Hubungan Antara Persepsi Dental dan Tingkat Kebutuhan Perawatan Ortodonti Berdasarkan Dental Aesthetic Index (DAI) pada Siswa SMA Negeri 15 Medan Chapter III VI

21

BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif bersifat analitik dengan desain
cross sectional study, yaitu untuk melihat hubungan antara persepsi pribadi terhadap
penampilan gigi dan tingkat kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan Dental
Aesthetic Index pada siswa SMA Negeri 15 Medan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian selama 6 bulan, yaitu bulan Oktober 2016 – April 2017. Tempat
penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 15 Medan, Jalan SMA Negeri 15 No.7,
Medan Sunggal. Alasan pemilihan sekolah karena SMA Negeri 15 Medan merupakan
lingkaran dalam sekolah menengah atas di Kota Medan dan belum adanya penelitian
yang dilakukan pada SMA Negeri 15 Medan.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah semua siswa SMA Negeri 15 Medan, berjumlah 1175 orang.
Sampel diambil dengan menggunakan rumus besar sampel analitik kategorik, yaitu

sebagai berikut:

Keterangan :
Zα = deviat baku alfa
Zb = deviat baku beta
Po = proporsi kebutuhan perawatan ortodonti
Pa-Po = selisih proporsi yang diduga

Universitas Sumatera Utara

22

Pa = proprosi kebutuhan perawatan ortodonti yang diharapkan.

= 91,98
Dari perhitungan di atas didapat sampel minimum untuk penelitian adalah
91,98 orang dan untuk mempertimbangkan masalah eksklusi maka ditambahkan 10%
dari hasil perhitungan, sehingga total sampel yang dibutuhkan adalah 100 orang. Cara
pengambilan sampel menggunakan Simple Random Sampling dengan memperhatikan
kriteria inklusi, diambil secara acak dari ketiga angkatan sebanyak 100 sampel.

Kriteria Inklusi :
1. Siswa yang terdaftar dan masih aktif di SMA Negeri 15 Medan.
2. Siswa yang belum pernah atau tidak sedang melakukan perawatan ortodonti.
Kritera Eksklusi:
1. Siswa yang tidak bersedia menjadi sampel.

3.4

Variabel dan Definisi Operasional
- Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat kebutuhan perawatan
ortodonti berdasarkan DAI.
- Variabel terikat dalam penelitian ini adalah persepsi dental.
- Variabel terkendali dalam penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, siswa
SMA.
- Variabel tidak terkendali dalam penelitian ini adalah subjektivitas siswa SMA
dalam menjawab kuesioner.

Universitas Sumatera Utara

23


Definisi operasional:
1. Persepsi dental adalah tindakan menyusun, mengenali, dan menafsirkan
informasi sensoris guna memberikan gambaran dan pemahaman tentang
penampilan maupun keadaan gigi seseorang.
2. Kuesioner adalah alat riset atau survei yang terdiri atas serangkaian
pertanyaan tertulis, bertujuan mendapatkan tanggapan dari kelompok orang
terpilih melalui wawancara pribadi atau melalui pos.
3. Siswa SMA adalah setiap siswa baik laki-laki maupun perempuan yang
sedang berada pada sekolah menengah atas.
4. Jenis Kelamin adalah tanda / ciri dari lahir yang membedakan antara laki-laki
dan perempuan
5. Umur adalah lama hidup seseorang dari lahir sampai dengan sekarang yang
diukur dalam tahun.
6. Dental Aesthetic Index (DAI) merupakan pengukuran dengan melihat serta
mengukur kelainan yang terdapat pada model gigi sehingga diperoleh skor
tunggal sesuai dengan rumus yang telah ditetapkan DAI. Komponen DAI
(Tabel 1) :
a. Jumlah gigi yang hilang adalah jumlah gigi insisivus, kaninus, dan
premolar maksila dan mandibula yang hilang. Tidak dapat dicatat apabila

gigi permanen belum erupsi dan gigi permanen yang hilang telah diganti
dengan gigi tiruan.
b. Crowding pada regio insisivus adalah kondisi dimana tidak terdapat
ruang

yang

cukup

antara

kaninus

kanan

dan

kiri

untuk


menampung/memuat gigi insisivus untuk mencapai susunan/keselarasan
yang normal pada regio insisivus maksila dan mandibula (skor 0 = tidak
ada crowding, 1 = hanya satu regio insisivus maksila atau mandibula
yang terdapat crowding, 2 = kedua regio insisivus maksila dan mandibula
terdapat crowding).
c. Spacing pada regio insisivus adalah ketika satu atau lebih gigi insisivus
maksila atau mandibula memiliki permukaan interproksimal tanpa kontak

