Analisis Dampak Pemekaran Daerah Terhadap Pembangunan Infrastruktur Kabupaten Humbang Hasundutan

(1)

1 SKRIPSI

ANALISIS DAMPAK PEMEKARAN DAERAH TERHADAP PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KABUPATEN HUMBANG

HASUNDUTAN

Oleh:

VIO MARITO SIAHAAN 110501099

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015


(2)

2 ABSTRAK

ANALISIS DAMPAK PEMEKARAN DAERAH TERHADAP PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KABUPATEN HUMBANG

HASUNDUTAN

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak pemekaran daerah terhadap pembangunan infrastruktur Kabupaten Humbang Hasundutan. Teknik penelitian yang digunakan adalah dengan mengumpulkan data-data infrastruktur jalan, infrastruktur kesehatan yaitu Puskesmas dan Pustu, infrastruktur pendidikan yaitu SD, SMP, SMA dan SMK, jumlah pelanggan air bersih, Infrastruktur Listrik dan selanjutnya dianalisis. Metode analisis data yang digunakan adalah dengan analisis uji beda yaitu uji Simple Paired Test (data berdistribusi normal)dan uji

Wilcoxon Signed Rank Test (data berdistribusi tidak normal) periode 1993-2014. Hasil uji analisis tersebut menunjukkan bahwa Pemekaran Kabupaten Humbang Hasundutan berdampak positif terhadap pembangunan Infrastruktur Kesehatan yaitu Puskesmas, Infrastruktur Pendidikan yaitu SD, SMP, SMA dan SMK, infrastruktur Air Bersih dan infrastruktur listrik yang disalurkan oleh PLN. Namun, Infrastruktur Pustu dan Panjang jalan berdampak negatif pada pembangunan infrastruktur daerah pemekaran kanupaten Humbang Hasundutan. Kata kunci : Pemekaran Daerah, Infrastruktur Jalan, Infrastruktur Kesehatan, Infrastruktur Pendidikan, Infrastruktur Listrik, Jumlah Pelanggan Air Bersih, Simple Paired Test, Wilcoxon Signed Rank Test.


(3)

3 ABSTRACT

ANALYSIS OF DISTRICT SEPARATION IMPACT ON INFRASTRUCTURE DEVELOMENT IN HUMBANG HASUNDUTAN DISTRICT

This purpose of this research is to find out and analyze are the impact district separation on infrastructure development in Humbang Hasundutan District. The technique used in this study is to collect data of road infrastructure, the health infrastructure, community health centers and public health sub centers, education infrastructure that is primary school, junior high school, high school and vocational senior high school, number of consumer drinking water, electricity infrastructure. Methods Analysis Techniques used are the Simple Paired Test (normal distribution of data) and Wilcoxon Match Pairs Test (data distribution is not normal).

The test results of the analysis showed that the Redistricting Humbang Hasundutan positive impact on the development of health infrastructure, namely community health centers, primary school, junior high school, high school and vocational senior high school, number of consumer drinking water, electricity infrastructure. However, public health sub centers and road infrastructure negative impact on local infrastructure development separation Humbang Hasundutan District.

Keywords: district separation, road infrastructure, the health infrastructure, electricity infrastructure, number of consumer drinking water, Simple Paired Test, Wilcoxon Signed Rank Test.


(4)

4 KATA PENGANTAR

Segala Pujian, hormat dan kemuliaan penulis ucapkan kepada Allah Bapa di Surga atas segala Kasih, pertolongan, kemurahan dan penyertaanNya selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus penulis penuhi guna menyelesaikan studi di Ekonomi Pembangunan USU Medan untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi. Adapun judul skripsi ini adalah : Analisis Dampak Pemekaran Daerah Terhadap Pembangunan Infrastruktur Kabupaten Humbang Hasundutan.

Skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa dukungan dari banyak pihak. Pada kesempatan ini dengan rasa hormat dan penuh ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada orang tua penulis, ayahanda T.M. Siahaan dan ibunda R. Simanjuntak atas kasih, cinta, perhatian dan pengorbanan, serta semangat pantang menyerah dan pengajaran mengenai kesungguhan dalam diri penulis.

Penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dan kepada semua pihak yang menjadi bagian penting selama penulis menjalankan perkuliahan di Departemen Ekonomi Pembangunan USU, yaitu:

1. Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec., Ac., Ak.,selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, S.E., M.Ec., dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si., selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(5)

5 3. Bapak Irsyad Lubis, S.E., M.Soc.Sc., Ph.D.,selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan dan Bapak Paidi Hidayat, S.E., M.Si., selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Dosen pembimbing penulis, Bapak Kasyful Mahalli, S.E., M.Si., yang bersedia meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan materi serta mau mengajari saya dari proses awal hingga skripsi ini terselesaikan. Terimakasih untuk pengetahuan, nasihat dan didikan yang sangat berharga yang tidak akan pernah penulis lupakan. Semoga Tuhan membalas budi baik bapak berkali-kali lipat dan melimpah banyaknya.

5. Untuk seluruh staf pengajar, dan staf departemen ekonomi pembangunan, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

6. Kepada kakak-kakakku yang terkasih, Inggrid Intan Rumiris siahaan, S.Farm, Apt., Trikhaini Siahaan, SSt., Ririn Steira Siahaan, Amp., dan adekku Ogan Men Eleanor siaahaan yang biasa dipanggil pudan. Trimakasih untuk suka dan duka yang kita lewati bersama-sama yang membuat kita semakin menyadari Dia turut bekerja dalam segala hal yang mendatangkan kebaikan. Semoga kita selalu berjalan didalam kasih dan terangNya.

7. Kepada personil “B2B”, Anditya Sitepu, Edo, Kevin Jeremia dan Agusto Panjaitan semangat dan kelucuan kalian sangat membahagiakan hari-hari


(6)

6 penulis. Kini penulis mampu menjawab pertanyaan yang kerap kalian ajukan: Kapan siap skripsinya, Kak?

8. Kepada wanita-wanita penuh kasih dan semangat, “Ndeso” (Iren, Melry, Yessi, dan Theresia), Kak Irma, Kak Maria, Pivi, Kak Juni Simamrmata, Florida, Rahel, Handayani, Roma, Kak Ani, dan lain-lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang menjadi pendoa bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Kepada Eric Sandy Marbun yang mau membantu serta meluangkan waktu, tenaga dan doa dalam penulisan skripsi ini. Semoga sukacita didalamNya menaungi hidupmu dan firmanNya menjadi pedoman dalam langkah kita masing-masing.

Penulis dengan segala kerendahan hati menyadari bahwa skripsi ini masih kurang sempurna dikarenakan keterbatasan pengetahuan, kemampuan, wawasan serta bahan-bahan literatur yang penulis dapatkan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang membangun dari pembaca guna menyempurnakan karya ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermamfaat bagi semua pembacanya. Medan, Oktober 2015


(7)

7 DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pemekaran Daerah ... 10

2.2Infrastruktur ... 18

2.2.1 Infrastruktur Jalan ... 20

2.2.2 Infrastruktur Listri ... 21

2.2.3 Infrastruktur Air Besih ... .... 22

2.2.4 Infrastruktur Kesehatan ... 24

2.2.3 Infrastruktur Pendidikan ... ... 25

2.3 Penelitian Terdahulu ... .. 26

2.4 Kerangka Konseptual ... 29

2.5 Hipotesis ... 30

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian dan Sumber Data ... 31

3.2 Batasan Operasional ... 31

3.3 Definisi Operasional... 32

3.4 Metode Analisis Data ... 32

3.4.1 Statistik Deskriptif ... 33

3.4.2 Uji Normalitas ... 33

3.4.2 Uji Hipotesis ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 35

4.1.1 Kondisi Geografis dan Demografi Kabupaten Humbang Hasundutan ... 35


(8)

8

4.1.2.1 Pendidikan ... 38

4.1.2.1.1 Angka Partisipasi Sekolah... 40

4.1.2.1.2 Angka Melek Huruf ... 40

4.1.2.1.3 Kesehatan ... 41

4.1.3 Kondisi Ekonomi di Kabupaten Humbang Hasundutan ... 44

4.1.3.1 Perindustrian ... 44

4.1.3.2 Listrik dan Air Minum ... 45

4.1.4 Potensi Wilayah ... 46

4.1.4.1 Pertanian ... 46

4.1.4.1.1 Tanaman Pangan ... 46

4.1.4.1.2 Perkebunan ... 47

4.1.4.1.3 Peternakan ... 47

4.1.4.1.4 Perikanan ... 48

4.1.4.1.5 Kehutanan ... 49

4.1.4.2 Pariwisata ... 49

4.1.4.3 Perhubungan ... 50

4.1.5 Perkembangan Pembangunan Infrastruktur Jalan ... 51

4.1.6 Perkembangan Pembangunan Infrastruktur Listrik ... 54

4.1.7 Perkembangan Pembangunan Air Bersih... 55

4.1.8 Perkembangan Pembangunan Kesehatan ... 56

4.1.9 Perkembangan Pembangunan Pendidikan ... 58

4.1.9.1 Sekolah Dasar ... 59

4.1.9.2 Sekolah Menengah Pertama ... 60

4.1.9.3 SMA dan SMK ... 61

4.2 Hasil Penelitian Dan Pembahasan ... 62

4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 62

4.2.2 Hasil Uji Normalitas ... 64

4.2.3 Hasil Uji Hipotesis ... 66

4.2.3.1 Infrastruktur Jalan ... 66

4.2.3.2 Infrastruktur Kesehatan ... 67

4.2.3.3 Infrastruktur Listrik ... 68

4.2.3.4 Infrastruktur Air Bersih ... 69

4.2.3.5 Infrastruktur Pendidikan ... 69

4.2.4 Pembahasan ... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 74

5.2 Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 77


(9)

9 DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman 4.1 Luas Wilayah Kecamatan Kabupaten

Humbang Hasundutan ... 37 4.2 Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan

Penduduk Kabupaten Humbang Hasundutan

Tahun 2013 ... ... 38 4.3 Jumlah Murid, Sekolah, Guru dan Rasio

di Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2013.... .. 39 4.4 Persentase Banyaknya Penduduk yang Masih

Sekolah Menurut Kelompok Umur Tahun 2013 ... 40 4.5 Angka Melek Huruf di Kabupaten Humbang

Hasundutan Tahun 2007-2013 ... 41 4.6 Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Jenis

Sarana di Kabupaten Humbang Hasundutan

Tahun 2009-2013 ... 42 4.7 Jumlah Dokter, Medis Perawatan, dan Medis Non

Perawatan Tahun 2010-2013 ... 43 4.8 Angka Harapan Hidup di Kabupaten Humbang

Hasundutan Tahun 2007-2013 ... 43 4.9 Jumlah Perusahaan Industri Sedang dan Besar

menurut Jumlah Usaha, Tenaga Kerja, Biaya Input, Nilai Output dan Nilai Tambah ... 44 4.10 Persentase Rumahtangga Menurut Sumber

Penerangan di Kabupaten Humbang Hasundutan ... 45 4.11 Jumlah Air Bersih yang disalurkan dan

Jumlah Pelanggan Menurut Konsumen di Kabupaten Humbang Hasundutan ... 45 4.12 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman

