Analisis Pelaksanaan Pelayanan Promotif dan Preventif dalam Era Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Helvetia Kota Medan Tahun 2016 Chapter III VI

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1. Alasan Menggunakan Metode Kualitatif
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survei
dengan pendekatan kualitatif

yaitu memberikan gambaran atau

deskriptif

permasalahan penelitian yang berupa naratif, kata-kata, ungkapan, pendapat, gagasan
yang dikumpulkan oleh peneliti dari beberapa sumber sesuai dengan tekhnik
pengumpulan data dan studi mendalam dari orang dalam lingkungan alamiah atau
lingkungan kerjanya (Mile, Huberman, 2007).
Alasan peneliti menggunakan karena permasalahan belum jelas, holistik,
kompleks, dinamis dan penuh makna sehingga tidak mungkin data pada situasi sosial
seperti ini dijaring dengan metode penelitian kuantitatif, selain itu peneliti bermaksud
memahami situasi sosial secara mendalam, menemukan pola tentang analisis
pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif dalam era Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) di Puskesmas Helvetia Medan.


3.2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Helvetia Medan dan Dinas Kesehatan
Kota Medan. Dasar pertimbangan pemilihan lokasi penelitian ini adalah:
1. Belum pernah ada penelitian dengan topik yang sama pada lokasi penelitan
ini.

44
Universitas Sumatera Utara

2. Puskesmas ini merupakan fasilitas kesehatan tingkat pertama yang ditetapkan
oleh BPJS Kota Medan.
3. Pelaksanaan promotif dan preventif belum berjalan baik di Puskesmas ini.
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai bulan Juni tahun
2016 terhitung sejak survey pendahuluan hingga penelitian.

3.3. Sampel Sumber Data Penelitian
Sumber informasi atau informan dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan
karakteristik informan sebagai berikut:
1. Bersedia menjadi informan dan mampu bekerja sama dengan peneliti

2. Memiliki pengetahuan seputar JKN
3. Orang yang berkecimpung dalam BPJS
4. Pimpinan fasilitas kesehatan tingkat pertama
5. Penerima manfaat program JKN
6. Mampu berkomunikasi dengan baik
Informan pokok dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:
a. Kepala seksi promosi kesehatan di dinas kesehatan kota Medan
b. Kepala Puskesmas
c. Penanggung jawab bidang promosi kesehatan
d. Pegawai BPJS Kota Medan
e. Masyarakat penerima manfaat JKN.

Universitas Sumatera Utara

3.4

Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data

sekunder.

1. Data Primer
Pengumpulan data primer secara langsung akan dikumpulkan dengan metode
triangulasi. Teknik ini yang menggabungkan berbagai teknik pengumpulan data dan
sumber data yang telah ada. Teknik ini dilakukan sekaligus untuk menguji
kreadibilitas data (Sugiyono,2012).
Adapun teknik-teknik yang digunakan antara lain :
a. Observasi
Observasi dilakukan langsung di puskesmas. Observasi dilakukan untuk
mengamati sumber daya puskesmas yang dapat dilihat secara fisik.
b. Wawancara
Wawancara dilakukan secara mendalam dengan panduan wawancara yang
akan dilakukan terhadap informan.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang ditujukan untuk
memperoleh rekaman-rekaman yang memperkuat informasi, dokumentasi
meliputi dokumen serta rekaman pembicaraan antara peneliti dan informan.
2. Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder akan dilakukan di puskesmas dengan melakukan
penelusuran dokumen dinas kesehatan ataupun puskesmas.


Universitas Sumatera Utara

3.5. Teknik Analisis Data
Metode analisa data dalam penelitian ini difokuskan dalam proses penelitian
di lapangan. Dokumen yang berisi pengalaman dapat dianalisis dengan menggunakan
content analysis artinya bahwa tema-tema, isu-isu dan motif-motif yang terkandung
di dalamnya dapat dipisahkan, dihimpun dan diinterpretasikan. Untuk memudahkan
dalam pengorganisasian data maka proses analisa data akan dilakukan dengan
bantuan komputerisasi.
Proses analisa data dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah
menurut Polit dan Beck (2008) yaitu:
1. Menyusun transkrip
Hasil rekaman wawancara disusun ke dalam bentuk transkrip, kemudian
peneliti membaca secara keseluruhan dan mengulanginya bila perlu.
2. Mengidentifikasi pernyataan signifikan
Setelah membuat transkrip dan membacanya, peneliti kemudian
mengidentifikasi pernyataan yang signifikan yang terdapat dalam transkrip
kemudian peneliti memberi kode warna menggunakan stabilo pada
pernyataan yang signifikan.
3. Melakukan pengkodean

Pada tahap ini peneliti memberi pengkodean pada pernyataan yang
signifikan yang sudah distabilo dengan kode-kode yang dibuat oleh
peneliti sendiri untuk memudahkan menyusun kategori.

Universitas Sumatera Utara

4. Menyusun kategori
Tahap analisa data pada dasarnya adalah mereduksi data, data dikonfersi
menjadi lebih kecil sehingga lebih mudah dianalisa. Reduksi data
dilakukan dengan menyusun kategori, dimana mengelompokkan coding
yang sama ke dalam satu kategori.
5. Menyusun tema atau sub tema
Setelah

peneliti

selanjutnya

menemukan


adalah

beberapa

menentukan

tema

kategori-kategori,

langkah

atau

Peneliti

sub

tema.


mengelompokkan beberapa ketegori yang saling berhubungan yang
nantinya akan membentuk tema atau sub tema.
3.7.

Rencana Pengujian Keabsahan Data
Keabsahan

data

dapat

dilakukan

dengan

credibility,

transferability,

defendability, dan confirmability (Guba dan lincoln, at all 2003). Keabsahan data

dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Credibility
Credibility dibuktikan melalui proses klarifikasi kepada partisipan.
Transkrip yang telah disusun oleh peneliti ditunjukkan kepada partisipan
untuk dibaca ulang dan dilakukan verifikasi terhadap keakuratan data.
Partisipan berhak melakukan konfrontasi jika memang terdapat data yang
tidak

sesuai

kemudian

diparaf

oleh

partisipan

dan


kemudian

menandatangani persetujuan keakuratan data (Creswell, 1998)

Universitas Sumatera Utara

2. Transferability
Transferabilty merupakan bentuk validitas eksternal yang menunjukkan
derajat ketepatan sehingga hasil penelitian dapat diterapkan kepada orang
lain dalam situasi yang sama (Poerwanto, 2005). Transferability yang
dilakukan pada penelitian ini melalui penyediaan laporan penelitian
dimana peneliti menyimpan semua arsip, materi selama proses penelitian.
3. Defendability
Menurut Polit, Beck & Huger (2001), defendability dalam penelitian
kualitatif adalah suatu bentuk kestabilan data. Keabsahan data pada
defendability harus menunjukkan bahwa jika penelitian ini diulang dengan
konteks, metode dan peserta yang sama maka diperoleh hasil yang sama,
oleh karena itu defendability sangat bergantung pada credibility yang
dilakukan dan penelitian harus dilaporkan secara rinci.
4. Confirmability

Kepastian (Confirmability) diartikan objektivitas atau netralitas atau
konsentrasi data, jika terdapat kesamaan pandangan, pendapat dan
penemuan dari pihak-pihak lain (Creswell, 1998). Dalam hal ini peneliti
akan melakukan konfirmasi dengan menunjukkan transkrip wawancara
dan fild note kepada partisipan dan pembimbing.