Universitas Sumatera Utara

24

interdental, daerah tersebut tercatat sebagai spacing (0 = tidak ada
spacing, 1 = satu regio insisivus maksila atau mandibula terdapat
spacing, 2 = kedua regio insisivus maksila dan mandibula terdapat
spacing).
d. Diastema merupakan ruang yang terdapat antara insisivus sentral
maksila, diukur dengan menggunakan prob dalam satuan milimeter yang
terdapat pada probe marks.

e. Penyimpangan yang parah pada anterior maksila adalah perubahan posisi
dan rotasi dalam keselarasan yang normal pada gigi insisivus maksila.
Diukur dengan menggunakan prob, yaitu ujung prob kontak pada
permukaan labial kemudian diposisikan lebih ke lingual yakni digeser
sejajar bidang oklusal dan tegak lurus terhadap garis lengkung.
Penyimpangan yang dicatat adalah jarak yang paling besar dengan satuan
milimeter yang terdapat pada probe marks.
f. Penyimpangan yang parah pada anterior mandibula adalah perubahan
posisi dan rotasi dalam keselarasan yang normal pada gigi insisivus
mandibula. Diukur dengan menggunakan prob, yaitu ujung prob kontak
pada permukaan labial kemudian diposisikan lebih ke lingual yakni
digeser sejajar bidang oklusal dan tegak lurus terhadap garis lengkung.
Penyimpangan yang dicatat adalah jarak terbesar dengan satuan
millimeter yang terdapat pada probe marks.
g. Overjet anterior maksila merupakan hubungan maksila dan mandibula
yang diukur dari tepi insisal insisivus sentral maksila ke tepi insisal
insisivus mandibula. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan prob
sejajar bidang oklusal dalam satuan milimeter.
h. Overjet anterior mandibula merupakan pengukuran yang dilakukan ketika
insisivus mandibula lebih ke labial daripada insisivus maksila, seperti

pada kasus crossbite. Pengukurannya dilakukan dengan prob sejajar
bidang oklusal dari tepi insisivus mandibula ke tepi insisivus maksila
dalam satuan milimeter.

Universitas Sumatera Utara

25

i. Openbite anterior adalah hubungan insisivus maksila dan mandibula
dalam arah vertikal yang diukur dengan menggunakan prob dalam satuan
milimeter.
j. Hubungan anteroposterior molar merupakan evaluasi hubungan molar
pertama permanen maksila dan mandibula. Bila molar pertama permanen
terdapat karies yang besar atau sudah tidak ada maka pemeriksaan dapat
diganti dengan hubungan antara kaninus dan premolar ( skor 0 =
normal/Klas I, 1 = setengah cusp, apabila posisi molar pertama maksila
bergerak setengah cups kearah mesial atau distal dari gigi lawannya, 2 =
satu cusp, apabila posisi molar pertama maksila bergerak satu cusp kearah
mesial atau distal).


3.5

Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1. Sarung tangan
2. Masker
3. Sendok cetak rahang atas dan bawah
4. Rubber bowl
5. Rubber base
6. Spatula
7. Prob BPUNC 15
8. Pulpen
9. Pensil
10. Penghapus
11. Kalkulator merek Casio

Universitas Sumatera Utara

26


A

B

F

D

E

C

G

H

I

K


J

Gambar 6. Alat yang digunakan pada penelitian. (A) Rubber bowl,
(B) Spatula, (C) Kalkulator merek Casio, (D) Sarung tangan,
(E) Prob BPUNC 15, (F) Sendok cetak, (G) Masker, (H)
Pensil, (I) Pulpen, (J) Penghapus, (K) Rubber base.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1. Alginate
2. Gyps Stone
3. Plaster of paris
4. Air
5. Kuesioner
6. Lembar penilaian DAI (Lampiran 1)

A

B

D
C


Gambar 7. Bahan yang digunakan pada penelitian. (A) Alginate, (B) Gyps
stone, (C) Plaster of paris, (D) Air

Universitas Sumatera Utara

27

3.6

Prosedur Penelitian
1. Peneliti mengajukan lembar persetujuan pelaksanaan penelitian kepada
Komisi Etik Penelitian Kesehatan.
2. Peneliti datang ke sekolah untuk meminta izin dan membuat jadwal
penelitian kepada kepala sekolah agar dapat melakukan penelitian di SMA
Negeri 15 Medan.
3. Sampel diambil dengan teknik Simple Random Sampling, yaitu sampel
diambil secara acak sebanyak 100 sampel.
4. Membagikan lembar penjelasan dan lembar persetujuan pada calon subjek
yang memenuhi kriteria inklusi.
5. Membagikan lembar kuesioner pada calon subjek yang telah memenuhi
kriteria inklusi.
6. Sampel minimum yang dikerjakan dalam satu hari adalah 10 orang.
7. Melakukan pencetakan model gigi pada subjek:


