Analisis Masalah Kesehatan Dan Kinerja Dokter Gigi Dalam Penggunaan Fasilitas Kerja Dokter Gigi Dengan Pendekatan Makroergonomi

(1)

V-1

TUGAS SARJANA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

OLEH

CITRA DEWI ELISABHET MARPAUNG NIM. 080403231

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS MASALAH KESEHATAN DAN KINERJA DOKTER GIGI DALAM PENGGUNAAN FASILITAS KERJA DOKTER GIGI DENGAN

PENDEKATAN MAKROERGONOMI

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Disusun Oleh :

CITRA DEWI ELISABHET MARPAUNG NIM. 080403231

Disetujui Oleh

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(Dr. Ir.Harmein Nasution, MSE) ( Ir. Nazlina, MT )

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT atas semua berkat, rahmat, lindungan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Sarjana ini.

Adapun judul Tugas Sarjana ini adalah “ANALISIS MASALAH KESEHATAN DAN KINERJA DOKTER GIGI DALAM PENGGUNAAN FASILITAS KERJA DOKTER GIGI DENGAN PENDEKATAN MAKROERGONOMI”. Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan pada Tugas Sarjana ini, oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari pembaca untuk dapat menyempurnakan Tugas Sarjana ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga tugas sarjana ini bermanfaat bagi seluruh pembaca dan kita semua.

Universitas Sumatera Utara

Medan, 2012


(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam melaksanakan Tugas Sarjana sampai dengan selesainya laporan ini, banyak pihak yang telah membantu, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT, selaku Ketua Departemen Teknik Industri dan yang telah memberi motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Sarjana ini.

2. Bapak Dr. Ir. Harmein Nasution MSE, selaku Dosen Pembimbing I atas kesediaannya meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan arahan kepada penulis dalam penulisan laporan.

3. Ibu Ir. Nazlina, MT. Selaku Dosen Pembimbing II atas kesediaannya meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan arahan kepada penulis dalam penulisan laporan.

4. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT, dan Bapak Ir. Mangara M. Tambunan, M.Sc,. Selaku Koordinator Tugas Akhir yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam pengajuan judul Tugas Sarjana.

5. Bapak Ir. A. Jabbar M. Rambe, M.Eng. Selaku Ketua Bidang Ergonomi dan Dasar Perancangan Sistem Kerja yang telah memberikan dukungan dan arahan dalam pengajuan judul Tugas Sarjana.

6. Mama, Papa, Nenek, Bang Eko, Kak Lia, Adik Agus, Om Azman, Zulfida dan seluruh keluarga yang telah memberi motivasi sehingga penulis dapat


(5)

7. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai Administrasi Departemen Teknik Industri, Bang Ridho, Bang Mijo, Kak Dina, Buk Ani, Kak Rahma, Bang Nurmansyah, yang telah membantu mengurus keperluan administrasi.

8. Kepada Drg Sumadhi S. PhD, Drg Januar Riahdo, Drg Rehulina Ginting, Drg Syafrinani Sp Pros (K), Drg Amdariati Fadillah, Drg Djunaidy Marly, Drg M. Sumarno, Drg R. Ramadhanya, Drg Suriana Marjoni, Drg Melika Sari, Drg Febi Fauzia, Drg Suwita, Drg Arsida, Drg Afrida Hanum Sitepu, Drg Hilda Shandika P, Drg Indira Sembiring, Drg Fauziah, Drg Tuti Isnita, Drg Nelly, Drg Haleni Delfi, Drg Natasya Soraya, Drg Shelly Mayvira, Drg Lidya sartika, Drg Asmi Adhelina, Drg Hilma Fitria Zulfa Noor, Drg Lanna Sari Lubis, Drg Sonny Moeljono, Drg Irna Y, Perawat gigi Marisi Purba, dan Perawat gigi Floren Renova Tambunan, yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam pengambilan data dan informasi.

9. Sahabat-sahabat penulis, Loviyanti, Maya, Maulidini, Hakky, Fida, Rina, Indri, Anti, Revi, Dinda, Amel, dan teman-teman transfer 2007 yang telah memberikan semangat, motivasi, suka duka selama kuliah.

Kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan laporan ini dan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, penulis ucapkan terima kasih. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.


(6)

DAFTAR ISI

BAB Halaman

HALAMAN JUDUL ... i LEMBAR PENGESAHAN ... ii ...

KATA PENGANTAR ... iii ...

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv DAFTAR ISI ... vi DAFTAR GAMBAR ... xii ...

DAFTAR TABEL ... xxi DAFTAR LAMPIRAN ... xxiii ABSTRAK ... xxiv

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ... I-1 1.2. Rumusan Masalah ... I-3 1.3. Tujuan dan Sasaran Penelitian ... I-4 1.4. Manfaat Penelitian ... I-4 1.5. Batasan Masalah dan Asumsi ... I-5 1.6. Sistematika Laporan ... I-5


(7)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB Halaman

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Instansi Kesehatan Gigi Maupun Praktek Dokter Gigi

yang Diamati ... II-3 2.2. Dental unit Pada Instansi Kesehatan Gigi Maupun Praktek

Dokter Gigi yang Diamati ... II-24 2.3. Fasilitas Penunjang Pada Instansi Kesehatan Gigi Maupun

Praktek Dokter Gigi yang Diamati Struktur Organisasi

Perusahaan ... II-25

III LANDASAN TEORI

3.1. Kelelahan ... III-1 3.1.1. Kelelahan Mata ... III-2 3.1.2. Faktor yang Mempengaruhi kelelahan Mata ... III-3 3.2. Keluhan Muskuloskeletal ... III-4 3.3. Standard Nordic Questionnaire (SNQ) ... III-7 3.4. Macroergonomic ... III-9 3.4.1. Macroergonomics Analysis and Design (MEAD)

Methodology ... III-10 3.4.2. Pendekatan Makro Ergonomi Untuk Mengurangi


(8)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB Halaman

3.4.3. Pendekatan Makro Ergonomi Untuk Mengurangi

Cedera ... III-11 3.4.4. Dimensi Psikologis Dalam Mengurangi Cedera ... III-13 3.4.5. Antropoteknologi (antropotecnology) ... III-14 3.4.6. Ergonomic Work Analysis (EWA) ... III-16 3.4.7. Hubungan Makro Ergonomi denganAntropoteknologi III-16 3.5. RULA ... III-17

IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV- 1 4.2. Rancangan Penelitian ... IV- 2 4.3. Objek Penelitian ... IV- 2 4.4. Instrumen Penelitian ... IV- 2 4.5. Pelaksanaan Penelitian ... IV- 3 4.6. Sumber Data ... IV- 3 4.7. Identifikasi variabel Penelitian ... IV- 4 4.8. Kerangka Konseptual ... IV- 5 4.9. Pengolahan Data ... IV- 6 4.10. Analisis Pemecahan Masalah ... IV- 6


(9)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB Halaman

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Data Operator ... V- 1 5.2. Data Medical Record Operator ... V- 1 5.3. Fasilitas Kerja Instansi Kesehatan Gigi Maupun Praktek

Dokter Gigi ... V- 2 5.4. Keluhan Musculoskeletal ... V- 5 5.5. Macroergonomics Analysis and Design (MEAD) ... V- 15 5.5.1. Identifikasi Kondisi Lingkungan Kerja ... V-15 5.5.2. Proses Kerja Teknis Dan Analisis Tugas ... V-33 5.5.3. Pengembangan Kerangka Konseptual ... V-42 5.5.4. Mengumpulkan Data Varians (Collect Data Varians) V-43 5.5.5. Membuat Matriks Varians

(Construct Variance Matrix) ... V-45 5.5.6. Membuat tabel Kontrol varians dan Analisis Peran. V-46 5.5.7. Performing Function Allocation and Joint Design . V-47 5.5.8. Evaluated Roles and Responsibility and Perceptions V-49 5.5.9. Design/Redesign Support Sub System and Interface V-53 5.5.10. Iterate, Implementing and Imrove ... V-71


(10)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB Halaman

VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1. Analisis ... VI- 1 6.1.1. Analisis Standard Nordic Questionnaire (SNQ) ... VI-1 6.1.2. Analisis Personnel Habit ... VI-3 6.1.3. Analisis Dental Unit ... VI-4 6.1.4. Analisis Lampu (Operation Light) Pada Dental Unit VI-5 6.1.5. Analisis Lingkungan Kerja ... VI-5 6.1.6. Analisis Fasilitas kerja ... VI-6 6.1.7. Analisis MEAD ... VI-7 6.1.7. Analisis Metode Kerja ... VI-7 6.2. Evaluasi ... VI- 8 6.2.1. Evaluasi Standard Nordic Questionnaire (SNQ) .... VI-8 6.2.2. Evaluasi Personnel Habit ... VI-9 6.2.3. Evaluasi Dental Unit ... VI-12 6.2.4. Evaluasi Lampu (Operation Light) Pada

Dental Unit ... VI-12 6.2.5. Evaluasi Lingkungan Kerja ... VI-13 6.2.6. Evaluasi Fasilitas kerja ... VI-15 6.2.7. Evaluasi MEAD ... VI-16


(11)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB Halaman

VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-1

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

ABSTRAK

Ergonomi merupakan suatu ilmu, seni, dan teknologi yang berupaya untuk menyerasikan alat, cara, lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan, dan segala keterbatasan manusia, sehingga manusia dapat berkarya secara optimal tanpa pengaruh buruk dari pekerjaannya. Secara umum kemampuan, kebolehan, dan keterbatasan manusia ditentukan oleh berbagai faktor, salah satunya faktor kebiasaan/tingkah laku. Melakukan kebiasaan kerja yang buruk pada dokter gigi dapat menyebabkan keluhan muskuloskeletal dan terjangkitnya suatu virus/penyakit.

Dari hasil analisis menggunakan kuesinoer SNQ (standard nordic questionnaire) diketahui keluhan yang terjadi pada dokter gigi terdapat pada tubuh bagian leher atas, leher bawah, punggung, bahu kanan, lengan atas kanan, pergelangan tangan kanan, pinggang, betis kiri, betis kanan, dan bokong. Dan masalah terjangkitnya suatu virus pada dokter gigi sangat rentan terjadi, dikarenakan pekerjaan dokter gigi erat hubungannya dengan darah pasien dan air liur pasien, terutama pada proses pencabutan gigi.

Dari pengamatan diketahui keluhan muskuloskeletal yang terjadi pada dokter gigi disebabkan oleh adanya kegiatan kerja yang dilakukan secara repetitif dengan dengan penggunaan alas kaki yang tidak nyaman, fasilitas kerja yang tidak memadai, fasilitas kerja yang tidak sesuai dengan antropometri dokter gigi, dan tidak sesuainya tata letak komponen dengan metode kerja yang dilakukan setiap kali melakukan kegiatannya. Tidak sesuainya metode kerja yang dilakukan dokter gigi dengan SOP yang ada, maka dapat menyebabkan terjangkitnya suatu virus/penyakit terhadap dokter gigi.

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa kesehatan dan kinerja yang baik terhadap dokter gigi dengan meminimalkan keluhan musculoskeletal dan memperbaiki personnel habit dokter gigi pada saat bekerja, dengan menggunakan pendekatan makroergonomi yaitu MEAD (Macroergonomics Analysis and Design Methodology). Tujuan utama makro ergonomi yaitu mengharmonisasikan sistem kerja secara utuh baik pada tingkat mikro maupun makro, meningkatkan kepuasan kerja yang berkomitmen pada kesehatan dan keselamatan pekerja, dan meningkatkan produktivitas.