Universitas Sumatera Utara

BAB 4
HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Puskesmas Helvetia Medan 2016
4.1.1 Letak Geografi
Puskesmas Helvetia Medan terletak di jalan Kemuning Raya, Kelurahan
Helvetia Kecamatan Medan Helvetia, Kota Medan, Propinsi Sumatera Utara. Dengan
letak Geografis:
Sebelah Utara

: Berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang


Sebelah Selatan

: Berbatasan dengan Kecamatan Medan Sunggal

Sebelah Barat

: Berbatasan dengan Kecamatan Medan Sunggal

Sebelah Timur

: Berbatasan dengan Kecamatan Medan Petisah

Dalam melaksanakan tugasnya, Puskesmas Helvetia mempunyai wilayah
kerja Kecamatan Medan Helvetia yaitu Helvetia, Helvetia Tengah, Helvetia Timur,
Dwikora, Sei Sikambing C-II, Tanjung Gusta, Cinta Damai.
4.1.2 Gambaran Kependudukan di Kecamatan Helvetia Medan
Berdasarkan data Profil Kecamatan Helvetia Medan tahun 2015, jumlah
penduduk Kecamatan Helvetia Medan sebanyak 162.547 jiwa yakni 71.174 jiwa lakilaki dan 74.795 jiwa perempuan. Kelurahan dengan jumlah penduduk terbanyak
adalah kelurahan Tanjung Gusta yakni 29.636 jiwa sedangkan jumlah penduduk
paling sedikit adalah kelurahan Helvetia yakni 11.358 jiwa. Gambaran jumlah

50
Universitas Sumatera Utara

penduduk tiap kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk per Kelurahan di Kecamatan Helvetia Medan
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kelurahan

Jumlah Penduduk (Jiwa)
Helvetia
11.358
Helvetia Tengah
26.707
Helvetia Timur
24.061
Dwikora
24.332
SSC II
12.359
Tanjung Gusta
29.336
Cinta Damai
17.086
Total
145.239
Sumber : Profil Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2016
4.1.3 Gambaran Fasilitas Kesehatan di Puskesmas Helvetia Medan
Fasilitas kesehatan di Puskesmas Helvetia Medan terdiri dari fasilitas
kesehatan milik pemerintah berupa puskesmas pembantu (Pustu), pos pelayanan
terpadu (Posyandu). Selain itu fasilitas kesehatan milik swasta yang ada di wilayah
kerja Puskesmas Helvetia Medan terdiri dari rumah sakit swasta, Klinik swasta dan
praktek dokter. Pasien dari Puskesmas Helvetia Medan biasanya dirujuk ke rumah
sakit swasta di sekitar wilayah kerja puskesmas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut ini:

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.2. Fasilitas Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan
No. Fasilitas Kesehatan
1.
Puskesmas
2.
Puskesmas Pembantu
3.
Rumah Sakit Swasta
4.
Rumah Sakit Paru
5.
Rumah Bersalin
6.
Puskesmas Keliling
7.
Apotik
8.
Praktek Dokter Umum
9.
Praktek Dokter Spesialis
10. Praktek Dokter gigi
11. Praktek Bidan
12. Toko Obat Berizin
13. Laboratorium
14. Sinshe
15. Dukun Patah
16. Tukang Gigi
Sumber: Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2016

Jumlah
1
2
3
1
8
0
16
41
20
42
13
16
1
2
0
4

4.1.4 Tenaga Kesehatan di Puskesmas Helvetia Medan
Ketersediaan tenaga kesehatan di Puskesmas Helvetia Medan masih belum
memenuhi kriteria sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.
75 Tahun 2014 dimana puskesmas harus memiliki setidaknya 9 (sembilan) jenis
tenaga kesehatan yang terdiri dari : dokter atau dokter layanan primer, dokter gigi,
perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, ahli
teknologi laboratorium medik, tenaga gizi dan tenaga kefarmasian. Untuk lebih
jelasnya ketersediaan tenaga kesehatan di Puskesmas Helvetia Medan dapat dilihat
pada tabel berikut:

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.3 Tenaga Kesehatan di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2016
No. Jenis Tenaga Kesehatan
1.
Dokter Umum
2.
Dokter Gigi
3.
Perawat
4.
Bidan
5.
Tenaga Kesehatan Masyarakat
6.
Tenaga Gizi
7.
Tenaga Analis
8.
Tenaga Farmasi
9.
Tenaga Kesehatan Lingkungan
10.
Tenaga Elektromedik
Sumber : Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2016

Jumlah
3
3
11
6
6
1
2
3
-

Berdasarkan data di atas maka tenaga kesehatan di Puskesmas Helvetia
Medan belum sesuai dengan jumlah tenaga kesehatan menurut peraturan menteri
kesehatan nomor 75 tahun 2014 dimana puskesmas harus memiliki setidaknya 9
(sembilan) jenis tenaga kesehatan. Puskesmas Helvetia Medan masih kekurangan
tenaga kesehatan berdasarkan jenis tenaga yaitu tenaga kesehatan lingkungan dan
tenaga elektromedik.
4.1.5 Angka Rujukan Puskesmas Helvetia ke Rumah Sakit
Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Helvetia Medan jumlah
rujukan pasien peserta BPJS dari tahun 2014 sampai Juli 2016 dapat dilihat pada tabel
berikut:

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.4 Jumlah Rujukan ke Rumah Sakit mulai bulan Januari sampai dengan
Desember 2014 di Puskesmas Helvetia Medan
No.

Bulan

Jumlah Pasien
Peserta BPJS
1.
Januari
2.401
2.
Pebruari
2.265
3.
Maret
2.388
4.
April
1.907
5.
Mei
2.256
6.
Juni
2.667
7.
Juli
2.532
8.
Agustus
2.289
9.
September
2.580
10.
Oktober
2.772
11.
November
3.105
12.
Desember
2.809
Sumber: Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2016

Jumlah
Rujukan
105
121
128
110
132
246
287
226
257
246
220
245

Persentase
(%)
4,4
5,3
5,4
5,8
5,8
9,2
11,3
9,8
9,9
8,8
7,1
8,7

Tabel 4.5 Jumlah Rujukan ke Rumah Sakit mulai bulan Januari sampai dengan
Desember 2015 di Puskesmas Helvetia Medan
No.

