Analisa Struktur Musik, Makna Teks Dan Tema Lagu Pop Batak Karya Dakka Hutagalung
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebudayaan Indonesia di zaman sekarang ini sangat jauh tertinggal bahkan
hampir punah dikarenakan masuknya kebudayaan-kebudayaan barat yang telah
menghipnotis para pemuda sebagai penerus bangsa Indonesia, Budaya merupakan
bagian dari kehidupan masyarakat, budaya ada di dalam masyarakat dan lahir dari
pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap kelompok masyarakat
tertentu. Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki
keanekaragaman suku dan budaya, Hal ini menjadi suatu kebanggaan bagi
Indonesia yang telah banyak dikenal oleh negara-negara lain. Setiap suku di
negara Indonesia memiliki budaya yang berbeda, termasuk adat istiadat, musik
dan bahasa.
Budaya dalam setiap suku di Indonesia merupakan budaya yang
diwariskan secara turun temurun dan dilestarikan dengan tetap melaksanakannya
dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah budaya pada suku Batak yang
merupakan suku yang hidup dan berkembang di Provinsi Sumatera Utara. Suku
Batak terdiri dari Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Pakpak Dairi, Batak
Mandailing, dan Batak Toba. Suku Batak Toba memiliki budaya yang diwariskan
dari leluhurnya secara turun-temurun. Salah satu bentuk dari kebudayaan itu
adalah kesenian. Suku Batak Toba memiliki kesenian seperti seni musik, seni tari,
seni rupa, seni sastra dan juga seni kerajinan tangan.
Universitas Sumatera Utara
Pada dasarnya karya musik merupakan refleksi perasaan, pikiran atau
cerminan realitas sosial dari nilai-nilai kehidupan yang ada dalam masyarakat
tersebut. Didalam diri manusia terdapat berbagai macam inspirasi, ide, gagasan
yang dituangkan lewat seni dan seni tersebut memiliki peranan penting dan tidak
terlepas dari kehidupan manusia, sebab seni tumbuh dan berkembang ditengahtengah manusia. Inspirasi, ide, gagasan yang dituangkan lewat seni pada dasarnya
bersumber dari perasaan manusia seperti sedih, senang, marah, kecewa, cinta atau
perasaan lainnya yang sedang dirasakan pencipta atau pelaku seni.
Seni yang diciptakan oleh pencipta atau pelaku seni biasanya melalui
media bunyi, suara, gerak, rupa, kata-kata secara tepat sehingga dapat diterima
dan dirasakan oleh penikmat dan pengamat seni. Musik merupakan cabang dari
seni. Seni musik juga termasuk salah satu media atau sarana yang digunakan
dalam mengekpresikan diri. Manusia menggunakan bunyi melalui suara manusia
dan melalui ragam alat musik. Alat musik atau instrumen musik berperan sebagai
media yaitu alat pengantar/penyalur inpirasi, ide, gagasan yang dituangkan
komponis dalam suatu komposisi yang ditulis dalam bentuk partitur atau tulisan
musik. Pemain musik melalui alat musiknya membantu mewujudkan partitur
dalam bentuk nada-nada yang dapat didengar.
Sebagai suatu karya seni, musik pada hakikatnya merupakan bagian dari
kebudayaan yang tidak terpisahkan dari peradaban manusia, masyarakat atau
bangsa. Manusia sebagai makhluk sejarah mampu menciptakan kebudayaan, dan
dalam setiap fase-fase kehidupan manusia tidak pernah melepaskan diri dari
kebuadayaan karena manusia turut mengambil bagian dalam kebudayaan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Kemajuan atau kemunduran kebudayaan suatu daerah tidak terlepas dari seorang
tokoh pendukung kebudayaan tersebut. Oleh karena itu sangat penting
mengetahui dan memahami peranan tokoh dimasa lalu sebagai bagian dari
pendukung kebudayaan suatu masyarakat.
Untuk memahami peranan para tokoh dimasa lalu dapat dilihat kembali
melalui jejak-jejak yang mereka tinggalkan. Jejak-jejak itu dapat berupa tulisan
maupun keterangan-keterangan lisan dari para tokoh (jika masih hidup) ataupun
orang yang mengenal tokoh tersebut, baik secara langsung maupun secara tidak
langsung mengenai kehidupan para tokoh tersebut.
Dalam Khasanah, buku yang menceritakan kisah tentang seorang tokoh
terdiri dari tiga jenis. Pertama, otobiografi merupakan kisah perjalan hidup
seseorang yang ditulis sendiri oleh sang tokoh. Kedua, memori merupakan tulisan
kenang-kenangan tentang seseorang yang ditulis oleh banyak orang yang pernah
mengisi dinamika kehidupan sang tokoh, baik kawan sekolah, kolega, atasan,
bawahan, kerabat maupun orang lain yang pernah mengenalnya. Ketiga, biografi
merupakan kisah perjalanan hidup seorang tokoh yang ditulis oleh orang lain
berdasarkan informasi dari si tokoh maupun narasumber lain (Sembiring 2010:2).
Dalam tulisan ini penulis bertugas sebagai penulis riwayat hidup seseorang.
Biografi merupakan salah satu bentuk penghargaan yang biasa diberikan
kepada tokoh yang berperan penting ditengah-tengah masyarakat. Biografi
mempermudah orang untuk mempelajari sejarah. Banyak orang yang sangat sulit
bahkan tidak dapat mempelajari sejarah melalui tema-tema sejarah, akan tetapi
lebih mudah memasuki masa-masa yang lalu melalui biografi.
Universitas Sumatera Utara
Selain itu, dengan biografi dapat dipahami para pelaku sejarah, zaman
yang menjadi latar belakang biografi, lingkungan sosial politiknya (Kuntowijoyo,
2003:203). Selanjutnya Kuntowijoyo mengemukakan bahwa sebenarnya sebuah
biografi tidak perlu menulis tentang hero yang menentukan jalan sejarah, cukup
partisipan, bahkan the unknown (Kuntowijoyo, 2003: 203-204). Sehubungan
dengan kepribadian tokoh, sebuah biografi perlu memperhatikan adanya latar
belakang keluarga, pendidikan, lingkungan sosial-budaya, dan perkembangan diri
(Kutowijoyo, 2003:207).
Awal pesatnya pertumbuhan musik populer Batak terjadi tahun 1940-an
dikenal dengan sebutan era Tapanuli modern adalah bagian dari perubahan sosial
yang terjadi pada masyarakat Batak. Beberapa tokoh pencipta lagu-lagu Tapanuli
modern adalah Nahum Situmorang, Sidik Sitompul, Ismail Hutajulu, Cornel
Simanjuntak, dan Dakka Hutagalung.
Dalam tulisan ini mengangkat seorang tokoh dari masyarakat Batak Toba
yang sudah menciptakan ratusan lagu-lagu Batak Toba bernama Dakka
Hutagalung merupakan komponis Batak yang lahir di Sibaganding Pahae,
Tapanuli Utara, 20 Oktober 1948 dan mulai umur 24 tahun menciptakan lagu-lagu
Batak Toba yaitu pop Batak dan rohani Batak, dan beberapa lagu berbahasa
Indonesia. Lagu-lagu ciptaan Dakka Hutagalung antara lain: Sonata yang indah,
Dia dan Dia, Tembang Rindu Danau Toba, Perahu Cinta, Tabahlah Mama, Gereja
Bolon, Inang, Sipata, Buni di Ateate, Didia Rokkaphi, Unang Boasa, Didia
Jumpang Au, Anakhonhu, Ho do Rajaku Togihon Au Tuhan, KepadaMu Ku
Bersyukur, Kaulah Rajaku.
Universitas Sumatera Utara
Nama Dakka diambil dari kenyataan, ketika Dakka Hutagalung lahir jari
tangannya bercabang, atau disebut Hiperdakkiti (hiperdakkiti disebut bila jumlah
jarinya enam). Dalam bahasa Batak bercabang diartikan Dakka, karena lahir
dalam kondisi hiperdakkiti itu, maka orang tuanya memberi nama Dakka.
Kegiatan Dakka sedari kecil Dakka suka menyanyi dan bermain gitar. Aktivitas
bermain musik lebih banyak dilakukan dibandingkan sekolah. Ketika itu Dakka
bersekolah di SMPN 6 Medan dan menekuni talentanya. Sewaktu masih sekolah
di SMP dia pernah menjadi juara kedua nyanyi (vokal solo) dalam ajang Pesta
Paduan Suara gerejawi (Perparawi) yang diadakan di Medan. Pada saat itu
menjadi momentm yang bagus mengembangkan talenta tarik suara. Namun
peristiwa G-30-S/PKI membuat semuanya berantakan. Setelah hal itu terjadi
maka Dakka Hutagalung akhirnya merantau ke Jakarta untuk melanjutkan
sekolah. Karena minat dan bakatnya ke musik, hanya saja persaingan di Ibu Kota
sangat berat. Setelah berumur 24 tahun Dakka mulai giat dan tekun menciptakan
lagu-lagu.
Sebelum menjadi pencipta lagu, Dakka dikenal sebagai personil trio pada
tahn 1972 yang bernama Trio Golden Heart. Trio Golden Heart merupakan trio
yang pertama mengumumkan media lewat recording rekaman, tulis, dan cetak di
Indonesia tepatnya di Jakarta. Personil grup penyanyi Trio ini adalah Dakka
Hutagalung, Star Pangaribuan, dan Ronald Tobing.
Nama Trio Golden Heart mempunyai makna tersendiri, Golden yang
berarti emas, dan Heart yang berarti hati, setiap personilnya memposisikan sebagi
orang-orang berhati emas atau pengasih, Nama Trio Golden Heart muncul atas
Universitas Sumatera Utara
dasar kesepakatan para personilnya. Trio ini sangat digemari oleh masyarakat
pada tahun 1970-an, terutama lagu-lagu Batak dan lagu Rohani yang diambil dari
Buku Ende yang dinyanyikan oleh mereka. Trio Golden Heart menghasilkan 28
album yang terdiri dari pop Batak, rohani, melayu dan irama dangdut. Seiring
perjalanan waktu, trio ini menghilang dari panggung musik, Star Pangaribuan
yang telah meninggal dunia, Ronald Tobing menderita Stroke, dan sampai
sekarang hanya Dakka Hutagalung yang masih tetap segar dan sehat, Dari sana
Dakka beranjak menjadi pengarang lagu. Di organisasi musik, Dakka didaulat
menjadi dewan pembina Persatuan Artis Batak Indonesia (PARBI).
Dakka Hutagalung mulai menciptakan lagu pada tahun 1970-an bersama
ayahanda yang berjudul “Sibaganding”. Sibaganding adalah nama sebuah
kampung di dekat kota Parapat, tempat keluarga Dakka Hutagalung pernah
berdomisili. Pada umumnya lagu ciptaan Dakka Hutagalung direkam dan
dinyanyikan , oleh trio Golden Heart maupun penyanyi lain dan banyak dari hasil
karyanya yang populer sampai ke tingkat Nasional, Banyak karya Dakka yang
melegenda yang sampai sekarang dinyanyikan di pesta, kafe, dan acara-acara
penting lainnya.
Dalam menciptakan lagu Dakka sangat mandiri. Dia selalu berusaha untuk
menciptakan lagu tanpa meniru lagu lain. Dakka menciptakan lagu sesuai dengan
karakter, warna, dan berdasarkan apa yang ada dipikirannya.
Didalam menciptakan lagu, Dakka Hutagalung membuat klasifikasi
penciptaan yaitu ciptaan yang bertema cinta, rohani, nasihat dan ungkapan kasih
keluarga. Seorang Dakka menciptakan lagu yang memiliki makna yang tersurat
Universitas Sumatera Utara
dan tersirat dibalik penggunaan tanda dalam kehidupan manusia sehari-hari.
Dakkadapat menjelaskan persoalan yang berkaitan dengan penggunaan tanda, isi
pesan dan cara penyampaiannya.
Makna lagu dapat digunakan oleh Dakka untuk menyampaikan sesuatu
pesan. Pemancaran makna dan pesan itu melibatkan semua bentuk perlakuan dan
konteks kewujudannya baik dalam bentuk bahasa ataupun perbuatan, atau keduaduanya sekaligus. Dihubungkan dengan syair atau teks adalah kata-kata yang asli
dibuat oleh Dakka Hutagalung. Menurut penulis syair atau teks adalah rangkaian
kata-kata yang memperkuat komposisi musik dan juga merupakan sarana
komunikasi si pencipta lagu, Melalui syair dapat diketahui makna, pesan, tujuan
dari sebuah lagu atau banyak hal yang bisa diungkapkan dan dikomunikasikan
lewat syair atau teks.
Secara umum banyak lagu Dakka Hutagalung., namun berdasarkan
temanya biasanya dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (a) tentang kasih sayang
seorang ibu (b) tema percintaan (c) tema perjuangan (d) tema keindahan alam (e)
tema religi dan lain sebagainya. Dihubungkan dengan syair atau teks adalah katakata yang asli dibuat pengarang lagu. 1Syair adalah teks atau kata-kata lagu,
dengan kata lain suatu komposisi puisi yang sering dilagukan. Syair yang
memperkuat komposisi musik, dapat dikatakan tanpa syair akan sulit mengetahui
makna atau tujuan dari sebuah lagu. Sigmund Freud dalam Migdolf
1
Badudu Zain, 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. 1455
Universitas Sumatera Utara
mengemukakan bahwa syair lagu adalah kata yang keluar dari hati dan keluar dari
mulut serta diiringi oleh lidah. 2
Setiap masyarakat/ budaya memiliki musik atau dapat dikatakan setiap
orang memerlukan musik. Musik adalah perilaku sosial yang kompleks dan
universal. Setiap masyarakat memeiliki apa yang dsebut dengan musik dan setiap
anggota masyarakatnya adalah musikal akan tetapi musik bukanlah genre seni dan
unsur kebudayaan yang berdiri sendiri.
Budaya adalah sekelompok orang yang menanggung kebutuhan bersama,
lingkungan, perhatian dan nilai, teridentifikasi serta terpilih secara teratur oleh
dunia suara, sensitivitas manusia terhadap suara, produksi suara saat ini, masa lalu
serta yang termodifikasi. Kluckohn mengatakan kebudayaan sering diartikan
sebagai keseluruhan cara hidup manusia, yaitu warisan sosial yang diperoleh
seseorang dari kelompoknya dan kebudayaan dapat dianggap sebagai bagian
lingkungan yang diciptakan manusia.
