Analisa Struktur Musik, Makna Teks Dan Tema Lagu Pop Batak Karya Dakka Hutagalung

BAB II
KESENIAN PADA MASYARAKAT BATAK TOBA

2.1 Kesenian masyarakat Batak Toba
Kesenian masyarakat Batak Toba meliputi seni tari dan seni suara, seni
rupa, seni sastra, dan seni musik meliputi vokal dan jenis alat musik tradisional
Batak Toba. Kemudian ensambel Gondang Sabangunan dan ensambel Gondang
Hasapi.
2.1.1 Seni tari dan seni suara
Pada masyarakat Batak Toba ada dua kata yang dapat dianalogikan
dengan istilah tari,
a. Tumba, yaitu suatu tarian bagi anak remaja, biasanya dilakukan malam
hari di halaman desa, dan peristiwanya terlepas dari konteks upacara.
Tumba mirip dengan Joting tetapi semua pemainnya berdiri dan
menari bergerak seragam sambil bernyanyi. Gerakannya didominasi
gerakan tortor, tetapi ada kombinasi gerakan hentakan kaki dan
mengayun disertai menepuk lutut dengan kedua tangan dilanjutkan
dengan bertepuk tangan. Paduan gerak dan nyanyian ini disebut
Tumbas. Sementara dalam syair lagunya ada kata Tumba. Tumba
adalah syairnya, embas adalah gerakannya. Pemakaian kata Tumba
dipopulerkan karena embas tortor Batak semakin dihilangkan dan

telah didominasi budaya Joged Melayu.

Universitas Sumatera Utara

b. Tortor, yang dilakukan dalam setiap upacara dengan iringan gondang
sabangunan, secara umum terlihat seperti hiburan. Akan tetapi dalam
pemikiran yang asli, kedudukan tortor bagi masyarakat Batak Toba
tidaklah merupakan suatu seni hiburan. Pastor A.B. Sinaga menuliskan:
Pada mulanya tortor bukanlah peragaan keindahan estetis melainkan
suatu lembah kepada Pengada adikdrati... Tortor asli Batak bersifat
sakral dan merupakan pujaan kepada Sang Maha Tinggi ( Sinaga,
1997:16-19).
Dalam pelaksanaannya pola gerak tortor dapat dibagi atas dua bagian:
• Tortor hatopan, suatu pola gerak yang sudah baku dalam setiap
upacara. Antara pria dan wanita memiliki pola-pola tersendiri.
Gerakan ini biasanya dilakukan pada setiap penari melakukan
gerakan yang sama, menurut pola-pola yang telah baku.
• Tortor Hapunjungan, tortor yang dilakukan sesuai dengan konteks
upacaranya. Dengan kata lain, fungsi tortor ini berhubungan
dengan upacara tersebut. Tortor ini dilakukan secara pribadi atau

sekelompok orang yang memiliki motivasi serupa misalnya tortor
untuk kaum muda, atau tortor dalam acara sukacita, tetapi
memiliki gerakan yang relatif bebas, setiap penari bebas
melakukan gerakan yang sesuai dengan ekspresinya sepanjang
masih mengikuti ritme. Secara umum dapat dikatakan bahwa bagi
masyarakat Batak Toba, tortor sangat individual sekali, walaupun

Universitas Sumatera Utara

dalam tortor Batak yang asli sebenarnya terdapat pola gerakan
yang harus dipatuhi, tetapi seringkali mereka mengabaikan hal ini.
Ada beberapa jenis lagu di masyarakat batak diantararanya sebagai berikut:
1. Joting
Joting adalah seni suara dengan syair yang beraturan dipadukan
dengan gerakan yang seragam. Permainan Joting biasanya ramai
pada saat bulan purnama usai panen raya. Dalam menyanyikan joting
seseorang bernyanyi dan diikuti banyak suara (respinsorial).
2. Andung
Andung adalah ratapan bernuansa kesedihan. Bila tangisannya diiringi
dengan suara menggelegar dengan hempasan tubuh sembarang