Bulan

Jumlah Pasien
Peserta BPJS
1.
Januari
3.807
2.
Pebruari
3.453
3.
Maret
3.125
4.
April
3.337
5.
Mei
3.466
6.
Juni
3.676
7.
Juli
3.765
8.
Agustus
3.960
9.
September
3.874
10.
Oktober
3.789
11.
November
3.552
12.
Desember
3.677
Sumber: Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2016

Jumlah
Rujukan
289
260
251
169
178
266
281
277
256
221
202
247

Persentase
(%)
7,6
7,5
8,0
5,1
5,1
7,2
7,5
7,0
6,6
5,8
5,7
6,8

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.6 Jumlah Rujukan ke Rumah Sakit mulai bulan Januari sampai dengan
Juli 2016 di Puskesmas Helvetia Medan
No. Bulan

Jumlah Pasien
Peserta BPJS
1.
Januari
3.472
2.
Pebruari
3.512
3.
Maret
3.285
4.
April
3.458
5.
Mei
3.156
6.
Juni
3.975
7.
Juli
4.266
Sumber: Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2016

Jumlah
Rujukan
275
196
276
245
318
267
346

Persentase
(%)
7,9
5,6
8,4
7,1
10,1
6,7
8,1

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa angka rujukan ke fasilitas
tingkat lanjutan rata-rata dibawah 10 % tiap bulan. Informasi dari kepala tata usaha
Puskesmas Helvetia Medan menyatakan bahwa angka rujukan tiap bulan di bawah
rata-rata 10% karena di Puskesmas Helvetia Medan fasilitas kesehatan cukup.
Contohnya pemeriksaan sputum, USG, pemeriksaan kadar gula darah, pemeriksaan
HIV. Selain itu tenaga kesehatan di Puskesmas Helvetia Medan cukup memadai.

4.2 Pelaksanaan Pelayanan Promotif dan Preventif dalam Era JKN di
Puskesmas Helevetia Medan
Pelayanan promotif dan preventif dalam era JKN dapat dilihat dari
pelaksanaan promotif dan preventif yang telah dilaksanakan di Puskesmas Helvetia
Medan.
Menurut observasi selama beberapa hari di Puskesmas Helvetia Medan
pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif mulai dari ruang pendaftaran sampai
pasien pulang, pasien mendapatkan pelayanan promotif dan preventif pada saat di

Universitas Sumatera Utara

ruang pemeriksaan dan ruang obat. Seharusnya pasien yang datang ke Puskesmas
bahkan keluarga pasien juga mendapatkan pelayanan promotif dan preventif selama
berada di puskesmas. Sehingga pelayanan promotif dan preventif itu berjalan dengan
baik. Contohnya di tempat pendaftaran sebaiknya berupa poster atau neon box yang
memuat foto tenaga kesehatan yang ramah disertai kata-kata “Selamat datang, Kami
siap untuk menolong anda”. Akan lebih baik bila poster atau neon box juga
dilengkapi dengan suara rekaman yang mengucapkan salam.
Adapun wawancara dari beberapa informan yaitu dari dinas kesehatan,
puskesmas, BPJS Kota Medan dan peserta JKN dapat diperoleh pernyataan sebagai
berikut:
“Yaaaaah..... setahu saya pelayanan promotif dan preventif di
Puskesmas itu sama aja seperti dulunya sebelum adanya program
JKN, tidak ada bedanya sebelum dan setelah adanya JKN.
Penyuluhan di Puskesmas tetap dilaksanakan baik di dalam
Puskesmas maupun di luar gedung Puskesmas. Contohnya saja
pada saat imunisasi, tetap tenaga juru imunisasi melakukan
penyuluhan di setiap adanya kegiatan Posyandu karena memang
dari dulu sudah biasa dilakukan penyuluhan itu. Kalo di dalam
Puskesmas sendiri penyuluhan tetap kita tuntut agar setiap tenaga
kesehatan tetap memberikan penyuluhan kesehatan walaupun
pelaksanaannya kita akui belum maksimal dan menggunakan
fasilitas apa adanya”.
Begitu juga pernyataan dari informan kedua(Kepala Puskesmas) sebagai berikut:
“Kegiatan penyuluhan tetap dilaksanakan seperti pada saat
kegiatan posyandu tiap bulan apalagi kalo ada masalah kesehatan
lingkungan yang sedang hangat-hangatnya terjadi di lapangan,
wajib kita memberikan motivasi kepada juru imunisasi kita agar dia
tetap memberikan penyuluhan kepada pengunjung posyandu itu,
harapan kita bagaimana supaya masyarakat itu tetap waspada
terhadap berbagai masalah kesehatan. Kegiatan ini sudah

Universitas Sumatera Utara

merupakan tanggung jawabnya dan dananya memang nggak ada
kita anggarkan kesana”.
Dari pernyataan informan satu dan dua dapat diketahui bahwa pelaksanaan
pelayanan promotif dan preventif dalam era JKN masih belum berjalan maksimal dan
masih belum sesuai dengan harapan. Hal ini terlihat dari informasi yang diberikan
oleh informan satu dan dua dimana manfaat pelayanan promotif dan preventif dalam
era JKN masih belum dirasakan oleh peserta JKN secara keseluruhan. Skrining
kesehatan yang dananya bersumber dari non kapitasi berupa papsmear belum
terlaksana di Puskesmas Helvetia Medan karena alat dan tenaga kesehatan yang ahli
dalam bidang itu belum tersedia di Puskesmas. Kegiatan home care masih belum
terlaksana di Puskesmas karena Puskesmas menganggap bahwa home care itu sudah
merupakan tugas pokok dari tenaga kesehatan sehingga tidak perlu lagi dibayarkan
jasa pelayanannya. Dana kapitasi yang dberikan ke Puskesmas diarahkan untuk upaya
kesehatan masyarakat seperti Posyandu, Posyandu lansia, penyuluhan ke sekolahsekolah, penyuluhan kepada masyarakat. Namun penyuluhan perseorangan,
pemasangan alat KB dan pemberian imunisasi sudah terlaksana di Puskesmas dengan
menggunakan fasilitas apa adanya oleh tenaga kesehatan sesuai dengan bidang ilmu
masing-masing.
Hasil wawancara dengan informan ketiga (Bidang promosi kesehatan di
Puskesmas Helvetia Medan) sebagai berikut:
“ Kegiatan promotif dan preventif tetap kita laksanakan di dalam
Puskesmas terutama di ruang poli umum, poli anak, poli
kebidanan, terutama bagi pasien yang mengalami masalah
kesehatan yang serius. Kalo dari Puskesmas tetap menganjurkan