Padi dan Palawija Menurut Jenis Tanaman

Tahun 2013 ... ... 46 4.13 Data Luasan Perkebunan di Kabupaten

Humbang Hasundutan ... 47 4.14 Populasi Ternak di Kabupaten Humbang

Hasundutan Tahun 2013 ... 48 4.15 Luas Kawasan Hutan Berdasarkan Fungsi ... 49 4.16 Perkembangan Jumlah Tenaga Kesehatan di

Puskesmas 2010-2014 ... 58 4.17 Nilai Standar Deviasi (Sd) dan Nilai Rata-rata (Mean) Pembangunan Infrastruktur Sebelum

dan Sesudah Pemekaran Daerah ... ... 63 4.18 Ringkasan Hasil Uji Normalitas

Pembangunan Infrastruktur Sebelum dan


(10)

10 4.19 Hasil Uji Hipotesis Pada Infrastruktur Jalan

dengan uji Simple Paired Test ... 66 4.20 Hasil Uji Hipotesis Pada Jumlah Puskesmas dan

Pustu dengan uji Wilcoxon Signed Rank Test ... 67 4.21 Hasil Uji Hipotesis Infrastruktur Listrik

dengan uji Wilcoxon Signed Rank Test ... 68 4.22 Hasil Uji Hipotesis Pada Jumlah Pelanggan

Air Bersih dengan uji Simple Paired Test ... 69 4.23 Hasil Uji Hipotesis Pada Jumlah SD, SMA dan SMK dengan uji Wilcoxon Signed Rank Test ... 70 4.24 Hasil Uji Hipotesis Pada Jumlah SMP

dengan uji Simple Paired Test ... 71


(11)

11 DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman 1.1 Perkembangan Pembentukan DOB

Tahun 1999-2014 ... 2 2.1 Kerangka Konseptual ... 30 4.1 Peta Kabupaten Humbang Hasundutan ... 36 4.2 Perkembangan Panjang Jalan Kabupaten

Menurut Kondisi Jalan di Kabupaten

Humbang Hasundutan Tahun 2010-2013 ... . 51 4.3 Perkembangan Panjang Jalan Kabupaten

Menurut Jenis Permukaan Jalan di Kabupaten

Humbang Hasundutan Tahun 2010-2013 ... . 52 4.4 Grafik Perkembangan Panjang Jalan Kabupaten

Humbang Hasundutan Sebelum dan Sesudah

Pemekaran Daerah Tahun 1993-2013 ... 53 4.5 Grafik Perkembangan Daya Listrik Yang

Tersambung di Kabupaten Humbang Hasundutan Sebelum dan Sesudah

Pemekaran Daerah Tahun 1993-2013 ... 54 4.6 Grafik Perkembangan Jumlah Pelanggan Air Bersih

di Kabupaten HumbangHasundutan

Tahun 1993-2013 ... . 55 4.7 Grafik Perkembangan Infrastruktur Kesehatan

Puskesmas ... ... ... 57 4.8 Grafik Perkembangan Infrastruktur Kesehatan

Pustu ... ... 57 4.9 Grafik Perkembangan Jumlah Sekolah Dasar

di Kabupaten HumbangHasundutan

Tahun 1993-2013 ... . 59 4.10 Grafik Perkembangan Jumlah Sekolah

Menengah Pertamadi Kabupaten Humbang

Hasundutan Tahun 1992-2013 ... 60 4.11 Grafik Perkembangan Jumlah Sekolah

Menengah Atas di Kabupaten Humbang


(12)

2 ABSTRAK

ANALISIS DAMPAK PEMEKARAN DAERAH TERHADAP PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KABUPATEN HUMBANG

HASUNDUTAN

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak pemekaran daerah terhadap pembangunan infrastruktur Kabupaten Humbang Hasundutan. Teknik penelitian yang digunakan adalah dengan mengumpulkan data-data infrastruktur jalan, infrastruktur kesehatan yaitu Puskesmas dan Pustu, infrastruktur pendidikan yaitu SD, SMP, SMA dan SMK, jumlah pelanggan air bersih, Infrastruktur Listrik dan selanjutnya dianalisis. Metode analisis data yang digunakan adalah dengan analisis uji beda yaitu uji Simple Paired Test (data berdistribusi normal)dan uji

Wilcoxon Signed Rank Test (data berdistribusi tidak normal) periode 1993-2014. Hasil uji analisis tersebut menunjukkan bahwa Pemekaran Kabupaten Humbang Hasundutan berdampak positif terhadap pembangunan Infrastruktur Kesehatan yaitu Puskesmas, Infrastruktur Pendidikan yaitu SD, SMP, SMA dan SMK, infrastruktur Air Bersih dan infrastruktur listrik yang disalurkan oleh PLN. Namun, Infrastruktur Pustu dan Panjang jalan berdampak negatif pada pembangunan infrastruktur daerah pemekaran kanupaten Humbang Hasundutan. Kata kunci : Pemekaran Daerah, Infrastruktur Jalan, Infrastruktur Kesehatan, Infrastruktur Pendidikan, Infrastruktur Listrik, Jumlah Pelanggan Air Bersih, Simple Paired Test, Wilcoxon Signed Rank Test.


(13)

3 ABSTRACT

ANALYSIS OF DISTRICT SEPARATION IMPACT ON INFRASTRUCTURE DEVELOMENT IN HUMBANG HASUNDUTAN DISTRICT

This purpose of this research is to find out and analyze are the impact district separation on infrastructure development in Humbang Hasundutan District. The technique used in this study is to collect data of road infrastructure, the health infrastructure, community health centers and public health sub centers, education infrastructure that is primary school, junior high school, high school and vocational senior high school, number of consumer drinking water, electricity infrastructure. Methods Analysis Techniques used are the Simple Paired Test (normal distribution of data) and Wilcoxon Match Pairs Test (data distribution is not normal).

The test results of the analysis showed that the Redistricting Humbang Hasundutan positive impact on the development of health infrastructure, namely community health centers, primary school, junior high school, high school and vocational senior high school, number of consumer drinking water, electricity infrastructure. However, public health sub centers and road infrastructure negative impact on local infrastructure development separation Humbang Hasundutan District.

Keywords: district separation, road infrastructure, the health infrastructure, electricity infrastructure, number of consumer drinking water, Simple Paired Test, Wilcoxon Signed Rank Test.


(14)

12 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Sejarah perekonomian mencatat desentralisasi telah muncul kepermukaan sebagai paradigma baru dalam kebijakan dan administrasi pembangunan sejak dasawarsa 1970-an. Tumbuhnya perhatian terhadap desentralisasi tidak hanya dikaitkan dengan gagalnya perencanaan terpusat dan populernya strategi pertumbuhan dengan pemerataan, tetapi juga adanya kesadaran bahwa pembangunan adalah suatu proses yang kompleks dan penuh ketidakpastianyang tidak dapat dengan mudah dikendalikan dan direncanakan oleh pusat. (Kuncoro, 2004).

Desentarlisasi atau otonomi daerah adalah perubahan besar (Big Bang Decentralization) bagi Indonesia. Kebijakan desentralisasi yang diterapkan di Indonesia sejak tahun 1999 diatur dalam UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian direvisi menjadi UU No. 32 Tahun 2004 yang kemudian direvisi kembali menjadi UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Hal ini menjadi tolak ukur pemerintah dalam melaksanakan otonomi daerah yang tetap bersinergis dengan pemerintah pusat. Pemekaran daerah secara filosofis dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dalam masa pemerintahan mantan presiden Habibie telah diperkenalkan UU. No. 22 mengenai otonomi daerah. Tetapi Pemerintah Abdurrachman Wahid yang terbebani dengan aplikasi konsep atau sistem Otonomi Daerah. Menjelang


(15)

13 berakhirnya tahun 2000 dan memasuki tahun 2001, sistem pemerintahan dengan otonomi daerah akan direalisasikan. Dengan bergulirnya reformasi politik sebagai dampak dari krisis moneter yang muncul pada pertengahan tahun 1997, tuntutan terhadap pemekaran provinsi dan kabupaten di Indonesia semakin marak. Hal itu terjadi sejak diberlakukan kebijakan desentralisasi yang digulirkan pada tahun 1999. Sejak tahun 1999 hingga tahun 2014 telah terbentuk sebanyak 223 daerah otonom baru dan masih akan terus bertambah.

Gambar 1.1 Perkembangan Pembentukan DOB Tahun 1999-2014

Sumber : Kemendagri, 2014

Pembentukan DOB 2005-2014 Pembentukan DOB 1999-2004

Provinsi : 7 Kabupaten : 115 Kota : 26

Provinsi : 1 Kabupaten : 67 Kota : 7

148 DOB 75 DOB

Total Daerah Otonom Provinsi : 34 Kabupaten : 415 Kota : 93 Total : 542 223 DOB


(16)

14 Setelah pemekaran Kabupaten Toba Samosir tahun 1999, daerah Tapanuli Utara masih sangat luas dan sangat memungkinkan untuk kembali dimekarkan. Saat itu harus diakui masih ditemukan persoalan mendasar, seperti minimnnya infrastruktur, rendahnya pendapatan masyarakat, lemahnya perekonomian rakyat, dan belum efektifnya pelayanan pemerintahan. Langkah awal untuk merealisasikan impian besar tersebut, bersama dengan jajaran pemerintah dimulailah serangkaian pembentukan kecamatan baru, baik yang merupakan peningkatan status perwakilan kecamatan menjadi kecamatan definitif atau pembentukan kecamatan yang benar-benar baru. Pembentukan kecamatan baru itu penting karena selain mendekatkan pusat-pusat pelayanan pemerintah, juga sebagai persiapan awal jika telah tiba saatnya untuk mengajukan usulan pemekaran kabupaten (Nainggolan, 2014).

Berbekal keinginan untuk mendambakan peningkatan kesejahteraan masyarakat, peluang tersebut dimanfaatkan secara tepat oleh masyarakat di wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan melalui Panitia Pembentukan Kabupaten Humbang Hasundutan. Ternyata sejalan dengan tuntutan kemajuan jaman mampu menumbuhkan aspirasi masyarakat untuk mengusulkan pemekaran Kabupaten Tapanuli Utara, melalui usul pembentukan Kabupaten Humbang Hasundutan. Aspirasi tersebut disambut dan difasilitasi oleh pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara serta dukungan DPRD kabupaten Tapanuli Utara yang kemudian memperoleh dukungan Gubernur Sumatera Utara dan DPRD Provinsi Sumatera Utara (Badan Pusat Statistik, 2004).