Musik sangat penting bagi aktivitas masyarakat Batak Toba, bernyanyi
bersama-sama dapat dilihat dari pembagian musik vokal Batak Toba, bagaimana
orang Batak menggambarkan suasana hatinya dan menuangkannya lewat tarian
dan nyanyian. Musik memiliki pengaruh yang kuat atau musik merupakan suatu
bagian yang tidak terpisahkan dengan budaya. Musik merupakan suatu budaya
yang mencerminkan aspek sosial kemasyarakatan dimana musik itu hidup,
tumbuh, dan berkembang, Musik secara signifikan dapat merubah sebuah situasi,
karena musik mampu mengekspresikan berbagai hal yang terjadi dalam sistem
2
Migdolf, 2002, hal. 52.
Universitas Sumatera Utara
sosial sehingga musik mempunyai fungsi yang sangat luas, misalnya musik
diadakan untuk menghibur penguasa di istana, untuk upacara yang bersifat ritual,
hiburan, untuk upacara pernikahan dan lain-lain, tergantung kepada konteks
penyajian dan jenis musik yang dibutuhkan. Berdasarkan uraian di atas, penulis
tertarik untuk membahas lebih lagi secara detail, mengangkat dan melakukan
penelitian yang berjudul: KAJIAN STRUKTUR MUSIK, MAKNA TEKS
DAN
TEMA
LAGU
POP
BATAK
TOBA
KARYA
DAKKA
HUTAGALUNG
1.2 Pokok Permasalahan
Mengingat luasnya cakupan-cakupan masalah untuk mempersingkat
cakupan masalah, keterbatasan waktu, dana, kemampuan menulis, maka peneliti
mengadakan pembatasan masalah untuk mempermudah pemecahan masalah yang
dihadapi dalam penelitian ini. Adapun yang menjadi pokok masalah yang diteliti
adalah:
1. Bagaimana biografi kehidupan Dakka Hutagalung?
2. Bagaimana struktur musik lagu pop Batak Toba karya Dakka Hutagalung?
3. Bagaimana makna teks dan pemetaan lagu pop Batak Toba karya Dakka
Hutagalung?
4. Bagaimana eksistensi lagu pop Batak Toba karya Dakka Hutagalung?
5.
1.3 Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan selalu mengarah kepada tujuan yang merupakan suatu
keberhasilan penelitian yaitu tujuan penelitian. Tujuan penelitian merupakan
Universitas Sumatera Utara
jawaban atas pertanyaan dan penelitian. Maka tujuan yang hendak dicapai oleh
peneliti adalah:
1. Untuk mengenal sosok kehidupan Dakka Hutagalung?
2. Untuk menganalisis struktur musik lagu pop Batak Toba karya Dakka
Hutagalung?
3. Untuk menganalisis makna teks dan pemetaan lagu pop Batak Toba
karya Dakka Hutagalung?
4. Untuk mengetahui eksistensi lagu pop Batak Toba karya Dakka
Hutagalung?
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian adalah kegunaan dari hasil penelitian yang dilakukan
dan juga merupakan sumber informasi dalam mengembangkan penelitian
selanjutnya. Setiap penelitian pasti hasilnya akan bermanfaat baik oleh peneliti itu
sendiri maupun lembaga atau instansi tertentu ataupun orang lain. Maka manfaat
penelitian yang diharapkan peneliti adalah sebagai berikut:
1. Diharapkan dapat memberikan informasi kepada mahasiswa secara umum
dan mahasiswa Program Studi Pascasarjana penciptaan dan Pengkajian
Seni khususnya tentang karya Dakka Hutagalung pada lagu pop Batak
Toba.
2. Bagi masyarakat diharapkan dapat memberikan informasi kepada
masyarakat mengenai salah satu tokoh pencipta lagu Batak.
Universitas Sumatera Utara
3. Bagi pemerintah penelitian ini diharapkan agar pemerintah lebih
memahami, memperhatikan, dan memberikan penghargaan yang pantas
bagi tokoh-tokoh yang berjasa dalam mengembangkan seni di lingkungan
masyarakat Batak Toba. Selain itu, tulisan ini menjadi bahan masukan
dalam kajian struktur musik dan makna teks lagu pop Batak Toba Karya
Dakka Hutagalung.
4. Bagi penulis/peneliti dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan
memperluas wawasan berpikir peneliti dalam ilmu mencipta lagu kajian
struktur musik dan makna teks lagu pop Batak Toba Karya Dakka
Hutagalung.
5. Untuk mengetahui gagasan, pikiran, dan hasil karya pencipta lagu Batak
Dakka Hutagalung dalam menciptakan suatu karya.
6. Untuk menambah pengetahuan, wawasan dan kemampuan penulis dalam
menuangkan gagasan maupun ide kedalam suatu karya tulis
7. Sebagai bahan acuan, referensi atau perbandingan bagi peneliti berikutnya
yang berniat melakukan penelitian.
1.5 Tinjauan Pustaka
Untuk mendukung penelitian ini penulis menggunakan sumber yang
berasal dari buku yaitu:
Achim Sibeth, Kozok U, Gintin JR. The Batak: Peoples of the Island of
Sumatra;Living with Ancertors, (New York: Thames and Huson, (1991). Buku ini
menjelaskan tentang pengenalan sejarah Batak di Sumatera Utara. Yaitu
Universitas Sumatera Utara
mencakup: ekonomi, budaya keagamaan, sastra, keahlian seni, dan silsilah
masyarakat Batak.
Alan P. Merriam. The Antropology of Musik (Chicago: North Westwrn
University Press, 1964).
3
Bahwa fungsi musik dalam sebuah masyarakat
berkenaan dengan berbagai kebutuhan, selain menjelaskan fungsi musik, buku ini
juga menjeslakan 10 fungsi musik dalam suatu masyarakat, antara lain: fungsi
ekspresi, emosional, fungsi kenikmatan estetis, fungsi iringan, fungsi komunikasi,
fungsi penggambaran simbolik, fungsi respon fisik, fungsi penyelenggaraan
kesesuaian dengan norma-norma sosial, fungsi pengesahan lembaga sosial dan
ritual religious, fungsi penopang kesinambungan dan stabilitas kebudayaan dan
integrasi sosial.
1.6 Konsep dan landasan teori
1.6.1 Konsep
Pada sub bab ini akan dijelaskan tentang konsep yang berlaku secara
umum dan dijadikan acuan kerja untuk membahas seluruh masalah tesis ini.
Konsep adalah rancangan ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa
konkret (Poerwadarminta dalam Kamus Besat Bahasa Indonesia, Balai Pustaka
2005:588)
Selain itu konsep juga merupakan unsur pokok dari sebuah penelitian. Bila
masalahnya serta kerangka teoritisnya sudah jelas, maka mudah diketahui pula
mengenai gejala-gejala yang merupakan pusat perhatian. Defenisi konsep itu
3
Ibid., hal., 219-226
Universitas Sumatera Utara
terdiri secara singkat berarti kelompok fakta atau gejala (Koentjaraningrat
1981:32) seperti yang dikatakan oleh R.Merton bahwa konsep adalah defenisi apa
yang perlu diamati. Konsep menentukan variabel-variabel mana yang kita
inginkan, menentukan adanya hubungan empiris(ibid 1981:32).
Tradisi lisan dalam semua kesenian, pertunjukan atau permainan yang
menggunakan tuturan atau disertai ucapan lisan dan konfensi budaya masyarakat
(Sibarani,2000) Selanjutnya disebutkan bahwa jika suatu kesenian, pertunjukan
atau permainan tidak menggunakan atau tidak disertai tuturan atau ucapan lisan,
maka itu tidak termasuk tradisi lisan. Sebaliknya, jika suatu cerita tidak lagi
ditradisikan
(dipertunjukkan
atau
dibiasakan
dihadapan
masyarakat
pendukungnya) maka tidak lagi termasuk ke dalam tradisi lisan meskipun itu
dahulu termasuk tradisi lisan, dan meskipun itu pada suatu saat potensinya
menjadi tradisi lisan.
Tradisi lisan tidak hanya dimaksudkan sebagai informasi atau komunikasi
untuk diteliti, didokumentasikan, dan untuk kepentingan sendiri, melainkan harus
menjadi yang pertama dan utama untuk memahami secara kontekstual
keterhubungan struktur sosial (Chamarik 1999). Tradisi lisan merupakan
perangkat pengetahuan dan pembelajaran tentang budaya masa lalu dan fakta
kehidupan manusia. Tradisi lisan juga menjadi sumber kekuatan. Selain itu juga
tradisi lisan adalah sumber asli pembelajaran dan oleh karena itu memungkinkan
pengembangan nilai-nilai sehingga menjadi penghubung keberadaanya. Tradisi
lisan juga merupakan ekspresi gaya hidup yang tidak tertulis (unlettered) yang
dapat digunakan untuk merekontruksikan kehidupan masyarakat saat ini.
Universitas Sumatera Utara
Dalam menganalisis makna syair, penulis mengkaji gaya bahasa dan
melihat makna-makna yang terkandung didalamnya. Konsep makna yang penulis
maksudkan hanya tertuju pada syair/tekslagu-lagu karya Dakka Hutagalung.
Analisis struktur musik dapat dikonsepkan sebagai bagian-bagian dari
suatu komposisi musik yang terintegrasi menjadi suatu bentuk yang estetik.
Struktur musik yang penulis maksudkan disini adalah mencakup aspek melodi
dan ritme beberapa karya lagu Dakka Hutagalung. Struktur musik ini tidak lepas
dari tangga nada, nada-nada, wilayah nada, persebaran nada-nada, interval, polapola kandensa, kontur, dan lain sebagainya (Malm.1997)
Setiap masyarakat memiliki musik dan memerlukan musik. Musik adalah
prilaku sosial yang kompleks dan universal. Setiap masyarakat memiliki apa yang
disebut dengan musik dan setiap anggota masyarakatnya disebut musikal. Akan
tetapi bukanlah genre seni dan unsur kebudayaan yang berdiri sendiri. Musik dan
lagu memiliki pengaruh yang kuat, musik merupakan suatu bagian yang tidak
terpisahkan dengan budaya. Musik dan nyanyian merupakan suatu budaya yang
mencerminkan aspek sosial masyarakat dimana musik itu hidup, tumbuh, dan
berkembang, musik dan lagu secara signifikan dapat merubah sebuah situasi
karena musik mampu mengekspresikan berbagai hal yang terjadi dalam system
sosial sehingga musik dan lagu mempunyai fungsi yang sangat luas. Misalnya,
musik diadakan untuk menghibur, untuk upacara yang bersifat ritual, hiburan,
pernikahan, dan lain-lain.
Untuk mengamati suatu genre seni tentu saja tidak dapat dilepaskan dari
keberadaan masyarakat pendukungnya. Dalam hal ini Malinowski, seorang tokoh
Universitas Sumatera Utara
antropologi dalam bidang fungsionalisme, menyatakan bahwa fungsi bukan hanya
sekedar hubungan praktis tetapi bersifat integrative, dalam arti mempunyai fungsi
hubungan dengan lingkungan alam yang berkaitan dengan kompleksitasnya
(Malenowski 1987: 165-171)
Menurut Merriam musik dipergunakan dalam situasi tertentu yang
menjadi bagian darinya,Fungsi ini dapat menjadi fungsi yang lebih dalam,
contohnya, jika seseorang menggunakan nyanyian untuk kekasihnya,maka fungsi
musik seperti itu dapat dianalisis sebagai kontinuitas dan kesinambungan
kelompok biologis (keturunan). Mekanismenya adalah seperti penari, pembaca
doa, ritual, yang diorganisasikan, dan kegiatan-kegiatan seremonial menunjukkan
situasi musik dan nyanyian dalam kegiatan manusia; sedangkan “fungsi”
memperhatikan pada sebab yang ditimbulkan oleh pemakainya, dan terutama
tujuan-tujuan yang lebih jauh dari apa yang dilayaninya.
Dalam rangka tujuan penelitian ini, akan dikemukakan satu rumusan yang
dipilih khusus. Musik adalah peristiwa getaran, merupakan hasil interaksi getaran
dari waktu yang keluar dari satu atau lebih sumber getar dengan penggabungan
beberapa unsur dan teratur untuk mengungkapkan ide. Didalam bunyi sudah
terkandung jenis atau warna (timbre) dan waktu (durasi) yaitu interaksi dari nilai
waktu yang terkandung oleh bunyi maupun bukan bunyi yang sering disebut
ritme.
1.6.2 Konsep Biografi
Universitas Sumatera Utara
Biografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu bios yang berarti hidup, dan
graphien yang berarti tulis. Dengan kata lain biografi merupakan tulisan tentang
kehidupan seseorang.
Biografi secara sederhana dapat dikatakan sebagai sebuah kisah riwayat
hidup seseorang (http://kolom-biografi,blogspot.com/2016/01pengertian-biografiserta-cara-menulis-.html)Dalam ilmu sejarah biografi secara sederhana dapat
dikatakan sebagai sebuah kisah riwayat hidup seseorang. Biografi dapat berbentuk
beberapa baris kalimat saja, namun juga dapat berupa lebih dari satu buku.
Perbedaannya adalah, biografi singkat hanya memaparkan tentang fakta-fakta dari
kehidupan seseorang dan peran pentingnya, sementara biografi yang panjang
meliputi informasi-informasi penting, namun dikisahkan dengan lebih mendetail
dan tentunya dituliskan dengan gaya bercerita yang baik (Silitonga, 2011:7).
Biografi biasanya dapat bercerita tentang kehidupan seorang tokoh terkenal atau
tidak terkenal, yang masih hidup atau sudah mennggal. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, disebutkan bahwa biografi adalah riwayat hidup seseorang
yang ditulis oleh orang lan. Sedangkan menurut wikipedia, biografi adalah kisah
atau keterangan tentang kehidupan seseorang (Jeperson, 2009:6).
