Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Orang Dayak Melawan Tambang: Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual D 902006007 BAB III

TIGA

MURUNG RAYA DAN BERBAGAI
POTENSI YANG DIMILIKINYA

Batas Wilayah Administrasi
Kabupaten Murung Raya sebagai Kabupaten yang secara definitif
otonom dan mandiri lepas dari Kabupaten Induknya Barito Utara baru
diresmikan pada tanggal 2 Juli 2002 berdasarkan Undang Undang No.
05 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Katingan, Kabupaten
Seruyan, kabupaten Sukamara, Kabupaten Lamandau, Kabupaten
Gunung Mas, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten murung Raya dan
Kabupaten Barito Timur di Provinsi Kalimantan Tengah. Selanjutnya
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 131.42-188
Tahun 2002 tanggal 16 Mei 2002 tetang diangkatnya dan dilantiknya
Drs. H Romansyah Bagan sebagai Pejabat Bupati Murung Raya pada
tanggal 8 Juli 2002 dengan tugas antara lain adalah mempersiapkan
lembaga legislatif dan membentuk Dinas, Badan dan Kantor
Pemerintah di Puruk Cahu.
Setelah terbentuknya anggota Legislatif Kabupaten Murung Raya
maka anggota dewan pada tanggal 18 Juni 2003 menyelenggarakan

pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Murung Raya serta terpilihnya Ir.
Willy M Yoseph dan Drs. Abdul Thalib sebagai Bupati dan Wakil
Bupati Murung Raya untuk Periode 2003 - 2008 yang pelantikannya
pada tanggal 21 Juli 2003 oleh Gubernur Propinsi Kalimantan Tengah
49

ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG
Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual

di Palangkaraya bersamaan dengan dilantiknya 7 (tujuh) Bupati dan
Wakil Bupati Kabupaten Pemekaran lainnya.
Sementara itu, batas-batas wilayah Kabupaten Murung Raya
secara administratif adalah sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan
dengan Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat dan
Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur; Sebelah Timur
berbatasan dengan Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur
dan Kecamatan Lahei Kabupaten Barito Utara; Sebelah Selatan
berbatasan dengan Kecamatan Teweh Tengah Kabupaten Barito Utara
dan Kecamatan Kapuas Hulu Kabupaten Kapuas; dan Sebelah Barat
berbatasan dengan Kecamatan Kahayan Hulu Utara Kabupaten

Gunung Mas dan Kabupaten Kapuas Hulu Kalimantan Barat. Lebih
jelasnya lihat peta 3.1. di bawah ini.

Sumber : Murung Raya Dalam Angka, 2016

Gambar 3.1.
Peta Administrasi Kabupaten Murung Raya

Jarak tempuh dari Palangka Raya, Ibukota Provinsi Kalimantan
Tengah ke Kabupaten Murung Raya adalah 702 km (tujuh ratus dua
kilometer) dengan waktu kurang lebih 10 (sepuluh) jam perjalanan
dengan menggunakan kendaraan roda empat.
50

Murung Raya dan Berbagai Potensi yang Dimilikinya

Secara administrasi pemerintahan Kabupaten Murung Raya terdiri
dari 10 kecamatan, 115 desa dan 9 kelurahan definitif, seperti yang
diperlihatkan pada tabel 3.1. di bawah ini.
Tabel 3.1.

Pembagian Kelurahan dan Desa Kabupaten Murung Raya
No.

Kecamatan

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Luas

Laung Tuhup
1,611

Murung
730
Permata Intan
804
Sumber Barito
2,797
Tanah Siang
1,239
Barito Tuhup Raya
1,500
Tanah Siang Selatan
310
Sungai Babuat
423
Seribu Riam
7,023
U'ut Murung
7,263
Jumlah
23,700

Sumber : Biro Pusat Statistik, 2012

Jumlah
Desa

Jumlah
Kelurahan

23
13
10
8
26
11
6
6
7
5
115


3
2
2
1
1
9

Total
Desa+
Kelurahan
26
15
12
9
27
11
6
6
7
5

124

Tata Letak dan Fisiografi
Letak geografis Kabupaten Murung Raya adalah berada di ujung
utara wilayah administratif Kalimantan Tengah dengan Ibukota
Kabupaten Puruk Cahu. Secara astronomis, Kabupaten Murung Raya
terletak pada garis Lintang 00051’51,87” Lintang selatan dan 00047’
25,24” Lintang Utara serta garis Bujur 1133012’40,98” Bujur Timur dan
115008’ 6,52” Bujur Timur, sehingga merupakan satu-satunya wilayah
di Provinsi Kalimantan Tengah yang berada dalam garis lintas
Khatulistiwa.
Karakteristik alam Kabupaten Murung Raya dengan luas wilayah
±23.700 Km² (dua puluh tiga ribu tujuh ratus kilo meter persegi),
didominasi oleh pegunungan dan perbukitan, hulu sungai, dan riamriam menyebabkan udaranya terasa dingin dan agak lembab dengan
ketinggian tempat 25-400 meter dari permukaan laut, curah hujan
rata-rata sekitar 3.000 mm per tahun, temperatur udara rata-rata
berkisar 22º-35ºC dan kelembaban nisbi rata-rata 85%. Bagian Selatan
51

ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG

Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual

berupa hamparan dataran rendah dengan derajat keasaman tanah
kurang dari 7. Bagian utara berupa dataran tinggi Pegunungan Muller
Schwaner menjadi wilayah yang sangat penting, terutama sebagai
hamparan emas hijau hutan hujan tropis yang masih asli dengan
keanekaragaman hayati yang tinggi, juga sebagai menara air (water
reservoir) bagi sungai-sungai utama di wilayah Kalimantan, khususnya
Sungai Barito yang memiliki panjang mencapai 900 km. Dengan
kondisi ini wilayah Kabupaten Murung Raya dikategorikan sebagai
wilayah dengan tingkat kesulitan geografis relatif tinggi.
Kabupaten Murung Raya adalah Kabupaten terluas di provinsi
Kalimantan Tengah, dengan potensi sumber daya alam yang besar
terdiri atas perkebunan dan kehutanan, dengan luas wilayah kawasan
hutan mencapai 94,36% serta pertambangan dan penggalian, terutama
batubara dan emas. Untuk hutan luasnya mencapai 2.370.000 Ha
dengan rincian seperti yang diperlihatkan tabel 3.2. di bawah ini:
Tabel 3.2.
Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsinya
No

1.
2.
3.
4.

Fungsi Hutan
Hutan Produksi
Hutan Lindung
Hutan Suaka/Wisata/Cagar Alam
Hutan Cadangan/Hutan Produksi yang
dapat dikonversikan (KPP)
5.
Hutan Produksi Terbatas
6.
Kawasan Pemukiman dan Penggunaan
Lainnya
7.
Daerah Sempadan
Jumlah
Sumber : Biro Pusat Statistik, 2012


Luas (Ha)
332.454,44
456.649,38
228.595,60
21.762,43

Persentase
14,03
19,27
9,65
0,92

1.133.174,60
179.088,15

47,81
7,56

18.275,40

2.370.000,00

0,77
100

Potensi Demografi
Penyebaran penduduk di Kabupaten Murung Raya cenderung
tidak merata dan kebanyakan terpusat di Kecamatan Murung (32.08%)
disusul Kecamatan Laung Tuhup (18,77%), Kecamatan Tanah Siang
(13,01%) dan Kecamatan Permata Intan (11,00%). Jelasnya lihat tabel
3.3. di bawah ini.
52

