Alih Kode dan Campur Kode Dalam Percakapan di Pasar Batu 12 Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara : Kajian Sosiolinguistik

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Dalam masyarakat multilingual, fenomena kebahasaan dapat terjadi karena
adanya kontak bahasa. Kontak bahasa terjadi dalam diri penutur secara individual.
Chaer dan Agustina (2010:84) menyebutkan bahwa kontak bahasa tersebut dapat
menimbulkan berbagai fenomena kebahasaan, seperti kedwibahasaaan, diglosia,
alih kode, campur kode, interferensi, integrasi, konvergensi, dan pergeseran
bahasa. Seseorang yang terlibat dengan penggunaan dua bahasa, dan juga terlibat
dengan dua budaya, atau disebut juga dwibahasawan tentulah tidak terlepas dari
akibat penggunaan dua bahasa itu. Salah satu akibat dari kedwibahasaan adalah
adanya tumpang tindih antara dua sistem bahasa yang dipakainya atau
digunakannya unsur-unsur dari bahasa yang satu pada pengguna bahasa yang lain
yaitu adanya alih kode (code switching) dan campur kode (code mixing). Di
kalangan masyarakat yang menguasai lebih dari satu bahasa, alih kode dan
campur kode adalah hal yang biasa. Hal ini dilaksanakan apabila pembicara
memiliki alasan yang cukup kuat untuk beralih dari satu bahasa ke bahasa lain.
Alasan itu antara lain, karena pergantian suasana batin, hadirnya orang ketiga
yang tidak berlatar belakang bahasa yang sama dengan bahasa yang sedang
digunakan oleh penutur dan lawan tutur, dan sebagainya.

Telah di bicarakan di atas bahwa akibat dari kedwibahasaan ada dua
macam yaitu alih kode (code switching) dan campur kode (code mixing). Alih
kode terbagi menjadi dua jenis yaitu alih kode intern dan ekstern. Alih kode intern
11

Universitas Sumatera Utara

adalah alih kode yang berlangsung antar bahasa sendiri, seperti dari bahasa
Indonesia ke bahasa Jawa, atau sebaliknya. Alih kode ekstern adalah alih kode
yang terjadi antara bahasa sendiri (salah satu bahasa atau ragam yang ada dalam
verbal repertoire masyarakat tuturnya) dengan bahasa asing (Chaer dan Agustina,
2010:114). Di dalam penelitian ini, peneliti hanya memfokuskan alih kode intern
dan campur kode sebagai bahan yang akan di teliti
Kemampuan individu dalam menguasai bahasa lebih dari satu disebut
dwibahasawan (bilingual). Dwibahasa terjadi karena adanya penggunaan bahasa
lebih dari satu yang menyebabkan terjadinya persoalan dari segi sosiolinguistik,
yaitu alih kode dan campur kode. Interaksi yang melibatkan keanekaragaman
bahasa sering mengakibatkan adanya pemilihan bahasa yang akan digunakan.
Proses menentukan pilihan bahasa mana yang digunakan pada peristiwa
komunikasi tidak selalu mencapai kesepakatan. Kadang-kadang kedua pembicara

mempertahankan masing-masing bahasa yang digunakan, yang paling penting
bahasa tersebut dapat dipahami dan dimengerti oleh mereka. Proses ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Seperti halnya yang terjadi di pasar Batu 12 yang terletak di kecamatan
Cot Girek Kabupaten Aceh Utara. Saat ini masyarakat di daerah tersebut
menggunakan tiga bahasa untuk berkomunikasi antara penjual dan pembeli
maupun sesama pembeli. Bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa, bahasa
Aceh, dan bahasa Indonesia. Karena di daerah ini mayoritas masyarakatnya suku
Jawa dan suku Aceh, maka bahasa Indonesia digunakan untuk berkomunikasi oleh
kedua belah pihak yang sama-sama tidak mengerti bahasa Aceh maupun bahasa
Jawa.

12

Universitas Sumatera Utara

Contoh percakapan yang terjadi di pasar Batu 12 yang mengandung alih kode:
(1) Pembeli 1
Penjual
Pembeli 1

Penjual
Pembeli 2
Penjual

: berapa cabe sekilo kak?
: lapan puluh
: kalau satu ons berapa ?
: lapan ribu
: kok larang eram
‘kok mahal kali’
: saiki nggak enek seng murah, kabeh larang
‘sekarang tidak ada yang murah, semua mahal’

Peristiwa tutur terjadi disalah satu tempat jual beli cabai di Pasar Batu 12
Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara. Situasi tuturan nonformal. Waktu
berlangsungnya peristiwa tutur adalah 14 Januari 2017 dalam interaksi jual beli
cabai di pasar Batu 12 Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara.
Percakapan dilakukan oleh seorang penjual dan dua orang pembeli yaitu
pembeli dan pembeli 2. Pembeli 1 menanyakan harga cabai kepada penjual
kemudian pembeli 2 mengomentari harga yang diberi penjual dengan berbahasa