Biografi menganalisis dan menerangkan kejadian-kejadian dalam hidup
seseorang. Melalui biografi akan ditemukan hubungan, keterangan arti dari
tindakan tertentu atau misteri yang melingkupi hidup seseorang, serta penjelasan
mengenai tindakan atau perilaku hidupnya. Biografi memerlukan bahan-bahan
utama dan pendukung. Bahan utama dapat berupa benda-benda seperti surat-surat,
buku harian, atau klipping koran. Sedangkan bahan-bahan pendukung biasanya
Universitas Sumatera Utara
berupa biografi lain, buku-buku referensi atau sejarah yang memaparkan peranan
subjek biografi itu. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam menulis sebuah biografi
antara lain:
a. Pilih seseorang yang menarik perhatian anda
b. Temukan fakta-fakta utama mengenai kehidupan orang tersebut
c. Mulailah dengan eksiklopedia dan catatan waktu
d. Pikirkan apa lagi yang perlu diketahui mengenai orang tersebut
(http://kolom-biografi,blogspot.com/2016/01pengertian-biografi-sertacara-menulis-.html)
Beberapa pertanyaan yang mungkin dapat dijadikan pertimbangan misalnya:
a. Apa yang membuat orang ini istimewa atau menarik
b. Dampak apa yang telah dilakukan bagi dunia atau orang lain
c. Sifat apa yang mungkin akan peneliti gunakan untuk menggambarkan
orang tersebut
d. Contoh apa yang dilihat dari hidupnya yang menggambarkan sifat tersebut
e. Kejadian apa yang membentuk atau mengubah orang tersebut
f. Apakah ia mampu menghadapi rintangan tersebut
g. Apakah
ia
mengatasi
dengan
mengambil
resiko,
atau
dengan
keberuntungan
Apakah dunia akan menjadi lebih baik atau lebih buruk jika orang ini tidak pernah
hidup, bagaimana bisa dan mengapa.?
Universitas Sumatera Utara
(http://kolom-biografi,blogspot.com/2016/01pengertian-biografi-serta-caramenulis-.html).
Selain itu, dalam buku Antropologi Biografi Pengarang Sastra Indonesia,
dijelaskan bahwa dalam menyususn biografi seeorang harus memuat latar
belakang diri yang ingin kita tulis antara lain:
Keluarga yaitu memuat keterangan lahir, meninggal (jika sudah
meninggal), istri dan keturunan (orangtua, saudara dan anak). Pendidikan yaitu
pendidikan formal dan non formal dari tingkat dasar sampai perguruan tertinggi
jika ada. Pekerjaan, yang memberi penjelasan tentang pekerjaan, baik oekerjaan
yang mendukung kepengarangannya maupun yang tidak ada hubungannya sama
sekali dengan kepengarangannya.
Karya-karya itu yang didaftar mnurut jenisnya, baik berupa buku maupun
yang berupa karya yang diterbitkan secara terlepas, bahkan yang masih berbentuk
naskah, karena kadang-kadang ada pengarang yang mempunyai naskah karyanya
yang belum diterbitkan sampai dia meninggal.
Tanggapan para kritikus yang didaftarkan berdasarkan judul dan
sumbernya, dengan tujuan memberi keterangan kepada para pembaca tentang
tanggapan orang kepada pengarang itu. Hal itu tergantung kepada ada atau tidak
adanya orang yang menanggai (Silitonga,2011:6).
Berdasarkan sudut pandang diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa
biografi merupakan pendeskripsian hidup seseorang di masa lampau baik masih
hidup atau yang sudah meninggal, yang terkenal ataupun yang tidak terkenal.
Dalam kaitannya dengan penelitian dan penulisan biografi ini, maka biografi
Universitas Sumatera Utara
dalam tujuan ini bertujuan untuk menceritakan perjalanan hidup dari Dakka
Hutagalung di blantika musik Batak Toba.
Biografiuntuk memahami kehidupan seorang tokoh secara utuh sebagai
individu dan sekaligussebagai anggota masyarakat, haruslah dikaji kondisi sosial
budaya yang melatarbelakangi kehidupan tokoh tersebut. Sutherland dalam
bukunya Introductory Sociology menyatakan bahwa pada hakikatnya, kehidupan
pribadi itu merupakan abstraksi dari individu, masyarakat, serta budayanya.
Ketiga aspek tersebut mempunyai peranan saling mempengaruhi kepribadian
seseorang. Sedangkan Onghokham meenyatakan bahwa silsilah, keluarga, dan
orang-orang yang disekelilingnya pada masa kanak-kanak sampai dengan masa
dewasa mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan tokoh (Mulyanto,
1990:7).
1.6.3 Teori Etnomusikologi
Alan P. Merriam dalam buku The Antropologi Of Music menggunakan
teori etnomusikologi yang menyatakan bahwa music as sound, music as
knowledge, music behavior.
Selanjutnya Merriam berpendapat bahwa musik adalah bunyi, sebagai
suatu ekspresia. Apabila ingin memahami musik secara lebih dalam, maka
diperlukan usaha untuk menganaliss bagaimana pengelolaan elemen-elemen
bunyi musikal serta bagaimana interaksinya sehingga menghasilkan suatu
atmosfir khusus music as knowledge.
Apa yang dimaksud etnomusikologi itu adalah seperti diuraikan berikut
ini.
Universitas Sumatera Utara
Ethnomusicology is the study of music in its cultural context.
Ethnomusicologists approach music as a social process in order to
understand not only what music is but why it is: what music means to
its practitioners and audiences, and how those meanings are conveyed
Ethnomusicology is highly interdisciplinary. Individuals working in
the field may have training in music, cultural anthropology, folklore,
performance studies, dance, cultural studies, gender studies, race or
ethnic studies, area studies, or other fields in the humanities and
social sciences. Yet all ethnomusicologists share a coherent
foundation in the following approaches and methods: 1) Taking a
global approach to music (regardless of area of origin, style, or
genre). 2) Understanding music as social practice (viewing music as a
human activity that is shaped by its cultural context). 3) Engaging in
ethnographic fieldwork (participating in and observing the music
being studied, frequently gaining facility in another music tradition as
a performer or theorist), and historical research.
Ethnomusicologists are active in a variety of spheres. As
researchers, they study music from any part of the world and
investigate its connections to all elements of social life. As educators,
they teach courses in musics of the world, popular music, the cultural
study of music, and a range of more specialized classes (e.g., sacred
music traditions, music and politics, disciplinary approaches and
methods). Ethnomusicologists also play a role in public culture.
Universitas Sumatera Utara
Partnering
with
the
music
communities
that
they
study,
ethnomusicologists may promote and document music traditions or
participate in projects that involve cultural policy, conflict resolution,
medicine,
arts
programming,
or
community
music.
Ethnomusicologists may work with museums, cultural festivals,
recording labels, and other institutions that promote the appreciation
of the world’s musics
(http://www.ethnomusicology.org/?page=whatisethnomusicology).
Dari kutipan dalam situs web etnomusikologi.org tersebut, maka dapat
dipahami bahwa etnomusikologi adalah studi musik dalam konteks budayanya.
Etnomusikolog biasanya melakukan pendekatan musik sebagai proses sosial
untuk memahami tidak hanya apa musik tapi mengapa: apa artinya praktik musik
dan khalayak, dan bagaimana makna yang disampaikan musik tersebut.
Etnomusikologi sangat interdisipliner. Para ilmuwan yang bekerja di
lapangan etnomusikologi ini mungkin saja berasal dari pelatihan musik, atau
ilmuwan antropologi budaya, cerita rakyat, kajian pertunjukan, tari, studi budaya,
studi gender, studi ras atau etnik, studi kawasan, atau bidang lainnya di bidang
ilmu-ilmu humaniora dan sosial. Namun semua etnomusikolog berbagi landasan
yang koheren dalam pendekatan dan metodenya, seperti berikut: (1) Mengambil
pendekatan global untuk musik (terlepas dari daerah asal, gaya, atau genre). (2)
Memahami musik sebagai praktik sosial (melihat musik sebagai aktivitas manusia
yang dibentuk oleh konteks budaya). (3) Melakukan penelitian lapangan etnografi
(berpartisipasi aktif dalam mengamati musik yang sedang dipelajari, mengkaji
Universitas Sumatera Utara
tradisi musik baik sebagai pemain atau ahli teori sekaligus), dan penelitian sejarah
musik.
Etnomusikolog aktif dalam berbagai bidang. Sebagai peneliti, mereka
belajar musik dari setiap bagian di dunia ini dan menyelidiki koneksi ke semua
elemen kehidupan sosial. Sebagai pendidik, mereka mengajar kursus musik dunia,
musik populer, studi budaya musik, dan berbagai kelas yang lebih khusus
(misalnya, tradisi musik sakral, musik dan politik, mengajarkan pendekatan
disiplin ilmu dan metode). Etnomusikolog juga berperan dalam budaya
masyarakat.
Bermitra
dengan
komunitas musik
yang mereka pelajari,
etnomusikolog dapat mempromosikan dan mendokumentasikan musik tradisi atau
berpartisipasi dalam proyek-proyek
yang melibatkan kebijakan budaya,
penyelesaian konflik, pengobatan, pemrograman seni, atau komunitas musik.
Etnomusikolog dapat bekerja pada museum, festival budaya, rekaman label, dan
lembaga lain yang mempromosikan apresiasi musik dunia.
Musik merupakan suatu pengetahuan yang memiliki sistem dan metodenya
sendiri, baik musik maupun bermusik merupakan perilaku (behavior). Musik
merupakan perilaku seseorang atau masyarakat. 4Bahwa musik tidak hanya terdiri
atas bunyi melainkan perilaku manusia yang prakondisi untuk memproduksi
bunyi. Musik dapat eksis karena kendali dan perilaku manusia, dan beberapa jenis
perilaku terlibat didalamnya, salah satu diantaranya adalah “perilaku fisik” yang
ditunjukkan oleh sikap atau postur tubuh serta penggunaan otot-otot diafragma
waktu bernyanyi.
4
William P. Malm, 1964. The Antropology Of Mussic. Evaston: Northwesteren University Press,
halm, 20-23
Universitas Sumatera Utara
Perihal konseptual, pembentukan ide, (ideation), atau perilaku cultural,
menyangkut perihal konsep-konsep musik yang harus diterjemahkan kedalam
perilaku fisik guna memproduksi bunyi. Konsep Merriam5 menunjukkan bahwa
ada jiwa dan nilai yang mendasari musik, yang artinya musik tersebut juga
tercermin dalam perilaku dari komunitas dan budayanya. Oleh sebab itu, berarti
sistem yang diterapkan atau yang terjadi dalam musik tersebut dipengaruhi oleh
perilaku serta corak hidup dari penciptanya.
Pada bagian lain, Merriam juga menjelaskan bahwa etnomusikologi
merupakan studi musik dalam kebudayaan, ia juga mengemukakan pendapat
Mantle Hood yang menyatakan bahwa etnomusikologi adalah suatu cabang ilmu
pengetahuan yang mempunyai tujuan penyelidikan seni musik fenomena fisik,
psikologis, estetik dan cultural.
Mantle Hood juga mengemukakan bahwa studi ini diarahkan untuk
mengerti tentang musik yang dipelajari dari segi struktur musik dan juga untuk
memahami musik dalam konteks masyarakatnya. Teori ini kiranya cocok dipakai
dalam teori musik dalam rangka menemukan struktur musik adalah bunyi.
1.6.4 Teori Weighted Scale
Untuk mengkaji struktur musik lagu pop Batak Toba karya Dakka
Hutagalung, penulis menggunakan teori bobot tangga nada (Weighted Scale)
yang ditawarkan oleh Malm (1977). Unsur yang dikaji adalah mencakup struktur
melodi lagu pop Batak Toba seperti menggunakan nada-nada tinggi, kontur yang
menaik, dan kemudian disahuti dengan kata-kata yang bermelodi relaksasi.
5
Ibid., hal., 5.
Universitas Sumatera Utara
Seperti yang ditawarkan oleh Malm, bahwa ada delapan parameter itu adalah: (1)
tangga nada, (2) wilayah nada, (3) nada dasar, (4) interval, (5) jumlah nada-nada
yang digunakan, (6) formula melodi, (7) pola-pola kadensa, dan (8) konsur (garis
melodi).
Tangga nada atau dalam bahasa Inggris scale dapat dikonsepkan sebagai
nada-nada yang digunakan dalam sebuah lagu, yang didalamnya mengandung
unsur-unsur modal atau tonal. Nada-nada inilah yang menjadi unsur utama
pembentuk melodi. Adakalanya nada-nada hias lainnya diselipkan di antara
melodi yang harus disajikan secara akurat dalam pertunjukan musik. Melodipun
biasanya berkaitan dengan struktur bahasa masyarakat yang menghasilkan
kebudayaan musiktersebut. Dengan demikian, mengkaji tangga nada pastilah akan
kompleks, karena berkaitan dengan berbagai unsur kebudayaan manusianya.
Selanjutnya wilayah nada dapat didefinisikan sebagai jarak antara nada
terendah ke nada tertinggi dalam sebuah nyanyian. Jarak ini dapat diukur dengan
satuan cent, seperti yang ditawarkan oleh para pakar etnomusikologi terutama
Alexander J. Ellis, Atau jarak ini dapat diukur pula dengan istilah-istilah interval
seperti oktaf, prim murni, sekta mayor, dua oktaf dan seterusnya.
Nada dasar pula dapat dikonsepkan sebagai nada yang menjadi acuan
dasar dalam mengkomposisikan melodi. Berbagai kecenderungan musikal di
seluruh dunia biasanya mengandung nada dasar (tonecenter). Kecenderungan itu
dapat dilihat dalam berbagai karakternya seperti selalu digunakan dalam awal atau
akhir lagu. Demikian pula nada dasar ini menjadi setiap tumpuan di setiap frase
lagu, atau juga menjadi akhir setiap kadensa lagu.
Universitas Sumatera Utara
Interval atau selang nada adalah jarak-jarak yang digunakan dari satu nada
ke nada berikutnya dalam sebuah komposisi lagu. Interval ini biasanya diukur
berdasarkan sistem cent atau juga menurut interval-interval yang umum
digunakan dalam musikologi barat, seperti sekunde mayor, sekunde minor, ters
mayor, ters minor, kuart murni, kuint murni, dan seterusnya. Dalam sebuah
melodi lagu umumnya dijumpai interval yang melangkah atau melompat, yang
diatur oleh penciptanya sedemikian rupa.
Unsur melodi lainnya adalah jumlah nada-nada yang digunakan. Ini dapat
dimaknai secara kuantitatif bagaimana masing-masing nada anggota dalam
sebuah tangga nada didistribusikan dalam sebuah lagu. Biasanya dapat dihitung
berdasarkan kemunculannya beberapa kali. Namun ada pula yang menghitungnya
berdasarkan seberapa besar nilai durasi masing-masing nada itu membentuk
bangunan lagu. Jumlah nada-nada ini secara kuantitatif dapat didekati dengan
metode statistik. Gunanya adalah untuk melihat sejauh apa peranan musikal
masing-masing nada dalam sebuah komposisi.
Unsur melodi lainnya adalah formula melodi. Sebagai sebuah komposisi,
amaka setiap lagu pasti disusun oleh bentuk-bentuk melodi, yang biasa saja
diulang-ulang, adakalanya tidak diulang dan dikembangkan terus secara berbeda.