Berdasarkan hasil MEAD, alternatif solusi yang terpilih adalah alternatif 1 yaitu dokter gigi membiasakan bekerja dengan menghasilkan postur kerja yang ergonomis, menggunakan alas kaki yang nyaman yaitu sendal obat, menggunakan dental stool yang memiliki sandaran siku dan sandaran bahu, menggunakan dental loupes (apabila dental unit yang digunakan tidak terdapat LCD), menempatkan operation light yang optimal pada dental unit dengan menggunakan lampu jenis halogen, menggunakan PPE (personnel protective equipment) dengan melakukan prosedur routine handwash, membiasakan diri bekerja dengan menggunakan tangan kiri dan juga dapat menggunakan left-right dental unit, meletakkan peralatan kerja dengan jarak yang aman dengan tinggi penempatan peralatannya tidak diatas bahu atau dibawah pinggang dan juga dapat menggunakan konsep four handed dentistry dalam penempatan fasilitas kerja, memperbaiki organisasi kerja dengan membentuk bagian pengadaan fasilitas kerja, membentuk bagian teknisi pada struktur organisasi kerja, dan melakukan perencanaan masuk yang lebih cepat untuk melakukan pemanasan sebelum memulai bekerja selama 15 menit setiap harinya.


(13)

(14)

ABSTRAK

Ergonomi merupakan suatu ilmu, seni, dan teknologi yang berupaya untuk menyerasikan alat, cara, lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan, dan segala keterbatasan manusia, sehingga manusia dapat berkarya secara optimal tanpa pengaruh buruk dari pekerjaannya. Secara umum kemampuan, kebolehan, dan keterbatasan manusia ditentukan oleh berbagai faktor, salah satunya faktor kebiasaan/tingkah laku. Melakukan kebiasaan kerja yang buruk pada dokter gigi dapat menyebabkan keluhan muskuloskeletal dan terjangkitnya suatu virus/penyakit.

Dari hasil analisis menggunakan kuesinoer SNQ (standard nordic questionnaire) diketahui keluhan yang terjadi pada dokter gigi terdapat pada tubuh bagian leher atas, leher bawah, punggung, bahu kanan, lengan atas kanan, pergelangan tangan kanan, pinggang, betis kiri, betis kanan, dan bokong. Dan masalah terjangkitnya suatu virus pada dokter gigi sangat rentan terjadi, dikarenakan pekerjaan dokter gigi erat hubungannya dengan darah pasien dan air liur pasien, terutama pada proses pencabutan gigi.

Dari pengamatan diketahui keluhan muskuloskeletal yang terjadi pada dokter gigi disebabkan oleh adanya kegiatan kerja yang dilakukan secara repetitif dengan dengan penggunaan alas kaki yang tidak nyaman, fasilitas kerja yang tidak memadai, fasilitas kerja yang tidak sesuai dengan antropometri dokter gigi, dan tidak sesuainya tata letak komponen dengan metode kerja yang dilakukan setiap kali melakukan kegiatannya. Tidak sesuainya metode kerja yang dilakukan dokter gigi dengan SOP yang ada, maka dapat menyebabkan terjangkitnya suatu virus/penyakit terhadap dokter gigi.

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa kesehatan dan kinerja yang baik terhadap dokter gigi dengan meminimalkan keluhan musculoskeletal dan memperbaiki personnel habit dokter gigi pada saat bekerja, dengan menggunakan pendekatan makroergonomi yaitu MEAD (Macroergonomics Analysis and Design Methodology). Tujuan utama makro ergonomi yaitu mengharmonisasikan sistem kerja secara utuh baik pada tingkat mikro maupun makro, meningkatkan kepuasan kerja yang berkomitmen pada kesehatan dan keselamatan pekerja, dan meningkatkan produktivitas.

Berdasarkan hasil MEAD, alternatif solusi yang terpilih adalah alternatif 1 yaitu dokter gigi membiasakan bekerja dengan menghasilkan postur kerja yang ergonomis, menggunakan alas kaki yang nyaman yaitu sendal obat, menggunakan dental stool yang memiliki sandaran siku dan sandaran bahu, menggunakan dental loupes (apabila dental unit yang digunakan tidak terdapat LCD), menempatkan operation light yang optimal pada dental unit dengan menggunakan lampu jenis halogen, menggunakan PPE (personnel protective equipment) dengan melakukan prosedur routine handwash, membiasakan diri bekerja dengan menggunakan tangan kiri dan juga dapat menggunakan left-right dental unit, meletakkan peralatan kerja dengan jarak yang aman dengan tinggi penempatan peralatannya tidak diatas bahu atau dibawah pinggang dan juga dapat menggunakan konsep four handed dentistry dalam penempatan fasilitas kerja, memperbaiki organisasi kerja dengan membentuk bagian pengadaan fasilitas kerja, membentuk bagian teknisi pada struktur organisasi kerja, dan melakukan perencanaan masuk yang lebih cepat untuk melakukan pemanasan sebelum memulai bekerja selama 15 menit setiap harinya.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

Awalnya penilaian ergonomi pada suatu proses ditujukan khusus pada proses yang spesifik, atau penilaian dilakukan pada suatu kondisi skala mikro. Namun, perkembangan keilmuaan saat ini melihat bahwa penilaian ergonomi tidak bisa hanya dilakukan dan dianalisis secara mikro saja, tetapi perlu untuk diimplementasikan melalui interegasi pada lingkungan yang lebih besar (organisasi perusahaan) yang dikenal dengan model ergonomi makro. 1

Instansi kesehatan gigi maupun praktek dokter gigi merupakan suatu pelayanan kesehatan gigi yang dilakukan oleh dokter gigi. Berdasarkan data suatu instansi kesehatan gigi maupun praktek dokter gigi, terdapat beberapa tindakan pelayanan yang dilakukan dokter gigi terhadap pasien yaitu: tindakan scaling, tindakan EXO (pencabutan gigi), RK (restorasi komposit), veneer, kuret, 3 mix Makro ergonomi merupakan metode pendekatan sosio-teknik dari tingkat atas ke tingkat bawah yang diterapkan pada perancangan sistem kerja dan memastikan sistem kerja tersebut berjalan dengan harmonis. Tujuan utama makro ergonomi yaitu mengharmonisasikan sistem kerja secara utuh baik pada tingkat mikro maupun makro, meningkatkan kepuasan kerja yang berkomitmen pada kesehatan dan keselamatan pekerja, dan meningkatkan produktivitas.

11


(16)

(perawatan 3 antibodi saluran akar), dan lain-lain. Dari keseluruhan, tindakan EXO (pencabutan gigi) merupakan tindakan yang paling berbahaya dan membutuhkan waktu yang lama. Sehingga tindakan EXO digunakan sebagai objek penelitian. Diketahui bahwa dalam melakukan tindakan EXO (proses pencabutan gigi) diperlukan konsentrasi penuh dan tingkat ketelitian yang tinggi. Dikarenakan proses ini sangat berbahaya. Apabila salah satu SOP (standart operation procedure) dilanggar/dihilangkan maka dapat berakibat fatal terhadap pasien. Dengan adanya kegiatan kerja yang dilakukan secara repetitif dengan memandang faktor usia, cara kerja (personnel habit), penggunaan alas kaki yang digunakan, jam kerja, organisasi kerja, fasilitas kerja yang tidak memadai, tidak sesuai dengan antropometri pekerja dan tidak sesuainya tata letak komponen dengan metode kerja yang harus dilakukan setiap kali dalam melakukan kegiatannya maka mempengaruhi timbulnya keluhan musculoskeletal terhadap dokter gigi. 2

2

Samat Razan Abdul, Mohd Nazri Shafei, Yacoob Nor Azwany, Yusoff Azizah . 2011.Prevalence and Association Factors Of Back Pain Among Dental Personnel in north-eastern state of

Keluhan musculoskeletal pada punggung terjadi pada setiap dokter gigi yang ada di timur laut negara bagian dari Malaysia. Postur kerja tidak ergonomi dikaitkan dengan sakit punggung pada dokter gigi. Dokter gigi yang mengadopsi postur kerja tidak ergonomi selama bekerja kemungkinan besar mengalami keluhan musculoskeletal pada bagian punggung dibandingkan dengan orang yang bekerja pada postur kerja yang ergonomi. Dan tidak sesuainya metode kerja yang dilakukan dokter gigi dengan SOP yang ada, maka dapat menyebabkan terjangkitnya suatu virus/penyakit terhadap dokter gigi, dikarenakan pekerjaan


(17)

dokter gigi erat hubungannya dengan darah pasien dan air liur pasien. Adanya keluhan musculoskeletal, personnel habit yang buruk yang dimiliki dokter gigi disebabkan oleh sistem kerja yang tidak baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa pendekatan ergonomi mikro sudah tidak relevan. Dan oleh peneliti, sistem kerja itu dapat dievaluasi dengan pendekatan yang disebut ergonomi makro. Makro ergonomi memeriksa pekerjaan dan sistem kerja secara lebih luas.

Oleh karena itu dengan mengatur tata letak komponen agar sesuai dengan metode kerja yang telah ditetapkan, memperbaiki jam kerja dokter gigi, memperbaiki fasilitas kerja yang digunakan dokter gigi, merubah cara kerja dokter gigi, merubah personal habit dokter gigi dan memperbaiki organisasi dokter gigi dengan menggunakan pendekatan makro ergonomi diharapkan akan dapat meminimalkan keluhan musculoskeletal dan terhindar dari terjangkitnya suatu virus/penyakit terhadap dokter gigi. Pada akhirnya perbaikan-perbaikan tersebut dapat menghasilkan health and performance yang baik terhadap dokter gigi.

1.2. Rumusan Permasalahan

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah para dokter gigi belum mengetahui keterkaitan personnel habit pada saat melakukan kegiatan kerjanya dengan keluhan muskuloskeletal dalam penggunaan fasilitas praktek dokter gigi.


(18)

Tujuan dari penelitian ini adalah analisa kesehatan dan kinerja yang baik terhadap para dokter gigi dengan meminimalkan keluhan musculoskeletal, dan memperbaiki personnel habit dokter gigi pada saat bekerja. Untuk mencapai tujuan penelitian maka sasaran penelitian ini adalah

1. Mengidentifikasi keluhan muscoleskeletal disorders yang dialami dokter gigi terhadap penggunaan fasilitas praktek dokter gigi

2. Identifikasi postur kerja aktual dan metode kerja pada dokter gigi

3. Melakukan pengukuran jarak jangkauan maupun perpindahan yang dilakukan dokter gigi

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat memperbaiki sistem kerja yang ada pada lingkungan kerja para dokter gigi, sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja dokter gigi.

2. Dapat mengetahui metode kerja yang ergonomis, dengan mendeteksi health and performance problem pada dokter gigi.

1.5. Batasan dan Asumsi Penelitian

Adapun batasan masalah dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:


(19)

2. Metode kerja yang dirancang harus sesuai dengan SOP yang telah ada.

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Pekerja bekerja sesuai dengan personnel habit yang dilakukan pada saat bekerja

2. Kondisi sistem kerja yang diamati tidak berubah selama penelitian.

1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Sistematika yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah: BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan dan asumsi yang digunakan, serta sistematika penulisan tugas akhir.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Dalam bab ini akan diuraikan jenis fasilitas praktek dokter gigi (dental unit dan dental stool) yang digunakan, sekaligus spesifikasi dental unit tersebut.

