Kedudukan Hukum Debitur Dalam Perjanjian Kredit Kepemilikan Rumah Jika Terjadi Wanprestasi (Studi pada PT. Bank Sumut Cabang Medan)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi yang dilaksanakan Negara Indonesia tidak lepas
dari dasar falsafah yang melandasi kegiatan bernegara dan berbangsa, yaitu
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
(UUD 1945). Dasar pembangunan ekonomi di Indonesia diterjemahkan ke dalam
Pasal 33 UUD 1945 amandemen IV yang menjadi landasan penyelenggaraan
ekonomi nasional yang mengatakan, perekonomian disusun dan dikembangkan
sebagai usaha bersama seluruh rakyat secara berkesinambungan berdasarkan asas
keadilan, efisiensi dan demokrasi ekonomi untuk mewujudkan kemakmuran,
kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat. 2
Rumah atau tempat tinggal merupakan suatu kebutuhan primer dan hak
dasar manusia. Hak bertempat tinggal ini harus dipenuhi negara sebagaimana
yang diamanatkan dalam UUD 1945. Menurut UUD 1945 Pasal 28 H ayat (1),
dijelaskan bahwa ‚setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan.
Perekonomian nasional dewasa ini senantiasa bergerak cepat dengan
tantangan yang semakin kompleks. Oleh karena itu diperlukan berbagai

penyesuaian kebijakan di bidang ekonomi termasuk sektor perbankan sehingga
diharapkan akan dapat memperbaiki dan memperkokoh perekonomian nasional
guna memperlancar dan mempercepat pertumbuhan pembangunan nasional.
2

Etty, Mulyati, Kredit Perbankan, Bandung, Refika Aditama, 2016, hlm. 1

Universitas Sumatera Utara

Sebab pembangunan nasional memerlukan sumber pendanaan yang tidak kecil
guna mencapai sasaran-sasarannya yaitu pertumbuhan ekonomi, pendapatan
perkapita, kesempatan kerja, dan distribusi pendapatan.
Rumah merupakan kebutuhan yang sangat mendasar dalam kehidupan
manusia. Masyarakat awalnya melihat rumah hanya sebagai sarana bernaung
/berlindung saja, tetapi lambat laun persepsi masyarakat tersebut semakin terkikis
dengan kebutuhan rumah sebagai lambang kesejahteraan hidup. Salah satu unsur
pokok dalam pembangunan untuk mensejahterakan rakyat adalah terpenuhinya
kebutuhan masyarakat dalam bidang perumahan (papan). Perumahan merupakan
salah satu kebutuhan yang mendasar bagi manusia, baik untuk tempat tinggal,
tempat usaha, dan perkantoran, namun demikian belum semua anggota

masyarakat dapat memiliki atau menikmati rumah yang layak, sehat, aman dan
serasi.3
Kebutuhan masyarakat akan rumah (papan) berbeda dengan kebutuhan
sandang dan pangan, karena untuk memiliki perumahan diperlukan investasi yang
tidak sedikit. Akibatnya pemenuhan kebutuhan akan perumahan sulit dipenuhi
4

sendiri oleh masyarakat, terlebih bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah.

Kebutuhan masyarakat akan perumahan terus bertambah setiap tahun, sementara
di sisi lain, harga rumah sudah demikian tinggi. Untuk rumah bertipe 36/90 rerata
sudah mencapai harga Rp 500 juta-an. Bagi masyarakat menengah ke bawah,
jelas, harga tersebut sulit dijangkau. Oleh sebab itu, peran pihak ketiga, dalam hal
ini bank, untuk memberikan fasilitas dana Kredit Pemilikan Rumah

(KPR)

3

Ade Erlanda Revianty, Analisis Yuridis Wanprestasi Dalam Perjanjian Kredit Pemilikan

