Hubungan Antara Persepsi Dental dan Tingkat Kebutuhan Perawatan Ortodonti Berdasarkan Dental Aesthetic Index (DAI) pada Siswa SMA Negeri 15 Medan

6

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penampilan
Penampilan gigi merupakan faktor penting dalam meningkatkan daya tarik
wajah seseorang dan memerankan peranan penting dalam interaksi sosial. Diantara
faktor-faktor signifikan yang mempengaruhi penampilan gigi secara keseluruhan
adalah warna, bentuk, dan posisi gigi terutama pada gigi anterior. Senyum yang
estetik tergantung pada warna, ukuran, bentuk, dan posisi gigi, posisi bibir atas,
visibilitas gigi dan jumlah tampilan gingiva. Meskipun masing-masing faktor dapat
dipertimbangkan secara individual namun semua komponen harus bertindak bersamasama untuk menciptakan sebuah harmonis dan simetris yang akan menghasilkan efek
estetik.1-2
Walaupun kurangnya bukti-bukti yang konsisten, bahwa maloklusi bisa
berpengaruh terhadap aspek psikosisal dalam jangka waktu yang panjang, hal ini
sudah ditegaskan bahwa penampilan wajah, terutama estetik rongga mulut berpotensi
mempengaruhi bagaimana seseorang dapat menerima dirinya terutama dalam fase
kehidupan yang dimana sudah adanya hubungan sosial dan perhatian dari banyak
orang.13
Bagi kaum muda, ketertarikan fisik adalah suatu faktor yang mempengaruhi

hubungan sosial. Oleh karena itu, merubah estetik dari wajah dapat meningkatkan
penerimaan diri dari seseorang dan juga mempengaruhi kualitas hidup. Sebagai
buktinya, di kalangan orang dewasa muda di Finlandia, motivasi utama untuk
perawatan ortodontik adalah untuk memperbaiki penampilan gigi dan sikap terhadap
maloklusi.13
Pada beberapa kelompok populasi, ketidakteraturan gigi tidak dianggap sebagai
suatu kebutuhan perawatan yang penting, namun pada kelompok populasi lainnya,
kebutuhan akan perawatan ortodonti sangatlah penting. Pada beberapa penelitian
yang sudah dilakukan bahwa orang-orang akan termotivasi untuk melakukan
perawatan ortodonti karena persepsi mengenai gigi mereka yang kurang baik, serta

Universitas Sumatera Utara

7

keadaan psikologi mereka yang buruk yang disebabkan oleh maloklusi, tetapi ada
juga penelitian mengenai pengaruh dari maloklusi serta perawatannya pada orangorang menghasilkan suatu hasil yang tidak konsisten. Perbedaan dari hasil ini dapat
terjadi akibat dari berbagai interpretasi terhadap keadaan fisik, psikologi dan
pengaruh sosial yang berbeda – beda serta tidak ada tolak ukur atau standarisasi yang
pasti untuk menilai kualitas hidup seseorang.1


2.2 Remaja
Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada periode
ini berbagai perubahan terjadi baik perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun
sosial. Perubahan ini terjadi dengan sangat cepat dan terkadang tanpa kita sadari.
Perubahan fisik yang menonjol adalah perkembangan tanda-tanda seks sekunder,
terjadinya pacu tumbuh, serta perubahan perilaku dan hubungan sosial dengan
lingkungannya. Perubahan tersebut dapat mengakibatkan kelainan maupun penyakit
tertentu bila tidak diperhatikan dengan seksama. Maturasi seksual terjadi melalui
tahapan-tahapan yang teratur, akhirnya mengantarkan anak siap dengan fungsi
fertilitasnya, laki-laki dewasa dengan spermatogenesis, sedangkan anak perempuan
dengan ovulasi. Di samping itu, juga terjadi perubahan psikososial anak baik dalam
tingkah laku, hubungan dengan lingkungan serta ketertarikan dengan lawan jenis.
Perubahan tersebut juga dapat menyebabkan hubungan antara orangtua dengan
remaja menjadi sulit apabila orangtua tidak memahami proses yang terjadi.
Perubahan perkembangan remaja ini yang dapat diatasi jika kita mempelajari proses
perkembangan seorang anak menjadi dewasa. Diperlukan teknik komunikasi klinik
khusus untuk melakukan anamnesis terhadap remaja, sedangkan pada pemeriksaan
fisik diperlukan ruangan khusus terutama untuk melakukan penilaian pubertas. Untuk
melakukan perawatan yang efektif terutama pada rongga mulut tentunya dokter