BAB III LANDASAN TEORI

Dalam bab ini diuraikan mengenai tinjauan-tinjauan kepustakaan yang berisi teori-teori yang digunakan dalam analisis pemecahan masalah.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi tahapan-tahapan penelitian mulai dari persiapan hingga penyusunan laporan tugas akhir.


(20)

BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini memuat data-data hasil penelitian yang diperoleh dari hasil pengamatan dan pengukuran yang dilakukan di lapangan sebagai bahan untuk melakukan pengolahan data yang digunakan sebagai dasar pada pemecahan masalah.

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

Dalam bab ini akan dianalisis hasil pengolahan data dan pemecahan masalah.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan yang dapat diambil oleh penulis dari hasil penelitian ini serta rekomendasi saran-saran yang perlu bagi intansi kesehatan gigi maupun praktek dokter gigi.


(21)

(22)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Dalam bab ini dijabarkan tentang sistem kerja dokter gigi yang diamati, yang terdiri dari: tugas dari dokter gigi dan tugas dari pembantu dokter gigi yaitu perawat gigi, fasilitas kerja yang digunakan dokter gigi, operator yang diamati, lingkungan kerja dokter gigi dan lain-lain.

Kedokteran gigi adalah ilmu mengenai pencegahan dan perawatan penyakit atau kelainan pada pembedahan. Seseorang yang mempraktikkan ilmu kedokteran gigi disebut sebagai Profesi dokter merupakan suatu pekerjaan yang dilaksanakan berdasarkan keilmuan, kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan yang berjenjang dan kode etik yang bersifat melayani masyarakat. Dalam praktiknya, dokter gigi tidak sendirian melainkan membutuhkan orang lain seperti perawat gigi. Dokter gigi membutuhkan perawat untuk membantunya dalam proses perawatan pasien. Tugas atau peran dari perawat gigi sendiri di tempat-tempat praktik beragam. Perawat gigi berperan mendampingi dokter gigi saat pasien menjalankan perawatan, membantu dokter dalam pembuatan segala hal yang dibutuhkan dalam perawatan pasien, atau bahkan di beberapa tempat yang tidak memiliki staff administrasi, perawat gigi juga berperan sebagai staff administrasi.


(23)

1. Tugas Dokter Gigi

Adapun tugas dari dokter gigi dalam suatu instansi bagian gigi maupun praktek dokter gigi yaitu sebagai berikut:

a. Melakukan pemeriksaan terhadap keadaan mulut dan gigi

b. Melakukan Tindakan Pencegahan/Pengobatan, contohnya seperti: ekstraksi pencabutan gigi

c. Memberikan resep dokter 2. Tugas Perawat Gigi

Peran utama perawat gigi adalah membantu dokter gigi dalam melaksanakan kegiatan pengobatan gigi dan mulut. Adapun tugas dari perawat gigi dalam suatu instansi bagian poligigi/ptaktek dokter gigi yaitu sebagai berikut:

a. Membuat kapas gulung dan tampon. b. Menyalakan dan mematikan kompresor. c. Menyalakan dan mematikan air.

d. Menyalakan dan mempersiapkan dental unit. e. Mempersiapkan pasien.

f. Mengatur kebutuhan instrumen yang akan digunakan sesuai dengan tata cara yang diwajibkan, yaitu : mencuci instrument, mensterilkan instrument, meletakkan instrumen pada dental unit sesuai dengan kebutuhan, menyiapkan obat-obatan, bahan tambal, dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan.

g. Membantu dokter gigi dalam menangani pasien, seperti: memegang saliva ejector, mempersiapkan gelas kumur dan air, memegang alat sinar,


(24)

mengaduk bahan-bahan tambal, memegangi bagian kepala pasien pada saat pencabutan gigi, memeriksa persediaan bahan dan obat-obatan, mencatat jumlahnya, dan melaporkan pada dokter gigi sebelum habis terpakai.

2.1. Instansi Kesehatan Gigi Maupun Praktek Dokter Gigi yang Diamati Dilakukan pengamatan terhadap 30 dokter gigi ke beberapa instansi kesehatan gigi maupun praktek dokter gigi yang ada di kawasan sumatera utara terutama kota medan untuk mengetahui sistem kerja yang dilakukan para dokter gigi. Adapun penjabarannya sebagai berikut:

1. Poliklinik USU Bagian Poligigi

Luas ruangan poliklinik USU bagian poligigi yaitu 4,2 m x 6,2 m. Dokter gigi yang diamati adalah Drg. Shelly Mayvira dan Perawat gigi Marisi Purba. Dalam hal ini perawat gigi juga melakukan tindakan pencabutan gigi terhadap pasien. Adapun fasilitas kerja yang terdapat pada poliklinik ini yaitu sebagai berikut:

- Dental unit

Dental unit yang digunakan adalah foshan joinchamp medical devicemode 1 : ZC-9300 buatan cina dan Macro FE Gnatus buatan brazil.


(25)

Gambar. 2.1. Dental Unit Foshan Joinchamp Medical Device Pada Poliklinik USU Bagian Poligigi

Gambar.2.2. Dental Unit Macro FE Gnatus Poliklinik USU Bagian Poligigi - Dental Stool

Dental stool yang digunakan merk Linker buatan cina dan merk Hongke, Origin Foshan buatan Guangdong, Cina (Mainland).

Gambar. 2.3. Dental Stoolmerk Linker Pada Poliklinik USU Bagian Poligigi


(26)

Gambar. 2.4. Dental Stoolmerk Hongke Pada Poliklinik USU Bagian Poligigi

2. RSU Sari Mutiara Bagian Poligigi

Luas ruangan RSU Sari Mutiara Bagian Poligigi yaitu 5,4 m x 3,4 m. Dokter gigi yang diamati adalah Drg. Suwita dan Drg Arsida. Terdapat 1 orang perawat gigi yang bertugas pada RSU sari mutiara bagian poligigi. Adapun fasilitas kerja yang terdapat pada RSU Sari Mutiara Bagian Poligigi yaitu sebagai berikut:

- Dental unit

Dental unit yang digunakan adalah foshan suntem medical apparatus buatan cina.


(27)

Gambar. 2.5. Dental Unit Pada RSU Sari Mutiara Bagian Poligigi

- Dental Stool

Dental stool yang digunakan merk Linker, buatan cina

Gambar. 2.6. Dental Stool Pada RSU Sari Mutiara Bagian Poligigi

3. RS Siti Hajar

Luas ruangan RS Siti Hajar Bagian Poligigi yaitu 7 m x 4,2 m. Dokter gigi yang diamati di RS Siti Hajar adalah 3 orang, yaitu: Drg afrida hanum sitepu, Drg Hilda Shandika, dan Drg Indira Sembiring dengan dibantu oleh seorang perawat gigi. Adapun fasilitas kerja yang terdapat pada RSU Sari Mutiara Bagian Poligigi yaitu sebagai berikut:


(28)

Dental unit yang digunakan sama seperti yang digunakan Poliklinik USU merk Macro FE Gnatus buatan brazil.

Gambar. 2.7. Dental Unit Pada RS Siti Hajar Bagian Poligigi

- Dental Stool

Dental stool yang digunakan merk qiya

Gambar. 2.8. Dental Stool Pada RS Siti Hajar Bagian Poligigi

4. RSU Dr. Pirngadi

Luas ruangan RSU Dr. Pirngadi Bagian Poligigi yaitu 6 m x 3,8 m. Dokter gigi yang diamati di RSU Dr Pirngadi adalah 3 orang, yaitu: Drg fauziah, Drg Tuti Isnita, dan Drg Nelly, dengan dibantu oleh seorang perawat gigi. Adapun


(29)

fasilitas kerja yang terdapat pada RSU Dr. Pirngadi Bagian Poligigi yaitu sebagai berikut:

- Dental unit

Dental unit yang digunakan adalah Fortuna Full electric dental chair mounted unit, Andini produksi Jakarta, Indonesia.

Gambar. 2.9. Dental Unit Pada RSU Dr. Pirngadi Bagian Poligigi

- Dental Stool

Dental stool yang digunakan merk Shanghai YeShine Medical Instrument Co., Ltd, buatan cina


(30)

5. RS Pertamina

Luas ruangan RS Pertamina Bagian Poligigi yaitu 4,4 m x 4,6 m. Dokter gigi yang diamati di RSU Dr Pirngadi adalah Drg. Natasya Soraya. , tanpa dibantu oleh seorang perawat gigi. Adapun fasilitas kerja yang terdapat pada RS Pertamina Bagian Poligigi yaitu sebagai berikut

- Dental unit

Dental unit yang digunakan adalah Foshan roson medical instrument Co. Ltd., buatan cina.

Gambar. 2.11. Dental Unit Pada RS Pertamina Bagian Poligigi

- Dental Stool

Dental stool yang digunakan merk Hongke, Origin Foshan buatan Guangdong, Cina (Mainland).


(31)

Gambar. 2.12. Dental Stool Pada RS Pertamina Bagian Poligigi 6. Puskesmas Padang Bulan

Luas ruangan Puskesmas Padang Bulan Poligigi yaitu 5 m x 5,4 m. Dokter gigi yang diamati di Puskesmas Padang Bulan adalah Drg. Lidya Sartika dan Drg. Asmi Adhelina, dengan dibantu oleh seorang perawat gigi. Adapun fasilitas kerja yang terdapat pada RS Pertamina Bagian Poligigi yaitu sebagai berikut:

- Dental unit

Dental unit pada puskesmas ini terdiri dari 2 jenis dental chair, yaitu:Sirona Dental System Foshan Co Ltd, buatan Cina dan Andini Dental Unit, buatan Jakarta, Indonesia


(32)

Gambar. 2.13. Dental Unit Sirona Dental System Foshan Co Ltd, buatan Cina Pada Puskesmas Padang Bulan Bagian Poligigi

Gambar. 2.14. Dental Unit Andini, buatan Jakarta, Indonesia Pada Puskesmas Padang Bulan Bagian Poligigi

- Dental Stool

Dental stool yang digunakan merk Linker, buatan cina

Gambar. 2.15. Dental Stool Pada RS Puskesmas Padang Bulan Bagian Poligigi


(33)

7. Puskesmas Darussalam

Luas ruangan Puskesmas Darussalam bagian poligigi yaitu 4 m x 3,2 m. Dokter gigi yang diamati di Puskesmas Darussalam adalah Drg. Hilma Fitria Zulfa Noor, dengan dibantu oleh seorang perawat gigi. Adapun fasilitas dental chair yang terdapat pada Puskesmas Darussalam bagian poligigi adalah sama seperti yang digunakan RS Pertamina dengan merk Foshan roson medical instrument Co. Ltd., buatan cina.

Gambar. 2.16. Dental Unit Pada Puskesmas Darussalam Bagian Poligigi

8. Puskesmas Medan Sunggal

Luas ruangan puskesmas medan sunggal bagian poligigi yaitu 3,2 m x 3,2 m. Di klinik tersebut terdiri dari 1 orang dokter gigi dan 1 orang perawat gigi. Operator yang diamati di Puskesmas Medan Sunggal bagian poligigi adalah perawat gigi Floren Renova Tambunan. Perawat gigi ini menggambil alih pekerjaan dokter gigi dengan melakukan tindakan pencabutan gigi. Adapun fasilitas dental unit yang terdapat pada puskesmas medan sunggal adalah Andini Dental Unit PT Andini Sarana buatan Jakarta, Indonesia.