Universitas Sumatera Utara

bagaimana supaya pasien itu tetap menjaga kesehatannya.
Walaupun kegiatan promotif dan preventif hanya sekilas tentang
anjuran karena memang mengingat waktu yang sangat terbatas,
pasien di sini kan antri, yah........ jadi hanya sekedar lewat aja.
Namun kalo di luar gedung Puskesmas kami tetap mengusahakan
mengunjungi rumah-rumah penduduk sekitar wilayah Puskesmas
walaupun mereka ada yang tidak peduli bahkan tidak mau
membuka pintu, ada juga yang kita disambut di luar pagarnya,
tetapi kita tetap memberikan promotif tentang bahaya sampah,
bahaya DBD”.
Sedangkan hasil wawancara dengan informan bidang promosi kesehatan yang
menangani kegiatan prolanis sebagai berikut:
“ Kalo disini pak epo yang menangani masalah prolanis beda
dengan promotif dan preventif yang selama ini, kita pisahkan
dengan kegiatan biasanya karena kegiatan ini merupakan kegiatan
baru yang diprogramkan oleh BPJS, jadi kita mau mengkhususkan
kegiatan prolanisini, kami laksanakan setiap bulan sekali, kita buat
senam bagi lansia di kelurahan Helvetia Timur dan Dwikora.
Setelah senam, baru kita berikan penyuluhan bagi semua lansia
tanpa kecuali, tetapi bagi lansia yang mempunyai masalah
kesehatan seperti hipertensi dan diabetes melitus kita mengukur
tekanan darahnya dan bagi lansia DM kita mengukur KGDnya”.
Dari kedua informan tenaga kesehatan Puskesmas yang menangani program
promotif dan preventif di atas jelas bahwa kegiatan yang mereka laksanakan selama
ini belum maksimal karena keterbatasan sumber daya yang tersedia.
Pernyataan di atas didukung oleh informan 4 (pasien JKN) dimana hasil
wawancara sebagai berikut:
“ Iya... penyuluhan diberikan kepada saya seperti jaga
makanan, kurangi makanan yang berlemak dan banyak istirahat,
minum obat teratur, makanya saya sekarang ini tidak menarik
becak lagi malam hari, hanya sampe sore aja, karena saya takut
nanti penyakit saya kambuh lagi... . penyuluhan diberikan waktu
saya diperiksa dokter”.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan pernyataan dari informan ke empat di atas diperoleh informasi
bahwa tenaga kesehatan di Puskesmas Helvetia Medan memberikan penyuluhan
kepada pasien pada saat mereka berkunjung ke Puskesmas walaupun hanya sepintas
tentang penyuluhan bagi pasien yang mengalami masalah kesehatan.
Dari pernyataan ke empat informasi tersebut dapat diketahui bahwa
pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif pada era JKN masih belum berjalan
maksimal dan masih belum sesuai dengan yang diamanahkan oleh Undang-Undang
di Puskesmas. Manfaat pelayanan promotif dan preventif masih belum dirasakan
sepenuhnya oleh peserta JKN. Penyuluhan perseorangan, pemberian imunisasi dan
pemasangan alat kontrasepsi sudah mulai berjalan dengan baik walaupun
menggunakan fasilitas seadanya. Kegiatan promotif dan preventif lainnya dalam
bentuk Upaya Kesehatan Masyarakat seperti Posyandu, Posyandu Lansia,
Penyuluhan PHBS di sekolah, penyuluhan kesehatan gigi dan mulut di sekolahsekolah sudah berjalan. Hal ini didukung dari observasi pada dokumen POA
Puskesmas yang dananya berasal dari kapitasi.

4.3 Pelaksanaan Pelayanan Promotif dan Preventif pada Era JKN di Puskesmas
Helvetia Medan berdasarkan indikator masukan (Input)
Indikator yang berkaitan dengan pelaksanaan pelayanan promotif dan
preventif pada era JKN di Puskesmas.
4.3.1 Komitmen
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan dari Dinas Kesehatan Kota
Medan, Kepala Puskesmas Helvetia Medan dan BPJS Kota Medan tentang komitmen

Universitas Sumatera Utara

pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif pada era JKN dapat diperoleh
pernyataan dari informan pertama sebagai berikut:
“Kalo komitmen
dalam pelaksanaan pelayanan promotif dan
preventif, saya rasa sudah cukup jelas karena bukan hal baru dalam
program promotif dan preventif bagi Puskesmas. Dari dulu sudah ada
komitmen bahwa Puskesmas punya program utama dalam
melaksanakan tugasnya yaitu promosi kesehatan”. Dinas Kesehatan
Kota Medan tetap mendukung apa program Puskesmas apalagi dalam
era JKN ini sangat membantu Dinas Kesehatan untuk pelaksanaan
program kita”.
Pernyataan yang sama dinyatakan oleh informan dari Puskesmas tentang
komitmen pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif dalam era JKN, sebagai
berikut:
“Kalo untuk pelaksanaannya saya rasa cukup. Karena untuk
pengadaan fasilitas, sarana dan prasarana untuk promotif dan
preventif tetap dari Dinas Kesehatan, jadi kita hanya menerima apa
yang diserahkan ke kita dan kita manfaatkan secara maksimal”.
Berdasarkan pernyataan dari informan pertama dan kedua dapat diketahui
bahwa Puskesmas hanya menerima apa yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kota
Medan. Komitmen tentang pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif juga masih
belum cukup mendukung pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif di
Puskesmas. Contohnya dalam hal pengadaan fasilitas pendukung pelayanan promotif
dan preventif seperti alat pengeras suara (TOA), laptop, Puskesmas tidak
diperkenankan untuk mengadakan fasilitas tersebut, tetapi pengadaan alat harus
dilakukan melalui Dinas Kesehatan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan dari BPJS sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

“Kalo komitmen dalam pelaksanaan....ada, namun dalam
pelaksanaannya ya... tergantung Puskesmas bagaimana membuat
kegiatan yang berhubungan dengan promotif dan preventif. Memang
dalam peraturan itu tidak diuraikan kegiatan apa saja yang mesti
dilakukan. Mestinya pihak Dinas Kesehatan dan Puskesmas kreatif
dalam membuat atau merencanakan kegiatan yang berhubungan
dengan promotif dan preventif”.
Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa komitmen untuk pelaksanaan
pelayanan promotif dan preventif pada program JKN yang berbentuk rencana
operasional promosi kesehatan Puskesmas sudah ada, tetapi belum berjalan sesuai
dengan rencana operasional. Komitmen yang ada tidak memudahkan Puskesmas
untuk pengadaan alat-alat kesehatan khususnya untuk pelayanan promotif dan
preventif.
4.3.2 Tenaga Kesehatan
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan dari Dinas Kesehatan Kota
Medan dan Kepala Puskesmas Helvetia Medan tentang tenaga kesehatan khususnya
yang menangani masalah promotif dan preventif pada program JKN dapat diperoleh
pernyataan sebagai berikut:
“ Tenaga ahli yang menangani promotif dan preventif sama sekali
tidak ada, namun tenaga yang ada tetap kita berdayakan karena kalau
kita tunggu ahli khusus untuk promotif dan preventif tentu program
kita mungkin tidak berjalan. Tapi kalo dari Dinas Kesehatan tetap
menghimbau kepada Kepala Puskesmas agar tenaga yang menangani
masalah promotif dan preventif berlatar belakang atau minimal punya
pendidikan promotif dan preventif, kan bisa juga yang tamatan S1
Kesehatan Masyarakat menangani masalah promotif dan preventif”.
Sedangkan pernyataan dari informan yaitu Kepala Puskesmas Helvetia Medan
sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