Cara duduk subjek :
1) Subjek duduk dengan posisi tegak.
2) Untuk mencetak rahang bawah dataran oklusal gigi-geligi rahang
bawah dibuat sejajar dengan lantai dengan mensejajarkan garis yang
ditarik dari sudut mulut ke tragus dengan lantai.
3) Tinggi mulut pasien dibuat setinggi siku operator.
4) Untuk mencetak rahang atas dataran oklusal gigi-geligi rahang atas
dibuat sejajar dengan lantai dengan mensejajarkan garis kamfer
(garis yang ditarik dari dasar sayap hidung ke tragus) dengan lantai.
5) Tinggi mulut pasien dibuat setinggi bahu operator.

8. Mengisi hasil cetakan rahang atas dan bawah dengan gyps stone dan plaster of
paris.
9. Menganalisis model gigi subjek dengan panduan lampiran DAI (Lampiran 1)

Universitas Sumatera Utara

28

3.7

Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi.

3.8

Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan pemeriksaan model gigi sesuai dengan

komponen yang terdapat dalam DAI. Dari hasil skor maka didapatkan tingkat
kebutuhan masing-masing subjek. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan
menggunakan uji chi square dan menyajikan data dalam bentuk frekuensi dan
persentase.
Analisis data juga dilakukan dengan pemeriksaan dari kuesioner yang telah
dijawab oleh subjek. Dari hasil skor maka didapatkan presentase persepsi pribadi
terhadap penampilan gigi masing-masing subjek. Data yang diperoleh kemudian
dianalisis dengan menggunakan uji chi square dan menyajikan data dalam bentuk
frekuensi dan presentase.

3.9

Etika Penelitian
Etika penelitian dalam penelitian ini mencakup:
1. Lembar persetujuan (informed consent)
Peneliti memberikan lembar penjelasan yang berisi prosedur penelitian
serta manfaatnya dan lembar persetujuan kepada responden.
2. Ethical Clearance
Peneliti mengajukan lembar persetujuan pelaksanaan penelitian kepada
Komisi Etik Penelitian Kesehatan berdasarkan ketentuan etik yang bersifat
internasional dan nasional.

Universitas Sumatera Utara

29

BAB 4
HASIL PENELITIAN

Penelitian dilakukan di SMA Negeri 15 Medan dengan menggunakan 100
model studi dari hasil pencetakan rongga mulut. Sampel yang dambil adalah sampel
yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang ditetapkan. Dilakukan
pengukuran model studi dengan menggunakan komponen yang terdapat pada Dental
Aesthetic Index (DAI). Skor dari setiap komponen DAI dijumlahkan dan didapatkan
skor akhir yang akan dikategorikan ke tingkat kebutuhan perawatan. Setelah
penghitungan cetakan rongga mulut selesai maka akan dihubungkan dengan skor
yang didapat dari kuesioner yang telah dibagikan kepada para sampel untuk melihat
apakah terdapat hubungan yang signifikan atau tidak antara persepsi dental dan
tingkat kebutuhan perawatan ortodonti.

Tabel 3. Distribusi persepsi dental pada siswa SMA Negeri 15 Medan.
No Persepsi
Laki- Laki
Perempuan
1 Persepsi
Frekuensi (n)
9,0
20,0
Buruk
Persentase (%)
31,0
69,0
2
Persepsi
Frekuensi (n)
39,0
32,0
Baik
Persentase (%)
54,9
45,1
TOTAL
48,0
52,0

TOTAL
29,0
100,0
71,0
100,0
100,0

Tabel 3 menunjukkan distribusi persepsi dental berdasarkan jenis kelamin
tertinggi adalah pada kategori persepsi baik dengan jenis kelamin laki-laki yaitu 39
sampel (54,9%) dan diketahui pada kategori persepsi baik dengan jenis kelamin
perempuan yaitu 32 sampel (45,1%). Sedangkan distribusi persepsi dental pada
kategori persepsi buruk dengan jenis kelamin laki-laki yaitu 9 sampel (31%) dan
diketahui pada kategori persepsi buruk dengan jenis kelamin perempuan yaitu 20
sampel (69%).

