Alih Kode dan Campur Kode Dalam Percakapan di Pasar Batu 12 Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara : Kajian Sosiolinguistik Chapter III V

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian
3.1.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini di lakukan di Pasar Batu 12 Kecamatan Cot Girek
Kabupaten Aceh Utara. Pasar ini merupakan pasar tumpah yang terletak di
Gampong Batu 12, Kecamatan Cot Girek, Kabupaten Aceh Utara.
Pasar Batu 12 merupakan pasar yang berada di gampong Batu 12
kecamatan Cot Girek, Kabupaten Aceh Utara, provinsi Aceh, Indonesia.
Gampong batu 12 merupakan salah satu kampung dari 25 kampung yang ada di
kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara, provinsi Aceh dengan luas wilayah
3.296,86 km2. Pasar Batu 12 diselenggarakan pada setaip hari rabu. Pasar ini
merupakan pasar tumpah, pedagang membuka lapaknya tepat di sisi badan jalan.
Pasar Batu 12 menjual bebagai macam kebutuhan masyarakat seperti bahan
makanan, baju, jajanan, hingga alat-alat kendaraan. Berdasarkan kondisi tersebut,
pasar Batu 12 dijadikan sebagai daerah penelitian ini karena pasar merupakan
tempat dimana terdapat interaksi antara berbagai macam penutur bahasa, dalam
hal ini adalah penutur bahasa Jawa dan bahasa Aceh yang terdapat pada
masyarakat di Kabupaten Aceh Utara.


3.1.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama sebulan setelah proposal disetujui.

36

Universitas Sumatera Utara

3.2. Data dan Sumber Data
3.2.1. Data
Data yang terdapat dalam penelitian ini berupa data verbal atau
percakapan yang terjadi antara penjual dan pembeli maupun sesama pembeli yang
ada di pasar Batu 12 Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara. Data tersebut
diperoleh dari hasil merekam, mencatat, serta pengamatan percakapan antara
penjual dan pembeli maupun sesama pembeli. Penggunaan bahasa di pasar ini
meliputi beberapa bahasa yaitu bahasa Aceh, bahasa Jawa, dan bahasa Indonesia
yang menimbulkan alih kode dan campur kode dalam percakapan tersebut.
Peneliti memilih mengambil data dari percakapan di Pasar Batu 12 karena di
dalamnya terdapat tiga ragam bahasa yaitu bahasa Indonesia, bahasa Aceh dan
bahasa Jawa.
Di dalam penelitian ini, peneliti mengambil data pada delapan tempat jual

beli, masing-masing tempat jual beli tersebut memiliki 2 orang penjual dan 6-8
orang pembeli.

3.2.2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini yaitu interaksi jual beli di Pasar Batu 12
Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara. Sasaran penelitian ini adalah
percakapan yang terjadi antara penjual dan pembeli maupun sesama pembeli di
pasar Batu 12 Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara yang diduga terjadi
unsur alih kode dan campur kode. Alih kode dan campur kode yang terjadi di
pasar Batu 12 Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara bewujud percakapan
yang digunakan dalam berinteraksi. Percakapan tersebut antara lain :

37

Universitas Sumatera Utara

1. Percakapan penjual dan pembeli maupun sesama pembeli saat akan
membeli pakaian.
2. Percakapan penjual dan pembeli maupun sesama pembeli saat akan
membeli bahan pokok.

3. Percakapan penjual dan pembeli maupun sesama pembeli saat akan
membeli alat kendaraan.
4. Percakapan penjual dan pembeli maupun sesama pembeli saat akan
membeli jajanan.

3.3. Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode simak
(pengamatan/observasi), di sebut “metode simak” atau “penyimakan” karena
memang berupa penyimakan : dilakukan dengan menyimak, yaitu menyimak
penggunaan bahasa dalam percakapan di Pasar Batu 12 Kecamatan Cot Girek
Kabupaten Aceh Utara. Metode simak dapat disejajarkan dengan metode
pengamatan atau observasi (Sudaryanto, 2015:203). Metode simak memiliki
teknik dasar yang di sebut teknik sadap.
Teknik sadap di sebut teknik dasar dalam metode simak karena pada
hakekatnya penyimakan diwujudkan dengan penyadapan. Teknik sadap sebagai
teknik dasar dilakukan dengan cara menyadap bahasa dalam percakapan yang
terjadi di Pasar Batu 12. Teknik simak dalam penelitian ini merupakan Tekik
Simak Libat Cakap (SLC) dan Teknik Simak Bebas Libat Cakap (SBLC). Di
dalam Tekiik Simak Libat Cakap peneliti ikut serta dalam percakapan dan di
dalam Teknik Simak Bebas Libat Cakap (SBLC) peneliti hanya berperan sebagai


38

Universitas Sumatera Utara

pengamat penggunaan bahasa dan tidak terlibat dalam pertuturan. Dengan
demikian, peneliti dapat leluasa memperhatikan tuturan dialog para pedagang,
termasuk di dalamnya peneliti juga mempelajari situasi tutur yang sedang
berlangsung. Dalam hal ini penggunaan bahasa yang dimaksud adalah tuturan
yang muncul dalam transaksi jual beli.
Teknik catat dan rekam merupakan teknik lanjutan dalam metode simak.
Disamping melakukan penyimakan, penulis juga melakukan pencatatan.
Pencatatan dilakukan langsung saat peneliti menyimak percakapan yang terjadi di
Pasar Batu 12 Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara.
Teknik yang digunakan selanjutnya adalah teknik rekam. Peneliti
merekam semua percakapan yang terjadi di Pasar Batu 12 untuk diamati kembali
dan sebagai bukti penelitian.

3.4. Metode dan Teknik Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dalah metode

padan. Metode padan adalah metode analisis data yang alat penentunya diluar,
terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan.
Metode padan dibedakan menjadi lima subjenis yaitu : (1) alat penentunya ialah
kenyataan yang ditunjuk atau diacu oleh bahasa (referent bahasa); (2) alat
penentunya organ pembentuk bahasa (organ wicara) yang ke (3); (4); dan (5) alat
penentunya bahasa lain atau langue lain, perekam dan pengawet bahasa (yaitu
tulisan) (Sudaryanto, 2015:15). Alat penentu dari luar bahasa maksudnya adalah
latar belakang penutur, misalnya siapa yang bertutur, darimana asal penutur,
penutur memiliki peran apa pada saat bertutur.

39

Universitas Sumatera Utara

Teknik dasar dari metode padan adalah teknik Pilah Unsur Penentu (PUP),
sedangkan alatnya ialah daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki oleh
penelitinya. Teknik lanjutan dari metode padan yang digunakan untuk
menganalisis

data dalam


penelitian

ini

yaitu

teknik

hubung

banding

memperbedakan (HBB). Teknik ini membandingkan dan memperjelas perbedaan
bentuk alih kode dan campur kode, dengan faktor yang melatarbelakangi peristiwa
alih kode dan campur kodenya.
Berikut ini contoh penggunaan alih kode bahasa Jawa dalam percakapan di
pasar Batu 12 Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara yang di analisis
dengan metode padan.


Konteks

: Percakapan antara penjual dan pembeli dalam interaksi jual beli
sayuran dan cabai.

