Pengaruh Kombinasi NAA dan Kinetin Terhadap Pertumbuhan dan Perubahan Planlet dari Tunas Apikal Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kelapa sawit adalah sumber ekonomi terpenting penghasil minyak nabati dan
merupakan penjualan terbesar dari minyak nabati di Pasar Internasional,
penggunaannya terus meningkat pada industri makanan (Corley & Tinker, 2003),
digunakan sebagai bahan dari biodiesel, dan sebagai bahan bakar untuk
memproduksi listrik (Khawniam & Te-chato, 2012).
Indonesia merupakan negara terbesar disektor perkebunan penghasil
kelapa sawit dengan hasil 22.500 ton volume ekspor. Kemudian diikuti oleh
Malaysia sebesar 17.200 ton volume ekspor (Otieno et al., 2016). Kebutuhan
minyak kelapa sawit terus meningkat sehingga diperlukan penyedian bibit.
Penyediaan bibit kelapa sawit dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara
konvensional dan kultur jaringan. Penyediaan bibit secara konvensional
menghasilkan bibit yang memiliki keragaman genetik cukup besar karena
merupakan hasil persilangan antar pohon induk terpilih. Hal itu kurang
menguntungkan sebab yang diharapkan adalah bibit yang seragam dalam
pertumbuhan,


perkembangan

dan

produktivitasnya.

Untuk

mengatasi

permasalahan tersebut dilakukan penyediaan bibit melalui teknik kultur
jaringan.Keunggulan dari teknik kultur jaringan adalah dapat menghasilkan bibit
yang banyak dan seragam dengan waktu relatif singkat. Namun, kelapa sawit hasil
perbanyakan kultur jaringan sering menghasilkan buah dan bunga yang abnormal,
berbeda dengan yang berasal dari benih (Touchet et al., 1991).
Salah satu yang umum ditemukan pada klon kelapa sawit yang dihasilkan
dari kultur jaringan adalah terjadinya perubahan 10- 40% ke arah abnormalitas
pada organ reproduktif yaitu bunga dan buah. Abnormalitas yang dihasilkan
berupa buah mantel.

Perubahan genetik hasil kultur jaringan dapat disebabkan oleh ZPT, seperti
auksin yang dalam konsentrasi tinggi dapat menimbulkan mutasi. Karena sifat
dari kebanyakan auksin adalah sebagai herbisida (Goldswortydan Mina, 1991).

Universitas Sumatera Utara

2

Eeuwens et al., (2002) melaporkan bahwa penggunaan konsentrasi NAA rendah
dan konsentrasi kinetin tinggi menghasilkan persentase abnormalitas bunga pada
klon kelapa sawit dari eksplan daun yang cukup tinggi.
Embrio somatik yang dihasilkan melaluikultur jaringan menunjukkan
perubahan genetik yang tinggi. Perubahan genetik ditunjukkanpada abnormalitas
secara sitologi dan mutasi fenotipesecara kualitatif dan kuantitatif, serta
perubahan kariotipedan perubahan sekuens. Kemudian Embrio somatik akan
diinduksi menjadi batang, akar dan akhirnya menjadi planlet (Duncan, 1997).
MenurutThoruan-Mathius et al., (2001), untuk mengatasi masalah tersebut
dalam beberapa tahun terakhir ini beberapa kelompok peneliti dari Inggris,
Malaysia, Kolombia dan Papua Nugini telah melakukan kajian dan penelitian
untuk menyempurnakan protokol teknik kultur jaringan yang digunakan untuk

memproduksi bibit klonal yang unggul. Penyempurnaan dilakukan dengan tujuan
menekan abnormalitas.
Perubahan genetik kalus kelapa sawit yang disebabkan oleh konsentrasi
zat pengatur tumbuh dapat dideteksi dengan penanda molekuler. Salah satunya
adalah SSR. Marka Simple Sequence Repeats (SSR) saat ini masih merupakan
marka yang paling popular digunakan dalam studi genetik dan pemuliaan karena
berbagai keunggulannya, diantaranya lokasinya yang menyebar di seluruh
genomtanaman, multi alelik, dan mudah diamplifikasi denganteknik Polymaerase
Chain Reaction (PCR) (Powel et al.,1996; Tasmaet al., 2001; Tasmaet al.,
2011).Maka dari itu dibutuhkan penelitian mengenai perubahan genetik yang
terjadi pada planlet kelapa sawit hasil kultur jaringan yang disebabkan oleh zat
pengatur tumbuh.

1.2 Permasalahan
Permintaan kelapa sawit yang terus meningkat dibutuhkan bibit yang
banyak dan seragam. Hal ini dapat dilakukan dengan teknik kultur jaringan,
namun bibit kultur jaringan ada yang mengalami abnormalitas pada saat
pembungaan dan pembuahan. Salah satu pemicu adanya abnormalitas adalah zat
pengatur tumbuh (ZPT). Sehingga dilakukan penelitian pengaruh zat pengatur
tumbuh NAA dan kinetin terhadap perubahan genetik pada kultur jaringan.


Universitas Sumatera Utara

3

1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh konsentrasi NAA dan
Kinetin terhadap pertumbuhan dan perubahan genetik planlet dari tunas apikal
kelapa sawit.

1.4 Hipotesis
Variasi konsentrasi NAA dan Kinetin pada media kultur jaringan mampu
menginduksi pertumbuhan dan menimbulkan perubahan genetik pada klon kelapa
sawit yang dihasilkan.

1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi kepada
seluruh pihak yang bersangkutan dalam menghasilakan bibit kelapa sawit dengan
teknik kultur jaringan.


Universitas Sumatera Utara