disebut dengan “angguk bobar”.
3. Oing
Oing mirip dengan nyanyian sinden Jawa. Oing kebanyakan
mengutarakan suka duka dan pengharapan, biasanya dinyanyikan
perlahan dan dalam kesendirian.
4. Dideng
Dideng adalah seni suara bernuansa sanjungan dan motivasi kepada
seseorang. Seorang bayi dipangku dan diayun perlahan disebut
“mandidang” dan kadang diiringi nyanyian meninabobokan.
5. Doding
Doding adalah merangkai kata-kata untuk menyemangati seseorang
atau kelompok orang. Doding juga adalah rangkaian kata-kata bentuk

Universitas Sumatera Utara

nyanyian yang tujuannya menyemangati seseorang atau kelompok
orang. Orangtua bertepuk tangan sambil bernyanyi menyemangati
anak ang belajar berdiri termasuk juga sebagai kegiatan mandoding.
6. Ende (nyanyian) adalah syair dan irama yang dilagukan oleh pemain
joting dan tumbas.

Opera Batak adalah kegiatan teaterikal yang diiringi Gondang Hasapi
dan nyanyian (andung, ende, oing) untuk hiburan rakyat. Opera Batak
mempopulerkan kesenian andung, ende,

oing, dan pemainnya

sering

menampilkannya (bernyanyi seperti menangis).
2.1.2 Seni rupa
Seni rupa merupakan seni yang paling tua di Batak Toba dapat dilihat
dari hasil karya megalitikum, yang sampai sekarang masih banyak kelihatan di
beberapa tempat di Toba seperti pada bentuk atap berbentuk tanduk kerbau, dan
juga pada dindingnya yang penuh dengan ukir-ukiran yang dsebut gorga.
Ragam seni rupa yang ada pada masyarakat Batak Toba juga mencakup
tenun, ragam hias, patung, dan berbagai bentuk lainnya. Tempat menyimpan padi
dan beberapa kegiatan desa yang menyangkut kehidupan muda-mudi, merupakan
salah satu ciri khas yang dalam penyajiannya adalah apa yang tertera pada
bangunan ruma dan sopo. Secara umum, pola-pola ragam hias tersebut dapat
dikategorikan sebagai berikut.

a. Pola berbentuk manusia, misalnya: ulu paung, singa-singa.
b. Pola berbentuk hewan, misalnya: boraspati, hoda-hoda.
c. Pola berbentuk raksasa, misalnya: jengger, jorngom.

Universitas Sumatera Utara

d. Pola berbentuk tumbuhan, misalnya: hariara, sundung di langit.
e. Pola berbentuk geometris, misalnya: ipon-ipon, iran-iran.
f. Pola berbentuk kosmos, misalnya: silintong, simarogung-gung.
Selain berfungsi sebagai magis, di sisi lain seni rupa juga berfungsi dalam
upacara adat dapat dilihat dari bentuk tenunan, ulos misalnya. Pada setiap corak
atau motif ulos yang dibedakan dalam warna, pola, bahan, dan ukuran memiliki
nama-nama tersendiri. Misalnya: ragiidup, abit godang, runjat, sibolang, ragi
hotang, sadum, paroppa, dan sebagainya. Fungsi ulos yang disesuaikan pada
masing-masing upacara adat, nama ulos tersebut berubah menurut kepentingan
dan fungsi ulos tersebut.
Misalnya: dalam upacara memasuki rumah baru diberikan ulos mompo jabu;
dalam upacara kelahiran diberikan ulos manimpus, ulos tondi; dalam upacara
perkawinan diberikan ulos pargomgom, ulos pansamoti, ulos hela todoan, ulos
pariban dalam upacara kematian diberikan ulos saput, ulos saurmatua, ulos

panggabei; dalam upacara mangongkal holi diberikan ulos saput; dalam upacara
pemberian nama anak diberikan ulos mampe. Dalam aktifitas kehidupan seharihari masyarakat Batak Toba, karya seni rupa mempunyai kedudukan penting
seperti hubungannya dengan religi dan adat.
2.1.3 Seni Sastra
Seni sastra selain untuk keperluan komunikasi sehari-hari sejak dahulu
kala Bangsa Batak sudah mengemukakan karya cipta seni-seni sastra melalui
umpasa

