Analisis Pelaksanaan Pelayanan Promotif dan Preventif dalam Era Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Helvetia Kota Medan Tahun 2016

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.5. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Jaminan kesehatan menurut Soekamto 2006 adalah sebuah sistem yang
memungkinkan seseorang terbebas dari beban biaya berobat yang relatif mahal yang
menyebabkan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar hidup lain (makan, sekolah,
bekerja dan bersosialisasi).
Jaminan Kesehatan Nasional yang dikembangkan di Indonesia merupakan
bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Sistem Jaminan Kesehatan
Nasional ini diselenggarakan melalui mekanisme Asuransi Kesehatan Sosial yang
bersifat wajib (mandatory) berdasarkan UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN.
Tujuannya adalah agar semua penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi
sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak
(Kemenkes, 2014).
Jaminan Kesehatan Nasional mempunyai manfaat medis berupa pelayanan
kesehatan dan manfaat non medis meliputi akomodasi dan ambulans. Ambulans
hanya diberikan untuk pasien rujukan dari fasilitas kesehatan dengan kondisi tertentu
yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan. Selain itu manfaat JKN mencakup pelayanan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan
medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis (Kepmenkes, 2014)


22
Universitas Sumatera Utara

2.1.3

Prinsip-prinsip Jaminan Kesehatan Nasional
JKN mengacu pada prinsip-prinsip SJSN sebagai berikut:
1. Prinsip Kegotongroyongan
Gotong royong sesungguhnya sudah menjadi salah satu prinsip dalam
hidup bermasyarakat dan juga merupakan salah satu akar dalam
kebudayaan Indonesia. Dalam SJSN, prinsip gotong royong berarti peserta
yang mampu membantu peserta yang kurang mampu dan peserta yang
sehat membantu peserta yang sakit atau beresiko tinggi. Hal ini terwujud
karena kepesertaan SJSN bersifat wajib untuk seluruh penduduk tanpa
pandang bulu. Dengan demikian melalui prinsip gotong royong jaminan
sosial dapat menumbuhkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Prinsip Nirlaba
Pengelolaan dana amanat oleh BPJS adalah nirlaba untuk mencari laba
(for profit oriented). Dan yang dikumpulkan dari masyarakat adalah dana

amanat sehingga hasil pengembangannya akan dimanfaatkan sebesarbesarnya untuk kepentingan peserta. Prinsip keterbukaan, kehati-hatian,
akuntabilitas, efisiensi dan efektivitas. Prinsip-prinsip manajemen ini
mendasari seluruh kegiatan pengelolaan dana yang berasal dari iuran
peserta dan hasil pengembangannya.
3. Prinsip Portabilitas
Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan
jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka berpindah

Universitas Sumatera Utara

pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah negara kesatuan Republik
Indonesia.
4. Prinsip Kepersertaan Bersifat Wajib
Kepersertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta
sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepersertaan bersifat wajib bagi
seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan
ekonomi rakyat dan pemeritah serta kelayakan penyelenggaraan program.
Tahapan pertama dimulai dari pekerja di sektor formal, bersamaan dengan
itu sektor informal dapat menjadi peserta secara mandiri sehingga pada
akhirnya SJSN dapat mencakup seluruh rakyat.

5. Prinsip Dana Amanat
Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada
badan-badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka
mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta.
6. Prinsip Hasil Pengelolaan Dana Jaminan Sosial
Dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk
sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta (Kepmenkes, 2014)
2.1.4

Beberapa Kebijakan Terkait dengan Jaminan Kesehatan Nasional
Mengenai pelayanan kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional diatur

dalam peraturan Menteri Kesehatan No. 71 Tahun 2013. Penjelasan bahwa peserta
JKN berhak mendapatkan pelayanan promotif dan preventif tertera dalam Peraturan
Menteri Kesehatan No. 71 Tahun 2013 pada pasal 13 yaitu: “setiap peserta berhak