Jawa. Penjual yang bisa berbahasa Jawa membalasnya dengan berbahasa Jawa,
sehingga pembicaraan berubah menjadi berbahasa Jawa.
Bentuk peristiwa tutur adalah dialog (percakapan), bahasa yang digunakan
adalah bahasa Indonesia dan Jawa. Dalam tuturan terdapat alih kode intern. Alih
kode terjadi dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa yang dilakukan oleh
penjual yaitusaiki nggak enek seng murah, kabeh larangdalambahasa Indonesia
berarti sekarang tidak ada yang murah, semua mahal.
Faktor yang melatar belakangi terjadinya alih kode pada percakapan di
atas adalah hadirnya orang ketiga. Pada tuturan di atas penjual beralih kode ke
bahasa Jawa karena karena hadirnya orang ketiga yaitu pembeli 2 yang
mengomentari harga cabai yang diberi penjual.

13

Universitas Sumatera Utara

Contoh percakapan yang terjadi di pasar Batu 12 yang mengandung campur kode:
(2) Pembeli
Penjual
Pembeli

Penjual

: piro itu tomatnya?
‘berapa itu tomatnya?’
: satu kilo sepuluh
: ha (tidak mendengar apa yang diucapkan penjual)
: satu kilo sepuluhewu
‘satu kilo sepuluh ribu’

Data di atas terdiri dari seorang penjual dan seorang pembeli y. Peristiwa
tutur terjadi disalah satu tempat jual beli tomat di Pasar Batu 12 Kecamatan Cot
Girek Kabupaten Aceh Utara. Situasi tuturan nonformal. Waktu berlangsungnya
peristiwa tutur adalah 14 Januari 2017 dalam interaksi jual beli tomat di pasar
Batu 12 Kabupaten Aceh Utara.
Bentuk peristiwa tutur adalah dialog (percakapan), bahasa yang digunakan
adalah bahasa Indonesia dan Jawa. Bentuk campur kode berupa penyisipan unsurunsur berwujud kata. Campur kode terjadi dari bahasa Jawa yaitu piro dan
sepuluhewu dalam bahasa Indonesia berarti berapa dan sepuluh ribu, masuk ke
dalam tuturan berbahasa Indonesia yaitu piroitu tomatnya? dan satu kilo
sepuluhewu.
Faktor yang melatar belakangi terjadinya campur kode pada percakapan di

atas ada sua yaitu 1) keinginan penutur yaitu pembeli karena kebiasaannya
menggunakan bahasa ibu yaitu bahasa Jawa dan 2) penjual ingin menunjukkan
kemampuannya dalam berbahasa Jawa. Dalam hal ini campur kode terjadi dari
bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia.

14

Universitas Sumatera Utara

1.2. Batasan Masalah
Dari latar belakang di atas, penelitian ini di fokuskan pada penelitian
kualitatif dengan subjek peristiwa tuturan dalam percakapan di Pasar Batu 12
Kabupaten Aceh Utara. Penelitian ini di batasi pada tiga masalah yang akan di
teliti, yaitu :
1. Bentuk alih kode dalam percakapan di pasar Batu 12 Kecamata Cot Girek
Kabupaten Aceh Utara dengan jenis intern.
2. Bentuk campur kode dalam percakapan di pasar Batu 12 Kecamatan Cot
Girek Kabupaten Aceh Utara.
3. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya alih kode dan campur kode
dalam percakapan di Pasar Batu 12 Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh

Utara.

1.3. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana bentuk alih kode dan campur kode yang terdapat dalam
percakapan di Pasar Batu 12 Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh
Utara?
2. Apa saja faktor-faktor penyebab alih kode dan campur kode dalam
percakapan di Pasar Batu 12 Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara

1.4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikaji, maka tujuan penelitian ini
adalah :

15

Universitas Sumatera Utara

1. Mendeskripsikan bentuk alih kode dalam percakapan di pasar Batu 12
Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara.

2. Mendeskripsikan bentuk campur kode dalam percakapan di pasar Batu 12
Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara.
3. Mendeskripsikan faktor-faktor penyebab alih kode dan campur kode
dalam percakapan di pasar Batu 12 Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh
Utara.

1.5. Manfaat Penelitian
1.

Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan

teori kebahasaan dan memberikan sumbangan pengetahuan untuk perkembangan
linguistik pada umumnya dan khususnya dalam kajian sosiolinguistik.
2.

Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan deskripsi atau paparan

tentang bentuk alih kode dan campur kode dalam percakapan di Pasar Batu 12

Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara. Serta mendeskripsikan faktor-faktor
penyebab alih kode dan campur kode dalam percakapan di Pasar Batu 12
Kabupaten Aceh Utara. Selain itu, diharapkan dari penelitian ini nantinya akan
mampu memberikan suatu kontribusi data dasar bagi penelitian selanjutnya yang
hendak melakukan penelitian sejenis. Diharapkan pula dapat menambah wawasan
peneliti sesuai bidang yang dipelajari yaitu bidang linguistik.

16

Universitas Sumatera Utara