(34)

Gambar. 2.17. Dental Unit Andini, buatan Jakarta, Indonesia Pada Puskesmas Medan Sunggal

9. Gedung Ikatan Dokter Gigi Indonesia

Luas ruangan gedung ikatan dokter gigi indonesiayaitu 5,4 m x 3,8 m. Dokter gigi yang diamati adalah Drg Lanna Sari Lubis dengan dibantu oleh seorang perawat gigi. Adapun fasilitas kerja yang terdapat pada gedung ikatan dokter gigi indonesia yaitu sebagai berikut:

- Dental Unit

Dental unit yang digunakan sama seperti yang digunakan RS Pertamina dan Puskesmas darussalam dengan merk Foshan roson medical instrument Co. Ltd., buatan cina.


(35)

Gambar. 2.18. Dental Unit Pada Gedung Ikatan Dokter Gigi Indonesia

- Dental Stool

Dental stool yang digunakan merk Hongke, Origin Foshan buatan Guangdong, Cina (Mainland).

Gambar. 2.19. Dental Stool Pada Gedung Ikatan Dokter Gigi Indonesia

10.Klinik Kimia Farma Gatot Subroto

Luas ruangan pada klinik kimia farma pada bagian poligigi yaitu 5,6 m x 3,6 m. Dokter gigi yang diamati adalah Drg Sonny Moeljono dengan dibantu oleh seorang perawat gigi. Adapun fasilitas kerja yang terdapat pada gedung ikatan dokter gigi indonesia yaitu sebagai berikut:


(36)

- Dental Unit

Dental unit yang digunakan adalah Zhengzhou Xinghua Dental Equipment, Co. Ltd., buatan cina.

Gambar. 2.20. Dental Unit Pada Klinik Kimia Farma Gatot Subroto

- Dental Stool

Dental stool yang digunakan merk Sami Industry Co., Ltd Nanhai Foshan City Guangdong China Foshan, Guangdong Cina.

Gambar. 2.21. Dental Stool Pada Klinik Kimia Farma Gatot Subroto

11.Praktek Drg Januar Riahdo, Sp. Ort

Praktek Drg Januar Riahdo, Sp. Ort terletak di jalan setia budi no 96, Medan. Luas ruangan pada klinik kimia farma pada bagian poligigi yaitu 6,4 m x 3,8 m. Dokter gigi yang diamati adalah Drg Januar Riahdo, Sp. Ort dengan


(37)

dibantu oleh seorang perawat gigi. Adapun fasilitas kerja yang terdapat pada praktek dokter gigi ini yaitu sebagai berikut:

- Dental Unit

Dental unit yang digunakan sama seperti yang digunakan RS Pertamina, Puskesmas darussalam dan Gedung ikatan dokter gigi Indonesia dengan merk Foshan roson medical instrument Co. Ltd., buatan cina.

Gambar. 2.22. Dental Unit Pada Praktek Drg Januar Riahdo, Sp. Ort

- Dental Stool

Dental stool yang digunakan merk Hongke, Origin Foshan buatan Guangdong, Cina (Mainland).


(38)

12.Praktek Drg. Sumadhi, S. Phd

Praktek Drg. Sumadhi, S. Phd terletak di Sei Batang Serangan no 15. Luas ruangan pada klinik kimia farma pada bagian poligigi yaitu 3,6 m x 2,6 m. Dokter gigi yang diamati adalah Drg. Sumadhi, S. Phd tanpa dibantu oleh seorang perawat gigi. Adapun fasilitas dental unit yang terdapat pada praktek dokter gigi ini adalah gnatus buatan brazil.

Gambar. 2.24. Dental Stool Pada Praktek Drg. Sumadhi, S. Phd

13.Praktek Drg. Rehulina Ginting

Praktek Drg. Rehulina Ginting terletak di jalan kapten pattimura 118, Medan. Luas ruangan pada klinik kimia farma pada bagian poligigi yaitu 4,4 m x 3,2 m. Dokter gigi yang diamati adalah Drg. Rehulina Ginting dengan dibantu oleh seorang perawat gigi. Adapun fasilitas kerja yang terdapat pada praktek dokter gigi ini yaitu sebagai berikut:

- Dental Unit


(39)

Gambar. 2.25. Dental Unit Pada Praktek Drg. Rehulina Ginting

- Dental Stool

Dental stool yang digunakan merk Takara Belmont Co. LTD buatan Guangdong jepang.

Gambar. 2.26. Dental Stool Pada Praktek Drg Januar Riahdo, Sp. Ort

14.Praktek Drg. Syafrinani Sp Pros (K)

Praktek Drg. Syafrinani Sp Pros (K) terletak di jalan kapten muctar. Luas ruangan pada klinik kimia farma pada bagian poligigi yaitu 5 m x 4,2 m. Dokter gigi yang diamati adalah Drg. Syafrinani Sp Pros (K) tanpa dibantu oleh seorang perawat gigi. Adapun fasilitas kerja yang terdapat pada praktek dokter gigi ini yaitu sebagai berikut:


(40)

- Dental Unit

Dental unit yang digunakan sama seperti yang digunakan RS Pertamina, Puskesmas Darussalam, Gedung ikatan dokter gigi Indonesia dan Praktek Drg Januar Riahdo dengan merk Foshan roson medical instrument Co. Ltd., buatan cina.

Gambar. 2.27. Dental Unit Pada Drg. Syafrinani Sp Pros (K)

- Dental Stool

Dental stool yang digunakan adalah kursi duduk biasa tanpa sandaran punggung.

Kursi biasa tanpa sandaran punggung


(41)

15.Praktek Drg. Djunaidy Marly

Praktek Drg. Djunaidy Marly terletak di jalan gatot subroto. Luas ruangan pada klinik kimia farma pada bagian poligigi yaitu 5,2 m x 4,6 m. Dokter gigi yang diamati adalah Drg. Djunaidy Marly dengan dibantu oleh seorang perawat gigi. Adapun fasilitas kerja yang terdapat pada praktek dokter gigi ini yaitu sebagai berikut:

- Dental unit

Dental unit yang digunakan adalah foshan joinchamp medical device mode: ZC-9200A, buatan cina.

Gambar. 2.29. Dental Unit Pada Praktek Drg. Djunaidy Marly - Dental Stool

Dental stool yang digunakan adalah merek dental vlad and med (V&M), tipe 338A.


(42)

16.Praktek Drg. M. Sumarno

Praktek Drg. M. Sumarno terletak di jalan putri hijau I no 17 c, Medan. Luas ruangan pada klinik kimia farma pada bagian poligigi yaitu 5 m x 4,2 m. Dokter gigi yang diamati adalah Drg. M. Sumarno dengan dibantu oleh seorang perawat gigi. Adapun fasilitas kerja yang terdapat pada praktek dokter gigi ini yaitu sebagai berikut:

- Dental Unit

Dental unit yang digunakan adalah Guangzhou Lingschen Trading Co. Ltd buatan Cina.

Gambar. 2.31. Dental Unit Pada Praktek M. Sumarno

- Dental Stool

Dental stool yang digunakan adalah merek pada Guangzhou Lingschen buatan cina.


(43)

Gambar. 2.32. Dental Stool Pada Praktek M. Sumarno

17.Praktek Drg. R. Ramadhanya

Praktek Drg. R. Ramadhanya terletak di jalan pondok surya, Medan. Luas ruangan pada klinik kimia farma pada bagian poligigi yaitu 4,8 m x 3 m. Dokter gigi yang diamati adalah Drg. R. Ramadhanya tanpa dibantu oleh seorang perawat gigi. Adapun fasilitas kerja yang terdapat pada praktek dokter gigi ini yaitu sebagai berikut:

- Dental Unit

Dental unit yang digunakan sama seperti yang digunakan Poliklinik USU, RS Siti Hajar yaitu Macro FE Gnatus buatan brazil.


(44)

- Dental Stool

Dental stool yang digunakan merk Hongke, Origin Foshan buatan Guangdong, Cina (Mainland).

Gambar. 2.34. Dental Stool Pada Praktek Drg. R. Ramadhanya

18.Praktek Drg. Suriana Marjoni

Praktek Drg. Suriana Marjoni terletak di kompleks taman setia budi indah (tasbih) blok K no 38-H, Medan. Luas ruangan pada klinik kimia farma pada bagian poligigi yaitu 6 m x 3,8 m. Dokter gigi yang diamati adalah Drg. Suriana Marjoni dengan dibantu oleh seorang perawat gigi. Adapun fasilitas kerja yang terdapat pada praktek dokter gigi ini yaitu sebagai berikut:

- Dental Unit

Dental unit yang digunakan adalah clesta II Belmont takara company Europe GmbH buatan Frankfurt, Jerman.


(45)

Gambar. 2.35. Dental Unit Pada Praktek Drg. Suriana Marjoni

- Dental Stool

Dental stool yang digunakan merk buatan clesta II Belmont takara company Europe GmbH buatan Frankfurt, Jerman.

Dental stool yang digunakan

Gambar. 2.36. Dental Stool Pada Praktek Drg. Suriana Marjoni

19.Praktek Drg. Irna Y

Praktek Drg. Irna Y terletak di jalan Darussalam 11B/19. Luas ruangan pada klinik kimia farma pada bagian poligigi yaitu 4,6 m x 4,2 m. Dokter gigi yang diamati adalah Drg. Irna Y dan Drg. Melika Sari dengan dibantu oleh seorang perawat gigi. Adapun fasilitas kerja yang terdapat pada praktek dokter gigi ini yaitu sebagai berikut:


(46)

- Dental Unit

Dental unit yang digunakan S.T. Dental MFG Co. Ltd buatan yoshida, Cina.

Gambar. 2.37. Dental Unit Pada Praktek Drg. Irna Y

- Dental Stool

Dental stool yang digunakan S.T. Dental MFG Co. Ltd buatan yoshida Cina.

Dental stool yang digunakan


(47)

20.Praktek Drg. Heriyanty

Praktek Drg. Heriyanty terletak di jalan sisingamaraja no 186, medan. Luas ruangan pada klinik kimia farma pada bagian poligigi yaitu 5 m x 3,4 m. Dokter gigi yang diamati adalah Drg. Heriyanty tanpa dibantu oleh seorang perawat gigi. Adapun fasilitas kerja yang terdapat pada praktek dokter gigi ini yaitu sebagai berikut:

- Dental Unit

Dental unit yang digunakan Foshan roson medical instrument mode KLT6210-N1, buatan Cina.

Gambar. 2.39. Dental Unit Pada Praktek Drg. Heriyanty

- Dental Stool

Dental stool yang digunakan adalah merek dental vlad and med (V&M), tipe 338A.


(48)

Gambar. 2.40. Dental Stool Pada Pr Praktek Drg. Heriyanty

21.Praktek Drg. Iskandar Muda

Praktek Drg. Iskandar Muda terletak di jalan karya wisata, villa Shalimar no 4, medan. Luas ruangan pada klinik kimia farma pada bagian poligigi yaitu 3 m x 3,6 m. Dokter gigi yang diamati adalah Drg. Iskandar Muda dengan dibantu oleh seorang perawat gigi. Adapun fasilitas dental unit yang terdapat pada praktek dokter gigi ini sama seperti yang digunakan Poliklinik USU dan RS Siti Hajar, Praktek Drg R Ramadhanya yaitu Macro FE Gnatus buatan brazil.