memerlukan pengetahuan tentang proses perkembangan remaja, seperti integritas,
kerahasiaan serta pola hubungan anak dengan keluarganya agar kepatuhan dalam
perawatan dapat dicapai.14

Universitas Sumatera Utara

8

2.3 Oklusi
Menurut Ricketts Dorlands Medical Dictionary, oklusi merupakan “tindakan
penutupan atau proses untuk menutup”. Dalam aspek kedokteran gigi, oklusi
mengacu pada hubungan gigi rahang atas dan rahang bawah ketika berada dalam
kontak fungsional selama aktivitas mandibula. Studi mengenai oklusi yaitu
menggabungkan seluruh sistem stogmatonasi, pemahaman mengenai hubungan
timbal balik antara gigi, jaringan periodontal, tulang, sendi, otot dan sistem saraf
selama pergerakan mandibula yang sama halnya seperti pergerakan fungsional yang
normal.15 Oleh karena itu, pada saat oklusi sendi temporomandibular dan struktur lain
yang terkait harus berfungsi dengan baik dan tidak menimbulkan rasa sakit. Pada
suatu studi epidemiologi, terminologi oklusi mencakup seluruh variasi oklusal, yaitu
berupa oklusi normal, oklusi ideal, dan maloklusi.16

Oklusi adalah definisi dari suatu cara dimana interkuspal gigi atas dan gigi
bawah berada diantara satu sama lain pada seluruh posisi dan pergerakan mandibula.
Oklusi ini dihasilkan dari suatu komponen neutromuskular yang dinamakan sistem
mastikasi yang melibatkan sistem pengunyahan antara lain gigi, jaringan periodontal,
rahang atas dan rahang bawah, sendi temporomandibular serta otot dan ligamen yang
terkait.16
2.3.1 Oklusi Normal
Oklusi normal disebut juga sebagai oklusi klas I Angle, yang menjadi titik
ukur dari klasifikasi ini terdapat pada gigi molar pertama permanen. Tonjol cusp
mesiobuccal dari gigi molar pertama permanen rahang atas harus berkontak
dengan buccal groove gigi molar pertama permanen rahang bawah. Oklusi normal
biasanya melibatkan kontak oklusal, penjajaran terhadap gigi, overjet, overbite,
pengaturan dan hubungan antara rahang dan hubungan antara gigi dengan struktur
tulang yang terkait.16

Universitas Sumatera Utara

9

Gambar 1. Oklusi Normal16

2.3.2 Oklusi Ideal
Oklusi ideal mencakup pada dua hal yaitu estetik dan psikologi. Pada
waktu baru-baru ini, emphasis telah berpindah dari estetik dan anatomi standar
ke perhatian saat ini seperti fungsi, kesehatan dan kenyamanan. Hal ini telah
muncul terutama karena berkembangnya pengetahuan terhadap fisiologi pada
pergerakan rahang dan TMJ.12 Oklusi ideal ini secara hipotesis dan teoritis
berdasarkan anatomi gigi yang jarang dapat ditemukan di alam. Konsep yang
diterapkan dalam kondisi ini adalah ketika rahang atas dan rahang bawah dalam
kondisi yang relatif benar terhadap satu sama lain dan gigi-geligi dalam
hubungan yang benar pada saat posisi istirahat. Konsep ini mengacu pada segi
estetik dan fungsional yang seimbang16-17
Konsep oklusi ideal menurut Houston, dkk., yaitu:16
a) Gigi-geligi pada lengkung rahang harus memiliki inklinasi mesiodistal dan
bukolingual yang ideal dan hubungan aproksimal yang tepat pada setiap
area kontak interdental.
b) Hubungan antar lengkung yang sedemikian rupa sehingga gigi geligi
rahang bawah berkontak dengan gigi-geligi rahang atas (kecuali gigi
insisivus sentralis).
c) Ketika gigi-geligi berada pada posisi interkuspal maksimum, mandibula
harus berada pada posisi sentrik relasi, yaitu kedua kondilus mandibula