(17)

15 Pada tanggal 28 Juli 2003, Kabupaten Tapanuli Utara kembali dimekarkan. Humbang Hasundutan yang beribu kota Dolok Sanggul merupakan daerah yang posisinya paling strategis bagi semua kecamatan yang akan masuk dalam kabupaten pemekaran. Sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 9 tahun 2003 tentang “Pembentukan Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Pakpak Barat, dan Kabupaten Humbang Hasundutan di Provinsi Sumatera Utara”. Dengan dimekarkankannya Kabupaten Humbang Hasundutan, ada pengharapan yang lebih besar bagi masyarakat setempat. Pemekaran ini dimaksudkan untuk meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan kepada masyarakat dan pelaksanaan pembangunan perekonomian untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat didaerah tersebut. Hal ini sebagaimana tertuang dalam PP Nomor 78 Tahun 2007 dalam Pasal 2, yang merupakan peraturan pelaksana Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang menyebutkan bahwa tujuan pembentukan, pemekaran, penghapusan dan penggabungan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dengan adanya Otonomi daerah, Kabupaten Humbang Hasundutan memiliki kewenangan dan ruang yang luas pada daerah untuk terus berkembang dan memanfaatkan potensi wilayah, mampu menetapkan belanja daerah secara ekonomi yang wajar, efisien, efektif untuk kemajuan daerah dan memakmurkan masyarakatnya. Mengingat dalam hal ini, pemerintah daerah Kabupaten Humbang Hasundutan yang lebih memamahami kebutuhan dan masalah daerah tersebut. Bersamaan dengan itu, dengan tingkat kemandirian yang lebih besar disinkronkan


(18)

16 dengan keleluasaan bagi pemerintah daerah untuk melakukan sejumlah terobosan dalam pemerintah guna meningkatkan pembangunan ekonomi daerah tersebut. ` Salah satu tujuan pembentukan daerah baru melalui pemekaran daerah adalah peningkatan pelayanan publik melalui pembangunan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital untuk mempercepat proses pembangunan daerah dan memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi.Pertumbuhan ekonomi tersebut berimplikasi terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat daerah. Pengaruh infrastruktur terhadap peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia, adalah peningkatan nilai konsumsi, peningkatan produktivitas tenaga kerja dan akses terhadap lapangan kerja, serta peningkatan kemakmuran. Karena infrastruktur memiliki peranan yang besar dalam peningkatan perekonomian suatu daerah, maka pembangunan infrastruktur perlu untuk terus di dorong. Tetapi pembangunan infrastruktur mengalami beberapa kendala yang dihadapi oleh pemerintah yaitu seperti masalah efisiensi investasi, keterbatasan dana dan pilihan skala prioritas dalam infrastruktur. Untukitu pemerintah harus lebih cermat dalam menentukan jenis dan lokasi investasi infrastruktur yang harus dibangun agar kontribusi infrastruktur menjadi optimal terhadap peningkatan ekonomi suatu daerah(Widayati, 2010).

Suatu daerah yang kurang memiliki prasarana infrastruktur yang memadai dapat menyebabkan daerah tersebut tertinggal dalam pembangunan (Sibarani, 2002). Kondisi prasarana jalan yang tidak baik akan menghambat mobilitas penduduk dankelancaran aktifitas ekonomi masyarakat, seperti distribusi aliran


(19)

17 produksi barang dan jasa. Sebagai contoh, jalan dapat melancarkan transportasi pengiriman atau pengangkutan hasil pertanian daerah humbang hasundutan untuk didistribusikan kepasar sehingga sampai kepada masyarakat. Mayoritas mata pencaharian masyarakat ini adalah bertani. Setiap kecamatan dikabupaten ini memiliki produk unggulan sesuai dengan kondisi daerah. Selanjutnya, ketersediaan fasilitas kesehatan sangat dibutuhkan, agar dapat memaksimalkan pelayanan kesehatan di wilayah kecamatan. Ketersediaan fasilitas kesehatan merupakan faktor utama dalam menunjang kualitas hidup. Di kecamatan masih minim dan belum sepenuhnya dapat dijangkau oleh masyarakat terutama terkait dibidang biaya, jarak serta transportasi. Listik menjadi kebutuhan primer bagi masyarat saat ini. Listrik pada laju zaman saat ini sudah menjadi hal lumrah yang dimiliki oleh setiap keluarga sehingga dengan sendirinya memiliki jaringan listrik dirumah merupakan indikator kesejahteraan sebuah keluarga. Infrastruktur air bersih menjadi hal yang penting, dimana air bersih merupakan syarat mutlak jaminan kesehatan masyarakat sebuah wilayah.

Peran pemerintah sebagai mobilisator pembangunan sangat strategis dalam mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat serta pertumbuhan ekonomi daerah Humbang Hasundutan. Salah satu contohnya yaitu peran anggaran pemerintah terhadap perekonomian regional yaitu Belanja Modal yang digunakan membangunan sarana dan prasarana daerah seperti jalan, jembatan, irigasi, gedung sekolah, rumah sakit dan pembangunan fisik lainnya, termasuk juga sarana dan prasarana pemerintahan, baik kantor bupati maupun kantor unit kerja-unit kerja yang ada di daerah. Secara rinci belanja modal di DOB memiliki fokus


(20)

18 yang berbeda dibandingkan dengan daerah induk dan daerah kabupaten lainnya. Pada DOB, belanja modal difokuskan untuk membiayai pembangunan berbagai infrastruktur pemerintahan yang belum dimiliki seperti gedung perkantoran, alat transportasi, juga alat-alat perkantoran dan rumah tangga. Alokasi belanja modal ini ini dilakukan secara bertahap, paling tidak dalam jangka waktu 5 tahun pertama sejak awal dimekarkannya daerah tersebut. Sementara daerah induk yang telah memiliki kesiapan infrastruktur pemerintah sebelum pemekaran dapat memfokuskan perhatiannya pada investasi publik (Bappenas bekerjasama dengan UNDP, 2008).

Kesejahteraan dan pembangunan daerah, sarana dan prasarana bukanlah hal sepele yang harus dikesampingkan begitu saja mengingat sarana dan prasarana merupakan citra dari kemajuan dan keberhasilan sebuah daerah dalam mengelola pemerintahannya dan mendukung perekonomian di daerah tersebut. Sarana dan prasarana merupakan cerminan dari keberhasilan pembangunan daerah Humbang Hasundutan. Dengan adanya pemekaran kabupaten ini, otoritas daerah dalam mengelola APBD dan tingkat kemandirian yang lebih besar maka daerah ini lebih leluasa untuk melakukan sejumlah terobosan terkhusus dalam perekonomian dengan melakukan pembangunan infrastruktur yang dipercaya meningkatkan kesejahteraan daerah ini.

Dari uraian di atas, selama lebih dari 10 tahun Kabupaten Humbang Hasundutan sangat relevan dilakukan sebuah kajian untuk melihat lebih dalam mengenai dampak pemekaran daerah terhadap pembangunan infrastruktur yang berperan dalam memberikan fasilitas Pelayanan publik yang diharapkan dengan


(21)

19 pemekaran daerah ini dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat salah satunya melalui peningkatan dan pemerataan pelayanan publik termasuk bidang prasarana jalan, kesehatan dan pendidikan sehingga secara optimal dapat mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah. Oleh karena itu, perlu dianalisis Dampak Pemekaran Daerah terhadap Pembangunan Infrastruktur Kabupaten Humbang Hasundutan.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana perkembangan pembangunan infrastruktur di Kabupaten Humbang Hasundutan?

2. Bagaimana dampak pemekaran daerah terhadap pembangunan infrastruktur di Kabupaten Humbang Hasundutan?

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dirumuskan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan perkembangan pembangunan infrastruktur di Kabupaten Humbang Hasundutan.

2. Untuk menganalisis dampak pemekaran daerah di kabupaten Humbang Hasundutan terhadap pembangunan infrastruktur.

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan studi, literatur dan tambahan informasi bagi kalangan akademisi, peneliti dan mahasiswa Fakultas Ekonomi terutama mahasiswa


(22)

20 Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.

2. Untuk menambah dan melengkapi dan sebagai pembanding hasil-hasil penelitian yang sudah ada menyangkut topik yang sama.

3. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi para pembuat kebijakan yang berhubungan dengan perencanaaan dan pembangunan infrastruktur Kabupaten Humbang Hasundutan.


(23)

21 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Pemekaran Daerah

Pemekaran daerah di Indonesia adalah pembentukan wilayah administratif baru di tingkat provinsi maupun kota dan kabupaten dari induknya. Pembagian tersebut menyangkut luas daerah maupun jumlah penduduk sehingga lebih mengecil. Pada level provinsi menghasilkan satu pola yakni dari satu provinsi menjadi satu provinsi baru dan satu provinsi induk. Sementara pada level kabupaten terdiri dari beberapa pola yakni, pertama, dari satu kabupaten menjadi satu kabupaten baru (Daerah Otonom Baru) dan kabupaten induk. Kedua, dari satu kabupaten menjadi satu kota baru dan kabupaten induk. Ketiga, dari satu kabupaten menjadi dua kabupaten baru dan satu kabupaten induk (Yuliati, 2011). Pembagian atau pecahan suatu daerah tersebut adalah dengan pembentukan daerah baru untuk menjadi mandiri sebagai daerah otonom yang ditetapkan dengan undang-undang dan syarat-syarat pembentukan daerah ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

Pemekaran daerah adalah upaya memperpendek rentang kendali pemerintah untuk meningkatkan efektifitas penyelenggaraan pemerintah dan pengelolaan pembangunan daerah. Konsep dasarnya adalah memberikan wewenang kepada daerah untuk merencanakan dan melaksanakan pembangunan daerahnya masing-masing sesuai dengan apa yang mereka kehendaki, dan pemerintah pusat akan membantu dan memelihara kegiatan-kegiatan yang tidak mungkin dilaksanakan di daerah seperti masalah kebijakan moneter,


(24)

22 pembangunan jalan antar kota dan provinsi maupun pemeliharaan dalam sistem pengairan yang melintasi berbagai wilayah. Tekad pemerintah pusat diadakan pemekaran daerah adalah untuk meningkatkan peran pemerintah daerah dalam mengelola daerahnya sendiri(Suparmoko, 2002).

Daerah melakukan pemekaran wilayah didasari atas berbagai alasan (Tarigan, 2010):

1. Preference for Homogeneity (kesamaan kelompok) atau historical etnic

memungkinkan ikatan sosial dalam satu etnik yang sama perlu diwujudkan dalam satu daerah yang sama pula. Keinginan untuk membentuk daerah baru seiring dengan semakin menguatnya kecenderungan pengelompokan etnis pada daerah lama. Hal ini muncul mengingat dalam daerah lama tidak banyak kesempatan ekonomi dan politik yang dapat dimanfaatkan dengan baik oleh etnik tersebut disamping tentunya faktor sejarah etnik tersebut pada masa lampau. Fitriani (2005) membuktikan bahwa historical etnic menjadi alasan dalam pemekaran daerah melalui model ekonometrik dan hasilnya secara statistik signifikan.

2. Fiscal Spoil (insentif fiskal untuk memekarkan diri, dapat dari DAU/DAK), adanya jaminan dana transfer, khususnya Dana Alokasi Umum, dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah menghasilkan keyakinan bahwa daerah tersebut akan dibiayai. Pembiayaan tersebut melalui alokasi untuk Pegawai Negeri Sipil Daerah maupun peluang kesempatan kerja melalui peningkatan jumlah staf pemerintah daerah. Jaminan tersebut diharapkan juga berdampak terhadap meningkatkanya aktivitas perekonomian, baik melalui


(25)

23 belanja langsung pegawai maupun pembelanjaan barang dan jasa dari aktivitas pemerintahan. Dalam kacamata ini, akumulasi aktivitas ekonomi diharapkan berimplikasi positif terhadap kesejahteraan masyarakat.

3. Beaurocratic and Political rent seeking (alasan politik, dan untuk mencari jabatan penting/mobilitas vertikal). Alasan politik dimana dengan adanya wilayah baru akan memunculkan wilayah kekuasan politik baru sehingga aspirasi politik masyarakat jauh lebih dekat. Pada level daerah tentu saja kesempatan tersebut akan muncul melalui kekuasaan eksekutif maupun legislatif. Pada level nasional, munculnya wilayah baru akan dimanfaatkan sebagai peluang untuk dukungan yang lebih besar pada kekuatan politik tertentu. Pada akhirnya entitas wilayah akan muncul dalam kalkulasi politik yang lebih representatif.

