Hubungan Antara Persepsi Dental dan Tingkat Kebutuhan Perawatan Ortodonti Berdasarkan Dental Aesthetic Index (DAI) pada Siswa SMA Negeri 15 Medan

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Penampilan gigi merupakan faktor penting dalam meningkatkan daya tarik wajah
seseorang dalam interaksi sosial. Diantara faktor-faktor yang mempengaruhi
penampilan gigi secara keseluruhan adalah warna, bentuk, dan posisi gigi terutama
pada gigi anterior. Senyum yang estetik tergantung pada warna, ukuran, bentuk, dan
posisi gigi, posisi bibir atas, visibilitas gigi dan jumlah tampilan gingiva. Meskipun
masing-masing faktor dapat dipertimbangkan secara individual, namun semua
komponen tersebut harus bertindak bersama untuk menghasilkan sebuah harmonisasi
dan simetris yang menghasilkan efek estetik.1-2
Keadaan gigi tidak teratur yang disebabkan oleh malposisi gigi, yaitu kesalahan
posisi gigi pada masing-masing rahang. Malposisi gigi akan menyebabkan malrelasi,
yaitu kesalahan hubungan antara gigi-gigi pada rahang yang berbeda. Lebih lanjut
lagi, keadaan demikian menimbulkan maloklusi, yaitu penyimpangan terhadap oklusi
normal. Maloklusi dapat terjadi karena adanya kelainan gigi (dental), tulang rahang
(skeletal), kombinasi gigi dan rahang (dentoskeletal) maupun karena kelainan otototot pengunyahan (muskuler).3-4
Pada beberapa kelompok populasi, ketidakteraturan gigi tidak dianggap sebagai

suatu kebutuhan perawatan yang penting, namun pada kelompok populasi lainnya,
kebutuhan akan perawatan ortodonti sangatlah penting. Pada beberapa penelitian
yang sudah dilakukan bahwa orang-orang akan termotivasi untuk melakukan
perawatan ortodonti karena persepsi mengenai gigi mereka yang kurang baik, serta
keadaan psikologi mereka yang buruk yang disebabkan oleh maloklusi, tetapi ada
juga penelitian mengenai pengaruh dari maloklusi serta perawatannya pada orangorang menghasilkan suatu hasil yang tidak konsisten. Perbedaan dari hasil ini dapat
terjadi akibat dari berbagai interpretasi terhadap keadaan fisik, psikologi dan

Universitas Sumatera Utara

2

pengaruh sosial yang berbeda – beda serta tidak ada tolak ukur atau standarisasi yang
pasti untuk menilai kualitas hidup seseorang.1
Beberapa penelitian mengenai prevalensi maloklusi telah banyak dilakukan.
Angka kejadian maloklusi di Indonesia mencapai 80% dan menduduki peringkat
ketiga setelah karies gigi dan penyakit periodontal.5-6 Maloklusi terutama di anterior
sering mencolok dan hal ini dapat menimbulkan reaksi sosial yang tidak
menyenangkan dan konsep diri yang buruk. Menurut Onyeaso, dkk (cit. Khan dan
Fida, 2008) lebih dari 40% responden dilaporkan merasa kurang percaya diri akibat

dari maloklusi sehingga aktivitas normal seperti tertawa di depan umum, bertemu
dengan teman-teman dan membangun hubungan personal terbatasi. Dampak dari
kondisi kesehatan gigi dan mulut pada kepuasan seseorang dengan penampilan
mereka dapat mengakibatkan rasa malu di dalam lingkungan sosial dan penurunan
psikososial.4
Menurut laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2013,
Provinsi Sumatera Utara yang mengalami masalah gigi dan mulut sebanyak 19,4%. 7
Penelitian Oktavia Pada siswa SMA di Medan menunjukkan bahwa prevalensi
maloklusi masih tergolong tinggi, yaitu 60,5%.8 Dengan tingginya prevalensi
maloklusi, perlu dilakukan perawatan untuk mengembalikan fungsi secara fisik
maupun mental. Beberapa indeks maloklusi telah dikembangkan dan telah digunakan
untuk diagnostik, klasifikasi, epidemiologi pengumpulan data, pencatatan kebutuhan
perawatan dan penilaian keberhasilan perawatan.9 Oklusal indeks yang paling umum
digunakan untuk menilai keadaan maloklusi seseorang adalah Dental Aesthetic Index
(DAI), Index of Orthodontic Treatment Need (IOTN), Peer Assessment Rating (PAR),
dan Index of Complexity, Outcome and Need (ICON).7 Dental Aesthetic Index (DAI)
dikembangkan di Amerika dan telah diintegrasi menjadi International Collaboration
Study of Oral Health Outcomes oleh World Health Organization (WHO) telah diakui
sebagai indeks internasional, dan untuk mengidentifikasi ciri oklusal dan secara
sistematis berasal dari skor tunggal.10 (cit, Hamamci N et al 2009) DAI juga telah

dianggap sebagai suatu indeks kebutuhan perawatan ortodonti yang paling sesuai
untuk melakukan studi epidemiologi di negara berkembang.11