(3) Pembeli 1
Penjual
Pembeli 2
Pembeli 1
Pembeli 2

: cabe merah masih mahal kak ?
: merah seprempat sepuluh, empat puluh sekilo
: nggolek terong yo
‘nyari terong ya’
: karepe, tapi teronge elek-elek
‘terserah, tapi terongnya jelek-jelek’
: nggak enek sayuran laen meneh
‘nggak ada sayuran lain lagi’


Penerapan analisis peristiwa tutur menurut Hymes dapat menjawab
permasalahan pertama yaitu bentuk alih kode dan permasalahan kedua yaitu
faktor-faktor penyebab alih kode dalam bahasa Jawa. Analisis data di atas adalah
sebagai berikut:

40

Universitas Sumatera Utara

Peristiwa tutur terjadi disalah satu tempat jual beli bahan pokok di Pasar
Batu 12 Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara. Situasi tuturan nonformal.
Waktu berlangsungnya peristiwa tutur adalah 25 Januari 2017 dalam interaksi jual
beli cabai di pasar Batu 12 Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara.
Percakapan dilakukan oleh seorang penjual dan dua orang pembeli yaitu
pembeli 1 dan pembeli 2. Pembeli 1 bertanya harga cabai kepada penjual dan
bercakap-cakap dengan pembeli 2 mengenai sayuran yang hendak di beli.
Bentuk peristiwa tutur adalah dialog (percakapan), bahasa yang digunakan
adalah bahasa Indonesia dan Jawa. Dalam tuturan terdapat alih kode intern. Alih
kode terjadi dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa yang dilakukan oleh pembeli 1
yaitu karepe, tapi teronge elek-elek, dalam bahasa Indonesia berarti terserah, tapi

terongnya jelek-jelek.
Faktor yang melatar belakangi terjadinya alih kode pada percakapan di
atas adalah hadirnya penutur ketiga yaitu pembeli 2. Pada tuturan di atas penutur
pertama yaitu pembeli 1 beralih kode ke bahasa Jawa karena hadirnya penutur
ketiga yaitu pembeli 2 untuk menyesuaikan penggunaan bahasa dengan tuturan
dari pembeli 2.
Berikut ini contoh penggunaan campur kode bahasa Aceh dalam
percakapan di pasar Batu 12 Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara yang di
analisis dengan metode padan.

Konteks

: Percakapan antara penjual dan pembeli dalam interaksi jual beli
timun

41

Universitas Sumatera Utara

(4) Pembeli

Penjual
Pembeli
Penjual

: padumtimunnya kak?
‘berapa timunnya kak?’
: enam ribu
: nggak lima
: hana dapat
‘nggak dapat’

Penerapan analisis peristiwa tutur menurut Hymes dapat menjawab
permasalahan pertama yaitu bentuk campur kode dan permasalahan kedua yaitu
faktor-faktor penyebab campur kode dalam bahasa Aceh. Analisis data di atas
adalah sebagai berikut:
Peristiwa tutur terjadi di salah satu tempat jual beli bahan pokok di Pasar
Batu 12 Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara. Situasi tuturan nonformal.
Waktu berlangsungnya peristiwa tutur adalah 25 Januari 2017 dalam interaksi jual
beli sayur di pasar Batu 12 Kabupaten Aceh Utara.
Bentuk peristiwa tutur adalah dialog (percakapan), bahasa yang digunakan

adalah bahasa Indonesia dan Aceh. Bentuk campur kode berupa penyisipan unsurunsur berwujud kata. Campur kode terjadi dari bahasa Aceh yaitu padum dan
hana, dalam bahasa Indonesia berarti berapa dan tidak masuk ke dalam tuturan
berbahasa Indonesia yaitu padum timunnya kak? danhana dapat.
Faktor yang melatar belakangi terjadinya campur kode pada percakapan di
atas ada dua, faktor tersebut yaitu 1) pembeli ingin menunjukkan kemampuannya
dalam menguasai bahasa lebih dari satu. Dalam hal ini yaitu bahasa Indonesia dan
bahasa Aceh. 2) penjual yang berasal dari suku Aceh ingin mengimbangi tuturan
dari lawan bicaranya yaitu pembeli.

42

Universitas Sumatera Utara

3.5. Metode Penyajian Hasil Analisis Data
Hasil penelitian alih kode dalam percakapan di Pasar Batu 12 Kecamatan
Cot Girek Kabupaten Aceh Utara ini disajikan dengan menggunakan metode
sajian informal. Metode sajian informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa,
walaupun dengan terminologi yang teknis sifatnya (Sudaryanto. 2015:241).
Dengan demikian, sajian hasil analisis data dalam penelitian ini tidak
memanfaatkan berbagai lambang, tanda, singkatan, seperti yang biasa digunakan
dalam metode penyajian hasil analisis data secara formal. Metode sajian informal
digunakan dalam menuangkan hasil analisis pada tulisan ini karena pada dasarnya
penelitian ini tidak memerlukan notasi formal. Metode ini dimaksudkan agar
dapat mempermudah pemahaman terhadap setiap hasil penelitian.

43

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Bentuk Alih Kode
Hasil penelitian yang dikemukakan dalam bab ini yaitu bentuk alih kode
dan campur kode serta faktor-faktor penyebab alih kode dan campur kode dalam
percakapan di Pasar Batu 12 Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara.
penelitian dilakukan terhadap penjual dan pembeli maupun sesama pembeli.
Bentuk alih kode dalam percakapan di Pasar Batu 12 Kecamatan Cot
Girek Kabupaten Aceh Utara ada empat yaitu 1) alih kode dari bahasa Indonesia
ke dalam bahasa Jawa, 2) alih kode dari bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia,
3) alih kode dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Aceh, dan 4) alih kode dari
bahasa Aceh ke dalam bahasa Indonesia.

4.1.1. Alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa

Konteks

: Percakapan antara sesama pembeli ketika akan membeli
sepatu pansus.

(5) Pembeli 1
Pembeli 2
Pembeli 1
Pembeli 2
Pembeli 1

: ini lo warna biru cantik kak (menunjuk sepatu
pansus yang ada di depannya)
: warna lain nggak ada
: warna merah
: emohlah, warna abang
‘tidak maulah warna merah’
: yowes ayok nggolek nggon laen
‘yasudah ayo cari tempat lain’

44

Universitas Sumatera Utara

Data 5 menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi disalah satu tempat jual
beli sandal di Pasar Batu 12 Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara. Situasi
tuturan nonformal. Waktu berlangsungnya peristiwa tutur adalah 31 Mei 2017
ketika akan membeli sepatu pansus di pasar Batu 12 Kecamatan Cot Girek
Kabupaten Aceh Utara.
Di dalam data ini, peneliti terlibat dalam percakapan yaitu sebagai pembeli
2. Percakapan dilakukan oleh dua orang pembeli yaitu pembeli 1 dan pembeli 2
yang merupakan ibu dan anak. Pembeli 1 menawarkan sepatu berwarna biru
kepada pembeli 2 kemudian pembeli 2 menolaknya.
Bentuk peristiwa tutur adalah dialog (percakapan), bahasa yang digunakan
adalah bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Dalam tuturan terdapat alih kode
intern. Alih kode terjadi dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa yang dilakukan
oleh pembeli 1 dan pembeli 2 yaitu emohlah, warna abang dan yowes ayok
nggolek nggon laen dalam bahasa Indonesia berarti tidak maulah,warna merah
dan yasudah ayo cari tempat lain.
Faktor yang melatar belakangi terjadinya alih kode pada percakapan di
atas ada dua, 1) faktor kekerabatan, peembeli 1 mengubah kode bahasanya karena
pembeli 1 dan pembeli 2 merupakan ibu dan anak sehingga mereka telah terbiasa
menggunakan bahasa Jawa untuk berbicara di lingkungannya. Dan 2) pembeli 1
ingin menyesuaikan tuturan dengan pembeli 2.
Percakapan (6) berikut ini mengandung alih kode dari bahasa Indonesia ke
bahasa Jawa dalam interaksi jual beli cabai dan sayuran.