Universitas Sumatera Utara

memperoleh pelayanan kesehatan yang mencakup pelayanan promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis pakai

sesuai dengan kebutuhan medis yang diperlukan”
Manfaat Jaminan Kesehatan sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden
Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan Pasal 21 yaitu “manfaat promotif
dan preventif meliputi pemberian pelayanan: penyuluhan kesehatan perorangan,
imunisasi dasar, keluarga berencana dan skrinning kesehatan”. Kemudian Pasal 22
menyebutkan bahwa pelayanan kesehatan tingkat pertama meliputi pelayanan
kesehatan non spesialistik mencakup :
1. Administrasi pelayanan
2. Pelayanan promotif dan preventif
3. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis
4. Tindakan medis non spesialistik baik operatif maupun non operatif
5. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
6. Tranfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis
7. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama
8. Rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi.
Selain itu, pengelolaan dan pemanfaatan dana kapitasi JKN pada Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) milik Pemerintah Daerah diatur dalam Peraturan
Presiden No. 32 Tahun 2014. Tertera pada pasal 12, bahwa dana kapitasi JKN di
FKTP dimanfaatkan seluruhnya untuk jasa pelayanan kesehatan dan dukungan biaya
operasional pelayanan kesehatan. Jasa pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud


Universitas Sumatera Utara

meliputi jasa pelayanan kesehatan perorangan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
dan tenaga non kesehatan.
Jasa pelayanan kesehatan di FKTP atau puskesmas ditetapkan sekurangkurangnya 60% (enam puluh persen) dari total penerimaan dana kapitasi JKN dan
sisanya dimanfaatkan untuk dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan yang
meliputi biaya obat, alat kesehatan, bahan medis habis pakai dan dukungan biaya
operasional pelayanan kesehatan lainnya.
Dalam menyelenggarakan JKN, Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial
membuat peraturan BPJS No. 1 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Jaminan
Kesehatan Nasional yang menjelaskan kepersertaan, iuran kepersertaan jaminan
kesehatan, penyelenggaraan pelayanan, peningkatan mutu dan penambahan manfaat
jaminan kesehatan, kompensasi, kendali mutu dan kendali biaya serta pelaporan dan
utilization review.

2.6.

Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan untuk


menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik promotif, preventif,
kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah
dan/atau masyarakat.
1. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama adalah pelayanan kesehatan perorangan
yang bersifat non spesialistik (tingkat pertama) meliputi pelayanan rawat jalan

Universitas Sumatera Utara

dan rawat inap. Fasilitas kesehatan yang dapat memberikan pelayanan
kesehatan tingkat pertama adalah:
a. Rawat Jalan Tingkat Pertama
1) Puskesmas atau yang setara
2) Praktek dokter
3) Praktek dokter gigi
4) Klinik pratama atau yang setara termasuk fasilitas kesehatan tingkat
pertama milik TNI/Polri
5) Rumah sakit kelas D pratama atau yang setara.
b. Rawat Inap Tingkat Pertama
Fasilitas kesehatan tingkat pertama dengan fasilitas rawat inap (BPJS,

Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan).
2. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan adalah upaya pelayanan
kesehatan perorangan yang bersifat spesialistik atau sub spesialistik yang
meliputi rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap tingkat lanjutan dan rawat
inap di ruang perawatan khusus.

2.3 Puskesmas
2.3.1

Definisi Puskesmas

Puskesmas adalah suatu organisasi kesehatan fungsional yang merupakan
pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta
masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu

Universitas Sumatera Utara

kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Menurut
Depkes RI (2004) Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

kesehatan di wilayah kerjanya (Effendi, 2009).
Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas merupakan pelayanan yang
menyeluruh

yang

meliputi

pelayanan

kuratif

(pengobatan),

preventif

(pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan) dan rehabilitatif (pemulihan
kesehatan). Pelayanan tersebut ditunjukan kepada semua penduduk dengan tidak
membedakan jenis kelamin golongan dan umur, sejak dari pembuahan dalam
kandungan sampai tutup usia (Effendi, 2009).

