Analisa Struktur Musik, Makna Teks Dan Tema Lagu Pop Batak Karya Dakka Hutagalung Chapter III VII

BAB III
MUSIK POPULER BATAK TOBA

3.1 Latar Belakang musik populer
Di Indonesia ada kemungkinan bahwa sebuah melodi tertentu itu dipakai
sebagai nyanyian di gereja pada waktu kebaktian minggu, sedangkan di Eropa
dapat dipakai sebagai nyanyian rakyat. Itu semua terjadi karena kemajuan zaman
atau dapat juga dengan cara disampaikan seseorang kepada yang lain, yang
merupakan proses yang berkesinambungan 1.
Nyanyian rakyat dapat dituliskan dalam berbagai versi (gaya) terhadap
masyarakat yang bersangkutan, dimana lagu tersebut tetap sesuai untuk musik
rakyat. Suatu lagu biasanya diciptakan tiap tahun dalam tiap generasi, tetapi
sering hanya sebagian yang muncul dan diterima masyarakat sebagai musik
rakyat. Bisa saja pencipta musik rakyat tersebut tidak dikenal oleh masyarakat,
tetapi dapat diterima sebagai lagu rakyat atau musik rakyat. Mereka tidak
mempermasalahkan siapa pencipta musik rakyat, karena
mereka

menyukai melodi, menerimanya

yang


penting

yang dapat mencetuskan dan

mencerminkan kehidupan mereka. 2
Pencipta lagu rakyat di bagi atas dua kelompok, yaitu:
1) Pengarang sendiri

1

RuthApolina Sitompul. “Musik Populer Barat dalam Kehidupan Generasi Muda di Medan: Suatu Kajian

Musikologis”. Sripsi S1 Fakultas Kesenian Univ HKBP Nommensen Medan: 1996.
2

Ibid , 1996

Universitas Sumatera Utara


2) Masyarakat
Setelah musik rakyat diterima oleh masyarakat dan merupakan suatu
kebutuhan hidup bagi mereka, maka musik tersebut membaur dan hidup di antara
mereka. Seperti kita ketahui manusia sebagai anggota masyarakat selalu
berubahubah sesuai dengan perkembangan zaman. Maka dengan sendirinya musik
rakyat yang menjadi bagian dari kehidupan masyarakat turut terhimbas dengan
perubahan tersebut. Perubahan tersebut antara lain diakibatkan akulturasi, migrasi
yang meliputi perubahan alat-alat musik dan gaya musiknya. Musik rakyat dalam
perkembangannya, dapat dituliskan dalam berbagai versi atau gaya bagi
masyarakat yang bersangkutan, sehingga musik rakyat itu selalu disenangi dan
tetap hidup sebagai musik populer dalam masyarakat. Sejarah musik rakyat selalu
berubah secara cepat atau lambat, dan dapat terjadi di berbagai tempat atau
daerah. Ada beberapa hal yang mengakibatkan perubahan pada musik tersebut,
antara lain: 1) Perubahan pada komposisi; 2) Perubahan pada repertoar; 3)
Perubahan pada pemakaian alat-alat musik. Hal-hal di atas dapat terjadi pada
aspek lirik, ornamentasi, harmoni, frasa dari musik yang baru dan perubahan dari
skala nadanya 3.
Kelompok masyarakat pada umumnya menerima nyanyian rakyat, yang
akan tetap dipertahankan tanpa diubah dan di kemudian hari diciptakan kembali
setelah masuknya pengaruh teknologi modern. Lagu rakyat harus diterima kalau


3

ibid, 1996

Universitas Sumatera Utara

tidak akan dilupakan dan hilang, jika tidak dapat diterima oleh masyarakat maka
dapat dirubah sesuai selera atau keinginan dari mereka4.
Musik rakyat mempunyai fungsi sebagai inspirasi untuk gaya musik
populer dalam bentuk musik seperti: blues, jazz, gospel, country, rock dan
beberapa ragam musik populer lainnya, sehingga gaya yang penting darimusik
populer dipengaruhi dari musik rakyat. Sehingga pada dasarnya konsep yang ada
dalam musik rakyat merupakan awal hadirnya musik populer 5.
Setelah berakhirnya Perang Dunia ke II, perubahan sosial hampir terjadi di
seluruh dunia, keadaan tersebut akan memberikan peluang atau kesempatan bagi
masyarakat untuk mulai mengamati aspek budaya dan sosial yang baru. Pada
umumnya munculnya era industrialisasi merupakan suatu masa yang sangat
penting dalam dunia musik, dengan perkembangan teknologi modern maka
pengaruhnya sangat besar bagi perkembangan dunia musik, diantaranya piringan

hitam, radio, televisi dan sebagainya. Sehingga bentuk dari segala jenis musik
populer berkembang dengan pesat dan cepat ke seluruh dunia6.
Setelah masyarakat mulai tertarik dan senang akan hiburan yang muncul
melalui siaran radio, televisi dan media cetak, maka masyarakat mulai mengetahui
betapa perlunya musik populer sebagai bagian dari kehidupan mereka. Dengan
munculnya perusahan rekaman maka semakin banyak pencipta musik populer
yang mulai berpartisipasi untuk menciptakan hasil karya lagunya. Dalam rangka
sejarah musik populer, fungsi sosial, fungsi komersial menjadi kriteria utama 7.

4

Ibid , 1996
Ibid, 1996
6
Ibid, 1996
7
Ibid, 1996
5

Universitas Sumatera Utara


Masuknya musik Barat ke Asia Tenggara dan wilayah-wilayah lainnya di
dunia pada akhir abad 19, terasa jelas pengaruhnya terhadap tiap kebudayaan di
dunia dan sejak revolusi industri, dunia musik dipengaruhi oleh teknologi, politik,
ekonomi, sosial dan sebagainya. Masyarakat di dunia sekarang ini sudah
diperkenalkan untuk mengetahui mengenai tiap-tiap gaya musik melalui mass
media, radio dan televisi, misalnya musik jazz, reggae, blues, rock n roll, rap,
country, disco, heavy metal, soul dan lain-lain. Maka dengan adanya berbagai
ragam jenis musik populer, masyarakat umumnya akan menerima segala jenis
musik tersebut sesuai dengan selera masing-masing 8.

3.2 Pengertian musik populer
Istilah populer sering dikaitkan dengan kata atau istilah lain, baik itu nama
seorang tokoh, nama artis, atau juga nama produksi. Istilah populer mempunyai
banyak pengertian. Misalnya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008)
pengertian populer: 1 dikenal dan disukai oang banyak (umum), contohnya
lagulagu,

2 sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada umumnya; mudah


dipahami orang

banyak:

contohnya ilmu pengetahuan -; 3 disukai dan

dikagumi orang banyak: contohnya pahlawan.
Demikian juga dalam tulisan Poerwadarminta (1985: 765);
1. Dikenal dan disukai orang banyak, misalnya sebagai pengisi waktu akan
diputarnya piringan hitam dengan lagu-lagu.