Rumah Antara PT. Bank Tabungan Negara Cabang Padang Dengan Ridwan S (Studi Kasus
Putusan Nomor 67/PDT.G/BPSK/2012/PN.Pdg), Jurnal Fakultas Hukum Universitas Indonesia,
Jakarta, 2015, hlm 1-2

Universitas Sumatera Utara

sangatlah diperlukan. Kebutuhan fasilitas KPR yang tinggi membuka peluang
bisnis tersendiri bagi perbankan dan pastinya menggiurkan. Oleh karena itu,
banyak bank berlomba untuk memberikan fasilitas KPR kepada masyarakat. 5
Rumah sebagai salah satu kebutuhan primer menempati posisi strategis
dalam perekonomian keluarga akibat besaran kapital yang dibutuhkan dalam
pemenuhan atas kebutuhan perumahan tersebut. Secara agregat dalam skala
nasional, akhirnya besaran kapital dalam pemenuhan kebutuhan perumahan ini
akan menjadi penting dalam proses pembangunan perekonomian negara. Bukan
hanya karena potensi besaran kapital yang dapat memicu potensi pertumbuhan
belanja per kapita yang akhirnya penting bagi pertumbuhan pembangunan, tetapi
juga karena efek lanjutannya terhadap sektor-sektor perekonomian lain yang akan
terpengaruh peningkatan pemenuhan kebutuhan akan perumahan. Misalnya,
industri bahan bangunan yang mencakup banyak industri terkait di dalamnya.
Salah satu upaya telah ditempuh dan terus akan dilaksanakan oleh

pemerintah, guna meningkatkan taraf hidup masyarakat golongan ekonomi
menengah ke bawah, khususnya di bidang perumahan dan permukiman, adalah
penyediaan fasilitas KPR.
Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Permukiman, rumah adalah “bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat
tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan
martabat penghuninya serta aset bagi pemiliknya”. Undang-Undang Dasar 1945
(UUD 1945) Pasal 28-H telah mengamanatkan bahwa perumahan dan
permukiman adalah hak dasar manusia, di mana setiap orang berhak untuk hidup
5

Sularsi dkk..Kajian Penyaluran Kredit PemilikanRumah (KPR) Terkait Prinsip
Perlindungan Konsumen, Jakarta, Responsi Bank Indonesia, 2016, hlm 8

Universitas Sumatera Utara

sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, serta mendapatkan lingkungan hidup
yang baik dan sehat. Prinsip hak dasar tersebut telah diakomodasi oleh pemerintah
melalui Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang HAM dan Undang-undang
No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP).

Sebenarnya perjanjian pemilikan rumah tersebut konsep dasarnya adalah
sewa beli, yaitu seorang pembeli barang yang tidak mempunyai uang cukup untuk
membayar harga barang secara tunai, pembeli hanya mampu membayar harga
barang secara kredit. Ketika seorang pembeli hanya mampu membayar secara
kredit, sementara barang diserahkan kepada pembeli, secara hukum pihak kreditur
akan menderita kerugian bilamana pihak pembeli menguasai barangnya sedang
harga pembelian barang belum dibayar tunai. Untuk itulah, maka dalam praktik
dibentuk suatu persetujuan yang dinamakan sewa beli, yaitu perjanjian yang pada
pokoknya adalah sewa-menyewa barang, namun pembeli tidak menjadi pemilik
melainkan hanya pemakai belaka. Baru jika uang sewa telah dibayar, berjumlah
sama dengan harga tunai pembelian barang, status pembeli berubah dari penyewa
atau pemakai menjadi pemilik barang.6
Salah satu unsur pokok dalam kesejahteraan rakyat, adalah terpenuhinya
kebutuhan masyarakat dalam bidang papan atau perumahan. Berdasarkan Pasal 1
angka 7 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Permukiman ditentukan
bahwa rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal
yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan

martabat


penghuninya serta aset bagi pemiliknya.7

6

Akh.Munif, Kontrak Standard Dalam Perjanjian Sewa Beli Rumah dan Akibat
Hukumnya. Jurnal Fakultas Hukum Unira. Volume 8, No.1, Nop 2008, hlm 5
7
Mariam Darus Badrulzaman, I, Aneka Hukum Bisnis, Bandung, Alumni, 2005, hlm. 183