(pantun,

nasihat),

umpama

turian(cerita/hikayat/mitos/legenda),

(kata-kata

bijak=wiswords),


turi-

tonggo-tonggo

(mantra),

torsa-

Universitas Sumatera Utara

torsa(perumpamaan), huling-huling (teka-teki) dan seni sastra ini disampaikan
dalam beberapa bentuk penyajian sastra, yang juga berfungsi untuk hiburan,
sebagai bagian dari adat, hukum dan religi yang kesemuanya mengandung
kearifan dengan tatanan nilai normatif apapun takarannya.
Umpasa, tonggo-tonggo, umpama adalah bahasa sastra yang Eufemis
yang disusun secara puitis, dirangkum dengan kalimat-kalimat yang indah penuh
dengan aliterasi dan paralelisme, baik dalam bentuk: Peribahasa, Pantun, Syair,
Pepatah ataupun Sanjak,1diantara beberapa jenis sastra ada tiga pokok bentuk
bahasa dalam seni sastra di Batak Toba, yaitu:
1. Umpama, suatu bentuk penyajian sastra yang bermaksud sebagai teladan,

kebijaksanaan, hukum-hukum lisan, dialog-dialog resmi dalam upacara
adat, misanya:
-

songon gondang, dobung-dobung soarana, hape rumor di
bagasan: (terjemahannya: seperti gendang, keras suaranya,
ternyata kosong didalamnya).

-

Matek-tek bulung pinasa, matektek tu bona. Tunda ni anakna,
dohonon tu amana (terjemahannya: jatuh daun nangka jatuh ke
batangnya. Perbuatan anaknya ditanggungkan ke ayahnya.
(Pasaribu, 1986:41).

2. Umpasa, satu bentuk penyajian sastra yang dari segi bentuknya agak sulit
dibedakan dari umpama. Tetapi dari segi isinya, umpasa lebih terasa

1


Lumongga R.A Pardede, 2010. Masisisean di Ulaon Adat. Medan: Cetakan Kedua, h. 12

Universitas Sumatera Utara

terkesan religius, dalam arti lebih menekankan hal-hal yang bersifat
rahmat, kurnia dan berkat, contohnya”
-

Sahat-sahat ni solu sai sahat ma tu bontean, leleng hita mangolu
sai sahat tu panggabean. (terjemahannya: Melajulah perahu,
melaju ketepian, semoga mempunyai umur yang panjang dan
mencapai kebahagiaan/kesuksesan).

3. Tudosan, suatu bentuk penyajian sastra yang berupa perbandingan.
Dalam kaitan ini,berbagai permasalahan dalam alam dijadikan suatu
bandingan terhadap kehidupan manusia untuk menyatakan perasaan hati
atau keadaan sesuatu, misalnya:
-

Togu uratni bulu, toguan uratni padang. Togu hata ni uhum,

toguan hatani padan (terjemahannya: kuat/ teguhpun akar bambu,
lebih kuat/teguh akar rumput (sejenis ilalang). Kuat/teguh aturan
hukum, namun lebih kuat/teguh aturan janji).

2.1.4 Seni Musik
Musik tradisional yang merupakan bagian dari perkembangan musik
dunia, memiliki masing-masing karakter yang unik dan secara sosio-religius
memiliki nilai-nilai tersendiri bagi masyarakat pemilik tradisi tersebut. Dalam
religi awal atas nama pra Kristen pada masyarakat Batak Toba, musik memiliki
tempat yang sangat penting ditengah penganutnya dan pada kegiatan
keagamaannya.