(49)

2.1. Dental Unit pada Instansi Kesehatan Gigi Maupun Praktek Dokter Gigi yang Diamati

Dental unit adalah suatu alat yang dipakai oleh dokter gigi untuk membantu pemeriksaan dan kemudian menentukan terapi apa yang dapat diberikan kepada pasien kursi yang digunakan pasien dalam praktek dokter gigi. Pada saat posisi rebah panjang dental chair adalah sekitar 1,8-2 Meter. Dental Unit umumnya memiliki lebar 0,9 Meter, bila Tray yang adjustable dalam kondisi terbuka keluar maka lebar keseluruhan umumnya 1,5 Cm. Tray merupakan fasilitas meja yang terdapat pada dental unit. Dari pengamatan ke beberapa instansi kesehatan gigi maupun praktek dokter gigi terdapat beberapa dental unit yang digunakan operator, yang dapat dilihat pada Lampiran 3.

2.2. Fasilitas Penunjang pada Instansi Kesehatan Gigi Maupun Praktek Dokter Gigi yang Diamati

Adapun fasilitas fasilitas penunjang yang terdapat pada beberapa instansi kesehatan gigi maupun praktek dokter gigi yang diamati adalah sebgai berikut:

1. Dental Stool

Dental stool berupa kursi yang digunakan dokter gigi dalam melakukan proses kegiatannya.

2. Dental Cabinet

Dental Cabinet sebagai tempat penyimpanan utama bahan maupun alat kedokteran gigi. Umumnya berbentuk bufet setengah badan seperti Kitchen


(50)

Cabinet dengan ketebalan 0,6-0,8 Meter. Jenis dental cabinet dengan terdiri dari 1 lemari, berbentuk L, dll.

3. Mobile Cabinet

Mobile Cabinet sebagai tempat menyimpan bahan dan alat yang akan digunakan. Mobile cabinet dapat disebut meja roda.

4. Box steril

Box steril merupakan suatu tempat untuk mensterilkan alat. Salah satunya alat-alat yang digunakan dalam pencabutan gigi, yaitu: kaca mulut, sonde, bein, elevator, suntik, pingset, foreceps. Dari pengamatan ke beberapa instansi kesehatan gigi maupun praktek dokter gigi terlihat fasilitas kerja yang digunakan operator dalam melakukan proses pencabutan gigi, yang dapat dilihat pada Lampiran 7.


(51)

(52)

BAB III

LANDASAN TEORI

Dalam bab ini dijabarkan tentang teori yang berhubungan tentang masalah pada dokter gigi dalam melakukan kegiatan kerja, yaitu keluhan musculoskeletal yang mempengaruhi health and performance problem pada dokter gigi. Selanjutnya dijabarkan teori yang berhungan dengan kepentingan masalah yaitu melakukan penilaian postur kerja dengan menggunakan metode RULA. Kemudian menjabarkan teori yang berhubungan pada penyelesaian masalah yaitu menggunakan pendekatan makroergonomi (MEAD, antropoteknologi) yang bertujuan untuk mendeteksi health and performance problem pada dokter gigi yang ditimbulkan oleh kkeluhan muskuloskeletal dan adanya personnel habit yang dimiliki dokter gigi.

3.1.Keluhan Muskuloskeletal 3

Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan yang sangat ringan sampai pada yang sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, maka dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen, dan tendon. Keluhan hingga kerusakan ini disebut juga musculoskeletal disorders (MSDs) atau cedera pada sistem muskuloskeletal. Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

3


(53)

1. Keluhan sementara (Reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis, keluhan tersebut segera hilang apabila pembebanan dihentikan.

2. Keluhan menetap (Persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih berlanjut.

Keluhan muskuloskeletal dapat terjadi oleh beberapa penyebab, diantaranya adalah :

1. Peregangan otot yang berlebihan.

Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya sering dikeluhkan oleh pekerja yang aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik, dan menahan beban yang berat.

2. Aktivitas berulang

Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus-menerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu, dan sebagainya. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekana akibat beban kerja secara terus-menerus tanpa memperoleh waktu untuk relaksasi.

3. Sikap kerja tidak alamiah.

Posisi bagian tubuh yang bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat, dan sebagainya dapat menyebabkan keluhan pada otot skeletal.


(54)

4. Faktor penyebab skunder.

Faktor skunder yang juga berpengaruh terhadap keluhan muskuloskeletal adalah tekanan, getaran dan mikroklimat.

5. Penyebab kombinasi

Resiko terjadinya keluhan otot skeletal akan semakin meningkat apabila dalam melakukan tugasnya pekerja dihadapkan pada beberapa faktor resiko dalam waktu yang bersamaan, misalnya pekerja harus melakukan aktivitas mengangkat beban di bawah tekanan panas matahari

3.2. Standard Nordic Questionnaire (SNQ)

Ada beberapa cara dalam melakukan evaluasi ergonomi untuk mengetahui hubungan antara tekanan fisik dengan resiko keluhan otot skeletal. Pengukuran terhadap tekanan fisik ini cukup sulit karena melibatkan berbagai faktor subjektif seperti kinerja, motivasi, harapan dan toleransi kelelahan. Salah satunya adalah melalui Standard Nordic Questionnaire (SNQ). Melalui kuesioner ini dapat diketahui bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari Tidak Sakit (TS), Agak Sakit (AS), Sakit (S) dan Sangat Sakit (SS). Dengan melihat dan menganalisis peta tubuh seperti pada Gambar 2.1. maka dapat diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja.


(55)

(Sumber : Gempur Santoso, Ergonomi : Manusia, Peralatan dan Lingkungan)

Gambar 3.1. Standard Nordic Questionnaire

NO JENIS KELUHAN TINGKAT KELUHAN

Tida k Sakit

Agak Sakit

Sakit Sangat Sakit 0 Sakit kaku di leher bagian atas

1 Sakit kaku di leher bagian bawah 2 Sakit di bahu kiri

3 Sakit di bahu kanan 4 Sakit lengan atas kiri 5 Sakit di punggung 6 Sakit lengan atas kanan 7 Sakit pada pinggang 8 Sakit pada bokong 9 Sakit pada pantat 10 Sakit pada siku kiri 11 Sakit pada siku kanan 12 Sakit pada lengan bawah kiri 13 Sakit pada lengan bawah kanan 14 Sakit pada pergelangan tangan

kiri

15 Sakit pada pergelangan tangan kanan

16 Sakit pada tangan kiri 17 Sakit pada tangan kanan 18 Sakit pada paha kiri 19 Sakit pada paha kanan 20 Sakit pada lutut kiri 21 Sakit pada lutut kanan 22 Sakit pada betis kiri 23 Sakit pada betis kanan

24 Sakit pada pergelangan kaki kiri 25 Sakit pada pergelangan kaki

kanan

26 Sakit pada kaki kiri 27 Sakit pada kaki kanan


(56)

3.3. Macroergonomic4

Makro ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang pertama kali diperkenalkan oleh Hal W. Hendrik pada era tahun 80-an. Cabang ergonomic ini muncul diakibatkan oleh perkembangan teknologi yang begitu pesat, melebihi kecepatan perkembangan organisasi, selain itu juga disebabkan terdapatnya kelemahan dalam mikro ergonomi. Dengan kata lain, ergonomi hanya melihat dari tingkat pekerjaan namun makro ergonomi melihat dari tingkat pekerjaan dan juga tingkat organisasi.

Tabel. 3.1. Perbandingan Antara Mikro Ergonomi dan Makro Ergonomi

Karakteristik Ergonomi Makroergonomi

Tingkat Bahasan

Mikro Makro

Unit Kerja Tugas, Sub-tugas Devisi Kerja

Tujuan Mengoptimalkan Kerja Mengoptimalkansistem kerja

Fokus Perincian Peninjauan secara luas

Alat

Pengukuran

Umumnya mengukur secara fisik seperti: luas, tenagan, luminasi, decibel,waktu

Umumnya organisasional dan mengukur subjektivitas seperti jumlah orang, rentang kendali, perilaku dan moral

Aplikasi Keahlian

Anatomi psikologi, psikologi persepsi, teknik industri

Organisasi, psikologi organisasi


(57)

3.4. Macroergonomics Analysis and Design (MEAD) Methodology

Adapun tahapan dari langkah mead jabarkan pada gambar 3.2. berikut.

Gambar.3.2. Tahapan dari MEAD

3.4.1. Pendekatan Makro Ergonomi Untuk Mengurangi Cedera Terkait Pekerjaanya5

Hendrick ( 1991 ) mengajukan/mengusulkan bahwa pendekatan makro ergonomi dapat digunakan untuk mengatasi pencegahan cedera. Alternatif

5

Hal W. Hendrik, Brian M. kleiner., Macroergonomics Theory Methods and Applications (London: IEA, 2002)


(58)

pandangan ini menunjukkan bahwa ada beberapa faktor penyebab (psikososial, ergonomi, manajemen, teknik) yang mempengaruhi keselamatan. Pendekatan ini adalah sebuah pengembangan secara besar dan sebuah tema yang menyeluruh untuk psikososial, sistem, dan mengikutsertakan metodologi yang bertujuan untuk mengurangi/meringankan cedera. Pendekatan makroergonomi bertujuan untuk meningkatkan keselamatan dengan memperluas cakupan ruang lingkup yang megintervensi untuk mengurangi cedera terkait bekerja. Kami menggunakan strategi yang melibatkan teknik, pelatihan, atau pengendalian adminstratif yang mungkin terlalu membatasi menjadi efektif. Sebuah model yang lebih kuat mengakui bahwa kecelakaan dan kesalahan manusia memiliki beberapa faktor penyebab yang memperpanjang baik di luar lokasi kegiatan/kerja.

Dejoy (1990), Nagamachi (1984), dan Nagamachi and imada (1992) pernah menyajikan model makroergonomi yang dimulai dengan menggambarkan tidak sepadannya human interface (antarmuka manusia). Baru-baru ini, telah muncul bukti penelitian yang mendukung model ini; sebagai contoh, faktor-faktor psikososial, ruang gerak, dan hubungan karyawan yang mungkin layak diantara hubungan hardware human interface dan keluhan musculoskeletal. Lebih lanjut, ada bukti bahwa faktor-faktor psikososial yang terkait dengan pekerjaan dan lingkungan kerja memainkan peran dalam pekerjaan yang terkait gangguan muskuloskeletal.

3.4.2. Pendekatan Makro Ergonomi Untuk Mengurangi Cedera


(59)

Sistem Antarmuka manusia (human system interface) ini memiliki tiga dimensi. Pertama, faktor yang berdasarkan situasi hubungan lingkungan ruang kerja dan waktu. Ini mungkin mencakup: permukaan kerja yang basah, rumitnya susunan tata letak stasiun kerja,, berbahayanya tertinggal peralatan yang tidak terjaga, atau kondisi lingkungan yang tidak tentu. Kedua, berdasarkan faktor manajemen termasuk: emosi, perhatian, gangguan, semangat, motivasi, kerja tim dan stres. Keselamatan secara tradisional dan intervensi/campur tangan ergonomi (accident investigation, hazard analysis, job safety analysis, fault tree analysis) mungkin berguna untuk mengetahui keadaan didalam atau bahkan faktor yang berhubungan tentang kepemimpinan/pengelolaan. Namun, analisis secara tradisional ini tidak menangkap, menggambarkan atau mengatasi faktor berdasarkan manusia.