Formula-formula melodi ini, biasanya dikaji berdasarkan bentuknya apakah
binari, ternari, tunggal, dan seterusnya. Setelah itu, setiap bentuk melodi pasti
disusun oleh frase-frase melodi. Kemudian setiap frase melodi umumnya dibentuk
oleh motif-motif, sebagai kesatuan terkecil dalam bangunan melodi lagu.Polapola kadensa dapat diartikan sebagai beberapa nada akhir setiap frase dalam lagu.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa nada itu bisa saja dua, tiga, empat atau lebih,namun letaknya adalah
diujung frase-frase melodi. Biasanya diulang-ulang dan memiliki struktur saling
terkait dengan kadensa lainnya. Dengan demikian, kadensa ini dapat dimaknai
sebagai kecenderungan melodis dalam ujung-ujung frase.
Unsur melodi yang kedelapan adalah kontur yang dapat dikonsepkan
sebagai garis perjalanan melodi baik itu bentuk secara keseluruhan, frase-frasenya
atau hanya motif-motifnya. Kontur ini dapat pula dideskripsikan dengan
menggunakan kata-kata seperti garis lurus, berayun keatas, berayun kebawah,
berjenjang, melengkung, kurva, melesat keatas, jatuh kebawah, dan seterusnya.
Kontur juga selalu digunakan dalam mendeskripsikan kata-kata atau kalimat
dalam bahasa. Demikian kira-kira delapan parameter melodi yang ditawarkan
oleh Malm, menurut tafsiran dan uraian penulis.
1.6.5 Teori Semiotik
Dalam mengkaji makna tekstual dalam lagu Dakka Hutagalung, penulis
lebih fokus dengan menggunakan teori semiotik. Selanjutnya teori ini akan
digunakan dalam usaha untuk memahami bagaimana makna lagu yang dciptakan
dan dikomunkasikan. Dua tokoh perintis semiotik adalah Ferdinand de Saussure
seorang ahli bahasa dari Swiss dan Charles Sanders Peirce, seorang filisof dari
Amerika Serikat. Saussure melihat bahasa sebagai sistem yang membuat lambang
bahasa itu terdiri dari sebuah imaji bunyi (sound image) atau signifier yang
berhubungan dengan konsep (signified). Setiap bahasa mempunyai lambang bunyi
tersendiri.
Universitas Sumatera Utara
Peirce juga menginterpretasikan bahasa sebagai lambang, tetapi terdiri dari
tiga bagian yang saling berkaitan: (1) representation, (2) pengamat (interpretant),
dan (3) objek. Dalam kajian kesenian berarti kita harus memperhitungkan peranan
seniman pelaku dan penonton sebagai pengamat dari lambang-lambang dan usaha
kita untuk memahami proses pertunjukan atau proses penciptaan. Peirce
membedakan lambang-lambang ke dalam tiga kategori, yaitu: ikon, indeks,
simbol. Apabila lambang itu menyerupai yang dilambangkan seperti foto, maka
disebut ikon. Jika lambang itu menunjukkan akan adanya sesuatu seperti
timbulnya asap akan diikuti api, disebut indeks. Jika lambang tidak menyerupai
yang dilambangkan, seperti burung garuda melambangkan negara Republik
Indonesia, maka disebut dengan simbol.
Semiotik atau semiologi adalah kajian terhadap tanda-tanda (sign) serta
tanda-tanda yang digunakan dalam prilaku manusia. Definisi yang sama
dikemukakan oleh salah seorang pendiri teori semiotik, yaitu pakar linguistik dari
Swiss Ferdinand De Sausurre yang mengatakan bahwa kajian mengenai
“kehidupan tanda-tanda mengenai kehidupan masyarakat yang menggunakan
tanda-tanda itu”. meskipun kata-kata itu telah dipergunakan oleh filosof Inggris
abad ke-17 yaitu John locke, gagasan semiotik sebagai modus interdisiplin ilmu,
dengan berbagai contoh fenomena yang berbeda dalam berbagai lapangan studi,
baru muncul ke permukaan pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, ketika
munculnya karya-karya Sausurre dan karya-karya seorang filosof Amerika
Serikat, Charles Anders Peirce.
Universitas Sumatera Utara
Dalam karya awal Peirce lapangan semiotik ini, ia menumpukan perhatian
ini kepada pragmatisme dan logika. Ia mendefinisikan tanda sebagai “sesuatu
yang mendukung seseorang untuk sesuatu yang lain”. Salah satu sumbangannya
yang besar bagi semiotik adalah pengkategoriannya mengenai tanda-tanda
kedalam tiga tipe, yaitu: (a) ikon, yang disejajarkan dengan referennyya (misalnya
jalan raya adalah tanda untuk jatuhnya bebatuan); (b) indeks, yang disamakan
dengan referennya (asap adalah tandanya api) dan (c) simbol, yang berkaitan
dengan referennya dengan cara penemuan seperti kata-kata atau signal trafik.
Ketiga aspek tanda ini penulis pergunakan untuk mengkaji syair lagu karya Dakka
Hutagalung.
1.6.5.1 Semiotik Charles Sanders Peirce
Peirce dalam buku Interpretasi dan Semiotika (Panuti Sudjiman & Art van
Zoert) menuliskan bahwa semiotika dapat dipecahkan dengan baik yang
disebabkan oleh masalah inferense (pemikiran logis), akan tetapi semiotika juga
membahas masalah-masalah dan signifikasi dan komunikasi. Salah satu gagasan
beliau dalam teori semiotika adalah mengenai tanda-tanda yang dibagi dalam tiga
kategori adalah a. ikon, b. Indeks dan c. Simbol.
Bahasa sebagai lambang semiotika terdiri dari tiga bagian yang saling
berkaitan: (1) Representatum, (2) Interpretant (pengamat) dan (3) sebagai objek.
Emiotika membicarakan hal ini sedemikian rupa sehingga batas antara semiotika
dan teori komunikasi tidak selalu jelas. Teori komunikasi menaruh perhatian pada
kondisi penyampaian signifikasi, yaitu pada saluran komunikasi. Berkat saluran
komunikasi inilah pesan dapat disampaikan.
Universitas Sumatera Utara
Peirce mengemukakan teori segitiga makna atau triangel meaning yang
terdiri dari tiga elemen, yakni tanda (sign), object, dan interpretant. Tanda adalah
sesuatu yang terbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera anusia dan
merupakan sesuatu yang merujuk (merepresentasikan) hal lain diluar tanda itu
sendiri. Tanda menurut Peirce terdiri dari simbol (tanda yang muncul dari
kesepakatan), ikon (tanda yang muncul dari perwakilan fisik), dan indeks (tanda
yang muncul dari sebab-akibat). Sedangkan acuan tanda ini disebut objek. Objek
atau acuan tanda adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda sesuatu
yang dirujuk tanda (Santosa, 1993:10) dan (Pudentia, 2008:323).
OBJEK
REPRESENTAMEN
INTERPRETAN
Bagan 1.1 Segitiga makna
Universitas Sumatera Utara
Menurut Peirce (Santosa, 1993:10) pemahaman akan struktur semiosis
menjadi dasar yang tidak dapat ditiadakan bagi penafsir dalam upaya
mengembangkan pragmatisme. Seorang menafsir adalah yang berkedudukan
sebagai peneliti, pengamat, dan pengkaji objek yang dipahaminya. Dalam
mengkaji objek yang dipahaminya, seorang penafsir yang jeli dan cermat, segala
sesuatunya akan dilihat dari tiga jalur logika, yaitu hubungan penalaran dengn
jenis penandanya, hubungan kenyataan dengan jenis dasarnya dan hubungan
pikiran dengan jenis pertandanyaseperti yang tertera dalam bagan 1.2.
Ground/
Objek/ referent: yaitu Interpretant:
Representamen:
yang diacu
Tanda
itu
sebagai
sendiri
tanda-tanda baru yang
terjadi
perwujudan
dalam
batin
penerima
gejala umum
Qualisign:
Icon:
tanda
terbentuk oleh suatu penandanya
kualitas
yang Rheme:
ada tanda
suatu
yang kemiripan. Misalnya: kemungkinan
merupakan suatu tanda, foto, peta
konsep,
misalnya:
memungkinkan
“keras”
atau
yaitu
suara sebagai tanda,
menafsirkan
warna hijau
berdasarkan
yang
pilihan.
Misalnya
merah”
menangis,
“mata
bisa
tapi
baru
bisa
Universitas Sumatera Utara
juga yang lain
Insign/tokens:
Indeks:
Terbentuk
Dicent Sign:
melalui Hubungan tanda dan Tanda sebagai fakta
realistik fisik. Misalnya objek
rambu lalu lintas
karena
sebab pernyataan
deskriptif
akibat. Misalnya: asap eksistensi aktual suatu
dan api.
objek, misalnya: tanda
larangan parkir adalah
kenyataan tidak boleh
parkir
Legisign:
Hukum
yang
Symbol:
atau
berupa
Setiap
legisign,
Suara
kaidah Hubungan tanda dan Tanda
tand. objek
tanda kesepakatan/
konvensional
Argument:
suatu
karena yang
suatu memberikan
aturan
langsung
alasan.
adalah tanda yang penanda Misalnya: gelang akar
misalnya; atau pertanda arbiter bahan dengan alasan
wasit
pelanggaran
dalam konveksional.
Misalnya
kesehatan.
bendera,
kata-kata.
Tabel 1.1
Pembagian Tanda. Sumber Emi Yunita (2011)
1.6.5.2 Semiotik Ferdinand de Saussure
Teori semiotik ini dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure (1857-1913).
Dalam teorinya Saussure membagi dua bagian (dikotomi), yaitu penanda
Universitas Sumatera Utara
(signifier) dan pertanda (signified). Penanda adalah wujud fisik yang dapat
dikenal melalui wujud arsitektur atau seni rupa. Sedang pertanda yang dilihat
sebagai makna yang terungkap melalui konsep, fungsi, dan/atau nilai-nilai yang
terkandung didalam karya arsitektur. Eksistensi semiotik Saussure adalah relasi
antara penanda dan pertanda berdasarkan konvensi, bisa disebut dengan
signifikasi. Semiotik signifikasi adalah sistem tanda yang mempelajari relasi
elemen tanda dalam sebuahsistem berdasarkan aturan atau konvensi tertentu.
Kesepakatan sosial diperlukan untuk dapat memaknai tanda tersebut (Culler,
1996:7). Bagan berikut tentang tanda (sign) yng dikemukakan oleh Saussure
(dalam Djajasudarma, 1993:23).
Hubungan antara significantdan signifie bersifat arbitrer atau sembarang
saja. Dengan kata lain, tanda bahasa (signe linguistique atau signe) bersifat
arbitrer. Significant bersifat linear, unsur-unsurnya membentuk suatu rangkaian
(unsur yang satu mengikuti unsur lainnya).
Sign/ Simbol
Signified
Signifier
Bagan 1.2
Tentang hubungan Tanda
Universitas Sumatera Utara
Menurut Saussure (Caer, 2003:348) tanda terdiri dari (a) bunyi-bunyian
dan gambar, yang disebut signifier atau penanda, dan (b) konsep-konsep dari
bunyi-bunyian dan gambar , disebut signified. Dalam berkomunikasi, seseorang
menggunakan tanda untuk mengirim makna tentang objek dan orang lain akan
menginterpretasikan tanda tersebut. Objek bagi Saussure disebut referent. Hampir
sama dengan pendapat Peirce yang mengistilahkan interpretant untuk signified
dan menyebutkannya sebagai unsur tambahan dalam proses penandaan. Contoh,
ketika orang menyebut kata “anjing” (signifier) dengan nada mengumpatkan
maka hal tersebut merupakan tanda kesialan (signified). Begitulah menurut
Saussure, “signified dan signifier” merupakan kesatuan, tidak dapat dipisahkan
seperti dua sisi dari sehelai kertas.
Bahasa merupakan sistem tanda, dimana setiap tanda yang ada terdiri dari
dua bagian yaitu signifier dan signified. Signifier merupakan konsep, ide, atau
gagasan. Sementara signified adalah kata-kata atau tulisan yang menyampaikan
konsep, ide, atau gagasan tersebut. Kedua unsur ini tidak dapat dipisahkan, suatu
signified tanpa signifier tidak memiliki arti apa-apa, sebaliknya signifier tanpa
signified tidak mungkin dapat disampaikan. Contohnya manusia yang masih
sangat muda yang belum bisa berbicara dan berjalan merupakan sebuah signifier.
Untuk menyampaikan gagasan dalam signifier tersebut maka digunakan signified
“bayi”.
1.6.5.3 Semiotik Halliday
Halliday mengembangkan semiotik terutama dalam bidang bahasa
(linguistic). Pembagian semiotik bahasa beliau dibagi dua yaitu semiotik
Universitas Sumatera Utara
dedonatif yang mengkaji tanda-tanda bahasa dalam makna sesungguhnya, dan
yang kedua adalah semiotik konotatif yang mengkaji bahasa dalam makna di luar
makna yang sesungguhnya.
Dalam pemakaian bahasa, sistem konotatif terdapat dalam hubungan
bahasa dengan konteks sosial yang terdiri atas ideologi, konteks budaya dan
faktor situasi sebagai semiotik konotatif, pemakaian bahasa menunjukkan bahwa
ideologi tidak memiliki bentuk. Oleh karena itu, semiotik meminjamkan budaya
sebagai
bentuk
sehingga
ideologi
terealisasikan
oleh
budaya,
budaya
direalisasikan oleh konteks situasi. Selanjutnya konteks situasi meminjamkan
semiotik oleh bahan yang mencakup semantik, tata bahasa dan fenologi.
Bahasa dalam pandangan semiotik sosial menandai jenis pendekatan yang
dilakukan oleh Halliday. Dalam pengertian ini bahwa sebagai semiotik, bahasa
terjadi dari dua unsur yaitu arti dan ekspresi(Ungkapan), berbeda dengan semiotik
biasa sebagai semiotik sosial sosial bahasa memiliki unsur lain yaitu bentuk.
Dengan demikian bahasa dalam interaksi sosial terdiri dari tiga unsur yaitu arti,
bentuk dan ekspresi. Arti semantic atau discourse semantic direalisasikan pada
bentuk gambar (grammar atau expression) dan bentuk ini seterusnya dikodekan
oleh ekspresi atau phonology/grapohology (Saragih, 2000:11).