Murung Raya dan Berbagai Potensi yang Dimilikinya

Terkait dengan tidak meratanya persebaran penduduk Murung
Raya, dikarenakan beberapa hal: (1) kondisi sarana jalan darat yang
menghubungkan antar kecamatan atau desa kadang-kadang tidak
memungkinkan untuk dilalui bahkan belum ada; (2) sarana
transportasi yang kurang memadai termasuk sarana transportasi air
yang jumlahnya masih sangat terbatas, padahal jumlah desa yang
terdapat di pinggiran sungai lumayan cukup banyak; dan (3) keempat
kecamatan adalah pusat pertumbuhan ekonomi terutama di sektor
pertambangan dan sektor pariwisata.
Tabel 3.3.
Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dirinci menurut Jenis Kelamin
per Kecamatan di Kabupaten Murung Raya Tahun 2011-2013
Luas
Laki-laki (orang)
Perempuan (orang)
Wilayah
2011 2012 2013 2011 2012
2013
2
(Km )
1.
Permata Intan
804 5.673 5.692 5.933 5.376 5.393
5.623
2.
Sungai Babuat
423 1.203 1.207 1.258 1.053 1.057
1.102
3.
Murung
730 15.776 16.446 17.495 14.619 15.238 16.221
4.
Laung Tuhup
1.611 9.667 9.699 10.108 9.199 9.229
9.622
5.
B. Tuhup Raya
1.500 2.244 2.250 2.346 2.049 2.057
2.144
6.
Tanah Siang
1.239 6.579 6.744 7.110 6.076 6.227
6.568
7.
T. Siang Selatan
310 2.514 2.576 2.715 2.377 2.436
2.570
8.
Sumber Barito
2.797 4.116 4.050 4.176 3.760 3.699
3.817
9.
Seribu Riam
7.023 1.987 1.955 2.017 1.632 1.606
1.656
10 Uut Murung
7.263 1.421 1.399 1.442 1.159 1.140
1.177
Jumlah
23.700 51.180 52.018 54.600 47.300 48.082 50.500
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Murung Raya, 2014

No.

Kecamatan

Kepadatan penduduk dapat dinyatakan dalam 2 (dua) bentuk
kepadatan, yaitu; kepadatan secara geografis dan secara agraris.
Kepadatan geografis membandingkan jumlah penduduk terhadap luas
wilayah keseluruhan, sedangkan kepadatan agraris merupakan
perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas tanah atau lahan
yang diusahakan baik oleh pemerintah, swasta/perusahaan dan
masyarakat sendiri termasuk pemukiman penduduk. Lahan yang
diusahakan bisa berupa perkampungan, sawah, ladang/tegal,
perkebunan, rawa/tambak serta semak belukar. Kepadatan penduduk
Kabupaten Murung Raya semenjak mengalami pemekaran kabupaten
sampai dengan tahun 2013 belum mengalami perubahan, yaitu 4 orang
53

ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG
Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual

penduduk per 1 (satu) Km2 wilayahnya. Paling sedikit di antara semua
kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah. Penduduk yang masih
jarang ini merupakan salah satu peningkatan usaha pengembangan
daerah. Oleh karena itu program penambahan penduduk pada
wilayah-wilayah yang sesuai peruntukannya seperti program
transmigrasi perlu digalakkan. Lebih jelasnya lihat tabel 3.4. di bawah
ini.
Tabel 3.4.
Kepadatan Penduduk Dirinci Menurut Geografis
per Kecamatan di Kabupaten Murung Raya Tahun 2011 – 2013
No.

Kecamataan

Luas Wil.
2
(Km )

Kepadatan Penduduk
2
(orang/Km )
2011
2012
2013
1.
Permata Intan
804
14
14
14
2.
Sungai Babuat
423
5
5
6
3.
Murung
730
42
43
46
4.
Laung Tuhup
1.611
12
12
12
5.
Barito Tuhup Raya
1.500
3
3
3
6.
Tanah Siang
1.239
10
10
11
7.
Tanah Siang Selatan
310
16
16
17
8.
Sumber Barito
2.797
3
3
3
9.
Seribu Riam
7.023
1
1
1
10. Uut Murung
7.263
1
1
1
Jumlah
23.700
4
4
4
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Murung Raya, 2014

Rasio ketergantungan atau dependency ratio adalah banyaknya
penduduk 0-14 tahun dan penduduk usia 65 tahun ke atas (yang
merupakan penduduk yang ditanggung) dibandingkan dengan
penduduk usia produktif (usia 15-64 tahun, sebagai penanggung). Tabel
3.5. memperlihatkan bahwa di Murung Raya pada tahun 2011 s/d 2013,
rasio ketergantungan secara berturut-turut adalah sebesar 62, 61, dan
61. Sebagai contoh di angka 57, artinya bahwa setiap 100 penduduk
usia 15-64 tahun menanggung 57 orang penduduk usia 0-14 dan 65
tahun ke atas. Semakin rendah nilai rasio ketergantungan maka akan
semakin baik, sebaliknya jika semakin tinggi maka akan semakin
buruk. Jelasnya lihat tabel 3.5. di bawah ini.

54

Murung Raya dan Berbagai Potensi yang Dimilikinya

Tabel 3.5.
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan
Rasio Ketergantungan Murung Raya Tahun 2011-2013
Tahun

Kelompok Umur (orang)
0-14
15-64
65+
2011
34.960
61.051
2.469
2012
35.565
62.020
2.515
2013
35.583
63.821
2.696
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Murung Raya, 2014

Rasio
Ketergantungan
61
61
57

Penduduk yang termasuk angkatan kerja merupakan penduduk
yang berusia kerja (15 tahun dan lebih) yang bekerja, atau punya
pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan pengangguran.
Sebaliknya di luar itu penduduk bukan angkatan kerja; seperti
penduduk yang masih sekolah, mengurus rumah tangga atau
melaksanakan kegiatan lainnya selain kegiatan pribadi.
Bekerja merupakan bagian dari angkatan kerja dimana kegiatan
ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud memperoleh
atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling
sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu. Kegiatan
tersebut termasuk pula kegiatan pekerja tak dibayar yang membantu
dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi. Jelasnya lihat tabel 3.6. dan tabel
3.7. di bawah ini.
Tabel 3.6.
Jumlah Penduduk Bekerja Menurut Jenis Kelamin
di Kabupaten Murung Raya Tahun 2012 – 2013
Tahun

Bekerja (orang)
Laki-laki
Perempuan
2012
29.542
15.859
2013
28.634
15.561
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Murung Raya, 2014

Laki-Laki + Peremp
45.401
44.195

Tabel 3.7.
Jumlah Penduduk Bekerja Menurut Perdesaan/Perkotaan
di Kabupaten Murung Raya Tahun 2012 – 2013
Tahun

Bekerja (orang)
Perdesaan
Perkotaan
Perdesaan+Perkotaan
2012
38.985
6.416
45.401
2013
37.606
6.589
44.195
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Murung Raya, 2014

55

ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG
Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual

Pengangguran terbuka terdiri dari mereka yang tidak punya
pekerjaan dan mencari pekerjaan, mereka yang tidak punya pekerjaan
dan mempersiapkan usaha, mereka yang tidak punya pekerjaan dan
tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin mendapatkan
pekerjaan serta mereka yang sudah punya pekerjaan, tetapi belum
mulai bekerja. Jelasnya lihat tabel 3.8., tabel 3.9., tabel 3.10., dan tabel
3.11. di bawah ini.
Tabel 3.8.
Jumlah Pengangguran Terbuka Menurut Jenis Kelamin
di Kabupaten Murung Raya Tahun 2012 – 2013
Tahun

Pengangguran Terbuka (orang)
Laki-laki
Perempuan
Laki-Laki + Peremp
2012
68
542
610
2013
1.074
546
1620
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Murung Raya, 2014

Tabel 3.9.
Jumlah Pengangguran Terbuka Menurut Pedesaan/Perkotaan
di Kabupaten Murung Raya Tahun 2012 – 2013
Tahun

Pengangguran Terbuka (orang)
Perdesaan
Perkotaan
Perdesaan+Perkotaan
2012
652
50
702
2013
1.346
274
1620
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Murung Raya, 2014

Tabel 3.10.
Prosentase Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Jenis Kelamin
di Kabupaten Murung Raya Tahun 2012 – 2013
Tahun