Sebuah pendekatan makro ergonomi untuk meningkatkan keselamatan perlu diatasi lebih dari satu faktor. Pendekatan ergonomi yang terpusat pada manusia menetapkan langkah-langkah tindakan untuk mengatasi faktor-faktor berdasarkan manusia dan mengakui pengaruhnya pada faktor-faktor eksternal. Sebagai contoh, ketika sebuah mesin penggulung kertas berputar pada kecepatan yang tinggi, maka operator segera mengenali bahaya. Namun, setelah pekerja mematikan mesin dan memperlambat mesin penggulung tersebut, pekerja ini dapat menempatkan tangannya pada mesin penggulung untuk memperlambat itu turun. Faktor-faktor antarmuka yang mengubah persepsi operator berisiko cukup untuk mendorongnya untuk menempatkan tangannya dengan cara bahaya? Tidak ada satu faktor yang cukup untuk memperhitungkan risiko ini. Faktor yang berdasarkan situasi (tidak adanya penjaga), Faktor yang berdasarkan manajemen (


(60)

penghargaan yang mendorong pekerja untuk mengambil risiko), dan faktor yang berdarkan manusia ( perasaan bergegas ) semua yang diperlukan untuk memahami kegiatan ini.

3.4.3. Dimensi Psikologis Dalam Mengurangi Cedera

Imada dan nagamachi ( 1990 ) menghadirkan sebuah konseptualisasi serupa dari komponen sikap. Mereka berpendapat bahwa komponen yang berpengaruh memainkan sebagian besar dalam kesalahan manusia dan peristiwa kecelakaan. Ada bukti yang menghubungkan kinerja keselamatan yang buruk untuk mempengaruhi reaksi pekerja, seperti: kepuasan kerja pekerja ( frankel, imam dan ashford, 1980; serigala dan pearson, 1992 ). Ini juga merupakan komponen ergonomi tradisional dan program keselamatan yang paling mungkin untuk diatasi.

Para psikolog telah lama mengakui bahwa kecenderungan (sikap) berdasarkan oleh peristiwa-peristiwa tertentu, objek, atau orang-orang yang memiliki tiga komponen: perilaku, kesadaran dan terpengaruh. Investigasi kecelakaan tradisional dan intervensi ergonomis telah berfokus pada komponen perilaku. Jika tindakan mempengaruhi manusia untuk tidak cedera tidak dilakukan, kita dapat mengurangi cedera dengan mengubah desain mesin ( dengan adanya penjaga, tanda-tanda, palang). Pendekatan secara logika mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kerja untuk memperkenalkan informasi baru atau ide-ide melalui pelatihan. Pekerja diajarkan keterampilan baru, teknik, penggunaan alat, aturan, dan prosedur. Pendekatan ketiga membahas komponen


(61)

afektif. Pendekatan ini mencoba untuk mempengaruhi perasaan seperti kepuasan kerja, stres, sikap, emosi, dan iklim organisasi.

Sementara hubungan timbal balik antara tiga komponen tidak selalu jelas, bagaimanapun perbedaan tetap berguna. Karena beberapa manusia sengaja menyakiti dirinya, ada kesalahan manusia dalam kecelakaan mungkin dikaitkan dengan perhatian atau kondisi logikanya. Sementara itu hal ini tampaknya menjadi pengetahuan umum di kalangan pelaksana, sedikit dilakukan untuk mengubah cara pandang suatu keadaan. Hal ini menunjukkan bahwa meningkatkan keselamatan tidak harus mengintegrasikan komponen yang biasanya terkait dengan keamanan; sebagai contoh, pengawasan dapat membuat tanggapan emosional seperti kemarahan, frustrasi, kebanggaan, kepuasan kerja, dan cirri-ciri organisasi. Sejauh mana variabel ini mempengaruhi sikap, maka mereka penting untuk meningkatkan keselamatan. Pendekatan macroergonomic mempertimbangkan pelatihan pengawas sama pentingnya dengan pelatihan teknis dalam mengurangi resiko keselamatan.

3.4.4. Antropoteknologi (Antropotechnology)

Berdasarkan catatan pengalaman dari ahli ergonomi dari Prancis terkenal yaitu Alan Winer (1995) ketika mengadakan proyek mengenai pemindahan teknologi yang dibutuhkan untuk studi geografi, sejarah dan yang lainnya untuk dimensi etnologi. Etnologi merupakan aspek budaya antropologi yang berkaitan dengan perbandingan budaya manusia dengan lainnya, nilai, sistem kepercayaan dan lain-lain. Berhubungan erat dengan variabel etnologi dalam pemindahan


(62)

teknologi yang dikembangkan dalam budaya satu dengan lainnya. Wisner (1976,1984) mengembangkan dan membuat konsep antropoteknologi.

Deskripsi dari Winer, orientasi dan tujuan dari antropoteknologi adalah mempermudah ergonomi. Selanjutnya dia membuat catatan mengenai metodologi umum yang dipermudah, tetapi mengarah kepada metode perbandingan (Wisner,1976). Sebelum pemindahan teknologi, studi ini dibuat dengan mempersembahkan teknologi operasi di negara-negara berkembang atau mempermudahnya. Termasuk juga analisis dari karakteristik budaya dan bagaimana dampaknya bagi perancangan. Hal ini berkaitan dengan perbaikan kesalahan dan memperbaiki kecacatan dalam memodifikasi perancangan untuk negara pembeli. Dasar metode yang dibuat untuk studi ini adalah ergonomic work analysis (EWA). Selanjutnya, EWA dilakukan sebagai teknik mempersingkat titik kritis sistem operasi oleh negara pembeli. Kedua EWA tersebut digabungkan dan diimplikasikan untuk perancangan sistem transfer teknologi dan implementasinya. Demikian dari EWA tersebut penggunaannya sebagai instalasi dari modifikasi baru sistem teknologi yang merupakan campuran tim manajer dan operator dari dua negara yang diikuti oleh teknik ergonomi yang memerlukan EWA.

Wisner (1995) menyatakan faktor kerja lebih banyak menggunakan peramalan, dari luar, menghilangkan hambatan untuk mensukseskan transfer teknologi dalam situasi rumit. Antropoteknologi mencari keaslian dan kesulitan yang dibuat, dan pohon penyebab yang dibuat tidak terbatas untuk teknis dan aspek teknologi pada stasiun kerja. Wisner (1976, 1984) mendeskripsikan


(63)

3.4.5. Ergonomic Work Analysis (EWA)

EWA menjelaskan lebih menyeluruh mengenai deskripsi aktivitas operator atau pengguna dalam fase implementasi sistem teknis yang lebih kritis. Penilaian yang lebih detail dari studi ini saling berkaitan dibandingkan dengan representasi operator atau penggunanya sendiri atau aktivitasnya sendiri selama beberapa periode (Wisner, 1995).

Walaupun disini banyak menggunakan variasi dari EWA, Wisner (1995) menyatakan bahwa ada beberapa karakteristik yang biasa digunakan. Pada prinsipnya metodologi EWA termasuk dalam kajian teknis, ekonomi, kondisi sosial, rekomendasi, modifikasi, simulasi kerja pada sistem yang dimodifikasi, dan evaluasi dari situasi kerja yang baru. Wisner juga menyatakan metodologi yang lebih rumit jika dikuti lebih lengkap, tetapi analisis proses kerja yang lebih komplit jarang dibutuhkan. Seringkali aktivitas analisis dapat dihilangkan untuk beberapa titik kritis dan/ atau hanya masalah ergonomi yang biasa saja.

3.4.6. Hubungan Makro Ergonomi dengan Antropoteknologi

Dari deskripsi di atas, tidak sulit untuk menemukan bagaimana pendekatan makroergonomi yang digunakan dalam kunjungsinya dengan antropoteknolgi yang berhubungan dengan proyek pemindahan teknologi. Pendekatan top-down dan metode sistem sosioteknikal anlisis dari makroergonomi sangat berkaitan dengan pendekatan atropoteknologi, dan makroergonomi yang termasuk di dalamnya sistem yang dipenuhi dengan spektrum variabel budaya. Sebagai tambahan, komplemen antropoteknologi difokuskan pada optimisasi dalam merancang secara keseluruhan sistem kerja dengan tiap-tiap budayanya. Metode


(64)

antropoteknologi dan EWA menjelaskan tentang kritikal dimensi secara personal pada subsistem untuk tujuan perancangan sistem kerja yaitu tekanan kerja dari karakteristik etnologi.

EWA juga digunakan dalam perancangan sistem kerja secara keseluruhan untuk merancang dan/atau memodifikasi dari pekerjaan individu dan hubungan manusia-mesin, manusia-software, dan manusia-lingkungan antar muka. Hasil dari EWA adalah mengidentifikasi hasil modifikasi yang dibutuhkan untuk mengubah dan memperbaiki sistem kerja secara keseluruhan.

Kesimpulan yang dapat diambil keseluruhan yaitu menggunakan pendekatan dan metodologi makroergonomi dan antropoteknologi secara integrasi, pendekatan manusia terhadap pemusatan sistem muncul pada kesempatan untuk merancang sistem tradisional menjadi lebih baik dalam mengimplementasikan masalah, dan meningkatkan efektivitas dari proyek pemindahan teknologi.

3.5. Rapid Upper Limb Assesment (RULA)

RULA merupakan suatu metode penelitian untuk menginvestigasi gangguan pada anggota tubuh bagian atas. Metode ini tidak membutuhkan peralatan yang spesial dalam penetapan penilaian postur leher, punggung, dan lengan atas. Setiap pergerakan diberi nilai yang telah ditetapkan. RULA dikembangkan sebagai suatu metode untuk mendeteksi postur kerja yang merupakan faktor resiko (risk factors). Metode ini didesain untuk menilai para


(65)

pekerja dan mengetahui beban musculoskeletal yang kemungkinan dapat menimbulkan gangguan pada anggota tubuh bagian atas.

Metode ini menggunakan digram dari postur tubuh dan 3 tabel nilai dalam menetapkan evaluasi faktor resiko. Faktor resiko yang telah diinvestigasi disebut sebagai faktor beban eksternal yaitu:

1. Jumlah pergerakan 2. Kerja otot statik 3. Tenaga/kekuatan

4. Penentuan postur kerja oleh peralatan 5. Waktu kerja tanpa istirahat

Dalam usaha untuk penilaian 4 faktor beban eksternal, RULA dikembangkan untuk:

1. Memberikan sebuah metode penyaringan suatu populasi kerja dengan cepat, yang berhubungan dengan kerja yang berisiko yang menyebabkan gangguan pada anggota badan bagian atas.

2. Mengidentifikasi usaha otot yang berhubungan dengan postur kerja, penggunaan tenaga dan kerja yang berulang-ulang, yang dapat menimbulkan kelelahan (fatique) otot.

3. Memberikan hasil yang dapat digabungkan dengan sebuah metode penilaian yang ergonomi yaitu epidemiologi, fisik, mental, lingkungan dan faktor organisasi.


(66)

Prosedur dalam pengembangan metode RULA meliputi tiga tahap, antara lain:

1. Pengembangan metode untuk merekam postur kerja. 2. Pengembangan sistem penilaian dengan nilai.

3. Pengembangan dari skala tindakan tingkat yang memberikan panduan pada tingkat resiko dan kebutuhan tindakan untuk mengadakan penilaian lanjut yang lebih detail.