8

Ibid, 1996

Universitas Sumatera Utara

2. Mudah dipahami orang banyak; secara mudah; misalnya tiap terbit memuat
berbagai-bagai ilmu pengetahuan.
3. Mudah dipahami orang banyak; secara mudah; misalnya tiap terbit memuat

berbagai-bagai ilmu pengetahuan yang.
4. Suka bergaul dengan orang banyak misalnya meskipun berpangkat tinggi
tetapi sekali di kampung ini
Pendapat-pendapat diatas tidak ditemukan adanya pertentangan, tetapi
saling menunjang. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
populer adalah tenar atau terkenal, artinya diketahui dan digemari oleh
masyarakat banyak. Dalam konteks musik sering ditemukan istilah populer.
Istilah tersebut juga mengandung arti yang sama dengan pernyataan di atas yang
dapat diartikan sebagai musik yang dikenal. Tetapi pengertian musik populer
sangat luas cakupannya, musik tersebut ditulis oleh seorang pencipta lagu populer
dengan maksud untuk dipertunjukkan dan dinyanyikan oleh satu orang atau lebih,
umumnya tanpa perlu banyak mempelajari teori musik dan tekniknya. Penyanyi
musik populer akan diiringi oleh alat-alat musik seperti orkestra kecil, ansambel
dan band 9.
Musik populer mempunyai hubungan yang erat dengan mass media,
teknologi dan media elektronik dan industri musik sejak abad ke 20 dan
mempunyai daya tarik yang luas serta tidak ada batas etnis, siapa saja dapat
mendengarnya 10.

9


Ibid 1996
Ibid 1996

10

Universitas Sumatera Utara

Kata populer di dalam musik populer yang artinya lagu yang sedang trend
dan terkenal di masyarakat pada suatu periode waktu tertentu. Istilah musik
populer diberikan pada musik, sejak 1880 di USA dan awal abad ke 20 di
Eropa.Musik populer adalah musik yang digemari, perkembangannya melalui
teknologi yaitu media elektronik 11.
Dalam perkembangannya di Amerika, musik populer menjadi trend yang
mendominasi secara internasional. Selama abad ke 20, khususnya musik populer
yang penting telah banyak dipengaruhi dari bentuk-bentuk tradisi Amerika Utara
dan Eropa, baik dari segi gaya maupun teknik, sedikitnya hingga tahun 1960an.
Dalam perkembangan musik populer juga diwarnai dengan berbagai jenis seni,
antara lain: budaya etnis (yaitu musik sakral, musik rakyat), musik populer yang
berakar dari suatu proses campuran antara berbagai sumber, dan musik populer

yang mengarah ke musik populer barat, seperti jazz, pop, rock12.
Menurut Dieter dalam bukunya “Apresiasi Musik Populer” (1995)
dituliskan disana bahwa istilah musik populer otomatis merupakan musik populer
seperti suatu gaya (fenomena) tertentu. Pada dasarnya fenomena musik populer
harus dikaitkan dengan perkembangan bisnis musik (kemungkinan rekaman,
peredaran… sejajar dengan perkembangan teknologi di Barat pada abad 20). Jika
musik populer (yang berhubungan dengan perkembangan media massa
audiovisual) diperdalam secara historis, maka istilah “Barat” cukup tepat karena
sumbernya adalah budaya Amerika serta Eropa. Kenyataan bahwa sekarang ini

11

Nency Loretta Pasaribu. “Instrumen Tin Whistledan Panpipe Dalam Komposisi Musik Populer:
Sebuah Analisis Komposisi”, Skripsi S1, Medan. Fakultas Kesenian Univ HKBP Nommensen,
2000: 20-21
12
Ibid 1996

Universitas Sumatera Utara


musik populer Barat telah disebarluaskan di seluruh dunia, justru suatu gejala
perdagangan, bukan kualitas musik itu sendiri.
Pengertian istilah musik populer yang lain, digunakan dalam pandangan
umum dalam tulisan bahasa Inggris untuk membedakan musik “rakyat” dengan
musik yang berhubungan dengan kaum elit, jelas dibutuhkan suatu istilah atau
penyempitan istilah ini, untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk musik baru yang
muncul pada abad ke 20 yang menpunyai hubungan erat dengan media massa.
Dengan mengacu kepada konsep luas musik populer sebagai musik rakyat, para
redaktur musik populer menulis, setidaknya ada perubahan yang kualitatif yang
signifikan, baik dalam arti yang dianggap melekat pada istilah maupun dalam
proses berkat mana musik memperoleh kehidupannya, ketika kelompok
masyarakat mengalami industrialisasi. Dari sudut pandang ini, musik populer
merupakan tipikal masyarakat dengan pembagian kerja yang relatif sudah sangat
berkembang dan perbedaan yang jelas antara produser dan konsumen dimana
produk-produk budaya sebagian besar diciptakan para profesional, di jual ke pasar
massa dan direproduksi melalui media massa 13.
Pernyataan di atas mengartikulasikan sebagian ciri pembeda paling
penting dari musik populer, terutama kaitannya dengan diseminasi oleh media
massa, dan reproduksi produk-produk musik populer (terutama rekaman) secara
besar-besaran untuk pemasaran sebagai komoditas. Akan tetapi, dugaan korelasi

antara industrialisasi dan musik populer haruslah dikualifikasikan agar pernyataan
itu berlaku secara global. Misalnya di India, memiliki perkembangan industri alat
13

Peter Manuel. Popular Musics of the Non-Western World. New York, Oxford University Press,
1988: 2-3.

Universitas Sumatera Utara

berat yang sudah berkembang, tetapi musik film cukup populer di beberapa
daerah pedesaan yang tidak mengalami industrialisasi karenaterpencil.Serupa
halnya industrialisasi sangat terbatas di Afganistan, tetapi jenis musik populer
perkotaan (kiliwali), yang disebarkan terutama melalui radio dan kaset, jelas
memang muncul di sana14.
Kriteria yang membedakan lebih spesifik dari musik populer ditawarkan
oleh Nettl, defenisi kerja dari musik populer di masyarakat Barat memiliki
beberapa unsur: 1) pada pokonya bersifat perkotaan dalam asal muasal dan
orientasi audiens; 2) ditampilkan oleh musisi professional namun tidak sangat
terlatih yang biasanya tidak menganut pandangan intelektual dalam pekerjaannya;
3) mempunyai hubungan gaya dengan musik seni kebudayaannya, tetapi tingkatan
kecanggihan yang lebih rendah ; 4) pada abad ke 20, setidaknya difusi media
massa penyiaran dan rekaman. Biasanya diasumsikan bahwa musik populer telah
eksis sebelum media massa ini ada, tetapi sulit, dalam periode sebelum abad ke 20
di Eropa dan Amerika, membedakan ketiga gaya (musik klasik, musik folk dan
musik populer) 15.
Unsur-unsur pokok di atas mungkin merupakan dasar untuk defenisi kerja
dari musik populer di masyarakat non Barat maupun masyarakat Barat, dengan
kualifikasi dan klarifikasi tertentu. Kita harus, misalnya, mengesampingkan
gagasan pembelajaran otodidak dari “pelatihan” yang dideskripsikan Nettl sebagai
terbatas, karena pendidikan dan pelatihan musisi yang belajar sendiri mungkin
intensif. Lebih jauh, musik populer mungkin juga lebih canggih dalam parameter
14
15