Universitas Sumatera Utara

Kredit Pemilikan Rumah (KPR) adalah salah satu fasilitas kredit yang
diberikan oleh bank sebagai kreditur kepada konsumen sebagai debitur khususnya
digunakan untuk membeli tanah beserta bangunan rumah di atas tanah tersebut,
dimana dalam pemberian fasilitas tersebut diperlukan agunan atau jaminan.
Agunan atau jaminan tersebut merupakan suatu tanggungan yang diberikan oleh
seseorang debitur atau pihak ketiga pada kreditur untuk menjamin kewajiban
dalam suatu perikatan. Jaminan ini adalah sesuatu yang dapat dinilai dengan uang
yang diberikan debitur pada kreditur untuk menimbulkan keyakinan bahwa
debitur akan memenuhi kewajiban yang timbul dari suatu perjanjian.

Tingginya permintaan akan rumah dan perumahan menjadi peluang usaha
bagi perusahaan yang bergerak di bidang perumahan (pengembang) untuk
membangun rumah dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut.
Permasalahan dalam hal ini untuk mendapatkan rumah tidaklah mudah karena
butuh biaya yang relatif besar, dan untuk mengatasi masalah tersebut maka
masyarakat dalam membeli rumah dapat membayar secara tunai atau melalui
angsuran. Bagi masyarakat yang tidak dapat membayar tunai dapat memiliki
rumah dengan cara kredit melalui bank atau dalam masyarakat dikenal dengan
Kredit Pemilikan Rumah (KPR). KPR merupakan salah satu cara bagi setiap
orang untuk mendapatkan rumah selain pembelian dengan cara tunai ataupun
angsuran bertahap.
Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang telah ditandatangani
debitur bank dengan pihak bank di mana pihak bank telah mempersiapkan terlebih
dahulu klausul-klausul dalam perjanjian, tindakan secara sepihak ini dapat
memberikan tanggung jawab yang menjadi beban debitur lebih berat. Umumnya

Universitas Sumatera Utara

debitur kurang dapat memahami klausul-klausul dalam perjanjian KPR tersebut.
Oleh karena itu klausula ini disebut sebagai klausula eksemsi.

Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) adalah kredit yang diberikan
oleh bank kepada debitur untuk digunakan membeli atau membayar sebuah
bangunan rumah tinggal dengan tanahnya guna dimiliki atau dihuni. Dalam
perjanjian ini biasanya debitur memberikan jaminan berupa rumah dan tanah yang
dibeli dengan fasilitas kredit bank tersebut. Pemberian kredit pada umumnya
dilakukan oleh pihak bank (kreditur) karena pendapatan dan keuntungan suatu
bank lebih banyak bersumber dari pemberian kredit kepada debitur. 8
Masyarakat yang ingin memiliki rumah, namun tidak mempunyai biaya
dapat memanfaatkan fasilitas kredit yang diberikan Bank Sumut dengan
mengadakan perjanjian KPR tentunya telah memenuhi ketentuan yang
dikeluarkan oleh Bank Sumut. Perjanjian kredit merupakan perjanjian
pendahuluan dari penyerahan uang yang merupakan hasil pemufakatan antara
pemberi dan penerima pinjaman dan mengenai hubungan-hubungan hukum
diantara keduanya. Perjanjian kredit merupakan aspek yang sangat penting dalam
pemberian kredit, tanpa perjanjian kredit yang ditandatangani kreditur dan debitur,
maka tidak ada pemberian kredit itu.9
Berdasarkan informasi yang diperoleh di Bank Sumut masih banyak juga
debitur yang melakukan wanprestasi, debitur tidak dapat membayar cicilan KPR,
dengan berbagai alasan, tepat waktu bahkan ada yang terlambat selama berbulanbulan atau dalam bahasa hukum perbankan disebut dengan kredit bermasalah,
dengan kata lain harus ada suatu peraturan dari bank dalam mengawasi