“ Di Puskesmas Helvetia ini tenaga promotif dan preventif saya rasa
sudah cukup bagus. Karena mereka sudah banyak pengalaman dalam
melaksanakan penyuluhan ke masyarakat, walaupun mereka berlatar
belakang Keperawatan atau Bidan. Memang saya paham, kalo mereka
memberikan promotif dan preventif tidak sesuai sekali dengan prosedur,
yaaa...... sesuai dengan teoritis, yang mungkin lebih mengerti kalo yang
berlatar belakang D-III Promosi Kesehatan atau S-1 Promosi
Kesehatan, tapi kembali lagi ke pemanfaatan sumber daya yang ada,
yaaa...apa yang ada kita berdayakan, kan nggak mungkin kita tunggutunggu yang ahli dalam bidang promosi kesehatan, baru progam
berjalan. Bahkan kalo di sini, mahasiswa yang praktek lapangan tetap
kita manfaatkan mereka agar memberikan penyuluhan ke pasien yang
datang berobat ke Puskesmas dan kalo ada kegiatan di luar tetap kita
ikutkan untuk membantu tenaga Puskesmas dalam memberikan
penyuluhan, contohnya waktu Posyandu, ada mahasiswa/i yang kita
ikutkan dan mendampingi tenaga kita untuk membantu memberikan
penyuluhan ke pengunjung Posyandu atau kegiatan yang lain”.
Berdasarkan pernyataan informan di atas maka dapat diperoleh informasi
bahwa tenaga kesehatan yang khusus ahli dalam bidang promotif dan preventif belum
tersedia di Puskesmas Helvetia Medan. Sedangkan tenaga penyuluh kesehatan sangat
berperan dalam memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat apalagi pada
era JKN sekarang ini, tenaga yang sangat dibutuhkan adalah tenaga khusus promotif
dan preventif agar program JKN bisa lebih efektif dan efisien. Kualifikasi standar
petugas khusus promosi kesehatan di Puskesmas yaitu D3 Kesehatan ditambah minat
dan bakat di bidang promosi kesehatan.
4.3.3 Pendanaan
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan dari dinas kesehatan, kepala
Puskesmas Helvetia Medan dan BPJS Kota Medan tentang pendanaan dalam
pelaksanaan promotif dan preventif dalam era JKN dapat diperoleh pernyataan
sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

“ Dana untuk pelaksanaan promotif dan preventif di Puskesmas saya
rasa cukuplah, karena fasilitas juga kita sediakan dari Dinas
Kesehatan, jadi Puskesmas hanya memikirkan bagaimana cara
pelaksanaannya”.
Begitu juga informasi yang disampaikan oleh informan yaitu Kepala
Puskesmas Helvetia Medan sebagai berikut:
“ Kalo masalah dana untuk kegiatan promotif dan preventif setahu
saya, tidak masalah, bahkan kalo kita mengadakan penyuluhan ada
sponsor dari beberapa produk susu, atau dari produk obat-obatan,
jadi untuk kegiatan promotif dan preventif nggak masalah”. Tapi kalo
untuk kegiatan prolanis itu beda karena itukan dananya kan berasal
dari BPJS. Selama ini dana untuk kegiatan promotif dan preventif
berasal dari APBD dan propinsi akan tetapi belakang ini dana yang
dari propinsi tidak dapat lagi. Sekali lagi kalo masalah dana saya
tidak mengerti kali karena kita hanya pelaksana kegiatan”.
Sedangkan pernyataan dari informan dari pihak BPJS dapat sebagai berikut:
“ Kalau menurut saya dana kapitasi itu sudah cukuplah untuk
mengadakan kegiatan promotif dan preventif di Puskesmas. Kalau dari
kami pihak BPJS sudah kami siapkan dananya sebesar Rp. 500 ribu per
kegiatan. Misalnya mereka mengadakan senam prolanis bulan ini, maka
kami berikan Rp. 500 ribu untuk honor instruktur dan akomodasi lain.
Saya rasa sudah cukup ya untuk sekali kegiatan”.
Berdasarkan pernyataan dari beberapa informan di atas maka diperoleh
informasi bahwa dana tidak menjadi masalah dalam pelaksanaan pelayanan promotif
dan preventif dalam era JKN. Karena dana kapitasi yang diberikan sudah
memperhitungkan apa saja yang diperlukan untuk pelaksanaan pelayanan promotif
dan preventif.
4.3.4 Sarana dan Prasarana
Berdasarkan hasil wawancara dengan dua informan dari Dinas Kesehatan dan
Kepala Puskesmas Helvetia Medan tentang sarana dan prasarana dalam pelaksanaan

Universitas Sumatera Utara

pelayanan promotif dan preventif dalam era JKN dapat diperoleh pernyataan dari
informan sebagai berikut:
“ Sarana dan prasarana untuk pelayanan promotif dan preventif saya
rasa sudah cukup karena untuk Puskesmas Helvetia Medan sendiri
sudah kita adakan beberapa alat-alat untuk kegiatan promotif dan
preventif seperti media promosi: leaflet, poster,stands, laptop, Amplifier
dan Wireless microphone”.
Hal yang sama juga disampaikan oleh informan dari Puskesmas Helvetia
Medan sebagai berikut:
“ Sarana dan prasarana untuk promotif dan preventif di Puskesmas kita
ini, saya rasa sudah cukuplah, tinggal bagaimana tenaga promotif dan
preventif menggunakannya di lapangan. Contohnya kalo di dalam
gedung Puskesmas sendiri kita menggunakan Amplifier dan Wireless
agar semua pasien dapat mendengar apa yang disampaikan oleh tenaga
kita”.
Berdasarkan pernyataan informan satu dan dua di atas dapat diperoleh
informasi bahwa sarana dan prasarana yang digunakan untuk pelaksanaan pelayanan
promotif dan preventif dalam era JKN di Puskesmas Helvetia Medan sudah cukup.
Leafleat dan poster tersedia di Puskesmas Helvetia Medan yang diadakan oleh Dinas
Kesehatan Kota Medan. Sedangkan di Puskesmas Pembantu masih kurang.
Contohnya di Pustu masih banyak fasilitas pendukung pelayanan yang belum tersedia
seperti media promosi yang terbaru. Dari observasi terhadap sarana dan prasarana
yang mendukung pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif masih memerlukan
kreatifitas dari tenaga kesehatan yang menangani program promotif dan preventif
agar pasien tidak bosan dengan alat peraga yang tidak berubah dari dulu sampai
sekarang.