Universitas Sumatera Utara

Musik dalam masyarakat Batak Toba, dalam pengelompokannya
tercakup dalam dua bagian besar, yaitu : a) musik vokal dan b) musik
instrumental.
2.1.4.1 Musik Vokal
Dalam musik vokal tradisional pembagian ditentukan oleh kegunaan
dan tujuan lagu tersebut dapat dilihat dari isi liriknya. Masing-masing lagu

yang disebut ende memiliki kategori tersendiri, yang secara tradisional
dibagi dalam beberapa jenis, yaitu:
1. Ende mandideng, yaitu musik vokal yang berfungsi untuk menidurkan
anak (lullaby song).
2. Ende sipaingot, adalah musik vokal yang berisi pesan kepada putrinya
yang akan melangsungkan pernikahan. Dinyanyikan pada saat senggang
pada hari-hari menjelang pernikahan tersebut.
3. Ende pergaulan, adalah musik vokal yang secara umumnya merupakan
“solo chorus”, dan dinyanyikan oleh kaum muda dalam waktu senggang,
biasanya malam hari.
4. Ende tumba, adalah musik vokal yang khusus dinyanyikan sebagai
pengiring tarian hiburan. Penyanyi sekaligus penari dengan melompatlompat dan berpegangan tangan sambil bergerak melingkar. Biasanya
ende tumba ini dilakukan oleh remaja di halaman kampung yang disebut
alaman pada malam terang bulan.

Universitas Sumatera Utara

5. Ende sibaran, adalah musik vokal sebagai cetusan penderitaan yang
berkepanjangan. Penyanyinya adalah orang yang menderita tersebut,
yang menyanyi di tempat sepi.
6. Ende pasu-pasuan, adalah musik vokal yang berkenaan dengan
pemberkatan berisi lirik-lirik tentang kekuasaan yang abadi dari Yang
Maha Kuasa. Biasanya dinyanyikan oleh orang-orangtua kepada
keturunannya.
7. Ende hata, adalah musik vokal yang berupa lirik yang diimbuhi rithem
yang disajikan secara monoton, seperti metric speech, liriknya berupa
rangkaian pantun dan bentuuk AABB yang memiliki jumlah suku kata
yang sama. Biasanya dinyanyikan oleh kumpulan kanak-kanak yang
dipimpin oleh seseorang yang lebih dewasa atau orang tua.
8. Ende andung, adalah musik vokal yang bercerita tentang riwayat hidup
seseorang yang telah meninggal yang disajikan pada saat atau setelah
disemayamkan. Dalam ende andung, melodinya datar secara spontan
sehingga penyanyinya, haruslah bernyanyi yang cepat tanggap dan
terampil dalam sastra serta menguasai beberapa motif-motif lagu yang
penting untuk jenis nyanyian ini (Pasaribu, 1986:50-54).
2.1.4.2 Jenis alat musik tradisional Batak Toba
Pada etnik Batak Tobaterdapat berbagai jenis alat-alat musik yang dimainkan
dalam bentuk ensambel, atau sebagai alat musik indiviual yang dimainkan secara
solo. Ragam alat musik tersebut adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

1. Sarune Bolon yaitu, alat musik pembawa melodi yang memiliki reed
ganda (double reed). Dimainkan dengan cara mangombus marsiulakhosa
(circular breathing). Klasifikasi instrumen ini termasuk kedalam
kelompok aerophone.
2. Sarune Etek yaitu, alat musik pembawa melodi yang memiliki reed
tunggal (single reed). Klasifikasi instrumen ini termasuk dalam
kelompok aerophone yang memiliki lima lobang nada (empat di sebelah
atas, satu di sebelah bawah) dimainkan dengan cara mangombus
marsiulakhosa (meniup dengan cara terus menerus).
3. Garantung adalah instrumen pembawa melodi yang terbuat dari kayu dan
memiliki lima bilah nada. Klasifikasi instrumen ini termasuk dalam
kelompok xylophone. Selain berperan sebagai pembawa melodi, juga
berperan sebagai pembawa rithem variabel pada lagu-lagu tertentu.
Dimainkan dengan cara memukul dengan menggunakan stick.
4. Taganing yaitu serangkaian gendang yang terdiri dari lima buah. Disusun
dalam satu standar berturut-turut dari bentuk yang lebih besar hingga
yang terkecil berfungsi sebagai pembawa melodi dan ritme variabel pada
lagu-lagu tertentu. Klasifikasi instrumen ini termasuk dalam kelompok
membranophone. Dimainkan dengan cara memukul kulitnya dengan
palu-palu (stick).
5. Gordang (single headed drum), yaitu satubuah gendang yang lebih besar
dari taganing yang berperan sebagai pembawa rithem konstan maupun
ritem variabel. Instrumen ini sering disebut sebagai bass dari ansambel