Tingkat Pengangguran Terbuka (%)
Laki-laki
Perempuan
Laki-Laki + Peremp
2012
0,44
3,47
3,91
2013
3,62
3,39
7,01
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Murung Raya, 2014

Tabel 3.11.
Prosentase Pengangguran Terbuka Menurut Pedesaan/Perkotaan
di Kabupaten Murung Raya Tahun 2012 – 2013
Tahun

Tingkat Pengangguran Terbuka (%)
Perdesaan
Perkotaan
Perdesaan+Perkotaan
2012
1,64
0,77
3,91
2013
3,02
3,99
7,01
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Murung Raya, 2014

56

Murung Raya dan Berbagai Potensi yang Dimilikinya

Potensi Ekonomi
Ciri perekonomian suatu daerah ditunjukkan oleh sumbangan
masing-masing sektor ekonomi atau lapangan usaha yang
menggambarkan struktur ekonomi daerah. Secara kuantitatif dapat
diukur dengan indikator PDRB menurut lapangan usaha atas dasar
harga berlaku.
Struktur perekonomian nasional telah mengalami pergeseran yang
semula dimotori oleh sektor pertanian, maka mulai tahun 1992 yang
menjadi motor penggerak utama perekonomian nasional adalah sektor
industri pengolahan. Namun tidak demikian halnya untuk umumnya
daerah Kalimantan Tengah dan Khususnya Kabupaten Murung Raya.
Sampai tahun 2007 sektor pertanianlah yang menjadi motor utama.
Tercatat 33,34 persen kontribusinya terhadap PDRB tahun 2007 dan
merupakan kontribusi terbesar jika dibandingkan dengan sektor
lainnya. Akan tetapi mulai tahun 2008 sampai dengan tahun 2013
konribusi sektor pertanian terus menurun dan perekonomian utama
kini dimotori oleh sektor pertambangan dan penggalian sebagai leading
sector.
Perekonomian Murung Raya tahun 2011 selain dimotori oleh
sektor pertambangan dan penggalian di urutan pertama, dan sektor
pertanian di posisi kedua, di posisi ketiga adalah sektor jasa, yang
terdiri dari sub sektor pemerintahan umum dan swasta. Kontribusi
sektor pertambangan dan penggalian pada tahun 2013 mencapai 36,26
persen, sedangkan kontribusi sektor pertanian sebesar 23,75 persen.
Sektor jasa dimana termasuk jasa pemerintah selaku pemegang kendali
memiliki peran sebesar 11,36 persen terhadap perekonomian Murung
Raya.
Di posisi keempat diduduki sektor perdagangan, hotel dan
restoran, yaitu dengan kontribusi sebesar 10,92 persen pada tahun
2013. Di peringkat selanjutnya ada sektor bangunan di posisi kelima
dengan kontribusi terhadap total perekonomian sebesar 6,42 persen.
Peringkat enam diduduki oleh kontribusi sektor pengangkutan dan
komunikasi yang pada tahun 2013 kontribusinya sebesar 5,18 persen.
57

ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG
Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual

Berturut-turut di posisi tujuh dan delapan adalah sektor industri
pengolahan dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Pada
tahun 2013 kontribusinya berturut-turut adalah sebesar 3,05 persen
dan 2,54 persen. Posisi juru kunci kontributor perekonomian Murung
Raya tahun 2012 adalah sektor listrik dan air bersih. Pada tahun 2012
kontribusi sektor ini sebesar 0,52 persen saja. Jelasnya lihat tabel 3.12.
di bawah ini.
Tabel 3.12.
Distribusi Persentase PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga
Berlaku (%) Kabupaten Murung Raya Tahun 2011 – 2013
No.
1.

Lapangan Usaha
2011
Pertanian (Tanaman Pangan, Perkebunan,
25,72
Perikanan, Peternakan dan Kehutanan)
2.
Pertambangan dan Penggalian
37,14
3.
Industri Pengolahan
2,97
4.
Listrik, Gas dan Air Bersih
0,43
5.
Bangunan dan Konstruksi
5,57
6.
Perdagangan, Hotel dan Restauran
9,86
7.
Angkutan dan Komunikasi
5,49
8.
Keuangan, Persewaan dan Jasa
2,28
Perusahaan
9.
Jasa-Jasa
10,54
Sumber : Biro Pusat Stastistik Kabupaten Murung Raya, 2014

2012

2013

24,49

23,75

36,84
3,00
0,45
6,06
10,42
5,42

36,26
3,05
0,52
6,42
10,92
5,18

2,41

2,54

10,91

11,36

Dengan demikian jelas bahwa sektor-sektor yang menempati
urutan atas merupakan sektor-sektor yang sangat mempengaruhi naikturunnya laju PDRB Kabupaten Murung Raya. Sedangkan kedua sektor
urutan terakhir kurang berpengaruh terhadap perkembangan PDRB
Murung Raya secara keseluruhan, karena peranannya yang relatif
kecil. Namun demikian secara total, Pendapatan Domestik Regional
Bruto Kabupaten Murung Raya mengalami kenaikan pada tahun 2013
ini dibandingkan tahun sebelumnya.
Perekonomian Kabupten Murung Raya sejak Tahun 2009 hingga
tahun 2011 selalu bergerak naik semenjak lepas dari dampak krisis
global di penghujung tahun 2008. Pada tahun 2013, laju pertumbuhan
ekonominya sebesar 6,67 persen dengan PDRB atas dasar harga
konstan lebih dari satu trilyun rupiah. Jelasnya lihat tabel 3.13. di
bawah ini.
58

Murung Raya dan Berbagai Potensi yang Dimilikinya

Tabel 3.13.
PDRB dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Murung Raya
Tahun 2011-2013
Atas Dasar
Atas Dasar
Pertumbuhan
Harga Berlaku
Harga Konstan
Nyata (%)
(Jutaan Rp)
2000 (Jutaan Rp)
2011
2.455.698
16,99
1.009.040
2012
2.712.946
10,48
1.076.529
2013
2.983.672
9,98
1.148.343
Sumber : Biro Pusat Stastistik Kabupaten Murung Raya, 2014
Tahun

Pertumbuhan
Nyata (%)
6,29
6,69
6,67

PDRB perkapita Kabupaten Murung Raya tahun 2010 sampai
dengan tahun 2012 selalu mengalami peningkatan, baik atas dasar
harga berlaku maupun atas dasar harga konstan tahun 2000. Untuk
tahun 2010, PDRB perkapita atas dasar harga konstan mencapai9,8 juta
rupiah sedangkan tahun 2011 meningkat menjadi 10,2juta rupiah.
Begitu juga untuk tahun 2012 kembali mengalami peningkatan
menjadi 10,5juta rupiah. Sedangkan berdasar harga berlaku, PDRB
perkapita masyarakat Murung Raya tahun 2010 mencapai 21,7 juta
rupiah. Dua tahun berikutnya, berturut-turut meningkat menjadi 24,9
juta rupiah pada tahun 2011 dan sebesar 27,2 pada tahun 2012. Jelasnya
lihat tabel 3.14. di bawah ini
Tabel 3.14.
PDRB Perkapita Kabupaten Murung Raya Atas Dasar Harga Berlaku dan
Harga Konstan 2000 Tahun 2011-2013
Atas Dasar
Pertumbuhan
Harga Berlaku
Nyata (%)
(Jutaan Rp)
2011
24.936.007,93
15,06
2012
27.102.361,50
8,69
2013
28.388.889,14
4,75
Sumber : BPS Kabupaten Murung Raya
Tahun

Atas Dasar Harga
Konstan 2000
(Jutaan Rp)
10.246.143,74
10.754.533,72
10.926.190,92