Universitas Sumatera Utara

30

Tabel 4. Distribusi tingkat kebutuhan perawatan ortodonti pada siswa SMA Negeri
15 Medan.
Tingkat Kebutuhan
Tingkat Keparahan
Frekuensi Persentase
No
Perawatan
Maloklusi
(n)
(%)
1

2

3

4

Tidak/sedikit

Tidak ada kelainan atau

memerlukan perawatan

maloklusi ringan

Memerlukan perawatan
sebagai pilihan
Sangat memerlukan
perawatan
Wajib dilakukan
perawatan
TOTAL

55,0

55,0

Maloklusi nyata

27,0

27,0

Maloklusi parah

9,0

9,0

Maloklusi sangat parah

9,0

9,0

100,0

100,0

Tabel 4 menunjukkan frekuensi dan persentase dari seluruh sampel yang
diambil dari hasil pencetakan SMA Negeri 15 Medan. Tabel 4 menunjukkan bahwa
sampel dengan frekuensi dan persentase tertinggi adalah pada kategori tidak/sedikit
memerlukan perawatan (tidak ada kelainan atau maloklusi ringan), yaitu 55 sampel
(55%). Sampel yang memerlukan perawatan sebagai pilihan (maloklusi nyata) adalah
27 sampel (27%), sampel yang sangat memerlukan perawatan (maloklusi parah)
adalah 9 sampel (9%) dan sampel yang wajib dilakukan perawatan (maloklusi sangat
parah) memiliki frekuensi dan persentase yang paling rendah, yaitu 9 sampel (9%).

Universitas Sumatera Utara

31

Tabel 5. Hubungan antara persepsi dental dan tingkat kebutuhan perawatan
ortodonti pada siswa SMA Negeri 15 Medan.
Tidak ada

Maloklusi

Maloklusi

Maloklusi

kelainan

nyata

parah

sangat parah

27,6

24,1

17,2

P

atau
maloklusi
ringan
Persepsi

31,0

Buruk

0,000*

(%)
Persepsi

64,8

26,8

2,8

5,6

Baik (%)
*P < 0,05 = terdapat hubungan yang signifikan.
Tabel 5 menunjukkan hubungan persepsi dental dan tingkat kebutuhan
perawatan ortodonti. Diketahui, dari total 100 responden terdapat 29 responden
dengan persepsi buruk, 9 responden (31,0%) tidak ada kelainan atau maloklusi
ringan, 8 responden (27,6%) maloklusi nyata, 7 responden (24,1%) maloklusi parah,
5 responden (17,2%) maloklusi sangat parah. Dari 71 responden dengan persepsi
baik, 46 responden (64,8%) tidak ada kelainan atau maloklusi ringan, 19 responden
(26,8%) maloklusi nyata, 2 responden (2,8%) maloklusi parah, 4 responden (5,6%)
maloklusi sangat parah. Hasil uji chi – square hubungan antara persepsi dental dan
tingkat kebutuhan perawatan adalah P < 0,05 yang berarti terdapat hubungan yang
signifikan antara kedua variable tersebut.

Universitas Sumatera Utara

32

BAB 5
PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan pada 100 siswa SMA Negeri 15 Medan yang terdiri
dari laki-laki dan perempuan dan telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi dental dan
tingkat kebutuhan perawatan ortodonti dengan menggunakan Dental Aesthetic Index
(DAI).
Pada tabel 3 diperoleh hasil penelitian sebanyak 71 siswa (71%) memiliki
persepsi dental yang baik dan 29 siswa (29%) memiliki persepsi dental yang buruk
terhadap keadaan gigi mereka. Penelitian yang serupa juga dilakukan oleh Ullal dkk.,
dengan menggunakan 103 sampel pada kelompok siswa umur 13-16 tahun yang
diperoleh dari Annamalai Nagar, Chidambaram sebanyak 65 siswa (63,1%) memiliki
persepsi dental yang baik dan 35 siswa (33,9%) memiliki persepsi dental yang buruk
terhadap keadaan gigi mereka.22 Penelitian yang serupa juga dilakukan oleh Dikson
dkk., yang meneliti 138 model pada kelompok umur 18-21 tahun di Brazil. Hasil
yang diperoleh yaitu sebanyak 110 responden (79,7%) memiliki persepsi dental yang
baik dan 28 responden (20,3%) memiliki persepsi dental yang buruk terhadap
keadaan gigi mereka.13
Pada tabel 4 diperoleh hasil penelitian sebanyak 55 siswa (55%) tidak/sedikit
memerlukan perawatan (tidak ada kelainan atau maloklusi ringan), 27 siswa (27%)
memerlukan perawatan sebagai pilihan (maloklusi nyata), 9 siswa (9%) sangat
memerlukan perawatan (maloklusi parah), dan 9 siswa (9%) wajib dilakukan
perawatan (maloklusi sangat parah). Penelitian yang serupa juga dilakukan oleh Fadil
dan Trefa dengan menggunakan 100 model studi pada kelompok umur 13-22 tahun
yang didapat dari klinik ortodonti di University of Sulaimani, Irak. Hasil yang
diperoleh sebesar 46% tidak/sedikit memerlukan perawatan, 29% memerlukan
perawatan sebagai pilihan, 10% sangat memerlukan perawatan, dan 15% wajib
dilakukan perawatan.23 Penelitian lain yang serupa juga dilakukan oleh Aarathi dkk.,