Untuk menghasilkan sebuah metode kerja yang cepat untuk digunakan, tubuh dibagi dalam segmen-segmen yang membentuk dua kelompok atau grup yaitu grup A dan B. Grup A meliputi bagian lengan atas dan bawah, serta pergelangan tangan. Sementara grup B meliputi leher, punggung, dan kaki. Hal ini untuk memastikan bahwa seluruh postur tubuh terekam, sehingga segala kejanggalan atau batasan postur oleh kaki, punggung atau leher yang mungkin saja mempengaruhi postur anggota tubuh bagian atas dapat tercakup dalam penilaian. Jangkauan gerakan untuk tiap bagian tubuh dibagi dalam bagian-bagian berdasarkan kriteria yang berasal dari literatur-literatur terkait yang telah ada. Bagian-bagian ini diberi angka, kemudian angka 1 diberikan pada jangkauan gerakan atau postur kerja yang memiliki faktor-faktor resiko paling kecil atau minimal. Angka yang lebih besar diberikan pada bagian jangkauan gerakan dengan postur yang lebih ekstrim yang menunjukkan peningkatan kehadiran faktor resiko yang menyebabkan beban pada struktur segmen tubuh


(67)

1. Grup A terdiri atas :

a. Lengan Atas (Upper Arm)

Gambar 3.3. Postur Lengan Atas

Tabel 3.2. Penilaian Nilai Lengan Atas

Pergerakan Nilai Nilai Perubahan

20o (ke depan maupun kebelakang

dari tubuh) 1 + 1 jika bahu naik

+ 1 jika lengan berputar atau bengkok

> 20o (ke belakang) atau 20 - 45o 2

45 - 90o 3

>90o 4

b. Lengan Bawah (Lower Arm)

Gambar 3.4. Postur Lengan Bawah Tabel 3.3. Penilaian Nilai Lengan Bawah

Pergerakan Nilai Nilai Perubahan

60 - 100o 1 + 1 jika lengan bawah bergerak melewati garis tengah atau keluar dari sisi tubuh


(68)

c. Pergelangan Tangan (Wrist)

Gambar 3.5. Postur Pergelangan Tangan Tabel 3.4. Penilaian Pergelangan Tangan

Pergerakan Nilai Nilai Perubahan

Posisi netral atau 0o 1

+1 jika pergelangan tangan bengkok menjauhi sisi tengah

0 - 15o 2

>15o 3

d. Putaran Pergelangan (Wrist Twist)

Tabel 3.5. Penilaian Putaran Pergelangan

Postur Nilai

Pada posisi tengah dari putaran 1 Pada posisi atau dekat dari batas putaran 2

e. Pergelangan tangan (wrist)

Tabel 3.6. Skor Pergelangan Tangan RULA

Pergerakan Skor Skor Perubahan

Posisi netral 1

+1 jika pergelangan tangan menjauhi sisi tengah

0-150 2

>150 3

f. Wrist twist

Tabel 3.7. Skor Wrist Twist RULA

Pergerakan Skor


(69)

Grup B:

a.Leher (neck)

Tabel 3.8. Skor Leher RULA Pergerakan Skor Skor Perubahan

0-100 1

+1 jika leher berputar/bengkok

10-200 2

> 200 3

Ekstensi 4

b. Punggung (Trunk)

Tabel 3.9. Skor Punggung RULA Pergerakan Skor Skor Perubahan Posisi normal 1

+1 jika leher berputar/bengkok +1 jika batang tubuh bungkuk

0-200 2

210-600 3 > 600 4 c.Kaki (legs)

Tabel 3.10. Skor Kaki RULA Pergerakan Skor Posisi normal / seimbang 1


(70)

Tabel 3.11. Tabel A RULA Upper Arm Lower Arm Wrist

1 2 3 4

Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist

1 2 1 2 1 2 1 2

1

1 1 2 2 2 2 3 3 3

2 2 2 2 2 3 3 3 3

3 2 3 3 3 3 3 4 4

2

1 2 3 3 3 3 4 4 4

2 3 3 3 3 3 3 4 4

3 3 4 4 4 4 4 5 5

3

1 3 3 4 4 4 4 5 5

2 3 4 4 4 4 4 5 5

3 4 4 4 4 4 5 5 5

4

1 4 4 4 4 4 5 5 5

2 4 4 4 4 4 5 5 5

3 4 4 4 5 5 5 6 6

5

1 5 5 5 5 5 6 6 7

2 5 6 6 6 6 6 7 7

3 6 6 6 7 7 7 7 8

6

1 7 7 7 7 7 8 8 9

2 8 8 8 8 8 9 9 9

3 9 9 9 9 9 9 9 9

2. Grup B terdiri atas:

a. Leher (Neck)


(71)

Tabel 3.12. Penilaian Leher (Neck)

Pergerakan Nilai Nilai Perubahan

0 - 10o 1

+ 1 jika leher berputar/bengkok

10 - 20o 2

>20o 3

ekstensi 4

b. Batang tubuh (Trunk)

Gambar 3.7. Batang Tubuh (Trunk)

Tabel 3.13. Nilai Batang Tubuh (Trunk)

Pergerakan Nilai Nilai Perubahan

Posisi normal 90o 1

+ 1 jika leher berputar/bengkok + 1 jika batang tubuh bungkuk

0o - 20o 2

21o - 60o 3

>60o 4

c. Kaki (Legs)

Tabel 3.14. Penilaian Kaki (Legs)

Pergerakan Nilai

Posisi normal atau seimbang 1

Kaki tidak seimbang 2

Nilai bagian tubuh di atas kemudian ditambah dengan nilai penggunaan otot, dan nilai beban


(72)

Tabel 3.15. Penambahan Nilai Penggunaan Otot RULA

Penggunaan Otot Penambahan Nilai

Jika postur cenderung statis (misalnya diam selama 1 menit) +1 Jika aktivitas berulang sekitar 4 kali per menit atau lebih +1

Tabel 3.16. Penambahan Nilai Beban RULA

Penggunaan Beban Penambahan

Nilai

Jika beban kurang dari 2 kg (terputus-putus) +0

Jika beban antara 2 – 10 kg (terputus-putus) +1

Jika beban antara 2 – 10 kg (statis atau berulang) +2

Jika beban lebih dari 10 kg/berulang/kejutan pemberian beban +3 Nilai yang didapat dari tabel lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan dimasukkan ke dalam Tabel 3.17

Tabel 3.17. Nilai Grup A

Upper Arm

Lower Arm

Wrist

1 2 3 4

Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist

1 2 1 2 1 2 1 2

1

1 1 2 2 2 2 3 3 3

2 2 2 2 2 3 3 3 3

3 2 3 3 3 3 3 4 4

2

1 2 3 3 3 3 4 4 4

2 3 3 3 3 3 4 4 4

3 3 4 4 4 4 4 5 5

3

1 3 3 4 4 4 4 5 5

2 3 4 4 4 4 4 5 5

3 4 4 4 4 4 5 5 5

4

1 4 4 4 4 4 5 5 5

2 4 4 4 4 4 5 5 5

3 4 4 4 5 5 5 6 6

5

1 5 5 5 6 6 6 6 7

2 5 6 6 6 6 7 7 7

3 6 6 6 7 7 7 7 8

6

1 7 7 7 7 7 8 8 9


(73)

Nilai yang didapat dari tabel kaki, punggung dan leher dimasukkan ke dalam Tabel 3.18

Tabel 3.18. Nilai Grup B Trunk Neck

1 2 3 4 5 6

Legs Legs Legs Legs Legs Legs 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7 2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7 3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7 4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8 5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8 6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9

Setelah nilai yang didapat dari Tabel 3.17 dijumlahkan dengan nilai yang didapat dari tabel otot dan berat maka itu akan menjadi nilai grup A. Dan nilai yang didapat dari Tabel 3.18 akan menjadi nilai grup B. Nilai keduanya dimasukkan ke dalam Tabel 3.19

Tabel 3.19. Nilai Total

Nilai Grup A Nilai Grup B

1 2 3 4 5 6 7+

1 1 2 3 3 4 5 5

2 2 2 3 4 4 5 5

3 3 3 3 4 4 5 6

4 3 3 3 4 5 6 6

5 4 4 4 5 6 7 7

6 4 4 5 6 6 7 7

7 5 5 6 6 7 7 7


(74)

Berdasarkan grand nilai dari tabel 2.18, tindakan yang akan dilakuakn dapat dibedakan menjadi 4 action tingkat berikut:

Action tingkat 1: nilai 1 atau 2 menunjukkan bahwa postur dapat diterima selama tidak dijaga atau berulang untuk waktu yang lama.

Action tingkat 2: nilai 3 atau 4 menunjukkan bahwa penyelidikan lebih jauh dibutuhkan dan mungkin saja perubahan diperlukan.

Action tingkat 3: nilai 5 atau 6 menunjukkan bahwapenyelidikan dan perubahan diperlukan segera.

Action tingkat 4: nilai 7 menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).

Nilai dari hasil kombinasi postur kerja diklasifikasikan dalam kategori tingkat risiko sebagai pada Gambar 3.8.


(75)

Gambar 3.8. Lembar Kerja Penilaian RULA

Nilai dari hasil kombinasi postur kerja tersebut diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori tingkat resiko, yaitu:

Tabel 3.20. Kategori Tindakan RULA

Kategori

Tindakan Tingkat resiko Tindakan

1 - 2 Minimum Aman

3 - 4 Kecil Diperlukan beberapa waktu ke depan

5 - 6 Sedang Tindakan dalam waktu dekat


(76)

(77)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Metode Penetuan Daerah penelitian

Metode penentuan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), yakni suatu cara pemilihan daerah penelitian berdasarkan kriteria tertentu sesuai dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat, maka semakin meningkat pula tuntutan masyarakat akan kualitas kesehatan gigi dan mulut. Sehingga, masalah kesehatan pada gigi dan mulut telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat. terutama masyarakat di kota Medan. Maka, populasi penelitian adalah kecamatan yang ada di kota Medan.

4.2. Metode Penentuan Sampel Penelitian

Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah dokter gigi yang bekerja di instansi kesehatan gigi maupun praktek dokter gigi. Metode sampel yang digunakan adalah metode simple random sampling. Sampel berada pada wilayah kota Medan yang terdiri dari 21 kecamatan. Gay dalam Husein (2009) menyatakan bahwa ukuran minimum sampel yang dapat diterima berdasarkan pada desain penelitian yang digunakan yaitu minimal 30 sampel.


(78)

Tabel. 4.1. Data Sampel

No. Nama Nama Instansi Bagian

Poligigi/Praktek Dokter Gigi

Kecamatan

1 Drg. Suwita RSU Sari Mutiara Medan Denai

2 Drg. Arsida

3 Drg. Afrida Hanum Sitepu

RS Siti Hajar Medan Baru

4 Drg. Hilda Shandika P

5 Drg. Indira Sembiring

6 Drg. Fauziah RSU Dr Pirngadi Medan kota

7 Drg. Tuti Isnita 8 Drg. Nelly 9 Drg. Haleni Delfi

10 Drg. Natasya Soraya RS Pertamina Medan Timur 11 Drg. Shelly Mayvira Poliklinik USU Medan

Tuntungan 12 Marisi Purba

13 Drg. Lidya sartika Puskesmas Padang Bulan Medan Baru 14 Drg. Asmi Adhelina

15 Drg. Hilma Fitria Zulfa Noor

Puskesmas Darussalam Medan Barat 16 Floren Renova

Tambunan

Puskesmas Medan Sunggal Medan Sunggal 17 Drg. Lanna Sari

Lubis

Ikatan Dokter Gigi Indonesia Medan Baru 18 Drg. Sonny

Moeljono

Klinik Kimia Farma, Gatot Subroto

Medan Petisah 19 Drg. Sumadhi, S.