Pertumbuhan
Nyata (%)
4,54
4,96
1,60

Perekonomian Murung Raya sampai dengan saat ini masih sangat
tergantung pada sektor primer, yaitu sektor pertanian dan sektor
pertambangan dan penggalian. Dengan kontribusi yang tinggi dari dua
sektor ini bukan berarti tidak dibutuhkan perhatian khusus. Sektor
pertambangan dan penggalian sebagian besar dikuasai oleh penduduk
non residen Murung Raya, sehingga sebenarnya terjadi capital flight
terhadap sebagian besar hasil nilai tambah dari sektor ini. Di sini
59

ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG
Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual

diperlukan peran pemerintah untuk memberikan kontrol dan evaluasi
seberapa besar nilai tambah sektor ini dapat meningkatkan
kesejahteraan terhadap masyarakat Murung Raya itu sendiri, baik
secara langsung maupun tidak.
Sektor pertanian merupakan mata pencaharian utama sebagian
besar penduduk Murung Raya, khususnya perkebunan karet. Karena
karet merupakan komoditi ekspor, maka harga karet turut berfluktuasi
sesuai mekanisme pasar global. Suatu saat harga karet dapat meroket
tinggi, namun tak jarang juga harganya terjungkal. Pemerintah perlu
memikirkan strategi khusus untuk melindungi petani agar tidak
merasakan dampak yang teramat dalam akibat fluktuasi tersebut,
mengingat Indonesia merupakan salah satu produsen karet terbesar di
dunia di samping Malaysia dan Thailand.
Sektor jasa terutama jasa pemerintahan umum memegang peran
cukup signifikan terhadap perekonomian Murung Raya, sehingga ke
depan perlu terus ditingkatkan melalui berbagai ragam kebijakan yang
lebih pro rakyat. Agar besarnya peran tersebut, secara ekonomis benarbenar dapat dirasakan langsung oleh masyarakat.
Sektor industri pengolahan tampaknya sangat perlu pembinaan
dan bantuan. Selama ini kebutuhan masyarakat akan barang sekunder
sebagian besar didatangkan dari luar wilayah, sehingga harganya cukup
tinggi. Hal ini terjadi salah satunya karena sulitnya memperoleh bahan
baku penolong dan tingginya biaya antara yang harus dikeluarkan
untuk menghasilkan sendiri suatu barang, sehingga masyarakat lebih
memilih untuk membelinya secara langsung, meski harus didatangkan
dari luar daerah dengan harga yang relaif tinggi. Ke depan, sektor ini
perlu terus dibina dan dimodali agar lebih bergairah.

Sektor Produksi
Potensi Pertanian
Kegiatan pertanian sampai saat ini masih memberikan peran yang
besar terhadap perekonomian Kabupaten Murung Raya. Kegiatan
60

Murung Raya dan Berbagai Potensi yang Dimilikinya

pertanian masih didominasi oleh sektor tanaman pangan, perkebunan,
kehutanan, perikanan dan peternakan. Berikut disajikan data hasil
produksi dari kegiatan pertanian Murung Raya selama tahun 2013 pada
tabel 3.15., tabel 3.16. dan tabel 3.17.
Tabel 3.15.
Luas Panen dan Produksi Tanaman Padi per Kecamatan
di Kabupaten Murung Raya Tahun 2013
Padi Sawah
Padi Ladang
Luas
Produksi
Luas Panen
Produksi
Panen (Ha)
(Ton)
(Ha)
(Ton)
1. Permata Intan
48
158,69
4 387
9 675
2. Sungai Babuat
160
325,89
3. Murung
1 725
3 804,62
4. Laung Tuhup
492
1 085,14
5. B.Tuhup Raya
108
238,20
6. Tanah Siang
749
1 651,98
7. T. Siang Selatan
1
3,31
258
569,04
8. Sumber Barito
857
1890,18
9. Seribu Riam
151
333,04
10. Uut Murung
399
880,03
Jumlah
49
161,99
9 286
20 481,00
Sumber : Dinas Pertanian Peternakan dan Perikanan Kab. Murung Raya, 2014

Kecamatan

Tabel 3.16.
Luas Panen dan Produksi Jagung, Ubi Kayu dan Ubi Jalar
Menurut Kecamatan Tahun 2013
Kecamatan
1. Permata Intan
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Sungai Babuat
Murung
Laung Tuhup
B.Tuhup Raya
Tanah Siang
T. Siang Selatan
Sumber Barito
Seribu Riam

Jagung
Luas
Produksi
(Ha)
(Ton)
14
31,96

Ubi Kayu
Luas
Produksi
(Ha)
(Ton)
13
155,39

Ubi Jalar
Luas
Produksi
(Ha)
(Ton)
17
119,38

7
24
25
11
6
7
0
1

15,98
54,79
57,07
25,11
13,70
15,98
0,00
2,28

5
8
23
10
11
2
9
2

59,76
95,62
274,92
119,53
131,48
23,91
107,58
23,91

4
6
10
2
2
3

4

9,13

2

23,91

1

7,02

99
226,00
85 1 016,00
45
Jumlah
Sumber : Dinas Pertanian Peternakan dan Perikanan Murung Raya, 2014

316,00

10. Uut Murung

28,09
42,13
70,22
14,04
14,04
21,07

61

ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG
Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual

Tabel 3.17.
Luas Panen dan Produksi Kacang Tanah, Kacang Kedelai dan Kacang Hijau
menurut Kecamatan Tahun 2013
Kecamatan
1. Permata Intan
2. Sungai Babuat

Kacang Tanah
Luas
Produksi
(Ha)
(Ton)
10
10,5
-

Kacang Kedelai
Luas Produksi
(Ha)
(Ton)
19
22,8
-

Kacang Hijau
Luas Produksi
(Ha)
(Ton)
-

3. Murung

3

3,5

5

6

-

-

4. Laung Tuhup

-

-

-

-

-

-

5. B.Tuhup Raya

-

-

-

-

-

-

6. Tanah Siang

6

6,3

2

2,4

-

-

7. T.Siang Selatan

1

1,05

4

4,8

-

-

8. Sumber Barito

-

-

-

-

-

-

9. Seribu Riam

-

-

-

-

-

-

10. Uut Murung

-

-

-

-

-

-

Jumlah
20
21
30
36
Sumber : Dinas Pertanian Peternakan dan Perikanan Murung Raya

-

-

Potensi pengembangan tanaman pangan di Kabupaten Murung
Raya sangat sedikit dibandingkan dengan luas wilayahnya. Lahan yang
sesuai untuk tanaman pangan terletak di sebagian kecil Kecamatan
Permata Intan, Kecamatan Murung, dan Kecamatan Laung Tuhup.
Komoditi potensial di Laung Tuhup antara lain padi ladang, kacang
tanah, tanaman kopi, lada dan kelapa. Kecamatan Murung memiliki
komoditi potensial antara lain padi ladang, jagung, ubi jalar, kacang
tanah, kacang kedelai, tanaman karet, tanaman kopi, jambu mete.
Areal kawasan hutan relatif makin terbatas sejalan dengan
meningkatnya jumlah penduduk di Kabupaten Murung Raya. Oleh
karena itu pelepasan kawasan hutan yang bersifat mengubah fungsi
hutan perlu dibatasi. Pengembangan perkebunan dengan
menggunakan tanaman tahunan yang berupa pohon, merupakan
teknologi yang kompatibel dengan persyaratan ekologis, dapat
memberikan fungsi hutan yang berbeda dengan hutan produksi.
Redesign perkebunan pada dasarnya berupa membangun suasana
harmonis antara unsur-unsur ekologi, ekonomi dan sosial budaya,
62