Universitas Sumatera Utara

gondang sabangunan. Klasifikasi instrumen ini termasuk kedalam
kelompok membranophone. Gordang terletak pada posisi kiri, dengan
bentuk yang lebih besar dari taganing.
6. Odap (double headed drum), Instrumen ini dimainkan untuk lagu-lagu
tertentu dalam gondang sabangunan dan sering digunakan ketika pawai.
Klasifikasi instrumen ini termasuk kedalam kelompok membranophon.
7. Hasapi ende (plucked lute dua senar) adalah instrumen pembawa melodi
dan merupakan instrumen yang dianggap paling utama dalam ansambel
gondang hasapi. Klasifikasi instrumen ini termasuk kedalam kelompok
chordophone. Tune atau stem dari kedua senarnya adalah dengan interval
ters mayor yang dimainkan dengan cara mamiltik (memetik).
8. Hasapi doal, alat musik ini sama dengan hasapi ende namun dalam
permainannya hasapi doal berperan sebagai pembawa rithem konstan.
Ukuran instrumen hasapi doal sedikit lebih besar dari hasapi ende.
9. Ogung (gong), yaitu empat buah gong yang diberi nama oloan, ihutan,
doal dan panggora. Setiap ogung mempunyai ritem yang sudah konstan.
Instrumen ini berperan sebagai pembawa ritem konstan atau pembawa
irama dalam gondang sabangunan. Klasifikasi instrumen ini termasuk
kedalam kelompok idiophone.
10. Sulim (trasnsverse flute), yaitu alat musik yang terbuat dari bambu,
memiliki samping (side blown flute) yang dilakukan meletakkan bbir
secara horizontal pada pinggir lobang tiup. Instrumen ini biasanya

Universitas Sumatera Utara

memainkan lagu-lagu yang bersifat melankolis ataupun lagu-lagu sedih.
Klasifikasi instrumen ini termasuk kedalam kelompok aerophone.
11. Talatoit (transverse flute), yaitu alat musik terbuat dari bambu, sering
juga disebut dengan salohat atau tulila. Dimainkan dengan cara meniup
dari samping. Mempunyai empat lubang penjarian yakni dua disisi kiri
dan dua disisi kanan, sedangkan lubang tiup berada di tengah. Instrumen
ini biasanya memainkan lagu-lagu yang bersifat melodis dan juga ritmik.
Klasifikasi instrumen ini termasuk dalam kelompok aerophone.
12. Sordam (long flute) yang terbuat dari bambu. Dimainkan dengan cara
meniup dari ujungnya (up blown flute) dengan meletakkan ujung bibir
pada ujung bambu secara diagonal. Memiliki enam lubang nada, yakni
lima dibagian atas dan satu dibagian bawah, sedangkan lubang tiupnya
merupakan ujung dari bambu tersebut.
13. Tanggetang, yaitu alat musik yang senarnya terbuat dari rotan dan petik
kayu sebagai resonator. Permainan instrumen ini bersifat ritmik atau
mirip dengan gaya permainan gong. Klasifikasi instrumen ini termasuk
kedalam kelompok kordophone.
14. Saga-saga (few’s harp) yang terbuat dari bambu dimainkan dengan cara
menggetarkan lidah dari instrumen tersebut dan rongga mulut berperan
sebagai resonator. Klasifikasi instrumen ini termasuk kedalam kelompok
idiophone.
Etnik Batak Toba mengakui bahwa gondang adalah ciptaan dari
Mulajadi Na Bolon dan merupakan milik dewa-dewa. Manusia hanya diberikan

Universitas Sumatera Utara

hak untuk menyimpan dan menggunakannya. Alasan yang membuktikan bahwa
adalah ciptaan dariMulajadi Na Bolon dapat dilihat dari suatu upacara, dimana
gondang (bunyi gondang)dapat menyampaikan permohonan manusia kepada
dewa-dewa.

