleoptena ini terdiri atas senyawa monoterpena. Sedangkan strearoptena
adalah senyawa hidrokarbon teroksigenasi yang umumnya berwujud padat.
Strearoptena ini umumnya terdiri atas senyawa turunan oksigen dari terpena
(Agusta, 2000).
Minyak atsiri pertama kali diisolassi pada tahun 1300 oleh Arnold de
Villanova. Produksi secara modern baru dilakukan Lavoisier (Perancis) pada
tahun 1760-1770. Komponen kimia minyak atsiri sangat kompleks, tetapi

Universitas Sumatera Utara

biasanya tidak melebihi 300 senyawa. Untuk memperoleh minyak atsiri
diterapkan dengan berbagai cara, seperti penyulingan, pemerasan/ekstraksi,
ekstraksi dengan pelarut mudah menguap, atau pengikat dengan lemak padat atau
enflurage (Agoes, 2007).
Minyak atsiri dapat dibagi menjadi dua kelompok. Pertama, minyak atsiri
yang dengan mudah dapat dipisahkan menjadi komponen-komponen atau
penyusun murninya, komponen-komponen ini dapat menjadi bahan dasar untuk
diproses menjadi produk-produk lain, contoh : minyak sereh, minyak daun
cengkeh, minyak permai dan minyak terpentin. Biasanya komponen utama yang
terdapat dalam minyak atsiri tersebut dipisahkan (diisolasi) dengan penyulingan

bertingkat atau dengan proses kimia yang sederhana. Kedua, minyak atsiri yang
sukar dipisahkan menjadi komponen murninya, contoh : minyak akar wangi,
minyak nilam dan minyak kenanga. Biasanya minyak atsiri tersebut langsung
dapat digunakan tanpa di isolasi komponen-komponenya sebagai pewangi
berbagai produk (Sastrohamidjojo, 2004)
Minyak atsiri larut dengan baik di dalam lemak, sehingga kebanyakan
minyak atsiri dapat menimbulkan iritasi pada kulit dan selaput lendir. Jika kulit
terkontaminasi oleh minyak atsiri dalam waktu lama, kulit akan menjadi
kemerahan serta meradang dan akhirnya akan melepuh (Agusta, 2000).
Kegunaan minyak atsiri sangat luas dan spesifik, khususnya dalam berbagai
bidang industri. Banyak contoh kegunaan minyak atsiri, antara lain dalam industri
kosmetik (sabun, pasta gigi, sampo, losion); dalam industri makanan digunakan
sebagai bahan penyedap dan penambah cita rasa; dalam industri parfum sebagai
pewangi dalam berbagai produk minyak wangi; dalam industri farmasi atau obat-

Universitas Sumatera Utara

obatan (antinyeri, antiinfeksi, penyembuhan bakteri); dalam industri bahan
pengawet; bahkan digunakan pula sebagai insektisida (Lutony dan Rahmayati,
2002).

2.3

Minyak Daun Cengkeh
Minyak atsiri pada cengkeh dapat diperoleh dari kuntum bunga, tangkai

bunga dan daun. Nama dagang untuk minyak atsiri yang berasal dari kuntum
bunga cengkeh disebut clove oil, minyak tangkai bunga cengkeh disebut clove
stem oil, dan minyak daun cengkeh disebut clove leaf oil(Lutony dan Rahmayati,
2002).
Meskipun minyak cengkeh dapat dihasilkan dari ketiga bagian tanaman
cengkih, tetapi yang dianggap memiliki nilai ekonomi hanya yang berasal dari
daunnya saja. Hal ini karena harga minyak daun cengkeh yang berasal dari bunga
maupun gagang dan daun tidak jauh berbeda. Oleh karena itu, tidak
mengherankan apabila minyak cengkeh yang umumnya diperdagangkan
kebanyakan berasal dari daun dan dalam perdagangannya disebut minyak daun
cengkeh. Daun cengkeh bernilai ekonomis bila daun cengkeh tersebut
dimanfaatkan atau diolah menjadi minyak terlebih dahulu (Lutony dan
Rahmayati, 2002).
Pada dasarnya proses penyulingan minyak cengkeh yang bahan bakunya
berasal dari bunga maupun gagang bunga dan daun cengkeh adalah sama. Proses
produksi minyak daun cengkeh dilakukan dengan model penyulingan uap dan air
(Lutony dan Rahmayati, 2002).