Murung Raya dan Berbagai Potensi yang Dimilikinya

sehingga nantinya bisa menjadi kawasan industri masyarakat
perkebunan (Kimbun).
Sebagian penduduk di Kabupaten Murung Raya hidup dari hasil
perkebunan. Dengan mengandalkan teknologi tradisional ternyata
penduduk tidak bisa meningkatkan taraf hidupnya. Sehubungan hal
tersebut di atas, dalam rangka mendorong pengembangan perkebunan,
pemerintah dalam hal ini instansi teknis (perkebunan) akan
memberikan kemudahan kepada investor untuk menanamkan
modalnya.
Pemerintah akan memberikan Hak Penguasaan Hutan Tanaman
Perkebunan (HPHTP) yang setara dengan HGU, dimana tahapan
untuk mendapatkan HGU melalui tahapan-tahapan yang panjang
sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama. Pertumbuhan
agronomis tanaman perkebunan relatif baik. Kendala yang dihadapi
oleh petani adalah terutama berkaitan dengan sumberdaya petani yang
relatif rendah, masalah sosial ekonomi. Program Perkebunan Inti
Rakyat (PIR) belum menyentuh pada hal-hal yang mendasar berupa
teknologi tepat guna, permodalan dan pemasaran. Hal ini
menyebabkan petani mengalami hambatan dalam hal meningkatkan
mutu produksi perkebunan dan pemasaran.
Pemanfaatan potensi hutan yang melimpah di Kabupaten Murung
Raya cukup menjanjikan bagi perekonomian di daerah ini. Tanaman
perkebunan dengan nilai ekonomi tinggi seperti karet, kelapa, kopi,
lada dan jambu mete telah dikembangkan di daerah ini yang tersebar
diseluruh kecamatan dan diharapkan dapat mendorong meningkatnya
ekonomi masyarakat. Sampai saat ini tanaman karet masih menjadi
produk unggulan di sektor perkebunan dan masih menjadi tanaman
idola bagi masyarakat khususnya di pedesaan. Hal ini diperlihatkan
pada tabel 3.18. di bawah ini.
Hampir semua kecamatan di Kabupaten Murung Raya memiliki
potensi untuk pengembangan karet dan kelapa, akan tetapi bagian
tengah sampai ke Utara Kabupaten Murung Raya lebih berpotensi
karena didukung oleh kondisi wilayah yang relatif lebih tinggi.
Komoditi perkebunan seperti kopi, lada, dan sawit relatif masih dalam
63

ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG
Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual

skala kecil diusahakan oleh masyarakat. Komoditi ini terbatas pada
lahan sekitar pemukiman atau lahan pekarangan dan lahan usaha
untuk daerah transmigrasi.
Tabel 3.18.
Luas Areal (Ha) dan Produksi Tanaman Perkebunan (ton)
Menurut Kecamatan di Kabupaten Murung Raya Tahun 2013
Kecamatan

Karet

Kopi

1. Permata Intan

4396,70

51,54

2. Sungai Babuat

1 510,55

3. Murung

3479,68

4. Laung Tuhup
5. Barito Tuhup Raya
6. Tanah Siang
7. T. Siang Selatan
8. Sumber Barito
9. Seribu Riam

Cengkeh

Lada

Kelapa

-

2,46

91,20

15,50

-

0,71

22,52

58,08

0,02

3,33

111,38

9297,21

65,29

0,04

3,91

117,50

2 020,91
7061,47

20,15
53,17

0,09

1,04
3,76

28,03
66,86

2069,48

19,19

-

0,68

25,83

3412,97

27,63

-

2,90

43,12

174,23

18,52

-

0,63

22,52

10. Uut Murung

43,82

13,34

-

0,61

14,58

Jumlah

33 467,02

342,41

0,15

20,03

543,54

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Murung Raya, 2014

Sejalan dengan pengakuan petani setempat hanya dengan
membudidayakan karet dan kelapa di lahan usaha mereka, pendapatan
dalam jangka panjang akan stabil, sedangkan jika pun ada tanaman
pangan yang diusahakan oleh petani hanya sebatas untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Kelebihan dari budidaya komoditi karet dan
kelapa dalam adalah karena masyarakat sudah terbiasa
membudidayakan komoditi tersebut dan lebih toleran terhadap kondisi
lingkungan sehingga resiko kegagalan budidaya oleh petani relatif
kecil. Sedangkan budidaya tanaman pangan umumnya hanya berupa
komoditas lokal yang produksinya masih relatif rendah. Usaha yang
perlu dilakukan untuk meningkatkan produksi tanaman adalah dengan
membudidayakan varietas yang unggul yaitu dari segi produksinya dan
tahan terhadap kondisi lingkungan di Kabupaten Murung Raya.
Pemenuhan kebutuhan ikan di daerah Kabupaten Murung Raya
selama ini, masih bertumpu pada hasil perikanan dari daerah lain.
64

Murung Raya dan Berbagai Potensi yang Dimilikinya

Namun demikian, pemerintah tidak tinggal diam, penggalakan
program budidaya ikan sepertinya sudah mulai membuahkan hasil.
Dengan pemberian bantuan benih ikan, diharapkan produksi budidaya
ikan kian meningkat dari tahun ke tahun. Untuk lebih jelas
perkembangan produksi perikanan Kabupaten Murung Raya menurut
kecamatan dapat dilihat pada tabel 3.19. di bawah ini. Kecamatan yang
mempunyai jumlah produksi terbesar adalah Kecamatan Murung dan
Tanah Siang.
Tabel 3.19.
Produksi Perikanan Penangkapan di Sungai dan Budi Daya
Tahun 2013 (Dalam Ton)
Jenis Perairan
Penangkapan
Budi Daya
1. Permata Intan
9,5
150,22
2. Sungai Babuat
9,5
3. Murung
42,5
268,22
4. Laung Tuhup
28,8
53,54
5. Barito Tuhup Raya
16,6
118,13
6. Tanah Siang
188,58
7. Tanah Siang Selatan
102,37
8. Sumber Barito
8,7
107,26
9. Seribu Riam
7,8
53,88
10. Uut Murung
7,8
Jumlah
131,2
1 042,2
Sumber : Dinas Pertanian Peternakan dan Perikanan Murung Raya, 2014
Kecamatan

Jumlah
159,72
9,5
310,72
82,34
134,73
188,58
102,37
115,96
61,68
7,8
1 173,4

Kegiatan peternakan di Kabupaten Murung Raya setiap tahun
menunjukkan peningkatan perkembangan populasinya untuk semua
jenis ternak. Hampir di semua kecamatan terutama kecamatan
Murung dan Tanah Siang kegiatan peternakan dikembangkan. Hal ini
tentu sangat berkaitan dengan usaha kegiatan pertanian tanaman
pangan khususnya sawah, yang memberikan keuntungan subsitusi dari
dua kegiatan tersebut. Untuk lebih jelasnya mengenai perkembangan
sektor perternakan yang ada di Kabupaten Murung Raya dapat dilihat
pada tabel 3.20. di bawah ini.

65

ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG
Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual

Tabel 3.20.
Banyaknya Populasi Ternak dan Unggas menurut Jenisnya
Tahun 2013 (ekor)
No
Jenis Ternak
2013
Ternak
1.
Sapi Perah
2.
Sapi Potong
1.189
3.
Kerbau
9
4.
Kambing
2.622
5.
Babi
8.472
6.
Kuda
Unggas
1.
Ayam Buras/ Ayam Kampung
122.614
2.
Ayam Ras/ Petelur
2.250
3.
Ayam Ras Broiler
466.117
4.
Itik
1978
5.
Kelinci
Sumber : Dinas Pertanian Peternakan dan Perikanan Murung Raya, 2014

Potensi Pertambangan dan Penggalian
Potensi bahan galian di Kabupaten Murung Raya digolongkan
menjadi 3 (tiga) golongan bagian yaitu :


Golongan A yaitu bahan galian golongan strategis antara lain
minyak, gas bumi, dan batu bara.



Golongan B, yaitu bahan galian vital antara lain emas, intan
dan antiminit.



Golongan C, yaitu bahan galian golongan yang tidak termasuk
strategis dan vital antara lain batu kapur, bentonit, basal,
phosphat, mika, andesit, granit, gabro dan lain - lain.

Dari beberapa potensi yang terdapat di Kabupaten Murung Raya
yang sudah dimanfaatkan adalah batubara, emas, intan dan sebagian
kecil bahan galian C, baik yang sudah mempunyai izin maupun belum,
serta yang dilaksanakan secara tradisional.