Universitas Sumatera Utara

BAB 5
PEMBAHASAN

5.1 Pelaksanaan Pelayanan Promotif dan Preventif dalam Era JKN di
Puskesmas Helvetia Kota Medan
Program Jaminan Sosial yang diselenggarakan oleh beberapa badan
penyelenggara jaminan sosial seperti PT Taspen, PT Jamsostek, Bapel JPKM dan
berbagai program-program jaminan sosial mikro, tetapi cakupannya masih relatif
rendah dan terbatas pada pekerja sektor formal. Badan-badan penyelenggaraan
tersebut beroperasi secara parsial masing-masing berlandaskan Undang-Undang atau
Peraturan-Peraturan yang terpisah, tumpah tindih dan kurang tegas. Sedangkan
manfaat yang diterima peserta masih terbatas sehingga peserta tidak terlindungi
secara optimal. Pengelolaan lembaga dianggap belum transparan dengan manajemen
yang profesional.
Dengan adanya kekurangan-kekurangan di atas, maka Pemerintah merasa
perlu

membuat

Undang-Undang

yang

berlaku

Nasional

dan

mampu

menyempurnakan Undang-Undang dan peraturan yang mengatur baik substansi,
kelembagaan maupun mekanisme penyelenggaraan jaminan sosial. Undang-Undang
tersebut disusun berlandaskan konsep jaminan sosial nasional yang sahih dan integral
sehingga dapat menjadi pedoman dalam penyelenggaraan jaminan sosial.
Pemerintah sudah mengesahkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN). Undang-Undang ini mengamanatkan

65
Universitas Sumatera Utara

bahwa jaminan sosial ini bersifat wajib bagi seluruh penduduk Indonesia maupun
bagi warga negara asing yang sudah berdomisili di Indonesia minimal 6 (enam)
bulan. Bentuk jaminan sosial itu dinamakan Jaminan Kesehatan Nasional melalui
suatu Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) dan implementasinya dimulai 1
Januari 2014.
Jaminan Kesehatan Nasional merupakan suatu program yang mulia dan sangat
bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia. Akan tetapi dalam implementasinya
tidak semudah yang diintervensikan oleh pemerintah apalagi Jaminan Kesehatan
Nasional merupakan program yang cakupan sasarannya cukup luas yaitu seluruh
masyarakat Indonesia.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh informasi bahwa pelaksanaan
pelayanan promotif dan preventif dalam era JKN di Puskesmas Helvetia Kota Medan
masih belum berjalan maksimal dan masih belum sesuai dengan yang diamanahkan
oleh Undang-Undang. Manfaat pelayanan promotif dan preventif masih belum
dirasakan manfaatnya oleh peserta JKN. Pelayanan homecare yang didanai dari
kapitasi belum terlaksana dengan baik, skrining kesehatan yang dananya bersumber
dari non kapitasi berupa pemeriksaan gula darah, papsmear dan IVA belum
terlaksana maksimal di Puskesmas karena sosialisasinya juga belum maksimal ke
masyarakat. Penyuluhan perseorangan, pemberian imunisasi dan pemasangan alat
kontrasepsi sudah mulai berjalan dengan baik walaupun menggunakan fasilitas
seadanya. Kegiatan promotif dan preventif lainnya yang dilaksanakan di Puskesmas
yang sumber dananya berasal dari kaptasi yaitu dalam bentuk Upaya Kesehatan

Universitas Sumatera Utara

Masyarakat (UKM) seperti Posyandu, Posyandu Lansia, Penyuluhan PHBS di
sekolah-sekolah, penyuluhan kesehatan gigi dan mulut kepada anak sekolah dan
masyarakat. Hal ini didukung dari observasi pada dokumen POA Puskesmas Helvetia
Kota Medan yang dananya berasal dari kapitasi. Akan tetapi pelayanan promotif dan
preventif dalam bentuk Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) yang merupakan
amanah Undang-Undang masih belum terlihat di dalam POA yang kegiatannya
didanai dari dana kapitasi seperti kegiatan Home Care.
Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Kesehatan Nasional pasal 22 ayat 1 dinyatakan bahwa manfaat Jaminan
Kesehatan bersifat pelayanan perseorangan berupa pelayanan kesehatan yang
mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, termasuk obat dan
bahan medis habis pakai yang diperlukan. Dari pernyataan Undang-Undang tersebut
dapat diketahui bahwa manfaat Jaminan Kesehatan yang diberikan kepada peserta
JKN adalah manfaat pelayanan yang bersifat pelayanan perseorangan.
Demikian juga dalam Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang
Jaminan Kesehatan pada pasal 20 ayat 1 dinyatakan bahwa setiap peserta berhak
memperoleh manfaat Jaminan Kesehatan yang bersifat pelayanan kesehatan
perseorangan, mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan
medis yang diperlukan. Berdasarkan peraturan tersebut dapat diketahui bahwa setiap
peserta JKN berhak memperoleh manfaat jaminan kesehatan yang bersifat pelayanan
perseorangan yang meliputi promotif, preventif , kuratif dan rehabilitatif.

Universitas Sumatera Utara

Dalam Peraturan Presiden Nomor 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan
pada pasal 21 ayat 1 dinyatakan bahwa manfaat pelayanan promotif dan preventif
meliputi pemberian pelayanan ; penyuluhan kesehatan perorangan, imunisasi dasar,
keluarga berencana dan skrining kesehatan. Berdasarkan peraturan tersebut dapat
diketahui bahwa manfaat promotif dan preventif menjadi hak peserta JKN di
Puskesmas seperti penyuluhan kesehatan perorangan, imunisasi dasar , keluarga
berencana dan skrining kesehatan.
Peraturan Presiden Nomor 32 tahun 2014 tentang pengelolaan dan
pemanfaatan dana kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional pada Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama milik Pemerintah Daerah pada pasal 12 ayat 1 menyatakan dana
kapitasi JKN di FKTP dimanfaatkan seluruhnya untuk jasa pelayanan kesehatan dan
dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan. Pada pasal 2 menyatakan bahwa
jasa pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi jasa pelayanan
kesehatan perorangan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dan tenaga non
kesehatan. Pada pasal 3 menyatakan bahwa dukungan operasional pelayanan
kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi biaya obat, alat kesehatan,
bahan medis habis pakai dan dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan
lainnya. Ayat 4 menyatakan bahwa jasa pelayanan kesehatan di FKTP sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 ditetapkan sekurang-kurangnya 60% dari total penerimaan
dana kapitasi JKN dan sisanya dimanfaatkan untuk dukungan biaya operasional
pelayanan kesehatan yaitu untuk biaya obat, alat kesehatan, bahan medis habis pakai
dan dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan lainnya. Berdasarkan peraturan