2.3.2

Tujuan Puskesmas

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas
adalah mendukung tercapainya pembangunan kesehatan nasional, yakni
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang yang
bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya (Trihono, 2005).
2.3.3

Fungsi Puskesmas

Puskesmas memiliki wilayah kerja yang meliputi satu kecamatan atau
sebagian dari kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan
geografi dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam
menentukan wilayah kerja Puskesmas. Untuk perluasan jangkauan pelayanan
kesehatan maka puskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang

Universitas Sumatera Utara


lebih sederhana yang disebut puskesmas pembantu dan puskesmas keliling.
Khusus untuk kota besar dengan jumlah penduduk satu juta jiwa atau lebih,
wilayah kerja puskesmas dapat meliputi satu kelurahan. Puskesmas di ibu kota
kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih, merupakan
puskesmas pembina yang berfungsi sebagai pusat rujukan bagi puskesmas
kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi (Effendi, 2009).
Menurut Trihono (2005) ada tiga fungsi puskesmas yaitu pusat penggerak
pembangunan berwawasan kesehatan yang berarti puskesmas selalu berupaya
menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor
termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga
berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Disamping itu puskesmas
aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap
program pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan
kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit
dan pemulihan kesehatan.
Pusat pemberdayaan masyarakat berarti puskesmas selalu berupaya agar
perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk
dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri

dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan
kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut menetapkan,
menyelenggarakan

dan

memantau

pelaksanaan

program

kesehatan.

Universitas Sumatera Utara

Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan
memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat
setempat. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama berarti puskesmas
bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama
secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat
pertama yang menjadi tanggung jawab puskesmas meliputi:
Pelayanan

kesehatan

perorangan

adalah

pelayanan

yang

bersifat

pribadi(private goods)dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan
pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan tertentu ditambah dengan rawat inap.
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik
(public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan
serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan disebut antara lain adalah promosi
kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi,
peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat
serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.
Menurut Effendi (2009) ada beberapa proses dalam melaksanakan fungsi
tersebut yaitu merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan
kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri, memberikan petunjuk kepada
masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan sumber daya yang
ada secara efektif dan efisien, memberikan bantuan yang bersifat bimbingan

Universitas Sumatera Utara

teknis materi dan rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat
dengan

ketentuan

bantuan

tersebut

tidak

menimbulkan

ketergantungan

memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat, bekerja sama
dengan

sektor-sektor

yang

bersangkutan

dalam

melaksanakan

program

puskesmas.
2.3.4 Peran Puskesmas
Puskesmas mempunyai peran yang sangat fital sebagai institusi pelaksana
teknis, dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan
untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan
dalam bentuk keikutsertaan dalam menentukan kebijakan daerah melalui sistem
perencanaan yang matang dan realistis, tata laksana kegiatan yang tersusun rapi,
serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Pada masa mendatang,
puskesmas juga dituntut berperan dalam pemanfaatan teknologi informasi terkait
upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terpadu
(Effendi,2009).
2.3.5

Upaya Penyelenggaraan
Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas yakni

terwujudnya kecamatan sehat menuju Indonesia Sehat, puskesmas bertanggung
jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari kesehatan nasional merupakan
pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan

Universitas Sumatera Utara

menjadi

dua

yakni

upaya

kesehatan

wajib

dan

upaya

kesehatan

pengembangan(Trihono, 2005).
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarka komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya
ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan
wajib ini diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia.
Upaya kesehatan wajib tersebut adalah upaya promosi kesehatan, upaya
kesehatan lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana,
upaya perbaikan gizi masyarakat, upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular serta upaya pengobatan (Trihono, 2005).
Sedangkan upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang
ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat
serta

disesuaikan

dengan

kemampuan

puskesmas.