Ibid, 1998
Ibid, 1998

Universitas Sumatera Utara

tertentu daripada musik seni kebudayaannya; selain dari pada kecanggihan dalam
hal-hal seperti produksi dan mixing rekaman (yang tidak akan selalu dianggap
sebagai parameter ekstra-musikal), ada, sebagai contoh jenis-jenis kompleksitas
irama tertentu dalam lagu James Brown (yang dimaksud bukan jazz) yang tidak
ditemukan dalam simfoni Mozart (walaupun sebaliknya bisa berlaku). Selain itu,
dunia musik yang pada pokoknya berdifusi melalui media massa cukup berbeda
dan substansial, sehingga kita juga mungkin ingin mengekslusikan dari defenisi
kita tentang genre musik populer terkait yang disebutkan oleh Nettl yang
mendahului media, yang menganggapnya sebagai musik falk perkotaan atau, bila
perlu, dalam kategori sendiri16.
Kriteria pembeda musik populer lainya, yang pertama adalah perbedaan
yang lebih berarti di masyarakat tradisional daripada dalam budaya Barat - bahwa
musik populer cenderung merupakan musik hiburan sekuler yang produksi dan
konsumsinya pada hakekatnya tidak terkait dengan fungsi atau ritual daur-hidup
tradisional khusus. Lebih jauh, musik populer di masyarakat kapitalis biasanya
melibatkan ‘sistem bintang’ dimana di dalamnya media mempromosikan
pemujaan pribadian seputar gaya hidup, kebiasaan atau kehidupan pribadi si
musisi, pada pokoknya, promosi ini bertujuan untuk menjauhkan musisi dari
publik untuk merajut aura khayalan dan keglamouran seputar dirinya. Akhirnya
fitur karakteristik musik populer omset tertinggi repertoar (lagu) merupakan ciri

16

Ibid, 1998

Universitas Sumatera Utara

khas dari musik populer, dimana media mempromosikan kepentingan
terusmenerus dalam rilis terbaru seorang artis17.
Perbedaan masih tetap tidak jelas (ambigu) dalam kasus-kasus tertentu.
Keroncong Indonesia dan fado 18. Musik klasik dan musik folk juga bisa
dimodifikasi bersamaan sebagai rekaman komersial dan disebarluaskan secara
luas melalui media massa, dan jelas ada banyak penganut fanatik musik seni
seperti ini yang jarang menonton pertunjukan langsung. Yang membedakan genre
ini dari musik populer mungkin didasarkan pada faktor-faktor seperti keuntungan
yang relatif rendah dari penjualan bagi pemusik dan komposer, hubungan
peripheral musik folk dengan Portugis, misalnya telah ada sebagai musik rakyat
perkotaan jauh sebelum munculnya media massa. Akan tetapi Keroncong dan
fado, sejak itu keduanya terserap ke dalam repertoar rekaman dan penyiaarkan
dan dipasarkan, dikonsumsi seperti musik pop lainnya. Fado modern
“ditingkatkan” dengan iringan orkestra atau dengan hasil sintesa dalam gaya pop
yang khas, tetapi banyak rekaman fado dan juga keroncong tidak didasarkan pada
faktor-faktor seperti keuntungan yang relatif rendah dari penjualan bagi pemusik
dan komposer, hubungan peripheral musik folk dengan berbeda secara substansial
dalam gaya atau orkestrasi dari gaya tradisionalnya. Apakah keroncong maupun
fado dalam kita mempertimbangkannya sebagai musik populer sekalipun

17

Ibid, 1998
Fado jenis musik folklor Portugis (jenis lagu) yang berhubungan dengan perkembangan
keroncong. Musik ini dengan kesan melancolis biasanya dipentaskan dengan dua jenis gitar
(“viola” dari Spanyol dan “guitarra” dari Portugis). Jika viola selalu main melodi, guitarra
kebanyakan memainkan akor-akor tonika-dominan-tonika-dominan, terus-menerus. Sub dominan
dibunyikan hanya pada berbagai saat. Prinsip demikan juga menonjol pada keroncong. Selain itu
gaya vokal sangat diwarnai dengan vibrato yang keras (dianggap sebagai kuatnya ekspresi emosi)
(Dieter, 2004: 581-582)
18

Universitas Sumatera Utara

bentuknya saat ini serupa atau identik dengan bentuk yang akan kita sebut bentuk
folk.?
Musik klasik dan musik folk juga bisa dimodifikasi bersamaan sebagai
rekaman komersial dan disebarluaskan secara luas melalui media massa, dan jelas
ada banyak penganut fanatik musik seni seperti ini yang jarang menonton
pertunjukan langsung. Yang membedakan genre ini dari musik populer mungkin
didasarkan pada faktor-faktor seperti keuntungan yang relatif rendah dari
penjualan bagi pemusik dan komposer, hubungan peripheral musik folk dengan
Pasar komoditas terutama, bahwa musik tradisional berkembang secara bebas dari
media massa 19.
Ciri pembeda paling penting dari musik populer adalah hubungan erat
dengan media massa. Musik populer, sebagaimana kita menggunakan istilah ini,
muncul berbarengan dengan media, yang pada pokoknya disebarluaskan melalui
media, tertanam dalam industri musik yang dilandasi pemasaran atas dasar
komoditas massa 20.
Lagu populer yang baru muncul pertama kali di Eropa dan USA abad ke
19 berkaitan dengan penyebaran sheet music (lembaran kertas musik) dan, sampai
tingkat tertentu, media reproduksi pertama yaitu music box dan player
piano(piano otomatis). Akan tetapi, evolusi yang tepat dari sebagian besar musik
populer terjadi dalam kaitan eratnya dengan lahirnya phonograph (gramopon,
pikap). Pada tahun 1900 phonograph dipasarkan secara luas untuk digunakan di
rumah-rumah di seluruh Eropa dan USA, pada tahun 1910 juga marak di dunia ke
19
20

Ibid, 1998
Ibid, 1998

Universitas Sumatera Utara

tiga. Seiring menyebarnya media, dampaknya pada musik dengan sendirinya
meningkat. Baik genre tradisional maupun genre modern yang direkam pada
discs(piringan hitam)–rentan terhadap batasan-batasan waktu. Studio sendiri
merupakan konteks pertunjukan baru, yang diisolasi dari audiens aktual.
Pertunjukan musik, yang direkam dan direproduksi sebagai objek suara
diasingkan dari pemusiknya, yang sering tidak memegang kendali atas
pengedarannya. Begitu pertunjukan musik menjadi komoditas yang bisa
diperjualbelikan dalam skala besar, dunia pertimbangan keuangan baru memasuki
praktek pembuatan musik. Sifat dialektik antara ekonomi dan estetika berubah
secara drastis. Satu kelas sosio ekonomi memantapkan kontrol keuangan sampai
tingkat yang tidak diperkirakan sebelumnya atas dunia musik, hampir setengah
rekaman yang terjual saat itu diproduksi oleh hanya lima perusahaan
multinasional (CBS, EMI, Polygram, WEA dan RCA) 21.
Dalam banyak kebudayaan, teknologi rekaman mempunyai dampak yang
dramatis pada kehidupan musik dalam periode singkat setelah peluncurannya.
Seiring dengan meningkatnya teknologi, perdagangan internasional pun
mengalami

peningkatan,

dan

minat

pada

phonograph

meningkat,

perusahaanperusahaan rekaman merambah sebagian besar ke dunia sedang
berkembang. Tidak banyak negara di mana rekaman tidak dipasarkan secara
luas22.
Walaupun radio mungkin bukan media massa pertama terbentuk di negara
tertentu, namun biasanya radiolah yang paling tersebar luas, secara umum
21
22