4. Administrative Dispersion, mengatasi rentang kendali pemerintahan. Alasan ini semakin kuat mengingat daerah-daerah pemekaran merupakan daerah yang cukup luas sementara pusat pemerintahan dan pelayanan masyarakat sulit dijangkau. Posisi ibukota pemerintahan menjadi faktor penentu. Hal ini juga nyata terbukti bahwa daerah-daerah pemekaran merupakan daerah tertinggal dan miskin yang dukungan pelayanan publik maupun infrastruktur pendukungnya sangat minim.

Pemerintah mengeluarkan PP Nomor 78 tahun 2007 tentang Pemekaran Daerah yang mengatur antara lain tentang instrumen prosedural dan instrument persyaratan pemekaran daerah. Pembentukan daerah hanya dapat dilakukan apabila telah memenuhi syarat administratif, teknis, dan fisik kewilayahan. Bagi


(26)

24 provinsi, syarat administratif yang wajib dipenuhi meliputi adanya persetujuan DPRD kabupaten/kota dan bupati/walikota yang akan menjadi cakupan wilayah provinsi bersangkutan, persetujuan DPRD provinsi induk dan gubernur, serta rekomendasi dari Menteri Dalam Negeri. Sedangkan untuk kabupaten/kota, syarat administratif yang juga harus dipenuhi meliputi adanya persetujuan DPRD kabupaten/kota dan bupati/walikota bersangkutan, persetujuan DPRD provinsi dan gubernur, serta rekomendasi dari Menteri Dalam Negeri. Syarat teknis dari pembentukan daerah baru harus meliputi faktor yang menjadi dasar pembentukan daerah yang mencakup faktor-faktor di bawah ini.

1. Kemampuan ekonomi 2. Potensi daerah

3. Sosial budaya 4. Sosial politik 5. Kependudukan 6. Luas daerah 7. Pertahanan 8. Keamanan

Selanjutnya, syarat fisik yang dimaksud harus meliputi paling sedikit lima kabupaten/kota untuk pembentukan provinsi dan paling sedikit lima kecamatan untuk pembentukan kabupaten, dan empat kecamatan untuk pembentukan kota, lokasi calon ibukota, sarana, dan prasarana pemerintahan. Dalam PP Nomor 78 tahun 2007 Bab II pasal 2, dinyatakan bahwa pembentukan, pemekaran,


(27)

25 penghapusan dan penggabungan daerah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui:

1. peningkatan pelayanan kepada masyarakat; 2. percepatan pertumbuhan kehidupan demokrasi;

3. percepatan pelaksanaan pembangunan perekonomian daerah; 4. percepatan pengelolaan potensi daerah;

5. peningkatan keamanan dan ketertiban; dan

6. peningkatan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah.

Melalui pemberlakuan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian dirubah menjadi Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 dan dirubah kembali menjadi Undang-Undang No. 23 tahun 2014 bahwa Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Undang-undang ini merupakan salah satu tonggak reformasi pemerintahan di Indonesia.

Dengan adanya pemekaran daerah, diharapkan mampu memanfaatkan peluang yang lebih besar dalam mengurus rumah tangganya sendiri, terutama dalam kaitannya dengan pengelolaan sumber-sumber pendapatan asli daerah, sumber daya alam dan pengelolaan bantuan pemerintah pusat kepada daerah otonom dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat setempat yang lebih baik. Oleh karena itu dengan pemekaran daerah diharapkan meningkatkan dinamika kemandirian daerah yang pada akhirnya


(28)

26 bermanfaat pada peningkatan kesejahteraan masyarakat sebagai tujuan utama otonomi. Bukan sebaliknya bahwa pemekaran daerah telah menguras energi pemerintah Provinsi dan prosesnya sering menimbulkan ketidakstabilan di daerah (APPSI, 2007).

Pemekaran daerah menjadi suatu polemik antara banyak pihak, apakah merupakan sebuah kebutuhan atau euforia demokrasi. ”Terbukti bahwa elitelah yang mendorong pemekaran daerah. Namun, orientasinya untuk mengejar keuntungan politik dan ekonomi. Keuntungan politik dengan menguasai pemerintahan dan keuntungan ekonomi dengan menguasai proyek-proyek pembangunan di daerah.” (Yossihara, 2011). Pemekaran wilayah dijadikan bisnis dari kelompok elit politik di daerah yang sekedar menginginkan jabatan dan posisi dalam pemerintahan. Euforia demokrasi dan tumbuhnya partai-partai politik dimanfaatkan oleh kelompok elit ini untuk menyuarakan ”aspirasinya” yaitu mendorong terjadinya pemekaran.

Saat ini sebagian besar daerah otonom baru masih mengalami kesulitan membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan karena minimnya sumber daya atau belum tergalinya potensi pendapatan. Untuk masalah keuangan, daerah otonom baru masih bergantung pada bantuan keuangan dari daerah induk dan alokasi anggaran dari pemerintah pusat. Dengan demikian, praktis penambahan daerah otonom baru justru membebani APBN (Helbra, 2013).Selanjutnya dalam Evaluasi Pemekaran daerah oleh UNDP tahun 2008, terdapat perbedaan persepsi antara pemerintah pusat dan daerah dalam PP 78/2007, dimana pemerintah pusat berkeinginan untuk mencari daerah otonom


(29)

27 baru yang memang dapat berdiri sendiri dan mandiri. Karena itu disusunlah seperangkat indikator yang pada hakekatnya berupaya mengidentifikasi kemampuan calon daerah otonom baru. Namun dari sisi yang lain, pemerintah daerah memiliki pendapat yang berbeda. Pemerintah daerah melihat pemekaran daerah sebagai upaya untuk secara cepat keluar dari kondisi keterpurukan. Studi ini menemukan konfirmasi tersebut. Daerah otonom baru ternyata secara umum tidak berada dalam kondisi awal yang lebih baik dibandingkan daerah induk atau daerah kontrol. Bahkan evaluasi setelah lima tahun perjalanannya, daerah otonom baru juga secara umum masih di bawah kondisi daerah induk dan kontrol.

Pemekaran daerah menjadi kecenderungan baru dalam struktur pemerintahan daerah dan provinsi di Indonesia. Hal itu tampak dari semakin marak terjadi sejak kebijakan desentralisasi digulirkan pada tahun 1999. Besarnya kehendak dan aspirasi untuk pemekaran daerah ini memaksa pemerintah, dalam hal ini Kementerian Dalam Negeri sempat melakukan moratorium pemekaran. Kemendagri akan memperketat upaya pemekaran dengan mengusulkan adanya daerah persiapan. Rencana ini akan memberlakukan rentang waktu lima tahun untuk mengevaluasi suatu daerah sebelum ditetapkan sebagai DOB. Usulan ini sendiri akan dimasukkan dalam naskah RUU Pemda. Daerah persiapan merupakan cara mengantisipasi gagalnya suatu DOB terbentuk. Kondisi di atas tentu saja memunculkan banyak kritik dan pertanyaan mengenai kebijakan pemekaran daerah, terutama jika dilihat semangat awal kebijakan ini, yakni peningkatan kesejahteraan ekonomi. Semua pihak tidak bisa menutup mata bahwa masih banyak masalah yang dihadapi daerah hasil pemekaran dalam mencapai


(30)

28 tujuan peningkatan kesejahteraan ekonomi. Namun ternyata hal itu tidak menyurutkan hasrat sebagian masyarakat untuk mengusulkan pemekaran daerah baru. Mereka seolah mengabaikan berbagai hasil kajian dan evaluasi terhadap daerah-daerah yang telah lebih dulu dimekarkan. Oleh karena itu, akhir-akhir ini mulai muncul upaya untuk mengkaji lebih jauh kinerja daerah-daerah baru hasil pemekaran, khususnya di tingkat kabupaten/kota, dalam meningkatkan pertumbuhan dan kesejahteraan ekonomi.

Disisi lain, banyak pula argumen yang diajukan untuk mendukung pemekaran, yaitu antara lain adanya kebutuhan untuk mengatasi jauhnya jarak rentang kendali antara pemerintah dan masyarakat, serta memberi kesempatan pada daerah untuk melakukan pemerataan pembangunan. Alasan lainnya adalah diupayakannya pengembangan demokrasi lokal melalui pembagian kekuasaan pada tingkat yang lebih kecil. Daerah otonom dimaksudkan agar daerah yang bersangkutan dapat berkembang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan meningkatkan potensinya agar tidak bergantung pada pemerintah pusat, oleh karena itu daerah otonom harus mempunyai kemampuan sendiri dalam mengurus dan mengatur rumah tangganya melalui sumber-sumber pendapatan yang dimiliki sekaligus tidak menjadi beban pemerintah pusat. Pelimpahan kekuasaan pusat kepada daerah-daerah otonom, yang diharapkan akan memperbaiki kinerja ekonomi secara lebih produktif dan berkelanjutan di masa depan. Pemekaran wilayah pada prinsipnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yaitu dengan cara meningkatkan serta mempercepatkan pelayanan, kehidupan


(31)

29 demokrasi, perekonomian daerah, pengelolaan potensi daerah, keamanan dan ketertiban, dan hubungan yang serasi antar daerah dan pusat.

2.2Infrastruktur

Infrastruktur mengacu pada sistem fisik yang menyediakan transportasi, air, bangunan, dan fasilitas publik yang lain yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia secara ekonomi dan sosial. Infrastruktur merupakan elemen struktural ekonomi yang memfasilitasi arus barang dan jasa antara pembeli dan penjual (The MIT Dictionary of Modern Economics, 1992). Infrastruktur juga merupakan pelayanan utama dari suatu negara yang membantu kegiatan ekonomi dan kegiatan masyarakat dapat berlangsung yaitu dengan menyediakan transportasi dan juga fasilitas pendukung lainnya(TheRoudletge Dictionary of Economics, 2002). Selain itu infrastruktur sebagai fasilitas-fasilitas fisik yang dikembangkan atau dibutuhkan oleh agen-agen publik untuk fungsi-fungsi pemerintahan dalam penyediaan air, tenaga listrik, pembuangan limbah, transportasi dan pelayanan-pelayanan lainnya untuk memfasilitasi tujuan-tujuan ekonomi dan sosial. Infrastruktur sama saja dengan prasarana, yaitu segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses (Kodoatie, 2005). Menurut World Bank Report (1994) infrastruktur dibagi dalam tiga jenis, yaitu:

1. Infrastruktur ekonomi, merupakan infrastruktur fisik yang diperlukan untuk menunjang aktivitas ekonomi, meliputi public utilities (tenaga, telekomunikasi, air, sanitasi, gas), public work (jalan, bendungan, kanal,


(32)

30 irigasi dan drainase) dan sektor transportasi (jalan, rel, pelabuhan, lapangan terbang dan sebagainya).

2. Infrastruktur sosial, meliputi pendidikan, kesehatan, perumahan dan rekreasi. 3. Infrastruktur administrasi, meliputi penegakan hukum, kontrol administrasi

dan koordinasi.