45

Universitas Sumatera Utara

Konteks

: Percakapan antara penjual dan pembeli serta sesama
pembeli dalam interaksi jual beli cabai dan sayuran.

(6) Pembeli 1

: cabe kecil berapa?

Penjual
Pembeli 2

: seprempat lima ribu
: tuku kembang kates mak
‘beli bunga pepaya mak’
: iyo yo wes sui nggak pernah nyayor kembang
kates
‘iya ya sudah lama tidak pernah masak bunga
Pepaya’

Pembeli 1

Data 6 menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi disalah satu tempat jual
beli sayuran di Pasar Batu 12 Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara.
Situasi tuturan nonformal. Waktu berlangsungnya peristiwa tutur adalah 24 Mei
2017 dalam interaksi jual beli sayuran di pasar Batu 12 Kecamatan Cot Girek
Kabupaten Aceh Utara.
Di dalam data ini, peneliti terlibat dalam percakapan yaitu sebagai pembeli
2. Percakapan dilakukan oleh seorang penjual dan dua orang pembeli yaitu
pembeli 1 dan pembeli 2.Pembeli 1 bertanya harga cabai kepada penjual,
kemudian bercakap-cakap dengan pembeli 2 mengenai sayur bunga pepaya.
Bentuk peristiwa tutur adalah dialog (percakapan), bahasa yang digunakan
adalah bahasa Indonesia dan Jawa. Dalam tuturan terdapat alih kode intern. Alih
kode terjadi dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa yang dilakukan oleh pembeli 1
yaituiyo yo wes sui nggak pernah nyayor kembang kates dalam bahasa Indonesia
berarti iya ya sudah lama tidak pernah masak bunga pepaya.
Faktor yang melatar belakangi terjadinya alih kode pada percakapan di
atas adalah hadirnya orang ketiga yaitu pembeli 2. Pada tuturan di atas penutur

46

Universitas Sumatera Utara

yaitu pembeli beralih kode ke bahasa Jawa karena hadirnya orang ketiga yaitu
pembeli 2 yang ingin membeli bunga pepaya.

4.1.2. Alih kode dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia

Konteks

: Percakapan antara sesama pembeli di tempat jual beli
bawang.

(7) Pembeli 1
Pembeli 2
Pembeli 1
Pembeli 2
Pembeli 1
Pembeli 2
Pembeli 1
Penjual

: ndue rematik yo de
‘punya rematik ya de’
: emboh, mboh rematik mboh opo
‘entah, ntah rematik ntah apa’
: lek rematik rasane piye?
‘kalau rematik rasanya gimana?’
: lek ndodok suwi-suwi gringgingen
‘kalau jongkok lama-lama kesemutan’
: oh ngono kui, nggak tahan ndodok lah yo
‘oh gitu, nggak tahan jongkok lah ya’
: iyo
‘iya’
: kecil-kecil kali (memilih bawang putih), berapa
ini?
: lima ribu satu ons

Data 7 menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi disalah satu tempat jual
beli bawang di Pasar Batu 12 Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara.
Situasi tuturan nonformal. Waktu berlangsungnya peristiwa tutur adalah 24 Mei
2017 dalam interaksi jual beli bawang di pasar Batu 12 Kecamatan Cot Girek
Kabupaten Aceh Utara.
Percakapan dilakukan oleh dua orang pembeli yaitu pembeli 1 dan pembeli
2 dan seorang penjual. Pembeli 1 dan pembeli 2 merupakan penutur bahasa yang
sama yaitu bahasa Jawa. Hal ini dapat dilihat dari percakapan keduanya yang fasih

47

Universitas Sumatera Utara

menggunakan bahasa Jawa. Pembeli 1 dan pembeli 2 bercakap-cakap tentang
sakit rematik yang di derita oleh pembeli 2 menggunakan bahasa Jawa. Kemudian
pembeli 1 menanyakan harga bawang putih kepada penjual menggunakan bahasa
Indonesia.
Bentuk peristiwa tutur adalah dialog (percakapan), bahasa yang digunakan
adalah bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Dalam tuturan terdapat alih kode
intern. Alih kode terjadi dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia yang dilakukan
oleh pembeli 1 yaitu kecil-kecil kalidan berapa ini?.
Faktor yang melatar belakangi terjadinya alih kode pada percakapan di
atas adalah pendengar atau lawan tutur/ mitra tutur. Pada tuturan di atas penutur
pertama yaitu pembeli 1 beralih kode ke bahasa Indonesia karena ingin
menyesuaikan tuturan dengan mitra tutur yaitu penjual.
Percakapan (8) berikut ini mengandung alih kode dari bahasa Jawa ke
bahasa Indonesia dalam interaksi jual beli pakaian dalam.

Konteks

(8) Pembeli 1
Pembeli 2

Pembeli 1
Pembeli 2
Pembeli 1
Pembeli 2
Pembeli 1

: Percakapan sesama pembeli ketika akan membeli bra.

: nggak nggae kawat kan nggak popo lo kak
‘tidak pakai kawat kan tidak papa lo kak”
: lek nggak nggae kawat aku cepet rusak, nggak
awet
‘kalau tidak pakai kawat aku cepat rusak, tidak
tahan lama’
: yang pake kawat tadi nomernya nggak ada
: nggak ada
: ini (memberi bra yang lain)
: itu pake kawat nggak
: enggak

48

Universitas Sumatera Utara

Data 8 menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi disalah satu tempat jual
beli pakaian di Pasar Batu 12 Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara.
Situasi tuturan nonformal. Waktu berlangsungnya peristiwa tutur adalah 24 Mei
2017 dalam interaksi jual beli pakaian dalam di pasar Batu 12 Kecamatan Cot
Girek Kabupaten Aceh Utara.
Di dalam data ini, peneliti terlibat dalam percakapan yaitu sebagai pembeli
2. Percakapan dilakukan oleh dua orang pembeli yaitu pembeli 1 dan pembeli 2.
Pembeli 1 dan pembeli 2 bercakap-cakap sambil memilih-milih bra.
Bentuk peristiwa tutur adalah dialog (percakapan), bahasa yang digunakan
adalah bahasa Indonesia dan Jawa. Dalam tuturan terdapat alih kode intern. Alih
kode terjadi dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia yang dilakukan oleh pembeli 1
dan pembeli 2 yaituyang pake kawat tadi nomernya nggak ada, nggak ada, ini
(memberi bra yang lain), itu pake kawat nggak dan enggak.
Faktor yang melatar belakangi terjadinya alih kode pada percakapan di
atas adalah pendengar atau lawan tutur/ mitra tutur. Pada tuturan di atas penutur
kedua yaitu pembeli 2 beralih kode ke bahasa Indonesia karena ingin
menyesuaikan atau mengimbangi tuturan lawan bicaranya yaitu pembeli 1.

4.1.3. Alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Aceh

Konteks

: Percakapan antara penjual dan pembeli dalam interaksi
jual beli cabai.

(9) Penjual
Pembeli

: cabe ijo berapa?
: dua ribu aja, hehehe (sambil ketawa).