Ibid, 1998
Ibid, 1998

Universitas Sumatera Utara

menyebarluaskan lebih banyak musik kepada lebih banyak orang dari pada media
lain. Audiens siaran radio mungkin dibatasi di negara-negara miskin oleh biaya
kepemilikan, tetapi satu radio bisa melayani banyak pendengar. Misalnya di India,
sudah merupakan pemandangan umum di sebuah kota melihat puluhan atau lebih
pendengar berdiri di sekitar kios rokok atau buah pinang, sambil mendengar
dengan penuh perhatian transistor si pemilik kios 23.
Peranan sinema juga turut memberi kontribusi kepada pentingnya arti
sinema sebagai media untuk penyebarluasan musik populer. Daya tarik sinema,
dan

kemampuannya

menambah

semacam

dimensi

visual baru pada

musik, beberapa musik populer berkembang dengan hubungan yang erat dengan
sinema, selain musik film India, meliputi musik perkotaan Arab modern, tango,
dangdut Indonesia dan musik massa China 24.
Televisi bisa melengkapi atau, dalam sebagian kasus, menggantikan
penyebaran musik populer melalui sinema. Di Negara USA yang kaya, televisi
dideskripsikan sebagai “tangan budaya utama dari masyarakat Amerika”, di
negara yang belum maju, akses ke televisi mungkin terbatas pada kelas menengah
ke atas. Tetapi bahkan di Negara-negara sedang berkembang seperti Mesir,
televisi bersama radio bisa merupakan penyebarluasan utama 25.
Di Indonesia, ABRI melihat nilai strategis dari TVRI untuk lebih
menyebarluaskan proses pengintegrasian ABRI dan rakyat melalui hiburan musik.
Siaran ABRI pertama kali pada tanggal 10 Nopember 1966 yang diberi nama
Variate Show. Pada tahun 1967 nama Variate Show diganti menjadi Kamera Ria,
23

Ibid 1998
Ibid, 1998
25
Ibid,1998
24

Universitas Sumatera Utara

suatu acara hiburan musik yang diselingi dengan berita-berita ringan kegiatan
ABRI 26.
Video, merupakan media yang semakin luas untuk penyebarluasan musik
populer, terutama di Asia Selatan, di mana musik sedemikian sering tercakup
dalam musikal sinematik. Teknologi kaset, muncul akhir 1960-an, sama
revolusionernya dengan radio. Cassette player relatif murah daripada phonograph,
biaya yang potensial rendah dari produksi kaset 27.

3.3 Perkembangan musik barat di tanah Batak
Catatan awal missionaris menyebutkan bernyanyi himne (ende) atau
nyanyian jemaat, bermain harmonium dan penggunaan musik tiup (brass band)
memberikan informasi yang mendalam kepada misisonaris mengenai kepekaan
musikal orang-orang Batak sebelum bertemu dengan budaya Barat. Salah satu
sumber tersebut ditemukan dalam surat-surat dan jurnal dari missionaris Needham
sebagai berikut, setiap selasa malam Petrus (orang Kristen Batak Toba)
seorang guru laki-laki

memberikan pelajaran

bernyanyi kepada 40 orang

perempuan muda, semua perempuan muda yang lebih besar diajarkan suara alto,
dan selebihnya suara sopran, dia (Petrus) mengajarkan itu semua tanpa
bantuan instrumen apapun. Sejauh ini, mereka tahu apa itu menyanyi keras
dan lembut, telinga yang benar, tetapi tidak ada perasaan28.

26

Muhammad Mulyadi. “Industri Musik Indonesia”: Suatu Sejarah. Jakarta, 2009.
Peter Manuel. Popular Musics of the Non-Western World. New York, Oxford University Press, 1988
28
Wiiliam Robert Hodges Jr, Replacing Lament, Becoming Hymns): The Changing Voice Of Grief In PreFuneral Wakes Of Protentant Toba Batak (North Sumatra, Indonesia). A Dissertation submitted in partial
27

satisfaction of the requirements for the degree Doctor of Philosophy in Music, Unniversity of
California Santa Barbara, 2009: 149-151.

Universitas Sumatera Utara

Needham juga mengatakan selama perjalanan darat ke Pansur Napitu ia
berhenti di Pea Raja (kantor pusat HKBP sekarang), ia mendengar musik tiup
memainkan nyanyian jemaat dan kerumunan orang Kristen pribumi yang
berkumpul untuk menerima kami. Needham juga mengungkapkan sesuatu dari
sikap missionaris mengenai kemampuan musik orang-orang Batak Toba kapasitas
musik orang-orang Batak Toba sangat luar biasa, mengingat mereka tidak pernah
menggunakan not sampai bangsa Eropa datang.
Di tempat lain ia menulis, Bartimeus dan Konrad (guru Batak
Toba), dengan 28 pria, 12 orang diantaranya anak-anak baru, masuk ke dalam
ruangan dan menyanyikan 2 lagu jemaat untuk natal, dan itu benar-benar indah
mendengar nyanyian kisah kelahiran Yesus dengan hati, dan indah, mengingat
tiga bulan lalu mereka tidak pernah mendengan nyanyian itu 29.
Usere Batakkirche eine singende Kirche ist, artinya: “kami gereja Batak
adalah gereja yang bernyanyi” adalah ekpresi yang sering digunakan para
missionaris RMG ketika menggambarkan keberhasilan mereka bekerja diantara
orang-orang Batak Toba dan tradisi gereja yang berkembang. Quentmeier
menyatakan

missionaris

Nommensen

dan

Johannsen

yang

pertama

memperkenalkan choralesatau nyanyian jemaat protestan kepada orang-orang
Batak yang baru masuk Kristen. Awalnya Sembilan nyanyian jemaat yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Batak Toba untuk dinyanyikan, hal ini terjadi
antara 1860-an atau awal 1870-an 30.

29
30

Ibid, 2009
Ibid, 2009

Universitas Sumatera Utara

Nyanyian jemaat berikutnya koleksi 90 nyanyian jemaat tanpa notasi yang
datang melalui korespondensi pribadi dengan Apelt, berjudul Ende-ende

ni

Halak Kristen na di Tanobatak Angka na morhatatoba (nyanyian jemaat Kristen
di Tanah Batak berbahasa Toba). Nyanyian jemaat berikutnya adalah tahun 1901
berisi teks nyanyian jemaat berjumlah 278 yang diedit oleh Meerwaldt. Tahun
1923 oleh Meerwaldt juga mengedit kembali dengan tambahan 53 nyanyian
jemaat (meskipun tanpa notasi).
Akhirnya, tahun 1935 versi baru nyanyian jemaat dicetak di Laguboti
(RMG telah mendirikan percetakan) berjumlah 375 dengan notasi dengan judul
buku Boekoe Ende ni Halak Kristen na di Tano Batak (Buku Lagu Orang
Kristen di Tanah Batak). Awalnya buku nyanyian jemaat ini dicetak sebanyak
6.000 eksemplar habis terjual, Quentmeier mengatakan dua tahun kemudian
10.000 eksemplar dicetak dalam rangka untuk memenuhi permintaan.
Sistem notasi dari buku nyanyian yang sudah disebutkan di atas, saat ini
menggunakan sistem not balok dan not angka. Tidak ada catatan yang mana dari
ke dua notasi diatas yang lebih duluan digunakan. Orang-orang Kristen Batak
lebih akrab dengan sistem notasi angka dibandingkan dengan notasi balok,
menunjukan ada kemungkinan bahwa sistem notasi angka telah lebih awal
digunakan di kalangan orang-orang Batak Protestan. Sistem not angka adalah
yang paling umum digunakan untuk nyanyian jemaat dan belajar koor.
Catatan sejarah menunjukkan dengan jelas bahwa missionaris Jerman
memperkenalkan juga musik tiup (brass band) dan organ pompa (poti marende)
tahun 1880an yang ke duanya menggunakan sistem notasi balok. Dalam semua