berada pada posisi yang simetris dan terletak paling retrusi/posterior pada
fossa glenoidalis.

Universitas Sumatera Utara

10

d) Selama pergerakan mandibula, hubungan fungsionalnya harus ideal.
Khususnya pada pergerakan lateral, harus ada kontak oklusal pada sisi
kerja dengan tidak ada kontak oklusal pada sisi kontralateral, serta pada
oklusi protrusi, kontak terjadi pada gigi insisivus, tetapi tidak pada gigi
molar.

2.4. Maloklusi
Menurut Dewey maloklusi adalah penyimpangan dari oklusi normal yang
mengganggu fungsi yang sempurna dari gigi-gigi. Angle membagi hubungan antara
gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah menjadi 3 kelompok, yaitu : Klas I ,Klas II,
dan Klas III. Lisher juga membagi menjadi 3 kelompok, yaitu : Netroklusi disebut
klas I Angle, Distoklusi disebut klas II Angle, dan Mesioklusi disebut klas III
Angle.18

a) Klas I Angle
Perubahan pada posisi gigi dimana adanya hubungan anteroposterior yang
normal antara rahang atas dan rahang bawah, dimana tonjol cusp mesiobuccal dari
gigi molar pertama permanen rahang atas harus berkontak dengan buccal groove gigi
molar pertama permanen rahang bawah dan cusp mesiolingual gigi molar pertama
permanen rahang atas berkontak dengan fossa gigi molar pertama permanen rahang
bawah yaitu pada saat rahang dalam keadaan istirahat dan gigi dalam keadaan oklusi
sentrik.15-16

Gambar 2. Klasifikasi Angle Klas I15
b) Klas II Angle
Lengkung gigi rahang bawah berada pada hubungan ke distal dari lengkung
rahang atas. Cusp mesiobuccal molar pertama rahang atas berkontak pada ruang

Universitas Sumatera Utara

11

antara cusp mesiobuccal dari molar pertama rahang bawah lebih ke distal menuju
molar kedua. Selain itu, cusp mesiolingual molar pertama rahang atas kontak mesial

terhadap cusp mesiolingual molar pertama rahang bawah. Angle membagi maloklusi
Klas II menjadi dua divisi berdasarkan angulasi labiolingual dari gigi insisivus rahang
atas, yaitu.15-16


Klas II divisi 1
Distoklusi dimana keadaan gigi insisivus sentralis dan lateralis rahang atas
lebih ke arah labial.15-16

Gambar 3. Klasifikasi Angle Klas II divisi 115


Klas II divisi 2
Distoklusi dimana keadaan gigi insisivus sentralis rahang atas hampir berada
pada posisi anteroposterior yang normal atau mengalami retroklinasi yang
sedang, sedangkan insisivus lateralis rahang atas berada pada posisi inklinasi
ke arah labial dan mesial.15-16

Gambar 4. Klasifikasi Angle Klas II divisi 216
c) Klas III Angle

Lengkung gigi rahang bawah berada pada hubungan ke mesial dari lengkung
rahang atas. Cusp mesiobuccal molar pertama rahang atas berkontak pada ruang