Upaya

kesehatan

pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah
ada yaitu upaya kesehatan sekolah, upaya kesehatan olah raga, upaya perawatan
kesehatan masyarakat, upaya kesehatan kerja, upaya kesehatan gigi dan mulut,
upaya kesehatan jiwa, upaya kesehatan mata, upaya kesehatan usia lanjut dan
upaya pembinaan pengobatan tradisional( Trihono, 2005).
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula bersifat upaya
inovasi yakni upaya di luar upaya puskesmas tersebut di atas yang sesuai dengan
kebutuhan. Pengembangan dan pelaksanaan upaya inovasi ini adalah dalam
rangka mempercepat tercapainya visi puskesmas (Trihono, 2005).

Universitas Sumatera Utara

Pemilihan upaya kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh puskesmas
bersama dinas kesehatan kabupaten/kota dengan mempertimbangkan masukan
dari konkes/BPKM/BPP. Upaya kesehatan pengembangan dilakukan apabila
upaya kesehatan wajib puskesmas telah terlaksana secara optimal dalam arti
target serta cakupan peningkatan mutu pelayanan telah tercapai. Penetapan upaya
kesehatan pengembangan pilihan puskesmas ini dilakukan oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota. Dalam keadaan tertentu upaya kesehatann pengembangan
puskesmas dapat pula ditetapkan sebagai penugasan oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota (Trihono, 2005).
Apabila puskesmas belum mampu menyelenggarakan upaya kesehatan
pengembangan padahal telah menjadi kebutuhan masyarakat, maka dinas
kesehatan kabupaten/kota bertanggung jawab dan wajib menyelenggarakannya.
Untuk itu dinas kesehatan kabupaten/kota perlu dilengkapi dengan berbagai unit
fungsional lainnya. Perlu diingat meskipun puskesmas menyelenggarakan
pelayanan medik spesialistik dan memiliki tenaga spesialis, kedudukan dan
fungsi puskesmas tetap sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
bertanggung jawab menyelenggarakan kesehatan perorangan dan pelayanan
kesehatan di wilayah kerjanya (Trihono, 2005).
2.3.6 Azas Penyelenggaraan
Penyelenggaraan
pengembangan

upaya

kesehatan

wajib

dan

upaya

kesehatan

harus menerapkan azas penyenggaraan puskesmas secara

terpadu. Azas penyelenggaraan puskesmas secara terpadu tersebut dikembangkan

Universitas Sumatera Utara

dari ketiga fungsi puskesmas. Dasar pemikirannya adalah pentingnya
menerapkan prinsip dasar dari stiap fungsi puskesmas dalam menyelenggarakan
setiap upaya puskesmas, baik upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan
pengembangan. Azas penyelenggaraan puskesmas yang dimaksud adalah azas
pertanggungjawaban wilayah, azas pemberdayaan masyarakat, azas keterpaduan
dan azas rujukan (Trihono, 2005).
Azas pertanggungjawaban wilayah berarti puskesmas bertanggung jawab
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah
kerjanya. Untuk ini puskesmas harus melaksanakan berbagai kegiatan seperti
menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan sehingga
berwawasan kesehatan, memantau dampak berbagai upaya pembangunan
terhadap kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya, membina setiap upaya
kesehatan strata pertama yang diselenggarakan oleh masyarakat dan dunia usaha
di wilayah kerjanya dan menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama
(primer) secara merata dan terjangkau di wilayah kerjanya(Trihono, 2005).
Azas pemberdayaan masyarakat berarti puskesmas wajib memberdayakan
perorangan,

keluarga

dan

masyarakat,

agar

berperan

aktif

dalam

penyelenggaraan setiap puskesmas. Untuk itu, berbagai potensi masyarakat perlu
dihimpun melalui pembentukan Badan Penyantun Puskesmas (BPP). Beberapa
kegiatan yang harus dilaksanakan oleh puskesmas dalam rangka pemberdayaan
masyarakat antara lain upaya kesehatan ibu dan anak(posyandu, polindes dan
bina keluarga balita), upaya pengobatan(posyandu, pos obat desa), upaya