49

Universitas Sumatera Utara

Penjual
Pembeli

Penjual

Hai bang Midi
: ha
: meunyo hino bahasa Aceh, meunyo di Cot Girek
bahasa Indonesia
‘kalau di sini pakai bahasa Aceh, kalau di Cot
Girek pakai bahasa Indonesia”
: hana bahan
‘nggak ada bahan’

Data 9 menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi disalah satu tempat jual
beli cabai di Pasar Batu 12 Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara. Situasi
tuturan nonformal. Waktu berlangsungnya peristiwa tutur adalah 31 Mei 2017
dalam interaksi jual beli cabai di pasar Batu 12 Kecamatan Cot Girek Kabupaten
Aceh Utara.
Percakapan dilakukan oleh seorang penjual dan seorang pembeli. Penjual
dan pembeli sudah saling mengenal, pembeli merupakan pelanggan dari penjual.
Pembeli menanyakan harga cabai kepada penjual menggunakan bahasa Indonesia
kemudian bercakap-cakap tentang bahasa yang digunakan penjual saat berdagang.
Bentuk peristiwa tutur adalah dialog (percakapan), bahasa yang digunakan
adalah bahasa Indonesia dan Aceh. Dalam tuturan terdapat alih kode intern. Alih
kode terjadi dari bahasa Indonesia ke bahasa Aceh yang dilakukan oleh penjual
dan pembeli yaitu meunyo hino bahasa Aceh, meunyo di Cot Girek bahasa
Indonesia dan hana bahan dalam bahasa Indonesia berarti kalu di sini pakai
bahasa Aceh, kalau di Cot Girek pakai bahasa Indonesia dan tidak ada bahan.
Faktor yang melatar belakangi terjadinya alih kode pada percakapan di
atas adalah faktor kedekatan. Pada tuturan di atas penutur pertama dan penutur
kedua yaitu penjual dan pembeli beralih kode ke bahasa Aceh karena mereka

50

Universitas Sumatera Utara

sudah saling mengenal sehingga penjual mampu menyesuaikan tuturan dengan
lawan bicaranya..
Penggalan percakapan (10) berikut ini mengandung alih kode dari bahasa
Indonesia ke bahasa Aceh dalam interaksi jual beli rimbang dan cabai.
Konteks

: percakapan penjual dan pembeli dalam transaksi jual beli
sayur dan cabai.

(10)

Penjual
Pembeli 1

Penjual
Pembeli 1
Penjual
Pembeli 2
Pembeli 1
Pembeli 3
Penjual
Pembeli 3

: udah ditimbang apa belum
: itu udah enam ons (menunjuk rimbang), ini
setengah (menunjuk cabai merah), ini seprempat
(menunjuk cabai hijau)
: ini seprempat cabe ijo ya (memegang plastik berisi
cabai hijau)
: iya
: empat, empat, empat, dua belas (memasukkan
belanjaan ke dalam plastik besar)
: berapa bang?
: dua belas
: ooo yang ubeut neuboh
‘ooo yang kecil di taruh’
: yang ubeut padum
‘yang kecil berapa’
: padum si on
‘berapa satu ons’

Data 10 menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi disalah satu tempat jual
beli sayuran dan cabai di Pasar Batu 12 Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh
Utara. Situasi tuturan nonformal. Waktu berlangsungnya peristiwa tutur adalah 31
Mei 2017 dalam interaksi jual beli sayuran dan cabai di pasar Batu 12 Kecamatan
Cot Girek Kabupaten Aceh Utara.
Di dalam data ini, peneliti terlibar dalam percakapan yaitu sebagai pembeli
2. Percakapan dilakukan oleh seorang penjual dan tiga orang pembeli yaitu
pembeli 1, pembeli 2 dan pembeli 3. Pembeli 1 dan pembeli 2 merupakan ibu dan

51

Universitas Sumatera Utara

anak. Penjual menghitung total barang belanjaan yang harus di bayar oleh pembeli
1 dan pembeli 2 menggunakan bahasa Indonesia, kemudian pembeli 3 meminta
cabai kecil kepada penjual dan menanyakan harganya menggunakan bahasa Aceh.
Bentuk peristiwa tutur adalah dialog (percakapan), bahasa yang digunakan
adalah bahasa Indonesia dan Aceh. Dalam tuturan terdapat alih kode intern. Alih
kode terjadi dari bahasa Indonesia ke bahasa Aceh yang dilakukan oleh penjual
yaituyang ubeut padum dalam bahasa Indonesia berarti yang kecil berapa?.
Faktor yang melatar belakangi terjadinya alih kode pada percakapan di
atas adalah hadirnya orang ketiga yaitu pembeli 3. Pada tuturan di atas penjual
beralih kode ke bahasa Aceh karena hadirnya pembeli 3 untuk menyesuaikan
penggunaan bahasa dengan tuturan dari pembeli 3.

4.1.4. Alih kode dari bahasa Aceh ke bahasa Indonesia

Konteks

: Percakapan antara penjual dan pembeli dalam interaksi
jual beli cabai.

(11)

Pembeli 1
Penjual
Pembeli 2
Penjual
Pembeli 2
Penjual
Pembeli 2
Penjual

: padum capli ubeut si on?
‘berapa cabai kecil satu ons?’
: dua ribee
‘dua ribu’
: berapa cabenya ini? (menunjuk cabai merah)
: seprempat empat ribu
: ehm
: seprempat empat ribu
: seprempat empat ribu?
: ya

52

Universitas Sumatera Utara

Data 11 menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi disalah satu tempat jual
beli cabai di Pasar Batu 12 Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara. Situasi
tuturan nonformal. Waktu berlangsungnya peristiwa tutur adalah 24 Mei 2017
dalam interaksi jual beli cabai di pasar Batu 12 Kecamatan Cot Girek Kabupaten
Aceh Utara.
Percakapan dilakukan oleh seorang penjual dan dua orang pembeli yaitu
pembeli 1 dan pembeli 2. Pembeli 1 menanyakan harga cabai kepada penjual
menggunakan bahasa Aceh, kemudian pembeli 2 juga menanyakan harga cabai
kepada penjual menggunakan bahasa Indonesia.
Bentuk peristiwa tutur adalah dialog (percakapan), bahasa yang digunakan
adalah bahasa Indonesia dan Aceh. Dalam tuturan terdapat alih kode intern. Alih
kode terjadi dari bahasa Aceh ke bahasa Indonesia yang dilakukan oleh penjual
yaituseprempat empat ribu dan ya.
Faktor yang melatar belakangi terjadinya alih kode pada percakapan di
atas adalah hadirnya orang ketiga yaitu pembeli 2. Pada tuturan di atas penjual
beralih kode ke bahasa Indonesia karena hadirnya pembeli 2 untuk menyesuaikan
penggunaan bahasa dengan tuturan dari pembeli 2.
Percakapan (12) berikut ini mengandung alih kode dari bahasa Aceh ke
bahasa Indonesia dalam interaksi jual beli timun dan cabai.

Konteks

: Percakapan antara penjual dan pembeli dalam transaksi
jual beli timun dan cabai.

(12)

Pembeli 1

: boh timun padit nyan?
‘mentimun ini berapa?’