Pemerintah melalui Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2005 tentang Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur, menjelaskan beberapa jenis infrasturktur yang penyediaannya diatur pemerintah, yaitu: infrastruktur transportasi, infrastruktur jalan, infrastruktur pengairan, infrastruktur air minum dan sanitasi, infrastruktur telematika, infrastruktur ketenagalistrikan, dan infrastruktur pengangkutan minyak dan gas bumi. Penggolongan infrastruktur tersebut diatas dapat dikategorikan sebagai infrastruktur dasar, karena sifatnya yang dibutuhkan oleh masyarakat luas sehingga perlu diatur oleh pemerintah. Ketersediaan infrastruktur meningkatkan akses masyarakat terhadap sumberdaya sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas yang menuju pada perkembangan ekonomi suatu kawasan atau wilayah. Ketersediaan infrastruktur, seperti jalan, pelabuhan, bandara, sistem penyediaan tenaga listrik, irigasi, sistem penyediaan air bersih, sanitasi, dan sebagainya yang merupakan social overhead capital, memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan tingkat perkembangan wilayah, yang antara lain dicirikan oleh laju pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari kenyataan bahwa daerah yang mempunyai kelengkapan sistem infrastruktur yang lebih baik, mempunyai tingkat laju pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik


(33)

31 pula, dibandingkan dengan daerah yang mempunyai kelengkapan infrastruktur yang terbatas. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penyediaan infrastruktur merupakan faktor kunci dalam mendukung pembangunan nasional (Bappenas, 2003).

2.2.1 Infrastruktur Jalan

Dalam UU No. 38 tahun 2004 disebutkan bahwa jalan sebagai sarana transportasi merupakan unsur penting dalam merangsang maupun mengantisipasi pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Pada masyarakat agraris, jalan digunakan untuk memasarkan hasil pertanian. Sedangkan World Bank (2007) menyatakan insentif bagi petani (harga dan input) menjadi sia-sia jika terdapat halangan fisik dan biaya ekonomi yang tinggi untuk transportasi barang.

Pembangunan prasarana jalan turut akan meningkatkan pertumbuhan wilayah-wilayah baru dengan meningkatnya volume lalu lintas. Sebaiknya prasarana jalan yang buruk dan rusak akan menghambat alokasi sumber daya, pengembangan industri, pendistribusian faktor produksi, barang dan jasa, yang pada akhirnya akan memengaruhi pendapatan. Infrastruktur jalan sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi dan sosial dan hanya jalan dalam kondisi baik yang bisa memfasilitasi mobilitas tersebut, maka penelitian ini untuk indikator infrastruktur menggunakan panjang jalam dalam kondisi baik . Hal ini untuk menggambarkan seberapa besar kinerja pemerintah dari sisi infrastruktur untuk memfasilitasi mobilisasi barang/jasa guna peningkatan kesejahteraan masyarakat.


(34)

32 2.2.2 Infrastruktur Listrik

Listrik merupakan energi terpentingdalam perkembangan kehidupan manusia modern. Listrik digunakan untuk berbagaikegiatan baik di kota-kota besar maupundi wilayah pedesaan. Kebutuhan akanenergi listrik dari waktu ke waktu semakinmeningkat seiring dengan pertumbuhansosial masyarakat. Tercukupinya pasokanakan listrik merupakan prasyarat bagiterselenggaranya kegiatan ekonomi karenalistrik merupakan kebutuhan pokok dalamkehidupan sehari-hari karena hampirseluruh aktivitas masyarakat tergantungpada tenaga listrik. Keterlambatanpengembangan energi listrik dapatberakibat fatal meliputi kehilangankapasitas produksi industri, penurunannilai ekspor serta keengganan investormelakukan investasi(Widayati, 2010).

Dengan semakin majunya suatu wilayah, kebutuhan akan listrik menjadituntutan primer yang harus dipenuhi, tidak hanya untuk rumah tangga namun jugauntuk kegiatan ekonomi terutama industri. Dalam kehidupan masyarakat yangsemakin modern, semakin banyak peralatan rumah tangga, peralatan kantor sertaaktivitas-aktivitas masyarakat yang mengandalkan sumber energi dari listrik.Peningkatan kegiatan ekonomi dalam produksi dan investasi juga membutuhkanlistrik yang memadai. Oleh karena itu permintaan listrik meningkat dari tahun ketahun baik dari segi kuantitasnya maupun kualitasnya (Wahyuni, 2009).

Tenaga listrik memegang peranan penting dalam upaya mendukung pembangunan nasional secara luas baik ekonomi, sosial maupun budaya. Pembangunan dan pendistribusian infrastruktur listrik sangat tergantung pada


(35)

33 tersedianya prasarana jalan karena pemasangan jaringan listrik biasanya ditempatkan pada bahu jalan untuk memudahkan pemasangan, pengoperasian, dan pemeliharaan jaringan.

2.2.3 Infrastruktur Air Bersih

Penyediaan air bersih dan sarananya merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi kualitas dan keberlanjutan kehidupan manusia. Oleh karenanya air bersih mutlak harus tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai. Pada hakikatnya, alam telah menyediakan air yang dibutuhkan, namun desakan pertumbuhan penduduk yang tidak merata serta aktivitasnya telah menimbulkan berbagai dampak perubahan tatanan dan keseimbangan lingkungan (Purnomo, 2009). Penggunaan air terbesar berdasarkan sektor kegiatan dapat dibagi ke dalam tiga kelompok besar yaitu kebutuhan domestik, irigasi pertanian dan industri. Kebutuhan domestik untuk masyarakat akan meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk baik di perkotaan maupun pedesaan. Air untuk keperluan irigasi pertanian juga terus meningkat dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan penduduk yang terus bertambah. Demikian juga dalam bidang industri, yang kian mengalami peningkatan karena struktur perekonomian yang mengarah pada industrialisasi.

Air harus dipandang sebagai barang ekonomi sehingga untuk mendapatkannya memerlukan pengorbanan baik waktu maupun biaya. Sebagaimana barang ekonomi lainnya, air mempunyai nilai bagi penggunanya, yaitu jumlah maksimum yang bersedia dibayarkan untuk penggunaan sumber daya tersebut, dimana pengguna akan menggunakan air selama manfaat dari


(36)

34 tambahan setiap kubik air yang digunakan melebihi biaya yang dikeluarkan (Briscoe dalam Oktavianus, 2003).

Dalam penyaluran air bersih oleh PDAM, berbagai tantangan dihadapi didalam penyediaan air bersih seperti jaringan infrastruktur yang terbatas, manajemen dan kemampuan teknis yang rendah dari manajemen PDAM yang ada didalam pengoperasian korporasi air bersih serta terbatasnya kapital investasi. Kuantitas sumber air bersih sangat terbatas disamping kualitas air bersih yang dikonsumsi masyarakat kurang memenuhi standar. Hal ini disebabkan rendahnya kualitas pengolahan di unit produksi, pencemaran di sistim distribusi maupun sumber air yang tercemar dipergunakan untuk proses pengolahan. Untuk mengatasi masalah tersebut, khususnya di bidang penyediaan air bersih, telah ditawarkan 20 paket proyek penyediaan air bersih di berbagai kota di Indonesia yang layak untuk dibiayai oleh sektor swasta. Selain itu, pemerintah sudah melakukan upaya untuk memfasilitasi investasi sektor swasta yaitu memperbaiki peraturan dan ketentuan yang ada agar memberikan insentif dan iklim yang baik untuk berinvestasi. Telah diterbitkan Peraturan Pemerintah No. 16/2005 mengenai Sistem Penyediaan Air Minum antara lain, mengamanatkan pembentukan Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (BPPSPAM) yang saat ini telah efektif. Peraturan Pemerintah No.20/1994 mengizinkan investor asing memegang saham sampai 95%. Pemerintah memberikan dukungan dana yang diutamakan untuk daerah rawan air (desa, kawasan kumuh/nelayan, pulau kecil/terpencil) dan membantu perluasan pelayanan bagi PDAM yang tidak sehat. Investasi swasta diarahkan untuk cost recovery, seperti penyediaan air minum dan


(37)

35 sanitasi untuk daerah komersial/hunian yang mampu, dan TPA regional/metropolitan (Pengembangan Infrastruktur di Indonesia, 2005).

2.2.4 Infrastruktur Kesehatan

World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai sebuah kondisi kesejahteraan fisik, mental dan sosial, dan bukan sekedar bebas penyakit dan kelemahan fisik. Secara ekonomi, masyarakat yang sehat akan menghasilkan tenaga kerja yang sehat dan merupakan input penting untuk pertumbuhan ekonomi. Negara yang mempunyai tingkat kesehatan dan pendidikan yang rendah menghadapi tantangan yang lebih berat untuk mencapai pertumbuhan berkelanjutan dibandingkan dengan negara yang lebih baik tingkat kesehatan dan pendidikannya.

Menurut Yuliati (2011), tingkat kesehatan masyarakat yang berpengaruh pada usia produktifitas tenaga kerja yang nantinya dapat mempengaruhi output barang/jasa, meningkatkan upah dan pada akhirnya dapat mempengaruhi kesejahteraan masyarakat. Masyarakat yang sehat akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan penduduk secara keseluruhan. Indikator ini juga digunakan oleh pemerintah sebagai sub indikator pada indikator potensi daerahpada syarat kelulusan calon DOB menjadi DOB.

Pelayanan kesehatan melalui rumah sakit dan puskesmas serta pelayanan kesehatan lainnya diharapkan meningkatkan mutu kesehatan yang menjangkau seluruh masyarakat untuk mewujudkan pembangunan kesehatan yang merata. Pengembangan infrastruktur kesehatan, baik secara kuantitas maupun kualitas,


(38)

36 akan mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia, yang merupakan faktor input pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan (Krismanti, 2009). 2.2.5 Infrastruktur Pendidikan

Sektor pendidikan merupakan bagian penting dalam pelayanan publik. DalamRencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009 disebutkanpermasalahan bidang pendidikan di Indonesia antara lain adalah fasilitas pelayananpendidikan, khususnya untuk jenjang pendidikan menengah pertama dan yang lebihtinggi yang belum tersedia secara merata, serta ketersediaan pendidik yang belummemadai baik secara kuantitas maupun kualitas. Pemekaran daerah memungkinkanpemerintah memperbaiki pemerataan fasilitas pendidikan baik tingkat dasar maupunlanjutan serta memperbaiki ketersediaan tenaga pendidik yang memadai melalui peranpemerintah daerah. Dengan rentang kendali yang lebih pendek dan alokasi fiskal yanglebih merata seyogyanya menjadi modal dasar peningkatan pelayanan bidangpendidikan di setiap daerah, khususnya daerah pemekaran(Bappenas bekerjasama dengan UNDP, 2007).

Ada beberapa alasan mengapa pendidikan itu sangat penting dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pertama, dalam perspektifmikroekonomi, pendidikan meningkatkan modal manusia yang melekat padaangkatan kerja, yang akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Kedua,pendidikan akan meningkatkan kapasitas inovasi dari suatu perekonomian,pengetahuan baru atas teknologi akan mendorong pertumbuhan. Ketiga,pendidikan memfasilitasi dan menyebarkan pengetahuan yang dibutuhkan


(39)

37 untukmemahami dan mengimplementasikan informasi baru yang ditemukan oleh orang lain, hal ini mendorong pertumbuhan (Bappenas, 2008).