Universitas Sumatera Utara

perbaikan gizi(posyandu, panti pemulihan gizi, keluarga sadar gizi), upaya
kesehatan sekolah (dokter kecil, penyertaan guru dan orang tua atau wali murid,
saka bakti husada dan pos kesehatan pesantren), upaya kesehatan lingkungan
(kelompok pemakai air bersih, dan desa percontohan kesehatan lingkungan),
upaya kesehatan usia lanjut (posyandu usila dan panti werda), upaya kesehatan
kerja (pos upaya kesehatan kerja), upaya kesehatan jiwa (posyandu, tim
pelaksanaan kesehatan jiwa masyarakat), upaya pembinaan dan jaminan
kesehatan (dana sehat, tabungan ibu bersalin, mobilisasi dana keagamaan)
(Trihono, 2005).
Azas keterpaduan untuk mengatasi keterbatasan sumber daya serta
diperolehnya hasil yang optimal, penyelenggaraan setiap upaya puskesmas harus
diselenggarakan secara terpadu, jika mungkin sejak dari tahap perencanaan. Ada
dua macam keterpaduan yang diperhatikan yaitu keterpaduan lintas program dan
keterpaduan lintas sektor (Trihono, 2005).
Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan penyelenggaraan
berbagai upaya kesehatan yang menjadi tanggung jawab puskesmas sedangkan
untuk keterpaduan lintas sektor merupakan upaya memadukan penyelenggaraan
upaya puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) dengan berbagai program
dari sektor terkait tingkat kecamatan termasuk organisasi kemasyarakatan dan
dunia usaha. Azas rujukan digunakan sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat
pertama, kemampuan yang dimiliki oleh puskesmas terbatas. Padahal puskesmas
berhadapan langsung dengan masyarakat dengan berbagai permasalahan

Universitas Sumatera Utara

kesehatannya. Untuk membantu puskesmas menyelesaikan berbagai masalah
kesehatan

tersebut

dan

juga

untuk

meningkatkan

efisiensi,

maka

penyelenggaraan setiap upaya puskesmas (wajib, pengembagan dan inovasi)
harus ditopang oleh azas rujukan (Trihono, 2005).
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas kasus atau
masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara vertikal
dalam arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan
kesehatan lainnya, maupun secara horizontal dalam arti antar sarana pelayanan
kesehatan yang sama (Trihono, 2005).
2.3.7 Upaya Kesehatan
Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas, yakni
terwujudnya Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat, Puskesmas bertanggung
jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional
merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut
dikelompokkan menjadi dua yakni:
1. Upaya Kesehatan Wajib
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai
daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya
kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di

Universitas Sumatera Utara

wilayah Indonesia(Kepmenkes RI No.128/Menkes/SK/II/2004). Upaya
kesehatan wajib tersebut adalah sebagai berikut:
a. Upaya Promosi Kesehatan
Promosi

kesehatan

merupakan

proses

pemberdayaan

atau

memandirikan masyarakat agar dapat memelihara dan meningkatkan
kesehatannya

(Ottawa

Charter

dalam

Maulana,

2009).