Universitas Sumatera Utara

12

interdental antara aspek distal dari cusp distal molar pertama rahang bawah dan aspek
mesial dari cusp mesial molar kedua rahang bawah.15-16

Gambar 5. Klasifikasi Angle Klas III16
2.5 Indeks Oklusal
Indeks oklusal awalnya digunakan sebagai alat epidemiologi untuk menentukan
peringkat atau mengklasifikasikan oklusi. Sejumlah besar indeks oklusal mulai
muncul pada 1950-an dan 1960-an untuk membantu studi epidemiologi. Indeks
kebutuhan perawatan ortodonti adalah bentuk indeks oklusal yang digunakan untuk
memprioritaskan kebutuhan perawatan. Seiring berkembangnya permintaan terhadap
perawatan

ortodonti


berbagai

macam

indeks

telah

dikembangkan

untuk

mengklasifikasikan berbagai tipe makoklusi dan menentukan kebutuhan perawatan
ortodonti. Indeks-indeks ini bisa digunakan untuk memperkirakan kebutuhan
perawatan ortodonti, memprioritaskan kebutuhan perawatan pada pasien yang
mengarah pada kebutuhan perawatan ortodonti terutama dimana adanya keterbatasan
sumber ortodonti terhadap pelayanan kesehatan umum, dan pengamanan untuk
pasien. Seperti yang telah dilaporkan bahwa oklusi pada pasien bisa menjadi buruk
apabila pasien dengan maloklusi yang ringan menerima perawatan ortodonti. Indeks

maloklusi yang secara umum paling sering digunakan yaitu: Dental Aesthetic Index
(DAI), Index of Orthodontic Treatment Need (IOTN), Peer Assesment Rating (PAR),
Handicapping Labio-Lingual Deviation Index (HLD), dan Index of Complexity,
Outcome and Need (ICON).7,19
2.5.1. Dental Aesthetic Index (DAI)
Dental Aesthetic Index (DAI) telah diterapkan
Organization

(WHO)

sebagai

indeks

yang

oleh World Health

mendunia.

Indeks

ini

Universitas Sumatera Utara

13

mengidentifikasi ciri maloklusi secara matematis menjadi skor tunggal.
Strukturnya terdiri dari 10 karakteristik oklusal maloklusi, yaitu overjet, gigi
yang hilang, diastema, openbite anterior, crowding anterior, spacing anterior,
penyimpangan yang parah pada anterior (mandibula dan maksila), dan
hubungan anteroposterior molar.7,11,15
Skor untuk menilai DAI adalah : (gigi yang hilang x 6) + (crowding x 1)
+ (spacing x 1) + (diastema midline x 3) + (penyimpangan yang parah pada
anterior maksila x 1) + (penyimpangan yang parah pada anterior mandibula x 1)
+ (overjet anterior maksila x 2) + (overjet anterior mandibula x 4) + (openbite
anterior x 4) + (hubungan anteroposterior molar x 3) + 13.7,11,15
Tabel 1. Standar penilaian DAI.7,11,15,19
Komponen DAI

Bobot

Jumlah gigi yang hilang (insisivus, kaninus, dan premolar pada
maksila dan mandibula)
Crowding pada segmen insisivus (0 = tidak ada crowding, 1 =
crowding pada satu segmen, 2 = crowding pada kedua segmen)
Spacing pada segmen insisivus (0 = tidak ada spacing, 1 = spacing
pada satu segmen, 2 = spacing pada kedua segmen)

6

1

1

Diastema midline, dalam millimeter

3

Penyimpangan yang parah pada anterior maksila, dalam millimeter

1

Penyimpangan yang parah pada anterior mandibula, dalam millimeter

1

Overjet anterior maksila, dalam millimeter

2

Overjet anterior mandibula, dalam millimeter

4

Openbite anterior, dalam millimeter

4

Hubungan anteroposterior molar, kedua sisi kiri dan kanan dinilai (0 =
normal, 1 = setengah cusp mesial atau distal, 2 = satu cusp penuh atau