1.6.5.4 Semiotik Roland Barthes
Teori ini dikemukakan oleh Roland Barthes (1915-1980), dalam teo
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebudayaan Indonesia di zaman sekarang ini sangat jauh tertinggal bahkan
hampir punah dikarenakan masuknya kebudayaan-kebudayaan barat yang telah
menghipnotis para pemuda sebagai penerus bangsa Indonesia, Budaya merupakan
bagian dari kehidupan masyarakat, budaya ada di dalam masyarakat dan lahir dari
pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap kelompok masyarakat
tertentu. Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki
keanekaragaman suku dan budaya, Hal ini menjadi suatu kebanggaan bagi
Indonesia yang telah banyak dikenal oleh negara-negara lain. Setiap suku di
negara Indonesia memiliki budaya yang berbeda, termasuk adat istiadat, musik
dan bahasa.
Budaya dalam setiap suku di Indonesia merupakan budaya yang
diwariskan secara turun temurun dan dilestarikan dengan tetap melaksanakannya
dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah budaya pada suku Batak yang
merupakan suku yang hidup dan berkembang di Provinsi Sumatera Utara. Suku
Batak terdiri dari Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Pakpak Dairi, Batak
Mandailing, dan Batak Toba. Suku Batak Toba memiliki budaya yang diwariskan
dari leluhurnya secara turun-temurun. Salah satu bentuk dari kebudayaan itu
adalah kesenian. Suku Batak Toba memiliki kesenian seperti seni musik, seni tari,
seni rupa, seni sastra dan juga seni kerajinan tangan.
Universitas Sumatera Utara
Pada dasarnya karya musik merupakan refleksi perasaan, pikiran atau
cerminan realitas sosial dari nilai-nilai kehidupan yang ada dalam masyarakat
tersebut. Didalam diri manusia terdapat berbagai macam inspirasi, ide, gagasan
yang dituangkan lewat seni dan seni tersebut memiliki peranan penting dan tidak
terlepas dari kehidupan manusia, sebab seni tumbuh dan berkembang ditengahtengah manusia. Inspirasi, ide, gagasan yang dituangkan lewat seni pada dasarnya
bersumber dari perasaan manusia seperti sedih, senang, marah, kecewa, cinta atau
perasaan lainnya yang sedang dirasakan pencipta atau pelaku seni.
Seni yang diciptakan oleh pencipta atau pelaku seni biasanya melalui
media bunyi, suara, gerak, rupa, kata-kata secara tepat sehingga dapat diterima
dan dirasakan oleh penikmat dan pengamat seni. Musik merupakan cabang dari
seni. Seni musik juga termasuk salah satu media atau sarana yang digunakan
dalam mengekpresikan diri. Manusia menggunakan bunyi melalui suara manusia
dan melalui ragam alat musik. Alat musik atau instrumen musik berperan sebagai
media yaitu alat pengantar/penyalur inpirasi, ide, gagasan yang dituangkan
komponis dalam suatu komposisi yang ditulis dalam bentuk partitur atau tulisan
musik. Pemain musik melalui alat musiknya membantu mewujudkan partitur
dalam bentuk nada-nada yang dapat didengar.
Sebagai suatu karya seni, musik pada hakikatnya merupakan bagian dari
kebudayaan yang tidak terpisahkan dari peradaban manusia, masyarakat atau
bangsa. Manusia sebagai makhluk sejarah mampu menciptakan kebudayaan, dan
dalam setiap fase-fase kehidupan manusia tidak pernah melepaskan diri dari
kebuadayaan karena manusia turut mengambil bagian dalam kebudayaan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Kemajuan atau kemunduran kebudayaan suatu daerah tidak terlepas dari seorang
tokoh pendukung kebudayaan tersebut. Oleh karena itu sangat penting
mengetahui dan memahami peranan tokoh dimasa lalu sebagai bagian dari
pendukung kebudayaan suatu masyarakat.
Untuk memahami peranan para tokoh dimasa lalu dapat dilihat kembali
melalui jejak-jejak yang mereka tinggalkan. Jejak-jejak itu dapat berupa tulisan
maupun keterangan-keterangan lisan dari para tokoh (jika masih hidup) ataupun
orang yang mengenal tokoh tersebut, baik secara langsung maupun secara tidak
langsung mengenai kehidupan para tokoh tersebut.
Dalam Khasanah, buku yang menceritakan kisah tentang seorang tokoh
terdiri dari tiga jenis. Pertama, otobiografi merupakan kisah perjalan hidup
seseorang yang ditulis sendiri oleh sang tokoh. Kedua, memori merupakan tulisan
kenang-kenangan tentang seseorang yang ditulis oleh banyak orang yang pernah
mengisi dinamika kehidupan sang tokoh, baik kawan sekolah, kolega, atasan,
bawahan, kerabat maupun orang lain yang pernah mengenalnya. Ketiga, biografi
merupakan kisah perjalanan hidup seorang tokoh yang ditulis oleh orang lain
berdasarkan informasi dari si tokoh maupun narasumber lain (Sembiring 2010:2).
Dalam tulisan ini penulis bertugas sebagai penulis riwayat hidup seseorang.
Biografi merupakan salah satu bentuk penghargaan yang biasa diberikan
kepada tokoh yang berperan penting ditengah-tengah masyarakat. Biografi
mempermudah orang untuk mempelajari sejarah. Banyak orang yang sangat sulit
bahkan tidak dapat mempelajari sejarah melalui tema-tema sejarah, akan tetapi
lebih mudah memasuki masa-masa yang lalu melalui biografi.
Universitas Sumatera Utara
Selain itu, dengan biografi dapat dipahami para pelaku sejarah, zaman
yang menjadi latar belakang biografi, lingkungan sosial politiknya (Kuntowijoyo,
2003:203). Selanjutnya Kuntowijoyo mengemukakan bahwa sebenarnya sebuah
biografi tidak perlu menulis tentang hero yang menentukan jalan sejarah, cukup
partisipan, bahkan the unknown (Kuntowijoyo, 2003: 203-204). Sehubungan
dengan kepribadian tokoh, sebuah biografi perlu memperhatikan adanya latar
belakang keluarga, pendidikan, lingkungan sosial-budaya, dan perkembangan diri
(Kutowijoyo, 2003:207).
Awal pesatnya pertumbuhan musik populer Batak terjadi tahun 1940-an
dikenal dengan sebutan era Tapanuli modern adalah bagian dari perubahan sosial
yang terjadi pada masyarakat Batak. Beberapa tokoh pencipta lagu-lagu Tapanuli
modern adalah Nahum Situmorang, Sidik Sitompul, Ismail Hutajulu, Cornel
Simanjuntak, dan Dakka Hutagalung.
Dalam tulisan ini mengangkat seorang tokoh dari masyarakat Batak Toba
yang sudah menciptakan ratusan lagu-lagu Batak Toba bernama Dakka
Hutagalung merupakan komponis Batak yang lahir di Sibaganding Pahae,
Tapanuli Utara, 20 Oktober 1948 dan mulai umur 24 tahun menciptakan lagu-lagu
Batak Toba yaitu pop Batak dan rohani Batak, dan beberapa lagu berbahasa
Indonesia. Lagu-lagu ciptaan Dakka Hutagalung antara lain: Sonata yang indah,
Dia dan Dia, Tembang Rindu Danau Toba, Perahu Cinta, Tabahlah Mama, Gereja
Bolon, Inang, Sipata, Buni di Ateate, Didia Rokkaphi, Unang Boasa, Didia
Jumpang Au, Anakhonhu, Ho do Rajaku Togihon Au Tuhan, KepadaMu Ku
Bersyukur, Kaulah Rajaku.
Universitas Sumatera Utara
Nama Dakka diambil dari kenyataan, ketika Dakka Hutagalung lahir jari
tangannya bercabang, atau disebut Hiperdakkiti (hiperdakkiti disebut bila jumlah
jarinya enam). Dalam bahasa Batak bercabang diartikan Dakka, karena lahir
dalam kondisi hiperdakkiti itu, maka orang tuanya memberi nama Dakka.
Kegiatan Dakka sedari kecil Dakka suka menyanyi dan bermain gitar. Aktivitas
bermain musik lebih banyak dilakukan dibandingkan sekolah. Ketika itu Dakka
bersekolah di SMPN 6 Medan dan menekuni talentanya. Sewaktu masih sekolah
di SMP dia pernah menjadi juara kedua nyanyi (vokal solo) dalam ajang Pesta
Paduan Suara gerejawi (Perparawi) yang diadakan di Medan. Pada saat itu
menjadi momentm yang bagus mengembangkan talenta tarik suara. Namun
peristiwa G-30-S/PKI membuat semuanya berantakan. Setelah hal itu terjadi
maka Dakka Hutagalung akhirnya merantau ke Jakarta untuk melanjutkan
sekolah. Karena minat dan bakatnya ke musik, hanya saja persaingan di Ibu Kota
sangat berat. Setelah berumur 24 tahun Dakka mulai giat dan tekun menciptakan
lagu-lagu.
Sebelum menjadi pencipta lagu, Dakka dikenal sebagai personil trio pada
tahn 1972 yang bernama Trio Golden Heart. Trio Golden Heart merupakan trio
yang pertama mengumumkan media lewat recording rekaman, tulis, dan cetak di
Indonesia tepatnya di Jakarta. Personil grup penyanyi Trio ini adalah Dakka
Hutagalung, Star Pangaribuan, dan Ronald Tobing.
Nama Trio Golden Heart mempunyai makna tersendiri, Golden yang
berarti emas, dan Heart yang berarti hati, setiap personilnya memposisikan sebagi
orang-orang berhati emas atau pengasih, Nama Trio Golden Heart muncul atas
Universitas Sumatera Utara
dasar kesepakatan para personilnya. Trio ini sangat digemari oleh masyarakat
pada tahun 1970-an, terutama lagu-lagu Batak dan lagu Rohani yang diambil dari
Buku Ende yang dinyanyikan oleh mereka. Trio Golden Heart menghasilkan 28
album yang terdiri dari pop Batak, rohani, melayu dan irama dangdut. Seiring
perjalanan waktu, trio ini menghilang dari panggung musik, Star Pangaribuan
yang telah meninggal dunia, Ronald Tobing menderita Stroke, dan sampai
sekarang hanya Dakka Hutagalung yang masih tetap segar dan sehat, Dari sana
Dakka beranjak menjadi pengarang lagu. Di organisasi musik, Dakka didaulat
menjadi dewan pembina Persatuan Artis Batak Indonesia (PARBI).
Dakka Hutagalung mulai menciptakan lagu pada tahun 1970-an bersama
ayahanda yang berjudul “Sibaganding”. Sibaganding adalah nama sebuah
kampung di dekat kota Parapat, tempat keluarga Dakka Hutagalung pernah
berdomisili. Pada umumnya lagu ciptaan Dakka Hutagalung direkam dan
dinyanyikan , oleh trio Golden Heart maupun penyanyi lain dan banyak dari hasil
karyanya yang populer sampai ke tingkat Nasional, Banyak karya Dakka yang
melegenda yang sampai sekarang dinyanyikan di pesta, kafe, dan acara-acara
penting lainnya.
Dalam menciptakan lagu Dakka sangat mandiri. Dia selalu berusaha untuk
menciptakan lagu tanpa meniru lagu lain. Dakka menciptakan lagu sesuai dengan
karakter, warna, dan berdasarkan apa yang ada dipikirannya.
Didalam menciptakan lagu, Dakka Hutagalung membuat klasifikasi
penciptaan yaitu ciptaan yang bertema cinta, rohani, nasihat dan ungkapan kasih
keluarga. Seorang Dakka menciptakan lagu yang memiliki makna yang tersurat
Universitas Sumatera Utara
dan tersirat dibalik penggunaan tanda dalam kehidupan manusia sehari-hari.
Dakkadapat menjelaskan persoalan yang berkaitan dengan penggunaan tanda, isi
pesan dan cara penyampaiannya.
Makna lagu dapat digunakan oleh Dakka untuk menyampaikan sesuatu
pesan. Pemancaran makna dan pesan itu melibatkan semua bentuk perlakuan dan
konteks kewujudannya baik dalam bentuk bahasa ataupun perbuatan, atau keduaduanya sekaligus. Dihubungkan dengan syair atau teks adalah kata-kata yang asli
dibuat oleh Dakka Hutagalung. Menurut penulis syair atau teks adalah rangkaian
kata-kata yang memperkuat komposisi musik dan juga merupakan sarana
komunikasi si pencipta lagu, Melalui syair dapat diketahui makna, pesan, tujuan
dari sebuah lagu atau banyak hal yang bisa diungkapkan dan dikomunikasikan
lewat syair atau teks.
Secara umum banyak lagu Dakka Hutagalung., namun berdasarkan
temanya biasanya dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (a) tentang kasih sayang
seorang ibu (b) tema percintaan (c) tema perjuangan (d) tema keindahan alam (e)
tema religi dan lain sebagainya. Dihubungkan dengan syair atau teks adalah katakata yang asli dibuat pengarang lagu. 1Syair adalah teks atau kata-kata lagu,
dengan kata lain suatu komposisi puisi yang sering dilagukan. Syair yang
memperkuat komposisi musik, dapat dikatakan tanpa syair akan sulit mengetahui
makna atau tujuan dari sebuah lagu. Sigmund Freud dalam Migdolf
1
Badudu Zain, 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. 1455
Universitas Sumatera Utara
mengemukakan bahwa syair lagu adalah kata yang keluar dari hati dan keluar dari
mulut serta diiringi oleh lidah. 2
Setiap masyarakat/ budaya memiliki musik atau dapat dikatakan setiap
orang memerlukan musik. Musik adalah perilaku sosial yang kompleks dan
universal. Setiap masyarakat memeiliki apa yang dsebut dengan musik dan setiap
anggota masyarakatnya adalah musikal akan tetapi musik bukanlah genre seni dan
unsur kebudayaan yang berdiri sendiri.
Budaya adalah sekelompok orang yang menanggung kebutuhan bersama,
lingkungan, perhatian dan nilai, teridentifikasi serta terpilih secara teratur oleh
dunia suara, sensitivitas manusia terhadap suara, produksi suara saat ini, masa lalu
serta yang termodifikasi. Kluckohn mengatakan kebudayaan sering diartikan
sebagai keseluruhan cara hidup manusia, yaitu warisan sosial yang diperoleh
seseorang dari kelompoknya dan kebudayaan dapat dianggap sebagai bagian
lingkungan yang diciptakan manusia.