Universitas Sumatera Utara

Bahan baku minyak daun cengkeh adalah daun cengkeh gugur karena selain
nilai nilai ekonominya rendah juga tidak merusak tanaman. Dari tanaman yang
berumur lebih dari 20 tahun, setiap minggunya dapat terkumpul daun kering.
Tidak ada perbedaan yang nyata antara kadar minyak daun cengkeh tipe
Zimbaran, Sikotok dan Ambon (Bustaman, 2011).
Minyak yang baru disuling hampir tidak berwarna sampai kekuningan,
cairan yang refraktif kuat, yang semakin menggelap oleh aging atau ketuaan. Bau
dan flavornya bersifat tipikal rempah, aromatik tinggi, kuat dan tahan lama
(Guenther, 1990).
Kandunganminyakatsiriyangterdapat
dalamminyakbunga,daundantangkaibungacengkeh
antara15-25%,
tergantung

1-4%, dan

masing-masingberkisar

5-7%. Rendamenminyaknyaberkisar antara2-12%,

padajenisdankeadaan

bahanbaku,penangananbahan,serta

caradan

kondisi penyulingan(Ruhnayat, 2004).
Konstituen minyak daun cengkeh dapat dibagi menjadi dua kelompok.
Kelompok pertama merupakan senyawa fenolat dan eugenol (eugenol, eugenol
asetat dan lainnya) yang merupakan komponen paling besar . Kelompok kedua
mengandung senyawa-senyawa non fenolat (beta-kariofilen, alfa-kubeben, alfakopaen, hulumen, dan lainnya) (Sastrohamidjojo, 2004).
Komposisi kimia dari minyak daun cengkeh biasanya mengandung eugenol
dalam persentase lebih rendah daripada minyak cengkeh dari bahan baku lainnya.
Minyak cengkeh, terutama tersusun oleh eugenol, yaitu sampai 95% dari jumlah
minyak atsiri keseluruhan. Sedangkan kadar eugenol minyak daun cengkeh 80

Universitas Sumatera Utara

sampai 88%. Sehingga harga minyak daun cengkeh relatif lebih murah (Gunawan,
2004; Guenther, 1990).
Minyak daun cengkeh mempunyai efek farmakologi sebagai stimulan,
anastesi lokal, karminatif, antiseptik dan antipasmodik. Selain itu dapat menekan
bahkan mematikan pertumbuhan miselium jamur, koloni bakteri, dan nematoda
sehingga dapat digunakan sebagai fungisida, bakterisida, nematisida, dan
insektisida (Bustaman, 2011).
Eugenol dari minyak daun cengkeh banyak dipakai dalam industri kesehatan
dalam bentuk obat kumur, pasta gigi, bahan penambal gigi, balsam, dan
penghambat pertumbuhan jamur patogen. Keunggulan eugenol dibandingkan
dengan bahan kimia lainnya adalah mudah proses induksinya, waktu pemulihan
kesadaran lebih lama, dan harganya jauh lebih murah (Bustaman, 2011).
Turunan dari eugenol seperti isoeugenol dan vanilin dimnfaatkan dalam
industri parfum, wewangian, penyedap makanan, penyerap ultraviolet, stabilisator
dan antioksidan dalam pembuatan plastik dan karet (Bustaman, 2011).
Minyak daun cengkeh dianggap aman digunakan sebagai bahan tambahan
makanan dalam jumlah kecil (