Universitas Sumatera Utara

tersebut diketahui bahwa dana kapitasi yang diberikan kepada FKTP yakni
Puskesmas: 60% digunakan untuk jasa pelayanan kesehatan perseorangan yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan, 40% digunakan untuk dukungan biaya operasional
pelayanan kesehatan meliputi biaya obat, alat kesehatan, bahan medis habis pakai dan
dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan lainnya.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.28 tahun 2014 tentang
pedoman pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional pada pengelolaan dan
pemanfaatan dana kapitasi pada FKTP yang belum menerapkan Pola Pengelolaan
Keuangan BLUD menyatakan bahwa dana kapitasi untuk dukugan kegiatan
operasional pelayanan kesehatan lainnya digunakan untuk membiayai (1) upaya
kesehatan perorangan berupa kegiatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
lainnya. Untuk kegiatan ini dana yang ada antara lain dapat dibelanjakan seperti biaya
makan minum, jasa profesi narasumber, fotocopy bahan, service ringan alat
kesehatan, perjalanan. (2) kunjungan rumah dalam rangka upaya kesehatan
perorangan. Dana yang ada antara lain dapat dibelanjakan seperti perjalanan, uang
harian. (3) operasional untuk puskesmas keliling. Dana yang ada antara lain dapat
dibelanjakan seperti bahan bakar minyak, penggantian oli, suku cadang kendaraan
pusling. (4) bahan cetak atau alat tulis kantor dana/atau (5) administrasi keuangan dan
sistem informasi. Dana yang ada antara lain dapat dibelanjakan seperti perjalanan,
uang harian, fotocopy bahan, belanja piranti keras dan piranti lunak dalam
mendukung implementasi sistem informasi JKN, biaya operasional sistem informasi.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan peraturan di atas dapat diketahui bahwa dana kapitasi untuk
dukungan operasional pelayanan kesehatan lainnya digunakan untuk membiayai
kegiatan meliputi kegiatan upaya kesehatan perorangan berupa kegiatan promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif lainnya, kunjungan rumah dalam rangka upaya
kesehatan perorangan, operasional untuk puskesmas keliling, bahan cetak atau alat
tulis kantor dan administrasi keuangan dan sistem informasi.
Sedangkan untuk pelayanan promotif dan preventif berupa pelayanan skrining
kesehatan tertentu diberikan secara selektif untuk mendeteksi resiko penyakit dan
mencegah dampak lanjutan seperti Diebetes Melitus, Hipertensi, Kanker leher rahim,
kanker payudara, penyakit lain yang ditetapkan menteri merupakan pelayanan yang
termasuk dalam lingkup non kapitasi. Pemeriksaan skrining kesehatan meliputi
periksaan gula darah, pemeriksaan IVA untuk kelas Ca Cerviks dan pemeriksaan
papsmear (Permenkes no 28 tahun 2014).
Berdasarkan peraturan di atas dapat diketahui bahwa manfaat pelayanan
promotif dan preventif pada program JKN yang seharusnya diterima peserta JKN
adalah manfaat pelayanan kesehatan yang bersifat pelayanan perseorangan meliputi
penyuluhan perseorangan, imunisasi dasar, keluarga berencana dan skrining
kesehatan. Dana kapitasi yang diberikan ke Puskesmas harusnya digunakan sesuai
dengan aturan yang ada seperti biaya untuk kunjungan rumah dalam rangka upaya
kesehatan perseorangan, penyuluhan perseorangan. Akan tetapi berdasarkan hasil
penelitian diketahui bahwa dana kapitasi diarahkan untuk membiayai pelayanan yang
bersifat upaya kesehatan masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

5.2 Pelaksanaan Pelayanan Promotif dan Preventif pada Era JKN di Puskesmas
Helvetia Medan berdasarkan indikator masukan (Input)
5.2.1 Komitmen
Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh informasi bahwa Puskesmas
Helvetia Medan masih belum melaksanakan pelayanan promotif dan preventif dalam
era JKN secara maksimal atau sesuai dengan rencana umum pengembangan promosi
kesehatan dikarenakan keterbatasan waktu dan tenaga yang ada di Puskesmas
Helvetia Medan . Rencana operasional pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif
dalan era JKN belum semua bisa dilaksanakan . Peraturan yang ada tidak menyatakan
pemanfaatan dana kapitasi secara khusus untuk pelaksanaan pelayanan promotif dan
preventif. Dari observasi terhadap peraturan yang mengatur pelaksanaan pelayanan
promotif dan preventif, peraturan yang ada tidak memberi kewenangan penuh
terhadap Puskesmas untuk memanfaakan dana kapitasi seperti pengadaan alat
kesehatan tetapi dilakukan melalui Dinas Kesehatan dan pemanfaatan dana kapitasi
untuk pelayanan promotif dan preventif tidak ada secara spesifik diatur dalam aturan
yang ada.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 19 tahun 2014 Pasal
5 ayat 2 menyatakan:
“ Pengadaan obat, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dapat dilakukan melalui
SKPD Dinas Kesehatan dengan mempertimbangkan ketersediaan obat,
alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang dialokasikan oleh
pemerintah dan pemerintah daerah”.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan pernyataan di atas dapat diketahui bahwa pengadaan alat
kesehatan, obat dan bahan medis habis pakai dapat dilakukan melalui Dinas
Kesehatan, dalam hal ini Puskesmas tidak dapat mengadakan fasilitas pendukung
pelayanan secara langsung.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 19 tahun 2014 pasal
3 ayat 1 dinyatakan:
“Dana kapitasi yang diterima oleh FKTP dari Badan Penyelengara
Jaminan
Sosial
Kesehatan
dimanfaatkan
seluruhnya
untuk:(a)pembayaran jasa pelayanan kesehatan, (b)dukungan biaya
operasional pelayanan kesehatan”.
Pasal 4 ayat 1, menyatakan:
“Alokasi dana kapitasi untuk pembayaran jasa pelayanan kesehatan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat 2 dimanfaatkan untuk
pembayaran jasa pelayanan kesehatan bagi tenaga kesehatan dan tenaga
non kesehatan yang melakukan pelayanan pada FKTP”.
Pasal 5 ayat 1 menyatakan :
“Alokasi dana kapitasi untuk dukungan biaya operasional pelayanan
kesehatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat 3 dimanfaatkan
untuk:(a) obat, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai, (b)kegiatan
operasional pelayanan kesehatan lainnya”.
Pasal 5 ayat 3 menyatakan:
“ Dukungan kegiatan operasional pelayanan kesehatan lainnya
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b, yaitu :(a) upaya kesehatan
perorangan berupa kegiatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
lainnya, (b) kunjungan rumah dalam rangka upaya kesehatan
perorangan, (c) operasional puskesmas keliling,(d) bahan cetak atau alat
tulis kantor dan atau (d) administrasi keuangan dari sistem informasi”.
Dari beberapa peraturan di atas maka dapat disimpulkan bahwa secara khusus
tidak ada yang menegaskan pemanfaatan dana untuk pelayanan promotif dan

