Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Tindak Pidana Pemerkosaan Terhadap Anak (Studi Putusan Nomor 9 Pid.sus 2016 PN-Gst)

ABSTRAK
FitriRohaniAritonang*
Liza Erwina**
Marlina***
Tindak pidana pemerkosaan merupakan suatu tindakan criminal berwatak
sesuai yang terjadi ketika seseorang manusia atau lebih memaksa manusia lain
untuk melakukan hubungan seksual dalam bentuk penetrasi vagina atau anus
dengan penis, anggota tubuh lainnya seperti tangan atau benda-benda tertentu
secara paksa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaturan hukum
tindak pidana pemerkosaan terhadap anak dan bagaimana penerapan hukum
pidana terhadap pelaku tindak pidana dalam (Putusan Pengadilan Negeri Gunung
Sitoli Nomor 9/Pid.sus/2016/PN Gst).
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah yuridis
normatif. Penelitian hukum normative adalah metode penelitian yang mengacu
pada norma-norma hukum terdapat dalam peraturan perundang-undangan dalam
putusan pengadilan.
Pengaturan hukum tindak pidana pemerkosaan terhadap anak dilihat dari
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) pada bab XIV buku ke- II yakni
dimulai dari pasal 285 sampai pasal 288, Undang-Undang Perlindungan Anak
Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2002 pasal 81 ayat (1),(2),(3) didalamnya terkait dengan pasal 76D dan
pasal 82 ayat (1),(2) didalamnya terkait dengan pasal 76E, serta dengan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2016 Tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak. Penerapan Hukum pidana terhadap pelaku Tindak Pidana
dalam Putusan Pengadilan Negeri Gunung Sitoli Nomor 9/PID.SUS/2016/PN –
Gst, sebagai putusan atas pelaku tindak pidana pemerkosaan yang dilakukan
terhadap anak .Sebelum Terdakwa dijatuhi pidana hakim menggunakan
pertimbangan hukum dan ternyata Terdakwa terbukti secara sah melakukan tindak
pidana dengan kekerasan memaksa anak untuk melakukan persetubuhan yang
dilakukan secara berlanjut sebagaimana dalam dakwaan primair diatur dan
diancam dalam Pasal 81 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35
Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
Tentang Perlindungan Anak Jo. Pasal 64 ayat (1) KUHP, Terdakwa dikenakan
sanksi pidana penjara selama 11 (sebelas) tahun dikurangkan selama terdakwa
dalam tahanan dan jika denda tidak dibayar maka diganti dengan pidana kurungan
selama 4 (empat) bulan.
*)Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
**) Pembimbing I, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
***) Pembimbing II, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara


vi
Universitas Sumatera Utara