Proses

pemberdayaan atau memandirikan masyarakat tidak hanya terbatas pada
kegiatan pemberian informasi (seperti kegaiatan penyuluhan, KIE, dan
pendidikan kesehatan), tetapi juga menyangkut penggalangan berbagai
dukungan di masyarakat (Maulana, 2009).
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan
kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai
suatu keadaan, dimana individu, kelompok atau masyarakat secara
keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan
apa yang bisa dilakukan secara perorangan maupun secara kelompok dan
meminta pertolongan bila perlu.
Tujuan dari penyuluhan kesehatan adalah tercapainya perubahan
perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan
memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif
dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Sasaran
penyuluhan kesehatan adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

1. Sasaran Jangkauan Penyuluhan
a) kelompok umum
b) kelompok khusus
1). Masyarakat daerah terpencil/terasing
2). Masyarakat daerah pemukiman baru (transmigran/perbatasan)
3). Masyarakat korban bencana/masalah kesehatan (KLB).
4). Masyarakat kelompok rentan (ibu hamil, lansia)
5). Masyarakat yang berada di berbagai institusi (rumah sakit,
posyandu)
6). Masyarakat

yang mempunyai pengaruh dalam proses

pengambilan keputusan (pemuka agama, kepala keluarga).
7). Kelompok-kelompok

yang

mempunyai

potensi

dalam

kegiatan penyuluhan (PKK, Karang Taruna).
2. Sasaran Hasil Penyuluhan.
Sasaran tersebut di atas yang telah mengalami perubahan pengetahuan,
sikap dan perilaku dikaitkan dengan sasaran program.
b. Upaya Kesehatan Lingkungan
Berdasarkan teori Blum, lingkungan merupakan salah satu faktor yang
pengaruhnya paling besar terhadap status kesehatan masyarakat disamping
faktor pelayanan kesehatan, faktor genetik dan perilaku. Bahaya potensial
terhadap kesehatan yang diakibatkan oleh lingkungan dapat bersifat fisik,
kimia maupun biologi. Sejalan dengan kebijakan paradigma sehat yang

Universitas Sumatera Utara

mengutamakan upaya-upaya yang bersifat promotif dan preventif. Maka
upaya kesehatan lingkungan sangat penting.
Kegiatan

peningkatan

kesehatan

lingkungan

bertujuan

agar

terwujudnya kualitas lingkungan yang lebih sehat agar dapat melindungi
masyarakat dari segala kemungkinan resiko kejadian yang dapat menimbulkan
gangguan dan bahaya kesehatan menuju keluarga dan masyarakat yang lebih
baik.
Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah upaya kesehatan primer
yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan kesehatan ibu dalam
menjalankan fungsi reproduksi yang berkualitas serta upaya kelangsungan
hidup, perkembangan dan perlindungan bayi, anak dibawah lima tahun
(balita) dan anak usia prasekolah dalam proses tumbuh kembang. Termasuk di
dalamnya pendidikan kesehatan pada masyarakat, pemuka masyarakat, dukun
bayi, pembinaan kesehatan anak.
Upaya kesehatan keluarga berencana (KB) adalah upaya kesehatan primer
yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan kesehatan pasangan usia subur
dalam menjalankan fungsi reproduksi yang berkualitas. Prioritas pelayanan
untuk meningkatkan derajat kesehatan pasangan usia subur dan keluarganya
dalam pengaturan kehamilan, baik jumlah dan waktu kehamilan serta jarak
antar kehamilan guna menurunkan angka kelahiran nasional.
Upaya peningkatan gizi masyarakat adalah kegiatan untuk mengupayakan
peningkatan status gizi masyarakat dengan pengelolaan terkoordinasi dari

Universitas Sumatera Utara

berbagai profesi kesehatan serta dukungan peran serta aktif masyarakat.
Kegiatan masyarakat berupa peningkatan gizi dalam keluarga di Indonesia
bersifat lintas sektor yang dilaksanakan oleh kesehatan, pertanian, BKKBN,
agama dan PKK. Upaya perbaikan gizi bertujuan untuk menanggulangi
masalah gizi dan meningkatkan status gizi masyarakat.
Program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular meliputi
kuratif, pemutusan rantai penularan, promosi kesehatan dan surveilans.
Pemberian kekebalan kepada host bisa melalui kegiatan penyuluhan kesehatan
dan imunisasi.