8

Hasanuddin Rahman, Aspek-aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan di Indonesia,
Bandung, Citra Aditya Bakti, 1995. hlm. 47
9
Sutarno, Aspek-aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, Bandung, Alfabeta, 2003, hlm 98

Universitas Sumatera Utara

10

pelaksanaan KPR agar perjanjian tersebut dapat terlaksana dengan baik sehingga
tidak terjadinya wanprestasi yang dilakukan debitur. Hal yang dapat dilakukan
untuk mengatasi kenyataan di atas adalah melakukan perjanjian kredit dengan
membuat perjanjian tertulis yang di dalamnya mengatur kesepakatan kedua belah
pihak debitur dan pihak Bank Sumut, di mana apabila debitur melakukan
wanprestasi maka akan dikenakan denda yang sudah disepakati ada pula dengan
melakukan pengambilan isi rumah sebagai jaminan, sebagai tindakan akhir
dilakukan penyitaan rumah yang sebelumnya sudah mendapatkan surat peringatan
pertama dan apa bila belum mampu membayar sampai peringatan ketiga maka

dilakukan penyitaan.10
Pemberian KPR dikatakan aman bagi kreditur, mengingat rumah
merupakan agunan yang jelas lokasinya dan telah dibebani hak tanggungan,
dengan demikian apabila terjadi debitur wanprestasi, maka bank dapat melakukan
eksekusi terhadap rumah tersebut, sehingga kredit macet dapat diatasi.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis memilih judul Kedudukan Hukum
Debitur Dalam Perjanjian Kredit Kepemilikan Rumah Jika Terjadi Wanprestasi
(Studi pada PT. Bank Sumut Cabang Medan).
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian
ini, yaitu :
1. Bagaimanakah hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian kepemilikan
rumah pada PT. Bank Sumut Cabang Medan?
2. Bagaimanakah kedudukan hukum debitur dalam perjanjian kredit kepemilikan
rumah jika terjadi wanprestasi pada PT. Bank Sumut Cabang Medan?
10

Hasil wawancara dengan Arifin selaku Account Officer Bank Sumut Cabang Medan,
tanggal 5 Juli 2017


Universitas Sumatera Utara

11

3. Bagaimanakah penyelesaian hukum dalam perjanjian kredit pemilikan rumah
jika terjadi wanprestasi pada PT. Bank Sumut Cabang Medan?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan permasalahan di atas, adapun tujuan penulisan skripsi, yaitu
1. Untuk mengetahui hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian
kepemilikan rumah pada PT. Bank Sumut Cabang Medan
2. Untuk mengetahui kedudukan hukum debitur dalam perjanjian kredit
kepemilikan rumah jika terjadi wanprestasi pada PT. Bank Sumut Cabang
Medan.
3. Untuk mengetahui penyelesaian hukum dalam perjanjian kredit pemilikan
rumah jika terjadi wanprestasi pada PT. Bank Sumut Cabang Medan
D. Manfaat Penulisan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Secara teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi
pengembangan ilmu pengetahuan hukum pada umumnya, hukum perbankan
dan hukum perjanjian, khususnya mengenai kedudukan hukum terhadap
debitur dalam perjanjian kredit kepemilikan rumah jika terjadi wanprestasi
2. Secara praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi kalangan
perbankan, debitur dan pihak ketiga guna mengantisipasi permasalahan yang
muncul di kemudian hari seperti terjadinya wanprestasi oleh debitur dalam
perjanjian.