2.3Penelitian Terdahulu

Penelitian Yuliati (2011)yang berjudul Evaluasi Hasil Pemekaran : Studi Kasus Pemekaran Kabupaten, ditujukan untuk mengetahui apakah pembentukan daerah otonomi baru terjadi peningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah tersebut melalui peningkatan pelayanan kepada masyarakat dan percepatan pembangunan ekonomi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode treatment-control. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan PDRB DOB lebih tinggi dari daerah induk dan daerah kontrol, rata-rata Indeks Kemampuan Ekonomi DOB lebih tinggi dari daerah kontrol dan lebih rendah dari daerah induk. Hasil untuk evaluasi pelayanan bagi masyarakat baik secara rasio maupun pertumbuhan jumlah guru per siswa SLTA pada DOB masih berada di bawah daerah induk maupun daerah kontrol. Di sisi lain DOB memiliki trend positif untuk pertumbuhan jumlah guru per siswa. Selanjutnya, rata-rata pertumbuhan jumlah fasilitas kesehatan DOB lebih rendah dibandingkan dengan daerah induk dan daerah kontrol. Pertumbuhan jumlah tenaga kesehatan pada daerah induk meningkat (positif) dibandingkan daerah kontrol (positif di bawah daerah induk) dan trend DOB yang menurun (negatif). Tapi jika dilihat dari rata-rata pertumbuhan jumlah tenaga kesehatan DOB mempunyai rata-rata-rata-rata yang paling tinggi disusul daerah induk dan daerah kontrol. Rata-rata prosentase jalan kondisi baik di DOB paling rendah setelah daerah kontrol dan daerah induk, tapi jika


(40)

38 dianalisa pertumbuhannya, DOB mempunyai rata-rata pertumbuhan tertinggi setelah daerah induk dan daerah kontrol.

Penelitian yang dilakukan oleh Radiansyah (2012) yang berjudul “Analisis Kontribusi Infrastruktur terhadap Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Regional Indonesia (Pada Tahun 1998-2008)” dengan tujuan untuk membahas kontribusi sektor infrastruktur dan pengaruh pelaksanaan otonomi daerah terhadap pertumbuhan ekonomi regional di Indonesia. Penelitian ini menggunakan analisis ekonometrika menggunakan data panel pada periode tahun 1998-2008. Variabel terikat yang digunakan adalah pendapatan perkapita dan variabel-variabel bebasnya adalah panjang jalan, kapasitas listrik, jumlah sambungan telepon, investasi, tingkat pendidikan, dan dummy otonomi daerah. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara pembangunan infrastruktur dan pelaksanaan otonomi daerah dengan pertumbuhan ekonomi yang diwakili oleh pendapatan perkapita penduduk.

Penelitian yang dilakukan oleh Sidik (2011) yang berjudul “Pengaruh Pembangunan Infrastruktur Jalan dan Listrik terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kalimantan Tahun 1994-2008” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh ketersediaan infrastruktur jalan dan listrik terhadap pertumbuhan ekonomi di Kalimantan. Berdasarkan hasil regresi ekonometrika data panel dapat diketahui elastisitas infrastruktur jalan maupun infrastruktur listrik terhadap pertumbuhan ekonomi di Kalimantan. Infrastruktur jalan dan listrik secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut diketahui dari hasil estimasi didapatkan nilai


(41)

39 F statistik sebesar 11082,37. Nilai tersebut secara statistik dikatakan baik karena

bernilai lebih dari 4, signifikan pada derajad keyakinan 95% (α=5%). Dengan

dilakukan perhitungan sumber pertumbuhan dapat diketahui pula kontribusi masing-masing infrastruktur dan juga total faktor produktivitas terhadap pertumbuhan ekonomi di Kalimantan dalam periode 1994-2008.

Penelitian Sitanggang, Sirozuzilam, Sihombing dan Mahalli (2011) dalam penelitian yang berjudul Analisis Dampak Pemekaran Kabupaten terhadap Pembangunan Pariwisata di Kabupaten Samosir. Penelitian ini dilakukan pada 3 (tiga) Kecamatan yang menjadi daerah tujuan wisata Kabupaten Samosir yaitu Simanindo, Pangururan dan Sianjur Mula-mula, yang berbasis pada data primer hasil survei terhadap 100 responden. Tipe penelitian adalah deskriptif dengan paparan data sekunder dan primer yang analisisnya tergambar dalam tabel tunggal, tabel silang dan uji beda (t) atas penghasilan responden sebelum dan sesudah pemekaran Kabupaten Samosir. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemekaran daerah berdampak positif pada perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Samosir, dengan adanya kemajuan pembangunan dan perbaikan sarana dan prasana, serta kelembagaan pembangunan.

Penelitian Wahyuni (2009) yang berjudul Analisis Pengaruh Infrastruktur Ekonomi dan Sosial terhadap Produktivitas Ekonomi di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh serta besarnya kontribusi infrastruktur sosial dan ekonomi terhadap produktivitas ekonomi di Indonesia. Produktivitas ekonomi diperoleh koefisien dari output per tenaga kerja yang diadopsi dari bentuk model pertumbuhan Solow, yang menghubungkan output dengan input faktor produksi.


(42)

40 Kapital yang diteliti adalah investasi yang digunakan untuk pembangunan infrastruktur ekonomi dan sosial. Analisis regresi data panel digunakan untuk melihat besarnya pengaruh infrastruktur terhadap produktivitas ekonomi di Indonesia. Infrastruktur yang diteliti meliputi: panjang jalan, energi listrik yang terjual, air bersih yang disalurkan dan sarana kesehatan yang diwakili dengan data jumlah rumah sakit dan puskesmas. Analisis dilakukan dengan menggunakan data 26 provinsi di Indonesia dan pada kurun waktu 13 tahun (1995-2007). Pendekatan dilakukan dengan model fixed effects menunjukkan hasil bahwa masing-masing infrastruktur memberikan pengaruh yang positif terhadap produktivitas ekonomi dengan tingkat elastisitas yang berbeda-beda, yaitu infrastruktur sarana kesehatan sebesar 0,65, energi listrik 0,08, panjang jalan 0,07 dan air bersih 0,05. Sarana kesehatan yang merupakan bagian dalam modal manusia yang vital bagi pembangunan, mempunyai tingkat elastisitas yang paling besar memengaruhi produktivitas ekonomi dimana setiap kenaikan 1 persen infrastruktur kesehatan akan meningkatkan produktivitas ekonomi sebesar 0,65 persen.

2.4Kerangka Konseptual

Pemekaran Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan infrastruktur. Hal ini selaras dengan salah satu cara mencapai tujuan pemekaran daerah yaitu peningkatan pelayanan kepada masyarakat yang diarahkan pada pembangunan sarana dan prasarana. Kerangka konseptual yang dibahas dalam penelitian tentang analisis pengaruh pemekaran daerah terhadap pembangunan infrastruktur kabupaten Humbang Hasundutan adalah sebagai berikut:


(43)

41 Gambar 2.1Kerangka Konseptual Dampak Pemekaran Daerah Terhadap

Pembangunan Infrastruktur Kabupaten Humbang Hasundutan

2.5Hipotesis

Pemekaran daerah Kabupaten Humbang Hasundutan berdampak positif terhadap pembangunan infrastruktur.

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

PRA PEMEKARAN

• Jalan (Km)

• Listrik (KVA)

• Air bersih (m3)

• Kesehatan (unit)

• Pendidikan (unit)

PASCA PEMEKARAN

• Jalan (Km)

• Listrik (KVA)

• Air bersih (m3)

• Kesehatan (unit)

• Pendidikan (unit)

PEMEKARAN DAERAH


(44)

42 BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam mengumpulkan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis peneliti. Dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk menyusun skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut:

3.1Jenis Penelitian dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data jenis sekunder yang bersifat kuantitatif. Adapun data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Humbang Hasundutan, Badan Pusat Statistik (BPS) Tapanuli Utara, PT. PLN Kabupaten Humbang Hasundutan dan lain-lain.

3.2Batasan Operasional

Batasan operasional penelitian ini adalah untuk mengetahui analisis dampak pemekaran daerah terhadap pembangunan infrastruktur di Kabupaten Humbang Hasundutan. Dimana pembangunan infrastruktur tersebut dihitung dengan panjang jalan, daya yang tersambung yang disalurkan PLN, jumlah pelanggan air bersih yang disalurkan PDAM dan ketersediaan fasilitas kesehatan yaitu Puskesmas dan pustu serta jumlah sarana pendidikan yaitu SD, SMP dan SMA serta SMK.


(45)

43 3.3Defenisi Operasional

Dampak pemekaran daerah yang dimaksud disini adalah dampak yang dirasakan secara langsung oleh masyarakat setelah terjadinya pemekaran daerah dalam bidang pembangunan. Variabel Infrastruktur yang akan dikaji yaitu infrastruktur ekonomi yang meliputi variabel jalan, listrik dan air bersih serta infrastruktur sosial yang diwakili oleh variabel kesehatan dan pendidikan, dengan uraian sebagai berikut:

1. Variabel Jalan (Km) yang dimaksud adalah panjang jalan menurut kondisi jalan di masing-masing kecamatan di Kabupaten Humbang Hasundutan.

2. Variabel listrik (KVA) yang digunakan adalah daya listrik yang dijual PLN kepada pelanggan, baik yang disalurkan kepada rumah tangga, industri, bisnis, sosial, gedung kantor pemerintahan maupun untuk penerangan umum

3. Variabel air bersih yang digunakan adalah Jumlah pelanggan air bersih menurut konsumen

4. Variabel Kesehatan (unit) yang dimaksudkan disini adalah Puskesmas dan Pustu.

5. Variabel pendidikan (unit) yang dimaksudkan adalah SD,SMP,SMP dan SMA serta SMK

3.4Metode Analisis Data

Salah satu ciri dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif adalah adanya analisis statistik melalui pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS 19. Analisis statistik adalah alat untuk membantu peneliti mengetahui hubungan antar variabel baik untuk menghitung besarnya


(46)

44 hubungan antar variabel, untuk memprediksi pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, atau untuk melihat besarnya presentase atau rata-rata besarnya suatu variabel yang kita ukur.

3.4.1 Statisktik Deskriptif

Statistik destrikptif ialah perubahan pada data mentah ke dalam suatu bentuk yang akan membuat pembaca lebih mudah memahami dan menafsirkan maksud dari data atau angka yang ada yang dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi.

3.4.2 Uji Normalitas Data

Untuk melihat apakah suatu data berdistribusi normal atau tidak dapat dilakukan dengan melakukan uji normalitas data,

Bila jumlah sampel≥50 maka menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test

Bila jumlah sampel≤50 maka menggunakan Shapiro-Wilk

Adapun pengambilan keputusan dalam uji normalitas ini dengan taraf

signifikan atau nilai alfa yang ditetapkan α = 5% (0,05) adalah sebagai berikut:

Nilai sig>0,05 : Data berdistribusi normal Nilai sig<0,05 : Data tidak berdistribusi normal

Data yang berdistribusi normal akan menggunakan uji beda statistik parametrik yaitu uji Paired Sample T-Test sedangkan data yang tidak berdistribusi normal akan menggunakan uji beda statistik non parametrik yaitu uji Wilcoxon Signed Rank Test.