Selain

itu

konsep

religi

yang

menganggap

bahwa

gondangmerupakan milik dewa-dewa dapat dilihat dalam konsep sipitu gondang
(tuju repertoar gondang). Dalam setiap upacara yang menyertakan gondang baik
dalam konteks adat maupun religi, penyajian sipitu gondang selalu dilakukan
pada bagian pembuka dan pada bagian penutup.Dalam etnik Batak Toba terdapat
dua jenis ensambel musik yaitu, ensambel Gondang Sabangunan dan Gondang
Hasapi. Secara umum, fungsi dan penggunaan musik dalam bentuk ansambel
mempunyai konsep dan tujuan yang sama. Gondang hasapi dan gondang
sabangunan sama-sama digunakan untuk upacara adat maupun untuk upacara
yang bersifat religius. Perbedaan penggunaan ansambel tersebut hanya terletak
pada sifat dari upacara tersebut, yaitu untuk upacara yang melibatkan masyarakat
luas biasanya menggunakan ansambel gondang sabangunan. Selain dalam
bentuk formasi ensambel, pada masyarakat ini terdapat permainan musik yang
bersifat individual, serta berbagai jenis musik vokal.
2.1.4.3 Ensambel Gondang Sabangunan
Ansambel gondang sabangunan mempunyai berbagai istilah yang sering
digunakan oleh masyarakat Batak Toba, yakni ogung sabangunandan gondang
bolon.Instrumen yang termasuk dalam kelompok

gondang sabangunan

antaralain: taganing, gordang, odap, ogung, sarune bolon.

Universitas Sumatera Utara

Pada masa Pra Kristen, gondang sabangunan digunakan untuk berbagai
upacara yang berhubungan dengan upacara adat maupun upacara religius. Pada
masyarakat

ini

istilah

gondang

juga

diartikan

sebagai

media

yang

menghubungkan manusia dengan penciptanya atau yang disembahnya dalam
hubungan vertikal juga sebagai media yang menghubungkan manusia dengan
sesamanya dalam hubungan horizontal (Purba,2003).
Dalam permainan gondang sabangunan instrumen odap belakangan
sudah jarang digunakan karena permainan dari odap tersebut dapat digantikan
dengan menggunakan taganing dan mempunyai suara yang sama. Tangga nada
yang ada dalam instrumen pembawa melodi yakni taganing dan sarune bolon
mempunyai tangga nada yang pentatonis. Namun dalam hal ini istilah pentatonis
yang terdapat dalam gondang sabangunan bukan konsep pentatonis yang ada
dalam musik Barat melainkan hanya suatu sebutan terhadap tangga nada yang
mempunyai lima nada dalam konsep gondang sabangunan.
Pada dasarnya permainan instrumen taganing dan sarune terjalin dalam
hubungan melodi yang heteroponis dimana kedua instrumen tersebut
membawakan melodi yang sama dalam beberapa reportoar, namun tangga nada
maupun totalitasnya berbeda. Oleh karena itu istilah heteroponis untuk sarune
dan taganing ini terjalin dalam heteroponis polytonal.
2.1.4.4 Ansambel Gondang Hasapi
Ansambel gondang hasapi memiliki alat musik yang terdiri dari: (1)
hasapi ende sebagai pembawa melodi, (2) dan merupakan instrumenyang
dianggap paling utamadalam ansambel gondang hasapi. Klasifikasi instrumen