2.4 Pelayanan Kesehatan
2.4.1

Definisi Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau

secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
perseorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat (Azwar, 1996).
Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas merupakan pelayanan
kesehatan

yang

menyeluruh

meliputi

kuratif

(pengobatan),

preventif

(pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan), dan rehabilitatif (pemulihan
kesehatan). Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk dengan tidak
membedakan jenis kelamin dan golongan umur sejak pembuahan dalam
kandungan sampai tutup usia (Effendi, 2009).

Universitas Sumatera Utara

2.4.2

Pelayanan Promotif, Preventif, Kuratif dan Rehabilitatif
Upaya promotif adalah upaya promosi kesehatan yang ditujukan untuk

meningkatkan status atau derajat kesehatan yang optimal. Sasarannya adalah
kelompok orang sehat. Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan cara memberikan:
penyuluhan kesehatan masyarakat, peningkatan gizi, pemeliharaan kesehatan
perorangan, pemeliharaan kesehatan lingkungan, olahraga secara teratur, rekreasi
dan pendidikan seks. Upaya preventif adalah sebuah usaha yang dilakukan
individu dalam mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Upaya
preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan
terhadap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melalui kegiatan imunisasi
massal terhadap bayi dan anak balita serta ibu hamil, pemeriksaan kesehatan
secara berkala melalui posyandu, puskesmas maupun kunjungan rumah,
pemberian vitamin A, yodium melalui posyandu, puskesmas ataupun di rumah,
pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui (Effendi, 1998).
Upaya pengobatan (kuratif) bertujuan untuk merawat dan mengobati
anggota keluarga, kelompok yang menderita atau masalah kesehatan. Usahausaha yang dapat dilakukan adalah dukungan penyembuhan, perawatan,
perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari puskesmas dan rumah
sakit, perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin dan
nifas, perawatan payudara, perawatan tali pusat bayi baru lahir dan pemberian
obat: vitamin A, Fe dan oralit (Effendi,1998).

Universitas Sumatera Utara

Upaya rehabitasi merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderitapenderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu
yang menderita penyakit yang sama. Usaha yang dilakukan adalah latihan fisik
bagi yang mengalami gangguan fisik, latihan fisik tertentu bagi penderita penyakit
tertentu misalnya latihan batuk dan nafas bagi penderita TB paru, fisioterapi bagi
penderita stroke (Effendi, 1998).
2.4.3

Indikator keberhasilan program promosi kesehatan di Puskesmas
1. Indikator masukan
Masukan yang perlu diperhatikan adalah yang berupa komitmen,
sumber daya manusia, sarana/peralatan, dan dana.
2. Indikator proses
Proses yang dipantau adalah proses pelaksanaan promosi kesehatan
puskesmas yang meliputi promosi kesehatan di dalam gedung dan
promosi kesehatan di masyarakat.
3. Indikator keluaran
Keluaran yang dipantau adalah keluaran dari kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan, baik secara umum maupun secara khusus.
4. Indikator dampak
Indikator dampak mengacu kepada tujuan dilaksanakannya promosi
kesehatan puskesmas, yaitu terciptanya PHBS di masyarakat. Oleh
sebab itu, kondisi ini sebaiknya dinilai setelah promosi kesehatan
puskesmas berjalan beberapa lama, yaitu melalui upaya evaluasi.

Universitas Sumatera Utara

Tatanan yang dianggap mewakili untuk dievaluasi adalah tatanan
rumah tangga. Jadi indikator dampaknya adalah berupa : persentase
keluarga atau rumah tangga yang telah mempraktekkan PHBS.
PHBS itu sendiri merupakan komposit dari sejumlah indikator
perilaku. PHBS terdiri dari beratus-ratus tindakan atau perilaku.
Karena keterbatasan sumberdaya untuk mengevaluasi, maka perlu
ditetapkan beberapa perilaku yang sangat sensitif untuk indikator yang
akan dikompositkan (Hartono, 2010).

Universitas Sumatera Utara