3

lebih dari mesial dan distal)
Konstan
Total

13
Skor DAI

Universitas Sumatera Utara

14

Tabel 2. Skor tingkat keparahan dan tingkat kebutuhan perawatan maloklusi pada
DAI. 7,11,15,19
Tingkat Keparahan
Tingkat Kebutuhan Perawatan
NO
Skor DAI
Maloklusi
Ortodonti
1

Tidak ada kelainan atau

Tidak/sedikit memerlukan

maloklusi ringan

perawatan
Memerlukan perawatan

≤ 25

2

Maloklusi nyata

3

Maloklusi parah

Sangat memerlukan perawatan

31-35

4

Maloklusi sangat parah

Wajib dilakukan perawatan

≥ 36

sebagai pilihan

26-30

2.5.2 Index of Orthodontic Treatment Need (IOTN)
Indeks ini mencoba untuk mengukur tingkat keparahan maloklusi dengan
mengkategorikan maloklusi dalam berbagai ciri-ciri oklusal yang berkaitan
dengan kesehatan gigi individu dan sifat oklusal yang dapat menurunkan nilainilai estetik. Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi orang-orang yang sangat
mungkin memperoleh manfaat dari perawatan ortodonti. Indeks ini memiliki dua
komponen, yaitu komponen kesehatan gigi (DHC) dan komponen estetik (AC).
Dimana tingkat keparahan ini dipertimbangkan dari estetika dan implikasi
kesehatan gigi.7,19

2.5.2.1 Aesthetic Component (AC)
Aesthetic Component terdiri dari 10 skala foto berwarna yang
menunjukkan berbagai tingkat daya tarik gigi. Daya tarik gigi calon pasien
dapat dinilai dengan mengacu pada skala ini. Kelompok 1 menunjukkan
susunan gigi yang paling menarik, sedangkan kelompok 10 menunjukkan
susunan gigi-geligi yang paling tidak menarik. Kelompok mencerminkan
penurunan estetika. Pada indeks ini, foto monokrom yang digunakan untuk
menilai estetik susunan gigi-geligi dari model. Hal ini memberikan keuntungan
dalam penilaian yang tidak dipengaruhi oleh kebersihan mulut, kondisi gingiva

Universitas Sumatera Utara

15

atau perbandingan warna restorasi dari gigi anterior. Kelompok 1, 2, 3 dan 4
merupakan tidak atau sedikit kebutuhan akan perawatan, kelompok 5, 6 dan 7
merupakan kebutuhan sedang atau batas untuk perawatan, kelompok 8, 9 dan
10 mewakili kebutuhan perawatan ortodonti.7,18-19 Penerapan AC sangat
sederhana.

Pasien

diminta

untuk

mengatupkan

gigi

dan

pemeriksa

membandingkan penampilan gigi pasien dengan skala visual 1 – 10. Kemudian
pemeriksa melihat apakah gigi pasien lebih baik atau lebih buruk dari masingmasing skala. Metode ini sangat cocok untuk melakukan konseling pada
pasien.18
2.5.2.2 Dental Health Component (DHC)
DHC meliputi fitur yang dapat merusak kesehatan dan fungsi gigi-geligi.
Hal ini didasarkan pada Index of the Swedish Medical Health. DHC mencatat
berbagai sifat oklusal dari maloklusi yang akan meningkatkan morbiditas dari
gigi dan struktur di sekitarnya. Ciri-ciri maloklusi adalah: overjet, reverse
overjet, overbite, openbite, crossbite, pergeseran gigi, erupsi gigi yang
terhambat, buccal occlusion, hipodonsia serta celah bibir dan langit-langit.
Gangguan fungsional termasuk juga inkompetensi bibir, pergeseran mandibula,
traumatik oklusi dan kesulitan dalam mengunyah dan berbicara. Hanya fitur
oklusal yang terburuk yang dicatat. Ada lima kelompok, kelompok 1 dan 2
mewakili tidak perlu atau sedikit kebutuhan akan perawatan, kelompok 3
merupakan kebutuhan sedang atau batas untuk perawatan, kelompok 4 dan 5
merupakan kebutuhan perawatan ortodonti.7,18-19
2.5.3 Peer Assessment Rating (PAR)
Indeks PAR merupakan indeks oklusal kuantitatif untuk mengukur berapa
banyak pasien menyimpang dari keselarasan dan oklusi normal. Indeks ini
dirancang