Universitas Sumatera Utara

kemungkinan ke dua sistem diperkenalkan di sekitar waktu yang sama tetapi
dikembangkan secara mandiri dalam situasi konteks yang spesifik.
Nyanyian jemaat tersebut sangat banyak memainkan peranan penting
dalam penciptaan dan pemeliharaan rasa identitas agama dan budaya, seperti
yang berkembang dan dinyatakan tidak hanya dalam konteks ibadah Kristen tetapi
juga dalam kehidupan sehari-hari nyanyian jemaat digunakan dalam perayaan
seperti hari ulang tahun, perkawinan, migrasi, pindah tempat atau memasuki
rumah baru, tahun baru, panen produktif dan dinyanyikan sehari-hari sebagai
hiburan terhadap diri sendiri dan lain-lain di dalam maupun di luar gereja.
Koor atau paduan suara juga menjadi ekspresi nyata dari masyarakat
Batak. Di gereja HKBP misalnya koor jemaat diatur sedemikian rupa berdasarkan
tata ibadah gereja. Koor dipimpin oleh seorang dirigen koor yang dipilih dan
diangkat oleh kumpulan koor tersebut, dan diawasi oleh pendeta beserta guru
jemaat (guru huria). Pada saat kebaktian minggu di HKBP jemaat setidaknya
menyanyikan nyanyian jemaat 7 lagu jemaat, koor-koor dikumandang oleh
kelompok koor yaitu: koor ama (koor bapak-bapak), koor ina (koor ibu-ibu), koor
naposobulung (koor orang muda yang belum berkeluarga), koor gabungan (koor
gabungan dari beberapa sektor yang ada pada sebuah gereja tersebut).
Musik tiup (brass band), selain penjelasan di atas, instrumen musik tiup
yang awal hanya terdiri dari sebuah trumpet, yang digunakan untuk mengiringi
kebaktian di gereja yang dimainkan oleh Johannsen (putra Nommensen) di Pea
Raja Tarutung. Karena kuatnya minat, kemampuan dan ekspresi orang Batak

Universitas Sumatera Utara

Toba dalam bermusik, jumlah instrumen tiup itu ditingkatkan jumlahnya menjadi
empat buah, setidaknya menjadi sebuah ensambel musik tiup.
Dalam hal repertoar (buku musik) yang awal mengacu kepada buku musik
(buku logu yang bernotasi balok) untuk organ pompa, yang digunakan dalam
mempelajari notasi

balok dan

mengiringi nyanyian

jemaat. Berdasarkan

keterangan di atas, ensambel musik tiup ini juga mengiringi nyanyian jemaat
setiap kebaktian minggu di gereja Pea Raja pada masa itu.
Pada era pendudukan Jepang, musik tiup selain digunakan untuk kegiatan
gereja juga digunakan mengiringi kegiatan-kegiatan para militer Jepang yang
hendak berperang, dengan iringan musik tiup maka semangat para tentara
semakin meningkat. Instrumen musik tiup ini bukan berasal dari gereja, tetapi
dibawah oleh militer Jepang. Pada saat pasar malam di sekitar Balige, militer
Jepang menggelar musik tiup sebagai hiburan, para pemain musik tiup yang
terlibat diberi honorarium oleh pihak Jepang, saat itu fungsi ensanbel tiup
diperluas menjadi bagian dari hiburan di luar gereja 31.
Ada juga ensambel musik tiup yang didirikan secara komersial tahun 1952
di Balige oleh pengusaha toko emas, dinamakan Surabaya Musik dan menyusul
Bethesda Musik dengan mengambil nama kelompok Mannen Koor (paduan suara
bapak-bapak) Bethesda di HKBP Balige 32.

31

Teddy Jaya Simanjuntak. “Respon Masyarakat Batak Toba Atas Masuknya Instrumen Saksofon
Dalam Lagu-Lagu Populer Batak Toba. Medan, skripsi Fakultas Bahasa dan Seni Univ HKBP
Nommensen, 2004
32
Monang Asi Sianturi, “Ensembel Musik Tiup Pada Upacara Adat Batak Toba, Analisis
Perubahan Struktur Penyajian dan Repertoar Musik”, Medan. Tesis S2 Prodi Penciptaan dan
Pengkajian Seni USU 2012

Universitas Sumatera Utara

Akhirnya ensambel musik tiup Tambunan yang di Balige merambah ke
kota Medan untuk mengiringi acara adat. Di Medan juga sudah ada ensambel
musik tiup mengiringi acara kematian, khusus untuk lagu-lagu rohani yang terdiri
dari pegawai kepolisian. Ensambel ini disebut dengan Korps Musik Brimob
asuhan Detasemen Mobil Kepolisisan Sumatera Utara, sekitar tahun 1978-1986.
Sejak berdirinya musik tiup di kota Medan, komposisi instrumen terdiri
dari: trumpet sopran, trumpet tenor, trombone, tuba, bassoon dan saxsophone
(yang menyusul kemudian). Tahun 1990, Immanuel Musik membuat perubahan
dengan menyertakan gitar bas sebagai pengganti bassoon atau tuba dengan
dengan pemakaian amplifier.

3.4 Musik populer Batak Toba
Musik merupakan bagian dari kebudayaan atau setiap kebudayaan
memiliki musik. Musik adalah bagiandari kebudayan yang dapat mencerminkan
aspek sosial kemasyarakatan, karena musikadalah perilaku sosial yang kompleks
dan universal. Dikatakan seperti itu, karena musik mampu mengekspresikan
berbagai hal yang terjadi dalam sistem sosial dan mempunyai fungsi yang sangat
luas. Contohnya musik yang diadakan untuk menghibur masyarakat seperti pada
festival, konser, atau pergelaran, untuk upacara pernikahan, untuk upacara yang
bersifar ritual, hiburan dan lain-lain, tergantung kepada konteks penyajian dan
jenis musik yang disajikan dan dibutuhkan.
Seiring dengan perkembangan musik saat ini, jenis musik yang sangat
pesat perkembangannya adalah jenis musik populer. Musik populer dapat

Universitas Sumatera Utara

berkembang dengan pesat karena diminati dan dimengerti oleh masyarakat dari
berbagai tingkatansosial misalnya dari kalangan bawah sampai kalangan atas
khususnya generasi muda. Selain diminati dan dimengerti, segala sesuatu yang
berhubungan dengan musik populer dapat dengan cepat menyebar luas ditengahtengah masyarakat, yang menyebarluaskannya melalui media seperti radio,
televisi, surat kabar, majalah, dan lain-lain.
Istilah populer berhubungan dengan musik rakyat, foklor atau lagu rakyat
yang dinyanyikan, diterima oleh sekelompok masyarakat dan merupakan
nyanyian yang disukai oleh masyarakat tersebut. Lagu pop, jenis lagu yang
sedang dan paling populer di masyarakat pada suatu priode tertentu. Biasanya
akrab dengan dunia remaja dan cepat menyesuaikan diri dengan perkembangan
teknologi.
Mungkin dari segi keetnisan “musik populer” masa kini yaitu musik
pop/rock tidak dapat disebut folklor ,karena musik popoler merupakan karya
musik yang diciptakan oleh seorang atau sekelompok orang yang kemudian karya
musik tersebut dikenal masyarakat melalui media massa, baik itu media cetak atau
media elektronik secara tidak terbatas pada satu kelompok masyarakat. Budaya
massa atau budaya populer adalah kebudayaan yang didukung oleh masyarakat
secara umum, dan biasanya berkaitan erat dengan teknologi dan waktu
kontemporer, yangtermasuk salah satu budaya populer adalah musik etnik daerah,
yang dalam kasus kajian ini adalah budaya musik pupuler Batak Toba.
Perubahan pada perkembangan zamanmerupakan bagian dari sejarah
munculnya budaya musik populer Batak Toba, dengan berinteraksinya musik