66

Murung Raya dan Berbagai Potensi yang Dimilikinya

Berdasarkan sumber daya alam yang dimilikinya, Kabupaten
Murung Raya merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan
Tengah yang memiliki potensi bahan galian strategis (golongan B)
seperti emas di Kecamatan Sumber Barito, Permata Intan, Murung dan
Tanah Siang. Selain itu Kabupaten Murung Raya memiliki bahan
galian Intan di Kecamatan Murung dan Permata Intan. Sedang bahan
Galian golongan A, batu bara, terdapat di kecamatan Permata Intan,
Laung Tuhup, Sumber Barito dan Tanah Siang.Untuk bahan galian
golongan C terdapat di Kecamatan Permata Intan, Murung dan Sumber
Barito.
Hingga tahun tahun 2012, sebanyak 55 perusahaan baik
multinasional, Nasional dan Lokal menginvestasikan dananya untuk
mengeksploitasi sumber daya mineral yang ada di Kabupaten Murung
Raya dengan status perusahaan sudah melakukan eksploitasi. Jelasnya
lihat tabel 3.21. dan gambar 3.2. di bawah ini.
Tabel 3.21.
Banyaknya Perusahaan (Ijin Usaha Pertambangan) Yang Beroperasi
Menurut Tingkat Kegiatandi Kabupaten Murung Raya, 2005- 2013
Penyelidikan
Eksploitasi
Eksplorasi
Umum
2005
9
2006
10
2007
18
2008
29
2009
3
3
42
2010
3
56
2011
4
51
2012
8
47
2013
NA
NA
NA
Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Murung Raya, 2014
Tahun

Jumlah
9
10
18
29
48
59
55
55
NA

67

ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG
Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual

Sumber : Kabupaten Murung Raya Dalam Angka, 2014

Gambar 3.2.
Peta Perusahaan Pertambangan di Wilayah Kabupaten Murung Raya

Dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2013, jumlah terbesar dari
sektor pertambangan adalah Batubara, seperti pada tabel 3.22.

Potensi Kelembagaan Adat
Pemimpin di kalangan orang Dayak yang masih diakui hingga saat
ini adalah Damang Kepala Adat, oleh Riwut (2003) dikatakan hanya
kepala adat. Di Kudangan (Dayak Tomon) dikenal sebutan Mas, Patih,
Jajaran, dan Kepala Dukuh. Sebutan-sebutan ini sekarang ini hanya
68

Murung Raya dan Berbagai Potensi yang Dimilikinya

sebagai penghormatan kepada tamu-tamu, sedangkan yang masih
bertahan adalah jabatan Mantir Adat, Damang, dan kepala Dukuh.
Tabel 3.22.
Produksi Pertambangan dan Penggalian Menurut Jenisnya
di Kabupaten Murung Raya, 2012 dan 2013
No.
Jenis Pertambangan
Satuan
2012
2013
1.
Batubara
MT
3 224 231,70
2 952 545,59
2.
Emas
Kg
876
717,03
3.
Perak
Kg
20 966
22 145,05
3
4.
Batu Belah
M
33 026
17 576,75
3
5.
Sirtu
M
230
974,00
3
6.
Pasir
M
2 141
56 220, 60
3
7.
Awkes
M
3078
3
8.
Tanah Urug
M
58 937
20 645
Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Murung Raya, 2014

Ilon (1987:108-114) dengan menggunakan legenda Bandar yang
hidup sekitar abab 16 Masehi menyebutkan bahwa riwayat
pelembagaan adat Dayak Kedamangan mulai muncul seiring dengan
bertambahnya manusia sehingga banyak urusan yang menuntut
pembagian tugas, membentuk struktur pemerintahan adat. Dalam
konteks Dayak, struktur pemerintahan dan kepemimpinan kelompok
yang pernah ada terdiri dari : (1) Temanggung atau Dambung yang
hakekatnya sama dengan raja (penanggungjawab) untuk melindungi,
mensejahterakan dan memakmurkan seluruh rakyatnya; (2)
Pangkalima bertanggungjawab dalam bidang pertahanan dan
keamanan; (3) Patih bertanggungjawab dalam bidang pemerintahan
dan kesejahteraan; dan (4) Demang bertanggungjawab dalam bidang
pengawasan, penuntutan dan peradilan serta pelestarian.
Setelah masuknya pemerintahan Kolonial Belanda, sebutan yang
tadinya Damang menjadi Demang dengan pedoman kerjanya mengacu
96 pasal hukum adat yang dilahirkan dari Rapat Besar Perdamaian di
Tumbang Anoi pada tahun 1894 (Tumbang Anoi masuk dalam wilayah
Kabupaten Gunung Mas). Secara umum tugas Damang Kepala Adat
disamping berperan sebagai Hakim Perdata Adat menyelesaikan dan

69

ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG
Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual

memutuskan perkara yang terjadi dalam wilayahnya8, juga membantu
pemerintah untuk melancarkan roda pemerintahan umum, terutama
untuk menjembatani kehendak masyarakat disampaikan ke
pemerintahan dan sebaliknya.
Mengenai posisi Damang secara formal dalam struktur masyarakat
Dayak tidak mudah menjelaskannya dengan mengacu kepada berbagai
hasil penelitian Kedamangan tentang apa dan bagaimana lembaga ini
berperan di tengah masyarakat (Kurniawan, 2007). J Mallincrodi
(1887-1929) dalam Het Adatrecht van Borneo (1928) ketika
menguraikan bagaimana hukum adat di Kalimantan Tengah sama
sekali tidak membicarakan lembaga Kedamangan. Thomas Linblad
mengartikan Damang sebagai village head. Arti ini sama dengan
Pembakal dan Kyai yang disebut Linblad sebagai indigeneous district
officer (Linblad, 1988:271). Scharer (1904-1947), seorang misionaris
yang banyak meneliti kepercayaan Dayak menyatakan Damang adalah
the present-day damangnya (adat chief) dan bukan orang yang
diberikan kepercayaan oleh masyarakat setempat untuk turut
mengatur kehidupan mereka (Scharer, 1963:103). Scharer meyakini
Damang hanyalah sebuah jabatan dan status yang diberikan
pemerintah untuk kepentingan mereka sendiri
Menindak-lanjuti peran Damang, Kepala Adat maka pada tanggal
03 September 1923 di Kuala Kapuas (sekarang menjadi Kabupaten
Kapuas) diadakan Rapat Damang Kepala Adat, dihadiri oleh para
Damang dari seluruh Kapuas, Kahayan, Rungan, dan Manuhing dengan
unsur pemerintah Hindia Belanda untuk menetapkan: (1) Hak Ulayat
Adat Kampung seukuran 5 km (sejangkauan bunyi gong dari pinggir
Jelasnya lihat buku Adat Bana Tipoe Goma yang memuat aturan-aturan dan sanksi
terhadap pelanggaran adat atau kebiasaan yang berlaku dalam kehidupan orang Dayak
di Kecamatan Dalang, Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah. Buku ini
merupakan peninggalan sehingga tidak ada penulis dan penerbit serta tahun
penulisannya tidak diketahui. Adat dan hukum adat sendiri merupakan produk budaya
orang Dayak yang berasal dari akumulasi pengalaman dari adaptive strategy kehidupan
terhadap lingkungan hidup agar tetap seimbang dan bisa diwariskan secara turun
temurun pada generasi berikutnya dan menjadi pedoman hidup dalam suatu bentuk
sistem kehidupan ditengah masyarakat (Odop dan Lakon, 2009:6)