(47)

45 3.4.3 Uji Hipotesis

Dalam melakukan pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan teknik analisis statistik komparatif. Analisis statistik komparatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah Paired Sample T-Test jika databerdistribusi normal dan jika data tidak berdistribusi normal maka digunakan Wilcoxon Signed Rank Test. Pada penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi 0,05 atau 5%. Paired Sample T-Test adalah dua pengukuran pada subjek yang sama terhadap ukuran sebelum dan sesudah yang mengalami perlakuan tertentu. Wilcoxon Signed Rank Test pada hakikatnya sama dengan Paired Sample T-Test yaitu digunakan untuk menguji perbedaan nilai variabel berpasangan. Pengambilan keputusan dengan

taraf signifikan atau nilai alfa yang ditetapkan α = 5% (0,05) adalah sebagai

berikut:

thitung≥ttabel maka H0 diterima, artinya pemekaran daerah tidak berdampak terhadap pembangunan Infrastruktur.

thitung≤ttabel maka H0 ditolak, artinya pemekaran daerah berdampak terhadap pembangunan Infrastruktur..


(48)

46 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Kondisi Geografis dan Demografi Kabupaten Humbang Hasundutan Kabupaten Humbang Hasundutan adalah Kabupaten yang baru dimekarkan dari Kabupaten Tapanuli Utara, tanggal 28 Juli 2003 sesuai dengan UU Nomor 9 Tahun 2003, yang terletak ditengah wilayah Provinsi Sumatera Utara. Secara astronomis Humbang Hasundutan terletak pada garis 201’-2028’ Lintang Utara dan 98010’-98058’ BujurTimur. Berdasarkan posisi geografinya, Humbang Hasundutan memiliki batas-batas wilayah, yaitu :

1. Sebelah Utara : Kabupaten Samosir 2. Sebelah Timur : Kabupaten Tapanuli Utara 3. Sebelah Selatan : Kabupaten Tapanuli Tengah 4. Sebelah Barat : Kabupaten Pakpak Barat

Kabupaten Humbang Hasundutam berada di dataran tinggi yaitu pada ketinggian antara 330-2.075 meter dpl (di atas permukaan laut), dengan topografi dan kontor tanah yang beraneka ragam, yaitu datar (11%), landai (20%), miring/terjal (69%) yang melingkupi 10 kecamatan, 1 kelurahan dan 143 desa. Sesuai dengan letaknya yang berada di garis khatulistiwa dan dataran tinggi, Kabupaten Humbang Hasundutan tergolong kedalam daerah beriklim tropis basah dengan suhu berkisar antara 170 C - 290 C. Rata-rata tinggi curah hujan yang terjadi di Kabupaten Humbang Hasundutan per bulan tahun 2013 sebesar 234,24 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 17-18 hari. Kecamatan Tarabintang


(49)

47 merupakan daerah dengan rata-rata curah hujan yang tertinggi pada tahun 2013, yaitu 440,75 mm.

Gambar 4.1 Peta Kabupaten Humbang Hasundutan

Sumber : www.pemkabhumbanghasundutan.go.id

Luas daratan Kabupaten Humbang Hasundutan adalah 251.765,93 Ha sebesar yang terdiri Luas daratan sebesar 250.765,93 Ha dan 1.494,91 Ha Luas Danau. Berdasarkan luas daerah menurut kecamatan di Humbang Hasundutan, luas daerah terbesar adalah Kecamatan Parlilitan dengan luas 727,75 Km2 atau sekitar 28,90 persen dari total luas wilayah Humbang Hasundutan. Sedangkan luas daerah terkecil adalah kecamatan Kecamatan Baktiraja dengan luas 22,32 Km2 atau 0,89 persen dari total luas wilayah Humbang Hasundutan.


(50)

48 Tabel 4.1

Luas Wilayah Kecamatan Kabupaten Humbang Hasundutan

No Kecamatan Luas Wilayah (Km2) Rasio terhadap Total

1 Pakkat 381,6800 15,3

2 Onan Ganjang 222,5627 8,9

3 Sijamapolang 140,1807 5,6

4 Dolok Sanggul 209,2953 8,4

5 Lintong Nihuta 181,2603 7,2

6 Paranginan 47,7806 1,9

7 Baktiraja 22,3191 0,9

8 Pollung 327,3646 13,1

9 Parlilitan 727,7471 29,1

10 Tarabintang 242,5198 9,7

Total 2.502,7102 100,00

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Humbang Hasundutan, 2014

Menurut Pencacahan Lengkap Sensus Penduduk pada tahun 2013, jumlah penduduk di Kabupaten Humbang Hasundutan mencapai 176.429 jiwa, terdiri atas 87.588 laki-laki dan 88.841 perempuan dengan jumlah rumah tangga sebannyak 47.783 RT. Daerah dengan jumlah penduduk terbanyak adalah di Kecamatan Dolok Sanggul yaitu mencapai 45.528 jiwa. Sedangkan daerah yang paling sedikit jumlah penduduknya adalah di Kecamatan Sijamapolang yaitu hanya sekitar 5.181 jiwa. Tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Humbang Hasundutan yaitu sekitar 71 jiwa/km², namun demikian menurut daerahnya maka kepadatan penduduk yang tertinggi berada di Kecamatan Baktiraja yaitu 309 jiwa /km². sedangkan yang terendah adalah di Kecamatan Parlilitan, yaitu hanya 24 jiwa/km².


(51)

49 Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Humbang

Hasundutan Tahun 2013

No Kecamatan

Jumlah Penduduk (Jiwa) Rumah Tangga (KK) Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)

1 Pakkat 23.479 5.827 63

2 Onan Ganjang 10.012 2.454 45

3 Sijamapolang 5.181 1.292 37

4 Dolok Sanggul 45.528 9.926 218

5 Lintong Nihuta 29.880 6.470 165

6 Paranginan 12.639 2.828 265

7 Baktiraja 6.903 1.706 309

8 Pollung 18.112 4.065 55

9 Parlilitan 17.426 4.469 24

10 Tarabintang 7.269 1.746 30

Jumlah 176.429 40.783 71

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Humbang Hasundutan, 2014 4.1.2 Kondisi Sosial Kabupaten Humbang Hasundutan 4.1.2.1Pendidikan

Berdasarkan salah satu amanat yang diemban pemerintah menurut UUD 1945 adalah upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembangunan sektor pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan merupakan aset utama yang sangat strategis dalam menggerakkan laju pembangunan.

Keberhasilan sektor pendidikan salah satunya dapat dilihat dari indikator meningkatnya Angka Partisipasi Sekolah. Peningkatan angka partisipasi sekolah haruslah didukung penyediaan sarana pendidikan yang memadai dari segi kualitas dan kuantitasnya. Undang Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa pendidikan merupakan hak setiap warga negara yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.


(52)

50 Jumlah Murid, Sekolah, Guru dan Rasio di Kabupaten Humbang

Hasundutan Tahun 2013

Sekolah (Unit) Guru (Orang) Murid (Orang)

Rata-rata Rasio murid/sekolah

SD/MI 218 2.293 30.665 141

SMP/MTs 42 1.099 13.252 316

SMA/MA 16 408 2.643 165

SMK 12 312 4.139 345

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Humbang Hasundutan, 2014

Tabel 4.3 memberikan gambaran yang jelas mengenai jumlah sekolah, guru maupun murid dan rata-rata rasio murid terhadap sekolah di Kabupaten Humbang Hasundutan pada Tahun 2013/2014 yaitu untuk SD 141 orang untuk tiap sekolah, untuk SMP ada 316 orang untuk tiap sekolah, untuk SMA sebanyak 165 orang untuk tiap sekolah dan untuk SMK 345 orang untuk tiap sekolah.

Salah satu faktor utama keberhasilan pembangunan disuatu daerah adalah tersedianya cukup sumber daya manusia(SDM) yang berkualitas, maka melalui jalur pendidikan pemerintah secara konsisten berupaya meningkatkan SDM penduduk. Program wajib belajar 12 tahun adalah salah satu bagian dari upaya pemerintah mempercepat peningkatan kualitas SDM, yang pada akhirnya akan menciptakan SDM yang tangguh, yang siap bersaing di era globalisasi. Peningkatan SDM sekarang ini lebih difokuskan kepada pemberian kesempatan seluas-luasnya kepada penduduk untuk mengecap pendidikan, terutama penduduk kelompok usia sekolah (7-24 tahun).


(53)

51 4.1.2.1.1 Angka Partisipasi Sekolah

Pada tahun 2013 terdapat sebanyak 32,69 persen penduduk usia 10 tahun ke atas yang masih sekolah, 33,45 persen laki-laki dan 31,98 persen perempuan, dan yang tidak bersekolah lagi sebesar 65,19 persen, sedangkan untuk yang tidak/belum bersekolah sebesar 2,11 persen. Persentase penduduk yang masih sekolah ini dibagi menjadi empat kelompok umur, yaitu kelompok umut mewakili usia 7-12 tahun mewakili sekolah dasar, usia 13-15 tahun mewakili SMP, usia 16-18 tahun mewakili SMA dan usia 19-24 tahun mewakili perguruan tinggi. Semakin tinggi usia sekolah menunjukkan penurunan angka partisipasi sekolah .

Tabel 4.4

Persentase Banyaknya Penduduk Yang Masih Sekolah Menurut Kelompok UmurTahun 2013

Kelompok Umur (Tahun) Jumlah Penduduk (%)

7-12 99,83

13-15 96,37

16-18 87,36

19-24 16,67

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Humbang Hasundutan, 2014 4.1.2.1.2 Angka Melek Huruf

Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk melihat keberhasilan bidang pendidikan adalah tingkat buta huruf. Semakin rendah persentase penduduk yang buta huruf menunjukkan keberhasilan program pendidikan. Sebaliknya semakin tinggi persentase penduduk yang buta huruf mengindikasikan kurang berhasilnya program pendidikan.

Sebab-sebab langsung yang mempengaruhi angka melek huruf dan buta huruf adalah ketersediaan sarana balajar dimasyarakat, antara lain : tersedianya


(54)

52 sekolah, koran, televisi dan media massa lainnya yang dapat dijadikan sarana belajar bagi masyarakat. Sedangkan sebab tidak langsung yang mempengaruhi melek huruf adalah status sosial ekonomi yang rendah dan kurangnya kesadaran masyarakat akan arti dan makna buta huruf.

Tabel 4.5

Angka Melek Huruf di Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2007-2013

No. Tahun Angka Melek Huruf (%)

1. 2007 98,20

2. 2008 98,20

3. 2009 98,21

4. 2010 98,21

5. 2011 98,22

6. 2012 98,22

7. 2013 98,23

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Humbang Hasundutan, 2014

Dari tabel 4.5 diatas, angka melek huruf pada tahun 2007 sekitar 98,20%, tahun 2009 naik menjadi 98,21%, pada tahun 2011 naik kembali menjadi 98,22%, dan pada tahun 2013 naik menjadi 98,23%. Artinya indikator pendidikan mengalami peningkatan, walaupun tidak signifikan dan menunjukkan keadaan masyarakat lebih berpendidikan.

4.1.2.2Kesehatan

Salah satu tujuan program pembangunan kesehatan nasional adalah meningkatkan derajat kesehatan dan kemandirian masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan dengan titik berat pada upaya peningkatan kualitas hidup dan pencegahan penyakit, disamping pengobatan dan pemeliharaan. Upaya untuk


(55)

53 meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sudah banyak dilakukan oleh pemerintah seperti :penyediaan berbagai berbagai fasilitas umum (puskesmas/pustu, posyandu) serta penyediaan fasilitas air bersih. Untuk itu peranan masyarakat sangat diharapkan untuk memanfaatkan fasilitas yang telah tersedia dalam menunjang peningkatan kualitas kesehatan.