53

Universitas Sumatera Utara

Penjual

Pembeli 1
Penjual
Pembeli 2

: peut (menunjukkan angka empat dengan jarinya)
‘empat’ (menunjukkan angka empat dengan
jarinya)
: peut ribee?
‘empat ribu?’
: satu ons ya (menimbang cabai hijau)
: satu ons ajalah

Data 12 menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi disalah satu tempat jual
beli timun dan cabai di Pasar Batu 12 Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh
Utara. Situasi tuturan nonformal. Waktu berlangsungnya peristiwa tutur adalah 24
Mei 2017 dalam interaksi jual beli timun dan cabai di pasar Batu 12 Kecamatan
Cot Girek Kabupaten Aceh Utara.
Percakapan dilakukan oleh seorang penjual dan dua orang pembeli yaitu
pembeli 1 dan pembeli 2. Pembeli 1 menanyakan harga timun kepada penjual
menggunakan bahasa Aceh, kemudian penjual bertanya kepada pembeli 2 berapa
ons cabai yang harus ia berikan menggunakan bahasa Indonesia. Sebelum penjual
berbicara dengan pembeli 1, pembeli 2 sudah menanyakan harga cabai kepada
penjual terlebih dahulu.
Bentuk peristiwa tutur adalah dialog (percakapan), bahasa yang digunakan
adalah bahasa Indonesia dan Aceh. Dalam tuturan terdapat alih kode intern. Alih
kode terjadi dari bahasa Aceh ke bahasa Indonesia yang dilakukan oleh penjual
yaitusatu ons ya.
Faktor yang melatar belakangi terjadinya alih kode pada percakapan di
atas adalah hadirnya orang ketiga yaitu pembeli 2. Pada tuturan di atas penjual
beralih kode ke bahasa Indonesia karena hadirnya pembeli 2 untuk menyesuaikan
penggunaan bahasa dengan tuturan dari pembeli 2.

54

Universitas Sumatera Utara

4.2. Faktor Penyebab Alih Kode
Alih kode dapat terjadi karena masyarakat tutur dwibahasawan bahkan
multibahasawan. Untuk dapat menggunakan dua bahasa tentunya seseorang harus
menguasai kedua bahasa itu. Pertama, bahasa ibunya sendiri atau bahasa
pertamanya, dan yang kedua adalah bahasa lain yang menjadi bahasa keduanya.
Di Pasar Batu 12 Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara alih kode
terjadi antara bahasa Jawa, bahasa Aceh dan bahasa Indonesia, alih kode tersebut
dapat terjadi saat berinteraksi jual beli yang bersifat informal, perubahan situasi
bicara dan tempat dimana kita bertutur. Alih kode pada interaksi jual beli terjadi
hanya pada saat transaksi jual beli berlangsung.
Dengan demikian alih kode dapat terjadi karena dilatarbelakangi oleh
berbagai alasan atau sebab. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya alih kode
di Pasar Batu 12 Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara yaitu :
1. Hadirnya orang ketiga
2. Adanya maksud tertentu
3. Menyesuaikan kode bahasa yang digunakan lawan bicara.
4. Pembeli ingin memperjelas ucapan penjual

4.2.1. Hadirnya Orang Ketiga
Percakapan tawar-menawar atau bertanya seputar harga antara penjual dan
pembeli sering datangsatu pembeli, dua pembeli atau bahkan beberapa pembeli
yang lain.
Dua orang yang mempunyai bahasa ibu yang sama, pada umumnya
berinteraksi dengan bahasa ibunya. Kehadiran orang ketiga yang tidak berlatar
55

Universitas Sumatera Utara

belakang bahasa yang sama dengan bahasa yang sedang digunakan oleh penutur
atau lawan tutur dapat menyebabkan peristiwa alih kode. Agar mereka bisa
berkomunikasi, penutur maupun lawan tutur harus mengganti kode bahasanya.
Peristiwa alih kode yang disebabkan oleh hadirnya orang ketiga dapat kita lihat
seperti dibawah ini:
Konteks

: Percakapan antara penjual dan pembeli dalam interaksi
jual beli sayuran dan cabai.

(13)

Pembeli 1

: terongnya berapa kak?

Penjual
Pembeli 1
Pembeli 2

: terong empat ribu
: satu kilo
: padum capli rayek nyo? (menunjuk cabai hijau)
‘berapa cabe hijau ini?’
: seprempat tujoh ribee
‘seprempat tujuh ribu’
: nyan boh kuyun? (menunjuk jeruk nipis)
‘ini jeruk nipis?’
: siploh
‘sepuluh’

Penjual
Pembeli 2
Penjual

Dari percakapan diatas terlihat bahwa alih kode dilakukan oleh penjual
karena hadirnya orang ketiga yaitu pembeli 2. Data 13 menunjukkan peristiwa
tutur yang terjadi disalah satu tempat jual beli sayuran dan cabai di Pasar Batu 12
Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara. Situasi tuturan nonformal. Waktu
berlangsungnya peristiwa tutur adalah 24 Mei 2017 dalam interaksi jual beli
sayuran dan cabai di pasar Batu 12 Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara.
Percakapan dilakukan oleh seorang penjual dan dua orang pembeli yaitu
pembeli 1 dan pembeli 2. Pembeli 1 menanyakan harga terong kepada penjual

56

Universitas Sumatera Utara

menggunakan bahasa Indonesia dan pembeli 2 menanyakan harga cabai dan jeruk
nipis kepada penjual menggunakan bahasa Aceh.
Bentuk peristiwa tutur adalah dialog (percakapan), bahasa yang digunakan
adalah bahasa Indonesia dan Aceh. Dalam tuturan terdapat alih kode intern. Alih
kode terjadi dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Aceh yang dilakukan oleh
penjual yaituseprempat tujoh ribeedan siploh dalam bahasa Indonesia berarti
seprempat tujuh ribu dan sepuluh.
Faktor yang melatar belakangi terjadinya alih kode pada percakapan di
atas adalah hadirnya orang ketiga yaitu pembeli 2. Pada tuturan di atas penjual
beralih kode ke bahasa Aceh karena hadirnya pembeli 2 yang menanyakan harga
cabai dan jeruk nipis.
Percakapan (14) berikut ini berupa tanya jawab antara penjual dan pembeli
mengenai harga sayuran.

Konteks

: Percakapan antara penjual dan pembeli dalam interaksi
jual beli sayuran.

(14)

Pembeli 1

Penjual
Pembeli 1

Pembeli 2
Pembeli 1
Pembeli 2
Pembeli 1

: piro kacang bang? Sepuluh.
Kembang kates?
‘berapa kacang bang? Sepuluh.
Bunga pepaya?’
: delapan ribu
: huhuhuh (mengerutkan muka) larang-larang
kabeh
‘huhuhu (mengerutkan muka) mahal-mahal
semua’
: itu rimbang (menunjuk rimbang)
: hah (tidak mendengar apa yang diucapkan pembeli
2)
: rimbang
: rimbang bang?

57

Universitas Sumatera Utara

Dari percakapan diatas terlihat bahwa alih kode dilakukan oleh pembeli 1
karena hadirnya orang ketiga yaitu pembeli 2. Data 14 menunjukkan peristiwa
tutur yang terjadi disalah satu tempat jual beli sayuran di Pasar Batu 12
Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara. Situasi tuturan nonformal. Waktu
berlangsungnya peristiwa tutur adalah 31 Mei 2017 dalam interaksi jual beli
sayuran di pasar Batu 12 Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara.
Percakapan dilakukan oleh seorang penjual yang berasal dari suku Aceh
dan dua orang pembeli yaitu pembeli 1 dan pembeli 2 yang berasal dari suku
Jawa. Pembeli 1 dan pembeli 2 merupakan ibu dan anak. Pembeli 1 menanyakan
harga kacang kepada penjual menggunakan bahasa Jawa, kemudian pembeli 2
menunjukkan rimbang kepada pembeli 1. Pembeli 1 juga menanyakan harga
rimbang kepada penjual menggunakan bahasa Indonesia.
Bentuk peristiwa tutur adalah dialog (percakapan), bahasa yang digunakan
adalah bahasa Indonesia dan Jawa. Dalam tuturan terdapat alih kode intern. Alih
kode terjadi dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia yang dilakukan oleh pembeli 1
yaiturimbang bang?.
Faktor yang melatar belakangi terjadinya alih kode pada percakapan di
atas adalah hadirnya orang ketiga yaitu pembeli 2. Pada tuturan di atas pembeli 1
beralih kode ke bahasa Indonesia karena hadirnya pembeli 2 yang memberi tahu
adanya rimbang kepada pembeli 2.