Universitas Sumatera Utara

tradisional Batak Toba dengan musik Barat, berinteraksi melalui masuknya
lembaga Gereja. Munculnya budaya musik populer Batak Toba mempunyai
berbagai fungsi seperti hiburan, inkulturasi budaya, ekonomi, estetika dan lainlainnya.
Salah satu jenis musik populer daerah (secara umum) disebut “pop
daerah”. Musik ini merupakan versi daerah (regional) dari musik pop indonesia.
Musik pop daerah dekat (dan kadang-kadang sama) dengan pop Indonesia dari
segi melodi, harmoni,instrumentasi dasar, dan sebagainya. Disebut sebagai musik
“ pop daerah “ yang berasal dari daerah tertentu bukan disebut sebagai “pop
indonesia” justru karena musiknya menggunakan bahasa lokal dan kadang-kadang
menggunakan instrumen atau timbre yang dianggap khas daerah tersebut.
Musik populer Batak Toba adalah musik yang tumbuh dan berkembang
ditengah-tengah masyarakat Batak Toba. Lirik lagunya menggunakan bahasa
Batak Toba dan perpaduan dua ensambel antara musik tradisi Batak Toba dan
musik Barat atau mencakup musik tradisional dan musik populer. Dalam
perkembangannya dibantu oleh berbagai media massa.
Pada masa sekarang ini struktur musik populer Batak Toba cenderung
menggunakan tangga-tangga nada diatonik Barat, dengan menggunakan lirik lagu
atau syair dalam daerah Batak Toba. Juga perpaduan antara dua ensambel antara
musik tradisi Batak Toba dan musik Barat. Pengaruh musik Barat diadopsi
sedikit-banyaknya mempengaruhi musik Batak Toba, sehingga menimbulkan
istilah-istilah atau identitas sendiri pada musik populer Batak Toba.

Universitas Sumatera Utara

Seiring dengan perkembangan musik populer Batak Toba , maka terjadi
kecenderungan usaha untuk menggunakan gendre atau gaya-gaya musik yang
sedang digemari masyarakat sekarang. Penggunaan musik populer yang lazim
misalnya: pop,rock,disco,jazz,country, dangdut dan lain-lain, dapat dilihat dari
jenis penjualan kaset di toko-toko kaset. Kaset-kaset musik populer Batak Toba
diproduksi dengan berbagai gaya musik.
Perubahan musik tradisional Batak Toba terjadi sejak masuknya agama
Kristen ke tanah Batak, semenjak kedatangan misionaris asal Jerman yang
bernama I.L. Nomensen tepatnya pada tanggal 7 November 1863 kedaerah
Silindung. Kedatangan misionaris-misionaris khususnya I.L. Nomensen yang
sukses menyebarkan agama Kristen, berdampak pada masyarakat Batak Toba
yang sudah menganut agama Kristen. Mereka mulai menyanyikan lagu-lagu
gereja. Hingga sekarang sudah banyak lagu-lagu gereja yang diterjemahkan
kedalam bahasa Indonesia melalui buku-buku nyanyian rohani. Di antaranya
Chorale Jerman yang berjudul Ein Feste Burg ciptaan Martin Luther, pada tahun
1525. Pada bagian lampiran 3, lagu Ein Feste Burg telah diaransir kembali oleh
J.S Bach pada tahun 1716 yang kemudian diterjemahkan pada buku
KidungJemaat, yang berjudul Allahmu benteng yang teguh, yang juga terdapat
dalam bahasa Batak Toba , pada buku ende yang berjudul Ende Taringot tu
Harajaon ni Debata.
Perubahan sektor agama ini , sedikit-banyaknya mempengaruhi musik
tradisi masyarakat Batak Toba. Dalam musik Batak Toba pengaruh tersebut mulai
tampak adanya perubahan gaya disebabkan oleh pengaruh dari lagu-lagu gerejani

Universitas Sumatera Utara

yang menggunakan harmoni sistem Barat yaitu lagu-lagu gereja pada iringan
musik saat kebaktian yang menggunakan melodi Barat. Hal ini dikarenakan para
misionaris lebih menekankan pendidikan melalui musik karena mereka
menganggap orang Batak terkenal suka nyanyian, seiring perkembangannya
kemudian dengan menggunakan lirik lagunya dalam bahasa Batak Toba. Sistem
harmoni Barat itu dibawa oleh para misionaris kedalam gereja Batak yang di
adopsi masyarakat Batak Toba hingga muncul dalam lagu Batak Toba yang
wilayah nadanya sudah mulai

berkembang. Yang didukung oleh pendapat

Hodges bahwa kristenisasi, urbanisasi,modernisasi dikalangan orang Batak Toba
lebih kurang terjadi secara bersamaan dengan kecepatan yang luar biasa.
Perubahan pada musik Batak Toba mengalami perkembangan baik pada
istrumen vocal dan instrumental yang juga disesuaikan dengan perkembangan
zaman. Penggunaan instrumen yang modern seperti instrumen gitar, keyboard
memungkinkan pencipta, penikmat dan pemain musik Batak Toba menikmati dari
apa yang dikatakan modernisasi musik Batak Toba. Hal ini didukung dengan
pernyataan Karl Edmund mengatakan bahwa dalam suku Batak Toba umumnya
musik tradisional berhubungan dengan gondang, yang artinya merupakan iringan
tari (tortor). Sedangkan lagu daerah Batak Toba sudah sedikit menjauh dari pola
ini dan barbaur Barat.
Masuknya kebudayaan modern besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan
musik Batak Toba. Seni populer dalam keadaan tertentu, membuat perubahan
pada bentuk asli seni tradisional dengan berbagai cara: ada yang muncul sebagai
tiruan dan kontinuitas dari seni tradisional, ada pula yang muncul dalam bentuk

Universitas Sumatera Utara

baru,

seperti

pada

musik

populer

Batak

Toba.

Ada

beberapa

yang

menggabungkan atau memasukkan unsur musik tradisional, dan tidak jarang pula
muncul dalam bentuk baru atau hasil kreativitas. Pda umumnya setelah pengaruh
adanya persinggungan dengan budaya musik Barat, berbagai elemen baru ini
masuk kedalam musik populer Batak Toba. Perkembangan sistem komunikasi
mengambil peran, sehingga seni dapat tersebar dengan meluas dinikmati dan
diminati. Setelah ditemukannya media komunikasi seperti radio, televisi, internet,
dan peran industri musik populer maka seni musik populer Batak Toba meluas
persebarannya. Bahkan seni ini sudah diminati baik oleh masyarakat Batak Toba
yang juga turut mendukung keberadannya atau minimal sebagai peminat musik
populer Batak Toba.
Perkembangan dari sektor teknologi tentunya berimbas pada perubahan
musik Batak Toba. Terutama sejak hadirnya radio siaran yang resmi berdiri
tanggal 16 juni 1925 di Batavia (sekarang Jakarta). sejak masuknya radio di
Indonesia yang merupakan titik awal perkembangan musik populer Batak Toba.
Berbagai Jenis irama yang disiarkan melalui siaran radio yang tentunya
menghadirkan motivasi bagi pemusik Batak Toba untuk membuat musik Batak
Toba menjadi sesuatu yang baru. Para pemusik ini sering mendengar berbagai
macam jenis irama seperti : chacha, jazz, rumba, waltz, tango, seriosa, keroncong,
dan lain-lain. Dampaknya irama ini diterapkan dalam praktik musik popular Batak
Toba. Itu juga suatu kesempatan untuk memperkenalkan lagu-lagu Batak Toba
kepada masyarakat di tanah air khususnya masyarakat Batak Toba.