Universitas Sumatera Utara

3

Pada sekitar tahun 1970-an, pentingnya faktor psikologi terhadap penilaian
maloklusi telah diakui di Amerika Serikat dan secara internasional. Dimana respon
permintaan terhadap indeks kebutuhan ortodonti yang juga mempunyai kriteria secara
psikososial dalam menilai kebutuhan perawatan ortodonti dan digunakan dalam
survei epidemiologi, mendekati permasalahan indeks dari kemunculan sudut pandang
dan perkembangan DAI. Mereka secara umum menggunakan pendapat dari
masyarakat awam mengenai pengaturan dental yang tidak bisa diterima yang dilihat
dari sudut pandang estetis. DAI sendiri sudah diterima oleh WHO sebagai suatu alat
penilaian yang mempunyai dua komponen; komponen klinis dan komponen estetis,
yang bekerja sebagai perantara antara komponen klinis dan estetis tersebut yang
secara sistematis menghasilkan suatu skor tunggal untuk menggabungkan aspek
klinis dan estetis untuk mencapai oklusi.11
Menurut hasil penelitian Hamamci, dkk pada siswa di Universitas Turki,

terhadap kesadaran mereka pada maloklusi dan kepuasan terhadap tampilan gigi
secara pribadi memiliki hubungan yang negatif atau korelasi yang lemah pada tingkat
yang berbeda-beda terhadap maloklusi. Penelitian yang dilakukan oleh Nihal
Hamamci, dkk menunjukkan bahwa umur mempunyai efek yang signifikan terhadap
kepuasan dari variasi skor DAI. Tidak ada perbedaan gender yang signifikan
ditemukan dalam hubungan antara kesadaran maupun kepuasan dari subjek.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan perempuan mempunyai tingkat kebutuhan
perawatan yang lebih tinggi kecuali diantara umur 20-22 tahun dan kepuasaan akan
menurun terhadap bertambahnya usia.10
Jenny, dkk pada tahun 1996 menilai 1306 studi model pasien pra-perawatan
yang berumur antara 12-17 tahun, menemukan 45,8% dari sampel tersebut
mengalami oklusi normal dan tidak memerlukan perawatan. Maumela, dkk pada
tahun 2010 menggunakan 120 studi model pasien pra-perawatan yang berumur antara
10-45 tahun menemukan 19,1% mengalami oklusi normal atau minor maloklusi,
dimana 80% lainnya memerlukan beberapa perawatan ortodonti. Selain itu, 17,5%
menderita maloklusi nyata, 21,7% menderita maloklusi parah dan 41,7% menderita
maloklusi handicapping. Rata-rata skor DAI adalah 35,2. Onyeaso dan BeGole

Universitas Sumatera Utara


4

menggunakan 100 model studi pasien pra perawatan yang berumur antara 10-52
tahun, untuk menilai secara objektif kebutuhan perawatan ortodonti pada pasien yang
dirawat di klinik ortodonti di Amerika Utara dengan menggunakan studi crosssectional dan DAI. 85% dari sampel tersebut membutuhkan perawatan ortodonti
dengan tingkat keparahan maloklusi yang berbeda, sementara itu 47% dari kasus
tersebut termasuk maloklusi handicapping.12 (cit. Goyal S et al 2013)
Remaja merupakan umur dimana terjadinya peningkatan kepedulian terhadap
keestetisan wajah. Remaja memiliki kecenderungan untuk membandingkan dirinya
sendiri dengan teman sebayanya. Kebanyakan pemakai kawat gigi berasal dari
kalangan remaja, remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan
karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak.
Dimana hasil penelitian yang dilakukan oleh Nayak, dkk menyatakan bahwa
hubungan antara Dental Aesthetic Index dan persepsi dental terhadap penampilan gigi
yang dilakukan pada 103 orang subjek (51 laki-laki dan 52 perempuan) memiliki
hasil yang signifikan dengan hubungan yang lemah.2
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti akan melakukan penelitian tentang
penampilan gigi dan tingkat kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan Dental
Aesthetic Index.


1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana persepsi dental pada siswa SMA Negeri 15 di Medan?
2. Bagaimana tingkat kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan Dental
Aesthetic Index (DAI) pada siswa SMA Negeri 15 Medan?
3. Apakah ada hubungan antara persepsi dental dan tingkat kebutuhan perawatan
ortodonti berdasarkan Dental Aesthetic Index (DAI)?

Universitas Sumatera Utara

5

1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui persepsi dental dan tingkat kebutuhan perawatan ortodonti
berdasarkan Dental Aesthetic Index pada siswa SMA Negeri 15 Medan.
2. Mengetahui adanya hubungan antara persepsi dental dan tingkat kebutuhan
perawatan ortodonti berdasarkan Dental Aesthetic Index pada siswa SMA
Negeri 15 Medan.

1.4 Hipotesis Penelitian
Ada hubungan antara persepsi dental dan tingkat kebutuhan perawatan

ortodonti berdasarkan Dental Aesthetic Index (DAI).

1.5 Manfaat Penelitian
1. Sebagai informasi bagi siswa SMA Negeri 15 Medan tentang gambaran
maloklusi yang membutuhkan perawatan.
2. Sebagai bahan rujukan bagi peneliti lain yang ingin melanjutkan penelitian.
3. Sebagai informasi bagi ortodontis dan dokter gigi dalam memberikan
penyuluhan mengenai tingkat kebutuhan ortodonti.

Universitas Sumatera Utara