8

70

Murung Raya dan Berbagai Potensi yang Dimilikinya

kiri kanan sepanjang sungai tempat pemukiman penduduk sebagai
tempat masyarakat berusaha); (2) Hak tata-batas antara kampung
dengan kampung, berkenaan dengan kewajiban pembersihan sungai
atau jalan lalu-lintas umum, dan hak perladangan warga kampung
masing-masing. Dimufakatkan oleh Kepala Kampung bersangkutan
diketahui Damang Kepala Adat setempat dan dikokohkan pemerintah;
dan (3) Hak tanggitan, hak rintis patung, hak anak sungai, hak danau,
hak beja, hak handel, tatas parit, hak panggul, sapinang, hak bahu
talinjam, hak bahu rimba, hak petak rutas, dan hak pahewan.
Jabatan Damang masih memiliki penghargaan yang tinggi dalam
masyarakat, terutama menangani kasus persengketaan atau perselihan
antara masyarakat untuk diselesaikan secara adat. Namun sering juga
terjadi kasus-kasus di wilayah kecamatan langsung diajukan ke
pengadilan negeri. Seorang tokoh Dayak: “…keberadaan para Damang
sangat membantu negara dalam menyelesaikan ribuan perkara yang
tidak dapat dipecahkan dengan institusi hukum.” Lebih lanjut
dikatakan: “…keadaan ini dikatakan teman dari Mahkamah Konstitusi,
jadi saya kira Damang harusnya diperankan kembali.”9 Kasus-kasus
yang dimaksud berkaitan dengan semakin maraknya sengkata tanah
dengan masuknya para investor untuk mengelola dan mengeksploitasi
hutan bagi kepentingan HPH, HTI, KP dan HGU.10 Tanpa
mengembalikan fungsi Damang tentunya hukum adat yang diakui
masyarakat akan semakin tenggelam dan digantikan dengan hukum
formal yang dalam penyelesaian kasusnya selalu ada yang kalah dan
menang. Sementara prinsip hukum adat adalah perdamaian dan
keaslian sehingga tidak ada yang menang dan yang dikalahkan.
Meskipun hanya dilakukan melalui musyawarah atau mufakat tetapi
memiliki kekuatan yang mengikat tidak hanya dari materinya tetapi
juga sanksi moral (Elmiyah, 2004) atau dalam bahasa Dayak Ngaju
disebut sebagai jipen atau singer (Ilon, 1987).

Wawancara dilakukan pada tanggal 05 Oktober 2010 di Palangkaraya.
Mengenai kasus tidak diakuinya hukum adat dalam tataran hukum formal (UU
Pokok Agraria) dapat dibaca dalam Elmiah (2008).
9

10

71

ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG
Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual

Menindak lanjuti upaya untuk memerankan kembali fungsi
Damang sebagai hakim adat, pemerintah daerah Propinsi Kalimantan
Tengah menetapkan Peraturan Daerah (Perda) No. 16 Tahun 2008
tentang Kelembagaan Adat Dayak di Kalimantan Tengah. Perda No. 16
Tahun 2008 pasal 9, ayat (1) selanjutnya menrumuskan fungsi Damang
Kepala Adat adalah; Mengurus, melestarikan, memberdayakan dan
mengembangkan adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan, hukum adat dan
lembaga kedamangan yang dipimpinnya; Menegakkan hukum adat
dengan menangani kasus dan atau sengketa berdasarkan hukum adat
dan merupakan peradilan adat tingkat terakhir, dan Sebagai penengah
dan pendamai atas sengketa yang timbul dalam masyarakat
berdasarkan hukum adat. Selanjutnya dalam pasal (2) Selain fungsi
sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1), Damang Kepala Adat juga
mempunyai fungsi selaku inisiator untuk membawa penyelesaian
terakhir sengketa antara para Damang terkait tugas dan fungsinya
kepada Dewan Adat Dayak Kabupaten/Kota. Upaya lain juga dilakukan
oleh anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) utusan Kalimantan
periode tahun 2004-2009 dengan mengajukan Rancangan UndangUndang (RUU) tentang Perlindungan Masyarakat Adat kepada Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) (Usop, 2008).11 Sayangnya RUU ini belum
menjadi agenda DPR RI untuk dibahas dan ditetapkan.
Perjalanan mengupayakan peran dan fungsi Damang sebagai
hakim adat agar memperoleh pengakuan dari negara melalui
pembentukan lembaga ke Damangan tidaklah mudah karena dalam
banyak hal di lapangan justru membawa kontraversi. Menurut seorang
pemuda Dayak “…para Damang sekarang ini sudah tidak lagi seperti
dulu yang berjuang untuk mempertahankan norma-norma adat,
malahan memihak dan mendukung perusahaan menjual tanah adat
kami. Damang sekarang kebanyakan “karbitan” tidak berakar dari
masyarakat tetapi diangkat dan ditunjuk untuk kepentingan politik
Dalam kegiatan Uji Sahih RUU tentang Perlindungan Hak-hak Masyarakat yang
dihadiri oleh para akademisi, Organisasi Kemasyarakat/Lembaga Swadaya Masyarakat,
Pemerintah Daerah dan pihak terkait lainnya tanggal 22 Juni 2009 di Universiats
Palangkaraya, Palangkaraya. Pada prinsipnya mereka menerima RUU untuk
disampaikan ke DPR RI.
11

72

Murung Raya dan Berbagai Potensi yang Dimilikinya

penguasa.”12 Hal ini dibenarnya oleh Kusni (2010). Jika mau jujur pada
diri sendiri, para Damang kita, apalagi Damang-Damang sekarang,
berada jauh dari tingkat yang diharapkan untuk menjalankan
fungsinya terutama dikaitkan dengan tuntutan zaman. Salah satunya
terkait dengan proses pemilihan dari Damang yang didasarkan pada
penguasaan terhadap adat-istiadat dan hukum adat terutama dari segi
substansi dan filosofinya.
Gaung peran dan fungsi Damang yang diharapkan masyarakat
kalah jauh dibandingkan dengan peran dan kepopuleran lembagalembaga adat yang dibentuk pemerintah, seperti Majelis Adat Dayak
(MAD); dan Dewan Adat Dayak (DAD) sudah merasuki ke seluruhan
elemen kehidupan sosial kemasyarakatan. Disamping itu,
pembentukan lembaga-lembaga adat ini sebagai wadah untuk memaksa
orang Dayak terlibat dalam kegiatan politik, seperti yang pernah terjadi
di Malaysia (Salleh, 1993:223-236). Kondisi ini oleh Odop dan Lakon
(2010:92-99) sebagai “penghancuran otoritas kedamangan”. Damang
kemudian diangkat oleh pemerintah untuk mendapatkan tunjangan
tahunan dan harus menghadiri rapat-rapat MAD dan DAD baik di
tingkat kelurahan, kecamatan hingga provinsi secara periodik. Dalam
memilih Damang juga tidak lagi mengutamakan prinsip-prinsip dipilih
langsung dari setiap komunitas Dayak tetapi ditentukan secara sepihak
oleh Pemerintah tanpa terlebih dahulu berkonsultasi dengan warga
kampung sesuai mekanisme pemilihannya.
Muncullah kemudian istilah “Dayak makan Dayak” karena jabatan
Damang bukan jabatan adat seperti yang diharapkan tetapi lebih
jabatan administasi karena masih ada jabatan tertinggi yang justru
dipegang oleh Presiden MADN.13 Artinya ada perbedaan kepentingan
Wawancara dilakukan pada tanggal 10 Oktober 2010 di Sampit. Kusni (2010).
Perda No. 1 Tahun 2010 tentang perubahan terhadap Perda No. 16 Tahun 2008,
dimana jabatan Damang yang seharusnya adalah jabatan adat dijadikan sebagai jabatan
administrasi sehingga memperoleh tunjangan jabatan setara dengan tunjangan jabatan
esolon III b. dan memberi batasan waktu jabatan selama 06 (enam) tahun untuk dipilih
kembali secara langsung. Kelembagaan Damang di bawah Langsung Pemerintah
dengan dikeluarkannya SK oleh Bupati/Walikota dan bertanggungjawab kepada
Majelis Adat Dayak Nasional (Lampiran Perda No. 16 Tahun 2006).
12