58

Universitas Sumatera Utara

4.2.2. Adanya Maksud Tertentu
Alih kode yang disebabkan oleh faktor ini juga sering terjadi dalam
interaksi jual beli. Peristiwa alih kode yang disebabkan karena adanya maksud
tertentu dapat kita lihat seperti dibawah ini.

Konteks

: Percakapan antara penjual dan pembeli dalam interaksi
jual beli sandal.

(15)

Pembeli 1
Penjual
Pembeli 1
Penjual
Pembeli 1
Penjual
Pembeli 1
Penjual
Pembeli 2
Pembeli 1

: berapa ini bang? (memegang sandal)
: tiga lapan
: ha (menunjukkan ekspresi terkejut)
: tiga lapan
: iih bagus beli yang bagus sekalian kok, kek gini
tiga lapan
: udah tiga puluh lapan ribu lima ratus saya kasih,
hihihi (sambil ketawa)
: helleh
: tiga lima
: mahal kali
: koyok ngene kok tiga lima, larang mbanget
kak,koyok ngene ha
‘kayak gini kok tiga lima, mahal kali kak, kayak
gini ha’ (menunjukkan sandal kepada pembeli 2)

Dari percakapan diatas terlihat bahwa alih kode dilakukan oleh pembeli 1
karena adanya maksud tertentu. Data 15 menunjukkan eristiwa tutur yang terjadi
disalah satu tempat jual beli sandal di Pasar Batu 12 Kecamatan Cot Girek
Kabupaten Aceh Utara. Situasi tuturan nonformal. Waktu berlangsungnya
peristiwa tutur adalah 24 Mei 2017 dalam interaksi jual beli sandal di pasar Batu
12 Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara.
Di dalam data ini, peneliti terlibat dalam percakapan yaitu sebagai pembeli
2. Percakapan dilakukan oleh seorang penjual dan dua orang pembeli yaitu

59

Universitas Sumatera Utara

pembeli 1 dan pembeli 2. Pembeli 1 menanyakan harga sandal kepada penjual
menggunakan bahasa Indonesia kemudian pembeli 2 mengomentari harga yang
diberi penjual. Sehingga terjadi proses tawar menawar.
Bentuk peristiwa tutur adalah dialog (percakapan), bahasa yang digunakan
adalah bahasa Indonesia dan Jawa. Dalam tuturan terdapat alih kode intern. Alih
kode terjadi dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa yang dilakukan oleh pembeli 1
yaitukoyok ngene kok tiga lima larang mbanget kak, koyok ngene ha dalam
bahasa Indonesia berarti seperti ini kok tiga lima mahal sekali kak, seperti ini ha.
Faktor yang melatar belakangi terjadinya alih kode pada percakapan di
atas adalah pembicara atau penutur. Pada tuturan di atas pembeli 1 beralih kode ke
bahasa Jawa karena adanya maksud tertentu yaitu agar penjual tidak mengerti apa
yang di ucapkan pembeli 1 kepada pembeli 2.
Percakapan (16) berikut ini mengenai transaksi jual beli sayuran.

Konteks

: Percakapan antara penjual dan pembeli dalam transaksi
jual beli sayuran.

(16)

Pembeli
Penjual
Pembeli
Penjual
Pembeli
Penjual
Pembeli

Penjual
Pembeli

: terongnya satu kilo kak
: tadi berapa tadi
: belum, belum ditimbang itu
: lima ribu, satu kilo ya
: satu kilo aja (memberi uang sepuluh
ribuan)
: (memberi uang kembalian)
: ganti seng apik ngopo, koyok ngono engko
nggak laku
‘ganti yang cantik mengapa, kayak gitu
nanti nggak laku’
: (memberi uang yang lain)
: hmmm, makasih ya

60

Universitas Sumatera Utara

Dari percakapan diatas terlihat bahwa alih kode dilakukan oleh pembeli
karena adanya maksud tertentu. Data 16 menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi
disalah satu tempat jual beli sayuran di Pasar Batu 12 Kecamatan Cot Girek
Kabupaten Aceh Utara. Situasi tuturan nonformal. Waktu berlangsungnya
peristiwa tutur adalah 24 Mei 2017 dalam interaksi jual beli sayuran di pasar Batu
12 Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara.
Percakapan dilakukan oleh seorang penjual dan seorang pembeli. Pembeli
bertannya harga terong kepada penjual menggunakan bahasa Indonesia, kemudian
penjual memberikan terong yang diminta pembeli dan mereka melakukan
transaksi pembayaran.
Bentuk peristiwa tutur adalah dialog (percakapan), bahasa yang digunakan
adalah bahasa Indonesia dan Jawa. Dalam tuturan terdapat alih kode intern. Alih
kode terjadi dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa yang dilakukan oleh pembeli
yaituganti seng apik ngopo, koyok ngono engko nggak laku dalam bahasa
Indonesia berarti ganti yang cantik mengapa, seperti ini nanti tidak laku.
Faktor yang melatar belakangi terjadinya alih kode pada percakapan di
atas yaitu adanya maksud tertentu. Pada tuturan di atas pembeli beralih kode ke
bahasa Jawa karena adanya maksud tertentu yaitu agar mendapatkan uang
kembalian yang lebih bagus.

4.2.3. Menyesuaikan Kode Bahasa Yang Digunakan Lawan Bicara
Kode yang dipakai penjual maupun pembeli dalam berinteraksi tidaklah
sama. Ketidaksamaan kode yang dikuasai oleh kedua belah pihak itu sering kali
menghambat jalannya proses transaksi, bahkan bias terjadi kesalahpahaman. Agar

61

Universitas Sumatera Utara

komunikasi antara kedua belah pihak berjalan lancar, mereka harus mengganti
kode bahasanya. Peristiwa alih kode yang disebabkan oleh penyesuaian kode
bahasa yang digunakan lawan bicara dapat kita lihat dalam penggalan percakapan
seperti dibawah ini:

Konteks

: Percakapan antara penjual dan pembeli dalam interaksi
jual beli ubi.

(17)

Penjual
Pembeli
Penjual
Pembeli
Penjual
Pembeli

: telo seng warna biru yo
‘ubi yang warna biru ya’
: enggak, cari yang warna oren, kayak wortel
: ini kek wortel (menunjuk ubi yang ada di
depannya)
: mana, warnanya aja udah tinggal
: ini, kek gini juga warnanya sama (menunjuk ubi
yang ada di depannya)
: kurang oren

Dari penggalan percakapan diatas terlihat bahwa alih kode dilakukan oleh
penjual karena ingin menyesuaikan kode bahasa yang digunakan lawan bicaranya
yaitu pembeli. Data 17 menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi disalah satu
tempat jual beli ubi di Pasar Batu 12 Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh
Utara. Situasi tuturan nonformal. Waktu berlangsungnya peristiwa tutur adalah 24
Mei 2017 dalam interaksi jual beli ubi di pasar Batu 12 Kecamatan Cot Girek
Kabupaten Aceh Utara.
Percakapan dilakukan oleh seorang penjual dan seorang pembeli. Awalnya
penjual berbicara menggunakan bahasa Jawa, namun pembeli berbicara
menggunakan bahasa Indonesia, akhirnya mereka bercakap-cakap mengenai ubi

62

Universitas Sumatera Utara

yang berwarna kuning yang akan dijadikan bahan untuk membuat kue bawang
pesanan orang menggunakan bahasa Indonesia.
Bentuk peristiwa tutur adalah dialog (percakapan), bahasa yang digunakan
adalah bahasa Indonesia dan Jawa. Dalam tuturan terdapat alih kode intern. Alih
kode terjadi dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia yang dilakukan oleh penjual
yaituini kek worteldan ini, kek gini juga warnanya sama.
Faktor yang melatar belakangi terjadinya alih kode pada percakapan di
atas yaitu untuk menyesuaikan tuturan dengan lawan bicara. Pada tuturan di atas
penjual beralih kode ke bahasa Indonesia untuk menyesuaikan kode bahasa yang
digunakan lawan bicaranya yaitu pembeli.
Penggalan percakapan (18) berikut ini mengenai ubi yang akan di jadikan
bahan untuk membuat kue bawang.