Universitas Sumatera Utara

33

dengan meneliti 705 anak pada kelompok umur 13-15 tahun di kota Bangalore, India.
Hasil yang diperoleh sebesar 21,7% tidak/sedikit memerlukan perawatan, 28,9%
memerlukan perawatan sebagai pilihan, 28,5% sangat memerlukan perawatan dan
20,9% wajib dilakukan perawatan.24 Pada ketiga penelitian di atas terdapat perbedaan
hasil yang dapat disebabkan oleh jumlah sampel, jenjang kelompok umur serta ras
yang berbeda, tetapi secara umum dari ketiga penelitian di atas paling banyak
terdapat pada kategori tidak/sedikit memerlukan perawatan dan memerlukan
perawatan sebagai pilihan.
Pada tabel 5 diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
persepsi dental dan tingkat kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan DAI, dengan
menggunakan uji chi-square Pearson. Hasil penelitian yang serupa juga dilakukan
oleh Ullal dkk., dengan menggunakan 103 sampel di Chidambaram. Hasil yang
diperoleh yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi dental dan tingkat
kebutuhan ortodonti berdasarkan DAI.22 Penelitian lain yang serupa juga dilakukan
oleh Dikson dkk., dengan menggunakan 138 sampel di Brazil diperoleh hasil yaitu
terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi dental dan tingkat kebutuhan
perawatan ortodonti berdasarkan DAI.13
Kelemahan yang terdapat setelah peneliti melakukan penelitian ini adalah apabila
ditinjau dari segi kuesioner, jawaban dari kuesioner yang dituliskan oleh setiap
sampel bersifat sangat subjektif yaitu karena setiap sampel akan menjawab kuesioner
tersebut tergantung dari bagaimana mereka menilai keadaan / penampilan gigi
mereka sendiri, termasuk juga untuk sampel yang meskipun terlihat penampilan
giginya bagus namun tidak percaya diri sehingga kuesioner yang dijawab tidak akan
sesuai dengan keadaan / penampilan gigi yang sebenarnya. Sedangkan kelemahan
yang ditinjau dari penggunaan indeks DAI adalah penilaian DAI ini lebih banyak
terdapat skor / penilaian yang digunakan untuk menilai gigi bagian anterior
sedangkan hanya sedikit terdapat skor / penilaian yang digunakan untuk menilai gigi
bagian posterior.

Universitas Sumatera Utara

34

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Distribusi persentase persepsi dental pada siswa SMA Negeri 15 Medan adalah
29 (29%) pada kategori persepsi buruk, dan 71 (71%) pada kategori persepsi baik.
Distribusi persentase tingkat kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan Dental
Aesthetic Index (DAI) pada siswa SMA Negeri 15 Medan adalah 55% pada kategori
tidak/sedikit memerlukan perawatan (tidak ada kelainan atau maloklusi ringan), 27%
pada kategori memerlukan perawatan sebagai pilihan (maloklusi nyata), 9% pada
kategori sangat memerlukan perawatan (maloklusi parah) dan 9% pada kategori wajib
dilakukan perawatan (maloklusi sangat parah). Hubungan persepsi dental dan tingkat
kebutuhan perawatan ortodonti menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara persepsi dental dan tingkat kebutuhan perawatan ortodonti
berdasarkan Dental Aesthetic Index (DAI).

6.2 Saran
1.

Data-data yang diperoleh pada penelitian ini dapat digunakan sebagai
informasi dasar untuk penelititan selanjutnya.

2.

Pada penelitian selanjutnya diharapkan peneliti menggunakan sampel yang
lebih besar dan ruang lingkup yang lebih luas.

3.

Perlu dilakukan perbandingan validitas Dental Aesthetic Index (DAI) dengan
indeks lainnya.

Universitas Sumatera Utara