PhD

Praktek, Jl. Sei Batang Serangan no 15

Medan Baru 20 Drg. Januar Riahdo Praktek, Jl. Setia Budi no 96 Medan Baru 21 Drg. Rehulina

Ginting

Praktek, Jl. Kapt. Pattimura 118

Medan Baru 22 Drg. Syafrinani Sp

Pros K

Praktek, Jl Kapt. Muchtar Medan Area 23 Drg. Heriyanty Praktek, Jl. Sisingamaraja no

186

Medan Amplas 24 Drg. Djunaidy Marly Praktek, Jl. Gatot Subroto Medan Petisah


(79)

Tabel. 4.1. Data Sampel (Lanjutan)

No. Nama Nama Instansi Bagian

Poligigi/Praktek Dokter Gigi

Kecamatan

25 Drg. M. Sumarno Praktek, Jl. Putri Hijau I no 17 c

Medan Maimun 26 Drg. R.

Ramadhanya

Praktek, Pondok Surya Medan Helvetia 27 Drg. Suriana

Marjoni

Praktek, komp. Tasbih Blok K no 38-H

Medan Selayang 28 Drg. Irna Y Praktek, Jl. Darussalam

11B/19

Medan Barat 29 Drg. Melika Sari

30 Drg. Iskandar Muda Jl. Karya wisata, villa shalimar no.4, medan

Medan Johor

4.3. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada suatu instansi kesehatan khususnya pada bagian poligigi dan praktek dokter gigi yang ada di kawasan kota medan, sumatera utara.

Penelitian dimulai dari bulan februari 2012 sampai bulan april 2012 untuk mengetahui kondisi instansi kesehatan khususnya pada bagian poligigi dan praktek dokter gigi dan menganalisa permasalahan yang terjadi di klinik tersebut.

4.4. Rancangan Penelitian

Rancangan Penelitian ini adalah Penelitian Analisis Kerja dan Aktivitas. Penelitian Analisis Kerja dan Aktivitas menggunakan metode deskriptif untuk menyelidiki secara terperinci aktivitas dan pekerjaan seseorang atau sekelompok orang agar mendapat rekomendasi untuk berbagai keperluan masa yang akan datang. Di dalam sektor industri penelitian ini sering dilakukan yang dikenal dengan analisis pekerjaan (job analysis). Dalam penelitian ini, studi yang mendalam dilakukan terhadap kelakuan dan


(80)

prilaku para pekerja dalam melaksanakan pekerjaan masing-masing, serta efisiensi dalam penggunaan waktu.6

Dengan demikian, pada penelitian ini akan dilihat adanya keterkaitan personnel habit pada saat melakukan kegiatan kerjanya dengan keluhan muskuloskeletal dalam penggunaan fasilitas praktek dokter gigi dengan menggunakan pendekatan analisa dan perancangan makroergonomi (MEAD).

4.5. Objek Penelitian

Objek yang diteliti pada penelitian ini adalah menganalisis masalah kesehatan dan kinerja pada dokter gigi.

4.6. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan beberapa instrumen untuk membantu dalam pengumpulan data. Instrumen yang digunakan yaitu :

1. Panduan wawancara

Berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan ketika melakukan wawancara dengan dokter gigi.

2. Standard Nordic Questionnaire

Digunakan untuk mengetahui keluhan muskuloskeletal yang dialami dokter gigi.


(81)

3. Kamera digital

Digunakan untuk mengambil foto postur kerja dokter gigi. 4. Meteran

Digunakan untuk mengukur dimensi fasilitas kerja

4.7. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan terlebih dahulu dengan melakukan penelitian pendahuluan di instansi kesehatan poligigi dan praktek dokter gigi yang ada di kawasan kota medan, untuk mengidentifikasi masalah kemudian merumuskan masalah dan tujuan penelitian.

4.8. Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer dan juga data sekunder.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan dan pengukuran langsung terhadap objek penelitian di lapangan antara lain:

a. Data keluhan musculoskeletal dokter gigi b. Data fasilitas kerja dokter gigi

c. Data postur kerja aktual dokter gigi d. Uraian proses kegiatan pencabutan gigi e. Personnel habit dokter gigi


(82)

g. Layout instansi kesehatan gigi maupun praktek dokter gigi 2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari tempat objek penelitian dan bukan pengukuran langsung terhadap objek penelitian di lapangan, data sekunder yang diperoleh sebagai berikut:

a. Medical record dokter gigi b. SOP pencabutan gigi.

4.9. Identifikasi Variabel Penelitian a. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah suatu variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain. Dalam hal ini variabel dependen ialah health and performance problem (masalah kesehatan dan kinerja) terhadap dokter gigi.

b. Variabel Independen

Variabel Independen adalah suatu variabel yang mempengaruhi variabel dependen. Adapun variabel independen dalam hal ini yaitu:

- Physiological stress

Adapun yang mempengaruhi physiological stress yaitu: personnel habit, massa kerja, medical record dan keluhan musculoskeletal.

- Phychosocial disturbances

Adapun yang mempengaruhi phychosocial disturbances yaitu: poor Layout dan masalah antropotecnologi.


(1)

Key Variance Dimana Terjadi Dimana Diamati Dimana Dikendalikan Peran Pengendalian Tindakan Pengendalian Informasi yang Diperlukan Penggunaan sepatu/sepatu hak tinggi

Pada saat menghidupkan lampu dental chair, Pada saat memeriksa gigi pasien, Pada saat mengontrol air liur pasien, Pada saat injeksi, Pada saat menyisihkan gusi dari gigi, Pada saat mengoyangkan gigi, Pada saat ekstraksi, Pada saat mensterilkan alat

- pada saat melakukan proses pencabutan gigi

- Pada saat menjangkau/ - mengambil peralatan Lingkungan kerja - Menganalisis personnel habit Menggunakan alas kaki yang nyaman seperti: sandal obat

-Informasi kesehatan untuk operator -Jam kerja -Personnel habit Operator terbiasa berdiri dalam melakukan proses pencabutan gigi

Pada saat menghidupkan dengan mengarahkan lampu dental unit, Pada saat menyetel posisi dental chair, Pada saat memeriksa gigi pasien mengontrol air liur pasien, injeksi, menyisihkan gusi dari gigi, mengoyangkan gigi, ekstraksi, tampon, mensterilkan alat Pada saat melakukan proses pencabutan gigi Lingkungan kerja

- Menganalisis

personnel habit - Menganalisis dental stool - Membiasakan diri bekerja dengan postur yang baik - Menggunakan dental stool -Identifikasi fasilitas kerja -Personnel habit Tidak melakukan perawatan yang baik terhadap dental unit

Pada saat menghidupkan dengan mengarahkan lampu dental unit, Pada saat menyetel posisi dental chair

Pada saat melakukan proses pencabutan gigi Lingkungan kerja - Menganalisis personnel habit - Membiasakan diri untuk membersihkan dental unit -Personnel habit -Pemilihan jenis dental unit


(2)

V-164

Key Variance

Dimana Terjadi Dimana Diamati Dimana Dikendalikan Peran Pengendalian Tindakan Pengendalian Informasi yang Diperlukan Tidak kokohnya dental unit

Pada saat menghidupkan dengan mengarahkan lampu dental unit, Pada saat menyetel posisi dental chair, Pada saat memeriksa gigi pasien mengontrol air liur pasien, injeksi, menyisihkan gusi dari gigi, mengoyangkan gigi, ekstraksi, Pada saat melakukan proses pencabutan gigi Lingkungan kerja - Menganalisis personnel habit - Menganalisis dental unit

- Memilih dental unit yang baik

- Identifikasi dental unit - Personnel habit - Biaya perawatan Rusaknnya selang (tubbing) pada

dental unit

Pada saat menghidupkan dengan mengarahkan lampu dental unit, Pada saat menyetel posisi dental chair, Pada saat memeriksa gigi pasien mengontrol air liur pasien, injeksi, menyisihkan gusi dari gigi, mengoyangkan gigi, ekstraksi, Pada saat melakukan proses pencabutan gigi Lingkungan kerja - Menganalisis personnel habit - Menganalisis dental unit Membiasakan diri untuk melakukan perawatan berskala maupun harian pada

dental unit - Personnel habit - Identifikasi dental unit - Pemilihan jenis dental unit


(3)

18

Letakkan pergelangan tangan di belakang pinggul dan pelan-pelan dorong badan ke belakang. Jangan lakukan mengulurkan kepala terlalu ke belakang. Tahan 2 - 4 siklus pernafasan.

Pemanasan Posisi Reversal 2. The Un-Twister

Duduk menggunakan dental stool, buka kaki dan sesuaikan dengan posisi pusat tubuh. Letakkan siku tangan sebelah kanan pada lutut, angkat lengan atas secara perlahan membengkok ke belakang. Tahan 2 - 4 siklus pernafasan. Lakukan dengan tangan kiri secara bergantian.

Pemanasan Posisi The Un-Twister

18


(4)

V-166

3. Chin Nod

Duduk dengan posisi tubuh leher yang tegak. Kemudian anggukkan kepala dan turunkan kebawah sampai ke dagu. Lakukan 1 kali.

Pemanasan Posisi Chin Nod

4. Scalene Stretch (ear-to-shoulder)

Letakkan tangan kanan kebelakang dental stool. Pelan-pelan arahkan kuping kiri sampai ke bahu. Tahan 2 - 4 siklus pernafasan. Lakukan dengan kuping kanan secara bergantian.


(5)

5. Trapezius Stretch (ear-to-armpit)

Letakkan tangan kanan kebelakang dental stool. Pelan-pelan arahkan kuping kiri sampai ke ketiak. Tahan 2 - 4 siklus pernafasan. Lakukan dengan kuping kanan secara bergantian.

Pemanasan Posisi Trapezius Stretch (ear-to-armpit) 6. Overhead Stretch

Duduk tegak, genggam tangan keatas kepala. Bengkokkan punggung kearah kiri. Tahan 2 - 4 siklus pernafasan. Lakukan dengan ke arah kanan secara bergantian.

Pemanasan Posisi Overhead Stretch 7. Thoracic Stretch

Genggam tangan secara bersamaan dan letakkan pada bagian kepala belakang dan pelan-pelan ulurkan kebelakang. Tekan siku kearah belakang untuk merentangkan rongga dada/dada. Tahan 2 - 4 siklus pernafasan.


(6)

V-168

Pemanasan Posisi Thoracic Stretch

8. Wrist Extensor Stretch

Luruskan siku tangan kanan. Tekan pergelangan tangan kanan kearah badan. Tahan 2 - 4 siklus pernafasan. Lakukan pada pergelangan tangan kiri secara bergantian.

Pemanasan Posisi Wrist Extensor Stretch 9. Carpal Tunnel Stretch

Balikkan tangan kanan. Tekan telapak tangan kanan kearah badan. Tahan 2 - 4 siklus pernafasan. Lakukan pada tangan kiri secara bergantian.