Konteks

: Percakapan antara penjual dan pembeli dalam interaksi
jual beli ubi.

(18)

Penjual

Pembeli

Penjual
Pembeli

: enggak, wingi kan aku ditawani adekku mengko
lek enek wong perlu ubi seng ireng opo seng
kuning omonge kan kon nelpon
‘enggak, kemarin kan aku ditawari adikku nanti
kalau ada orang perlu ubi yang hitam apa yang
kuning katanya kan disuruh nelfon
: ya, yang kuning perlu ni, banyak yang mesan
kuning kue bawangnya, sekarang yang ungu udah
kurang
: yang biru udah kurang ya
: yang ungu cuma empat kilo setengah, yang kuning
sepuluh kilo

63

Universitas Sumatera Utara

Dari penggalan percakapan diatas terlihat bahwa alih kode dilakukan oleh
penjual karena ingin menyesuaikan kode bahasa yang digunakan lawan bicaranya
yaitu pembeli. Data 18 menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi disalah satu
tempat jual beli ubi di Pasar Batu 12 Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh
Utara. Situasi tuturan nonformal. Waktu berlangsungnya peristiwa tutur adalah 24
Mei 2017 dalam interaksi jual beli ubi di pasar Batu 12 Kecamatan Cot Girek
Kabupaten Aceh Utara.
Percakapan dilakukan oleh seorang penjual dan seorang pembeli. Awalnya
penjual berbicara menggunakan bahasa Jawa, namun pembeli berbicara
menggunakan bahasa Indonesia, akhirnya mereka bercakap-cakap mengenai ubi
yang berwarna kuning yang akan dijadikan bahan untuk membuat kue bawang
pesanan orang menggunakan bahasa Indonesia.
Bentuk peristiwa tutur adalah dialog (percakapan), bahasa yang digunakan
adalah bahasa Indonesia dan Jawa. Dalam tuturan terdapat alih kode intern. Alih
kode terjadi dari Bahasa Jawa ke bahasa Indonesia yang dilakukan oleh penjual
yaituyang biru udah kurang ya.
Faktor yang melatar belakangi terjadinya alih kode pada percakapan di
atas yaitu untuk menyesuaikan tuturan dengan lawan bicara. Pada tuturan di atas
penjual beralih kode ke bahasa Indonesia untuk menyesuaikan kode bahasa yang
digunakan lawan bicaranya yaitu pembeli.

64

Universitas Sumatera Utara

4.4.1. Pembeli Ingin Memperjelas Ucapan Penjual

Konteks : Percakapan antara penjual dan pembeli dalam interaksi jual beli
sayuran.

(19)

Penjual
Pembeli
Penjual
Pembeli
Penjual
Pembeli
Penjual

: sapa lagi, sapa lagi
: ini udah, tadi udah ditimbang.
Bang itu berapa bang? ( menunjuk rimbang )
: apanya
: rimbang itu
: setengah empat sekilo 7
: sekilo piro?
‘satu kilo berapa?’
: tujuh ribu, setengah empat, seprempat dua ribu

Peristiwa tutur di atas terjadi disalah satu tempat jual beli sayuran di Pasar
Batu 12 Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara. Situasi tuturan nonformal.
Waktu berlangsungnya peristiwa tutur adalah 24 Mei 2017 dalam interaksi jual
beli sayuran di pasar Batu 12 Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara.
Percakapan dilakukan oleh seorang penjual yang berasal dari suku Aceh
dan seorang pembeli yang berasal dari suku Jawa. Pembeli bertanya harga
rimbang kepada penjual.
Bentuk peristiwa tutur adalah dialog (percakapan), bahasa yang digunakan
adalah bahasa Indonesia dan Jawa. Dalam tuturan terdapat alih kode intern. Alih
kode terjadi dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa yang dilakukan oleh pembeli
yaitusekilo piro? dalam bahasa Indonesia berarti satu kilo berapa?.
Faktor yang melatar belakangi terjadinya alih kode pada percakapan di
atas adalah pembeli ingin memperjelas ucapan penjual. Pada tuturan di atas lawan

65

Universitas Sumatera Utara

tutur yaitu pembeli beralih kode ke bahasa Jawa karena ingin memperjelas ucapan
penjual.

4.3. Bentuk Campur Kode
Dari hasil peelitian yang dilakukan ditemukan tiga bentuk campur kode
yang terdapat dalam percakapan di Pasar Batu 12 Kecamatan Cot Girek
Kabupaten Aceh Utara. Bentuk campur kode tersebut dibagi menurut struktur
kebahasaan. Bentuk campur kode yang ditemukan yaitu 1) campur kode berupa
penyisipan unsur-unsur berwujud kata, 2) campur kode berupa penyisipan unsurunsur frasa, 3) campur kode berupa penyisipan unsur-unsur berwujud perulangan
kata. Berikut ini analisis mengenai 3 bentuk campur kode yang ditemukan dalam
percakapan di Pasar Batu 12 Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara.

4.3.1. Campur Kode Berupa Penyisipan Unsur-unsur Berwujud Kata

Konteks

: Percakapan sesama pembeli ketika akan membeli ikan
asin.

(20)

Pembeli 1
Pembeli 2
Pembeli 1
Pembeli 2
Pembeli 1

: tuku ikan asin ya kak
‘beli ikan asin ya kak’
: untuk apa mak
: ya di sayur
: teri aja mak
: ini aja kak (menunjuk ikan asin kecil-kecil)
ditumis pakek cabe ijo enak. Kalok beli teri
seprempat dibuang kepalanya sama taiknya tinggal
se ons

66

Universitas Sumatera Utara

Data di atas terdiri dari dua orang pembeli. Di dalam data ini, peneliti
terlibat dalam percakapan yaitu sebagaipembeli 2. Pembeli 1 dan pembeli 2
merupakan ibu dan anak. Data 20 menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi
disalah satu tempat jual beli ikan asin di Pasar Batu 12 Kecamatan Cot Girek
Kabupaten Aceh Utara. Situasi tuturan nonformal. Waktu berlangsungnya
peristiwa tutur adalah 24 mei 2017 dalam interaksi jual beli ikan asin di pasar
Batu 12 Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara.
Bentuk peristiwa tutur adalah dialog (percakapan), bahasa yang digunakan
adalah bahasa Indonesia dan Jawa. Bentuk campur kode berupa penyisipan kata.
Campur kode terjadi dari bahasa Jawa yaitu tuku dalam bahasa Indonesia berarti
beli, masuk ke dalam tuturan berbahasa Indonesia yaitu tuku ikan asin ya kak.
Faktor yang melatar belakangi terjadinya campur kode pada percakapan di
atas adalah akibat atau hasil yang dikehendaki. Pada tuturan di atas pembeli 1
mencampur kode bahasanya ke dalam bahasa Indonesia karena keinginan penutur
yaitu pembeli 1. Dalam hal ini pembeli 1 telah terbiasa menggunakan bahasa
ibunya ketika berbicara sehingga ia sering mencampur kode bahasanya.