Musik sangat penting bagi aktivitas masyarakat Batak Toba, bernyanyi
bersama-sama dapat dilihat dari pembagian musik vokal Batak Toba, bagaimana
orang Batak menggambarkan suasana hatinya dan menuangkannya lewat tarian
dan nyanyian. Musik memiliki pengaruh yang kuat atau musik merupakan suatu
bagian yang tidak terpisahkan dengan budaya. Musik merupakan suatu budaya
yang mencerminkan aspek sosial kemasyarakatan dimana musik itu hidup,
tumbuh, dan berkembang, Musik secara signifikan dapat merubah sebuah situasi,
karena musik mampu mengekspresikan berbagai hal yang terjadi dalam sistem
2
Migdolf, 2002, hal. 52.
Universitas Sumatera Utara
sosial sehingga musik mempunyai fungsi yang sangat luas, misalnya musik
diadakan untuk menghibur penguasa di istana, untuk upacara yang bersifat ritual,
hiburan, untuk upacara pernikahan dan lain-lain, tergantung kepada konteks
penyajian dan jenis musik yang dibutuhkan. Berdasarkan uraian di atas, penulis
tertarik untuk membahas lebih lagi secara detail, mengangkat dan melakukan
penelitian yang berjudul: KAJIAN STRUKTUR MUSIK, MAKNA TEKS
DAN
TEMA
LAGU
POP
BATAK
TOBA
KARYA
DAKKA
HUTAGALUNG
1.2 Pokok Permasalahan
Mengingat luasnya cakupan-cakupan masalah untuk mempersingkat
cakupan masalah, keterbatasan waktu, dana, kemampuan menulis, maka peneliti
mengadakan pembatasan masalah untuk mempermudah pemecahan masalah yang
dihadapi dalam penelitian ini. Adapun yang menjadi pokok masalah yang diteliti
adalah:
1. Bagaimana biografi kehidupan Dakka Hutagalung?
2. Bagaimana struktur musik lagu pop Batak Toba karya Dakka Hutagalung?
3. Bagaimana makna teks dan pemetaan lagu pop Batak Toba karya Dakka
Hutagalung?
4. Bagaimana eksistensi lagu pop Batak Toba karya Dakka Hutagalung?
5.
1.3 Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan selalu mengarah kepada tujuan yang merupakan suatu
keberhasilan penelitian yaitu tujuan penelitian. Tujuan penelitian merupakan
Universitas Sumatera Utara
jawaban atas pertanyaan dan penelitian. Maka tujuan yang hendak dicapai oleh
peneliti adalah:
1. Untuk mengenal sosok kehidupan Dakka Hutagalung?
2. Untuk menganalisis struktur musik lagu pop Batak Toba karya Dakka
Hutagalung?
3. Untuk menganalisis makna teks dan pemetaan lagu pop Batak Toba
karya Dakka Hutagalung?
4. Untuk mengetahui eksistensi lagu pop Batak Toba karya Dakka
Hutagalung?
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian adalah kegunaan dari hasil penelitian yang dilakukan
dan juga merupakan sumber informasi dalam mengembangkan penelitian
selanjutnya. Setiap penelitian pasti hasilnya akan bermanfaat baik oleh peneliti itu
sendiri maupun lembaga atau instansi tertentu ataupun orang lain. Maka manfaat
penelitian yang diharapkan peneliti adalah sebagai berikut:
1. Diharapkan dapat memberikan informasi kepada mahasiswa secara umum
dan mahasiswa Program Studi Pascasarjana penciptaan dan Pengkajian
Seni khususnya tentang karya Dakka Hutagalung pada lagu pop Batak
Toba.
2. Bagi masyarakat diharapkan dapat memberikan informasi kepada
masyarakat mengenai salah satu tokoh pencipta lagu Batak.
Universitas Sumatera Utara
3. Bagi pemerintah penelitian ini diharapkan agar pemerintah lebih
memahami, memperhatikan, dan memberikan penghargaan yang pantas
bagi tokoh-tokoh yang berjasa dalam mengembangkan seni di lingkungan
masyarakat Batak Toba. Selain itu, tulisan ini menjadi bahan masukan
dalam kajian struktur musik dan makna teks lagu pop Batak Toba Karya
Dakka Hutagalung.
4. Bagi penulis/peneliti dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan
memperluas wawasan berpikir peneliti dalam ilmu mencipta lagu kajian
struktur musik dan makna teks lagu pop Batak Toba Karya Dakka
Hutagalung.
5. Untuk mengetahui gagasan, pikiran, dan hasil karya pencipta lagu Batak
Dakka Hutagalung dalam menciptakan suatu karya.
6. Untuk menambah pengetahuan, wawasan dan kemampuan penulis dalam
menuangkan gagasan maupun ide kedalam suatu karya tulis
7. Sebagai bahan acuan, referensi atau perbandingan bagi peneliti berikutnya
yang berniat melakukan penelitian.
1.5 Tinjauan Pustaka
Untuk mendukung penelitian ini penulis menggunakan sumber yang
berasal dari buku yaitu:
Achim Sibeth, Kozok U, Gintin JR. The Batak: Peoples of the Island of
Sumatra;Living with Ancertors, (New York: Thames and Huson, (1991). Buku ini
menjelaskan tentang pengenalan sejarah Batak di Sumatera Utara. Yaitu
Universitas Sumatera Utara
mencakup: ekonomi, budaya keagamaan, sastra, keahlian seni, dan silsilah
masyarakat Batak.
Alan P. Merriam. The Antropology of Musik (Chicago: North Westwrn
University Press, 1964).
3
Bahwa fungsi musik dalam sebuah masyarakat
berkenaan dengan berbagai kebutuhan, selain menjelaskan fungsi musik, buku ini
juga menjeslakan 10 fungsi musik dalam suatu masyarakat, antara lain: fungsi
ekspresi, emosional, fungsi kenikmatan estetis, fungsi iringan, fungsi komunikasi,
fungsi penggambaran simbolik, fungsi respon fisik, fungsi penyelenggaraan
kesesuaian dengan norma-norma sosial, fungsi pengesahan lembaga sosial dan
ritual religious, fungsi penopang kesinambungan dan stabilitas kebudayaan dan
integrasi sosial.
1.6 Konsep dan landasan teori
1.6.1 Konsep
Pada sub bab ini akan dijelaskan tentang konsep yang berlaku secara
umum dan dijadikan acuan kerja untuk membahas seluruh masalah tesis ini.
Konsep adalah rancangan ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa
konkret (Poerwadarminta dalam Kamus Besat Bahasa Indonesia, Balai Pustaka
2005:588)
Selain itu konsep juga merupakan unsur pokok dari sebuah penelitian. Bila
masalahnya serta kerangka teoritisnya sudah jelas, maka mudah diketahui pula
mengenai gejala-gejala yang merupakan pusat perhatian. Defenisi konsep itu
3
Ibid., hal., 219-226
Universitas Sumatera Utara
terdiri secara singkat berarti kelompok fakta atau gejala (Koentjaraningrat
1981:32) seperti yang dikatakan oleh R.Merton bahwa konsep adalah defenisi apa
yang perlu diamati. Konsep menentukan variabel-variabel mana yang kita
inginkan, menentukan adanya hubungan empiris(ibid 1981:32).
Tradisi lisan dalam semua kesenian, pertunjukan atau permainan yang
menggunakan tuturan atau disertai ucapan lisan dan konfensi budaya masyarakat
(Sibarani,2000) Selanjutnya disebutkan bahwa jika suatu kesenian, pertunjukan
atau permainan tidak menggunakan atau tidak disertai tuturan atau ucapan lisan,
maka itu tidak termasuk tradisi lisan. Sebaliknya, jika suatu cerita tidak lagi
ditradisikan
(dipertunjukkan
atau
dibiasakan
dihadapan
masyarakat
pendukungnya) maka tidak lagi termasuk ke dalam tradisi lisan meskipun itu
dahulu termasuk tradisi lisan, dan meskipun itu pada suatu saat potensinya
menjadi tradisi lisan.
Tradisi lisan tidak hanya dimaksudkan sebagai informasi atau komunikasi
untuk diteliti, didokumentasikan, dan untuk kepentingan sendiri, melainkan harus
menjadi yang pertama dan utama untuk memahami secara kontekstual
keterhubungan struktur sosial (Chamarik 1999). Tradisi lisan merupakan
perangkat pengetahuan dan pembelajaran tentang budaya masa lalu dan fakta
kehidupan manusia. Tradisi lisan juga menjadi sumber kekuatan. Selain itu juga
tradisi lisan adalah sumber asli pembelajaran dan oleh karena itu memungkinkan
pengembangan nilai-nilai sehingga menjadi penghubung keberadaanya. Tradisi
lisan juga merupakan ekspresi gaya hidup yang tidak tertulis (unlettered) yang
dapat digunakan untuk merekontruksikan kehidupan masyarakat saat ini.
Universitas Sumatera Utara
Dalam menganalisis makna syair, penulis mengkaji gaya bahasa dan
melihat makna-makna yang terkandung didalamnya. Konsep makna yang penulis
maksudkan hanya tertuju pada syair/tekslagu-lagu karya Dakka Hutagalung.
Analisis struktur musik dapat dikonsepkan sebagai bagian-bagian dari
suatu komposisi musik yang terintegrasi menjadi suatu bentuk yang estetik.
Struktur musik yang penulis maksudkan disini adalah mencakup aspek melodi
dan ritme beberapa karya lagu Dakka Hutagalung. Struktur musik ini tidak lepas
dari tangga nada, nada-nada, wilayah nada, persebaran nada-nada, interval, polapola kandensa, kontur, dan lain sebagainya (Malm.1997)
Setiap masyarakat memiliki musik dan memerlukan musik. Musik adalah
prilaku sosial yang kompleks dan universal. Setiap masyarakat memiliki apa yang
disebut dengan musik dan setiap anggota masyarakatnya disebut musikal. Akan
tetapi bukanlah genre seni dan unsur kebudayaan yang berdiri sendiri. Musik dan
lagu memiliki pengaruh yang kuat, musik merupakan suatu bagian yang tidak
terpisahkan dengan budaya. Musik dan nyanyian merupakan suatu budaya yang
mencerminkan aspek sosial masyarakat dimana musik itu hidup, tumbuh, dan
berkembang, musik dan lagu secara signifikan dapat merubah sebuah situasi
karena musik mampu mengekspresikan berbagai hal yang terjadi dalam system
sosial sehingga musik dan lagu mempunyai fungsi yang sangat luas. Misalnya,
musik diadakan untuk menghibur, untuk upacara yang bersifat ritual, hiburan,
pernikahan, dan lain-lain.
Untuk mengamati suatu genre seni tentu saja tidak dapat dilepaskan dari
keberadaan masyarakat pendukungnya. Dalam hal ini Malinowski, seorang tokoh
Universitas Sumatera Utara
antropologi dalam bidang fungsionalisme, menyatakan bahwa fungsi bukan hanya
sekedar hubungan praktis tetapi bersifat integrative, dalam arti mempunyai fungsi
hubungan dengan lingkungan alam yang berkaitan dengan kompleksitasnya
(Malenowski 1987: 165-171)
Menurut Merriam musik dipergunakan dalam situasi tertentu yang
menjadi bagian darinya,Fungsi ini dapat menjadi fungsi yang lebih dalam,
contohnya, jika seseorang menggunakan nyanyian untuk kekasihnya,maka fungsi
musik seperti itu dapat dianalisis sebagai kontinuitas dan kesinambungan
kelompok biologis (keturunan). Mekanismenya adalah seperti penari, pembaca
doa, ritual, yang diorganisasikan, dan kegiatan-kegiatan seremonial menunjukkan
situasi musik dan nyanyian dalam kegiatan manusia; sedangkan “fungsi”
memperhatikan pada sebab yang ditimbulkan oleh pemakainya, dan terutama
tujuan-tujuan yang lebih jauh dari apa yang dilayaninya.
Dalam rangka tujuan penelitian ini, akan dikemukakan satu rumusan yang
dipilih khusus. Musik adalah peristiwa getaran, merupakan hasil interaksi getaran
dari waktu yang keluar dari satu atau lebih sumber getar dengan penggabungan
beberapa unsur dan teratur untuk mengungkapkan ide. Didalam bunyi sudah
terkandung jenis atau warna (timbre) dan waktu (durasi) yaitu interaksi dari nilai
waktu yang terkandung oleh bunyi maupun bukan bunyi yang sering disebut
ritme.
1.6.2 Konsep Biografi
Universitas Sumatera Utara
Biografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu bios yang berarti hidup, dan
graphien yang berarti tulis. Dengan kata lain biografi merupakan tulisan tentang
kehidupan seseorang.
Biografi secara sederhana dapat dikatakan sebagai sebuah kisah riwayat
hidup seseorang (http://kolom-biografi,blogspot.com/2016/01pengertian-biografiserta-cara-menulis-.html)Dalam ilmu sejarah biografi secara sederhana dapat
dikatakan sebagai sebuah kisah riwayat hidup seseorang. Biografi dapat berbentuk
beberapa baris kalimat saja, namun juga dapat berupa lebih dari satu buku.
Perbedaannya adalah, biografi singkat hanya memaparkan tentang fakta-fakta dari
kehidupan seseorang dan peran pentingnya, sementara biografi yang panjang
meliputi informasi-informasi penting, namun dikisahkan dengan lebih mendetail
dan tentunya dituliskan dengan gaya bercerita yang baik (Silitonga, 2011:7).
Biografi biasanya dapat bercerita tentang kehidupan seorang tokoh terkenal atau
tidak terkenal, yang masih hidup atau sudah mennggal. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, disebutkan bahwa biografi adalah riwayat hidup seseorang
yang ditulis oleh orang lan. Sedangkan menurut wikipedia, biografi adalah kisah
atau keterangan tentang kehidupan seseorang (Jeperson, 2009:6).