13

73

ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG
Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual

antara pihak penguasa dan masyarakat adat karena seorang Damang
kini hampir-hampir tidak ada perannya lagi (Odop dan Lakon,
2009:93), dimana hak-hak untuk mengambil keputusan langsung
dikendalikan oleh Presiden MADN. Kemudian aspek yang berkaitan
dengan kebijakan penggabungan beberapa kampung menjadi satu Desa
juga sangat membatasi gerak dan peran Damang Kepala Adat. Setelah
wilayah kekuasaan dipersempit, dimunculkanlah beberapa organisasi
“tandingan” oleh pemerintah tanpa melibatkan masyarakat komunitas,
seperti DAD Desa, DAD Kecamatan, DAD Kabupaten. Tidak
mengherankan apabila terjadi tumpang tindih kekuasaan,
kebingungan, dan saling menunggu dalam menerapkan hukum adat.
Hal ini sangat berpengaruh terhadap otoritas dan eksistensi Damang
selaku Kepala Adat.
Damang juga dilibatkan dalam kegiatan politik agar pilihan orang
Dayak dapat diarahkan selama masa Pemilihan Umum Legislatif (Pileg)
maupun Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada). Hal ini
dinyatakan seorang tokoh Dayak bahwa “…MAD dan DAD dibentuk
hanyalah untuk kepentingan penguasa karena banyak Damang yang
menjadi anggota MAD dan DAD tidak mengakar dari masyarakat”.
Damang kemudian hanya sebagai alat bagi kepentingan penguasa
untuk memperoleh suara hingga di pedalaman.
Terlepas dari berbagai persoaloan di atas, mengacu Peraturan
Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 16 Tahun 2008 tentang
Kelembagaan Adat Dayak di Kalimantan Tengah. Kelembagaan Adat
Dayak dibentuk secara berjenjang, yakni:
1) Tingkat Nasional. Majelis Adat Dayak Nasional, yakni Lembaga
Adat Dayak tertinggi pada tingkat nasional. Sebagai lembaga
koordinasi, sinkronisasi, komunikasi, pelayanan, pengkajian
dan tindak lanjut aspirasi masyarakat untuk semua tingkat
Lembaga Adat Dayak.
2) Tingkat Provinsi. Dewan Adat Dayak Provinsi, yakni Lembaga
Adat Dayak tingkat provinsi yang mengemban tugas dari
Majelis Adat dayak Nasional. Tugas Pokok, menindaklanjuti
program kerja dari Majelis Adat Dayak Nasional serta
74

Murung Raya dan Berbagai Potensi yang Dimilikinya

menjalankan fungsi koordinasi dan supervisi terhadap seluruh
Dewan Adat Dayak Kabupaten/Kota, dan membantu tugas
Damang Kepala Adat.
3) Tingkat Kabupaten/Kota. Dewan Adat Dayak Kabupaten/Kota,
yakni Lembaga Adat Dayak tingkat Kabupaten/Kota.
Mengemban tugas dari Majelis Adat dayak Nasional dan
Dewan Adat Dayak Provinsi.
4) Tingkat Kecamatan terdiri atas: Dewan Adat Kecamatan dan
Kedamangan
5) Tingkat Desa/Kelurahan terdiri atas: Dewan Adat
Desa/Kelurahan dan Kerapatan Mantir/Let Perdamaian Adat
Desa/Kelurahan.

Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat Suku Dayak Siang Murung
Dari hasil wawancara dengan tokoh masyarakat setempat
diperoleh keterangan bahwa, masyarakat hukum adat yang hidup di
sekitar Gunung Puruk Kambang adalah Suku Dayak Siang Murung.
Masyarakat hukum adat Suku Dayak Siang Murung dipimpin oleh
seorang Damang Ketua Adat yang dibantu oleh Mantir. Kerapatan
Mantir Adat merupakan Pengadilan Adat. Pengadilan Adat berada di
Puruk Cahu.
Suku Dayak Siang Murung hingga saat ini masih melakukan
pemungutan hasil hutan untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya
sehari-hari. Hasil hutan tersebut berupa buah-buahan, kayu, tanaman
obat, karet dan hasil hutan lainnya termasuk hasil dari sungai yang
berada di dalam wilayah adatnya, kecuali emas dan batubara. Hutan
tersebut merupakan hutan adat yang diwariskan turun temurun oleh
nenek moyang kepada keturunan mereka. Matapencaharian utama
masyarakat hukum adat Suku Dayak Siang Murung adalah
berkebun/berladang karet.
Hak masyarakat hukum adat terhadap sumber daya alam berupa
bahan tambang emas dan batu bara adalah terlarang. Larangan berasal
75

ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG
Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual

dari pihak Pemerintah Daerah dan perusahaan tambang (PT. Indo
Muro Kencana) yang beroperasi di daerah tersebut.

Kawasan Cagar Budaya Gunung Puruk Kambang
Hasil penelitian mengenai hak ulayat masyarakat hukum adat
yang dilakukan di Gunung Puruk Kambang, Kecamatan Tanah Siang
Selatan, Kabupaten Murung Raya, Provinsi Kalimantan Tengah
menunjukkan bahwa di Kawasan Cagar Budaya Gunung Puruk
Kambang tersebut terdapat:
a. Masyarakat hukum adat Suku Dayak Siang Murung, yang
dipimpin oleh seorang Damang Kepala Adat dibantu oleh
Mantir Perdamaian Adat dalam suatu Wilayah Kedamangan.
Kerapatan Mantir merupakan Pengadilan Adat Suku Dayak
Siang Murung.
b. Hak ulayat masyarakat hukum adat adalah hak masyarakat
hukum adat Suku Dayak Siang Murung untuk melakukan
pemungutan hasil hutan maupun bercocok tanam (berkebun)
di atas Tanah Adat yang berada dalam Wilayah Adat, sebagai
sumber mata pencaharian utama.
c. Obyek hak ulayat adalah hasil hutan yang diambil dan
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
berupa buah-buahan, kayu, tanaman obat, karet (getah)
termasuk air dan hasil sungai.
d. Wilayah adat, berupa hutan di atas Tanah adat yang berada di
dalam Wilayah Kedamangan.
e. Tanah adat, dimiliki secara komunal maupun perseorangan.
Batas kepemilikan berupa Patok Adat dengan Bukti
kepemilikan berupa Surat keterangan Tanah Adat (SKTA) yang
dikeluarkan oleh Damang.
Pengertian hak ulayat masyarakat hukum adat Suku Dayak Siang
Murung dan pengertian masyarakat hukum adat Suku Dayak Siang
76

Murung Raya dan Berbagai Potensi yang Dimilikinya

Murung yang diperoleh penulis dari hasil penelitian memenuhi unsurunsur pengertian lexical Pasal 1 ayat (1) dan Pasal 2 ayat (2) huruf a,
huruf b dan huruf c PMNA/KBPN Nomor 5 Tahun 1999 tentang
Pedoman Penyelesaian Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat, sehingga
dapat ditegaskan bahwa hak yang ada pada masyarakat hukum adat
Suku Dayak Siang Murung atas Tanah Adatnya adalah merupakan hak
ulayat dan hak ulayat tersebut masih ada.
Kawasan Cagar Budaya berup

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Orang Dayak Melawan Tambang: Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Orang Dayak Melawan Tambang: Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Orang Dayak Melawan Tambang: Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Orang Dayak Melawan Tambang: Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Orang Dayak Melawan Tambang: Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual D 902006007 BAB VII

0 0 27

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Orang Dayak Melawan Tambang: Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual D 902006007 BAB VI

0 2 36

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Orang Dayak Melawan Tambang: Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual D 902006007 BAB V

0 2 50

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Orang Dayak Melawan Tambang: Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual D 902006007 BAB IV

0 1 33

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Orang Dayak Melawan Tambang: Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual D 902006007 BAB II

0 0 32

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Orang Dayak Melawan Tambang: Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual D 902006007 BAB I

0 2 15