Universitas Sumatera Utara

ini termasuk kedalam kelompok chordopone. Tune atau stem dari kedua
senarnya adalah dengan interval ters mayor yang dimainkan secara internal
dengan cara mamiltik (memetik).
Hasapi doal, instrumen ini sama dengan hasapi ende namun dalam
permainannya hasapi doal berperan sebagai pembawa rithem konstan. Ukuran
instrumen hasapi doal lebih besar sedikit dari hasapi ende.
Sarune etek adalah instrumen pembawa melodi yang memiliki reed
tunggal (single reed). Klasifikasi instrumen ini termasuk dalam kelompok
aerophone yang memiliki lima lubang nada (empat di sebelah atas, satu di
sebelah bawah) dimainkan.
Klasifikasi instrumen musik yang modern dirintis oleh Victor Mahillon
(1841-1924) yang bekerja pada Instrumental Museum of The Concervatiore
Royal de Masique, Brusels, Belgia, sejak didirikan pada tahun 1877. Koleksi
dasar museum ini pada umumnya terdiri dari instrumen musik yang dipakai dan
terdapat pada orkes simfoni Eropa. Kemudian berkembang dengan memasukkan
instrumen-instrumen musik dari sebagian besar kawasan dunia. Tujuan dari
sistem

Mahillon

pada

masa

itu

adalah

untuk menginventarisir

atau

mengkalongkan keseluruhan koleksi instrumen musik yang berangsur-angsur
semakin banyak sehingga berkisar tiga ribu jenis.
Dasar klasifikasi instrumen musik yang dilakukan Vivtor Mahillon
berprinsip padapembagian instrumen musik yang telah ada pada tulisan Hindu
Kuno yang mana didalamnya terdapat empat kelas dasar, yaitu (1)instrumen
musik pukul, (2) instrumen musik yang mempunyai membran (berhubungan

Universitas Sumatera Utara

dengan cara merenggangkan kulit di mulut gendang), (3) instrumen musik
berongga atau instrumen musik tiup, dan (4) instrumen musik berdawai (alat
musik yang memiliki senar).
Mahillon membagi alat musik perkusi (pukul) ke dalam dua kelompok
sub dividi yaitu, autophones (autofon) yang terdiri dari alat musik yang
badannya sendiri menghasilkan suara apabila dibunyikan dengan alat penggetar,
dan

membranophones(membranofon) yaitu berdasarkan hasil suara yang

disebabkan oleh getar membrannya, seperti kulit gendangnya.
Ptinsip-prinsip divisi dalam klasifikasi instrumen, masih berpedoman
pada sistem Mahillon. Kemudian sistem-sistem tersebut disusun dalam hirarkihirarki dengan sejumlah level yang terdiri dari: kelas, cabang, seksi, dan sub
seksi. Dimana media yang memproduksi bunyi merupakan dasar pada divisi dan
mewakili sebuah prinsip dari divisi suatu instrumen.
Mahillon-Sachs-VonHornbostel

membuat

pengelompokan

atau

klasifikasi instrumen berdasarkan bahan yang memproduksi suara, dan terbatas
pada aspek akustik. 2Klasifikasi tersebut terbagi dalam 4 kelompok, yaitu:
1. Idiofon (bahan alat musik itu sendiri yang menghasilkan bunyi).
2. Aerofon (udara atau satuan udara yang berada dalam alat musik itu
sebagai sumber bunyi).
3. Membranofon (kulit atau selaput tipis

yang direnggangkan sebagai

sumber bunyi).
4. Kordofon (senar/dawai yang ditegangkan sebagai sumber bunyi).
2

Selain berdasarkan sumber produksi suara, juga dikelompokkan berdasarkan teknik memainkan
alat musik.

Universitas Sumatera Utara

Prinsip klasifikasi berdasarkan uraian yang dikemukakan oleh MahillonSachs-VonHornbostel dalam kaitannya dengan pengelompokannya alat musik
yang dilakukan secara lokal pada alat-alat musik tradisional Batak Toba, pada
prinsipnya mengacu pada teori klasifikasi oleh Mahillon-Sachs-VonHornbostel
namun sisi lain secara spesifik pengelompokan yang dilakukan secara lokal
berdasar pada fungsi alat musik dalam sebuah ansambel baik pada gondang
sabangunan maupun gondang hasapi.

Universitas Sumatera Utara