Universitas Sumatera Utara

preventif. Pemanfaatan dana kapitasi dinyatakan untuk membiayai pelayanan secara
menyeluruh yaitu untuk dukungan kegiatan operasional pelayanan kesehatan meliputi
upaya kesehatan perorangan berupa kegiatan promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitaif.
Berdasarkan analisis di atas dapat diketahui bahwa peraturan yang mengatur
pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif di Puskesmas masih belum
mendukung pelayanan promotif dan preventif secara maksimal. Aturan yang ada
belum memberi kewenangan penuh terhadap Puskesmas untuk memanfaatkan dana
kapitasi untuk pengadaan alat kesehatan dilakukan melalui Dinas Kesehatan. Aturan
yang ada juga belum tegas menyatakan pemanfaatan dana kapitasi secara khusus
untuk pelayanan promotif dan preventif. Berdasarkan hasil penelitian bahwa
Puskesmas pada dasarnya masih belum memahami sepenuhnya tentang aturan
pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif dalam era JKN. Peraturan yang ada di
Puskesmas hanya sebatas Peraturan Walikota. Jadi selain peraturan yang belum
mendukung pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif dalam era JKN, para
pegawai Puskesmas juga belum memahami sepenuhnya tentang aturan pelaksanaan
pelayanan promotif dan preventif dalam era JKN.
Hal ini didukung oleh Moenir (2010) dalam bukunya Manajemen Pelayanan
Umum di Indonesia menyatakan bahwa faktor aturan juga merupakan faktor
pendukung dalam pelayanan publik yang memadai. Faktor aturan merupakan
perangkat penting dalam segala tindakan atau perbuatan orang. Faktor ini
menyangkut segala ketentuan baik tertulis maupun tidak tertulis yang berlaku dalam

Universitas Sumatera Utara

pelaksanaan pekerjaan, pemberian sanksi terhadap pelanggaran kerja serta ketentuanketentuan lainnya. Jika aturan yang mengatur pelayanan tidak memadai atau
mendukung pelaksanaan pelayanan tidak dapat berjalan sesuai dengan yang
direncanakan.
Berdasarkan hasil penelitian, peraturan masih belum mendukung pelaksanaan
pelayanan promotif dan preventif dalam era JKN, hal ini menjadi salah satu
penghambat tidak terlaksananya secara maksimal pelayanan promotif dan preventif di
Puskesmas Helvetia Medan karena aturan yang menjadi landasan kerja merupakan
perangkat penting dalam segala tindakan kurang mendukung pelaksanaan pelayanan.
Selain itu Puskesmas sebagai pelaksana pelayanan promotif dan preventif dalam era
JKN juga masih belum memahami sepenuhnya tentang aturan yang telah ditetapkan
sehingga pelayanan promotif dan preventif dalam era JKN masih belum terlaksana
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5.2.2 Tenaga Kesehatan
Manusia merupakan sumber daya yang terpenting dalam menentukan
keberhasilan pelaksanaan suatu program. Selain sumber daya manusia, sumber daya
finansial dan sumber daya sarana dan prasarana dapat memperlancar pelaksanaan
suatu program (Sastrianegara,2014).
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 34 tahun 2014 tentang
tenaga kesehatan, menyatakan bahwa:
“Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan

Universitas Sumatera Utara

melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan”.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh informasi bahwa tenaga kesehatan
yang ada di Puskesmas Helvetia Medan dalam pelaksanaan pelayanan promotif dan
preventif dalam era JKN sudah cukup baik dari kuantitas namun dari kualitas tenaga
penyuluh kesehatan masih memerlukan pendidikan dan pelatihan berkaitan dengan
keterampilan untuk pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif dalam era JKN
sekarang ini. Tenaga kesehatan mengakui dalam pelaksanaan pelayanan promotif dan
preventif di Puskesmas sekarang ini kesulitan membuat alat peraga yang terbaru dan
menarik perhatian masyarakat. Mereka menggunakan alat peraga yang sudah lama
disediakan oleh Dinas Kesehatan. Karena alat peraga juga sangat mempengaruhi
keberhasilan dalam program promotif dan preventif di Puskesmas.
Menurut Sastrianegara 2014, sumber daya manusia kesehatan merupakan
salah satu faktor yang menentukan keberhasilan fungsi aktuasi dari Puskesmas.
Tenaga kesehatan memiliki peranan penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan yang maksimal kepada masyarakat agar masyarakat mampu untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat sehingga akan
terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi serta
sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum sebagaimana dimaksud dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UU RI
no.36 tahun 2014).

Universitas Sumatera Utara

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa tenaga kesehatan yang ada di
Puskesmas Helvetia Medan cukup bagus dari kuantitas akan tetapi dari kualitasnya
masih kurang. Sementara tenaga penyuluh kesehatan sangat berperan dalam
pelayanan penyuluhan kesehatan masyarakat terutama dalam hal mengubah perilaku
masyarakat ke arah yang lebih baik. Hal ini sangat mempengaruhi pelaksanaan
pelayanan promotif dan preventif dalam era JKN. Karena manfaat promotif dan
preventif pada era JKN seperti penyuluhan perseorangan, kegiatan home care TB
mangkir, pasien Diabetes Melitus dan pasien Hipertensi, sangat memerlukan keahlian
atau keterampilan untuk perubahan perilaku masyarakat ke perilaku hidup bersih,
sehat dan bebas dari penderitaan penyakit.
5.2.3 Pendanaan
Pendanaan sangat mempengaruhi berjalan tidaknya suatu kegiatan pelayanan
promotif dan preventif dalam era JKN di Puskesmas Helvetia Medan. Dari hasil
penelitian diperoleh informasi bahwa dana kapitasi yang diberikan ke Puskesmas
Helvetia Medan dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam pelaksanaan pelayanan
promotif dan preventif agar program bisa berjalan dengan baik.
Menurut Sastrianegara 2014, pendanaan merupakan salah satu faktor yang
mendukung berhasilnya fungsi aktuasi dari Puskesmas. Dalam pelaksanaan program,
faktor pendanaan sangatlah krusial. Faktor pendanaan merupakan salah satu yang
menentukan bahwa kebijakan itu berjalan atau tidak. Hal ini didukung oleh pendapat
George C.Edwards III yang mengatakan bahwa implementasi kebijakan dipengaruhi
oleh sumber daya yang di dalamnya termasuk materi atau dana.

Universitas Sumatera Utara

Pendapat di atas didukung oleh penelitian Purwitayana (2013) tentang
determinan yang mempengaruhi implementasi program jaminan kesehatan Bali
Mandara menyimpulkan karena keterbatasan dana atau anggaran yang dimiliki
pemerintah propinsi Bali sehingga beberapa pelayanan kesehatan seperti kecelakaan,
operasi jantung, kanker tidak dijamin dalam program tersebut disebabkan karena
kekurangan dana.
Dari hasil penelitian diperoleh informasi bahwa pendanaan kegiatan senam
prolanis yang diadakan di Puskesmas Helvetia Medan setiap bulan hanya cukup
untuk mendanai satu kegiatan senam prolanis saja, padahal kegiatan senam prolanis
di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan ada tiga tempat. Karena masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan ini sangat antusias untuk mengikuti senam
prolanis sekaligus pemeriksaan kadar gula darah dan penyuluhan kesehatan.
Puskesmas masih mencari sponsor baik dari produk obat-obatan ataupun produk susu
formula sehingga ke depan kegiatan senam lansia ini bisa berjalan dengan baik.
5.2.4 Sarana dan Prasarana
Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan. Prasarana kesehatan adalah segala sesuatu yang menunjang
terselenggaranya pelayanan kesehatan. Meningkatkan sarana dan prasarana kerja
merupakan salah satu up