Biografi menganalisis dan menerangkan kejadian-kejadian dalam hidup
seseorang. Melalui biografi akan ditemukan hubungan, keterangan arti dari
tindakan tertentu atau misteri yang melingkupi hidup seseorang, serta penjelasan
mengenai tindakan atau perilaku hidupnya. Biografi memerlukan bahan-bahan
utama dan pendukung. Bahan utama dapat berupa benda-benda seperti surat-surat,
buku harian, atau klipping koran. Sedangkan bahan-bahan pendukung biasanya
Universitas Sumatera Utara
berupa biografi lain, buku-buku referensi atau sejarah yang memaparkan peranan
subjek biografi itu. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam menulis sebuah biografi
antara lain:
a. Pilih seseorang yang menarik perhatian anda
b. Temukan fakta-fakta utama mengenai kehidupan orang tersebut
c. Mulailah dengan eksiklopedia dan catatan waktu
d. Pikirkan apa lagi yang perlu diketahui mengenai orang tersebut
(http://kolom-biografi,blogspot.com/2016/01pengertian-biografi-sertacara-menulis-.html)
Beberapa pertanyaan yang mungkin dapat dijadikan pertimbangan misalnya:
a. Apa yang membuat orang ini istimewa atau menarik
b. Dampak apa yang telah dilakukan bagi dunia atau orang lain
c. Sifat apa yang mungkin akan peneliti gunakan untuk menggambarkan
orang tersebut
d. Contoh apa yang dilihat dari hidupnya yang menggambarkan sifat tersebut
e. Kejadian apa yang membentuk atau mengubah orang tersebut
f. Apakah ia mampu menghadapi rintangan tersebut
g. Apakah
ia
mengatasi
dengan
mengambil
resiko,
atau
dengan
keberuntungan
Apakah dunia akan menjadi lebih baik atau lebih buruk jika orang ini tidak pernah
hidup, bagaimana bisa dan mengapa.?
Universitas Sumatera Utara
(http://kolom-biografi,blogspot.com/2016/01pengertian-biografi-serta-caramenulis-.html).
Selain itu, dalam buku Antropologi Biografi Pengarang Sastra Indonesia,
dijelaskan bahwa dalam menyususn biografi seeorang harus memuat latar
belakang diri yang ingin kita tulis antara lain:
Keluarga yaitu memuat keterangan lahir, meninggal (jika sudah
meninggal), istri dan keturunan (orangtua, saudara dan anak). Pendidikan yaitu
pendidikan formal dan non formal dari tingkat dasar sampai perguruan tertinggi
jika ada. Pekerjaan, yang memberi penjelasan tentang pekerjaan, baik oekerjaan
yang mendukung kepengarangannya maupun yang tidak ada hubungannya sama
sekali dengan kepengarangannya.
Karya-karya itu yang didaftar mnurut jenisnya, baik berupa buku maupun
yang berupa karya yang diterbitkan secara terlepas, bahkan yang masih berbentuk
naskah, karena kadang-kadang ada pengarang yang mempunyai naskah karyanya
yang belum diterbitkan sampai dia meninggal.
Tanggapan para kritikus yang didaftarkan berdasarkan judul dan
sumbernya, dengan tujuan memberi keterangan kepada para pembaca tentang
tanggapan orang kepada pengarang itu. Hal itu tergantung kepada ada atau tidak
adanya orang yang menanggai (Silitonga,2011:6).
Berdasarkan sudut pandang diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa
biografi merupakan pendeskripsian hidup seseorang di masa lampau baik masih
hidup atau yang sudah meninggal, yang terkenal ataupun yang tidak terkenal.
Dalam kaitannya dengan penelitian dan penulisan biografi ini, maka biografi
Universitas Sumatera Utara
dalam tujuan ini bertujuan untuk menceritakan perjalanan hidup dari Dakka
Hutagalung di blantika musik Batak Toba.
Biografiuntuk memahami kehidupan seorang tokoh secara utuh sebagai
individu dan sekaligussebagai anggota masyarakat, haruslah dikaji kondisi sosial
budaya yang melatarbelakangi kehidupan tokoh tersebut. Sutherland dalam
bukunya Introductory Sociology menyatakan bahwa pada hakikatnya, kehidupan
pribadi itu merupakan abstraksi dari individu, masyarakat, serta budayanya.
Ketiga aspek tersebut mempunyai peranan saling mempengaruhi kepribadian
seseorang. Sedangkan Onghokham meenyatakan bahwa silsilah, keluarga, dan
orang-orang yang disekelilingnya pada masa kanak-kanak sampai dengan masa
dewasa mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan tokoh (Mulyanto,
1990:7).
1.6.3 Teori Etnomusikologi
Alan P. Merriam dalam buku The Antropologi Of Music menggunakan
teori etnomusikologi yang menyatakan bahwa music as sound, music as
knowledge, music behavior.
Selanjutnya Merriam berpendapat bahwa musik adalah bunyi, sebagai
suatu ekspresia. Apabila ingin memahami musik secara lebih dalam, maka
diperlukan usaha untuk menganaliss bagaimana pengelolaan elemen-elemen
bunyi musikal serta bagaimana interaksinya sehingga menghasilkan suatu
atmosfir khusus music as knowledge.
Apa yang dimaksud etnomusikologi itu adalah seperti diuraikan berikut
ini.
Universitas Sumatera Utara
Ethnomusicology is the study of music in its cultural context.
Ethnomusicologists approach music as a social process in order to
understand not only what music is but why it is: what music means to
its practitioners and audiences, and how those meanings are conveyed
Ethnomusicology is highly interdisciplinary. Individuals working in
the field may have training in music, cultural anthropology, folklore,
performance studies, dance, cultural studies, gender studies, race or
ethnic studies, area studies, or other fields in the humanities and
social sciences. Yet all ethnomusicologists share a coherent
foundation in the following approaches and methods: 1) Taking a
global approach to music (regardless of area of origin, style, or
genre). 2) Understanding music as social practice (viewing music as a
human activity that is shaped by its cultural context). 3) Engaging in
ethnographic fieldwork (participating in and observing the music
being studied, frequently gaining facility in another music tradition as
a performer or theorist), and historical research.
Ethnomusicologists are active in a variety of spheres. As
researchers, they study music from any part of the world and
investigate its connections to all elements of social life. As educators,
they teach courses in musics of the world, popular music, the cultural
study of music, and a range of more specialized classes (e.g., sacred
music traditions, music and politics, disciplinary approaches and
methods). Ethnomusicologists also play a role in public culture.
Universitas Sumatera Utara
Partnering
with
the
music
communities
that
they
study,
ethnomusicologists may promote and document music traditions or
participate in projects that involve cultural policy, conflict resolution,
medicine,
arts
programming,
or
community
music.
Ethnomusicologists may work with museums, cultural festivals,
recording labels, and other institutions that promote the appreciation
of the world’s musics
(http://www.ethnomusicology.org/?page=whatisethnomusicology).
Dari kutipan dalam situs web etnomusikologi.org tersebut, maka dapat
dipahami bahwa etnomusikologi adalah studi musik dalam konteks budayanya.
Etnomusikolog biasanya melakukan pendekatan musik sebagai proses sosial
untuk memahami tidak hanya apa musik tapi mengapa: apa artinya praktik musik
dan khalayak, dan bagaimana makna yang disampaikan musik tersebut.
Etnomusikologi sangat interdisipliner. Para ilmuwan yang bekerja di
lapangan etnomusikologi ini mungkin saja berasal dari pelatihan musik, atau
ilmuwan antropologi budaya, cerita rakyat, kajian pertunjukan, tari, studi budaya,
studi gender, studi ras atau etnik, studi kawasan, atau bidang lainnya di bidang
ilmu-ilmu humaniora dan sosial. Namun semua etnomusikolog berbagi landasan
yang koheren dalam pendekatan dan metodenya, seperti berikut: (1) Mengambil
pendekatan global untuk musik (terlepas dari daerah asal, gaya, atau genre). (2)
Memahami musik sebagai praktik sosial (melihat musik sebagai aktivitas manusia
yang dibentuk oleh konteks budaya). (3) Melakukan penelitian lapangan etnografi
(berpartisipasi aktif dalam mengamati musik yang sedang dipelajari, mengkaji
Universitas Sumatera Utara
tradisi musik baik sebagai pemain atau ahli teori sekaligus), dan penelitian sejarah
musik.
Etnomusikolog aktif dalam berbagai bidang. Sebagai peneliti, mereka
belajar musik dari setiap bagian di dunia ini dan menyelidiki koneksi ke semua
elemen kehidupan sosial. Sebagai pendidik, mereka mengajar kursus musik dunia,
musik populer, studi budaya musik, dan berbagai kelas yang lebih khusus
(misalnya, tradisi musik sakral, musik dan politik, mengajarkan pendekatan
disiplin ilmu dan metode). Etnomusikolog juga berperan dalam budaya
masyarakat.
Bermitra
dengan
komunitas musik
yang mereka pelajari,
etnomusikolog dapat mempromosikan dan mendokumentasikan musik tradisi atau
berpartisipasi dalam proyek-proyek
yang melibatkan kebijakan budaya,
penyelesaian konflik, pengobatan, pemrograman seni, atau komunitas musik.
Etnomusikolog dapat bekerja pada museum, festival budaya, rekaman label, dan
lembaga lain yang mempromosikan apresiasi musik dunia.
Musik merupakan suatu pengetahuan yang memiliki sistem dan metodenya
sendiri, baik musik maupun bermusik merupakan perilaku (behavior). Musik
merupakan perilaku seseorang atau masyarakat. 4Bahwa musik tidak hanya terdiri
atas bunyi melainkan perilaku manusia yang prakondisi untuk memproduksi
bunyi. Musik dapat eksis karena kendali dan perilaku manusia, dan beberapa jenis
perilaku terlibat didalamnya, salah satu diantaranya adalah “perilaku fisik” yang
ditunjukkan oleh sikap atau postur tubuh serta penggunaan otot-otot diafragma
waktu bernyanyi.
4
William P. Malm, 1964. The Antropology Of Mussic. Evaston: Northwesteren University Press,
halm, 20-23
Universitas Sumatera Utara
Perihal konseptual, pembentukan ide, (ideation), atau perilaku cultural,
menyangkut perihal konsep-konsep musik yang harus diterjemahkan kedalam
perilaku fisik guna memproduksi bunyi. Konsep Merriam5 menunjukkan bahwa
ada jiwa dan nilai yang mendasari musik, yang artinya musik tersebut juga
tercermin dalam perilaku dari komunitas dan budayanya. Oleh sebab itu, berarti
sistem yang diterapkan atau yang terjadi dalam musik tersebut dipengaruhi oleh
perilaku serta corak hidup dari penciptanya.
Pada bagian lain, Merriam juga menjelaskan bahwa etnomusikologi
merupakan studi musik dalam kebudayaan, ia juga mengemukakan pendapat
Mantle Hood yang menyatakan bahwa etnomusikologi adalah suatu cabang ilmu
pengetahuan yang mempunyai tujuan penyelidikan seni musik fenomena fisik,
psikologis, estetik dan cultural.
Mantle Hood juga mengemukakan bahwa studi ini diarahkan untuk
mengerti tentang musik yang dipelajari dari segi struktur musik dan juga untuk
memahami musik dalam konteks masyarakatnya. Teori ini kiranya cocok dipakai
dalam teori musik dalam rangka menemukan struktur musik adalah bunyi.
1.6.4 Teori Weighted Scale
Untuk mengkaji struktur musik lagu pop Batak Toba karya Dakka
Hutagalung, penulis menggunakan teori bobot tangga nada (Weighted Scale)
yang ditawarkan oleh Malm (1977). Unsur yang dikaji adalah mencakup struktur
melodi lagu pop Batak Toba seperti menggunakan nada-nada tinggi, kontur yang
menaik, dan kemudian disahuti dengan kata-kata yang bermelodi relaksasi.
5
Ibid., hal., 5.
Universitas Sumatera Utara
Seperti yang ditawarkan oleh Malm, bahwa ada delapan parameter itu adalah: (1)
tangga nada, (2) wilayah nada, (3) nada dasar, (4) interval, (5) jumlah nada-nada
yang digunakan, (6) formula melodi, (7) pola-pola kadensa, dan (8) konsur (garis
melodi).
Tangga nada atau dalam bahasa Inggris scale dapat dikonsepkan sebagai
nada-nada yang digunakan dalam sebuah lagu, yang didalamnya mengandung
unsur-unsur modal atau tonal. Nada-nada inilah yang menjadi unsur utama
pembentuk melodi. Adakalanya nada-nada hias lainnya diselipkan di antara
melodi yang harus disajikan secara akurat dalam pertunjukan musik. Melodipun
biasanya berkaitan dengan struktur bahasa masyarakat yang menghasilkan
kebudayaan musiktersebut. Dengan demikian, mengkaji tangga nada pastilah akan
kompleks, karena berkaitan dengan berbagai unsur kebudayaan manusianya.
Selanjutnya wilayah nada dapat didefinisikan sebagai jarak antara nada
terendah ke nada tertinggi dalam sebuah nyanyian. Jarak ini dapat diukur dengan
satuan cent, seperti yang ditawarkan oleh para pakar etnomusikologi terutama
Alexander J. Ellis, Atau jarak ini dapat diukur pula dengan istilah-istilah interval
seperti oktaf, prim murni, sekta mayor, dua oktaf dan seterusnya.
Nada dasar pula dapat dikonsepkan sebagai nada yang menjadi acuan
dasar dalam mengkomposisikan melodi. Berbagai kecenderungan musikal di
seluruh dunia biasanya mengandung nada dasar (tonecenter). Kecenderungan itu
dapat dilihat dalam berbagai karakternya seperti selalu digunakan dalam awal atau
akhir lagu. Demikian pula nada dasar ini menjadi setiap tumpuan di setiap frase
lagu, atau juga menjadi akhir setiap kadensa lagu.
Universitas Sumatera Utara
Interval atau selang nada adalah jarak-jarak yang digunakan dari satu nada
ke nada berikutnya dalam sebuah komposisi lagu. Interval ini biasanya diukur
berdasarkan sistem cent atau juga menurut interval-interval yang umum
digunakan dalam musikologi barat, seperti sekunde mayor, sekunde minor, ters
mayor, ters minor, kuart murni, kuint murni, dan seterusnya. Dalam sebuah
melodi lagu umumnya dijumpai interval yang melangkah atau melompat, yang
diatur oleh penciptanya sedemikian rupa.
Unsur melodi lainnya adalah jumlah nada-nada yang digunakan. Ini dapat
dimaknai secara kuantitatif bagaimana masing-masing nada anggota dalam
sebuah tangga nada didistribusikan dalam sebuah lagu. Biasanya dapat dihitung
berdasarkan kemunculannya beberapa kali. Namun ada pula yang menghitungnya
berdasarkan seberapa besar nilai durasi masing-masing nada itu membentuk
bangunan lagu. Jumlah nada-nada ini secara kuantitatif dapat didekati dengan
metode statistik. Gunanya adalah untuk melihat sejauh apa peranan musikal
masing-masing nada dalam sebuah komposisi.
Unsur melodi lainnya adalah formula melodi. Sebagai sebuah komposisi,
amaka setiap lagu pasti disusun oleh bentuk-bentuk melodi, yang biasa saja
diulang-ulang, adakalanya tidak diulang dan dikembangkan terus secara berbeda.