Universitas Sumatera Utara

Pada masa ini di kota Medan, lagu-lagu Batak yang mulai diperdengarkan
melalui radio, dimana untuk pertama kalinya muncul pada tanggal 10 Januari
1939 yang dimainkan oleh musik band Batak Hawaii Tapiannauli pimpinan
F.Toenggoel Hutabarat akan tetapi tidak ada keterangan yang pasti tentang musik
apa yang disiarkan pertama kali. Pada masa ini musikpopuler Batak Toba mulai
diperdengarkan di radio, yang pada awalnya direkam pada bentuk piringan hitam,
adalah karya –karya Romulus Lumbantobing(ayah dari Gordon Lumbantobing).
Dialah orang Batak yang pertama merekam lagu-lagunya ke dalam piringan
hitam.
Nama-nama seperti Nahum Situmorang dengan lagunya Sitogol, Alusi Au
dan Lissoi, Siddik Sitompul (Sdis) O Tano Batak, Ismail Hutajulu, Marihot
Hutabarat Dago Inang Sarge, Cornel Simanjuntak O Ale Alogo adalah komponis
Batak Toba dari era 1940-an. Mereka dianggap sebagai pelopor lagu populer
Batak Toba. Sebagian besar musik mereka memiliki struktur melodi dan harmoni
musik Barat. Kebanyakan syair pada lagu-lagu mereka disusun dalam bahasa
Batak Toba yang disebut dengan gaya Tapanoeli Modern. Hal ini dapat dilihat
dari lagu yang berjudul Lissoi, lagu ini digarap oleh Nahum Situmorang dalam
irama Waltz dengan metrum ¾ yang pada musik klasik Barat, meter

3/4

disebut

sebagai irama Waltz.
3.5 Perkembangan lagu populer Batak Toba karya Dakka Hutagalung
mulai tahun 1970 sampai sekarang
Munculnya siaran radio di Indonesia pada tahun 1925, dapat dikatakan
masyarakat negeri ini mulai mengenal industri musik modern. Disiarkannya

Universitas Sumatera Utara

musik keroncong, lagu Melayu, orkes gambus, gaya Hawaiian dan lain-lain dapat
didengar oleh lapisan masyarakat luas. Pendengar siaran radio juga terkena imbas
gaya musik populer dari belahan dunia lain terutama Eropa, Amerika, Amerika
Latin dan Caribia 33. Satu reputasi yang membanggakan bagi orang-orang Batak
turut sertanya Nahum Situmorang dalam barisan Perintis Kemerdekaan sebagai
anggota Kongres Pemuda pada tahun 1928 dan mengikuti sayembara untuk
menciptakan

lagu

Kebangsaan.

Meskipun

sebagai

pemenang

ke

dua

(dimenangkan W.R . Supratman) tetapi prestasi tersebut cukup membuat harum
nama orang-orang Batak dalam musik dan juga sebagai motivator terhadap
pemusik-pemusik orang Batak yang lainya

untuk mencipta, bernyanyi dan

bermain musik 34. Tidak hanya sebatas sayembara tingkat Nasional, Nahum
Situmorang di tingkat daerah juga berperan sangat aktif. Nahum sering mengikuti
sayembara/perlombaan yang diselenggarakan di Medan, hal ini dibuktikannya
dengan memenangkan sayembara Sumatera Keroncong Concours tahun 1936 di
Medan 35.
Beberapa lagu Batak yang sudah diciptakan pada masa ini adalah Tumba
Goreng salah satu lagu yang terkenal dari Nahum diciptakannya pada tahun 1932,
yang dipimpin oleh Raja Buntal Sinambela. Sabatolang (Sipirok 6 Februari
1939), Tung Sega Do (Laguboti 10 Desember 1939) ciptaan dari Ismail Hutajulu.
Masa itu pada situasi yang lain pencipta dan pemusik orang-orang Batak
semakin menunjukkan kinerjanya dalam musik. Beberapa tokoh orang Batak yang

33

Ibid, 2009
Nahum’s Songs. Kumpulan Lagu Tapanuli Modern Ciptaan Nahum Situmorang. Jakarta,
Yayasan Pewaris Nahum Situmorang, 1994
35
Ibid, 1994
34

Universitas Sumatera Utara

lain aktif membina permainan musik di luar kota Medan adalah Ismail Hutajulu
(pencipta lagu- lagu Tapanuli). Ismail Hutajulu dan Adian Silalahi membawa
seperangkat instrumen musik tiup ke desa Tambunan Balige. Adian Silalahi
kemudian mengumpulkan beberapa pemuda untuk dibina dan dididik memainkan
instrumen musik tiup di kedai-kedai kopi dan di rumah kediaman penduduk
secara non formal. Menyaksikan binaan dan didikan tersebut, maka seorang
penduduk di desa Tambunan memberikan seperangkat instrumen tiup yang dibeli
dari Amerika. Akhirnya dibentuklah ensambel tiup di desa ini, yang sering
difungsikan sebagai mengiringi kebaktian di gereja dan hiburan untuk berbagai
kegiatan seperti pertandingan olah raga antar desa atau kecamatan. Anggota dari
ensambel musik tiup ini terdiri dari para pemuda, orang tua36.
Sejak hadirnya Ismail Hutajulu dan Adian Silalahi, ensambel musik tiup
di desa Tambunan lebih hidup khususnya di luar gereja pada kegiatan pesta
perkawinan. Pemakaian partitur dalam membaca notasi balok sangat ditekankan
kepada semua pemain musik. Tetapi Adian Silalahi juga mengajarkan beberapa
lagu rakyat yang dihafal oleh setiap pemain untuk kebutuhan acara-acara
hiburan 37.
Sementara itu Romulus Lumbantobing pada tahun 1936 mengadakan
perjalanan ke Singapura dan bandnya yang baru Hot Stompers, merekam 40
lagu-lagu keroncong diatas piringan hitam dan terjual di seluruh Indonesia.

36

Teddy Jaya Simanjuntak. “Respon Masyarakat Batak Toba Atas Masuknya Instrumen Saksofon
Dalam Lagu-Lagu Populer Batak Toba. Medan, skripsi Fakultas Bahasa dan Seni Univ HKBP
Nommensen, 2004
37
Monang Asi Sianturi, “Ensembel Musik Tiup Pada Upacara Adat Batak Toba, Analisis
Perubahan Struktur Penyajian dan Repertoar Musik”, Medan. Tesis S2 Prodi Penciptaan dan
Pengkajian Seni USU 2012

Universitas Sumatera Utara

Setelah perjalanannya dari

Singapura ia kembali ke Medan dan membentuk

band namanya Jolly Syncopators dengan gaya Hawaiian dimana para pemain
musiknya terdiri dari musisi orang-orang Batak yang tampil di sekitar Medan
selama beberapa tahun.
Tokoh lain yang juga aktif pada dekade ini adalah Taralamsyah Saragih
(1918-1993), beliau aktif di dunia seni suara dan tari. Ia menjadi pemimpin
kelompok musik Siantar Hawaiian Band dan orkes keroncong (1936-1941) di
kota Pematang Siantar. Berhasil merekam 6 piringan hitam (Odeon) berisikan
lagu-lagu daerah Simalungun dan Karo.
Tahun 1939 siaran radio 38 dimulai di kota Medan, band Batak Hawaiian
Tapiannaoeli pimpinan F. Toenggoel Hutabarat untuk pertama kali disiarkan 39.
Catatan ini tidak menerangkan tentang musik apa yang dimainkan mereka,
tetapi

berdasarkan

nama

band

yang

digunakan

kemungkinan

mereka

membawakan lagu-lagu bergaya Hawaiian, k eroncong atau musik yang sejenis.
Pada masa 1940-an lagu-lagu perjuangan seperti Butet, Mariam Tomong,
Erkata Bedil, Piso Surit, Inang Sarge dan sebagainya adalah lagu-lagu yang
populer pada masa itu di Sumatera Utara dan khususnya di Medan. Lagu