Universitas Sumatera Utara

12

E. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif yang
disebut juga sebagai penelitian doktrinal (doctrinal research) yaitu suatu
penelitian yang menganalisis hukum baik yang tertulis di dalam buku (law as it is
written in the book), maupun hukum yang diputuskan oleh hakim melalui proses
pengadilan (law it is decided by the judge through judicial process) 11. Selain itu
digunakan

metode

yuridis

empiris dengan

melakukan

penelitian

yang

mengumpulkan data secara langsung dari PT. Bank Sumut Cabang Medan.
2. Sifat penelitian
Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif yaitu penelitian yang hanya
menggambarkan fakta-fakta tentang objek penelitian baik dalam kerangka
sistematisasi maupun sinkronisasi berdasarkan aspek yuridis, dengan tujuan
menjawab permasalahan yang menjadi objek penelitian. 12
3. Sumber data
Sumber data penelitian ini didapatkan melalui data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh penulis dengan melakukan studi lapangan (field
research), yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan wawancara
(interview) kepada Bapak Arifin selaku Account Officer Bank Sumut Cabang
Medan Data sekunder, adalah data yang diperoleh penulis yang sebelumnya telah
diolah orang lain. Data sekunder terdiri dari:

11

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Bandung, Citra
Aditya Bakti, 2006, hlm. 118
12
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Cetakan Ketiga, Jakarta, Raja
Grafindo Persada, 2010, hlm. 116-117

Universitas Sumatera Utara

13

a. Bahan hukum primer
Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, dan terdiri
dari kaidah dasar. Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini,
yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
Tentang Perbankan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3790, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan Dan
Kawasan Permukiman Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5188. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak
Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan dengan Tanah
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 3632.
b. Bahan hukum sekunder
Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer melalui hasil penelitian hukum, seperti karya
ilmiah, jurnal, artikel baik dari media cetak ataupun media massa yang
berkaitan dengan judul penelitian13
4. Alat pengumpulan data
Alat yang dipergunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
adalah melalui studi dokumen dengan penelusuran kepustakaan (library research)
serta penelitian lapangan (field research) dengan cara wawancara dengan Bapak
Arifin selaku Account Officer Bank Sumut Cabang Medan
5. Analisa data
Seluruh data yang sudah diperoleh dan dikumpulkan kemudian ditelaah
dan dianalisis. Adapun analisis hasil penulisan yang digunakan dalam

penelitian

13

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2007, hlm. 13

Universitas Sumatera Utara

14

ini adalah analisis kualitatif, mengelola data, dan menganalisanya dan kemudian
dituangkan dengan cara menggunakan kalimat sehingga pembaca lebih mudah
memahami penelitian ini.14
F. Keaslian Penulisan
Berdasarkan penelusuran di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
skripsi dengan judul Kedudukan Hukum Debitur Dalam Perjanjian Kredit
Kepemilikan Rumah Jika Terjadi Wanprestasi (Studi Pada PT. Bank Sumut
Cabang Medan), belum pernah ada di Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara, namun ada beberapa judul yang berkaitan dengan Kredit Kepemilikan
Rumah (KPR), diantaranya:
Dery Mersikta Sitepu (2017), dengan judul penelitian perlindungan hukum
terhadap nasabah akibat wanprestasi dalam perjanjian kredit pemilikan rumah di
PT. Bank Mandiri Cabang Medan, adapun permasalahan dalam penelitian ini
adalah alasan PT. Bank Mandiri Cabang Medan menolak pemberian kredit
pemilikan

rumah

kepada

calon

debiturnya.