Formula-formula melodi ini, biasanya dikaji berdasarkan bentuknya apakah
binari, ternari, tunggal, dan seterusnya. Setelah itu, setiap bentuk melodi pasti
disusun oleh frase-frase melodi. Kemudian setiap frase melodi umumnya dibentuk
oleh motif-motif, sebagai kesatuan terkecil dalam bangunan melodi lagu.Polapola kadensa dapat diartikan sebagai beberapa nada akhir setiap frase dalam lagu.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa nada itu bisa saja dua, tiga, empat atau lebih,namun letaknya adalah
diujung frase-frase melodi. Biasanya diulang-ulang dan memiliki struktur saling
terkait dengan kadensa lainnya. Dengan demikian, kadensa ini dapat dimaknai
sebagai kecenderungan melodis dalam ujung-ujung frase.
Unsur melodi yang kedelapan adalah kontur yang dapat dikonsepkan
sebagai garis perjalanan melodi baik itu bentuk secara keseluruhan, frase-frasenya
atau hanya motif-motifnya. Kontur ini dapat pula dideskripsikan dengan
menggunakan kata-kata seperti garis lurus, berayun keatas, berayun kebawah,
berjenjang, melengkung, kurva, melesat keatas, jatuh kebawah, dan seterusnya.
Kontur juga selalu digunakan dalam mendeskripsikan kata-kata atau kalimat
dalam bahasa. Demikian kira-kira delapan parameter melodi yang ditawarkan
oleh Malm, menurut tafsiran dan uraian penulis.
1.6.5 Teori Semiotik
Dalam mengkaji makna tekstual dalam lagu Dakka Hutagalung, penulis
lebih fokus dengan menggunakan teori semiotik. Selanjutnya teori ini akan
digunakan dalam usaha untuk memahami bagaimana makna lagu yang dciptakan
dan dikomunkasikan. Dua tokoh perintis semiotik adalah Ferdinand de Saussure
seorang ahli bahasa dari Swiss dan Charles Sanders Peirce, seorang filisof dari
Amerika Serikat. Saussure melihat bahasa sebagai sistem yang membuat lambang
bahasa itu terdiri dari sebuah imaji bunyi (sound image) atau signifier yang
berhubungan dengan konsep (signified). Setiap bahasa mempunyai lambang bunyi
tersendiri.
Universitas Sumatera Utara
Peirce juga menginterpretasikan bahasa sebagai lambang, tetapi terdiri dari
tiga bagian yang saling berkaitan: (1) representation, (2) pengamat (interpretant),
dan (3) objek. Dalam kajian kesenian berarti kita harus memperhitungkan peranan
seniman pelaku dan penonton sebagai pengamat dari lambang-lambang dan usaha
kita untuk memahami proses pertunjukan atau proses penciptaan. Peirce
membedakan lambang-lambang ke dalam tiga kategori, yaitu: ikon, indeks,
simbol. Apabila lambang itu menyerupai yang dilambangkan seperti foto, maka
disebut ikon. Jika lambang itu menunjukkan akan adanya sesuatu seperti
timbulnya asap akan diikuti api, disebut indeks. Jika lambang tidak menyerupai
yang dilambangkan, seperti burung garuda melambangkan negara Republik
Indonesia, maka disebut dengan simbol.
Semiotik atau semiologi adalah kajian terhadap tanda-tanda (sign) serta
tanda-tanda yang digunakan dalam prilaku manusia. Definisi yang sama
dikemukakan oleh salah seorang pendiri teori semiotik, yaitu pakar linguistik dari
Swiss Ferdinand De Sausurre yang mengatakan bahwa kajian mengenai
“kehidupan tanda-tanda mengenai kehidupan masyarakat yang menggunakan
tanda-tanda itu”. meskipun kata-kata itu telah dipergunakan oleh filosof Inggris
abad ke-17 yaitu John locke, gagasan semiotik sebagai modus interdisiplin ilmu,
dengan berbagai contoh fenomena yang berbeda dalam berbagai lapangan studi,
baru muncul ke permukaan pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, ketika
munculnya karya-karya Sausurre dan karya-karya seorang filosof Amerika
Serikat, Charles Anders Peirce.
Universitas Sumatera Utara
Dalam karya awal Peirce lapangan semiotik ini, ia menumpukan perhatian
ini kepada pragmatisme dan logika. Ia mendefinisikan tanda sebagai “sesuatu
yang mendukung seseorang untuk sesuatu yang lain”. Salah satu sumbangannya
yang besar bagi semiotik adalah pengkategoriannya mengenai tanda-tanda
kedalam tiga tipe, yaitu: (a) ikon, yang disejajarkan dengan referennyya (misalnya
jalan raya adalah tanda untuk jatuhnya bebatuan); (b) indeks, yang disamakan
dengan referennya (asap adalah tandanya api) dan (c) simbol, yang berkaitan
dengan referennya dengan cara penemuan seperti kata-kata atau signal trafik.
Ketiga aspek tanda ini penulis pergunakan untuk mengkaji syair lagu karya Dakka
Hutagalung.
1.6.5.1 Semiotik Charles Sanders Peirce
Peirce dalam buku Interpretasi dan Semiotika (Panuti Sudjiman & Art van
Zoert) menuliskan bahwa semiotika dapat dipecahkan dengan baik yang
disebabkan oleh masalah inferense (pemikiran logis), akan tetapi semiotika juga
membahas masalah-masalah dan signifikasi dan komunikasi. Salah satu gagasan
beliau dalam teori semiotika adalah mengenai tanda-tanda yang dibagi dalam tiga
kategori adalah a. ikon, b. Indeks dan c. Simbol.
Bahasa sebagai lambang semiotika terdiri dari tiga bagian yang saling
berkaitan: (1) Representatum, (2) Interpretant (pengamat) dan (3) sebagai objek.
Emiotika membicarakan hal ini sedemikian rupa sehingga batas antara semiotika
dan teori komunikasi tidak selalu jelas. Teori komunikasi menaruh perhatian pada
kondisi penyampaian signifikasi, yaitu pada saluran komunikasi. Berkat saluran
komunikasi inilah pesan dapat disampaikan.
Universitas Sumatera Utara
Peirce mengemukakan teori segitiga makna atau triangel meaning yang
terdiri dari tiga elemen, yakni tanda (sign), object, dan interpretant. Tanda adalah
sesuatu yang terbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera anusia dan
merupakan sesuatu yang merujuk (merepresentasikan) hal lain diluar tanda itu
sendiri. Tanda menurut Peirce terdiri dari simbol (tanda yang muncul dari
kesepakatan), ikon (tanda yang muncul dari perwakilan fisik), dan indeks (tanda
yang muncul dari sebab-akibat). Sedangkan acuan tanda ini disebut objek. Objek
atau acuan tanda adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda sesuatu
yang dirujuk tanda (Santosa, 1993:10) dan (Pudentia, 2008:323).
OBJEK
REPRESENTAMEN
INTERPRETAN
Bagan 1.1 Segitiga makna
Universitas Sumatera Utara
Menurut Peirce (Santosa, 1993:10) pemahaman akan struktur semiosis
menjadi dasar yang tidak dapat ditiadakan bagi penafsir dalam upaya
mengembangkan pragmatisme. Seorang menafsir adalah yang berkedudukan
sebagai peneliti, pengamat, dan pengkaji objek yang dipahaminya. Dalam
mengkaji objek yang dipahaminya, seorang penafsir yang jeli dan cermat, segala
sesuatunya akan dilihat dari tiga jalur logika, yaitu hubungan penalaran dengn
jenis penandanya, hubungan kenyataan dengan jenis dasarnya dan hubungan
pikiran dengan jenis pertandanyaseperti yang tertera dalam bagan 1.2.
Ground/
Objek/ referent: yaitu Interpretant:
Representamen:
yang diacu
Tanda
itu
sebagai
sendiri
tanda-tanda baru yang
terjadi
perwujudan
dalam
batin
penerima
gejala umum
Qualisign:
Icon:
tanda
terbentuk oleh suatu penandanya
kualitas
yang Rheme:
ada tanda
suatu
yang kemiripan. Misalnya: kemungkinan
merupakan suatu tanda, foto, peta
konsep,
misalnya:
memungkinkan
“keras”
atau
yaitu
suara sebagai tanda,
menafsirkan
warna hijau
berdasarkan
yang
pilihan.
Misalnya
merah”
menangis,
“mata
bisa
tapi
baru
bisa
Universitas Sumatera Utara
juga yang lain
Insign/tokens:
Indeks:
Terbentuk
Dicent Sign:
melalui Hubungan tanda dan Tanda sebagai fakta
realistik fisik. Misalnya objek
rambu lalu lintas
karena
sebab pernyataan
deskriptif
akibat. Misalnya: asap eksistensi aktual suatu
dan api.
objek, misalnya: tanda
larangan parkir adalah
kenyataan tidak boleh
parkir
Legisign:
Hukum
yang
Symbol:
atau
berupa
Setiap
legisign,
Suara
kaidah Hubungan tanda dan Tanda
tand. objek
tanda kesepakatan/
konvensional
Argument:
suatu
karena yang
suatu memberikan
aturan
langsung
alasan.
adalah tanda yang penanda Misalnya: gelang akar
misalnya; atau pertanda arbiter bahan dengan alasan
wasit
pelanggaran
dalam konveksional.
Misalnya
kesehatan.
bendera,
kata-kata.
Tabel 1.1
Pembagian Tanda. Sumber Emi Yunita (2011)
1.6.5.2 Semiotik Ferdinand de Saussure
Teori semiotik ini dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure (1857-1913).
Dalam teorinya Saussure membagi dua bagian (dikotomi), yaitu penanda
Universitas Sumatera Utara
(signifier) dan pertanda (signified). Penanda adalah wujud fisik yang dapat
dikenal melalui wujud arsitektur atau seni rupa. Sedang pertanda yang dilihat
sebagai makna yang terungkap melalui konsep, fungsi, dan/atau nilai-nilai yang
terkandung didalam karya arsitektur. Eksistensi semiotik Saussure adalah relasi
antara penanda dan pertanda berdasarkan konvensi, bisa disebut dengan
signifikasi. Semiotik signifikasi adalah sistem tanda yang mempelajari relasi
elemen tanda dalam sebuahsistem berdasarkan aturan atau konvensi tertentu.
Kesepakatan sosial diperlukan untuk dapat memaknai tanda tersebut (Culler,
1996:7). Bagan berikut tentang tanda (sign) yng dikemukakan oleh Saussure
(dalam Djajasudarma, 1993:23).
Hubungan antara significantdan signifie bersifat arbitrer atau sembarang
saja. Dengan kata lain, tanda bahasa (signe linguistique atau signe) bersifat
arbitrer. Significant bersifat linear, unsur-unsurnya membentuk suatu rangkaian
(unsur yang satu mengikuti unsur lainnya).
Sign/ Simbol
Signified
Signifier
Bagan 1.2
Tentang hubungan Tanda
Universitas Sumatera Utara
Menurut Saussure (Caer, 2003:348) tanda terdiri dari (a) bunyi-bunyian
dan gambar, yang disebut signifier atau penanda, dan (b) konsep-konsep dari
bunyi-bunyian dan gambar , disebut signified. Dalam berkomunikasi, seseorang
menggunakan tanda untuk mengirim makna tentang objek dan orang lain akan
menginterpretasikan tanda tersebut. Objek bagi Saussure disebut referent. Hampir
sama dengan pendapat Peirce yang mengistilahkan interpretant untuk signified
dan menyebutkannya sebagai unsur tambahan dalam proses penandaan. Contoh,
ketika orang menyebut kata “anjing” (signifier) dengan nada mengumpatkan
maka hal tersebut merupakan tanda kesialan (signified). Begitulah menurut
Saussure, “signified dan signifier” merupakan kesatuan, tidak dapat dipisahkan
seperti dua sisi dari sehelai kertas.
Bahasa merupakan sistem tanda, dimana setiap tanda yang ada terdiri dari
dua bagian yaitu signifier dan signified. Signifier merupakan konsep, ide, atau
gagasan. Sementara signified adalah kata-kata atau tulisan yang menyampaikan
konsep, ide, atau gagasan tersebut. Kedua unsur ini tidak dapat dipisahkan, suatu
signified tanpa signifier tidak memiliki arti apa-apa, sebaliknya signifier tanpa
signified tidak mungkin dapat disampaikan. Contohnya manusia yang masih
sangat muda yang belum bisa berbicara dan berjalan merupakan sebuah signifier.
Untuk menyampaikan gagasan dalam signifier tersebut maka digunakan signified
“bayi”.
1.6.5.3 Semiotik Halliday
Halliday mengembangkan semiotik terutama dalam bidang bahasa
(linguistic). Pembagian semiotik bahasa beliau dibagi dua yaitu semiotik
Universitas Sumatera Utara
dedonatif yang mengkaji tanda-tanda bahasa dalam makna sesungguhnya, dan
yang kedua adalah semiotik konotatif yang mengkaji bahasa dalam makna di luar
makna yang sesungguhnya.
Dalam pemakaian bahasa, sistem konotatif terdapat dalam hubungan
bahasa dengan konteks sosial yang terdiri atas ideologi, konteks budaya dan
faktor situasi sebagai semiotik konotatif, pemakaian bahasa menunjukkan bahwa
ideologi tidak memiliki bentuk. Oleh karena itu, semiotik meminjamkan budaya
sebagai
bentuk
sehingga
ideologi
terealisasikan
oleh
budaya,
budaya
direalisasikan oleh konteks situasi. Selanjutnya konteks situasi meminjamkan
semiotik oleh bahan yang mencakup semantik, tata bahasa dan fenologi.
Bahasa dalam pandangan semiotik sosial menandai jenis pendekatan yang
dilakukan oleh Halliday. Dalam pengertian ini bahwa sebagai semiotik, bahasa
terjadi dari dua unsur yaitu arti dan ekspresi(Ungkapan), berbeda dengan semiotik
biasa sebagai semiotik sosial sosial bahasa memiliki unsur lain yaitu bentuk.
Dengan demikian bahasa dalam interaksi sosial terdiri dari tiga unsur yaitu arti,
bentuk dan ekspresi. Arti semantic atau discourse semantic direalisasikan pada
bentuk gambar (grammar atau expression) dan bentuk ini seterusnya dikodekan
oleh ekspresi atau phonology/grapohology (Saragih, 2000:11).
1.6.5.4 Semiotik Roland Barthes
Teori ini dikemukakan oleh Roland Barthes (1915-1980), dalam teo