38

Radio adalah medium terpenting untuk penyebarluasan rekaman musik populer pada 1930-an.
Lagu Melayu yang direkam dan disiarkan di radio didominasi oleh tiga jenis orkes utama dekade
1930-an: orkes harmonium, orkes gambus, dan orkes Melayu. Musisi tiga jenis orkes ini berperan
membangun fondasi dangdut, sementara musisi pop (populer Barat), langgam (populer daerah),
keroncong (group musik dawai), lagu-lagu Tapanuli atau ensambel-ensambel regional Melayu
apapun, cenderung tidak begitu aktif dalam dangdut (Weintraub, 2012: 39-40).
39
Ivo Panggabean. “Musik Populer Batak-Toba Suatu Observasi Musikologi-Discografis” skripsi
S1, Medan. Fakultas Kesenian Universitas HKBP Nommensen, 1994.

Universitas Sumatera Utara

Butet juga sering dinyanyikan Gesang dan groupnya Bintang Surabaya pada
saatsaat bernyanyi keliling di pulau Jawa40.
Sementara itu

lagu-lagu populer Batak ciptaan komponis Nahum

Situmorang dan nyanyian Karo ciptaan Jaga Depari mulai populer, dan banyak
menarik perhatian komponis Cornel Simanjuntak yang banyak menciptakan lagu
lagu perjuangan, selalu diperingati dengan menampilkan ciptaan-ciptaanny. Suatu
hal yang menarik dengan Nahum pada dekade ini, lagu perjuangannya yang
berjudul Gyugun Laskar Rakyat yang diciptakannya pada tahun 1944 melodinya
disadur menjadi lagu Hallo-Hallo Bandung.
Dapat disebutkan di sini pencipta utama lagu-lagu populer Batak dekade
1940-1950 adalah Sidik Sitompul (1904-1974) (populer dikenal S Dis), Nahum
Situmorang (1908-1969), Ismail Hutajulu, Cornel Simanjuntak (1920-1946),
Taralamsyah Saragi (1918-1993). Masa ini juga ditandai dengan pergolakan dan
perubahan sosial politik yang luar biasa termasuk perang dunia ke dua,
pendudukan Jepang di Indonesia, deklarasi kemerdekaan 1945 dari Belanda dan
perang kemerdekaan.
Dapat dikatakan juga masa 1940-1960 ini sebagai masa-masa awal yang
sangat aktif dari penciptaan dari lagu-lagu populer Batak. Beberapa lagu-lagu
populer Batak dari Ismail Hutajulu yang dikenal oleh orang-orang Batak pada
masa itu antara lain; Tillo-Tillo (Balige 2 September 1942), Pamola-Mola (Balige
4 September 1943), Mangoli Ahu (Parongil 12 Juni 1942), Lungun (Sumbul 5
Oktober 1942), Ala Tipang (3 Maret 1942), Di Duda Sega (5 Maret 1942), Di
40

IzHarry Agusjaya Moenzir. Gesang, Mengalir Meluap Sampai Jauh, Jakarta. PT Gramedia
Pustaka Utama, 2010: 89

Universitas Sumatera Utara

Gotap Ho (Sidikalang 17 April 1942) 41, We Radja Doli (Sidikalang 2 September
1942)127. Pada saat ini juga Taralamsyah Saragih menjadi pemimpin kelompok
musik Siantar Geki (1942-1946), membantu musik tentara Kutaraja (19491951) 42.
Pada dekade ini muncul Gordon Tobing (1925-1993), seorang tokoh yang
sangat aktif dalam dunia musik, yang kemudian akan membawa harum nama
bangsa Indonesia pada masa 1950-an di dunia lewat suarannya. Gordon Tobing
sebagai vokalis sangat terkenal, yang mulai naik pentas pada permulaan tahun
1940-an, khususnya dalam memperkenalkan lagu-lagu rakyat Indonesia dan lagu
lagu Batak, sejak masa mudanya sudah yakin bahwa lagu-lagu rakyat tetap dapat
bertahan dan tetap dapat diterima serta dinikmati bilamana aransemennya dapat
disesuaikan dengan zamannya 43.
Setelah Kemerdekaan Indonesia, keberadaan musik tiup di Balige yang
dibina ole Ismail Hutajulu dan Adian Silalahi semakin berkembang dan diperluas
untuk seni pertunjukan opera. Para pemain opera dengan pemain musik tiup
bekerja sama menyelaraskan iringan untuk lagu rakyat. Ensambel tiup dianggap
sebagai pengiring permainan musik tradisi untuk mengiringi jalannya cerita-cerita
rakyat yang dibawakan. Instrumen yang dimainkan dalam ensambel musik tiup
ini terdiri dari trumpet sopran dan alto (sistem klep), trombone bariton dan
trombone tenor, tuba, bassoon dan bass drum double headed. Sejak kehadiran
Ismail Hutajulu dan Adian Silalahi ensambel musik tiup ini semakin menuju

41

Kumpulan Lagu-Lagu Batak Jilid I, 2005
geoogle. Com, 2013.
43
Media Record.
42

Universitas Sumatera Utara

professional yang diberi nama Verenighing Music Silalahi yang berlokasi di desa
Tambunan44.
Pencipta musik populer Batak pada tahun 1950-an semakin meningkat.
Masa paling aktif dari Nahum Situmorang menciptakan lagu-lagunya, sampai
dengan tahun 1960 ada sekitar kurang lebih 100 judul lagu-lagu Batak yang
diciptakannya, beberapa diantaranya yang dikenal oleh masyarakat adalah Andor
Gotillo, Ansideng-Ansideng, Borhat Ma Si Doli Tu Luat Na Dao, Bulan
Pardomuan, Dengke Julung-Julung, Di Ingot Ho Dope, Dorma Sijunde Do
Sihabiaran, Endengkon Di Radio Bege, Ee.. Dang Maila Ho, Indot Do Pahu,
Napinalu Tulila, Nunga Lao Nunga Lao, O Doli-Doli, Partungkang dan lain
lain 45.
Demikian juga dengan Ismail Hutajulu, ada sekitar 32 judul lagu yang
diciptakannya pada masa tersebut. Sedangkan Taralamsyah Saragih dari datadata yang dapat dikumpulkan oleh penulis telah menciptakan lagu-lagu Batak
dalam bahasa sub-suku Simalungun antara lain; Eta Mangalap Boru, Parmaluan,
Hiranan,

Inggou Parlajang, Tarluda, Parsonduk Dua, Padan Na, So

Suhun,Tading Maetek, Parmuhunan, Paima Na So Saud, Sihala Sitaromtom,
Sanggulung Balunbalun, Ririd Panonggor, Marsalop Ari, Munguti Namatua,
Pindah-Pindah, Inggou Mariah, Huhur Marsirahutan, Poldung Sirotap, Padan,