Pada tabel berikut dapat dilihat jumlah sarana kesehatan menurut jenis sarana di kabupaten Humbang Hasundutan 2009-2013.

Tabel 4.6

Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Jenis Sarana di Kabupaten Humbang Hasundutan 2009-2013

Sarana Kesehatan 2009 2010 2011 2012 2013

RSU 1 1 1 1 1

Rumah Bersalin 4 4 4 4 4

Puskesmas 10 12 12 12 12

Pustu 24 23 23 23 23

Poskesdes 148 167 167 167 167

Posyandu 237 237 244 244 262

Balai Pengobatan 9 9 8 5 5

apotik 5 5 6 7 8

Toko Obat 20 21 24 18 18

Sumber : Humbang Hasundutan dalam angka 2014

Ketersediaan sarana kesehatan yang ditunjang oleh kemudahan dan terjangkaunya pelayanan kesehatan, merupakan faktor utama dalam menunjang perbaikan kualitas hidup masyarakat. Jumlah Rumah Sakit Umum yang ada di Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2013 sebanyak 1 unit yang berada di


(56)

54 Kecamatan Doloksanggul, sementara sarana kesehatan pada tingkat kecamatan sebanyak 12 unit puskesmas dan 23 puskesmas pembantu. Pokesdes sebanyak 167 unit, posyandu sebanyak 262, apotek sebanyak 8 unit dan toko obat sebanyak 18 unit.

Jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2013 terdiri dari 31 orang dokter (baik dokter umum, gigi dan spesialis), paramedis perawatan sebanyak 499 orang dan paramedis non perawatan 36 orang.

Tabel 4.7

Jumlah Dokter, Medis Perawatan dan Medis Non Perawatan Tahun 2010-2013 Tahun Dokter Medis Perawat Medis Non

Perawat

Jumlah

2010 34 235 22 291

2011 39 523 34 596

2012 36 500 36 572

2013 31 499 36 566

Sumber : Humbang Hasundutan dalam angka, 2014 Tabel 4.8

Angka Harapan Hidup Sesudah Pemekaran di Kabupaten Humbang Hasundutan

No. Tahun Angka Harapan Hidup (Tahun)

1. 2007 67,64

2. 2008 67,79

3. 2009 67,78

4. 2010 67,87

5. 2011 67,96

6. 2012 68,87

7. 2013 68,09


(57)

55

Indikator angka harapan hidup masyarakat di Kabupaten Humbang Hasundutan pada tahun 2007 sampai tahun 2013 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Artinya keadaan masyarakat Kabupaten Humbang Hasundutan lebih sehat.

4.1.3 Kondisi Ekonomi di Kabupaten Humbang Hasundutan 4.1.3.1Perindustrian

Di Indonesia, sektor industri dikelompokkan dalam industri skala besar, sedang, skala kecil dan rumah tangga. Pengelompokan ini didasarkan pada banyaknya jumlah tenaga kerja yang bekerja pada industri tersebut.

Tabel 4.9

Jumlah Perusahaan Industri Sedang dan Besar menurut Jumlah Usaha, Tenaga Kerja, Biaya Input, Nilai Output dan Nilai Tambah.

Tahun Jumlah Usaha

Tenaga Kerja Biaya Input (miliar Rupiah)

Nilai Output (miliar Rupiah)

Nilai Tambah (miliar Rupiah)

2009 4 530 20,60 40,28 18,74

2010 4 195 14,76 25,49 10,73

2011 5 246 25,18 46,31 21,14

2012 5 217 49,87 131,59 81,72

2013 6 229 48,92 132,88 83,96

Sumber : Humbang Hasundutan dalam angka, 2014

Pada tahun 2013, jumlah usaha industri besar dan sedang di Humbang Hasundutan tercatat sebanyak 6 perusahaan bertambah 1 perusahaan dari tahun 2012 berjumlah 5 perusahaan. Pada tahun 2013, nilai output industri sedang dan menengah mencapai Rp 131,59 miliar dengan nilai tambah atas dasar pasar sebesar Rp 83,96 miliar.


(58)

56 4.1.3.2Listrik dan Air Minum

Sebagian besar kebutuhan tenaga listrik di Kabupaten Humbang Hasundutan dipenuhi oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN), dan sebagian kecil lainnya dipenuhi listrik non PLN.

Tabel 4.10

Persentase Rumahtangga Menurut Sumber Penerangan di Kabupaten Humbang Hasundutan

Tahun Listrik PLN

Listrik Non PLN Petromak, Aladin

Pelita, Sentir dan Obor

Lainnya

2010 91,96 0,19 0,49 7,36 0,00

2011 95,95 0,67 0,98 2,41 0.00

2012 94,64 0,16 0,78 4,25 0,18

2013 95,83 1,38 0,07 2,72 0,00

Sumber : Sumatera Utara dalam angka, 2011-2014

Air Bersih yang disalurkan PDAM Kabupaten Humbang Hasundutan selama tahun 20133 mengalami peningkatan bila dibandingkan pada tahun sebelumnya. Air yang disalurkan kepada konsumen tahun 2012 sebanyak 786.740 m3 meningkat menjadi 879.525 m3 tahun 2013. Jumlah pelanggan mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya tahun 2012 3.103 pelanggan meningkat menjadi 3.442 pelanggan tahun 2013.

Tabel 4.11

Jumlah Air Bersih yang disalurkan dan Jumlah Pelanggan Menurut Konsumen di Kabupaten Humbang Hasundutan

No Tahun Volume (M3) Jumlah Pelanggan 1 2011 460.803 2.391

2 2012 786.740 3.103 3 2013 879.525 3.442


(59)

57 4.1.4 Potensi Wilayah

4.1.4.1Pertanian

Negara Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, hal ini dapat ditunjukkan dengan besarnya luas lahan yang ada di Indonesia 74,68 % digunakan untuk pertanian. Bagi Kabupaten Humbang Hasundutan sendiri, sampai saat ini sektor pertanian masih merupakan tulang punggung perekonomian daerah, baik sebagai penghasil nilai tambah maupun sektor penghasilan masyarakat. Subsektor pertanian yang ada di Kabupaten Humbang Hasundutan meliputi :

4.1.4.1.1 Tanaman Pangan

Sub sektor tanaman pangan merupakan salah satu sektor pertanian yang mencakup tanaman padi dan palawija seperti jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang kedelai dan kacang hijau. Tanaman padi merupakan tanaman pertanian yang paling dominan di Kabupaten Serdang Bedagai

Tabel 4.12

Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Padi dan Palawija Menurut Jenis Tanaman Tahun 2013

No. Jenis Tanaman Luas Panen (Ha) Jumlah Produksi (Ton)

Produktivitas (Ton/Ha) 1. Padi (sawah dan

Ladang)

19.002 89.953 47,34

2. Jagung 470 1.298 27,63

3. Ubi Kayu 445 15.920 357,75

4. Ubi Jalar 386 7.653 198,26

5. Kacang Tanah 404 544 13,29

6. Kacang Kedelai 5 4 8,77


(1)

92

Jumlah pelanggan air bersih sebelum pemekaran Daerah

,191 11 ,200* ,934 11 ,457 Jumlah pelanggan air bersih

setelah pemekaran Daerah

,296 11 ,008 ,820 11 ,172 *. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Daya Listrik Yang Tersambung PLN

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig. Daya yang tersambung

sebelum pemekaran daerah ,269 9 ,060 ,830 9 ,045 Daya yang tersambung

sesudah pemekaran daerah ,317 9 ,009 ,800 9 ,020 a. Lilliefors Significance Correction

Jumlah Puskesmas

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Jumlah Puskesmas sebelum

pemekaran daerah ,309 11 ,004 ,730 11 ,001 Jumlah Puskesmas sesudah

pemekaran daerah ,401 11 ,000 ,625 11 ,000 a. Lilliefors Significance Correction

Jumlah Pustu

Tests of Normality


(2)

93

Statistic df Sig. Statistic df Sig. Jumlah Pustu sebelum

pemekaran daerah

,216 11 ,159 ,793 11 ,008 Jumlah Pustu sesudah

pemekaran daerah

,349 11 ,001 ,693 11 ,000 a. Lilliefors Significance Correction

Jumlah SD

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig. Jumlah SD sebelum

pemekaran daerah

,347 10 ,001 ,808 10 ,018 Jumlah SD sesudah pemekaran

daerah

,365 10 ,000 ,503 10 ,000 a. Lilliefors Significance Correction

Jumlah SMP

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Jumlah SMP sebelum

pemekaran daerah ,242 11 ,071 ,793 11 ,086 Jumlah SMP sesudah

pemekaran daerah ,198 11 ,200

*

,897 11 ,172 *. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Jumlah SMA


(3)

94

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig. Jumlah SMA dan SMK

sebelum pemekaran daerah ,401 11 ,000 ,764 11 ,003 Jumlah SMA dan SMK

sesudah pemekaran daerah ,272 11 ,022 ,786 11 ,006 a. Lilliefors Significance Correction

Lampiran 3

Hasil Output

WilcoxonSigned Rank Test

Daya Listrik Yang Tersambung

Test Statisticsa

Daya yang tersambung sesudah pemekaran daerah - Daya yang tersambung sebelum

pemekaran daerah

Z -2,675b

Asymp. Sig. (2-tailed) ,007

a. Wilcoxon Signed Ranks Test b. Based on negative ranks.

Jumlah SMA dan SMK

Test Statisticsa

Jumlah SMA dan SMK sesudah pemekaran daerah - Jumlah SMA dan SMK sebelum

pemekaran daerah

Z -2,940b

Asymp. Sig. (2-tailed) ,003

a. Wilcoxon Signed Ranks Test b. Based on negative ranks.

Jumlah SD


(4)

95

Test Statisticsa

Jumlah SD sesudah pemekaran daerah - Jumlah SD sebelum pemekaran daerah

Z -2,814b

Asymp. Sig. (2-tailed) ,005

a. Wilcoxon Signed Ranks Test b. Based on positive ranks.

Jumlah Puskesmas

Test Statisticsa

Jumlah Puskesmas sesudah pemekaran daerah - Jumlah Puskesmas sebelum pemekaran daerah

Z -2,610b

Asymp. Sig. (2-tailed) ,009 a. Wilcoxon Signed Ranks Test b. Based on negative ranks.

Jumlah Pustu

Test Statisticsa

Jumlah Pustu sesudah pemekaran daerah - Jumlah Pustu sebelum pemekaran daerah

Z -,268b

Asymp. Sig. (2-tailed) ,789

a. Wilcoxon Signed Ranks Test b. Based on positive ranks.


(5)

96

Lampiran 4.

Hasil Output

Paired Sample T-Test

Jumlah SMP

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-tailed) Mean Std.

Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper

Jumlah SMP sebelum pemekaran daerah - Jumlah SMP sesudah pemekaran daerah

-5,273 2,796 ,843 -7,151 -3,394 -6,254 10 ,000

Jumlah Pelanggan Air Bersih

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-tailed) Mean Std.

Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper

Pair 1

Jumlah pelanggan air bersih sebelum pemekaran Daerah - Jumlah pelanggan air bersih setelah pemekaran Daerah


(6)

97

Panjang Jalan

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-tailed) Mean Std.

Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper

Pair 1

Panjang Jalan sebelum

pemekaran daerah - Panjang Jalan sesudah

pemekaran daerah