Percakapan (21) berikut ini mengenai interaksi jual beli cabai.

Konteks

: percakapan antara penjual dan pembeli dalam interaksi
jual beli cabai.

Pembeli
Penjual
Pembeli
Penjual

: cabe merah berapa seprempat?
: (tidak mendengar ucapan pembeli)
: kak cabe merah berapa?
: seprempat tujuh ribu

67

Universitas Sumatera Utara

Pembeli

: tujuh ribu, mahal yo
‘tujuh ribu, mahal ya’

Data di atas terdiri dari seorang penjual dan seorang pembeli. Data 21
menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi disalah satu tempat jual beli cabai di
Pasar Batu 12 Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara. Situasi tuturan
nonformal. Waktu berlangsungnya peristiwa tutur adalah 24 Mei 2017 dalam
interaksi jual beli cabai di pasar Batu 12 Kabupaten Aceh Utara.
Bentuk peristiwa tutur adalah dialog (percakapan), bahasa yang digunakan
adalah bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Bentuk campur kode berupa penyisipan
unsur-unsur berwujud kata. Campur kode terjadi dari Bahasa Jawa yaitu yo dalam
bahasa Indonesia berarti ya, masuk ke dalam tuturan berbahasa Indonesia yaitu
tujuh ribu, mahal yo.
Faktor yang melatar belakangi terjadinya campur kode pada percakapan di
atas adalah akibat atau hasil yang dikehendaki. Pada tuturan di atas pembeli
mencampur kode bahasanya ke dalam bahasa Jawa karena keinginannya yang
disebabkan karena harga cabai tidak sesuai perkiraannya.

4.3.2. Campur Kode Berupa Penyisipan Unsur-unsur Frasa

Konteks

(22)

: percakapan sesama pembeli saat akan membeli sandal.

Pembeli 1
Penjual
Pembeli 2
Penjual
Pembeli 1
Pembeli 2

: jangan segitulah mahal kali
: tiga lima ya
: kok tiga lima bang, kurangilah
: tiga berapa juga, tiga tujuh
: tiga puluh, tiga puluh ya
: nggak mau, tiga puluh tak jikok

68

Universitas Sumatera Utara

Penjual
Pembeli 2

‘tidak mau, tiga puluh ku ambil’
: tiga puluh
: masak kek, mahal kali kek gitu

Data di atas terdiri dari seorang penjual dan dua orang pembeli. Di dalam
data ini, peneliti terlibat dalam percakapan yaitu sebagai pembeli 1. Pembeli 1 dan
pembeli 2 merupakan ibu dan anak. Data 22 menunjukkan peristiwa tutur yang
terjadi disalah satu tempat jual beli sepatu dan sandal di Pasar Batu 12 Kecamatan
Cot Girek Kabupaten Aceh Utara. Situasi tuturan nonformal. Waktu
berlangsungnya peristiwa tutur adalah 31 Mei 2017 dalam interaksi jual beli
sandal di pasar Batu 12 Kabupaten Aceh Utara.
Bentuk peristiwa tutur adalah dialog (percakapan), bahasa yang digunakan
adalah bahasa Indonesia dan Jawa. Bentuk campur kode berupa penyisipan unsurunsur frasa. Campur kode terjadi dari bahasa Jawa yaitu tak jikok yang dalam
bahasa Indonesia berarti ku ambil, masuk ke dalam tuturan berbahasa Indonesia
yaitu nggak mau, tiga puluh tak jikok.
Faktor yang melatar belakangi terjadinya campur kode pada percakapan di
atas adalah akibat atau hasil yang dikehendaki. Pada tuturan di atas pembeli 2
mencampur kode bahasanya ke dalam bahasa Indonesia karena keinginannya.
Dalam hal inipembeli 2 tidak menyangka harga sandal yang akan dibeli tidak
sesuai perkiraannya.

Percakapan (23) berikut ini mengenai perkiraan berat cabai.

69

Universitas Sumatera Utara

Konteks

: Percakapan sesama pembeli saat memperkirakan berat
cabai.

Pembeli 1

Pembeli 2
Pembeli 1
Pembeli 2

: wes enek seprempat ini? (menunjukkan cabai di dalam
kantong plastik)
‘udah ada seprempat ini?’
: entah
: menurutmu gimana
: lebih seprempat

Data di atas terdiri dari dua orang pembeli. Data 23 menunjukkan
peristiwa tutur yang terjadi terjadi disalah satu tempat jual beli cabai di Pasar Batu
12 Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara. Situasi tuturan nonformal.
Waktu berlangsungnya peristiwa tutur adalah 31 Mei 2017 dalam interaksi jual
beli cabai di pasar Batu 12 Kabupaten Aceh Utara.
Bentuk peristiwa tutur adalah dialog (percakapan), bahasa yang digunakan
adalah bahasa Indonesia dan Jawa. Bentuk campur kode dalam tuturan di atas
berupa penyisipan unsur-unsur frasa. Campur kode terjadi dari bahasa Indonesia
yaitu uwes enekdalam bahasa Indonesia berarti udah adamasuk ke dalam tuturan
berbahasa Indonesia yaitu wes enek seprempat ini?
Faktor yang melatar belakangi terjadinya campur kode pada percakapan di
atas adalah akibat atau hasil yang dikehendaki. Pada tuturan di atas pembeli 1
mencampur kode bahasanya ke dalam bahasa Indonesia karena keinginannya.

4.3.3. Campur Kode Berupa Penyisipan Unsur-unsur perulangan kata

Konteks

: Percakapan sesama pembeli saat akan membeli bra.

70

Universitas Sumatera Utara

(24)

Pembeli 1

Pembeli 2
Pembeli 1
Pembeli 2
Pembeli 1

: ini cantik kan kembang-kembange
(memperlihatkan bra yang sedang di pegang)
‘ini cantik kan bunga-bunganya’ (menunjukkan bra
yang sedang di pegang)
: cantik, ini pun cantik (menunjukkan bra yang lain)
: nomer nya ?
: tiga enam
: tiga enam kegedean

Data di atas terdiri dari dua orang pembeli. Di dalam data ini, peneliti
terlibat dalam percakapan yaitu sebagai pembeli 1. Pembeli 1 dan pembeli 2
merupakan ibu dan anak. Data 24 menunjukkan peristiwa tutur yang terjadi
disalah satu tempat jual beli pakaian di Pasar Batu 12 Kecamatan Cot Girek
Kabupaten Aceh Utara. Situasi tuturan nonformal. Waktu berlangsungnya
peristiwa tutur adalah 31 Mei 2017 dalam interaksi jual beli bra di pasar Batu 12
Kabupaten Aceh Utara.
Bentuk peristiwa tutur adalah dialog (percakapan), bahasa yang digunakan
adalah bahasa Indonesia dan Jawa. Bentuk campur kode berupa penyisipan unsurunsur perulangan kata. Campur kode terjadi dari bahasa Jawa yang dilakukan
pembeli 1 yaitu kembang-kembange yang dalam bahasa Indonesia berarti bungabunganya, masuk ke dalam tuturan berbahasa Indonesia yaitu ini cantik kan
kembang-kembange.
Faktor yang melatar belakangi terjadinya campur kode pada percakapan di
atas adalah akibat atau hasil