Faktor

penyebab

debitur

tidak melaksanakan kewajibannya dan tindakan PT. Bank Mandiri Cabang Medan
terhadap debitur akibat wanprestasi dalam perjanjian kredit pemilikan rumah dan
Perlindungan hukum yang diberikan oleh PT. Bank Mandiri Cabang Medan
akibat debitur wanprestasi dalam perjanjian kredit pemilikan rumah.
M. Syahfitra (2016), dengan judul penelitian Tinjauan Yuridis
Wanprestasi Pada Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah Dan Penyelesaiannya pada
PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Medan. Adapun permasalahan
dalam penelitian ini adalah hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian Kredit
14

Tampil Anshari Siregar. Metodologi Penelitian Hukum Penulisan Skripsi. Medan,
Pustaka Bangsa Press, 2005, hlm 26

Universitas Sumatera Utara

15

Pemilikan Rumah (KPR) pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang
Medan. Penyebab terjadinya wanprestasi pada perjanjian Kredit Pemilikan
Rumah (KPR) di PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Medan dan
upaya penyelesaian wanprestasi atas perjanjian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di
PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Medan.
Vilany Lafiza (2013), dengan judul penelitian Perlindungan Hukum
Konsumen Dalam Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah Apabila Terjadi Force
Majeure (Studi pada PT. Daya Prima Indonesia). Adapun permasalahan dalam
penelitian ini adalah hak-hak konsumen perumahan yang tidak terpenuhi akibat
dari adanya Force majeure. Upaya penyelesaian masalah hak konsumen
perumahan yang tidak terpenuhi akibat Force majeure (Studi pada PT. Daya
Prima

Indonesia)

dan

hambatan

yang

dihadapi

dalam

menyelesaikan

permasalahan hak konsumen perumahan yang tidak terpenuhi akibat Force
majeure (Studi pada PT. Daya Prima Indonesia).
Bahwa dikarenakan belum ada yang membahas penelitian ini, maka penelitian ini
dapat dipertanggungjawabkan secara akademik maupun secara ilmiah.
G. Sistematika Penulisan
Guna mempermudah dalam penulisan skripsi penulis membagi menjadi 5
(lima) bab yang didalam bab masing-masing terdiri sub bab yang menguraikan
permasalahannya secara tersendiri, di dalam suatu konteks yang saling berkaitan
satu dengan yang lainnya. Adapun bab-bab yang dimaksud adalah sebagai berikut:
BAB I

PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang, permasalahan, tujuan penulisan,
manfaat penulisan, metode penelitian, keaslian penulisan

dan

sistematika penulisan.

Universitas Sumatera Utara

16

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KREDIT
Bab ini berisikan pengertian kredit dan perjanjian kredit, jenis-jenis
kredit dan asas-asas pemberian kredit, bentuk perjanjian kredit bank,
prestasi dan wanprestasi dan hapusnya perjanjian kredit.

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KREDIT
Bab ini berisikan pengertian kredit dan perjanjian kredit, jenis-jenis
kredit dan asas-asas pemberian kredit, bentuk perjanjian kredit bank,
prestasi dan wanprestasi dan hapusnya perjanjian kredit.

BAB III TINJAUAN UMUM KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH
Bab ini berisikan pengertian kredit kepemilikan rumah dan dasar
hukumnya, jenis dan syarat yang harus dipenuhi debitur dalam
memperoleh kredit kepemilikan rumah dan tujuan kredit pemilikan
rumah (KPR)
BAB IV KEDUDUKAN HUKUM DEBITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT
KEPEMILIKAN RUMAH JIKA TERJADI WANPRESTASI
Bab ini merupakan hasil dari pembahasan yang berisikan pelaksanan
perjanjian Kredit Pemilikan Rumah pada PT. Bank Sumut Cabang
Medan, kedudukan hukum debitur dalam perjanjian kredit kepemilikan
rumah jika terjadi wanprestasi pada PT. Bank Sumut Cabang Medan
dan penyelesaian hukum dalam perjanjian kredit pemilikan rumah jika
terjadi wanprestasi pada PT. Bank Sumut Cabang Medan

Universitas Sumatera Utara

17

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
penulis. Selain kesimpulan, berisi juga saran-saran dari penulis yang
berhubungan dengan proses dalam melakukan penelitian yang telah
dilakukan.

Universitas Sumatera Utara