untuk

mengukur

keberhasilan

perawatan

ortodonti

dengan

membandingkan tingkat keparahan oklusi sebelum perawatan dan pasca
perawatan dari model gigi. Indeks PAR memiliki lima komponen. Segmen
anterior rahang atas dan bawah, segmen bukal kiri dan kanan, overjet, overbite,

Universitas Sumatera Utara

16

dan garis median kemudian dikalikan dengan bobot masing-masing komponen
untuk mendapatkan skor total.7,20
2.5.4 Handicapping Labio-lingual Deviation Index (HLD)
Tujuan dari indeks HLD ini adalah untuk mengukur tingkat kelainan yang
disebabkan oleh komponen yang berbeda dari maloklusi. Dr. Harry L. Draker
mengembangkan indeks HLD ini yang merupakan indeks yang pertama kali
digunakan di Amerika Serikat untuk mengidentifikasi handicap maloklusi.
Indeks HLD telah dimodifikasi oleh beberapa negara untuk menentukan dan
memprioritaskan kelayakan untuk perawatan ortodontik yang didanai negara.
Indeks HLD tidak dianjurkan untuk menilai tingkat kebutuhan perawatan
ortodonti karena indeks ini tidak mempertimbangkan komponen gigi yang
hilang, spacing pada gigi, dan penyimpangan garis midline.19
2.5.5 Index of Complexity, Outcome and Need (ICON)
Index of Complexity, Outcome and Need dikembangkan oleh Charles
Daniels dan Stephen Richmond dari Cardiff University. ICON adalah indeks
yang digunakan untuk mengevaluasi kompleksitas perawatan ortodonti.
Berdasarkan pendapat dari 97 ahli dari 11 negara, indeks ini telah memberikan
sebuah metode penilaian tunggal untuk mengukur kebutuhan perawatan
ortodonti, kompleksitas maloklusi, dan keberhasilan perawatan ortodonti.7,19

2.6 Hubungan penampilan gigi dengan kebutuhan perawatan ortodontik.
Wajah yang bagus / estetik maupun peningkatan kesehatan gigi merupakan
perhatian utama dalam perawatan ortodontik. Hal ini berawal dari kesehatan mulut
yang sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kesehatan umum dimana
setiap penyimpangan dalam penampilan dentofasial mungkin memiliki dampak
negatif pada kehidupan sosial, fisiologis, dan psikologis. Perawatan ortodontik
dilakukan untuk meningkatkan penampilan gigi seseorang yang oleh sebab itu, sikap
individu terhadap maloklusinya merupakan faktor penting dalam menentukan
kebutuhan perawatan. Maloklusi jika tidak dirawat dapat menyebabkan masalah

Universitas Sumatera Utara

17

seperti kesulitan dalam berbicara, makan, menelan, estetik wajah yang buruk dan
gangguan psikologis.21
Perawatan ortodontik secara tradisional masih terfokus pada anak-anak dan
remaja. Orang dewasa semakin berkeinginan untuk melakukan perawatan ortodontik
namun sangat sedikit penelitian yang telah dilakukan pada kelompok usia ini.
Beberapa peneliti mengemukakan bahwa penelitian mengenai kebutuhan perawatan
ortodontik harus dilakukan pada populasi orang dewasa karena telah cukup untuk
membentuk penilaian yang baik tentang pentingnya estetik gigi dalam penerimaan
sosial dan dampaknya dalam kehidupan sehari-hari.17 Maloklusi secara signifikan
mempengaruhi penampilan senyum yang estetik yang merupakan bagian dari daya
tarik wajah yang penting dan cara yang efektif untuk mengekspresikan emosi. Oleh
karena itu, maloklusi dapat mempengaruhi kualitas hidup, merusak interaksi sosial,
hubungan interpersonal, dan psikologis, serta menimbulkan perasaan rendah diri.4
Maloklusi secara signifikan mempengaruhi penampilan senyum yang estetik
yang merupakan bagian dari daya tarik wajah yang penting dan cara yang efektif
untuk mengekspresikan emosi.4 Pada orang dewasa muda, daya tarik pada fisik
merupakan faktor penting yang mempengaruhi hubungan sosial. Dengan demikian,
perubahan estetik pada wajah dapat mempengaruhi kualitas hidup.13
Indeks DAI dikembangkan oleh Cons, Jenny dan Kohout pada tahun 1987. DAI
merupakan suatu indeks yang relatif sederhana; indeks ini bisa diukur secara
intraoral, tanpa harus menggunakan radiografi yang memerlukan waktu sekitar 2
menit. Reliabilitas dan validitas dari DAI telah dikembangkan dalam berbagai studi.
Indeks DAI juga telah diterima oleh WHO sebagai salah satu indeks cross-cultural.
Indeks ini juga telah diintegrasi sebagai suatu item dari kolaborasi penelitian
internasional mengenai kesehatan oral oleh WHO pada tahun 1989. Meskipun indeks
DAI ini mudah untuk digunakan, tetapi masih terdapat kelemahan dalam menilai
penyimpangan seperti gigitan silang sebelah bukal, gigitan terbuka, diskrepansi gigi
insisivus, dan gigitan dalam. Meskipun hal-hal berikut ini tidak terlalu penting dilihat
dari segi estetis gigi, namun hal-hal tersebut bisa mempengaruhi kebutuhan
perawatan ortodonti.19

Universitas Sumatera Utara

18

Remaja adalah umur dimana terjadinya peningkatan kepedulian dan keestetisan
wajah mengambil peranan yang penting dan anak remaja memiliki kecenderungan
untuk membandingkan dirinya sendiri dengan teman sebayanya, dll. Kebanyakan
pemakai kawat gigi berasal dari kalangan remaja, remaja menunjukkan dengan jelas
sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak
lagi memiliki status anak. Kelompok umur pada penelitian ini adalah 13 sampai 16
tahun. Oleh sebab itu, kuesioner yang digunakan pada penelitian ini ditujukan kepada
kelompok umur anak remaja untuk menilai kepedulian mereka terhadap penampilan
gigi mereka dan untuk mengevaluasi hubungan dengan indeks Dental Aesthetic Index
(DAI). Dimana hasil penelitian yang dilakukan oleh Nayak, dkk menyatakan bahwa
hubungan antara Dental Aesthetic Index dan persepsi dental terhadap penampilan gigi
yang dilakukan pada 103 orang subjek (51 laki-laki dan 52 perempuan) memiliki
hasil yang signifikan dengan hubungan yang lemah.2

Universitas Sumatera Utara

19

2.7 Kerangka Teori
Normal
Oklusi
Klas I
Ideal
Maloklusi (Angle)

Klas II

Klas III

Penampilan

Persepsi Dental
Oklusal Indeks

Index of
Orthodontic
Treatment
Need (IOTN)

Dental
Aesthtetic
Index (DAI)

Peer
Assessment
Rating (PAR)

Index of
Complexity,
Outcome and
Need (ICON)

Handicapping
Labio-lingual
Deviation
Index (HLD)

Universitas Sumatera Utara

20

2.8 Kerangka konsep
Tingkat Kebutuhan
Perawatan Ortodonti
berdasarkan DAI

Persepsi Dental

Remaja

Universitas Sumatera Utara